Bab 10 Pelayanan Jasa Bank Syariah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PELAYANAN JASA BANK SYARIAH

Disusun Oleh:
Dimas Fatchur Rohman (1803102340)
Fitri Zubaidah (1803102295)

KELAS 4H
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat dan
karunianya sehingga makalah yang berjudul “PelayananJasa Bank Syariah” inidapat kami
susun hingga selesai. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan kita semua berharap semoga makalah ini mampu menambah pengalaman serta
ilmu bagi para pembaca. Sehingga untuk kedepannya sanggup memperbaiki bentuk maupun
tingkatkan isikan makalah sehingga menjadi makalah yang miliki wawasan yang luas dan
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman kami, Kami percaya tetap banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang
membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                   Madiun, 15 Maret 2020

.                                                 Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. LatarBelakang................................................................................. 1

B. RumusanMasalah............................................................................ 1

C. TujuanMakalah............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2

A. Pengertian Pelayanan Jasa Bank .................................................... 2

B. Pengertian Al-Wakalah................................................................... 2

C. Pengertian Al-Kafalah.................................................................... 4

D. Pengertian Al-Hawalah................................................................... 5

E. Pengertian Al-Rahn......................................................................... 6

F. Pengertian Al-Qard......................................................................... 6

G. Pengertian Al-Sharf........................................................................ 7

BAB III PENUTUP............................................................................................. 8

A. Kesimpulan..................................................................................... 8

B. Saran............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Jasa – jasa bank lainnya merupakan kegiatan perbankan yang kegiatan perbankan
yang ketiga. Tujuan pemberian jasa – jasa bank ini adalah untuk mendukung dan
memperlancar kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dan. Semakin lengkap jasa bank
yang diberikan, semakin baik. Dalan arti jika nasabah hendak melakukan suatu transaksi
perbankan, cukup di satu bank saja. Demikian pula sebaliknya jika jasa bank yang diberikan
kurang lengkap, maka nasabah terpaksa untuk mencari bank lain yang menyediakan jasa
yang mereka butuhkan.
Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syariah juga
melakukan transaki yang tidak untuk mencari keuntungan. Transaki ini tercakup dalam jasa
pelayanan fee based service . Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan oleh bank
Syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan, agen, dan jasa non keuangan.
Termasuk dalam jasa keuangan, wakalah (pelimpahan kekuasaan kepada bank untuk
bertindak mewakili nasabah), kafalah (jaminan yang diberikan seseorang untuk menjamin
pemenuhan kewajiban pihak kedua).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Pelayanan Jasa Bank ?
2. Apa pengertian Al-Wakalah ?
3. Apa pengertian Al-Kafalah ?
4. Apa pengertian Al-Hawalah ?
5. Apa pengertian Ar-Rahn ?
6. Apa pengertian Al-Qard ?
7. Apa pengertian Al-Sharf ?

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui pengertian Pelayanan Jasa Bank,Al-Wakalah, Al-Kafalah, Al-
Hawalah, Ar-Rahn, Al-Qard, Al-Sharf.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PELAYANAN JASA BANK


Jasa layanan dan produk produk perbankan merupakan kegiatan penunjang untuk
melancarkan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Kegiatan ini sangat banyak
memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan keuntungan bagi bank semakin
besar karena kelengkapan fasilitas dan pelayanan yang dimiliki membuat banyak calon
nasabah yang mau menggunakan jasa layanan bank ini.

B. AL WAKALAH
Secara etimologi, Wakalah memiliki beberapa pengertian seperti (al-hifzh) yang
berarti perlindungan, (al-kifayah) yang berarti pencakupan, (al-dhamah) yang berarti
tanggungan atau (al-tafwidh) berarti pendelegasian atau pemberian kekuasaan atau
mewakilkan.
Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang/satu pihak sebagai pihak
pertama kepada orang/pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal yang diwakilkan, dalam hal
ini pihak kedua hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang yang diberikan
oleh pihak pertama kepadanya. Apabila kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan,
maka semua resiko dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya
kembali menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa. Wakalah juga berarti penyerahan,
pemberian mandat atau pendelegasian.
Para ulama memiliki pendapat yang berbeda tentang wakalah. Adapun pendapat
ulama mengenai wakalah adalah sebagai berikut:
- Menurut Ulama Syafi’iyah, Wakalah adalah ungkapan yang mengandung arti
pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain agar orang lain tersebut
melakukan kegiatan yang telah dikuasakan atas nama pemberi kuasa.
- Menurut Ulama Hanafiyah, Wakalah ialah seseorang menempati diri orang lain dalam
tasharuf (pengelolaan).1
- Menurut Ulama Malikiyah, Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya
kepada orang lain untuk melakukan kegiatan yang merupakan haknya, yang mana

