Batik Nitik
Batik Nitik
Batik Nitik
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
Laporan Akhir i
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
DAFTAR ISI
Laporan Akhir ii
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir iv
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
DAFTAR TABEL
Laporan Akhir v
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
DAFTAR GAMBAR
Laporan Akhir vi
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
BAB I. PENDAHULUAN
Beberapa kawasan di Yogyakarta telah lama menjadi sentra batik antara lain batik
di Kecamatan Girimulyo Bantul, Kecamatan Pandak dan Kecamatan Pajangan,
Kawasan Ngasem, Kawasan Tirtodipuran, dan beberapa tempat lain yang sudah
menjadi ikon batik. Setiap tempat memiliki karakteristik dari produk batiknya,
seperti batik tulis dari Girimulyo, batik painting dari Tamansari, topeng batik dari
Krebet dan lainnya. Pengembangan produk unggulan batik tersebut tidak lepas dari
potensi dan karakteristik batik di masing-masing daerah tersebut. Kecamatan Jetis
di Kabupaten Bantul juga merupakan salah satu daerah yang telah mengembangkan
batik dengan sentranya yang berada di Desa Trimulyo.
Terdapat sebanyak 53 motif asli batik di Kabupaten Bantul yang saat ini masih
dilestarikan, beberapa diantaranya adalah Motif Kembang Kenanga, Krembyah, Alas-
Alasan, Nitik Dan Taru Polo. Potensi batik Kabupaten Bantul tidak hanya berada
dilokasi-lokasi yang telah disebutkan sebelumnya, akan tetapi juga terdapat di Desa
Trimulyo, Kecamatan Jetis. Batik hasil karya pengrajin di Desa Trimulyo merupakan
batik dengan ragam hias bercorak Nitik (ceceg-ceceg, Bahasa Jawa). Pesona
Laporan Akhir 1
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
keindahan tatanan ragam gaya hias dan warna yang terpadu dalam kain batik dengan
berbagai corak yang tak lepas dari falsafah hidup kaya makna, serta dibuat dengan
jiwa kelembutan, kesabaran, dan ketekunan para pengrajin dengan alat batik
tradisionalnya, menjadikan kain batik ini menjadi suatu mahakarya yang patut untuk
dilestarikan.
Perjalanan batik tulis terutama Batik Nitik mengalami pasang surut dimana pengaruh
kebudayaan lain, selera pasar/konsumen turut berperan besar terhadap
perkembangan batik di sentra batik Desa Trimulyo. Ketidakmampuan pengrajin
dalam menciptakan desain-desain baru Batik Nitik menjadi penyebab utama,
sehingga dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ciri khas Batik Nitik kurang diminati
oleh konsumen batik tulis.
Terkait dengan hal tersebut, maka harus dilakukan kajian untuk menghasilkan motif-
motif Batik Nitik baru yang memiliki ciri khas dan melakukan pendampingan
berlanjut agar kreatifitas pembatik dalam inovasi desain baru tetap terjaga,
sehingga dapat melestarikan serta mengembangkan Batik Nitik yang menjadi ciri
khas Desa Trimulyo.
I.2. Maksud
Studi Pengembangan Pemasaran Potensi Batik Nitik Kabupaten Bantul Tahun 2018
disusun dengan maksud tersusunnya Dokumen Kajian Pengembangan Pemasaran
Potensi Batik Nitik Kabupaten Bantul Tahun 2018, yang berisi mengenai profil Batik
Nitik, identifikasi potensi dan permasalahan serta kesimpulan saran yang dapat
Laporan Akhir 2
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
I.3. Tujuan
Tujuan dari Studi Pengembangan Pemasaran Potensi Batik Nitik Kabupaten Bantul
Tahun 2018 ini antara lain sebagai berikut:
1. Menginventarisasi pengrajin Batik Nitik di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis,
Kabupaten Bantul;
2. Mengidentifikasi profil Batik Nitik, potensi dan permasalahan dalam
pengembangan pemasaran Batik Nitik Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis,
Kabupaten Bantul.
I.4. Sasaran
1. Tersusunnya informasi persebaran pengrajin Batik Nitik;
2. Teridentifikasinya potensi, karakteristik, dan permasalahan pengembangan
Pemasaran Batik Nitik di Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul.
Studi Pengembangan Pemasaran Potensi Batik Nitik Kabupaten Bantul Tahun 2018
perlu dilakukan untuk mengetahui keunggulan Batik Nitik Desa Trimulyo yang
diharapkan dapat turut serta dalam persaingan produk baik di pasar lokal, regional,
nasional atau bahkan internasional.
Laporan Akhir 3
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kecil;
5. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999 Tentang Pemberdayaan Usaha Menengah;
6. Peraturan Menteri BUMN Per-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan;
7. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 264/M/2018 Tentang
Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia;
8. Peraturan Daerah (PERDA) DIY Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Pemberdayaan
Industri Kreatif, Koerasi, dan Usaha Kecil;
9. Surat Keputusan Bupati Kabupaten Bantul Nomor 489 Tahun 2014 Tentang Produk
Unggulan Kabupaten Bantul.
I.7. Keluaran
Tersusunnya Dokumen Kajian Pengembangan Pemasaran Potensi Batik Nitik
Kabupaten Bantul Tahun 2018, yang berisi mengenai profil Batik Nitik, identifikasi
potensi dan permasalahan serta kesimpulan saran yang dapat digunakan sebagai
Laporan Akhir 4
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 5
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 6
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 7
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
lebih dari separuhnya (60%) adalah daerah perbukitan yang kurang subur, secara
garis besar terdiri dari:
1. Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang subur serta perbukitan yang
membujur dari utara ke selatan dengan luas 89,86 Km2 (17,73% dari seluruh
wilayah);
2. Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai yang merupakan daerah
pertanian yang subur dengan luas 210,94 Km2 (41,62%);
3. Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal seluas 206,05 Km 2
(40,65%) yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian barat;
4. Bagian Selatan, pada dasarnya bagian ini masih merupakan bagian dari daerah
bagian tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlagun,
terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.
Kabupaten Bantul terdiri atas 17 (tujuh belas) kecamatan dan memiliki luas wilayah
mencapai 50.685 Ha (15,91% dari luas DIY). Adapun secara terinci pembagian wilayah
Kabupaten Bantul secara administrasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Bantul
Nama Jumlah
No. Nama Desa
Kecamatan Desa
1 Srandakan 2 Poncosari, Trimurti
2 Sanden 4 Gadingsari, Gadingharjo, Srigading, Murtigading
Tirtohargo, Parangtritis, Donotirto, Tirtosari,
3 Kretek 5
Tirtomulyo
4 Pundong 3 Seloharjo, Panjangrejo, Srihardono
5 Bambanglipuro 3 Sidomulyo, Mulyodadi, Sumbermulyo
6 Pandak 4 Caturharjo, Triharjo, Gilangharjo, Wijirejo
Palbapang, Ringinharjo, Bantul, Trirenggo,
7 Bantul 5
Sabdodadi
8 Jetis 4 Patalan, Canden, Sumberagung, Trimulyo
Selopamioro, Sriharjo, Kebonagung, Karangtengah,
9 Imogiri 8
Girirejo, Karangtalun, Imogiri, Wukirsari
Laporan Akhir 8
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Nama Jumlah
No. Nama Desa
Kecamatan Desa
Mangunan, Munthuk, Dlingo, Temuwuh, Jatimulyo,
10 Dlingo 6
Terong
11 Pleret 5 Wonokromo, Pleret, Segoroyoso, Bawuran, Wonolelo
12 Piyungan 3 Sitimulyo, Srimulyo, Srimartani
Tamanan, Jagalan, Singosaren, Wirokerten,
13 Banguntapan 8
Jambidan, Potorono, Baturetno, Banguntapan
Pendowoharjo, Timbulharjo, Bangunharjo,
14 Sewon 4
Panggungharjo
15 Kasihan 4 Bangunjiwo, Tirtonirmolo, Tamantirto, Ngestiharjo
16 Pajangan 3 Triwidadi, Sendangsari, Guwosari
17 Sedayu 4 Argodadi, Argorejo, Argosari, Argomulyo
Jumlah 75
Sumber: Kabupaten Bantul Dalam Angka, BPS 2017
Laporan Akhir 9
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 17 kecamatan yang ada di
Kabupaten Bantul, kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan
Dlingo dengan luas 5.587 Ha atau 11,02% dari luas Kabupaten Bantul dan kecamatan
dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Srandakan dengan luas 1.832 Ha atau
3,61% dari luas Kabupaten Bantul.
