Pengukuran Listrik
Pengukuran Listrik
Pengukuran Listrik
2. PENGUKURAN LISTRIK
Mengenai alat ukur itu sendiri penting diperhatikan mulai dari pembuatannya
sampai penyimpanannya. Karena sejak pembuatannya, alat itu ditentukan
ketelitiannya sesuai dengan yang dikehendaki. Setelah itu dalam pemakaian,
pemeliharaan dan penyimpanan memerlukan perhatian kita agar ketelitiannya
tetap terpelihara.
2.2.1. Besaran
▪ Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur. Besaran terdiri dari :
▪ Besaran dasar : besaran yang tidak tergantung pada besaran lain
▪ Besaran turunan : besaran yang diturunkan dari besaran-besaran dasar.
Jadi merupakan kombinasi dari besaran dasar.
2.2.2. Satuan
Satuan adalah ukuran dari pada suatu besaran.
Sistem satuan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a. Sistem satuan metrik (universal), yaitu :
→ Satuan Panjang dalam meter (m).
Satu meter (1 m) didefinisikan sepersepuluh juta bagian dari jarak
antara kutub dan katulistiwa sepanjang meredian yang melewati Paris.
Pada tahun 1960 satuan panjang meter didefinisikan kembali lebih teliti
dan dinyatakan dalam standard optik yang disebut radiasi merah jingga
dari sebuah atom Krypton. Sehingga Satu (1) meter sama dengan
1.650.763,73 panjang gelombang radiasi merah jingga dari atom
Krypton-86 dalam ruang hampa.
→ Satuan Massa dalam gram (g).
Satu gram (1 gram) didefinisikan massa 1 cm kubik air yang telah
disuling dengan suhu 4 derajat Celcius (C) dan pada tekanan udara
normal (760 mm air raksa atau Hg).
→ Satuan Waktu dalam sekon (s).
Satu sekon (1 sekon) didefinisikan sebagai 1/ 86400 hari matahari rata-
rata.
Satuan lainnya dijabarkan dari ketiga satuan dasar diatas yaitu panjang,
massa dan waktu. Semua pengalian dari satuan dasar diatas adalah dalam
sistem desimal (lihat Tabel 1.) Sistem absolut CGS atau sistem centi gram
sekon ini dikembangkan dari sisem metrik MKS atau meter kilogram sekon.
b. Sistem Internasional
Dalam sistem internasional (SI) digunakan enam sistem satuan dasar.
Keenam besaran dasar SI dan satuan-satuan pengukuran beserta
simbolnya diberikan pada Tabel 2.
Satuan Arus
Nilai ampere Internasional didasarkan pada endapan elektrolit perak dari larutan
perak nitrat.
1 Ampere Internasional didefinisikan sebagai arus yang mengendapkan perak
dengan laja kecepatan sebesar 1,118 miligram per sekon darei statu larutan
perak nitrat Standard.
Nilai Ampere absolut dilakukan dengan menggunakan keseimbangan arus yakni
dengan mengukur gaya-gaya antara dua konduktor yang sejajar.
1 Amper didefinisikan sebagai arus searah konstan, yang jika dipertahankan
dalam konduktor lurus yang sejajar dan konduktor tersebut ditempatkan pada
jarak satu meter di dalam ruang hampa akan menghasilkan gaya antara kedua
konduktor tersebut sebesar 2/ 10.000.000 Newton per satuan panjang.
Satuan Temperatur
Derajat Kelvin (K) telah ditetapkan dengan mendefinisikan temperatur
termodinamik dari titik tripel air pada temperatur tetap sebesar 273,160 0 K.
Ttitik tripel air ialah suhu keseimbangan antara es dan uap air. Skala praktis
internasional untuk temperatur adalah derajat Celcius (0 C) dengan simbol ”t”.
Skala Celcius mempunyai dua skala dasar yang tetap yaitu :
→ Titik triple air yang sebenarnya 0,01 derajat
C
→ Titik didih air yang besarnya 100 derajat C, keduanya pada tekanan 1
atmosfer .
T (0 C) = T (0 K) - To
Dimana To = 273,16 derajat
Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan disebut lilin (candela).
1 lilin didefinisikan sebagai 1/60 intensitas penerangan setiap centimeter kuadrat
radiator sempurna.
Radiator sempurna adalah benda radiator benda hitam atau Planck Standard
Primer untuk intensitas penerangan adalah sebuah radiator sempurna pad
temperatur pembekuan platina (kira-kira 20240 C).
1012 tera T
109 giga G
mega M
106
kilo k
103
hecto h
102
deca d
10
deci d
10-1
centi c
-2
10 milli mm
10 -3 micro μ
nano n
10-6
pico p
10-9
fento f
-12
10 atto a
-15
10
Karakteristik
Karakteristik dari suatu alat ukur adalah :
→ Ketelitian
→ Kepekaan
→ Resolusi (deskriminasi)
→ Repeatibility
→
Efisiensi
2.3.1. Ketelitian
Ketelitian ini didefinisikan sebagai persesuaian antara pembacaan alat ukur
dengan nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Ketelitian alat ukur diukur
dalam derajat kesalahannya.