1
Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Muzahib al-arba’ah. Hlm 167

2
kegiatan tersebut tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah wafat, sebab jika
kegiatan dikaitkan setelah pemberi kuasa wafat maka sudah termasuk wasiat.
- MenurutSayyidSabiq, Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada
orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.2
Jadi, Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima
kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.3
Adapun dasar hukum wakalah adalah Al-Qur’an, Al-Hadist dan Ijma’.
- Al-Qur’an
“...Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakala makanan yang lebih baik, maka
hendaklah dia membawa makanan itu untukmu...” (QS. Al-Kahfi : 19)
“Berkata Yusuf : Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir), sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf : 55)
- Al-Hadist
“Bahwasanya Rasulullah saw mewakilkan kepada Abu rafi’ dan seorang anshar
untuk mewakilinya mengawini Maimunah binti al-Harist.” (HR. Malik dalam al-
Muwatha’)
“Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Assa’ah untuk memungut zakat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)4
- Ijma’
Para ulama bersepakat dengan ijma’ atas diperbolehkannya wakalah. Mereka bahkan
ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal tersebut termasuk
jenis ta’wun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan taqwa.5

Rukun dan syarat wakalah:


- Adanya pemberi kuasa (muwakkil)
- Pihak penerima kuasa (wakil)
- Obyek yang dikuasai (taukil)
- Ijab qabul (sighat)
Ada beberapa macam-macam wakalah, antara lain:
A. Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa batasan waktu dan
untuk segala urusan.
B. Wakalah al muqayyadah, yaitu penunjukan wakil untuk bertindak atas namanya
dalam urusan-urusan tertentu.

2
Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyati, I’anat al-Talibin (Semarang: Toha Putra) Hlm 84
3
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim) Hlm 33
4
Hendi Suhendi, Fiqh Mu’amalah, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), hlm.233-237.
5
Muhammad Syafi’I Antonio. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Insani Press 2001)
Hlm 166.

3
C. Wakalah al ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah tetapi lebih
sederhana dari pada al mutlaqah6

C. AL KAFALAH
Al-Kafalah secara etimologi memiliki tiga makna yaitu ‫( الضمان‬jaminan), ‫الحمالة‬
(beban), dan ‫(الزعامة‬tanggungan), namun secara menyeluruh ketiga kata ini memiliki garis
pengertian yaitu jaminan.
Kafalah adalah Akad dari pihak pertama dan pihak kedua dapat berupa
perjanjian yang mengikat dimana tidak dapat dibatalkan secara sepihak, pihak penjamin
tersebut bisa mendapatkan imbalan dari pihak yang tertanggung selagi tidak memberatkan
pihak tertanggung. Hal ini sesuai dengan fatwa DSN No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Kafalah.
Pada asalnya, kafalah adalah padanan dari dhamman, yang berarti penjaminan
sebagaimana tersebut di atas. Namun dalam perkembangannya, Kafalah identik dengan
kafalah al-wajhi (personal guarantee, jaminan diri), sedangkan dhamman identik dengan
jaminan yang berbentuk barang/harta benda.
Dasar hukum Al-Kafalah adalah Al-Qur’an, Al-Hadist dan Ijma’.
- Al-Qur’an
“Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang
dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta,
dan aku menjamin terhadapnya." (QS. Surah Yusuf : 72 )
“Ya’kub berkata: sekali-kali aku akan melepaskannya (pergi) bersama-sama kamu
sebelum kamu janji yang teguh kepadaku atas nama Allah bahwa kamu pasti kembali
kepadaku” (QS. Yusuf : 66)

- Al-Hadist.
Dari Anas ia berkata: “Rasulullah saw telah merungguhkan baju besi beliau
kepada seorang Yahudi di Madinah, sewaktu beliau mengutang sya’ir (gandum) dari
seorang Yahudi untuk ahli rumah beliau.” (HR. Bukhari, Nasa’i, dan Ibnu Majjah)7

- Ijma’
Adapun dasar hukum kafalah menurut ijma’ ulama bahwa kaum muslimin
telah berijma’ atas pembolehan kafalah secara umum karna keperluan atau hajat
manusia kepadanya untuk saling menolong serta menolak bahaya dari orang yang
berhutang.