II.2. Kependudukan
Pada tahun 2017 jumlah penduduk 995.264 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-
rata sebesar 1.964 jiwa/km2 yang artinya setiap km2 rata-rata dihuni 1.964 jiwa.
Nilai kepadatan penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada
tabel berikut:
Laporan Akhir 10
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Dari tabel diatas diketahui bahwa kepadatan penduduk tertinggi dimiliki Kecamatan
Banguntapan yaitu sebesar 5.008 jiwa/km2, sedangkan kepadatan terendah dimiliki
Kecamatan Dlingo sebesar 659 jiwa/km2.
Tabel Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Kabupaten Bantul Per Kecamatan Tahun 2017
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Srandakan 14.516 14.811 29.327
Laporan Akhir 11
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 12
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
secara umum perbedaan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada
tiap kecamatan tidak begitu jauh perbedaan rentangnya sehingga tidak terjadi
dominasi gender yang terlalu signifikan.
Laporan Akhir 13
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 terbesar pada lapangan usaha jasa yakni
sebesar 7,54% sama halnya pada tahun 2014 pertumbuhan terbesar pada lapangan
usaha jasa sebesar 7,73%, pada tahun 2015 pertumbuhan terbesar pada lapangan
usaha pengangkutan dan komunikasi sebesar 6,77%, pada tahun 2016 pertumbuhan
terbesar pada lapangan usaha listrik, gas dan air bersih sebesar 15,10%, dan di tahun
2017 pertumbuhan terbesar pada lapangan usaha industri pengolahan yakni sebesar
6,34%. Kondisi ini memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 dan 2014 sektor lapangan
usaha jasa memegang pengaruh yang tinggi dalam pertumbuhan perekonomian
namun berbeda halnya pada tahun-tahun setelahnya yang mengalami fluktuasi
persentase rata-rata nilai sumbangan PDRB sektoralnya. Hal ini terlihat pada tahun
2015 dimana pada tahun ini mengalami penurunan persentase nilai PDRB
dibandingkan tahun sebelum dan setelahnya. Berbeda kemudian pada tahun 2016
dan 2017 yang semakin menunjukkan adanya peningkatan persentase nilai PDRB
meskipun penambahan tiap tahunnya tidak terlalu signifikan.
Laporan Akhir 14
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
nasional, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pengembangan sistem
ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan serta
berbasis sumberdaya alam serta sumberdaya manusia yang produktif dan mandiri.
Daerah kecamatan yang menjadi sentra industri unggulan sebagai kebijakan untuk
pengembangan industri di Kabupaten Bantul. Pada wilayah kecamatan yang menjadi
arahan dalam pengembangan industri. Sasaran utama dalam penentuan arahan
kebijakan untuk peningkatan pengembangan industri lebih difokuskan pada sentra
industri di daerah unggulan utama.
Di Kabupaten Bantul, pada umumnya sebaran sentra industri berada di wilayah yang
mendukung keberadaan sektor industri, seperti ketersediaan bahan baku,
pemasaran serta kebijakan positif pemerintah setempat. Adapun daerah atau
kecamatan sebagai sentra unggulan utama yaitu, dilihat dari industri pangan di
Kecamatan Srandakan, Bambanglipuro, Kretek, Bantul, Jetis, Pleret, Banguntapan
dan Pajangan. Industri sandang berada di Kecamatan Pandak, Bantul, Jetis, Imogiri
dan Sedayu. Industri kimia dan bangunan di Kecamatan Srandakan, Piyungan,
Banguntapan, Sedayu dan Pajangan. Industri kerajinan di Kecamatan Pundong,
Dlingo, Kasihan, Sedayu dan Sewon. Industri logam di Kecamatan Pandak, Kasihan
dan Banguntapan.
Laporan Akhir 15
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Pembagian wilayah administratif keempat desa pada Kecamatan Jetis dapat dilihat
pada Peta Kecamatan Jetis berikut ini:
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Jetis
Laporan Akhir 16
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
yang yang didominasi dataran sampai berombak, hal ini banyak dijumpai lahan
persawahan dan memudahkan dalam melakukan aktivitas pertanian khususnya
penangkaran benih padi. Kecamatan Jetis mempunyai suhu rata-rata tahunan
sebesar 260C. Dengan suhu tersebut, maka penangkaran benih padi dapat dilakukan
karena didataran rendah tanaman padi dapat tumbuh dengan suhu rata-rata 22-27oC
dengan ketinggian maksimum 650 mdpl. Sedangkan curah hujan di Kecamatan Jetis
yaitu 148,39 mm/th serta jumlah dengan curah hujan terbanyak adalah 35 hari.
Jenis tanah disuatu daerah perlu diketahui untuk mengetahui tanaman yang dapat
dibudidayakan didaerah tersebut. Jenis tanah yang ada di Kecamatan Jetis dilihat
dari warna tanahnya yaitu sebagian besar berwarna merah, kuning, hitam dan abu-
abu. Untuk tektur tanah yang berupa lempungan, pasir dan debuan. Jenis tanah ini
adalah tanah regosol. Tanah regosol yaitu tanah yang berasal dari material gunung
berapi, bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan
solum tebal, dan memiliki tingkat kesuburan rendah.
Laporan Akhir 17
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Jumlah Kepadatan
No Desa Luas (Km2) Penduduk Penduduk
(jiwa) (jiwa/Km2)
2 Canden 5,36 11.082 2.067
3 Sumberagung 6,35 14.539 2.289
4 Trimulyo 7,11 17.874 2.513
24,47 55.083 2.251
Sumber: Kecamatan Jetis Dalam Angka, BPS 2017
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk tertinggi berada pada Desa Trimulyo
dengan total jumlah penduduk 17.874 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar
2.513 jiwa/Km2. Artinya setiap 1 Km2 terdapat kurang lebih 2. 513 jiwa yang
menempati lokasi tersebut. Sedangkan jumlah penduduk terendah pada Desa
Canden yaitu sebesar 11.082 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 2.067
jiwa/Km2.
Petilasan Kuda Sembrani, petilasan ini terletak di bawah batu panah dengan posisi
miring. Pada batu ini terdapat empat buah tulang dari bawah ke atas dengan jarak
masing-masing 40 cm garis tengah lubang 10 cm. Pada bagian atas sisi kanan
terdapat seperti kubangan sedalam 10 cm dengan lebar 75 cm. Kenampakan
Petilasan Kuda Sembrani dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Laporan Akhir 18
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Banyu Tetes, Tempat ini terletak di sebelah utara Petilasan Kuda Sembrani lebih
kurang 10 meter. Pada batu ini terdapat semacam wadah dari batu berisi air.
Batu Cungkup, istilah ini untuk menyebut susunan batu yang dibentuk mirip nisan
kuburan. Membujur ke arah utara dengan tinggi 50 cm, dan panjang nisan 200 cm.
Batu Amben, berbentuk segi empat dengan tinggi 75 cm dan panjang 250 cm.
Membujur ke arah utara - selatan. Keadaannya tertutup semak belukar.
Batu Payung, terletak paling atas, di sebelah selatan Batu Amben, terbuat dari batu
cadas berbentuk melebar sehingga dapat di gunakan untuk berteduh. Kalau berdiri
di di lokasi Batu Payung akan terlihat sebuah lembah. Oleh penduduk setempat
disebut "Segaran". Di sebelah timur lokasi ini terdapat Dusun Segoroyoso yang masuk
wilayah Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret. Menurut cerita, Sultan Agung pernah
membuat segaran (laut buatan) memang di daerah ini masih terdapat sisa-sisa talud
dari batu bata. Tempat ini ramai dikunjungi orang pada Hari Rabu Pungkasan pada
Bulan Sapar.
