SKRIPSI Asli Rian PDF
SKRIPSI Asli Rian PDF
SKRIPSI Asli Rian PDF
PESANTREN
KHATAMUN NABIYYIN
JAKARTA
2019
SKRIPSI
Kepada
PESANTREN
KHATAMUN NABIYYIN
JAKARTA
2019
i
SKRIPSI
Pembimbing
Ajid Salim
Bagian Akademik
ii
SKRIPSI
Menyetujui,
Panitia Penguji
3 Anggota 3. .....................
Bagian Akademik
iii
ABSTRAK
َُُ٘سٍَ ۡذ ُخي َ ًَُٗ أ َ ۡسز َ ِج ۡت ىَ ُن ٌۡۚۡ ِإ َُّ ٱىَّزٌَِِ ٌَ ۡسز َ ۡنجِ ُش
َ ًِع ِۡ ِعجَبدَر ٓ َُِّ٘ٗقَب َه َسثُّ ُن ٌُ ۡٱدع
ٌَِاخ ِش ِ ََج ََّْٖ ٌَ د
Dalam ayat ini Allah Swt memerintahkan manusia untuk berdoa kepadanya “Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku” dan secara umum yang diketahui
bahwasanya perintah dari Tuhan kepada yang diperintahkannya adalah sesuatu
yang memiliki manfaat dan keutamaan begi manusia karena apa yang
diperintahkan Tuhan dana pa yang dilarang-Nya adalah sesuatu yang baik. Doa
dalam berbagai pandangan ulama dan aktivis islam memandangnya sebagai
bentuk ibadah sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran salahsatunya telah
disebutkan
iv
KATA PENGANTAR
َّ ِِ ََ َٰ ٱىش ۡح
ٌٍِ ٱىش ِح ِ َّ ٌِ ثِ ۡس
َّ ٱَّلل
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
Alhamdulillah, segala puji hanyalah bagi Dia yang dengan menyebut nama-
Nya adalah obat, dan yang dengan mengingat nama-Nya adalah penyembuh.
Salawat serta salam senantiasa teriring untuk Nabi Muhammad Saw beserta
keluarganya yang suci dan para sahabat-sahabatnya yang setia akan menuruti
perintahnya.
Setelah melalui berbagai perjuangan dan pengorbanan, akhirnya penulisan
skripsi ini bisa sampai di penghujung jalan. Di sini penulis ingin mengucapkan
ribuan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini, di antaranya:
1. Ustadz Ajid Salim S.pd, selaku pembimbing penulis dalam menyusun
skripsi ini. Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada beliau
yang telah meluangkan banyak waktu dan pikirannya untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis memohon maaf
sekiranya terdapat kekurangan di dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ustadz Hasan Laede SE, selaku bagian akademik, dan pemantau anak-
anak dalam menyusun skripsi, penulis ucapkan terima kasih kepada
beliau yang senantiasa bersabar dalam memantau kami dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Untuk seluruh jajaran guru besar yang berada di pondok pesantren
Khatamun Nabiyyin ini yang di mana mereka telah memberikan ilmu
dan membantu teman-teman penulis dalam membimbing skripsinya
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
vi
2.2. Relasi antara Zikir dan Doa ................................................................... 16
2.3. Esensi doa adalah ibadah ....................................................................... 17
2.4. Etika berdoa dalam al-Quran ................................................................. 21
2.5. Tertundanya sebuah doa ........................................................................ 28
2.5.1. Sesuatu yang diusahakan................................................................ 28
vii
3.4.1. Faktor keimanan ............................................................................. 44
viii
BAB I : PENDAHULUAN
1
H. Mirza Jawad Maliki Tabrizi, Al-Muraqobat : Bimbingan Amal Untuk Kaum Mukmin,
(Jakarta : Citra, 2016), 239.
2
H. Mirza Jawad Maliki Tabrizi, Al-Muraqobat: Bimbingan Amal Untuk Kaum Mukmin,
239.
1
pikiran, dan hubungan batin antara hamba dan sumber segala kebaikan.3
Selain itu, doa merupakan permohonan atau permintaan yang baik kepada
Tuhan, seperti memohon kebaikan, perlindungan, kesehatan dalam menjalani
kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. Seorang hamba yang berdoa kepada
Tuhan seharusnya melakukannya setiap saat, kapanpun di manapun dia
berada, karena Tuhan sangat dekat dengan hambah-Nya dan setiap keinginan
seorang hamba akan didengarkan oleh Tuhan, sebagaimana firman-Nya
dalam QS. Ghafir ayat 60:
3
Said Husain Husaini, Bertuhan Dalam Pusaran Zaman : 100 Pelajaran Penting Akhlak
Dan Moralitas, (Jakarta : Citra, 2013), 91.
4
Ali Syariati, Doa, Tangisan dan Perlawanan : Pemikiran Alexis Carrel dan Imam Ali
Zainal Abidin, (Yogyakarta : Jaringan Aktivis Filsafat Islam (JAKFI), 2015), 29.
2
َ ُِ س
ع ُج٘ال ِ ۡ َُعب ٓ َء ۥُٓ ِث ۡٱىخ ٍَۡ ِۖ ِش َٗ َمب
َ َٰ ّٱۡل َّ س ُِ ِثٱى
َ ُ ش ِ ّش د ِ ۡ ٌََُٗ ۡذع
َ َٰ ّٱۡل
Dari ayat ini, dapat dipahami secara garis besar bahwa ada dua
kategori orang yang berdoa, Pertama : Orang berdoa untuk sesuatu yang
bersifat kebaikan baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Kedua : Orang
berdoa untuk suatu hal bersifat keburukan baik kepada dirinya ataupun
kepada orang lain.
Hamba yang meminta sesuatu kepada Tuhan harus memiliki niat yang
baik, suci dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Tuhan, sehingga apa
yang diinginkan seorang pehamba kepada Tuhan dikabulkan, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 186 yang berbunyi:
Oleh karena itu, seorang hamba harus memenuhi segala perintah dari
Tuhan, baik bersifat universal maupun bersifat induvidu dalam arti kelompok
atau aliran kepercayaan. Alexis Carrel menjelaskan cara kerja pengaruh doa:
“doa seharusnya berakar dari kekuatan, kesinambungan, dan keikhlasan.
Demikian pula, ia harus berasal dari kata hati yang spontan dan bergairah”.5
Dikatakan bahwa Setiap ibadah yang dilakukan manusia tak akan
terlepas dari kegiatan berdoa kepada Sang-pecipta, doa merupakan ritual
pensucian hati bagi setiap manusia. Akan tetapi, ritual ini mulai hilang dalam
kehidupan manusia dikarenakan faktor-faktor sebagai berikut:
5
Ali Syariati, Doa, Tangisan dan Perlawanan : Pemikiran Alexis Carrel dan Imam Ali
Zainal Abidin, 29.
3
Pertama: Perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang
semakin canggih. Karena tak bisa menyeimbangkan antara dunia dan
akhirat sehingga meninggalkan kegiatan bardoa dan berzikir kepada
Tuhan. Maka manusia lebih cenderung kepada teknologi.
Kedua: Kekecewaan para pelaku doa ketika doa mereka tak
terkabulkan, di karenakan kurannya pemahaman mengenai hakikat
doa, bagaimana adab-adab dilakukan ketika berdoa, sehinggah
membuat manusia cenderung kepada kaum materialisme bahkan
sampai melupakan Tuhan.
manusia tak akan pernah mengetahui apa yang akan datang kepadanya
atas apa yang diperbuatnya, apakah itu adalah sebuah kebaikan ataukah itu
sebuah kemaksiatan yang bisa membuat dirinya maupun orang lain celaka.
Jelaslah bahwa doa sebenarnya adalah permohonan agar disiapkan segala
faktor di luar kemampuan manusia, itu pun kepada zat yang memiliki
kekuasaan tak terbatas dan dengan mudah melakukan segala sesuatu.6
Maka dengan hal ini penulis mengambil judul ”Doa Dalam
Perspektif Al-Qur’an”. Sangat pentingnya doa dalam kehidupan manusia,
yang mana dengan doa inilah seorang hambah akan merasakan pencucian
batin yang membuat jiwa jadi bersih dan akan lebih mendekatkan dirinya
dengan Tuhan.
