Pendekar Mabuk - 5. Murka Sang Nyai PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 122

http://duniaabukeisel.blogspot.

com/

Pembuat E-book:
DJVU & E-book (pdf): Abu Keisel
Edit: Paulustjing
http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Hak cipta dan copy right pada penerbit dibawah


lindungan undang-undang.
Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

1
AWAN hitam menaungi wilayah Perguruan Merpati
Wingit. Dari sebuah lembah tampak terlihat jelas
reruntuhan bangunan joglo yang merupakan bangunan
terdepan setelah halaman laga Perguruan Merpati
Wingit. Dari sanalah sepasang mata menatap dengan
sedikit menyipit, tersimpan dendam dalam hati yang
luka mengharu melihat porak-porandanya perguruan
tersebut.
Sepasang mata menyipit dendam milik perempuan
berpakaian merah dadu itu masih memandangi makammakam di samping pagar wilayah perguruan. Berjajar
makam yang tanahnya masih tampak baru ditimbunkan
itu, seakan barisan pisau tajam yang menggores hati
perempuan berselendang putih di pinggangnya.
Perempuan itu tak lain adalah Selendang Kubur,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

murid Perguruan Merpati Wingit yang sudah lama tak


kembali ke perguruannya, karena tergoda cinta murid
sinting si Gila Tuak yang bergelar Pendekar Mabuk,
Suto Sinting.
Kabar tentang porak-porandanya perguruan tersebut
didengar telinga Selendang Kubur dari sudut sebuah
kedai, di mana tiga orang bercerita tentang amukan
Perawan Sesat yang konon berhasil melukai gurunya,
Nyai Betari Ayu. Celoteh di sudut kedai itu juga
mengisahkan cerita tentang kematian Dewi Murka yang
disaksikan sendiri oleh mata seorang lelaki besar tanpa
isi yang dikenal dengan nama Singo Bodong, (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Perawan
Sesat").
Selendang Kubur tak sampai hati untuk tinggal diam
melihat keadaan di perguruannya. Niatnya untuk
memburu cinta pada Suto Sinting tertangguhkan. Apa
pun amarah sang Guru nantinya, ia siap menerima
hukumannya, ia juga tak bisa menahan duka mendengar
gurunya; Nyai Betari Ayu, terluka oleh pukulan lawan.
Dengan dendam membesi di hati, Selendang Kubur
melangkahkan kaki memasuki pintu gerbang perguruan
yang telah hancur itu. Suasana pelataran laga tampak
sepi. Selendang Kubur menarik napas untuk menahan
luapan api kemarahan yang telah membakar dada. Maka,
segera ia melesat ke serambi samping, dan di sana ia
temui sang Guru sedang duduk merenung dengan wajah
tetap berwibawa walau tampak guratan dukanya.
Melihat siapa yang muncul di depannya, Nyai Betari

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Ayu terkesiap sekejap, ia segera menarik napas meredam


kemarahan, ia mengangkat wajah, memandang tajam
muridnya yang lama tak kunjung tiba. Sang murid
menundukkan wajah, sebagai ungkapan rasa bersalah
dan pasrah menerima hukuman sang Guru.
Betari Ayu segera perdengarkan suaranya dengan
lembut tapi penuh kharisma bagi murid yang baru datang
itu.
"Kaukah yang berdiri di depanku, Selendang
Kubur?!"
Sedikit tunduk kepala Selendang Kubur saat
menjawab, "Benar, Nyai Guru. Saya datang."
"O, syukurlah. Ternyata kau masih ingat jalan pulang
ke perguruanmu ini."
"Maafkan saya, Nyai Guru. Saya memang bersalah."
"O, tidak! Kau tidak bersalah!" tukas Nyai Guru
Betari Ayu. "Perguruan ini hampir hancur bukan karena
ulahmu, melainkan ulah muridnya si Nyai Lembah
Asmara. Perawan Sesat namanya."
"Saya merasa bersalah, karena saat itu saya tidak ada
di sini, Guru."
"Bukan hanya kamu, tapi Dewi Murka juga tidak ada
di sini."
"Dewi Murka juga sudah tewas di tangan Perawan
Sesat, Guru!"
Tersentak hati Betari Ayu. Terbungkam mulutnya
tanpa bisa mengucap sepatah kata pun mendengar Dewi
Murka tewas di tangan Perawan Sesat. Semakin
tertimbun dendam hati Betari Ayu rasanya. Tetapi ia

