Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah
Pegadaian Syariah
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah
Oleh:
Makalah yang berjudul “Pegadaian Syariah” ini telah diterima pada hari
..................... tanggal ......................
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan
rahmat dan hidayah juga kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Pegadaian Syariah” dengan bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah. Salawat dan
salam selalu tercurah kepada junjungan kita pendekar agama Islam sang rahmatan
lil’alamin Nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan nabi yang telah membawa
umat manusia dari jaman kegelapan ke jaman yang terang benderang seperti
sekarang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 2
A. Simpulan ................................................................................................. 23
B. Saran ....................................................................................................... 23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai sarana untuk lebih
mengetahui , dan sebagai pemberi informasi tentang pegadaian syariah
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
ًا ِبَاتدوا ك َ ْ
ُِتج ََلم
ٍ وَرٰ سَفلىََ
ْ عُم ُن
ْت ن كِْ
َإو
ًا ْض َ ْ
بع ُم
ُكْضبعَ َ َم
ِن ن أ َِ
ْإ ة ف ٌَ
ُۖوض ْب
مقَ نٌها َر
َِ ف
َاَّلل
َّ ِ َّق
َتَْلي
ه و َُ َ م
انت ََ
َ أِنتمُْ
ِ ي اؤ َّ ِ
الذ َد
ُؤ َْ
لي ف
ها ُم
َْ ْت
يكَ ْ
منََ
ة و َد
ۚ َهاََُّوا الش ْت
ُم َ َََل
تك ه وُب
ۗ ََّ
ر
ٌ
ِيمَلن ع َُ
َلو ْم
تعَ َا َّ َ
اَّللُ ب
ِم ُُ
ه و
ۗ َْ
لب ٌ ق
ِمه آث َّإ
ُن َِف
5
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu memercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Surat Al-Baqarah Ayat 283
b. Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW. bersabda: “Tidak terlepas kepemilikan
barang gadai dari pemilik yang menggadaikannya. Ia memperoleh manfaat
dan menanggung risikonya.” HR. Asy’Syafii, al Daraquthni, dan Ibnu
Majah.
d. Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda: “Apabila ada ternak digadaikan,
maka punggungnya boleh dinaiki (oleh yang menerima gadai), karena ia
telah mengeluarkan biaya (menjaga)-nya. Apabila ternak itu digadaikan,
maka air susunya yang deras boleh diminum (oleh orang yang menerima
gadai) karena ia telah mengeluarkan biaya (menjaga)-nya. Kepada orang
yang naik dan minum, maka ia harus mengeluarkan biaya (perawatan) ~nya.
HR. Iamaah kecuali Muslim dan Nasai-Bukhari.
6
Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan Rahn dan dapat
jugs dinamai aI-habsu. Secara etimologi arti rahn adalah tetap dan tahan lama,
sedangkan al-habsu berarti penahanan terhadap suatu barang dengan hak
sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran atas barang tersebut. Rahn adalah
menjamin utang dengan barang, di mana utang dimungkinkan bisa dibayar
dengannya, atau dari hasil penjualannya. Misalkan, si A meminta pinjaman
uang kepada 8i B, kemudian si B meminta si A menitipkan suatu barang
kepadanya, hewan, rumah, dan lainnya sebagai jaminan utangnya. Jika utang
telah jatuh tempoh dan si A tidak bisa membayar utangnya, maka utangnya
diambilkan dari barang gadai tersebut. Si A yang meminjam uang dinamakan
penggadai (rahin), si B yang meminjamkan uang dinamakan penerima gadai
(murtahin), dan barang yang digadaikan dinamakan rahn.
Rahn dapat dijuga diartikan menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh
jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang
atau gadai (Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah: 169, Syafi’i Antonio Muhammad:
128). Di Indonesia terbentuknya Pegadaian syariah, yaitu bekerjasama dengan
Perum pegadaian membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS) Rahn
adalah perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan
berdasarkan hukum gadai berupa emas/perhiasan/kendaraan atau barang
bergerak lainnya.1
1
Ahmad Rodoni, Asuransi dan Pegadaian Syariah (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015), hlm. 57.
7
3. Marhun (barang yang dirahnkan). Marhun bisa dijual dan nilainya seimbang
dengan pinjaman, memiliki nilai, jelas ukurannya, milik sah penuh dari
rahin, tidak terkait dengan hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi
maupun manfaatnya.
4. Jumlah maksimum dana rahn dan nilai likuidasi bai'ang yang di-rahn-kan
serta jangka waktu ralin ditetapkan dalam prosedur.
Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90%
dari nilai taksiran barang.
Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi utang atau hanya membayar
jasa simpan, maka Pegadaian Syariah melakukan eksekusi barang jaminan
dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan dengan pokok pinjaman, jasa
simpan, dan pajak merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah.
Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil uang
kelebihan, dan jika dalam satu tahun ternyata nasabah tidak mengambil uang
tersebut, pegadaian Islam akan menyerahkan uang kelebihan kepada Badan
Amil Zakat.