1.2. PERMASALAHAN
6
Said Husain Husaini, Bertuhan Dalam Pusaran Zaman : 100 Pelajaran Penting Akhlak
Dan Moralitas, 90.
4
1.2.2. Pembatasan Masalah
Mengenai pembahasan dalam penelitian ini, penulis membatasi
masalah pada permasalahan sebagai berikut :
1) Sesuatu yang diprhatikan dalam doa.
2) Konsep doa dalam al-Qura‟an.
7
Muhammad Mahdi As-Sofi, Ad-Dua Inda Ahlulbait, (Qum : Jamiatul Mustofa Al-
Alimiyah, 1387 S), 12.
5
yang terdapat dalam jilid 6 mengenai tafsiran doa yang dilakukan oleh
nabi yusuf.
4) Al-Mizan Fi Tafsiril Qur‟an, buku ini disusun oleh Alamatul Sayyid
Muhammad Husain Thaba‟thaba‟i, diterbitkan di kota Lebanon oleh
penerbit Muassatul A‟lamia Lilmatbua‟h. Penulis akan merujuk pada
tafsiran QS. Al-Baqoroh ayat 186 yang tedapat dalam jilid 2, ayat ini
menjadi rujukan penulis tentang tafsir doa dalam al-qur‟an.
5) Tafsir Nurul Tsaqalain, karya dari Al-Muhaddis Jalil Allamah Syeikh
Abdul Ali Bin Jum‟ah Al-Arusi Al-Hawizi, diterbitkan di kota Qom
oleh penerbit Musassah Ismailiyan. Penulis menjadikan kitab tafsir ini
sebagai salah satu literatul yang relevan terkait ayat al-qur‟an
mengenai tafsir doa dalam al-Qur‟an.
6) Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Qur‟an, buku ini karya dari Allamah Kamal Faqih Imani, diterbitkan
di kota Jakarta oleh penerbit Al-Huda pada tahun 2005, penulis akan
merujuk pada tafsiran QS. Al-Isro ayat 11 yang terdapat dalam jilid 8,
ayat ini berkenaan dangan orang yang berdoa untuk kejahatan
sebagaimana berdoa untuk kebaikan dan orang yang tergesah-gesah
dalam berdoa. dikatakan bahwa “ketergesahan seperti itu membuatnya
pada titik dimana diri-nya mampu menentukan mana yang benar-benar
baik dan bermanfaat bagi-nya”.8
7) Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan keserasian Al-Qur‟an, buku ini
disusun oleh Muhammad Quraish Shihab, diterbitkan di kota Jakarta
oleh penerbit Lentera Hati pada tahun 2002. Penulis akan merujuk
pada tafsiran QS. Al-A‟raf ayat 55 pada volume 4 dan ayat-ayat
berkaitan dengan tema pembahasan, ayat ini menuntun manusia agar
beribadah dan berdoa kepada-nya guna mendapatkan kebajikan
duniawi dan ukhrawi yang sungguh banyak dan semuanya berada di
8
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an : Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Qur‟an, (Jakarta : Al-Huda, 2015), jil. 8, 764.
6
bawah kendali-nya.9 Ayat ini mencakup syarat dan adab berdoa kepada
Allah Swt.10
8) Virus-Virus Doa : Penghalang Ruhani Doa, buku ini terjemahan dari
buku Ad-Du‟a Al-Mardud yang ditulis oleh Hasyim Al-Jazairi,
penerjemah Salman Nano, diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Al-Huda
dan dicetak pada tahun 2005/1426 sya‟ban. Buku ini membahas
tentang hal-hal yang menghalangi terkabulnya doa. Ada dua larangan
besar yang menyebabkan doa tak terangkat kelangit dan tak mendapat
jawaban atau tak terkabulkan, yaitu; pertama, maksiat, dan kedua,
tiadanya kebaikan bagi diri si pendoa.11
9) Fadhilah Zikir dan Doa, buku ini karya dari Habib Hasan Musawa Al-
Husayni, diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Al-Huda, cetakan pertama
pada tahun 2001. Pembahasan dalam buku ini mengenai fadilah dari
doa. Manfaat yang didapatkan dari berdoa sangat banyak baik bagi
rohani maupun jasmani, sesungguhnya adalah salah satu cabang dari
cabang-cabang penyucian dan pembinaan diri.12
10) Bertuhan Dalam Pusaran Zaman : 100 Pelajaran Penting Akhlak dan
Moralitas, buku ini diterjemahkan dari Yek Shad Mawzhu-E Ahkloqi
dar Quran Va Hadis karya Hujjatul Islam Said Husain Husaini,
terbitan Dar Al-kitab Islamiyyah, Tehran. Buku yang diterjemahkan
oleh Yusuf Anas, diterbitkan di Jakarta oleh penerbit Citra pada tahun
2013. Dalam buku ini terdapat pembahas tentang doa mengenai
falsafah, syarat-syarat terkabulnya dan keberatan terhadap doa yang
akan menjadi rujukan penulis.
9
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan keserasian Al-Qur‟an,
(Jakarta : Lentera Hati, 2002), jil. 4, 142.
10
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan keserasian Al-
Qur‟an, jil. 4, 143.
11
Hasyim Al-Jazairi, Virus-Virus Doa : Penghalang Ruhani Doa, (Jakarta : Al-Huda,
2005), 5.
12
Habib Hasan Musawa Al-Husayni, Fadhilah Zikir dan Doa, (Jakarta : Al-Huda, 2001), 5.
7
1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.4.2.1. Teoritis
1) Memberikan kontribusi dan sumbangsih pemikiran khususnya
bagi Lembaga keagamaan.
2) Sebagai replikasi dan bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan tema pembahasan.
1.4.2.2. Praktis
1) Bagi penulis adalah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai doa dalam al-Qur‟an ataupun dalam
beberapa agama.
2) Bagi pembaca adalah memberikan pencerahan jasmani dan
rohani setelah mengetahui hakikat doa dan dapat menambah
kualitas sebuah doa.
1.5.METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan sekumpulan jalur dan keteraturan
prosedur yang digunakan oleh para-penulis dengan tujuan untuk menyingkap
suatu masalah. Penelitian merupakan serangkaian kegiatan yang terencana
untuk mendapatkan data dalam memberikan jawaban terhadap masalah-
masalah yang telah dirumuskan dengan kesimpulan-kesimpulan yang tepat.13
13
Muhammad Jafar Anwar, Pedoman Praktis Penelitian : Dilengkapi Petunjuk Penulisan
PTK, Skiripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta : Pro Deleader, 2016), 17-18.
8
Dalam suatu penelitian ada beberapa metodologi yang digunakan oleh para
peneliti dalam meneliti suatu permasalahan-permasalahan tertentu.
14
Zed Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta : yayasan Bogor Indonesia,
2004), 3.
15
Saifuddin Azmar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), 5.
9
langsung kepada pengumpul data.16 Data Sekunder adalah data
tambahan yang merupakan data pendukung dari data primer. Maka
sumber data dalam penelitian ini antara lain :
1) Data Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh melalui studi pustaka seperti tafsir al-Qur‟an,
hasil penelitian tesis atau disertasi, dan buku-buku lainnya
yang berhubungan dengan objek penelitian.
2) Data Sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh melalui jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan objek penelitian.
16
Sarjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), 29.