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

berusaha untuk menahan diri agar tidak hanyut dalam


kobaran dendam yang membara itu.
Dewi Murka dan Selendang Kubur adalah orang kuat
di Perguruan Merpati Wingit. Kepada salah satu dari
kedua orang itulah Betari Ayu ingin menyerahkan
tampuk pimpinannya. Menurut pandangan hatinya,
hanya dua orang itulah yang bisa dan pantas menjadi
penggantinya, sebagai Ketua Perguruan Merpati Wingit.
Tetapi sebelum niatnya terlaksana, satu dari kedua orang
pilihannya itu telah tewas. Kini tinggal Selendang Kubur
yang menjadi satu-satunya calon pengganti dirinya,
sebelum ia pergi mengasingkan diri menjadi seorang
pertapa.
Tetapi,
mampukah
Selendang
Kubur
mempertahankan perguruannya jika sekarang hatinya
telah ditaburi dendam terhadap orang-orang Bukit
Garinda yang dikuasai oleh Nyai Lembah Asmara?
Bukankah beberapa orang kuat di perguruan itu telah
tewas juga di tangan perempuan iblis utusan Nyai
Lembah Asmara? Dewi Murka, Murbawati, dan orangorang kuat lainnya telah tiada. Padahal mereka adalah
benteng bagi Perguruan Merpati Wingit.
Belum lagi jika Betari Ayu memikirkan Pendekar
Mabuk yang berhasil dibujuk Perawan Sesat untuk
dibawa ke Bukit Garinda, makin perih hati Nyai Betari
Ayu sebenarnya. Karena di dalam hati Nyai Guru itu,
tertanam cinta yang rapi tersembunyi. Baik sang Guru
maupun sang murid tidak saling mengetahui bahwa
mereka sebenarnya sama-sama mencintai Suto dan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

sama-sama merasa kehilangan pemuda itu.


Melihat termenungnya sang Guru, Selendang Kubur
segera ucapkan kata penuh hati-hati,
"Nyai Guru, siapa wanita yang berjuluk Perawan
Sesat itu sebenarnya, dan di mana ia tinggal, Guru?"
"Apa maksudmu bertanya begitu, Selendang Kubur?"
"Saya harus pergi menemuinya,
membuat
perhitungan dengannya, Guru. Saya harus menebus
nyawa saudara-saudara saya yang menjadi korban
keganasan Perawan Sesat itu."
"Haruskah kita menebus dendam berdarah ini,
Selendang Kubur?"
Pertanyaan ini sungguh sulit dijawab oleh Selendang
Kubur.
Pandang matanya sesaat menyirat ke wajah gurunya,
lalu tundukkan kepala lagi seraya berkata,
"Tidak ada darah yang tidak membekas, Guru. Dan
untuk menghilangkan darah itu hanya dengan
pembalasan setimpal, Nyai Guru."
Diam sekejap sang Guru sebelum memperdengarkan
suara lembutnya,
"Akan selesaikah masalah yang dirampungkan
dengan dendam dan pembalasan? Akan berhentikah
pertikaian yang dibayar dengan kesumat dendam,
Selendang Kubur?"
Lirih suara Selendang Kubur menjawab, "Tidak,
Guru."
"Ya. Tidak akan terselesaikan. Pasti akan berbuntut
panjang. Dan itu akan menuntut kita untuk lebih

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bermusuhan lagi."
"Tapi harga diri perguruan tetap harus ditegakkan,
Guru. Nama baik dan wibawa Nyai Guru sendiri juga
harus terjaga oleh sikap kita. Jika tak ada pembalasan
datang dari kita, maka hancur sudah citra perguruan dan
terinjak-injak sudah wibawa serta kehormatan Nyai
Guru, yang menjadi ketua perguruan ini."
"Memang benar apa katamu. Itu pula yang sedang
kupertimbangkan sejak tadi. Dan aku belum mempunyai
keputusan, Selendang Kubur. Aku masih mencari sisi
baik dari bencana ini."
"Guru terlalu sabar," terdengar Selendang Kubur
ucapkan kata dalam kebimbangan dan rasa takut. Tapi
Nyai Guru Betari Ayu hanya tersenyum tipis dan pahit.
Nyai Guru alihkan pandangan sambil ia langkahkan kaki
menuju ke taman. Selendang Kubur mengikutinya
dengan mulut tak terucap dalam waktu beberapa kejap.
Setelah Nyai Guru berhenti di sisi tanaman mawar
berbunga ungu, Selendang Kubur beranikan diri ajukan
pertanyaan.
"Sebenarnya apa permasalahan yang membuat wanita
gila berjuluk Perawan Sesat itu mengobrak-abrik tempat
kita, Guru?"
Sebelum lontarkan jawaban, Nyai Guru tarik napas
terpendam di dada. Ia tekan gemuruh yang hampir tak
terkendali di sela bayangan seorang pemuda tampan
bergelar Pendekar Mabuk itu. Kejap berikutnya Betari
Ayu lepaskan kata,
"Titik masalahnya adalah Suto."

