Korupsi KTP Indonesia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

KASUS E-KTP

MATA KULIAH
AKUNTANSI FORENSIK

DOSEN PENGAMPU
DR.INDIRA JANUARTI, M.Si., Akt., CA., CFrA

FREDI HANDOKO
RANI MUSTIKA SARI
ARIF SANTOSO

KELAS REGULER B
ANGKATAN XLI

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
Kronologi perjalanan kasus e-KTP megaproyek senilai Rp 5,9 triliun.
Megaproyek tersebut direncanakan anggarannya oleh Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) sejak 2010 dan kini akan disidangkan dengan 2 tersangka.
Berikut ini alur perjalanan kasus e-KTP tersebut:
2010 Kemendagri menyiapkan dana Rp 6 triliun untuk proyek e-KTP dan program Nomor
Induk Kependudukan (NIK) nasional.
2011 Januari Mendagri saat itu, Gamawan Fauzi, meminta KPK mengawasi proyek e-KTP
ini.
21 Februari
Proses tender proyek e-KTP dilakukan.
Mei
Wakil Ketua KPK saat itu, M Jasin, menegaskan pihaknya memantau proses tender e-KTP.
1 Agustus Proses perekaman e-KTP dimulai.
8 Agustus Polisi menyelidiki dugaan korupsi tender e-KTP.
23 Agustus Government Watch (Gowa) melaporkan dugaan korupsi e-KTP ke KPK.
Awal September
KPK menyebut Kemendagri tidak menjalankan 6 rekomendasi. Kemendagri pun membantah
dan menyatakan telah menjalankan 5 dari 6 rekomendasi.
11 September
PPK dan panitia tender e-KTP dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Konsorsium Lintas
Peruri Solusi.
16 September
Kejagung mulai mendalami kasus e-KTP. Dalam kasus ini, Kejagung telah menetapkan
empat tersangka sejak September 2010.
2012 November
KPPU memvonis peserta tender e-KTP Rp 24 miliar.
2013, 31 Juli
Nazaruddin membeberkan 11 proyek yang menjadi bancakan DPR kepada penyidik KPK,
salah satunya e-KTP.
2014, 22 April
KPK menetapkan eks Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan di
Direktorat Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri sekaligus Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Sugiharto, sebagai tersangka terkait e-KTP.
17 November
Mendagri Tjahjo Kumolo menemukan hologram e-KTP 'Made in China dan Prancis'.
2016, 16 Juni
KPK menyebut kerugian negara atas kasus e-KTP lebih dari Rp 2,3 T.
30 September
Eks Dirjen Dukcapil Kemendagri Irman ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
2017, 8 Februari
KPK menyebut ada bukti aliran dana e-KTP ke anggota DPR.
10 Februari
KPK menyebut 5 korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang mengembalikan duit e-KTP.
1 Maret
KPK melimpahkan kasus e-KTP ke PN Tipikor.
3 Maret
Ketua KPK menyebut banyak nama besar terkait dengan kasus e-KTP.
9 Maret
PN Tipikor dijadwalkan menyidangkan kasus e-KTP.

Modus Kejahatan
Mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein
mengatakan korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik atau E-KTP menggunakan
modus pencucian uang. Menurutnya empat dari lima modus pencucian uang dipakai dalam
korupsi yang merugikan negara Rp 2,3 triliun itu.
Dari lima macam modus, ada empat modus yang dikombinasikan dalam kasus ini, Yunus
menuturkan modus pertama yang dipakai adalah concealment within business structures.
Dalam modus ini pelaku menyembunyikan uang hasil kejahatannya di dalam rekening
perusahaannya sendiri. Menurut Yunus, dalam kasus E-KTP, perusahaan yang digunakan
adalah PT Murakabi Sejahtera. Irvanto adalah direktur perusahaan tersebut.
Modus kedua, kata Yunus, adalah misuse of legitimate business, yakni menyalahgunakan
perusahaan orang lain untuk menyembunyikan uang hasil kejahatan. Perusahaan itu
disalahgunakan tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Selain itu, ada juga modus exploiting international jurisdiction issues. Modusnya adalah
pelaku memanfaatkan regulasi keuangan yang longgar di negara lain. Dalam kasus E-KTP,
pengusaha, Johannes Marliem mengirim uang E-KTP melalui Mauritius yang dikenal
sebagai negara surga pajak.
Adapun modus terakhir korupsi E-KTP, kata Yunus, adalah pembelian aset tanpa nama
atau use of anonymous asset types. Dalam kasus ini pelaku membeli aset berupa uang
dari money changer. “Uang tunai itu tidak ada namanya, kalau pakai tunai terputus
jejaknya,” kata dia.
Yunus mengatakan hanya modus menggunakan identitas palsu yang tidak dipakai dalam
kasus ini. Dalam perkara ini KPK mendakwa Irvanto dan Made Oka turut terlibat dala
korupsi proyek E-KTP. KPK mendakwa mereka menjadi perantara uang untuk mantan
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto.

Jaksa mendakwa Made Oka menampung terlebih dahulu uang untuk Setya di dua
perusahaannya di Singapura. Sedangkan Irvanto didakwa menjadi perantara duit suap untuk
pihak-pihak tertentu.

Keponakan Setya Novanto itu juga disebut menerima uang dari Johannes Marlien selaku
penyedia produk biometrik merek L-1 yang seluruhnya berjumlah USD 3,5 juta. Menurut
jaksa uang itu merupakan fee 5 persen untuk mempermudah pengurusan anggaran E-KTP
di DPR.
Barang Bukti

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan telah memiliki sejumlah barang


bukti baru untuk menjerat Ketua DPR RI Setya Novanto (Setnov) dalam kasus korupsi
pengadaan KTP Elektronik (E-KTP). Bukti tersebut didapatkan ketika KPK melakukan
penggeledahan di kediaman Setnov yang terletak di Jalan Wijaya XIII, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan pada Rabu (15/11) malam. Dari sejumlah hasil penggeledahan juga kita sita
sejumlah barang bukti elektronik," ungkap Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK). Dalam rangka pencarian tersebut, KPK melakukan serangkaian penggeledahan dan
menyita sejumlah alat bukti dari rumah Setnov yang dinilai relevan terhadap kasus korupsi E-
KTP. Tak hanya barang bukti elektronik, dalam waktu yang sama penyidik KPK juga
mengantongi sejumlah dokumen.

Anda mungkin juga menyukai