Laporan Akhir 19
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Gambar berikut merupakan kegiatan tradisi Lemper Gedhe pada peringatan Hari
Rabu Pungkasan yang diadakan setiap tahun.
Gambar 4. Kegiatan Tradisi Lemper Gedhe
Gua Permoni, terletak di sebelah barat laut Batu Payung merupakan gua buatan yang
terjadi karena penambangan batu putih untuk membuat srumbung. Pada saat
peninjauan tahun 1990, ruangan gua tergenang air. Air ini dapat dipergunakan dan
di alirkan ke masjid setempat.
Gua Sleman, Gua ini letaknya terpisah yaitu di Dusun Blawong I gua ini juga
merupakan gua buatan, terjadi karena penambangan batu putih. Guanya sangat
dalam dan gelap serta tidak tergenang air.
Selain Petilasan Sultan Agung, Makam Ki Ageng Getas Pendowo juga merupakan
objek wisata budaya yang ramai dikunjungi wisatawan, terutama wisatawan yang
menganut agama Islam, karena selain berwisata wisatawan juga sekaligus
Laporan Akhir 20
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
melaksanakan rutinitas ziarah kubur (mengirim doa untuk orang yang telah
meninggal).
Wisata Alam
Wisata alam yang terkenal di wilayah Kecamatan Jetis antara lain Desa Wisata
Puton. Desa wisata Puton terletak di Puton, Jetis, Bantul Yogyakarta. Dikawasan ini
terdapat berbagai potensi wisata yang dapat menarik wisatawan. Dusun Puton
berdiri pada luas tanah kurang lebih 70 Hektar dengan jumlah penduduk 1.284 jiwa
yang dibagi menjadi 393 kepala keluarga. Di Dusun Puton terdapat Wisata Alam Watu
Ngelak dan Sungai Opak yang dapat dimanfaatkan untuk berwisata.
Watu Ngelak di Dusun Puton memiliki nilai sejarah yang telah dipercaya masyarakat
secara turun temurun. Sejarah nama Watu Ngelak berawal ketika Sultan Agung
berkelana dari Keraton Plered. Beliau menyusuri Sungai Opak menuju Laut Kidul
untuk bersemedi, hingga berhenti di bebatuan dan meraba-raba (istilah
Jawa:gremeng-gremeng, saat ini lokasi tersebut dinamakan Gremeng, Dusun
Sindhet) dan berhenti di bukit batu. Beliau merasa haus, dan oleh seorang anak
yang sedang mencari ikan, Sultan Agung diberi minum air kelapa, sehingga Sultan
Agung menamai bukit batu itu dinamai Watu Ngelak, dan dusun di sekitar bukit batu
dengan nama Puton, yang berarti cucu, sesuai dengan anak kecil cucu seorang
janda di Desa Dadapan, sebuah wilayah di selatan Dusun Puton.
Potensi wisata yang dimiliki Desa Wisata Puton didukung dengan fasilitas yang
lengkap di desa tersebut. Fasilitas tersebut antara lain adalah panggung dan arena
seni, atraksi budaya, arena bermain dan kemah, pemancingan, pondok makan
dengan 6 gazebo, sarana kesenian, joglo/gallery, musholla, penginapan (Home Stay)
sampai andong dan sepeda wisata.
Selain Desa Wisata Puton terdapat juga wisata alam buatan yang saat ini diminati
oleh wisatawan baik anak-anak maupun orang dewasa yaitu Taman Pelangi. Wisata
alam buatan ini memanfaatkan lokasi sempadan sungai untuk membuat aneka
Laporan Akhir 21
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
fasilitas wisata yang menarik. Kenampakan area wisata alam buatan tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 5. Wisata Alam Buatan Taman Pelangi
Laporan Akhir 22
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lahan pertanian di Kecamatan Jetis
hanya 46% dari keseluruhan luas wilayah kecamatan. Namun, dengan lahan yang
tidak begitu luas tersebut masyarakat tetap memanfaatkannya secara maksimal,
sesuai dengan data dari tabel di bawah ini:
Berdasarkan data di atas luas panen beberapa komoditi tanaman bahan makanan
adalah: luas panen padi sawah luas panen 2.796 Ha, tanaman jagung 128 Ha. Selain
itu berdasarkan hasil survei Petugas Penyuluh Pertanian (Mantri Tani) sektor
pertanian di Kecamatan Jetis juga menghasilkan kedelai dengan luas panen 17 Ha
dan kacang tanah 316 Ha. Sedangkan untuk produksi tanaman buah-buahan sebagai
berikut: pisang 2.509 kwintal, rambutan 806 kwintal, pepaya 620 kwintal, dan
mangga 416 kwintal. Di Kecamatan Jetis tanaman biofarmaka tidak potensial
sehingga produksi yang dihasilkan tidak terlalu besar yaitu: produksi jahe 816 kg,
lengkuas 182 kg, kunyit 29 kg, dan temulawak 70 kg.
Laporan Akhir 23
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Selain mempunyai potensi pada sektor pertanian, Kecamatan Jetis juga mempunyai
potensi pada sektor peternakan. Berdasarkan data Petugas Penyuluh Pertanian
(Mantri Tani) Kecamatan Jetis tahun 2017, populasi ternak besar yang dominan di
Kecamatan Jetis adalah ternak sapi potong sebanyak 2.203 ekor yang tersebar di
empat desa. Untuk sapi perah jumlahnya relatif kecil hanya terdapat 29 ekor di Desa
Sumberagung, dan kerbau 34 ekor tersebar di empat desa. Seperti yang tertera pada
tabel berikut ini:
Dari data diatas peternak sapi potong terbanyak terdapat di Desa Patalan dengan
jumlah 573 ekor kemudian untuk peternak sapi perah dan kerbau terbanyak di Desa
Sumberagung yaitu 29 ekor sapi perah dan 12 ekor kerbau.
Laporan Akhir 24
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa Desa Trimulyo merupakan desa
yang perkembangan ekonominya cukup pesat, yakni dengan jumlah toko/warung dan
warung makan terbanyak di Kecamatan Jetis. Hal ini terjadi karena kebetuan Desa
Trimulyo terletak di wilayah paling utara dari Kecamatan Jetis yang dilalui Jalan
Imogiri Timur yang merupakan jalur potensial dan ramai.
Laporan Akhir 25
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Batik juga dapat diartikan sebagai salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu,
pengertian batik dapat mengacu pada dua hal, yaitu teknik pewarnaan kain yang
menggunakan malam, teknik seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan
sebagian dari kain. Dalam literatur internasional disebut sebagai teknik
waxresist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan
teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki
kekhasan/ciri khusus.
Kata batik berasal dari gabungan dua kata Bahasa Jawa: amba, yang bermakna
'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'. Walaupun kata batik berasal dari Bahasa
Jawa, tetapi keberadaan atau kehadiran batik di Jawa sendiri tidak tercatat dan
terdokumentasi secara jelas. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa teknik membatik
kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi
lain, J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia,
percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores,
Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang
dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
Laporan Akhir 26
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Sekitar abad ke-12 masyarakat Indonesia telah bisa membuat campuran pewarna
untuk menghasilkan batik bangun tulak ( hitam putih ). Sekitar abad ke-15 seni
kerajinan batik menuju ke arah keindahan setelah mendapat pengaruh dari India,
Cina, dan Arab seiring dengan berkembangnya kebudayaan Islam yang masuk ke
nusantara. Berkembangnya seni batik yang meluas dari zaman Majapahit hingga ke
kerajaan berikutnya dan ke beberapa daerah akhirnya menjadikan batik sebagai
salah satu bentuk budaya milik rakyat Indonesia dan khususnya Suku Jawa setelah
akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai
awal abad XX dan setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920 kemudian muncul
dan dikenal batik cap. Setelah runtuhnya Majapahit, penyebaran dan pengembangan
batik kemudian banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram. Dari beberapa
literatur, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa Kerajaan Mataram,
kemudian pada masa Kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Laporan Akhir 27
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
1. Batik cap menggunakan alat dari tembaga yang telah dipola dan nanti akan
diceplokkan ke atas kain yang telah disiapkan;
2. Batik cetak menggunakan alas (terpal/plastik) yang telah dipola yang
nantinya akan dilekatkan ke kain yang telah disiapkan;
3. Batik print menggunakan dasar pola yang digambar di computer;
4. Batik tulis seperti yang telah ditulis diawal, dipola, digambar, diwarnai
semuanya secara manual menggunakan tangan kemudian digambar.