Dari uraian ini dapat dicermati perbedaan yang cukup mendasar dari
teknik transaksi pegadaian Islam dibandingkan dengan pegadaian
konvensional, yaitu:
2
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam (Jakarta: Prenamedia Group,
2010), hlm. 275-283.
3
Adilla Sarah Erangga, OPERASIONAL GADAI DENGAN SISTEM SYARIAH PT. PEGADAIAN
(PERSERO) SURABAYA. Universitas Negeri Surabaya. hlm.11
10
4
Ibid. hlm.12
11
Jika dalam masa 4 (empat) bulan nasabah (rahin) belum dapat melunasi
kewajibannya, maka nasabah dapat mengajukan permohonan perpanjangan
jangka waktu pinjaman baru untuk masa 120 hari ke depannya beserta biaya
yang harus ditanggungnya. Jika setelah perpanjangan masa pelunasan nasabah
(rahin) tidak dapat melunasinya kembali, maka barang gadai (marhun) akan
dilelang atau dijual oleh murtahin6.
5
Ibid. hlm.14-15
6
Ibid. hlm.15
12
Pertama, dunia dengan segala isinya adalah milik Allah dan berjalan
menurut kehendak-Nya (Q.S 5: 20 dan Q.S 2: 6). Manusia sebagai khalifah-
Nya hanya mempunyai hak khilafat dan tidak bersifat absolut, serta harus
tunduk melaksanakan hukum-Nya, sehingga mereka yang menganggap
kepemilikan secara tidak terbatas, berarti ingkar kepada kekuasaan Allah
Swt. Implikasi dari status kepemilikan menurut Islam adalah hak manusia
atas barangbarang atau jasa-jasa itu terbarbatas. Hal ini jelas berbeda dengan
kepemilikan mutlak oleh individu pada sistem kapitalis dan kaum ploteral
pada sistem Maexisme.
Kedua, Allah Saw adalah pencipta semua makhluk, dan semua
makhluk tunduk kepada-Nya (Q.S 6: 142-145; Q.S 16: 10-16; Q.S 35: 27-
29; dan Q.S 39:21). Dalam Islam, kehidupan dunia hanya dipandang sebagai
ujian, yang akan diberikan ganjaran dengan surga yang abadi. Menurut
Tarek El-Diwany, ganjaran atas usaha-usaha dunia yang terbatas dan non
7
Maman Surahman dan Panji Adam, Penarapan Prinsip Syariah Pada Akad Rahn Di Lembaga
Pegadaian Syariah. Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung. hlm.141-142
13
moneter hal inilah yang sulit untuk dimasukkan ke dalam analisis ekonomi
konvensional. Sedangkan ketidakmerataan karunia nikmat dan kekayaan
yang diberikan Allah Swt kepada setiap makhluk-Nya, merupakan
kekuasaan Allah Swt semata. Tujuannya adalah agar mereka yang diberi
kelebihan sadar menegakan persamaan masyarakat (egalitarian) dan
bersyukur kepada-Nya (Q.S 107: 1-7; dan Q.S 11: 7), persamaan dan
persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, yakni syirkah dan qiradh atau bagi
hasil (Q.S 2: 254 dan Q.S 5: 2). Doktrin egalitarianisme Islam seperti itu,
berbeda dengan sistem ekonomi materialistik, hedonis yang prolater
sosialistik dan marxisme.
Ketiga, iman kepada hari kiamat akan mempengaruhi tingkah laku
ekonomi manusia menurut horizon waktu. Sedangkan muslim yang
melakukan aksi ekonomi tertentu, akan mempertimbangkan akibatnya pada
hari kemudian. Menurut dalil ekonomi, hal ini mengandung maksud bahwa
dalam memilih kegiatan ekonomi haruslah mempertimbangkan baik
menghitung nilai sekarang maupun hal yang akan dicapai di masa yang akan
datang. Hasil kegiatan mendatang ialah semua yang diperoleh, baik sebelum
maupun sesudah mati (extended time horizon), seperti yang dijelaskan
dalam Q.S 75: 1-10; dan Q.S 99: 1-88.
Prinsip tauhid dapat mengukuhkan konsep non-materialistik dan
dipahami sebagai triangle, dimana ketaatan kepada Tuhan diletakan pada
posisi puncak, sedangkan manusia dab alam diletakan pada posisi sejajar
yang saling membutuhkan. Manusia diberikan amanat untuk memanfaatkan
alam (sebagai resources) dan di dorong untuk menghasilkan output yang
dapat bermanfaat bagi semua pelaku ekonomi. Output itu sensiei tidak
mutlak dimilikinua karena pada harta yang dimilikinya ada hak orang lain
yang membutuhkannya. Studi tentang pembiayaan tidak lepas dari kegiatan
yang dilakukan untuk memanfaatkan dan mengembangkan harta.41
Pengembangan kekayaan dalam ekonomi konvensional menganut prinsip
yang mengacu kepada teori bunga. Ajaran Islam memandang bahwa harta
serta pengembangannya tidak bisa diakumulasi dengan cara riba sebagai
8
Ibid. hlm.143
14
teori bunga. Pada saat yang sama, kebiasaan untuk mendiamkan harta yang
diperoleh tidak pula dianjurkan dalam Islam. Ketika seseorang memiliki
harta kemudian mendiamkannya (idle assets), maka akan menyebabkan
harta tersebut hanya dimiliki oleh segelintir orang kaya. Pada akhirnya,
jurang antara si kaya dan si miskin akan semakin menganga. Padahal, dalam
harta milik seseorang (property rights) ada hak milik orang lain. Hal ini
menunjukan bahwa Islam menghdendaki terjadinya perputaran kepemilikan
harta secara lebih mereta.
