Askep Leukopenia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKOPENIA
Tugas ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Anak II yang dibina
oleh:
Ns. Lilla Maria, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 3

Ayu Puspita Sari (1714314201004)


Vania Wahyu Mundjidah (1714314201024)
Moch. Malik Satrya K. W. (1714314201035)
Winy Liveline Suryani (1714314201037)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN MAHARANI MALANG


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “ASUHAN KEPERAWATAN
LEUKOPENIA”. Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih sebesar-sebesarnya terutama kepada Ns. Lilla Maria., M.Kep yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca.

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................2
1.3 TUJUAN ............................................................................................................................2
1.4 MANFAAT ........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................... 3


2.1 DEFINISI LEUKOPENIA .................................................................................................3
2.2 ETIOLOGI ........................................................................................................................3
2.3 TANDA DAN GEJALA .....................................................................................................4
2.4 PATHOLOGI ....................................................................................................................5
2.5 KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS ...................................................................................6
2.6 PENATALAKSANAAN.....................................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LEUKOPENIA ............................................. 10


3.1 Pathway ........................................................................................................................... 10
3.2 Kasus ............................................................................................................................... 11
3.3 Analisis Data .................................................................................................................... 12
3.4 Diagnosa Keperawatan .................................................................................................... 14
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................................ 15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 20


4.1 KESIMPULAN ................................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat didalam darah. Sel darah putih
(dalam bahasa inggris : white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang
membentuk komponen darah. Sel darah putih atau lekosit (leukocyte) ini umumnya
berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang
selalu dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi
kelangsungan hidup individu.
Jumlah normal leukosit mempunyai rentangan yang cukup luas, yaitu
antara 5.10³ - 10⁴ / mL. Keragaman jumlah yang sampai 100% dapat
dimaklumi bila diingat bahwa selalu ada saja kontak dengan benda asing
diseberang bagian tubuh. Karena itu, jumlah leukosit tersebut berubah – ubah dari
saat ke saat, sesuai dengan jumlah benda asing yang biasa dihadapi dari saat ke saat,
dalam batas-batas yang masih dapat ditoleransi tubuh tanpa menimbulkan
gangguan fungsi. Bila jumlah keseluruhan leukosit di atas 10⁴/ mL, hal ini
sudah merupakan
petunjuk bahwa terjadi konflik dengan benda asing dalam jumlah yang lebih besar
dari biasa atau yang lebih resistan dari yang biasa. Dalam keadaan normalnya

terkandung 4x10 -11x10 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dawasa

yang sesat-sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap millimeter kubil darah
terdapat 6000-10000 (rata-rata 8000) sel darah putih.
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia (dalam
bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan
berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan
5000/mm³ (Dorlan 1994).
Leukopenia merupakan keadaan dengan jumlah sel darah putih
(leukosit) kurang dari normal, yaitu kurang dari 3500/ mm³ , atau kurang
dari 4000/ mm³ . Leukopenia berat atau severe leucopenia adalah suatu
keadaan dengan jumlah leukosit kurang dari 200/mm3 atau ada juga yang
mengatakan kurang dari 1000/ mm³ .

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Leukopenia?
2. Bagaimana etiologi dari penyakit Leukopenia?
3. Bagaimana tanda dan gejala pada penyakit Leukopenia?
4. Bagaimana pathologi pada penyakit Leukopenia?
5. Bagaimana diagnosis penyakit Leukopenia?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk penyakit Leukopenia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan untuk penyakit Leukopenia?

1.3 TUJUAN

1) Untuk mengetahui tinjauan teoritis leukopenia.


2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan l eukopenia.
3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan leukopenia.
4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan leukopenia.
5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan
leukopenia.
6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan leucopenia

1.4 MANFAAT
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari leucopenia
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari penyakit leucopenia
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala pada penyakit
Hirschsprung
4. Mahasiswa mampu memahami pathologi pada penyakit leucopenia
5. Mahasiswa mampu memahami diagnosis penyakit leucopenia
6. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan untuk penyakit leucopenia
7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan untuk penyakit
leucopenia

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI LEUKOPENIA


Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
daripada normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³. (Suzanne C.
Smeltzer, 2001) Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam darah,
jumlahnya sama dengan 5000/mm³ atau kurang. (Poppy, 2000)
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu
keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama
dengan 5000/mm³ (Dorlan 1994).
Leukopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam
sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 10⁹/ L . pada sebagian kasus, penyakit ini
dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen
mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer. Leukopenia adalah kondisi klinis
yang terjadi bila sunsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
sehingga tubuh tidak terlindung terhadapa bayak bakteri dan agen-agen lain yang
mungkin masuk mengenai jaringan (Guyotn 2008).
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa leukopenia adalah suatu
kondisi klinis dimana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih
pada sirkulasi perifer yaitu kurang dari atau sama dengan 5000/mm³.