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Terperanjat Selendang Kubur mendengar nama


pemuda yang diincar hatinya disebut oleh sang Guru.
Ketika sorot pandang Selendang Kubur membentur
tatapan wibawa sang Guru, terdengarlah kata dari sang
Guru yang menjelaskan maksud jawabannya tadi,
"Suto kutemukan terluka parah di sebuah bukit. Aku
segera membawanya kemari dan kurawat hingga
sembuh. Begitu Suto pergi, datang Perawan Sesat
menuduhku menyembunyikan Suto. Lalu, mengamuklah
dia di sini, mencabut nyawa saudara-saudara
seperguruanmu dengan seenaknya saja. Beruntung
nyawaku masih terlindung oleh kemunculan Suto yang
segera menyerang Perawan Sesat itu."
"Lalu, ke mana Suto sekarang, Guru?"
"Terbujuk oleh omongan Perawan Sesat. Suto pergi
ke Bukit Garinda menemui gurunya Perawan Sesat yang
bergelar Nyai Lembah Asmara itu."
"Untuk apa Suto ke sana?"
"Nyai Lembah Asmara adalah perempuan sakti, keji,
tapi mandul, ia hanya bisa memperoleh keturunan dari
benih lelaki tanpa pusar. Pendekar Mabuk itulah lelaki
tanpa pusar. Nyai Lembah Asmara akan menjadikan
Suto sebagai lelaki pembenih, yang akan menurunkan
bibitnya kepada Nyai Lembah Asmara."
"Itu berarti Suto akan kawin dengan Nyai Lembah
Asmara?!"
Selendang Kubur ucapkan kata dengan tegang. Sang
Guru masih memberi jawaban dengan kalem.
"Setidaknya, Suto akan dikuasai oleh Nyai Lembah

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Asmara dan dipaksa agar mau melayani hasratnya.


Padahal aku tahu persis, Nyai Lembah Asmara
mempunyai racun yang tak dapat dilawan dengan ilmu
apa pun. Racun itu bernama Racun Darah Asmara.
Racun itu dipancarkan lewat sorot pandangan matanya.
Siapa pun lelaki yang terkena sorot mata beracun, bisa
luluh hatinya dan terbuai jiwanya, serta terbakar
birahinya. Itulah kehebatan Racun Darah Asmara. Aku
yakin, Pendekar Mabuk tak bisa menghindari racun itu.
ia akan tunduk dengan cinta dan rayuan Nyai Lembah
Asmara."
Terasa panas sekujur dada Selendang Kubur, karena
saat itu darah terasa mendidih. Terbayang kelicikan Nyai
Lembah Asmara yang akan mempengaruhi Suto dengan
memakai racun berbahaya itu. Maka tergugah pula
dendam yang paling dalam, yaitu ingin menggempur
orang-orang Bukit Garinda, yang menjadi wilayah
kekuasaan Nyai Lembah Asmara.
"Jika begitu, Guru," Selendang Kubur angkat bicara,
"Saya akan gagalkan kunjungan Suto ke Bukit Garinda.
Saya akan cegah Nyai Lembah Asmara itu menggunakan
racun tersebut!"
"Jangan gegabah, Selendang Kubur. Nyai Lembah
Asmara bukan orang berilmu rendah. Tinggi ilmumu
hanya mencapai separo dari ilmunya. Kau tak mungkin
sanggup mengunggulinya. Aku sendiri merasa kalah
tinggi dengan ilmunya."
"Saya tidak peduli, Guru! Yang jelas, sekarang juga
saya mohon pamit untuk pergi ke Bukit Garinda!"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Selendang Kubur berkobar-kobar semangatnya. Mata