Sistem pegadaian yang dianut ekonomi Islam selama ini didasarkan
pada 2 (dua) sifat, yaitu:
1. konsumtif; dan
2. produktif. Pembiayaan konsumtif dapat dilakukan dengan pendekatan:
a. sistem margin (keuntungan) melalui akad al-murâbahah (jual beli
tangguh)
b. sistem pinjaman tanpa bunga melalui akad al-qard al-hasan atau
yang lebih dikenal dengan pinjaman kebajikan.
9
Ibid. hlm.143
15
Prinsip ini juga telah disampaikan Abu ‘Ubaid (w. 224 H) dalam al-Amwal.
Ia berpandangan bahwa prinsip ta’awun sesama manusia dapat
meningkatkan taraf hidup.46 Menurut Sa’id Sa’ad Martan, prinsip ini
berorientasi pada sosial adalah usaha seseorang untuk membantu
meringankan beban saudaranya yang ditimpah kesulitan melalui gadai
syariah.
10
Ibid. hlm.144
16
1. Barang-barang atau benda perhiasan antara lain : emas, perak intan, berlian,
Mutiara, platina dan jam.
2. Barang-barang berupa kendaraan seperti : mobil (termasuk bajai dan
bemo), sepeda motor, dan sepeda biasa (termasuk becak).
3. Barang-barang elektronik, antara lain : Televisi, radio, radio tape, video,
computer, kulkas, tstel, dan mesin tik.
4. Mesin-mesin seperti mesin jahit dan mesin kapal motor.
5. Barang-barang keperluan rumah tangga seperti :
a. Barang tekstil, berupa pakaian, permadani atau kain batik.
11
Ibid. hlm.144
12
Ahmad Rodoni, Asuransi dan Pegadaian Syariah. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2015. hlm.72
17
13
Luky Andraiesta. “Pengaruh Pegadaian Syari’ah Terhadap Perekonomian Masyarakat”. Diakses
dari eprints.umsida.ac.id. pada 25 Oktober 2019 pukul 19:30.
18
2. Dapat memberikan dana tunai dengan cepat. Meskipun dana yang didapat
tidak besar jumblahnya, tapi prosesnya sangat mudah dan cepat. Ini
merupakan keunggulan dari sistem Pegadaian.
3. Membantu memberikan dana secara mendadak dengan jumlah yang besar,.
Pegadaian adalah salah satu solusi untuk memperoleh dana dalam jumlah
yang besar dalam jangka waktu yang cepat. Dalam satu hari, prosesnya bisa
selesai dan kita sebagai nasabah bisa langsung mendapatkan dana yang
dibutuhkan.
14
Martono. “Prospek Rahn (Gadai Syari’ah) Dalam Mendukung Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”.
Al-Iqtishad: Vol. I, No. 2, Juli 2009. Hlm 39-44
19
A. Simpulan
Gadai Syariah (Rahn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada
prinsip prinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya administrasi
dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan. Pegadaian Syariah PT.
Pegadaian (Persero) memungut biaya tidak berbentuk bunga, tetapi berupa
biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, dan penaksiran. Biaya gadai syariah
lebih kecil dan hanya sekali saja. Keberadaan pegadaian syariah dimaksudkan
untuk melayani pasar dan masyarakat yang secara kelembagaan dalam
pengelolaan menerapkan manajemen modern, yaitu menawarkan kemudahan,
kecepatan, keamanan, dan hemat dalam penyaluran pinjaman.
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Maman Surahman dan Panji. n.d. "Penarapan Prinsip Syariah Pada Akad
Rahn Di Lembaga Pegadaian Syariah." (Fakultas Syariah Universitas
Islam Bandung ).
Andraiesta, Luky. “Pengaruh Pegadaian Syari’ah Terhadap Perekonomian
Masyarakat”. Diakses dari eprints.umsida.ac.id. pada 25 Oktober 2019
pukul 19:30.
Erangga, Adilla Sarah. n.d. "Operasional Gadai Dengan Sistem Syariah Pt.
Pegadaian (Persero) Surabaya." (Universitas Negeri Surabaya).
Huda, Nurul & Mohamad Heykal. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta:
Pranamedia Group.
Rodoni, Ahmad. 2015. Asuransi dan Pegadaian Syariah. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
24