Kesalahan (Error)
Kesalahan ialah selisih antara nilai pembacaan pada alat ukur dan nilai
sebenarnya .
Dalam rumusan dapat ditulis :
I → T x100%
E=I–T atau dalam % E T
Dimana : E = Kesalahan
I = Nilai pembacaan
T = Nilai sebenarnya
Kesalahan (Error)
Koreksi ialah selisih antara nilai sebenarnya dari besaran yang diukur dan
nilai pembacaan pada alat ukur.
Kesalahan pada alat ukur umumnya dinyatakan dalam klas ketelitian yang
dinyatakan dengan klas 0.1; 0.5 ; 1,0 dst. Julat ukur dinyatakan
mempunyai ketelitian klas 0,1 bila kesalahan maksimum ialah ± 1 % dari
skala penuh efektif. Tergantung dari besar kecilnya ketelitian tersebut alat-
alat ukur dibagi menjadi :
• Alat cermat atau alat presisi, alat ukur dengan ketelitian tinggi
(< 0,5%).
• Alat kerja, alat ukur dengan ketelitian menengah (± 1 ÷ 2 %).
• Alat ukur kasar, alat ukur dengan ketelitian rendah (≥ 3 %).
Alat kerja :
Alat ukur dengan kesalahan ukur diatas 0,5% termasuk golongan alat kerja.
Untuk alat ukur kerja yang mempunyai kesalahan ukur ± 1 – ± 2 % juga
dibuat dalam bentuk transportable dan dipakai dibengkel-bengkel, pabrik-
pabrik dan lain-lain. Untuk alat kerja dengan kesalahan ukur ± 2 -3 %
dipakai untuk pengukuran pada papan penghubung baik dipusat-pusat
tenaga listrik, pabrik-pabrik dan lain-lain.
Ketelitian alat ukur dapat berkurang disebabkan antara lain, umur alat
ukur yang memang sudah melebihi yang direncanakan sehingga
mengalami kerusakan atau sumber listrik yang harusnya terpasang
dengan kondisi tertentu, sudah tidak memenuhi seperti yang
dipersyaratkan.
Operator atau pengguna alat ukur tidak memahami cara yang benar,
sehingga terjadi kesalahan pemakaian atau cara membaca skala salah
padahal alat ukur pada kondisi yang baik.
Alat ukur yang dimaksud disini selain merupakan alat yang
menghasilkan nilai dengan satuan listrik maupun mekanik, ada alat
yang hanya menunjukkan indikasi benar atau tidaknya suatu rangkaian
/ sirkit. Alat seperti ini disebut dengan indikator.
2.3.2. Kepekaan
Kepekaan ialah perbandingan antara besaran akibat (respone) dan besaran
yang diukur. Kepekaan ini mempunyai satuan, misalnya mm / μA. Sering
kepekaan ini dinyatakan sebgai sebaliknya. Jadi besarannya / satuannya
menjadi μA / mm atau disebut faktor penyimpangan (kebalikan dari kepekaan).
2.3.4. Repeatibility
Banyak alat ukur mempunyai sifat bahwa nilai penunjukkannya bertendensi
bergeser, yaitu dengan satu nilai masukan yang sama, nilai pembacaan berubah
dengan waktu.
Hal tersebut disebabkan antara lain oleh :
a. Fluktuasi medan listrik disekitarnya. Untuk mencegah hal ini harus dipasang
pelindung.
b. Getaran makanis. Untuk menghindari hal ini dipasang peredam getaran.
c. Perubahan suhu. Dalam hal ini ruangan diusahakan suhunya tetap dengan
cara pemasangan alat pendingin (AC).
✓ Kawat panas
Prinsip kerja : gerakan jarum diakibatkan oleh pemuaian panas
dan tarikan pegas, (pemakaian pada rangkaian
AC/DC, alat yang menggunakan sistem ini A/V/.
2 Tegangan uji 2 kv
Tegangan uji 3 kv
3
Tegangan uji 4 kv
4
2.4.6. Menurut Posisi Pengoperasian
• Papan hubung/panel
Alat ini dipasang pada panel secara permanent atau tempat-tempat tertentu,
sehingga tidak dapat dibawa pergi untuk mengukur ditempat lain.
2.4.8. Menurut Besaran Yang Diukur
2. Amperemeter 2 ( A2 ) RA = 10
Tegangan antara P dan Q tetap 1000 volt
1000
Req = 100 + 10 = 110 I 9.09 Amper
110
3. Amperemeter 3 ( A3 ) RA = 0,1
Tegangan antara P dan Q tetap 1000 volt
1000
Req = 100 + 0,1 = 100,1 I 9,99 Amper
100,1
Tahanan amperemeter harus kecil , agar pengaruh terhadap rangkaian kecil
Juga harus kecil agar daya yang hilang menjadi kecil
Plosses = I2 RA
A
P
sumber beban
~ daya
✓ Volt-meter Meter .
Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui besarnya tegangan
Cara penyambungan dari Volt-meter adalah dengan menghubungkan
parallel dengan sumber daya lsitrik (power source )
P
sumber
~ daya beban V
Tahanan voltmeter harus besar , agar tidak mempengaruhi sistem pada saat
digunakan, juga agar daya yang hilang pada voltmeter itu kecil.