10
1.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam setiap tulisan ilmiah ataupun tulisan-tulisan lainnya, harus
memiliki sistematika penulisan yang baik dan teratur untuk memahamkan
pembaca. Sistematika dalam skiripsi ini di mulai dengan pendahuluan pada
bab pertama yang merupakan pengenalan tentang penelitian dan prosedur
yang digunakan dalam penelitian ini. Kemudian setelah itu pada bab dua
mulai memasuki wilayah pembahasan secara umum tentang tema skiripsi
mengenai definisi doa, pada bab tiga mengenai pembahasan doa dalam
beberapa agama, pada bab empat membahas tentang doa dalam pandangan al-
Qur‟an, pada bab kelima berisikan doa para anbiyyah dalam al-Qur‟an,
Kemudian pada bagian penutup berisikan kesimpulan dan saran. Sistematika
Pembahasan tersebut bisa diketahui dengan rancangan sistematika penulisan
sebagai berikut:
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
1.2.PERMASALAHAN
1.2.1. Identifikasi Masalah
1.2.2. Pembatasan Masalah
1.2.3. Perumusan masalah
1.3.LITERATUR TERDAHULU YANG RELEVAN
1.4.TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
11
1.4.1. Tujuan Penelitian
1.4.2. Manfaat Penelitian
1.4.2.1. Teoritis
1.4.2.2. Praktis
1.5.METODOLOGI PENELITIAN
1.5.1. Jenis Penelitian
1.5.2. Pendekatan penilitian
1.5.3. Sumber data
1.5.4. Teknik Pengolahan Data
1.6.SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II: DO‟A DALAM PANDANGAN AL-QURAN
2.1. Definisi doa
2.2.Relasi antara doa dan zikir
2.3. Esensi doa adalah ibadah
2.4.Etika dalam berdoa
2.5.Tertundanya sebuah doa
2.6.Doa-doa anbiyah dalam al-Quran
BAB III: DOA dan BERBAGAI KATEGORINYA
3.1. Gradasi doa
3.2. Sikap para pendoa
3.3. Latar belakang sebuah doa
3.4. Latar belakang penolakan doa
BAB IV : ANALISIS DOA TAWASSUL
4.1. Tawassul
4.1.1. Pendahuluan
4.1.2. Defenisi
4.1.3. Dalil mengenai tawassul
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
12
BAB II : DOA DALAM PANDANGAN AL-QURAN
17
Awaliddin Hakim, Doa Dalam Perspektif Alquran Kajian Tafsir Ibnu Kathir dan Tafsit
Al-Azhar, Jurnal al-Fath, Vol. 11, No. 01, (Januari-Juni),2017 ISSN : 1978-2845, hal. 52.
13
9) Meminta Pertolongan (Qs. al-Baqarah : 23).
10) (Permintaan secara Umum (Qs. al-Baqarah : 69).
11) Motivasi untuk mengerjakan sesuatu (Qs. Nuh : 5).
Dan dapat dikategorikan juga beberapa doa para Nabi yang terdapat
dalam al-Quran sebagai berikut :
1) Doa memohon kedamaian (Qs. Al-Baqarah ayat 126, Qs. Ibrahim ayat
35, Qs. Al-Muminun ayat 26, Qs. Al-Muminun ayat 39, Qs. Al-Qamar
ayat 10, Qs. Nuh ayat 21-22, Qs. Al-„Ankabut ayat 30, Qs. Asy-Syu‟ara
ayat 12-14, Qs. Al-Qasas ayat 33-34, Qs. Taha ayat 25-35, Qs. Al-
Anbiya ayat 112)
2) Doa memohon rezeki (Qs. Ibrahim ayat 37-38, Qs. Al-Qasas ayat 24,
Qs. Al-Maidah ayat 114)
3) Doa rasa syukur (Qs. Ibrahim ayat 39-40, Qs. An-Naml ayat 19, Qs.
Ali-Imran ayat 26-27, Qs. Al-Mu‟minun ayat 28-29)
4) Doa memohon kekuasaan (Qs. Al-A‟raf ayat 143, Qs. Sad ayat 35)
5) Doa memohon keturunan (Qs. Ash-Shaffat ayat 99-100, Qs. Ali-Imran
ayat 38, Qs. Maryam ayat 4-6, Qs. Al-Anbiya ayat 89)
6) Doa yang menggambarkan keteguhan hati (Qs. Al-Isra‟ ayat 80-81)
7) Doa memohon ilmu pengetahuan (Qs. Taha ayat 114)
8) Doa memohon keselamatan (Qs. Hud ayat 45 dan 47, Qs. Al-Mu‟minun
ayat 28, Qs. Asy-Syu‟ara ayat 117-118, Qs. Al-Qasas ayat 21, Qs. Al-
Maidah ayat 25, Qs. Taha ayat 45, Qs. Ibrahim ayat 36, Qs. Asy-
Syu‟ara ayat 169, Qs. Al-Anbiya ayat 87, Qs. Al-Mu‟minun ayat 93-94)
18
Muhammad Mahdi Al-Shofi, Ad-Dua Inda AhlilBait, hal. 11.
14
Dalam buku Ibadatul Mukmin, Amru Khalid membagi doa dalam dua,
yaitu doa Ihtiyaj, doa yang dipanjatkan seorang hamba karena merasa butuh
kepada Allah Swt dan doa Ubudiyah, doa yang dipanjatkan seorang hamba
saebagai bentuk Taqarrub (Pendekatan diri) Serta penghambaan diri kepada
Allah Swt.19
Doa adalah salah satu cara bagi manusia untuk berhubungan atau
berkomunikasi dengan Allah Swt tentang segala hal yang ingin disampaikan
oleh pelaku doa tersebut. Pengertian lain dari doa adalah kecenderungan
jiwa kepada sesuatu yang lebih tinggi yaitu Allah Swt, atau menghadirkan
Allah Swt ke dalam jiwa dalam arti mengingat-ingat Nya. Doa juga
merupakan suatu kondisi jiwa yang sadar atas kelemahan dan kekurangan,
sehinggah mendorong jiwa manusia untuk bergerak kepada sosok yang
lebih tinggi. Karena kekurangan dan kebutuhan itu bermacam-macam, maka
oleh sebab itu, doa dan permohonan mempunyai bentuk dan tujuan yang
berbeda-beda pula.
Dan jangan memandang doa hanya memiliki makna yang telah
disebutkan seperti memohon atau meminta dan memanggil. Dikarnakan doa
memiliki beberapa makna khusus. Doa sendiri mempunya unsur-unsur yang
penting, antara lain :
1) Pernyataan seorang hamba tentang Allah Swt. dengan kata lain,
seorang hamba yang merasa yakin sepenuhnya bahwa Allah Swt
memang ada, Maha Kuasa, Maha Pemurah, dan Penyayang selaku
Dzat paling Agung. Dialah satu-satunya Dzat yang patut diminta
pertolongan, tiada yang lain yang dapat memberikan manfaat dan
mendatangkan mudharat selain dari-Nya.20 Maka dari itu, sebagai
seorang hamba hendaknya berdoa dan memohon segala sesuatu kepada
Allah Swt dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt yang berkuasa
atas segala hal.
19
Awaliddin Hakim, Doa Dalam Perspektif Alquran Kajian Tafsir Ibnu Kathir dan Tafsit
Al-Azhar, Jurnal al-Fath, Vol. 11, No. 01, (Januari-Juni),2017 ISSN : 1978-2845, hal. 52-53.
20
Abdul Wahab Rosyidi, Doa Dalam Tradisi Islam Jawa, (Fakultas Humaniora dan Budaya
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana 50 Malang), el Harakah Vol.14 No.1 Tahun
2012, hal. 91-92
15
2) Pernyataan hamba mengenai ketidakberdayaan dan pengakuan diri
sendiri bahwa dia adalah makhluk yang lemah, terbatas, dan tidak
berkuasanya menentukan hasil akhir dari sebuah kehendak. Dalam arti
lain, yang mana seorang hamba telah berusaha untuk mencapai
keinginannya akan tetapi keinginan tersebut tak bisa dicapai
dikarnakan keterbatasan yang membatasinya, sehingga seorang hamba
pasrah kepada Allah Swt dan sadar akan ketidakberdayaan dalam
menentukan hasil akhir.
16
apabila seseorang dalam kehudupannya mengabaikan Allah maka Dia pun
akan melupakannya juga.23
Jika ditinjau dari definisi zikir baik secara Bahasa maupun secara
istilah, dan jika di-mutlak-kan kegiatan zikir maka semua proses mengingat
Allah Swt masuk dalam kategori zikir seperti sholat, puasa, haji, takziah,
siarah kubur, berdoa, bakti kepada kedua orang tua itu semua adalah zikir,
jadi salah jika ada yang mengatakan atau menafsirkan bahwa zikir hanyalah
kegiatan yang mengucapkan bacaan-bacaan tertentu dengan lisan. Sebagai
kesimpulan, bahwa zikir lebih umum dari pada doa.