jelinya menjadi nanar penuh kilasan lidah api amarah
yang berkobar-kobar di dalam hatinya. Napasnya pun
kelihatan lebih memburu.
"Tahanlah amukan hatimu, Selendang Kubur. Jangan
mati konyol tanpa perhitungan sedikit pun!"
"Suto harus segera diselamatkan, Guru! Saya sudah
bisa bayangkan kalau Suto menanamkan benih pada
rahim Nyai Lembah Asmara, dan benih itu menjadi
keturunan sang Nyai Lembah Asmara, sudah pasti
keturunan itu akan menjadi manusia tanpa tanding,
Guru."
"Memang. Itulah sebabnya Lembah Asmara tidak
bisa punya keturunan, sebab satu kali dia punya
keturunan maka anaknya akan menjadi manusia tanpa
tanding. Padahal Nyai Lembah Asmara mempunyai
aliran hitam. Tidak menutup kemungkinan kalau
anaknya nantinya akan menjadi orang sesat yang tidak
bisa dikalahkan oleh pendekar mana pun!"
"Karena itu saya harus segera gagalkan rencana
tersebut, Guru!" sergah Selendang Kubur.
"Aku tak bisa memberi keputusan sekarang. Biarkan
aku duduk di sini merenungkan putusan yang lebih
baik."
Dalam hati Betari Ayu merasa khawatir terhadap jiwa
Selendang Kubur. Tinggal satu murid yang menjadi
benteng perguruannya. Jika Selendang Kubur tewas di
tangan Nyai Lembah Asmara, habis sudah benteng
Perguruan Merpati Wingit. Tetapi sang Guru juga

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

melihat nyala dendam dan bela pati dari sang murid. Jika
ia patahkan dengan larangan berangkat ke Bukit
Garinda, pupus sudah semangat sang murid, susut sudah
jiwa bela patinya, patah pula semangatnya.
"Haruskah kuturunkan ilmu yang ada dalam Kitab
Wedar Kesuma itu untuknya?" pikir Betari Ayu dalam
renungan panjangnya. Tapi, renungan itu terputus oleh
kehadiran murid lainnya yang memberanikan diri
menghadap dengan tergopoh-gopoh.
"Ada apa kau menghadapku dengan wajah pucat,
Prahasti?"
"Guru, pedang pusaka Jalaganda dicuri oleh
Selendang Kubur dan dibawanya lari, Guru!"
Tersentak jantung Betari Ayu mendengarnya, ia
gumamkan kata,
"Jalaganda dicuri? Selendang Kubur lari? Jelas,
arahnya pasti ke Bukit Garinda. Anak itu tak bisa
dikekang amarahnya. Berbahaya sekali. Tidakkah ia
sadari bahwa pedang Jalaganda adalah pusaka yang
hanya dipakai untuk pertarungan terakhir bagi orang
yang sudah bosan hidup? Memang orang yang
menggunakan Jalaganda bisa memperoleh kemenangan
walau melawan seribu lawan, tapi selesai itu orang yang
menggunakannya akan mati. Jalaganda akan pulang
sendiri ke tempatnya tanpa pembawanya!"
Cemas hati Betari Ayu bagai meruncingkan luka.
Jalaganda bukan pedang sembarang pedang. Jalaganda
merupakan pedang warisan eyang guru dari Betari Ayu
yang merupakan pedang kemenangan dan kekalahan.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Hanya tokoh-tokoh tua zaman dulu yang menggunakan