Perbedaan mendasar lainnya, baik batik cap, batik cetak dan batik print pada
umumnya adalah bahan pewarnaan menggunakan bahan-bahan kimia, sedangkan
batik tulis untuk bahan warnanya semuanya menggunakan bahan-bahan alami
seperti kulit pohon, kayu pohon, bunga, buah, akar pohon, daun. Warna batik yang
dihasilkan dengan menggunakan bahan-bahan alami lebih menarik, unik dan
menghasilkan warna-warna tertentu yang tidak dapat dari bahan-bahan kimia.
1) Gawangan
Gambar 6. Gawangan Batik
Laporan Akhir 28
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
2) Bandul
Gambar 7. Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi
pokok bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah
tergeser saat tertiup angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.
3) Wajan
Gambar 8. Wajan Batik
Laporan Akhir 29
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau
tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari
perapian tanpa menggunakan alat lain.
4) Kompor
Gambar 9. Peralatan Membatik (Kompor, Wajan, Malam dan Canting)
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah
kompor berbahan bakar minyak atau dapat diganti dengan kompor gas kecil. Kompor
ini berfungsi sebagai perapian dan pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk
membatik. Dulu sebelum dikenal alat yang bernama kompor, perapiannya
menggunakan sejenis tungku yang disebut anglo dan bahan bakarnya arang kayu.
5) Taplak
Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan
malam panas sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.
Laporan Akhir 30
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
6) Saringan Malam
Gambar 10. Saringan Malam
Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran.
Jika malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung
canting. Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak
mengganggu jalannya malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk
membatik. Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik
karena kotoran akan semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas
akan semakin bersih dari kotoran saat digunakan untuk membatik.
7) Canting
Gambar 11. Canting
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan,
terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk
Laporan Akhir 31
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
menuliskan pola batik dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan
bahan teflon.
8) Mori
Gambar 12. Kain Mori (Kain Dasar)
Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-
macam dan jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan.
Mori yang dibutuhkan disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang
diinginkan.Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain
tersebut diukur secara tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu.
Kacu adalah sapu tangan, biasanya berbentuk bujur sangkar. Sekacu adalah ukuran
persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori tersebut. Oleh karena itu, panjang
sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang sekacu dari mori jenis
lain.
Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah
menggunakan ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori.
Ukuran ini sudah berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat
membeli kain batik. Cara ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan
untuk menyamakan persepsi di dalam sistem perdagangan.
Laporan Akhir 32
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
9) Malam (Lilin)
Gambar 13. Malam/Lilin
Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam
tidak habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses
mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang
dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk
membatik bersifat cepat diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika
proses pelorodan.
Laporan Akhir 33
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa
tempat pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau
mereka ingin mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari
warna-warna buatan. Misalnya untuk mendapatkan warna merah bata menggunakan
kulit kayu mahoni, warna hijau dari buah jalawe dan kayu tarum untuk warna indigo.
Laporan Akhir 34
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
minggu, apalagi yang melalui 2x proses, 3x proses dan seterusnya, bisa memakan
waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Sedangkan pola non-geometrik adalah pola yang diilhami oleh keadaan lingkungan.
Sebagai contoh, pola ceplok terdiri atas garis silang yang membentuk lingkaran,
bintang, persegi panjang, jajaran genjang, bentuk-bentuk lain yang disusun dalam
tatanan persegi.
Gambar 16. Contoh Motif Non-Geometrik
Laporan Akhir 35
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Keunikan yang dimiliki oleh sentra batik Nitik dan tidak dimiliki oleh sentra batik
dimanapun adalah canting cawang. Canting ini merupakan canting yang digunakan
untuk membatik tulis dengan ukuran klowong. Bedanya pada ujung canting di belah
menjadi 4, sehingga goresannya berbentuk garis bukan titk. Dari malam yang keluar
pada bibir canting akan membentuk garis yang bisa membuat hasil cantingan
memiliki ciri khas. Ciri khas inilah yang kemudian di sebut Nitik dan menjadi penciri
batik dari wilayah Desa Trimulyo khususnya Dusun Kembangsongo. Walaupun
demikian para pembatik juga bisa membuat batik tulis dengan canting biasa yang
hasilnya lebih halus.
Laporan Akhir 36
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Gambar 19. Hasil Batikan dari Canting Cawang yang Disebut Nitik
Sebagian besar motif Nitik di beri nama dengan nama bunga, seperti kembang
kenthang, sekar kemuning, sekar randu, kembang rambutan dan sebagainya. Ada
pula yang di beri nama lain, misalnya, Nitik cakar, Nitik jonggrang, tanjung gunung
dan sebagainya. Seperti halnya motif batik pada umumnya, motif Nitik juga
mempunyai arti filosofis, misalnya Nitik cakar yang sering digunakan pada upacara
Laporan Akhir 37
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
adat perkawinan. Diberi nama Nitik cakar karena pada bagian motifnya terdapat
ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang di maksud merupakan cakar ayam
atau kaki ayam bagian bawah. Ayam biasanya menggunakan cakarnya untuk mengais
tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan. Nitik cakar dapat berdiri
sendiri sebagai motif dan satu kain atau sebagai bagian dan motif kain tertentu,
seperti motif Wirasat atau Sidodrajat, yang juga sening digunakan dalam upacara
adat perkawinan. Berikut adalah gambar motif Nitik cakar ayam:
Gambar 20. Motif Nitik Cakar Ayam
III.2. Metodologi
Dalam pelaksanaan pekerjaan Studi Pengembangan Pemasaran Potensi Batik Nitik
Kabupaten Bantul ini, metodologi yang digunakan adalah menggunakan kajian
potensi pengembangan secara sosial dan ekonomi. Adapun tahapan pelaksanaan
kegiatan ini meliputi:
Laporan Akhir 38
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Omzet / Pendapatan
Data UKM
Laporan Akhir 39
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh melalui survei tersebut di atas dengan
cara wawancara dan menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan
Laporan Akhir 40
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
data yang dibutuhkan pada responden yang telah ditetapkan. Selain itu juga
dilakukan observasi lapangan yaitu melakukan pengamatan langsung.
2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan/
menghimpun dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan program baik
dalam bentuk laporan dan catatan dari petugas pelaksana program/instansi
terkait, foto/gambar atau data hasil rekaman.
Sebelum menjadi laporan pendahuluan yang sudah fix, draft laporan pendahuluan
ini dilakukan pembahasan terlebih dahulu dengan tim teknis untuk mendapatkan
arahan, masukan atau saran.
Laporan Akhir 41
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 42
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Desa Trimulyo dilalui oleh Jalan Imogiri Timur dan Jalan Imogiri Barat sehingga
memiliki akses yang tinggi untuk mobilitas penduduknya. Disamping itu, Desa
Trimulyo memiliki stadion Sultan Agung dan banyak pendirian perumahan sehingga
memiliki potensi ekonomi yang sangat besar.
Laporan Akhir 43
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Desa Trimulyo mempunyai suhu rata-rata tahunan sebesar 260 C. Dengan suhu
tersebut, maka penangkaran benih padi dapat dilakukan karena didataran rendah
tanaman padi dapat tumbuh dengan suhu rata-rata 22-270C dengan ketinggian
maksimum 650 mdpl. Sedangkan curah hujan di Desa Trimulyo yaitu 148,39 mm/th
serta jumlah dengan curah hujan terbanyak adalah 35 hari.
Laporan Akhir 44
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Jenis tanah disuatu daerah perlu diketahui untuk mengetahui tanaman yang dapat
dibudidayakan didaerah tersebut. Jenis tanah yang ada di Desa Trimulyo dilihat dari
warna tanahnya yaitu sebagian besar berwarna merah, kuning, hitam dan abu-abu.