2.2 ETIOLOGI
Adapun penyebab terjadinya leucopenia adalah sebagai berikut:
A. Penyebab tersering adalah keracunan obat; fenotiazin merupakan yang
tersering; begitu juga dengan Clozapine, suatu neuroleptikal atipikal.
B. Infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari tifus, faktor
fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties),
bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock,
hypersplenism, juga karena kelainan genetik.

3
C. Meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid, penyakit
menular, corticotrophin dan kortison.
D. Faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi penyakit,
tuberculosis
E. Batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang hemopoiesis
(misalnya, dalam penyakit radiasi.

2.3 TANDA DAN GEJALA


Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia
(pengurangan jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi
indikator yang paling umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan, orang tidak
akan menunjukkan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai
muncul.
Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa
muncul :
A. Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin
B. Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat
periode menstruasi
C. Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena
menstruasi dan hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi
D. Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan
mengganggu keseimbangan emosional.
E. Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam
darah.
F. Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam
mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.
G. Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti
virus atau bakteri.
H. Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini
relative jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.

4
I. Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain
itu pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi,
ulkus oral, dan mudah marah.
Pasien tidak akan menunjukkan gejala kecuali sampai terjadi infeksi, yang
biasanya timbul apabila granulosit lebih rendah dari 1000/mm3. Demam dan nyeri
tenggorok dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering. Dapat terjadi
bakterimia.

2.4 PATHOLOGI
Leukopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Radiasi
sinar X dan sinar (gamma) yang berlebihan serta penggunaan obat-obatan
yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya
sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
(eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan
leukosit yang mengalam penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan
mengakibatkan neutropenia (produksi neutrofil menurun), monositopenia
(produksi monosit menurun), dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun).
Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV
AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam
sirkulasi perifer.
Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga mengalami
penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia. Oleh karena penyebab-
penyebab yang berujung pada menurunnya jumlah komponen-komponen leukosit
(neutropenia, eosinopenia, monositopenia, limfopenia) maka terjadilah
leukopenia.
Dalam waktu dua hari sesudah sumsum tulang berhenti memproduksi sel
darah putih, di dalam mulut dan kolon dapat timbul ulkus, atau orang tersebot dapat
mengalami beberapa bentuk infeksi pernapasan yang berat. Bakteri yang berasal
dari ulkus secara cepat menginvasi jaringan sekitar dan darah. Tanpa
pengobbatan, dalam waktu kurang dari satu mingggu setelah dimulainya
leucopenia total akut, dapat terjadi kematian.

5
Radiasi tubuh dengan sinar-x atau siner gamma, atau settelah terpajan
dengan obat-obatan dan bbahan kimia dengan inti benzene atau inti antrasena,
kemungkinan besar dapat menimbulkan aplasia sumsum tulang. Memang, beberapa
obat umum seperti kloramfenikol (antibiotik0, tiourasil (dipakai untuk mengobbati
tirotoksikosis), dan bahkan berbagai macam obat hiptonik barbiturate, dalam
keadaan yang sangat jarang dapat menimbulkan leucopenia, hingga membuat
keseluruhan rangkaian infeksi pada orang tersebut.
Patofisiologi terjadinya penyakit ini adalah Sel kanker menghasilkan
leukosit yang imatur/ abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini
menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-
unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan
jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini
menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah
leukosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ
menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan
nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia,
penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis,
perdarahan gusi, epistaksis dll). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem
retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh,
sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.