pedang Jalaganda untuk bertarung, karena usai itu ia
sudah siap mati tanpa meninggalkan dendam lagi.
Sedangkan Betari Ayu tidak ingin satu-satunya murid
andal yang tersisa itu mati bersama kemenangan
pertarungannya. Nyai Betari Ayu masih membutuhkan
Selendang Kubur
untuk tetap
menghidupkan
perguruannya itu.
"Aku harus segera menyusul Selendang Kubur. Aku
tidak izinkan dia menggunakan pedang Jalaganda, agar
ia tak ikut punah seperti yang lainnya. Dialah yang akan
kujadikan penerus ilmu-ilmu Merpati Wingit dan
mengembangkannya ke seluruh penjuru dunia," pikir
Betari Ayu sambil berkemas mengenakan jubah
kuningnya yang terbuat dari kain sutera lembut dan tipis.
Ikat kepala dari tali merah berbintik-bintik kuning
keemasan, dengan kedua ujung terdapat logam runcing
berbentuk mata tombak kecil, yang bisa pula digunakan
sebagai pengikat rambutnya yang panjang digelung rapi
di atas kepala, ia menarik napas beberapa kali. Terasa
enteng badannya. Terasa sembuh betul luka-lukanya
akibat minum tuak pemberian Pendekar Mabuk, sebelum
pemuda itu pergi bersama Perawan Sesat.
Kalau bukan karena pusaka Jalaganda, Nyai Guru
Betari Ayu tidak akan keluar dari padepokannya.
Jalaganda memang berbahaya. Selendang Kubur sendiri
sebenarnya mengetahui akibat penggunaan pedang
pusaka Jalaganda. Tetapi agaknya ia sudah siapkan diri
untuk mati demi harga diri perguruannya.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Gerakannya begitu cepat ketika ia menuju ke arah


Bukit Garinda. Pedang Jalaganda disarungkan di
punggung, melintang dengan gagahnya. Dalam hati
Selendang Kubur terucap kata,
"Akan kutunjukkan pada Suto, bahwa aku rela mati
demi menyelamatkan dirinya dari Racun Darah Asmara.
Akan kubuktikan pula kepada Nyai Guru, bahwa aku
rela hancur demi nama baik dan kehormatan martabat
perguruan. Tetapi... apakah Suto mau tahu dan mau
percaya bahwa semua ini kulakukan demi cintaku
padanya? Sudah layakkah aku berkorban untuk dia?"
Tiba-tiba tanah lereng yang ada di depan Selendang
Kubur itu longsor. Batu-batu besar yang ada di lereng itu
menggelinding berjatuhan ke arahnya. Selendang Kubur
cepat jejakkan kaki dan melenting di udara, hindari
bebatuan besar yang bisa bikin tubuhnya gepeng mirip
tape.
"Tak mungkin batu itu runtuh menggelinding
sendiri," pikir Selendang Kubur setelah keadaan menjadi
tenang. "Tak mungkin tanah itu longsor sendiri tanpa
ada getaran bumi sedikit pun. Pasti ada orang yang
sengaja mencelakai diriku."
Mata jeli itu menjadi makin tajam, melirik ke sanasini dengan liar. Sementara tubuh Selendang Kubur
bersembunyi di celah batu yang ada di seberang lereng
yang tadi longsor tanahnya. Tetapi untuk beberapa kejap
hanya angin yang berhembus di sekelilingnya. Tak ada
gerakan yang mencurigakan, atau kelebatan yang
menarik perhatian.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Kejap berikutnya barulah Selendang Kubur


menangkap sosok bayangan lelaki berbaju merah dan
bercelana hitam. Serta-merta Selendang Kubur lancarkan
pukulan jarak jauh dari tempat persembunyiannya.
Lelaki pendek sedikit gemuk itu tersentak kaget
merasakan hawa panas sedang mengalir menuju ke
arahnya dari arah belakang. Cepat-cepat ia balikkan
tubuh dan menghadang pukulan hawa panas itu dengan
satu sentakan tangan kosong ke arah depan.
Rupanya ia sengaja adukan pukulan tenaga dalamnya
dengan hawa panas yang mau membokongnya itu.
Kedua pukulan tersebut beradu dan memancarkan
kerlapan cahaya pijar yang begitu menyilaukan mata.
Pecahnya cahaya itu tidak menimbulkan bunyi,
melainkan mengguncangkan pepohonan yang ada di
sekelilingnya.
"Siapa orang yang berani membokongku itu?!" pikir
lelaki bergelang akar bahar di tangan kirinya. Matanya
memandang tajam ke sekeliling, sampai akhirnya ia
temukan sosok perempuan muncul dari celah dua batu
besar. Lelaki yang sudah dikenal Selendang Kubur
sebagai pelayan si Gila Tuak, gurunya Suto, yang
berjuluk Pujangga Keramat itu, segera serukan kata
kemarahan,
"Selendang Kubur, kau serang mengapa aku dari
belakang?!"
Buat Selendang Kubur, dia sudah tidak asing lagi
mendengar ucapan aneh Pujangga Keramat. Sebab ia
tahu persis Pujangga Keramat adalah manusia yang tidak