23
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an : Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Qur‟an, jil. 1, hal. 389.
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan)
https://kbbi.web.id/ibadah
17
5) Wajib : ibadah yang diwajibkan, jika dikerjakan mendapat pahala
tidak dikerjakan berdosa, seperti salat lima waktu, puasa pada
bulan Ramadan.25
Ayat ini menunjukan bahwa segala kekuatan hanyalah milik Allah Swt
dan seluruh kekuatan bersandar pada keberadaan-Nya, sehinggah taka da
setupun yang memiliki kekuasaan yang berdiri sendiri kecuali Dia, maka
dari itu kekuasaan selain dari Allah Swt hanyalah kekuasaan yang
bersumber dari izin dan kehendak Allah Swt. Maka dapat dikatakan bahwa
25
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan)
https://kbbi.web.id/ibadah
18
doa dari pendoa tersebut adalah suatu buntuk ibadah dan ketaatan kepada
Allah Swt. Rasulullah Saw berkata : Doa adalah inti ibadah.26
Allah Swt berfirman dalam Qs. Ghafir : 60 :
hina dina”. Pada premis pertama didahului dengan kata doa ً ُ ۡٱد
ٓ ِّ ٘ع
“Berdoalah” dan pada premis kedua terdapat kata yang mengandung makna
26
Muhammad Baqir Majlisi, Bihar Al-Anwar, (Tehron : Mensyurot Ketobeci), Juz 93, hal.
300.
27
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa,
(Jakarta : andita, 1414 H), hal. 67.
28
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal.
88.
19
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku (beribadah kepadaku) akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina”. Dan pada premis kedua ini dikatakan bahwa yang
menyombongkan diri dari beribadah atau berdoa kepada-Nya akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. Dan ini menunjukkan bahwa
makna doa telah diganti menjadi ibadah maka sesunggunya doa itu adalah
ibadah.29
Ayat ini menyerukan untuk berdoa dan menjanjikan ijabah. Lebih dari
itu, ayat ini menamakan doa sebagai ibadah, dengan firman-Nya : “dari
beribadah kepada-Ku, yakni berdoa kepada-Ku”Bahkan Allah
memutlakkan ibadah itu adalah doa, karena ayat ini mengandung ancaman
neraka bagi yang meninggalkan doa. Sedangkan ancaman neraka itu pada
dasarnya, hanya diperuntungkan bagi yang meninggalkan ibadah, tidak
karena meninggalkan sebagian. Jadi, pada asalnya, ibadah itu adalah doa.30
Dalam Al-Kafi, dengan sanad dari Hammad bin Isa dari Abu Abdillah
(a.s), ia berkata: Aku mendengar dari Abu Abdillah (a.s) berkata: “berdoalah
dan janganlah urusan telah selesai, karena sesungguhnya Allah doa itu
adalah ibadah, sesunggunya Allah Azza wa Jalla berfirman: „sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari beribada kepada-Ku akan
masuk neraka jahanam dalam keadaan hina hina. Dan Allah berfirman
“berdoalah kepada-Ku, niscaya kuperkenankan bagimu.”31
Allah Swt berfirman dalam Qs. Yunus ayat 106 :
َّ َٰ ٍَِّ ِ ض ُّش ِۖكَ فَئُِ فَعَ ۡيذَ فَئَِّّلَ ِإرا
ٍََِِ ٱىظ ِي ُ ٌَ ٱَّلل ٍَب َال ٌَْفَعُلَ َٗ َال ِ َٗ َال ر َ ۡذعُ ٍِِ د
ِ َّ ُُٗ
“Dan janganlah kamu berdoa apa-apa yang tidak memberi manfaat dan
tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu
berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu
termasuk orang-orang yang zalim”.
29
Allamah Sayyid Muhammad Husein at-Thabataba‟i, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur‟an
(Lubnon : Muassatul A‟lamia Lilmatbua‟h), jil. 17, hal. 342
30
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal.
10.
31
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal.
68.
20
Dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan larangan-Nya kepada seluruh
hamba agar jangan berdoa dan beribadah kepada selain Allah, Sebab selain
Allah, tidak ada yang dapat memberi manfaat dan mudarat, atau memberi
kesenangan dan kesusahan baik di dunia maupun di akhirat. Seandainya
seorang hamba berbuat demikian, maka mereka termasuk ke dalam orang-
orang yang menganiaya diri sendiri. Dan hamba yang berbuat syirik
mengembalikan urusan yang dihadapinya kepada selain Allah Swt akan
mendapatkan siksaan neraka. Maka kembalilah kepada Allah. Panjatkanlah
doa kepada Allah semata karena doa termasuk ibadah yang besar, bahkan
otak ibadah.
Firman-Nya : Dan janganlah kamu berdoa apa-apa yang tidak
memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu, ini adalah
isyarat larangan dari berbuat kesyirikan, dan penjelasan bahwasanya
perbuatan syirik dapat memasukan manusia kedalam golongan orang-orang
yang zalim, maka berhak kepadanya apa yang Allah Swt janjikan kepada
orang-orang yang zalim sebagaimana dalam firman-Nya.32
Maka dari itu setiap hamba haruslah senang tiasa berdoa kepada Allah
Swt yang memberikan manfaat dan kebaikan, mengajukan segala keluhan
yang dialami oleh pelaku doa sehinggah pelaku doa tidak meminta sesuatu
kepada selain Allah Swt yang membuat pelaku doa terjerumus ke dalam
kesesatan dan kesyirikan yang menyesatkan pelaku doa tersebut. Barang
siapa memutuskan hubungan doa dengan Allah Swt, hambah tersebut telah
menyombongkan diri kepada Allah Swt sehingga perbuatan tersebut
membawanya ke dalam neraka.
32
Allamah Sayyid Muhammad Husein at-Thabataba‟i, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur‟an, jil 10,
hal. 126.
21
dapat dikabulkan dan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan berdoa, tidak hanya mengetahuinya akan tetapi harus
dipahami dan dipraktekkan sehingga menambah kualitas doa dan doa
tersebut cepat terkabulkan.
Dalam buku yang berjudul “Kunci Praktis Agar Doa Terkabul” karya
Muahaimin Al-Qdsy menyatakan tentang hal-hal yang diperhatikan
sebelum berdoa, “Diantaranya adalah memulai berdoa dengan bacaan-
bacaan kalimah thayyibah, surat al-Faatihah, surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq,
Surat An-Nās, dan berżikir membaca tahmiż, tasbih, takbir dan
sebagainya”.33 Dalam kitab Biharul Anwar dikatakan bahwa “maka
sesunggunya ketika syarat doa belum terpenuhi maka jangan menunggu
pengkabulan”34
Dan adapun hal-hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah sebagai
berikut :
22
2) Saat ażan
3) Antara ażan dan iqamat (pertengahan)
4) Setelah melaksanakan shalat wajib
5) Saat imam naik keatas mimbar pada hari jumat hingga
selesainya shalat jumat
6) Saat-saat terakhir setelah waktu Ashar 37
Sebagaimana firman-Nya juga dalam Qs. Al-An‟am ayat 52:
ٌَِِض ُّشعب َٗ ُخ ۡفٍَ ۚۡخ إَِّّ ۥٔ ُ َال ٌُ ِحتُّ ۡٱى َُعۡ زَذ
َ َ ع٘اْ َسثَّ ُن ٌۡ ر
ُ ۡٱد
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan tersembunyi
(dengan suara yang lembut), Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.”
37
Awaliddin Hakim, Doa Dalam Perspektif Alquran Kajian Tafsir Ibnu Kathir dan Tafsit
Al-Azhar, Jurnal al-Fath, Vol. 11, No. 01, (Januari-Juni),2017 ISSN : 1978-2845, hal. 56.