2.5 KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS


Pada agranulositosis prognosis bergantung pada gambaran sumsum tulang
(hipocellular). Jumlah granulosit yang lebih dari 2000 /mm3 menunjukan prognosis
yang lebih baik. Pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari 1
minggu setelah dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada
leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup,
pasien diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan
lainnya untuk menanggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang

6
cukup dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi
sel-sel darah dapat kembali normal (Guyton,2008).
Komplikasi yang dapat terjad pada penyakit leukopenia ini adalah :
A. Anemia
Penurunan jumlah sel darah dan hemoglobin
B. Menorhaggia
Pendarahan yang berat dan berkepanjangan sat periode menstruasi
C. Metrorrhaggia
Pendarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini
merupakan indikasi dari beberapa infeksi
D. Neurasthenia
Kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan megganggu
keseimbangan emosional.
E. Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.
F. Stomatitis
Suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur didalam mulut, seperti pipi,
gusi, lidah, bibir, dll.
G. Pneumonia
Peradangan yang terjadi di paru- paru karena kongesti virus atau bakteri.
H. Abses hati
Terjadi infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relatif jarang terjadi
tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.
Menurut Guyton (2008) pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang
dari 1 minggu setelah dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian.
Pada leukopenia karena aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup,
pasien diterapi dengan transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat- obatan
lainnya untuk menanggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang
ukup dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-
sel darah dapat kembali normal.

7
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6g%. Pada trombositopenia
yang berat dan pendarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan
bila terdapat tanda- tanda DIC dapat diberikan heparin.
2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya)
Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
3. Sitostatika
Selain sitotastika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti
vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-
asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya.
4. Prednisone
Pada pemberian obat- obatan ini sering terdapat efek samping berupa
alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis.
Hendaknya lebih berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2000/mm3.
5. Infeksi sekunder dihindarkan
6. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah , imunoterapi mulai diberikan.
Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG
atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi
yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik
dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan
cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel
leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga
diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan
mendapatkan masa remisi yang lebih lama. untuk mencapai keadaan tersebut, pada
prinsipnya dipakai pola dasar pengobatan sebagai berikut:

8
1. Induksi
Dimaksudkan untuk baik secara sistemik maupun intratekal sampai
sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat- dapatnya suatu masa
remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika
separuh dosis biasa.
4. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya
dilakukan setiap3-6 bulan dengan pemberian obat- obat seperti pada
induksi selama 10- 14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah
leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanak 2500 rad. untuk
mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini
tidak diulang pada reinduksi.
6. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama
sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh
sempurna.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN LEUKOPENIA

3.1 Pathway

10
3.2 Kasus
Seorang anak laki-laki, An. B usia 3 tahun 2 bulan dibawa ke rumah sakit
oleh orang tuanya dengan keluhan demam tinggi dan mengeluh sesak napas serta
nyeri di daerah perutnya. Klien merasakan ketidaknyamanan saat beraktivitas
Karena nyeri dan kelelahan. Klien terlihat meringis karena merasakan nyeri. Ibunya
mengatakan BAB anaknya lebih dari 3 kali/ hari. Saat pemeriksaan didapati KU:
lemah, TD: 120/90 mmHg, Suhu: 390C, Nadi: 140 kali/ menit, dan RR: 26 kali/
menit. Frekuensi dan kedalaman napas abnormal, terdengar suara ronchi di paru-
paru saat auskultasi. Warna kulit pucat, mukosa bibir pucat dan kering, ulkus pada
mulut sehingga membuat anak susah untuk makan karena merasakan nyeri saat
makan, bising usus abnormal, menurut ibunya BB anak berangsur-angsur menurun
selama sakit.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hb: 7,9 g/dl, leukosit:
2000/mm3, Ht: 36,3 %, Trombosit: 150.000/mm3, Monosit: 2, Neutrofil Segmen:
19, Neutrofil Batang: 2, Eosinofil: 0,4, Limfosit: 25.
Tabel Darah Rutin/ Darah Lengkap Normal:

11
3.3 Analisis Data
No. Data Masalah Keperawatan Etiologi
1. DS: Gangguan Pertukaran Leukopenia
Mengeluh sesak Gas ↓
napas serta nyeri Imunitas ↓
di daerah ↓
perutnya. Infeksi oportunitas
DO: ↓
- Frekuensi dan Sistem pernafasan
kedalaman napas ↓
abnormal, Peradangan jaringan
terdengar suara paru-paru
ronchi di paru- ↓
paru saat Perubahan membrane
auskultasi. kapiler alveoli
- Warna kulit ↓
pucat Gangguan Pertukaran
Gas
2. DS: Nyeri Akut Leukopenia
- Mengeluh sesak ↓
napas serta nyeri Produksi leukosit di
di daerah sumsum tulang belakang
perutnya. menurun
- Klien merasakan ↓
ketidaknyamanan Ulkus dalam mulut dan
saat beraktivitas kolon
Karena nyeri dan ↓
kelelahan. Nyeri Akut
DO:
- KU: Lemah
- Klien terlihat
meringis karena
merasakan nyeri
3. DS: - Resiko Infeksi Produksi leukosit di
DO: sumsum tulang belakang
- Hb: 7,9 g/dl menurun
- leukosit: ↓
2000/mm3 Sistem pertahanan tubuh
- Trombosit: sekunder ↓
150.000/mm3, ↓
- Monosit: 2, Tubuh rentan terhadap
- Neutrofil penyakit
Segmen: 19, ↓
- Neutrofil Batang: Resiko Infeksi
2,
- Eosinofil: 0,4,
- Limfosit: 25.