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

pernah bisa menyusun kalimat. Dengan mudah


Selendang Kubur mengerti maksud kata-kata Pujangga
Keramat, ia dekati lelaki itu dengan tenang, tiada gentar
sedikit pun.
"Kau menyerangku lebih dulu, Pujangga Keramat."
"Bilang siapa?! Aku datang baru saja, kau serang aku
tahu-tahu dari belakang! Maksud apamu, hah?!"
Melihat kerut dahi dan kecemberutan wajah Pujangga
Keramat, Selendang Kubur temukan kejujuran kata
orang itu. Tapi dalam hati Selendang Kubur segera
tanyakan pada diri sendiri, "Lantas, siapa yang membuat
lereng itu longsor dan batu-batu menggelinding
menyerangku jika bukan Pujangga Keramat?!"
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/
2
MELIHAT sikapnya tidak bermusuhan, Pujangga
Keramat pun ajukan tanya kepada Selendang Kubur,
"Selendang Kubur, kau tahukah di mana Pendekar
Mabuk ada?"
"Ada perlu pentingkah kau mencari Pendekar Mabuk,
Pujangga Keramat?"
"Penting sangat! Ki Gila Tuak mencari Suto suruh
aku. Ke mana-mana aku cari sudah dia, tapi kudengar
tidak kabarnya," kata Pujangga Keramat sambil ikuti
langkah kaki Selendang Kubur pelan-pelan. Mereka
bagaikan jalan seiring melewati bekas longsoran tanah.
"Aku dapat dari Ki Gila Tuak pesan penting untuk

Pendekar Mabuk," tambah Pujangga Keramat.


"Penting sekalikah itu?"
"Penting biasa luar!" jawab Pujangga Keramat
dengan sedikit ngotot, yang maksudnya menyatakan
bawah pesan itu luar biasa penting. Kemudian, kejap
berikutnya Pujangga Keramat serukan kata lagi dengan
semangat,
"Suto punya tugas satu kerjakan ia belum. Pusaka
Manik Intan yang ada di dasar telaga bersama Tuaknya
Setan itu, belum ambil ianya. Cemas Ki Gila Tuak
jadinya. Takut ia kalau Pusaka Manik Intan jatuh di
orang-orang sesat tangan."
"Pusaka Manik Intan?!" gumam Selendang Kubur
sambil menghentikan langkah di luar kesadarannya. Saat
ia termenung memikirkan kabar itu, Pujangga Keramat
sudah ucapkan kata lagi,
"Ki Gila Tuak suruh jaga aku itu telaga, sampai
datang Suto aku tak tahu. Karena itu aku carilah dia!"
Selendang Kubur sendiri baru ingat bahwa menurut
kabarnya, Pusaka Tuak Setan itu terkubur di dasar telaga
bersama satu pusaka lagi milik Bidadari Jalang, yaitu
Pusaka Manik Intan. Sedangkan Bidadari Jalang juga
merupakan gurunya Pendekar Mabuk yang dulu sering
tampil sebagai tokoh sesat, tapi sekarang sudah beralih
ke golongan putih sejak mempunyai murid Suto (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Bocah Tanpa
Pusar").
Terawang ingatan Selendang Kubur kepada Suto,
bahwa Pendekar Mabuk itu beberapa kali ia temui tapi