23
dimaksudkan agar dalam melakukan doa tersebut seorang
menjauhkan diri dari kepura-puraan (riya‟) sehingga ia menjadi lebih
dekat dengan keikhlasan.38 Dan pada bagian akhir dari ayat ini
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas secara umum ayat ini memiliki makna yang luas, dan
melampaui batas adalah sikap yang tidak baik, namun dalam
pembahasan ini sikap yang dimaksud ini adalah sikap terhadap doa
yang dapat menodai sebuah doa.
dan tersembunyi (dengan suara yang lembut), Allah Swt
sangat dekat dengan hamba-hamba-Nya, maka dari itu ketika berdoa
tidak perlu mengeraskan suara atau berteriak karena al-Quran tidak
mengajarkan untuk berteriak. Dalam al-Quran kaum muslim dilarang
untuk meninggihkan suara dengan keras di hadapan Rasulullah Saw.
Oleh karena itu dalam berdoa kepada Allah Swt tidak oleh
mengeraskan suara.
Diriwayatkan di dalam sebuah hadis qudsi, Allah Swt
berfirman kepada Nabi Isa As. : wahai Isa, janganlah engkau berdoa
kepada-Ku kecuali engkau berdoa dengan cara merendahkan diri.39
Berdolah kepada Tuhan yang selalu membimbing dan berbuat
baik kepada kamu serta beribadalah secara tulus sambil mengakui
keesaan-Nya dengan berendah diri menampakkan kebutuhan yang
sangat mendesak, serta dengan merahasiakan, artinya
memperlembutkan suara seperti halnya orang yang merahasiakan
sesuatu. Dan yang dimaksud dengan orang yang melampui batas ialah
orang yang tidak mau untuk berdoa kepada Allah swt dengan cara
yang telah dijelaskan oleh al-Qur‟an. Dan Allah swt tidak
melimpahkan kepadanya Rahmat dan Karunia kepada orang-orang
yang melampui batas.40
3) Berdoa dengan rasa takut dan harapan
38
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an : Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Qur‟an, jil. 5, hal. 470.
39
Muhammad Baqir Majlisi, Bihar Al-Anwar, Juz 14, hal. 290.
40
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jild 4, hal. 142-143.
24
Allah Swt berfirman dalam Qs. Al-A‟raf ayat 56 yang berbunyi :
Memohon kepada Allah Swt dengan lisan akan tetapi masih saja
melakukan perbuatan yang menyelewen dari ketetapan ilahi tidak akan
bermanfaat. Oleh karena itu, ayat ini dan ayat sebelumnya adalah ayat
yang menunjukkan etika-etika dalam kesempurnaan doa kepada Allah
Swt, dan keadaan atau kondisi yang diperlukan untuk diterimanya sebuah
doa tersebut, beberapa diantaranya :
Pertama, berdoa sebaiknya disertai dengan kerendahan hati.
Kedua, berdoa seharusnya dilakukan secara tersembunyi dan terlepas dari
kemunafikan dan kepura-puraan. Dan ketiga, berdoa haruslah dilakukan
dengan perasaan takut dan harap, dan tampah melanggar batas-batas
kebenaran.41
4) Doa yang disertai dengan iman dan amal saleh.
Sebagaiman dalam firma-Nya Qs. Al-Syura ayat 26 :
ض ِي ۚۡ ِٔۦ
ۡ َذ ٌََٗ ِضٌذٌُُٕ ِ ٍِّ ف َّ َٰ ع َِيُ٘اْ ٱى
ِ ص ِي َٰ َح َ َٗ ٍْت ٱىَّزٌَِِ َءا ٍَُْ٘ا
ُ ٌََٗ ۡسز َ ِج
“dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta
mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka
dari karunia-Nya”.
41
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an : Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Qur‟an, jil. 5, hal. 473.
42
Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an : Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Al-
Qur‟an, jil. 5, hal. 539.
25
5) Berdoa dengan nama-nama Allah Swt.
Seorang hamba yang menyembah Allah Swt tidak akan sempurna
sebelum hamba tersebut mengetahui nama-nama-Nya dan sifat-sifat-
Nya, sehingga dia menyembah-Nya atas dasar ilmu. Begitu pula dengan
doa, akan memiliki nilai ketika disandarkan kepada nama-nama yang
diridhai-Nya. Sesunggunya Allah Swt menyukai siapa saja yang berdoa
kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan nama-nama-Nya yang
baik.43 sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-Isra‟ ayat 110 :
Adapun yang dipahami dari kalimat ini adalah tujuan doa dengan
menyebut nama-nama-Nya yang baik yang disebutkan dengan lisan saja,
yang mana dapat menjadikan menusia sebagai penghuni surga dengan
melalui doa. Bahkan yang harus dipahami tujuan dari berdoa tersebut
adalah bermanefestasi dengan nama-nama Tuhan, seperti (maha
mengetahui, maha pengasih, maha penyayang, maha dermawan dan
maha suci) dan menerapkan nama-nama Tuhan ke dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadikan manusia penhuni surga melalui doa.44
Firman Allah Swt dalam Qs. Al-A‟raf ayat 180 :
43
Muhammad Mahdi As-Sofi, Ad-Dua Inda Ahlulbait, hal. 100.
44
Syekh Nashir Makarim as-Syirazi, Al-Amsal Fi Tafsir Kitabil Lahil Munzalli, (Qom :
Madrasah Imam Ali Bin Abi Tholib), jil. 7, hal. 437.
26
Allah swt mempunyai 99 nama dalam al-Qur‟an. Dan barangsiapa
yang memanggil-Nya dengan salah satu nama-nama tersebut, akan
memperoleh keberhasilan sekaligus bakal diselamatkan.
Dengan semua nama-nama di atas bukan berarti dengan cepat kita
akan dimasukkan ke dalam surga atau menjadi orang yang dikabulkan
doanya. Tapi, nama-nama tu (Pengasih, Penyayang, Pemurah, Bijaksana
dan Pemberi Nikmat) semua menunjukkan kepada diri kita agar selalu
merasapi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya agar dapat
merealisasikannya dalam diri, agar kita layak masuk ke dalam surga-
Nya serta menjadikan doa-doa kita diterima dalam segala hal.45
6) Berdoa dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.
Allah Swt berfirman dalam Qs. Ghafir ayat 65
45
Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur‟an, jilid 8, hal. 1025-1026.
46
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal.
88.
47
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 42-43.
27
“ingatlah Aku dengan doa agar Aku mengingat kalian dengan ijabah ,
sebagaimana Allah Swt berfirman :48
Dari ayat diatas menunjukan semua doa akan dikabulkan. Akan tetapi,
masih ada sebagian doa yang melayang-layang menunggu kepastian akan
jawaban dari doa tersebut, ini sebuah pertanyaan yang dilontarkan sebagian
orang yang doa nya belum dikabulkan. Dan Allah Swt berfirman dalam Qs.
Al-Rad ayat 31 :
48
Syekh Nashir Makarim as-Syirazi, Al-Amsal Fi Tafsir Kitabil Lahil Munzalli, jil. 1, hal.
358.
49
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 41.
28
minum, doa seperti ini hanya orang-orang yang malas kerja
sehingga berdoa seperti ini.
َ ُِ س
ع ُج٘ال ِ ۡ َُعب ٓ َء ۥُٓ ِث ۡٱىخ ٍَۡ ِۖ ِش َٗ َمب
َ َٰ ّٱۡل َّ س ُِ ِثٱى
َ ُ ش ِ ّش د ِ ۡ ٌََُٗ ۡذع
َ َٰ ّٱۡل
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa
untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
50
Muhammad Mahdi As-Sofi, Ad-Dua Inda Ahlulbait, hal. 12.
29
dosa-dosa pelaku doa. Sebagian perbuatan dosa menyebabkan
pelakunya bertanggun jawab atas sejumlah hak orang lain, dan
kesalahan mereka membuat doanya tak terkabul.51 Sebagaimana
yang diriwayatkan Ar-Ridho dari ayahnya As berkata :
Rasulullsh Saw berkata : Doa anak kecil dari umatku akan
dikabulkan dikarenakan dia belum melakukan sebuah dosa.52
Dan sebagian faktor lainnya yaitu sifat sombong.