12
4. DS: Hipertermi Leukopenia
Keluhan MRS ↓
demam tinggi dan Imunitas ↓
sesak nafas ↓
DO: Infeksi oportunitas
Suhu: 390C ↓
Metabolisme ↑

Panas/ demam

Hipertermi
5. DS: Diare Leukopenia
- Ibunya ↓
mengatakan Produksi leukosit di
BAB anaknya sumsum tulang belakang
lebih dari 3 kali/ menurun
hari. ↓
- Menurut ibunya Ulkus dalam mulut dan
BB anak kolon
berangsur-angsur ↓
menurun selama Inflamasi/ infeksi saluran
sakit. cerna
DO: ↓
Bising usus Penyerapan nutrisi usus
abnormal/ terganggu
hiperaktif ↓
Diare
6. DS: Ketidakseimbangan Leukopenia
- Ibunya Nutrisi: Kurang dari ↓
mengatakan Kebutuhan Tubuh Produksi leukosit di
BAB anaknya sumsum tulang belakang
lebih dari 3 kali/ menurun
hari. ↓
- Menurut ibunya Ulkus dalam mulut dan
BB anak kolon
berangsur-angsur ↓
menurun selama Inflamasi/ infeksi saluran
sakit. cerna
DO: ↓
- Mukosa bibir Penyerapan nutrisi usus
pucat dan kering terganggu

Ketidakseimbangan
Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
7. DS: Intoleransi Aktivitas Produksi leukosit di
- Klien merasakan sumsum tulang belakang
ketidaknyamanan menurun

13
saat beraktivitas ↓
Karena nyeri Sistem pertahanan tubuh
- Kelelahan. sekunder ↓
DO: ↓
- KU: lemah Eritrosit ↓
- TD: 120/90 ↓
mmHg O2 yang dikirim ke
jaringan kurang

Mudah letih, lemah, lesu,
lelah

Aktivitas ↓

Intoleransi Aktivitas

3.4 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis/ ulkus dalam mulut
dan kolon.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan status imunologi.
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme.
5. Diare berhubungan dengan peradangan pada saluran cerna.
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penyerapan nutrisi dalam usus menurun.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

14
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Gangguan 0415 Status Pernafasan 3140 Manajemen Jalan
pertukaran gas Definisi : proses keluar Nafas
berhubungan masuknya udara ke paru- Definisi: fasilitas
ketidakseimbangan paru serta pertukaran kepatenan jalan nafas
perfusi ventilasi karbondioksida dan Aktivitas-aktivitas :
oksigen di alveoli. 1. Buka jalan nafas
dengan Teknik chin
041501 Frekuensi lift, sebagaimana
pernafasan mestinya.
041502 Irama pernafasan 2. Posisikan pasien
041503 Kedalaman untuk memaksimalkan
inspirasi ventilasi.
041504 Suara auskultasi 3. Identifikasi kebutuhan
nafas actual/ potensial
041532 Kepatenan jalan pasien untuk
nafas memasukkan alat
041505 Volume tidal membuka jalan nafas.
4. Lakukan fisio terapi
dada.
5. Buang sekret dengan
memotivasi pasien
untuk melakukan
batuk.
6. Motivasi pasien untuk
bernafas pelan, dalam,
berputar dan batuk.
7. Gunakan teknik yang
menyenangkan untuk
memotivasi pasien
untuk bernafas dalam.
8. Auskultasi suara
nafas.
9. Posisikan untuk
meringankan sesak
nafas.
10. Monitor status
pernafasan dan
oksigen sebagaimana
semestinya.
2. Risiko infeksi 0702 Status Imunitas 6540 Kontrol Infeksi
berhubungan Definisi: resistensi alami Definisi: Meminimalkan
dengan penurunan yang diperoleh dan tepat penerimaan dan transmisi
status imunologi sasaran terhadap antigen agen infeksi.
internal dan eksternal. Aktivitas-aktivitas:

15
070203 Fungsi 1. Bersihkan lingkungan
gastrointestinal dengan baik setelah
070204 Fungsi respirasi digunakan untuk
070205 Fungsi setiap pasien.
genitourinary 2. Lakukan tindakan-
070207 Suhu tubuh tindakan pencegahan
070208 Integritas kulit yang bersifat
070209 Integritas universal.
mukosa 3. Pastikan teknik
070221 Skrining untuk perawatan luka yang
infeksi saat ini tepat.
070212Titer antibody 4. Berikan terapi
070214 Jumlah sel darah antibiotic yang sesuai.
putih absolut 5. Anjurkan pasien untuk
070215 Jumlah sel darah meminum antibiotik
putih diferensial seperti yang
070206 Kehilangan berat diresepkan.
badan 6. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
mengenai bagaimana
menghindari infeksi.
3. Hipertermi 0800 Termoregulasi 3740 Perawatan Demam
berhubungan Definisi: keseimbangan Definisi: Manajemen
dengan peningkatan antara produksi panas, gejala dan kondisi terkait
metabolisme mendapatkan panas, dan yang berhubungan dengan
kehilangan panas. peningkatan suhu tubuh
dimediasi oleh pirogen
080010 Berkeringat saat endogen.
panas Aktivitas-aktivitas:
080011 Menggigil saat 1. Pantau suhu dan TTV
dingin lainnya
080013 Tingkat 2. Monitor warna kulit
pernapasan dan suhu
080015 Melaporkan 3. Dorong konsumsi
tingkat cairan
kenyamanan 4. Mandikan pasien
suhu dengan spons hangat
080001 Peningkatan dengan hati-hati
suhu kulit 5. Lembabkan mukosa
080018 Penurunan suhu dan bibir yang
kulit mengering
080019 Hipertermia 6. Fasilitasi istirahat,
080020 Hipotermia terapkan pembatasan
080003 Sakit kepala aktivitas: jika
080007 Perubahan warna diperlukan
kulit
080014 Dehidrasi

16
4. Diare berhubungan 0602 Hidrasi 0460 Manajemen Diare
dengan peradangan Definisi: [ketersediaan]Definisi: manajemen dan
pada saluran cerna air yang cukup dalam penyembuhan diare.
kompartemen intraselulerAktivitas-aktivitas:
dan ekstraseluler tubuh.1. Ajari pasien cara
penggunaan obat
060201 Turgor kulit antidiare secara tepat.
060202 Membran 2. Instruksikan pasien
mukosa lembab atau anggota keluarga
060215 Intake cairan untuk mencatat warna,
060211 Output cairan volume, frekuensi, dan
060217 Perfusi jaringan konsistensi tinja.
060218 Fungsi kognisi 3. Evaluasi kandungan
060205 Haus nutrisi dari makanan
060221 Nadi cepat dan yang sudah
lemah dikonsumsi
060223 Kehilangan berat sebelumnya.
badan 4. Identifikasi factor
060226 Diare yang yang bisa
060227 Peningkatan menyebabkan diare
suhu tubuh (misalnya medikasi,
bakteri, dan
pemberian makanan
lewat selang).
5. Monitor tanda dan
gejala diare.
6. Amati turgor kulit
secara berkala.
7. Timbang pasien secara
berkala.
5. Ketidakseimbangan 1104 Status Nutrisi 1100 Manajemen
nutrisi: kurang dari Definisi : sejauh mana Nutrisi
kebutuhan tubuh nutrisi dicerna dan Definisi : Menyediakan
berhubungan diserap untuk memenuhi dan meningkatkan intake
dengan penyerapan kebutuhan metabolic. nutrisi yang seimbang.
nutrisi dalam usus Aktivitas-aktivitas :
menurun. 100401 Asupan gizi 1. Tentukan status gizi
100402 Asupan makanan pasien dan
100408 Asupan cairan kemampuan pasien
100403 Energi untuk memenuhi
100405 Rasio berat kebutuhan nutrisi
badan/ tinggi 2. Identifikasi adanya
badan alergi atau intoleransi
100411 Hidrasi makanan bagi pasien
3. Tentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan

17
untuk memenuhi
persyaratan gizi
4. Atur diet yang
diperlukan
5. Anjurkan pasien
mengenai modifikasi
diet yang diperlukan
6. Tawarkan makanan
yang padat gizi
7. Monitor kalori dan
asupan makanan
8. Monitor
kecenderungan
terjadinya penurunan
atau kenaikan berat
badan
6. Nyeri akut 1605 kontrol nyeri 1400 Manajemen nyeri
berhubungan Definisi: tindakan Definisi : pengurangan
dengan agen cedera pribadi untuk mengontrol atau reduksi nyeri sampai
biologis/ ulkus nyeri. pada tingkat kenyamanan
dalam mulut dan yang dapat diterima oleh
kolon. 160502 mengenali kapan pasien.
nyeri terjadi Aktivitas – aktivitas :
160501 menggambarkan 1. Lakukan pengkajian
faktor penyebab nyeri secara
160503 menggunakan menyeluruh meliputi
tindakan lokasi, durasi,
pencegahan kualitas, keparahan
160504 menggunakan nyeri dan faktor
tindakan pencetus nyeri.
pengurangan 2. Observasi
nyeri tanpa ketidaknyamanan non
analgesik verbal.
160511 melaporkan 3. ajarkan untuk teknik
nyeri yang nonfarmakologi misal
terkontrol relaksasi, guide
imajeri, terapi musik,
distraksi.
4. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
misal suhu,
lingkungan, cahaya,
kegaduhan.

18
5. Kolaborasi :
pemberian Analgetik
sesuai indikasi
7. Intoleransi aktivitas 0005 Toleransi 4310 Terapi Aktivitas
b/d kelemahan Terhadap Aktivitas Definisi : peresepan
Definisi : respon terkait dengan
fisiologis terhadap menggunakan bantuan
pergerakan yang aktivitas fisik, kognisi,
memerlukan energi sosial, dan spiritual untuk
dalam aktivitas sehari- meningkatkan frekuensi
hari. dan durasi dari aktivitas
kelompok.
000501 Saturasi oksigen Aktivitas-aktivitas :
ketika 1. Pertimbangkan
beraktivitas kemampuan klien
000502 Frekuensi nadi dalam berpartisipasi
ketika melalui aktivitas
beraktivitas spesifik.
000503 Frekuensi 2. Berkolaborasi dengan
bernafas ketika (ahli) terapis fisik
beraktivitas okupasi dan terapis
000508 Kemudahan rekreasional dalam
bernafas ketika perencanaan dan
beraktivitas pemantauan program
000509 Kecepatan aktivitas, jika memang
berjalan diperlukan.
000510 Jarak berjalan 3. Pertimbangkan
000511 Toleransi dalam komitmen klien untuik
menaiki tangga meningkatkan
000516 Kekuatan tubuh frekuensi dan jarak
bagian atas aktivitas.
000517 Kekuatan tubuh 4. Dorong keterlibatan
bagian bawah dalam aktivitas
000518 Kemudahan kelompok maupun
dalam terapi, jika memang
melakukan diperlukan.
Aktivitas Hidup 5. Bantu dengan aktivitas
Harian fisik secara teratur
(Activities of (misalnya, ambulansi,
Daily transfer atau
Living/ADL) berpindah, berputar
dan kebersihan diri),
sesuai dengan
kebutuhan.
6. berikan aktivitas
motorik untuk
mengurangi terjadinya
kejang otot.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih lebih rendah dari
normal. Jumlah leukosit yang lebih rendah dari 5000/mm3 atau jumlah granulosit
lebih rendah dari 2000/mm3 merupakan keadaan abnormal dan merupakan tanda
kelainan sumsum tulang . Kondisi klinis yang dikenal dengan leukopenia terjadi
bila sunsun tulang memproduksi sangat sedikit sel darah putih, sehingga tubuh tidak
terlindung terhadap banyak bakteri dan agen lain yang mungkin masuk menginvasi
jaringan. Akibatnya timbulah ulkus pada organ-organ yang terinvasi. Ketika
memasuki masa akut dan tidak segera diobati, leucopenia akan mengakibatkan
kematian. Tetapi asalkan tersedia waktu yang cukup. Tranfusi dengan cepat
diberikan beserta terapi antibiotik, infeksi dapat ditanggulangi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007.HistologiDasar Edisi ke-5.


Tambayang J., penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology.EGC.Jakarta.

Sjamsuhidajat R. dan De Jong Wim. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta.
EGC.

Herdman, T.Heather. 2015-2017.Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Bulechek, Gloria ,Howard Butcher, Joanne Dochterman and Cherly


Wager.2016.Nursing Interventions Classification.Singapore : Elsevier Inc.

Moorhead, Sue. Marion Johnson. Meridean L Maas and Elizabeth


Swanson.2016.Nursing Outcomes Classification.Singapore : Elsevier In

21
22

Anda mungkin juga menyukai