Untuk tektur tanah yang berupa lempungan, pasir dan debuan. Jenis tanah ini adalah
tanah regosol. Tanah regosol yaitu tanah yang berasal dari material gunung berapi,
bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal,
dan memiliki tingkat kesuburan rendah.
Laporan Akhir 45
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 46
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
peluang usaha dalam sektor pertanian yang besar. Desa Trimulyo mempunyai potensi
di sektor pertanian dengan luas lahan 312,4 Ha. Dengan luas lahan tersebut, sektor
pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 9.968 orang yang terdiri dari
1.168 orang petani dan 8.800 buruh tani. Selain itu, terdapat 16 Kelompok Tani, 2
kelompok Wanita Tani yang mengelola lumbung pangan padi, 3 buah DAM dan
Bendung untuk mengaliri lahan pertanian seluas 247 Ha, pompanisasi mengairi 10
Ha.
Selain memiliki peluang usaha dalam sektor pertanian, Desa Trimulyo juga memiliki
potensi lainnya, yaitu potensi industri dan juga potensi wisata. Desa Trimulyo
mempunyai produk unggulan yaitu batik motif nitik yang sudah memiliki nama besar
antara lain Trimulyo Batik dan Sekar Nitik. Kegiatan membatik yang dilakukan di
wilayah Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul ini melibatkan kaum ibu-
ibu yang menjadikannya sebagai kegiatan industri rumahan, sehingga menjadi
lapangan pekerjaan tetap bagi ibu-ibu di wilayah tersebut. Sebagian besar pengrajin
batik di wilayah ini merupakan buruh canting, yang nantinya hasil pekerjaan mereka
disetorkan kepada juragan atau konsumen yang memesan batik tersebut. Namun
ironisnya para buruh canting tidak mengetahui kelanjutan proses dalam membuat
batik tersebut, sehingga para buruh canting hanya menerima upah nyanting yang
relatif kecil.
Berdasarkan dokumen Monografi Desa Trimulyo Tahun 2017, diketahui bahwa dari
total 6.612 KK terdapat sejumlah 1.771 KK (26,78%) yang tergolong dalam penduduk
miskin (menurut standar BPS). Selain itu, dari total 18.148 jiwa penduduk yang
berada pada Desa Trimulyo, diketahui bahwa masih terdapat 111 jiwa (0,61 %) yang
tidak lulus sekolah dan 100 jiwa (0,55%) yang tidak bersekolah. Terdapatnya
penduduk yang masih tergolong dalam kriteria miskin dan masih memiliki tingkat
pendidikan rendah menjadi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan sektor ekonomi dalam Desa Trimulyo. Dengan kondisi yang demikian,
apabila di masa yang akan datang tidak dilakukan pengembangan sektor perekomian
yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui pengembangan potensi
Laporan Akhir 47
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
daerah yang terdapat di Desa Trimulyo, maka akan semakin banyak penduduk yang
tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar mereka dalam berkehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian
Kabupaten Bantul, saat ini sentra kerajinan batik yang terdapat Giriloyo, Desa
Wukirsari telah menyerap sekitar 1000 tenaga kerja atau pembatik. Di sisi lain,
penghasilan rata-rata pengrajin Batik Nitik saat ini adalah sekitar Rp. 600.000,00 per
2 bulan, sedangkan UMR Kabupaten Bantul pada tahun adalah Rp. 1.400.000,00 per
bulan. Pendapatan pengrajin Batik tersebut tentunya masih belum mampu
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, sehingga profesi sebagai pengrajin batik di
Desa Trimulyo belum dijadikan sebagai mata pencaharian utama dan memerlukan
mata pencaharian lain sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan tetap. Oleh
karena itu, potensi pengembangan Batik Nitik yang berada di Desa Trimulyo
merupakan potensi unggulan yang mampu mendorong berkembangnya sektor
perekonomian wilayah. Produk Batik Nitik merupakan produk khas daerah yang
memiliki ciri khas dan motif tersendiri. Dengan pengembangan produk Batik Nitik,
ke depannya akan tercipta lapangan usaha baru yang menyerap tenaga kerja dan
meningkatkan pendapatan daerah sehingga pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
yang sebelumnya belum tercukupi dapat terpenuhi.
Laporan Akhir 48
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Keterhubungan itu adalah bahwa motif nitik dibuat dari hasil adaptasi anyaman kain
tenun patola dari India yang di akhir tahun 1700an penjualannya menurun setelah
sempat menjadi primadona kain di nusantara. Perempuan Jawa menginisiasi
pembuatan batik dengan motif patola, yang menurut Ruurdje Laarhoven (2012),
karena kain patola yang sudah diimpor sejak tahun 1600an tersebut dimonopoli
pemerintah kolonial Belanda sehingga harganya berlipat-lipat.
Pemilihan masyarakat ke batik karena harga jualnya lebih murah, bahkan kondisi ini
sukses menggiring konsumen meninggalkan kain impor India dan berperan besar
terhadap popularitas batik di Jawa dan Sumatra dengan berbagai ragam dan varian
motif di akhir abad ke-19. Dengan demikian, metode membatik nitik (meskipun
mentransformasikan motif patola) menjadi salah satu faktor berakhirnya monopoli
kain oleh pemerintah Belanda di nusantara, termasuk untuk memutus
ketergantungan pada kain impor pada masa itu. Batik menjadi usaha dan keahlian
milik pribumi yang dilakukan oleh ‘kaum pemberontak’ Jawa, yaitu para perempuan
pembatiknya.
Laporan Akhir 49
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Motif yang menjadi khas dari Batik Nitik antara lain, kembang waru, nogosari,
srengenge, kembang dangah dan cakar ayam. Secara rinci motif yang menjadi khas
dalam Batik Nitik di sajikan dalam tabel berikut ini:
Laporan Akhir 50
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Srengenge berarti
matahari. Dari namanya
motif ini menggambarkan
bunga matahari yang
menghadap ke barat atau
kiblat pada sore hari.
3 Srengenge Bunga matahari
digambarkan dari bentuk
bulatnya yang berisi ceceg-
ceceg dengan guratan tegas
yang dibingkai dengan
bentuk bulat yang terdiri
dari ceceg-ceceg pula.
Kembang dangah berarti
bunga menengadah
(mekar). Makna kembang
dangah adalah harapan
akan keselamatan.
Kembang Keselamatan, kebahagiaan
4
Dangah dan kesehatan adalah hal
yang sangat mendasar
karena berkait dengan
keseimbangan alam yang
selaras, serasi dan
seimbang.
Biasanya dipakai pada
upacara adat perkawinan.
Terdapat ornamen yang
Cakar berbentuk seperti cakar
5
Ayam ayam dengan filosofi bahwa
cakar ayam digunakan
untuk mengais tanah
mencari makanan sehingga
Laporan Akhir 51
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas, motif-motif yang menjadi ciri khas dari Batik Nitik hampir
semua memiliki sarat makna dan filosofi kehidupan Budaya Jawa.
Keterbatasan pengetahuan para pengrajin dalam hal desain dan mutu produk
menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk dan pemasaran. Imam
Buchori Zaenudin (1986:80-81) menegaskan bahwa desain bukan sekedar
keterampilan dalam membuat barang, tetapi merupakan suatu proses berpikir
secara sistematis untuk mencapai mutu yang lebih baik, meliputi mutu material,
teknik, bentuk performasi, baik sebagian maupun secara keseluruhan. Sehingga
berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan
pengetahuan tentang seni sangat dibutuhkan dalam pembentukan ataupun
penciptaan motif baru Batik Nitik. Untuk itu dibutuhkan langkah nyata dalam
mengembangkan dan melestarikan Batik Nitik agar tetap eksis serta menjadi
keunggulan industri kreatif bagi masyarakat khususnya di Desa Trimulyo. Dengan
demikian, diharapkan membatik menjadi sumber penghasilan ekonomi bagi
masyarakat pengrajin Batik Nitik.