Sombong adalah salah satu penyakit hati yang mana
pelakunya membanggakan dirinya di depan orang lain, merasa
dirinya adalah orang yang paling baik, dermawan, dan merasa
punya segalanya. Penyakit inilah yang membuat pelakunya
terjerumus kedalam golongan orang yang akan menghuni neraka
dan hal ini pula yang menjadi penyebab dirinya jauh dari Allah
Swt sehingga segala permohonannya kepada-Nya tidak lansung
direspon. Sebagaimana firman dalam Qs. ghafir ayat 60 :
51
Ridha Ramadhani Jailani, Tirani Diri, Diagnosis Dosa dan Terhadapnya, hal. 166.
52
Muhammad Baqir Majlisi, Bihar Al-Anwar, Juz 93, hal. 357.
30
sebuah dosa.53 Maka dari itu sifat sombong adalah penghalang
sebuah doa.
ٌَِسَْب َٗإُِ ىَّ ٌۡ ر َ ۡغ ِف ۡش ىََْب َٗر َ ۡش َح ََْۡب ىََْ ُنّ٘ ََِّ ٍَِِ ۡٱى َٰ َخس ِِش
َ ُظيََۡ َْب ٓ أَّف
َ قَ َبال َسثََّْب
“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi”.
Tafsir Al-Mishbah dikatakan bahwa, penutup ayat ini ( ٍَِِ ََِّ ُّ٘ىََْن
53
Muhammad Baqir Majlisi, Bihar Al-Anwar, Juz 93, hal. 357.
31
ٌَِۡٱى َٰ َخس ِِش ) lanakunanna min al-khasirin menunjukan betapa dalam
54
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan keserasian Al-
Qur‟an, jil. 4, 60.
55
Allamah Sayyid Muhammad Husein at-Thabataba‟i, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur‟an, jil 8,
hal. 36.
32
ِ َث ف
بط َش ِ ۡۚ ٌِعيََّۡ زًَِْ ٍِِ ر َ ۡأ ٌِٗ ِو ۡٱۡل َ َحبد َ َٗ ۞سةّ ِ قَ ۡذ َءار َ ٍۡز َ ًِْ ٍِ َِ ۡٱى َُ ۡي ِل َ
ًًِْ ِ فًِ ٱىذ ٍَُّّۡب َٗ ۡٱۡل ٓ ِخ َش ِۖ ِح ر َ َ٘فًَِّْ ٍُ ۡس ِيَب َٗأ َ ۡى ِح ۡق
ض أَّذَ َٗ ِى ّۦِ د َٗ ۡٱۡل َ ۡس ِ َ٘ َٰ ََ َٰ س
َّ ٱى
َّ َٰ ِثٱى
ٍَِص ِي ِح
56
Allamah Sayyid Muhammad Husein at-Thabataba‟i, Tafsir al-Mizan, jilid 11, hal. 251.
33
2.6.3.Doa Nabi Ibrahim As
Allah Swt berfirman dalam Qs. At-Taubah ayat 114
menggambarkan kebaikan dan kelembukan hati Nabi Ibrahim as
57
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jilid 5, hal. 267.
58
Qs. asy-Syuara' : 86
34
ۡ َٗ َع ِۡ َءا ِى َٖ ِزً ٌََٰٓئِ ۡث َٰ َش ٍِٕ ِۖ ٌُ ىَ ِئِ ىَّ ٌۡ رَْز َ ِٔ َۡل َ ۡس ُج َََّْ ِۖل
ٱٕ ُج ۡش ًِّ ٍَ ِيٍّب َ َقَب َه أ َ َسا ِغت أَّذ
35
ٌٍ ٱىَّزِي َٗفَّ َٰ ٓى
َ ِٕ َٗ ِإ ۡث َٰ َش
“dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji”
59
Maryam : 46
60
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, jilid 5, hal. 268.
36
BAB III : DOA dan BERBAGAI KETEGORINYA
3.1.Gradasi doa
61
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 30.
37
pertolongan atas kesalahan yang dilakukannya dan terhindar dari
marabahaya.
ٌَِسَْب َٗإُِ ىَّ ٌۡ ر َ ۡغ ِف ۡش ىََْب َٗر َ ۡش َح ََْۡب ىََْ ُنّ٘ ََِّ ٍَِِ ۡٱى َٰ َخس ِِش
َ ُظيََۡ َْب ٓ أَّف
َ قَ َبال َسثََّْب
“Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.”
62
Muhammad Baqir Majlisi, Bihar Al-Anwar, (Tehron : Mensyurot Ketobeci), Juz 43, hal.
81.
38
Doa yang berisi pengakuan akan kehinaan diri lebih menuntut
penghayatan sepenuh hati. Doa seperti itu sangat dianjurkan.
Meskipun kita mengadu kepada Allah SWT dengan mengakui segala
kenistaan sebagai manusia di hadapan Allah SWT.
63
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 58.
64
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 58.
39
mereka bahagia dan ketika diberikan musibah mereka mengeluh,
namun Allah Swt mengeluhkan tentang mereka kerena melupakan-Nya
saat berada dalam kemakmuran, lalu kembali berdoa saat kesulitan.
Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Fussilat ayat 51 :
َ ُ ش ُّش فَزُٗ د
ٍعبٓء َ س ِِ أ َ ۡع َش
َّ ٍَ ض ََُٗ ٔ َٔا ِث َجبِّ ِجِۦٔ َٗ ِإرَا
َّ سُٔ ٱى ِ ۡ عيَى
َ َٰ ّٱۡل َ َٗ ِإرَآ أ َ ّۡعََۡ َْب
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling
dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia
banyak berdoa.”
40
alamiah, berupa kemurkaan dan kemarahan Allah. Sebagai contoh,
ketika kaum Nabi Yunus As melihat tanda-tanda kemurkaan Allah,
mereka terlebih dahulu sadar sebelum tertimpa bencana, lalu mereka
bertobat. Allah pun menyelamatkan mereka. Kelompok ini tidak
memberikan perhatian terhadap bencana yang mereka anggap bukan
berasal dari Allah. Hanya ketika mereka sama sekali tidak berdaya dan
tidak ada yang dapat menolong mereka maka mereka berdoa kepada
Allah.65
3.2.4 Sikap keempat
Kelompok ketiga ini adalah golongan yang mana mereka walaupun
ditimpah musibah dan berbagai masalah mereka tetap tidak mengingat
dan berdoa kepada Allah Swt. Allah Swt mencelah kelompok ini
dikarenakan mereka termasuk orang-orang yang zalim, sebagaimana
Allah Swt telah menjelaskan posisi kelompok yang zalim dalam al-
Quran.
65
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 59.
66
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 64.
41
dengan orang lain yang menginginkan hal yang sama yaitu hal-hal
yang bersifat duniawi akan tetapi mereka tak memintanya kepada
Allah Swt untuk mendapatkannya.
Jika dibandingkan, kelompok pertama berdoa kepada-Nya
dengan menampakkan penghambaan dan kemiskinannya dihadapan-
Nya, kelompok pertama akan mencapai tingkat kesempurnaan
tertentu meskipun doa nya tidak memiliki kualitas yang tinggi karena
doa tersebut terikat dengan lingkungan duniawi, sedangkan
kelompok kedua walaupun menginginkan hal yang sama dengan
kelompok pertama yaitu hal yang bersifat material, akan tetapi,
mereka berada diluar kelompok pertama yaitu merealisasikan
keinginannya dengan hal-hal yang material, karena tidak memiliki
kepercayaan terhadap-Nya. Maka dari itu kelompok kedua tidak
akan mencapai kesempurnaan.
67
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 64.
42
duniawi, kecuali mereka meminta hal-hal tersebut untuk tujuan
akhirat dan ukhrawi.