6
Ismail, Perbankan Syari’ah, (Jakarta: KENCANA 2011) Hlm 105
7
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Jakarta: Sinar Baru Algesindo, 2003) Hlm 309

4
Rukun dan syarat kafalah:
- Orang yang menjamin (dhamin, kafilatauza’im)
- Orang yang berpiutang (madmunlah)
- Orang yang berhutang
- Obyek jaminan hutang
- Sighat
Kafalah dapat di golongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a) Kafalah dengan jiwa dikenal dengan kafalah bi al-wajhi, yaitu adanya keharusan pada
pihak penjamin (al-kafil, al-dhaminataual-za’im) untuk menghadirkan orang yang ia
tanggung kepada yang ia janji kantanggungan (Makfullah).
b) Kafalah dengan harta, yaitu kewajiban yang harus ditunaikan oleh dhamin atau kafil
dengan pembayaran (pemenuhan) berupaharta.

D. AL HAWALAH
Pengertian Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. dalam istilah para ulama yaitu pemindahan beban
utang dari muhil ( orang yang berutang ) menjadi tanggungan muhal alaih( orang yang
berkewajiban membayar utang).8
dasar hukum :
- Sunnah
Imam bukhari dan muslim meriwayatkan dari abu hurairah bahwa rasululloh
bersabda :” menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah suatu kezaliman
dan jika salah satu dari kamu di ikutkan( di hawalahkan ) kepada orang yang
mampu /kaya, terimalah hawalah itu.”
- Ijma
Ulama sepakat membolehkan hawalah, hawalah dibolehkan pada utang yang
tidak berbentuk barang / benda karena hawalah adalah perpindahan uang, maka harus
pada uang atau kewajiban  finansial.

Manfaat Al-Hawalah
- Memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan cepat dan simultan
- Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan
- Dapat menjadi salah satu sumber pendapatan non pembiayaan bagi bank syariah

8
Rahman syafi’i. hal 131

5
E. AR RAHN
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambilkembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rhan adalah
semacam jaminan utang atau gadai

Rukun rahn yaitu:


a. Shighat atau ijab qabul.
b. Aqid (yang menggadaikan/Rahindan yang menerima gadai/Murtahin)
c. Barang yang dijadikan jaminan (marhun)
d. Adanya hutang
Adapun syarat- syarat yang harus terpenuhi pada setiap rukun Rahn yaitu:
a. Shighat, yaitu bisa dengan lisan atau tulisan. Misalnya dengan kalimat “aku gadaikan
emasku ini dengan harga Rp. 500.000,-“, yang kemudian dijawa boleh murtahin
dengan kalimat “aku terima gadai emas mu dengan hargaRp. 500.000,-“.Bahkan
hanya dengan menggunakan isyarat pun boleh.
b. Aqid, adapun syarat bagi yang berakad adalah ahli tasharruf, yaitu mampu
membelanjakan harta dan dalam hal ini memahami persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan gadai. Keduanya juga harus lulus syarat al-ahliyah.

F. AL QARDH
Pengertian al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali ( meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan), saling membantu dan bukan
transaksi komersial.

Dasar hukum
- al-qur’an : qs al-hadiid:11
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak
- Al-hadits
HR Ibnu majah no.2421, kitab al-ahkam ; ibnu hibban dan baihaki
artinya:” ibnu mas’ud meriwayatkan bahwa nabi saw berkata,” bukan seorang
muslim  yang meminjamkan muslim lainnya dua kali kecuali yang satunya adalah
senilai sedekah.”

6
- Ijma
kesepakatan ulama ini didasari oleh tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa
pertolongan dan bantuan saudaranya.

Sumber dana
Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keungan nasabah secara cepat dan jangka
waktu pendek diambil dari modal bank. Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha
sangat kecil dan keperluan sosial ,bersumber dari dana zakat, infak dan sedekah. Selain itu
dapat dari pendapatan-pendapatan yang diragukan .9

Manfaat dari Al qardh


1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat
talangan jangka pendek
2. Al-qardh al-hasan merupakan salah satu ciri pembeda antara bank syariah dan
konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial disamping misi komersial
3. Adanya misi social kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan
loyalitas  masyarakat terhadap bank syariah.