E2
PLosses
RV
✓ Cosphi meter (Cos φ).
Alat ini digunakan untuk mengetahui, besarnya factor kerja (power factor)
yang merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungan
adalah tidak berbeda dengan watt meter sebagaiman gambar dibawah ini :
✓ Frekwensi Meter
Frekwensi meter digunakan untuk mengetahui frekwensi (berulang)
gelombang sinusoidal arus bolak-balik yang merupakan jumlah siklus
sinusoidal tersebut perdetiknya (cycle / second).
✓ Watt Meter
Alat ukur ini untuk mengetahui besarnya daya nyata (daya aktif). Pada watt
meter terdapat spoel/belitan arus dan spoel / belitan tegangan, sehingga
cara penyambungan watt pada umumnya merupakan kombinasi cara
penyambungan volt meter dan ampere meter sebagaimana pada gambar
dibawah ini :
Alat untuk mengukur daya pada beban atau pada rangkaian daya itu adalah
nilai-nilai rata-rata dari perkalian e. i , yaitu nilai sesaat dari tegangan dan
arus pada beban atau rangkaian tersebut
Rangkaian potensial wattmeter dibuat bersifat resistip, sehingga arus dan
tegangan pada rangkaian tersebut satu fasa iV satu fasa dengan e karena
Zv = Rv
Wattmeter yang didasarkan atas instruments elektrodinamik .
dM
TORSI pada alat ini d K. .i1 .i2
d
dM
Maka d K. .iv .i
d
dM e
dimana iv e e i d K. .
Z v Rv d Rv
T
1 d M e.i
d rata → rata K. . .dt
T 0
d Rv
✓ KWH – Meter
Kwh meter digunakan untuk mengukur energi arus bolak balik, merupakan
alat ukur yang sangat penting, untuk Kwh yang diproduksi, disalurkan
ataupun kWh yang dipakai konsumen-konsumen listrik.
Alat ukur ini sangat popular dikalangan masyarakat umum, karena banyak
terpasang pada rumah-rumah penduduk (konsumen listrik A) dan
menentukan besar kecilnya rekening listrik si pemakai.
Mengingat sangat pentingnya arti kWh meter ini baik bagi PLN ataupun
sipemakai, maka agar diperhatikan benar cara penyambungan alat ukur ini.
Gambar penyambungan adalah sebagai berikut :
P : Spoel Arus
~ sumber beban
daya : Spoel Tegangan
✓ Megger
Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik
maupun instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah
tegangan tinggi arus searah, yang diputar oleh tangan.
Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000, 2000 atau
5000 volt dan batas pengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai 20
meter ohm dan 5 sampai 5000 meter ohm dan lain-lain sesuai dengan
sumber tegangan dari megger tersebut.
Dengan demikian, maka sumber tegangan megger yang dipilih tidak hanya
tergantung dari batas pengukur, akan tetapi juga terhadap tegangan kerja
(system tegangan) dari peralatan ataupun instansi yang akan diuji
isolasinya.
Dewasa ini telah banyak pula megger yang mengeluarkan tegangan tinggi,
yang didapatkannya dari baterai sebesar 8 – 12 volt (megger dengan sistem
elektronis).
Megger dengan bateri umumnya membangkitkan tegangan tinggi yang jauh
lebih stabil dibanding megger dengan generator yang diputar dengan
tangan.
Gambar rangkaian dasar megger adalah sebagaimana dibawah ini :
✓ Phasa Squence
Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui benar/tidaknya urutan phasa
system tegangan listrik-3 phasa. Alat ini sangat penting arti khususnya
dalam melaksanakan penyambungan gardu-gardu ataupun konsumen
listrik, karena kesalahan urutan phasa dapat menimbulkan :
→ Kerusakan pada peralatan/mesin antara lain putaran motor listrik
terbalik
→ Putaran piringan kWh meter menjadi lambat ataupun terhenti sama
sekali, dll
Cara penyambungannya adalah sebagaimana terlihat pada gambar
dibawah ini :
Phasa
Squence
R
S
R
S
Sesuai dengan keterangan diatas alat ukur ini sangat diperlukan petugas
dalam melaksanakan penyambungan listrik pada :
Posisi pembacaan
Pembacaan harga pada alat ukur secara cermat harus dilakukan dengan
melihat tepat diatas jarum penunjuk. Dengan demikian dibaca harga pada
garis skala yang tertulis tepat dibawah runcing jarum.
Bila tidak melihat tepat diatas penunjuk akan terbaca harga sebelah kiri
atau disebelah kanan dari garis sebenarnya, kesalahan ini disebut
paralaks.
Untuk menghindari paralaks tersebut runcing jarum dari alat cermat dibuat
berupa sayap tipis dan dipasang cermin kecil dibawah runcing jarum skala.
Dalam posisi baca yang benar, maka jarum runcing dan bayangannya
pada cermin harus tepat satu garis tipis.
Contoh cara membaca skala pada alat ukur :