Laporan Akhir 52
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
meskipun demikian para pembatik di wilayah ini juga dapat membuat batik tulis
dengan canting biasa yang juga hasilnya lebih baik dan halus.
Berikut adalah gambar dari proses pembuatan canting klowong yang biasa digunakan
untuk membuat Batik Nitik:
Gambar 23. Proses Pembuatan Canting Klowogan
Khas Batik Nitik
Laporan Akhir 53
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
masih menyatu dengan rumah ketua paguyuban. Berikut orientasi lokasi dan
dokumentasi Paguyuban Batik Trimulyo:
Paguyuban yang diketuai oleh Bapak Iswanto ini terdiri dari 20 orang anggota dengan
berbagai latar belakang pekerjaan yang berbeda. Sebagian besar anggota paguyuban
ini bermata pencaharian sebagai petani. Sehingga membatik di paguyuban ini hanya
sebagai kegiatan sampingan.
Bapak Iswanto selaku ketua paguyuban memiliki showroom yang juga digunakan
sebagai sarana pemasaran kain batik hasil karya para pengrajin.
Gambar 25. Dokumentasi Produk Paguyuban Batik Nitik
Showroom Trimulyo Batik ini tidak hanya menyediakan kain Batik Nitik sebagai menu
utamanya akan tetapi juga menyediakan kain batik pekalongan, karena peminat
Batik Nitik ini tergolong masih jarang. Selain menyediakan kain batik dan berbagai
Laporan Akhir 54
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
macam pakaian jadi, di showroom ini juga melayani pesanan penjahitan seragam
maupun pakaian pribadi. Bapak Iswanto bekerja sama dengan 5 (lima) orang penjahit
di lingkungan sekitar untuk memenuhi pesanan jahitan tersebut. Tidak hanya itu jika
ada pesanan dalam jumlah banyak (lebih dari 20 potong pakaian) dan dalam waktu
singkat, Pak Iswanto biasanya bekerja sama dengan konveksi yang ada di wilayah
Desa trimulyo tersebut. Berikut adalah beberapa jenis produk yang disediakan di
showroom Trimulyo Batik:
Gambar 26. Produk Yang Disediakan Di Showroom
Patut disayangkan karena sebagian besar produk yang didisplay di showroom ini
adalah batik pekalongan, sedangkan untuk Batik Nitik khas yang menjadi ikon Desa
Trimulyo sendiri hanya di perlihatkan ketika ada pembeli yang menanyakan. Kain-
kain batik tersebut disimpan didalam etalase dan baru didisplay jika ada kunjungan
baik dari dinas maupun dari wisatawan.
Laporan Akhir 55
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Untuk pusat kegiatan baik produksi maupun pertemuan rutin Paguyuban Trimulyo
Batik berada di rumah Ibu Nuriyah selaku Sie Perlengkapan. Rumah Ibu Nuriyah atau
bisa disebut workshop produksi Paguyuban Trimulyo Batik. Workshop ini terletak di
Jalan Imogiri Timur Km. 12 tepatnya di RT. 03 Dusun Kembangsongo, Desa Trimulyo,
Kecamatan Jetis. Untuk menuju lokasi workshop tersebut tidak sulit karena sudah
tertere papan penunjuk jalan seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 28. Papan Penunjuk Arah
Laporan Akhir 56
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
B. Proses Pembatikan
Karena kegiatan membatik di kelompok paguyuban ini hanya merupakan kegiatan
sampingan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu lembar kain
ukuran 2 m x 1,1 m kurang lebih 2 bulan. Disamping itu, yang membuat proses
membatik memakan waktu lama ialah teknik membatik yang digunakan masih
konvensional yakni dengan teknik tulis. Berikut adalah proses pembatikan yang
dilakukan oleh salah satu pengrajin paguyuban Trimulyo Batik:
Laporan Akhir 57
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Trawas
Kapur Sirih
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa para pengrajin juga menggunakan
campuran kapur sirih serta trawas untuk menguatkan warna dan menghasilkan
variasi warna.
Laporan Akhir 58
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
C. Permodalan
Permodalan pada Paguyuban Trimulyo Batik terbagi menjadi dua jenis yaitu
permodalan secara individu dan permodalan secara kelompok dengan model iuran
wajib pada setiap anggota dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 15. Rincian Permodalan Paguyuban Trimulyo Batik
NO JENIS BAHAN BESARAN HARGA (Rp)
1. Kain Rp 55.000,00
2. Malam Rp 20.000,00
3. Canting Rp 8.000,00
4. Kompor Rp 60.000,00
5. Minyak tanah Rp 26.000,00
6. Wajan Rp 10.000,00
7. Pewarna/pencelupan Rp 300.000,00
Sumber: Survei Lokasi
Dari tabel diatas modal yang digunakan untuk memproduksi batik berkisar Rp
470.000,00 per satu lembar kain. Namun di paguyuban ini untuk biaya pembelian
kain dan pewarnaan modal pendanaannya dilakukan secara gotong royong dengan
sumber dari iuran anggota kelompok Paguyuban sebesar Rp 5.000,00 per bulan.
D. Pemasaran
Bentuk pemasaran produk di Paguyuban Trimulyo Batik yaitu dengan beberapa cara
yaitu :
Dengan perantara pemerintah yaitu dengan ikut serta dalam acara pameran batik
yang dilakukan pemerintah baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi
Dengan melakukan pemasaran online melalui media sosail seperti facebook dan
Instagram
Dengan perantara swasta toko oleh oleh yang berada di sekitar Prawirotaman
Laporan Akhir 59
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Harga produk Batik Nitik yang ditawarkan berkisar antara Rp 600.000,00 hingga Rp
900.000,00 tergantung pada tingkat keunikan motif dan variasi warna. Dalam hal ini
kain batik dengan motif cakar ayam dan kembang dangah. Keunikan, kerumitan serta
kandungan makna filosofi yang kental pada kedua jenis motif ini menjadikannya
dijual dengan harga tinggi. Namun saat ini juga sudah ada kain batik hasil variasi
Laporan Akhir 60
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
motif yang dijual dengan harga yang lebih murah. Kain batik dengan motif kombinasi
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 34. Batik Nitik dengan Kombinasi Motif
E. Omzet
Omzet pendapatan yang didapatkan saat ini oleh plaku usaha Batik di Paguyuban
Trimulyo Batik yaitu sebesar 200-300 ribu perbulan dengan status pelaku usaha yaitu
kebanyakan buruh dengan beberapa pesanan dari Desa Giriloyo.
Selain itu ada pemasukan lain yang berasal dari pesanan oleh juragan batik di
kawasan Prawirotaman dengan besaran 600 ribu perkain, namuin dibayarkan dengan
tenggang waktu setiap dua dualn sekali ketika pengrajin menyetorkan kembali
produk batiknya kepada juragan tersebut.
F. Limbah
Pengelolaan Limbah dari kegiatan membatik di Paguyuban Trimulyo Batik masih
dilakukan dengan metode konvensional yakni membuang limbah cair bekas
penulisan dan pewarnaan batik didepan halaman rumah tanpa melalui pengolahan.
Laporan Akhir 61
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 62
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Selain digunakan untuk pertemuan rutin workshop di Paguyuban Batik Nitik Trimulyo
juga terdapat showroom yang menyediakan berbagai kain batik hasil karya anggota
paguyuban. Berikut beberapa kain batik hasil karya Paguyuban Batik Nitik Trimulyo.
Paguyuban Batik Nitik Trimulyo ini memiliki kegiatan pertemuan rutin yang
dilaksanakan setiap hari Rabu Pahing atau setiap 35 hari sekali sesuai penanggalan
jawa.
B. Proses Pembatikan
Kegiatan membatik oleh anggota Paguyuban Batik Nitik Trimulyo ini dilaksanakan
setiap hari diwaktu sore setelah masyarkat melakukan pekerjaan utama yaitu
sebagai petani, pedagang maupun pegawai. Para pengrajin batik di Paguyuban ini
masih menggunakan teknik pembatikan secara tradisional dengan metode teknik
Laporan Akhir 63
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
tutup celup dan lilin atau malam sebagai perintang dan zat pewarna pada kain
dengan menggunakan zat alami dari daun dan batang pohon.