Karenanya, doa untuk kebutuhan material manusia tidak layak
dibandingkan dengan doa-doa para wali Allah Swt. Doa terhadap
sesuatu yang bersifat materi bermanfaat dan memiliki nilai, karena
doa tersebut berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Swt, namun doa tersebut mengenai kontribusinya dalam mencapai
kesempurnaan tidaklah cukup kuat. Sebaliknya doa yang meminta
sesuatu yang bersifat ukhrawi memiliki nilai dan manfaat yang
melebihi doa yang bersifat material. Sehingga mereka yang berdoa
untuk kebutuhan spiritualnya akan mempercepat dirinya untuk
sampai kepada kesempurnaan.
Akan tetapi, bagi mereka yang sudah mencapai derajat dan
keimanan yang sangat tinggi, tidak ada salahnya berdoa dengan
meminta hal yang remeh, karena memang Dia menginginkan
hambah-Nya untuk berdoa. Itulah sebabnya, ia tetap berdoa kepada
Allah untuk urusan-urusan dunianya.68
68
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 66-67.
69
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 65.
70
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 65-66.
43
Doa seperti ini merupakan doa berkualitas yang tinggi
walaupun melingkupi doa-doa yang sepele, mengapa doa seperti ini
memiliki nilai tinggi dalam hal ini, bukan karena doa ini melingkupi
semua doa, yaitu doa yang berwujud material ataupun berwujud
spiritual. Akan tetapi, doa ini bernilai tinggi karena menganggap
bahwa Allah Swt adalah sebab tertinggi, yakni bahwa segala bentuk
sesuatu berada dalam kekuasaan-Nya, dan tidak ada ketertarikan apa
yang ia minta dalam doa, karena keyakinannya bahwa Allah Swt
mencintai setiap hamba yang berdoa kepada-Nya.
44
memberikan solusi untuk setiap persoalan.71 Oleh karena itu, jika
memang begitu otomatis berdoa tidak memiliki manfaat. Dapat
masalah harus dipecahkan bukan didoakan. Dan percaya semua
sesuatu memiliki sistemnya masing-masaing. Seperti, ketika lapar
maka harus makan. Pengetahuannya mengenai hubungan antara Tuhan
dan manusia, pengetahuan mengenai efek doa dan pengetahuan tentang
takdir yang kurang.
71
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, di Haribaan Sang Kekasih, Ulasan Doa-doa Khusus
Ramadan, hal. 69.
45
BAB IV : ANALISIS DOA TAWASSUL
4.1. Tawassul
4.1.1. Pendahuluan
Dalam dunia keagamaan tawassul (berdoa melalui perantara
wasilah) sering kali diperdebatkan oleh sebagian ulama muslim,
sebagian ulama muslim beranggapan bahwa bertawassul adalah
kegiatan yang tergolong dalam ketegori perbuatan syirik karena
memohon kepada Allah Swt melalui perantara wasilah atau dianggap
sebagai perbuatan yang mencari kekuasaan selain Allah Swt dan
sebagian lagi beranggapan bahwa bertawassul adalah salah satu gaya
berdoa yang tidal melanggar syariat islam dikarnakan bentuk
kecintaan kepada kepada Allah Swt.
4.1.2. Defenisi
Sesunggunya tawassul adalah salah satu cara berdoa dan salah
satu jenis tawajjuh (menghadap) kepada Allah Swt.72 Cara ini
dilakukan bukan dalam rangkah untuk mencari kekuasaan selain Allah
Swt ataupun mencari keesaan selain dari Allah Swt, tapi bertawassul
merupakan bentuk kecintaan kepada yang ditawassuli karena pelaku
tawassul memiliki keyakinan bahwa Allah Swt juga mencintai si
perantara tersebut dan dia dekat dengan Allah Swt. Sebab sebagai
orang-orang yang dekat dengan Allah mereka diberi kemampuan atas
izin-Nya untuk melakukan hal-hal yang luar biasa di samping mereka
juga punya perang sebagai wasilah (media) untuk mendapatkan
rahmat-Nya.73 Akan tetapi, jika pelaku tawassul mengetahui bahwa si
perantara tersebut pemaksiat dan tidak dicintai oleh Allah Swt, maka
pelaku tawassul akan semakin jauh dari-Nya.
Apabila pelaku tawassul percaya kepada si perantara bahwa si
perantara tersebut dapat memberikan kebahagiaan, rahmat,
72
Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, Kritik Sunni Atas Wahabi Meluruskan Kekeliruan,
(Jakarta : Al-Huda, 2011), hal. 102.
73
Ridha Ramadhani Jailani, Tirani Diri, Diagnosis Dosa dan Terhadapnya, hal. 295.
46
mengabulkan doa, mendapatkan pahala ibadah dan bisa memeberikan
manfaat dengan kuasanya sendiri, maka pelaku tawassul tersebut telah
menyekutukan dan menganggap ada kuasa lain selain Allah Swt. maka
hal tersebut adalah suatu yang tidak boleh dilakukan karna
mengandung hal yang menyimpang dari syariat agama. Dan perlu
diketahui bahwa berdoa menggunakan perantara (tawassul) kepada
Allah Swt adalah sesuatu yang tidak wajib dilakukan oleh para pelaku
doa karna tawassul hanyalah seni dalam berdoa.
Dalam islam tidak ada yang bertentangan bahwa tawassul pada
hakikatnya adalah berdoa kepada Allah Swt melalui perantara amal-
amal saleh si perantara tersebut. Barang siapa yang berpuasa,
bershalat, membaca al-Quran, atau bersedekah, maka sesunggunya dia
telah bertawassul dangan puasa, shalat, bacaan al-Quran dan
sedekahnya itu.74
74
Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, Kritik Sunni Atas Wahabi Meluruskan Kekeliruan,
hal. 103.
47
adalah segala sesuatu yang dijadikan Allah Swt sebagai sebab dalam
mendekatkan diri kepada-Nya, adab sebagai penghubung untuk
pemenuhan segala kebutuhan.75
Ayat ini menyampaikan kepada setiap individu seorang Mukmin
tentang tiga tanggung jawab, dengan cangkupan yang menyebabkan
atas sebuah kelaziman dengan tiga tanggung jawab dan
kesesuaiannnya kepada pohon keberuntungan.
1) Memilih dan berjalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt,
ketika ayat ini berkata : “dan bersungguh-sungguhlah mecari
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya...”
2) Berjihad di jalan Allah swt, ketika ayat ini berkata : “dan
berjihadlah kalian pada jalan-Nya..”
3) Mengikuti amal sholeh dan ketaqwaan, sebagaimana perkataan
ayat : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada
Allah swt...”76
ً أ َ ۡس َٰ ََٓ ِئ ۚۡ ِٔۦ ۡ ِۖ ُ َّلل ۡٱۡل َ ۡس ََب ٓ ُء ۡٱى ُح ۡسْ ََٰى فَٱ ۡد
ٓ ِع٘ٓ ُ ثِ َٖب َٗرَ ُسٗاْ ٱىَّزٌَِِ ٌُي ِحذ ُٗ َُ ف ِ َّ ِ َٗ
َُُ٘سٍُ ۡجضَ َُۡٗ ٍَب َمبُّ٘اْ ٌَعۡ ََي َ
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.
Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.”
75
Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, Kritik Sunni Atas Wahabi Meluruskan Kekeliruan,
hal. 106
76
Syekh Nashir Makarim as-Syirazi, Tafsir al-Amtsal, jil. 3, hal. 500.
48
dan Allah Swt menggiring mereka ke neraka sebagai pembalasan
terhadap mereka yang disebabkan oleh pendustaan mereka tehadap
ayat-ayat-Nya.77
Seseorang yang terjatuh ke dalam neraka karena mengabaikan
tanda-tanda-Nya. Oleh karena itu dalam ayat ini, Allah Swt
mengingatkan hamba-Nya agar tidak melalaikannya dan selalu berdoa
kepada-Nya dengan nama-nama-Nya yang terbaik. Setiap nama Allah
Swt adalah nama yang terbaik untuk menunjukkan makna yang
sempurna, bukan yang tercampur dengan kekurangan dan ketiadaan.78
Maka sebagai seorang hamba berdoa dan memohon kepada-Nya dengan
nama-nama-Nya, yaitu dengan nama-nama tersebut.