G. AS SHARF
Merupakan pelayanan jasa bank syari’ah dalam pertukaran mata uang. Pertukaran
antara valas dan rupiah di bolehkan. Ari harfiah sharf adalah penambahan, penukaran,
penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Sharf dapat diartikan transaksi jual
beli antara mata uang yang satu dengan mata uang yang lainnya.
Transaksi sharf dapat dibenarkan bila sesuai dengan persyaratan antara lain:
- Nilai tukar antar mata uang yang akan diperjual belikan telah dikuasai secara
langsung oleh penjual dan pembeli. Penguasaan dimaksud ialah terkait dengan fisik
maupun hukumnya.
- Bila pertukaran antara mata uang yang sejenis, maka jumlah nilainya harus sama.
- Salam Sharf tidak boleh ada tenggang waktu antara transaksi dan saat penyerahan
uang, artinya pertukaran uang harus dilakukan secara tunai.
- Transaksi sharf tidak untuk spekulasi, akan tetapi transaksi itu terjadi karena kedua
pihak saling membutuhkan untuk melakukan jual beli mata uang.

9
Muhammad syafi’i antonio. hal133

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut:
- Wakalah berarti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang / satu pihak sebagai pihak
pertama kepada orang / pihak lain sebagai pihak kedua dalam hal yang diwakilkan,
dalam hal ini pihak kedua hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang
yang diberikan oleh pihak pertama kepadanya
- Kafalah adalah Akad dari pihak pertama dan pihak kedua dapat berupa perjanjian
yang mengikat dimana tidak dapat dibatalkan secara sepihak, pihak penjamin tersebut
bisa mendapatkan imbalan dari pihak yang tertanggung selagi tidak memberatkan
pihak tertanggung
- Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
peminjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis
- Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama yaitu pemindahan beban utang
dari muhil ( orang yang berutang ) menjadi tanggungan muhalalaih( orang yang
berkewajiban membayar utang)
- Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta
kembali (meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan), saling membantu dan bukan
transaksi komersial

B. Saran
Demikianlah pembahasan dari makalah ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca. Dan
kami mengharapkan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan makalah ini. Sekian dan terima
kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Isa Asyur,Fikih al-Muyassar fi al-Muamalah, (Terj). (Solo: Pustaka Mantiq, 1995)
Ridwan, Akad-akad pada Perbankan Syari’ah di Indonesia, cet. 1, Banda Aceh, Yayasan
PeNA, 2010.
Syafi’I Antonio,Muhammad.,  Bank Syari’ah, cet. 1, Jakarta: Gema Insani, 2001.
Suhendi, Hendi.,  Fiqh Mu’amalah, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002.
Lestari, Anis Dewi. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah
Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Banyumanik Semarang. Diss.
IAIN Walisongo, 2013.
Wahab, Wirdayani. "Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah Industri
Perbankan Syariah di Kota Pekanbaru." Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam 2.1
(2017): 51-66.
Nuhyatia, Indah. "Penerapan dan Aplikasi Akad Wakalah pada Produk Jasa Bank
Syariah." Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam 3.2 (2013).
Larasati, Febby. Pengaruh Religiusitas, Produk Bank, Kepercayaan, Pengetahuan, dan
Pelayanan Terhadap Preferensi Menabung Pada Perbankan Syariah (Studi Pada
Mahasiswa Akuntansi STIE Perbanas Surabaya). Diss. STIE Perbanas Surabaya,
2017.
Anshori, Abdul Ghofur. "Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia dan
Implikasinya bagi Praktik Perbankan Nasional." Jurnal Fakultas Hukum UII 2.2
(2008): 159-172.
Santoso, Andita Yuni. Pelaksanaan Akad Pembiayaan Qardh pada Bank BRI Syariah
Cabang Semarang. Diss. program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2005.
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004)
Soenardjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1992).
Suhendi. Hendi, Pengantar Fikih Muamalah (Jakarta: Rajawali Press, 2002).
Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002).
Zulkifli. Sunarto, Perbank Syariah (Jakarta: Dzikrul Hakim, 2003).

Anda mungkin juga menyukai