C. Limbah
Pengelolaan Limbah dari kegiatan Batik Nitik Trimulyo sudah di akomodasi dengan
menyediakan Septictank Komunal yang bertujuan menampung limbah cair. Lokasi
septictank ini berada di workshop Paguyuban Batik Nitik Trimulyo. Berikut Orientasi
lokasi dan kondisi Septictank komunal di Paguyuban Batik Nitik Trimulyo.
Laporan Akhir 64
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
D. Pemasaran
Tahapan pemasaran produk di Paguyuban Batik Nitk Trimulyo yaitu dengan beberapa
cara yaitu :
Dengan perantara pemerintah yaitu dengan ikut serta dalam acara pameran batik
yang dilakukan pemerintah baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi
Dengan melakukan pemasaran online melalui media sosail seperti facebook dan
Instagram
Gambar 41. Pemasaran Produk Melalui Pameran
Paguyunban Batik Nitik Trimulyo
Laporan Akhir 65
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
E. Omset
Omzet pendapatan yang didapatkan saat ini oleh plaku usaha Batik di Paguyuban
Batik Nitik Trimulyo berkisar anatar 200-300 ribu perbulan.
F. Permodelan
Permodalan pada Paguyuban Trimulyo Batik terbagi menjadi dua jenis yaitu
permodalan secara Individu dan permodalan secara kelompok dengan model iuran
wajib pada setiap anggota Paguyuban Trimulyo Batik yaitu dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel 16. Rincian Permodalan Paguyuban Batik Nitik Trimulyo
NO JENIS BAHAN BESARAN HARGA (Rp)
1. Kain Rp 55.000,00
2. Malam Rp 20.000,00
3. Canting Rp 8.000,00
4. Kompor Rp 60.000,00
5. Minyak tanah Rp 26.000,00
6. Wajan Rp 10.000,00
7. Pewarna/pencelupan Rp 300.000,00
Sumber: Survei Lokasi
Dari tabel diatas modal perseorangan yang digunakan untuk memproduksi batik
berkisar Rp 470.000,00. Namun untuk biaya pembelian kain dan pewarnaan modal
pendanaan diakukan secara gotong royong dengan sumber pendanaan dari iuran
anggota kelompok Paguyuban sebesar Rp 5.000,00 per bulan sehingga cukup
menghemat untuk pembelian kain dan pewarna.
Laporan Akhir 66
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Paguyuban ini berdiri pada pertengahan tahun 2016 yang merupakan pecahan dari
Paguyuban Sekar Nitik (Batik Nitik Trimulyo saat ini). Sebagian besar anggota
Paguyyuban ini merupakan pembatik pemula sehingga produktivitas dari pembatik
cenderung masih baik. Di paguyuban ini juga dilaksanakan pelatihan membatik oleh
ketua Paguyuban untuk anggotanya sendiri setiap dua kali dalam satu minggu yaitu
hari jumat dan hari minggu. Berikut kondisi Workshop Paguyuban Nitik Blawong :
Gambar 44. Dokumentasi Workshop Paguyuban Batik Nitik Blawong
B. Proses Pembatikan
Kegiatan membatik oleh anggota Paguyuban Batik Nitik Blawong ini dilaksanakan
setiap hari diwaktu sore setelah masyarkat melakukan pekerjaan utama yaitu
sebagai petani, pedagang maupun pegawai. Para pengrajin batik di Paguyuban ini
masih menggunakan teknik pembatikan secara tradisional dengan metode teknik
tutup celup dan lilin atau malam sebagai perintang dan zat pewarna pada kain
dengan menggunakan zat alami dari daun dan batang pohon.
Laporan Akhir 67
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
C. Limbah
Pengelolaan Limbah dari kegiatan batik Nitik Blawong sudah di akomodasi dengan
menyediakan IPAL Komunal yang bertujuan mengolah limbah cair yang dihasilkan
agar aman bagi ekosistem sungai Opak meskipun pada penggunaan bahannya
menggunakan bahan alami. Lokasi IPAL komunal berada pada lokasi sebagai berikut
:
Gambar 46. Orientasi dan Kondisi Lokasi IPAL Komunal Paguyuban Batik Nitik
Blawong
Laporan Akhir 68
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Gambar 47. Kondisi Lokasi IPAL Komunal Paguyuban Batik Nitik Blawong
D. Pemasaran
Tahapan pemasaran produk di Paguyuban Batik Nitk Blawong yaitu dengan
beberapa cara yaitu :
• Dengan perantara pemerintah yaitu dengan ikut serta dalam acara pameran
batik yang dilakukan pemerintah baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi
• Dengan melakukan pemasaran online melalui media sosail seperti facebook
dan Instagram
Gambar 48. Pemasaran Secara Online Produk Paguyunban Batik Nitik Blawong
C. Omset
Omzet pendapatan yang didapatkan saat ini oleh plaku usaha Batik di Paguyuban
Batik Nitik Blawong berkisar anatar 200-300 ribu, akan tetapi hanya didapatkan
ketika di event pameran.
Laporan Akhir 69
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
D. Permodalan
Permodalan pada Paguyuban Batik Nitik Blawong terbagi menjadi dua jenis yaitu
permodalan secara Individu dan permodalan secara kelompok dengan model iuran
wajib pada setiap anggota Paguyuban Batik Nitik Blawong yaitu dengan rincian
sebagai
Tabel 17. Rincian Permodalan Paguyuban Batik Nitik Blawong
NO JENIS BAHAN BESARAN HARGA (Rp)
1. Kain Rp 55.000,00
2. Malam Rp 20.000,00
3. Canting Rp 8.000,00
4. Kompor Rp 60.000,00
5. Minyak tanah Rp 26.000,00
6. Wajan Rp 10.000,00
7. Pewarna/pencelupan Rp 300.000,00
Sumber: Survei Lokasi
Dari tabel diatas modal perseorangan yang digunakan untuk memproduksi batik
berkisar Rp 470.000,00. Namun untuk biaya pembelian kain dan pewarnaan modal
pendanaan diakukan secara gotong royong dengan sumber pendanaan dari iuran
anggota kelompok Paguyuban.
Laporan Akhir 70
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 71
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 72
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Beberapa tempat wisata berikut merupakan potensi wisata yang terdapat di Desa
Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Tempat-tempat wisata ini diharapkan
dapat memberikan dukungan terhadap perkembangan kerajinan Batik Nitik di Desa
Trimulyo, Kecamatan Jetis. Dengan adanya tempat wisata ini, dapat dijadikan
sebagai sarana promosi pengenalan produk-produk Batik Nitik pada senytra batik di
Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis. Pengunjung atau wisatawan yang datang
diharapkan tidak hanya datang ke tempat-tempat wisata ini akan tetapi juga
berkunjung ke lokasi kerajinan batik maupun show room batik yang terdapat di
sekitar tempat wisata tersebut.
Persebaran potensi wisata di sekitar kawasan sentra Batik Nitik dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 49. Persebaran Lokasi Potensi Wisata
di Sekitar Kawasan Sentra Batik Nitik
Berdasarkan gambar tersebut lokasi sentra kerajinan Batik Nitik berada di lingkup
potensi wisata yang cukup ramai serta didukung keberadaan fasilitas jaringan jalan
utama yakni Jalan Imogiri Timur sebagai sarana wisatawan dalam bermobilitas.
Deskripsi singkat mengenai beberapa tempat wisata tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
Laporan Akhir 73
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Petilasan Sultan Agung merupakan Jalur yang ditempuh Sultan Agung dalam mencari
lokasi siti arum untuk dijadikan sebagai pasareyan atau pemakamannya. Di petilasan
ini terdapat beberapa tempat maupun benda yang dikeramatkan yaitu : Batu Panah,
Banyu Tetes, Batu Cungkup, Batu Payung, Gua Permoni, dan Gua Sleman. Batu
Panah, berbentuk batu padas yang digores dengan benda tajam selebar 10 cm , dan
panjangnya 1m dan merupakan batu bekas panah Sultan Agung.