Dan seorang hamba harus meningalkan orang-orang yang
menyimpan dari kebenaran yang salah memaknai nama-nama-Nya serta
orang-orang yang berdoa kepada Allah Swt dengan nama-nama tersebut
yang tak selaras dengan sifat-sifat keesaan Allah Swt atau berdoa
menggunakan nama-nama-Nya akan tetapi tujuan penggunaan tersebut
adalah untuk menodai nama Allah Swt. Allah memerintahkan hamba-
hamba-Nya untuk menyebutkan nama-nama yang paling baik ini dalam
berdoa dan berzikir. Karena dengan berdoa dan berzikir seorang hamba
selalu ingat kepada Allah Swt, dan iman mereka bertambah hidup dan
subur dalam jiwa mereka.
Firman Allah Swt dalam Qs. Al-Isra‟ ayat 110 :
77
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal.
81.
78
Sayyid Muhammad Husain Thabataba‟i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal.
84.
49
lain selain Allah Swt yang berdiri sendiri. Allah Swt menegaskan dalam
ayat ini bahwa kedua nama itu baik digunakan untuk berdoa, karena
Tuhan mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang paling baik).
Tuhan memberikan keterangan dengan al-husna (paling baik) untuk
nama-nama-Nya, karena mengandung pengertian yang mencakup
segala sifat-sifat kesempurnaan, kemuliaan, dan keindahan yang tidak
satu makhluk pun yang menyerupai.
Tawassul adalah tehnik berdoa yang mana tidak melanggar
ketauhidan atas keesaan Allah Swt, akan tetapi tawassul merupakan
menifestasi dari keyakinan atas kekuasaan Alla Swt. dalam buku yang
berjudul “imam semesta” dikatakan bahwa alasan mengapa Allah Swt
memerintahkan manusia untuk bertawassul kepada para wasilah-Nya
adalah :
1) Memperkenalkan derajad yang tinggi yang telah dicapai oleh
hamba-hamba-Nya yang saleh.
2) mendorong mereka kepada ibadah dan ketaatan yang dapat
mengantarkannya kepada derajad yang tinggi itu.
3) Mencegah dari memandang dirinya unggul dan merendahkan
orang lain karna merasa paling benar ibadahnya, merasa dirinya
telah mencapai derajad yang tertinggi dan kesempurnaan insani
yang teragun.79
79
Muhammad Taqi Misbah Yazdi, Iman Semesta : Merancang Piramida Keyakinan,
(Jakarta : Nur Al-Huda, 2012), hal. 183-184.
50
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Doa adalah hubungan antara manusia dan Tuhannya dalam
berkomunikasi. Sedangkan doa sendiri memiliki banyak pengertian seperti
bentuk permohonan, ibadah, pengakuan dan panggilan. Maka dari itu hasil
penelitian ini penulis mendapatkan kesimpulan bahwa peran doa dalam
kehidupan manusia sangatlah penting.
51
3. Selama manusia melakukan kegiatan spiritual seperti doa mereka
harus mengetahui apa yang diperlikan dan diperhatikan dalam
melaksanakannya. Hal yang harus diperhatikan dalam berdoa adalah
adap dan prilaku, seperti berdoa dengan Berdoa dengan merendahkan
diri sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-A‟raf ayat 55, berdoa
dengan rasa takut dan harapan sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-
A‟raf ayat 56, doa yang disertai dengan iman dan amal saleh
Sebagaiman dalam firma-Nya Qs. Al-Syura ayat 26, berdoa dengan
nama-nama Allah Swt sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-Isra‟
ayat 110 dan firman Allah Swt dalam Qs. Al-A‟raf ayat 180, berdoa
dengan penuh keikhlasan dan ketulusan sebagaimana firman-Nya
dalam Qs. Ghafir ayat 65, berdoa dengan mengingat Allah Swt
sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 152.
4. Dalam al-Quran Allah Swt berfiman bahwa setiap doa akan
dikabulkan akan tetapi sebagiannya lagi pengkabulannya ditunda
dikarenakan :
1) Berdoa untuk kebutuan yang sepele dan sangat mudah untuk
dilakukan.
2) Berdoa kepada sesuatu yang belum dibutuhkan dan jika doa ini
dikabulkan maka akan melazimkan kesia-siaan.
3) Berdoa untuk sesuatu yang buruk.
5. Setiap doa memiliki tingkatan yang berbeda-beda seperti doa para
pengemis yang bedoa dan berdoa tampa berusaha, doa pera penakut
yang berdoa untuk kesalahan yang diperbuatnya agar terhindar dari
amarah-Nya, doa seorang pecinta doanya habya berisikan kalimat
yang menggambarkan rasa cintanya, dan doa penyesalan seperti doa
Adam dan Hawa yang menyesal telah melanggar perintah Allah.
6. Manusia berdoa kepada Allah Swt diakibatkan karena kebutuhannya
kepada sesuatu yang bersifat dunia dan kebutuhan dari sisi spiritualnya
dan yang lebih utama adalah kebutuhan cintanya.
7. Manusia kebanyakan melalaikan kegiatan ini karena faktor keimana
yang lemah sehingga manganggap doa tidak terlalu memberikan
52
pengaruh bagi kehidupan dan faktor pengetahuan yang sedikit yang
memberikan manusia paham yang salah mengenai doa tersebut.
8. Dalam doa sendiri terdapat doa tawassul, yang mana doa ini sering
disalahartikan dan disalahpahami karena dianggap melenceng dari
ajaran islam dan mencari kekuasaan selain kekuasaan-Nya. Akan
tetapi pada hakikatnya doa ini adalah sebuah teknik dalam berdoa
melaluai sbuah perantara yang menambah kualitas sebuah doa. Yang
melenceng dari ajaran islam adalah berdoa melalui perantara dan yakin
dahwa si perantara dapat memberikan kekuasaan dan kebahgiaan
secara mandiri ini yang dimaksud melenceng dari ajaran islam.
5.2. Saran
Saran bagi penulis bagi penelitian selanjutnya, adalah agar bisa lebih
baik lagi dalam merincikan hakikat doa dalam segala aspek kehidupan yang
milineal ini dalam perspektif al-Quran. Sehingga bagi para peniliti
selanjutnya dapat lebih banyak menelaah dan mengkaji berbagai kitab yang
berkaitan tentang doa ini dengan rajin dan gigih siang dan malam untuk
menuangkan segala keilmuannya dalam tulisannya, dan berusaha untuk
menyampaikan kepada masyarakat apa manfaat dan keutamaan sebuah doa
dalam kehidupan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Al-Husayni, Habib Hasan Musawa, Fadhilah Zikir dan Doa. Jakarta : Al-Huda,
2001.
Husaini, Said Husain, Bertuhan Dalam Pusaran Zaman : 100 Pelajaran Penting
Akhlak Dan Moralitas. Jakarta : citra, 2013.
Hakim Awaliddin, Doa Dalam Perspektif Alquran Kajian Tafsir Ibnu Kathir dan
Tafsit Al-Azhar, Jurnal al-Fath, Vol. 11, No. 01, (Januari-Juni),2017 ISSN
: 1978-2845.
Imani, Kamal Faqih, Tafsir Nurul Qur‟an : Sebuah Tafsir Sederhana Menuju
Cahaya Al-Qur‟an. Jakarta : Al-Huda, 2005.
54
Muhammad Husain Thabataba‟i Sayyid, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia
Doa, Jakarta : andita, 1414 H.
Syariati, Ali, Doa, Tangisan dan Perlawanan : Pemikiran Alexis Carrel dan
Imam Ali Zainal Abidin. Yogyakarta : Jaringan Aktivis Filsafat Islam
(JAKFI), 2015.
Soekanto, Sarjono dan Mamudji Sri, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada,2006.
Wahab Rosyidi Abdul, Doa Dalam Tradisi Islam Jawa, (Fakultas Humaniora dan
Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana 50 Malang),
el Harakah Vol.14 No.1 Tahun 2012.
55