Petilasan Kuda Sembrani, petilasan ini terletak di bawah batu panah dengan posisi
miring. Pada batu ini terdapat empat buah tulang dari bawah ke atas dengan jarak
masing-masing 40 cm garis tengah lubang 10 cm. Pada bagian atas sisi kanan
terdapat seperti kubangan sedalam 10 cm dengan lebar 75 cm. Banyu Tetes, Tempat
ini terletak di sebelah utara Petilasan Kuda Sembrani lebih kurang 10 meter. Pada
batu ini terdapat semacam wadah dari batu berisi air.
Laporan Akhir 74
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Batu Cungkup, istilah ini untuk menyebut susunan batu yang dibentuk mirip nisan
kuburan. Membujur ke arah utara dengan tinggi 50 cm, dan panjang nisan 200 cm.
Sementara Batu Amben, berbentuk segi empat dengan tinggi 75 cm dan panjang 250
cm. Membujur ke arah utara - selatan. Keadaannya tertutup semak belukar.
Batu Payung, terletak paling atas, di sebelah selatan Batu Amben, terbuat dari batu
cadas berbentuk melebar sehingga dapat di gunakan untuk berteduh. Kalau berdiri
di di lokasi Batu Payung akan terlihat sebuah lembah. Oleh penduduk setempat
disebut "Segaran". Di sebelah timur lokasi ini terdapat Dusun Segoroyoso yang masuk
wilayah Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret. Menurut cerita, Sultan Agung pernah
membuat segaran (laut buatan) memang di daerah ini masih terdapat sisa-sisa talud
dari batu bata. Tempat ini ramai dikunjungi orang pada Hari Rabu Pungkasan pada
Bulan Sapar.
Gambar berikut merupakan kegiatan tradisi Lemper Gedhe pada peringatan Hari
Rabu Pungkasan yang diadakan setiap tahun.
Laporan Akhir 75
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Lokasi Petilasan Sultan Agung yang berada di wilayah Desa Trimulyo dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 52. Persebaran Lokasi Potensi Wisata
di Sekitar Kawasan Sentra Batik Nitik
Laporan Akhir 76
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa lokasi Wisata Taman Pelangi tidak jauh
dari lokasi sentra kerajinan Batik Nitik. Sehingga objek wisata yang dibuka pada
bulan Februari 2018 ini merupakan objek wisata yang dapat dipasarkan beiringan
dengan pengembangan pemasaran Batik Nitik. Disamping itu objek wisata ini sedang
diminati oleh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing.
Taman Pelangi Bembem ini memang tidak terlalu luas, tapi indahnya pesona di
bantaran Sungai Opak membuat pengunjung terpana. Selain itu objek wisata ini juga
Laporan Akhir 77
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
menyuguhkan beberapa spot foto yang menarik. Seperti spot foto pada gambar
berikut:
Gambar 54. Spot Foto Dengan Latar Belakang Kali Opak
Rimbunan pokok-pokok bambu serta aneka tanaman bunga yang elok berwarna-
warni, membuat taman pelangi nampak sejuk dan asri. Konsep taman keluarga
khususnya ajang bermain bagi anak-anak menjadi fokus utama Taman Pelangi
Bembem ini. Keberadaan playground yang dikemas apik dengan warna-warni yang
menarik membuat si kecil puas bermain.
Gambar 55. Playground di Taman Pelangi Bembem
Laporan Akhir 78
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Berbagai fasilitas umum juga telah disediakan di objek wisata ini. Sebagian besar
fasilitas yang ada di tempat ini terbuat dari bahan yang ramah lingkungan yakni
bambu. Terdapat pula gazebo yang bisa dijadikan pilihan untuk bersantai dan
bercengkrama sembari menikmati indahnya alam sekitar.
Di area ini juga disediakan 4 kolam renang yang terdiri dari 3 kolam renang di dalam
area taman, dan 1 kolam renang tepat di luar sisi kanan pintu masuk. Semua kolam
renang yang ada di sini berukuran mini, sehingga hanya cocok untuk anak-anak.
Selain itu juga terdapat wisata air dengan perahu mesin untuk menyusuri Sungai
Opak, pulang-pergi sejauh 1,5 km.
Di objek wisata ini juga terdapat deretan warung yang menjajakan aneka cemilan
maupun makanan yang mengenyangkan. Objek wisata ini buka sejak pagi pukul 06:00
sampai 22:00 malam.
Laporan Akhir 79
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
langsung dengan Desa Trimulyo yang berada di sebelah selatannya. Lokasi wisata
kuliner sate klathak dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 57. Kawasan Wisata Kuliner Sate Klathak
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa kawasan wisata kuliner ini berada
di wilayah yang ramai. Karena lokasi berada di sepanjang Jalan Imogiri Timur yang
menjadi jalur utama wisatawan menuju kwasan wisata pantai selatan.
Laporan Akhir 80
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 81
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 83
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 84
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 85
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
Laporan Akhir 86
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
VIII.1. Kesimpulan
Dari analisis beberapa aspek seperti aspek hukum, aspek teknis, aspek ekonomi,
aspek lingkunan dan aspek sosial yang telah dikaji secara komprehensif mengenai
perkembangan Batik Nitik yang ada di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul dapat
disimpulkan bahwa :
A. Keberadaan dan eksistensi Batik Nitik belum yang ada di Dusun Kembangsongo
maupun Dusun Blawong belum dikenal secara baik dari masyarakat Kecamatan
Jetis dan masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Perlunya perhatian
dari pemerintah maupun masyarakat untuk dapat bergotong – royong
mengenalkan Batik Nitik.
B. Para pengrajin Batik Nitik masih minim mendapatkan pendampingan dari
pemerintah dalam hal pendampinan mengenai modal produksi, pelatihan
mengenai inovasi pengembangan produk batik, pendampingan pengelolaan
limbah hasil batik dan yang paling utama mengenai pemasaran Batik Nitik kepada
masyarakat Bantul, Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta maupun masyarakat
atau wisatawan diluar daerah.
C. Ketidakstabilan pendapatan yang didapatkan Pengrajin Batik Nitik dari kegiatan
produksi batik menjadikan hampir seluruh pengrajin sebagai kegiatan sambilan
disamping pekerjaan utama mereka pada sektor pertanian, pedagang maupun
pegawai. Ketidakstabilan pendapatan dari para pengrajin karena waktu produksi
dari Batik Nitik yang cenderung memerlukan waktu yang lama serta harga jual
dan sistem pemasaran yang masih belum optimal.
D. Antusisasme pengrajian Batik Nitik terhadap kelestarian dari produk Batik Nitik
ini sangat tinggi. Namun pengrajin Batik Nitik terkendala kepada inovasi produk
batik untuk mengikuti perkembangan zaman. Produk Batik Nitik yang diproduksi
dengan waktu yang lama harus dibayarkan degan harga yang juga mahal. Dengan
harga jual produk Batik Nitik yaitu 600 ribu hingga 900 ribu cenderung menyasar
pada segmen menengah keatas. Sementara segmen menengah kebawah juga
Laporan Akhir 87
Penyusunan Studi Potensi Pengembangan Batik Nitik Trimulyo
Kabupaten Bantul Tahun 2018
perlu disasar sehingga perlu ada inovasi produk Batik Nitik seperti merubah
metode membatik dengan metode cap, membuat perlengkapan souvenir pernak
- pernik namun tetap mempertahankan keaslian dari motif Batik Nitik.
E. Lokasi Sentra Batik Nitik Trimulyo yang strategis berada diantara beberapa obyek
wisata baik wisata alam, wisata edukasi maupun wisata kuliner menjadikan lokasi
Sentra Batik memiliki daya jual yang tinggi agar dapat terintegrasi dengan wisata
lainnya dengan konsep wisata budaya.
VIII.2. Saran
Dari kesimpulan yang berdasarkan dari analisis beberapa aspek secara komprehensif
mengenai perkembangan Batik Nitik yang ada di Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul
dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa saran yang dapat digunakan untuk
mengembangkan dan mengenalkan Batik Nitik secara lebih luas :
Laporan Akhir 88