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

tak terlihat Cincin Manik Intan tersemat di jarinya. Itu


pertanda Pusaka Manik Intan belum ditemukan oleh
Suto. Sedangkan Pusaka Tuak Setan telah tertelan oleh
Suto pada saat diperebutkan dari tangan si Mawar Hitam
dari Pulau Hantu (Baca serial Pendekar Mabuk dalam
episode: "Pusaka Tuak Setan"). Selendang Kubur belum
mengetahui hal itu, sehingga hatinya pun bertanya-tanya,
apakah Tuak Setan berhasil dilenyapkan oleh Suto, atau
diminum oleh seseorang dari golongan sesat?
"Selendang Kubur," ucap Pujangga Keramat lagi,
"Jika tahu kau Suto di mana, tolong kasih aku tahu
tentang dianya. Dia harus cepat cari itu pusaka sebelum
jatuh ke orang-orang sesat tangan."
"Pujangga Keramat, sebenarnya aku tahu di mana
Pendekar Mabuk. Tapi keadaannya sangat tidak
memungkinkan untuk dihubungi secepat ini."
"Kasihlah tahu aku!" desak Pujangga Keramat.
"Dia ada di Bukit Garinda, sedang dalam bahaya.
Aku sendiri sedang menuju ke sana untuk membebaskan
Suto dari rencana jahat Nyai Lembah Asmara, penguasa
Bukit Garinda itu!"
Pujangga Keramat kerutkan dahi tajam-tajam. "Aku
pernah seperti dengarnya itu nama Nyai. Kalau tak salah,
dia ratu keji dingin darah!"
"Memang benar! Menurut keterangan dari guruku
juga begitu. Tapi aku tak takut, Pujangga Keramat. Aku
tidak gentar. Aku harus bisa membebaskan Suto dari
cengkeraman mesra Nyai Lembah Asmara itu!"
"Oho, ada cengkeraman mesra jugalah? Itu tanda

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

cemburu kau padanya! He he he...!" Pujangga Keramat


terkekeh jelek, tapi tidak menyakitkan hati, hanya
membuat Selendang Kubur sunggingkan senyum
malunya sedikit.
Pujangga Keramat goda hati perempuan itu, "Ada
hatilah kau padanya, Selendang Kubur?"
"Ya," jawab Selendang Kubur singkat tapi tegas.
"Suto cintalah juga dengan kau?"
"Aku tak tahu apakah dia cinta juga padaku atau
tidak, yang jelas aku tak rela kalau Pendekar Mabuk
berada dalam cengkeraman mesra Nyai Lembah
Asmara! Lebih baik aku bertarung sampai mati dengan
nyai keji itu!" Selendang Kubur tak sadar ucapkan kata
dalam geram amarah tertahan.
"Kuingat-ingatkan, jangan kaulah gegabah serang dia
nyai! Kau bisa binasalah di tangannya, Selendang
Kubur," Pujangga Keramat tampakkan sikap bijaknya.
Tapi Selendang Kubur agaknya kurang peduli dengan
saran itu, sehingga ia cepat ucapkan kata,
"Aku sudah siap mati untuk Pendekar Mabuk!"
Pujangga Keramat angguk-anggukkan kepala.
Renungkan kata-kata itu beberapa saat sambil
melangkahkan kaki pelan-pelan, lalu pada kejap berikut
dia berkata,
"Begitu kalau, ikut sajalah aku ke sana! Sama-sama
kita bebaskan Suto dari itu tangan nyai!"
"Kau mau ikut ke Bukit Garinda?"
"Iyalah! Kupunya tugas untuk Suto-nya sendiri!"
"Tapi bagaimana dengan tugasmu menjaga Manik

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Intan itu?"
"Cepatlah aku pulangkan telaga setelah selesai
sampaikan pesan dari Suto gurunya."
Selendang Kubur tidak merasa keberatan. Sekalipun
susah diajak bicara, tapi Pujangga Keramat bisa menjadi
penambah kekuatan dalam penyerangan ke Bukit
Garinda. Tetapi ada satu hal yang membuat hati
Selendang Kubur gelisah, ia menangkap suara napas
orang dari suatu persembunyian, ia pun bisikkan kata
pada Pujangga Keramat,
"Tahukah kau ada yang mengintai kita, Pujangga
Keramat?"
"Ya, aku tahulah!" jawab Pujangga Keramat dengan
bahasa yang menurutnya sudah benar dan selalu indah.
"Kita jebak dia, Pujangga Keramat! Kita cepat
menghilang di balik gerombolan bebatuan di sebelah
kanan sana."
Pujangga Keramat hanya anggukkan kepala pelan.
Kejap berikutnya dua tokoh itu jejakkan kaki dan
melesat cepat bagaikan terbang. Menghilang di balik
gerombolan bebatuan yang menggugus. Dari sanalah
mata mereka saling berpencar, menyusuri tiap jengkal
tempat dengan liar.
"Ssst...!" colek Pujangga Keramat. "Ke timur
lihatlah!"
Selendang Kubur tetapkan pandang matanya ke arah
timur. Kepalanya kian tunduk merunduk. Di sana
tampak sosok tubuh sedikit gemuk berpakaian serba
hitam. Tepian pakaian orang itu dililit kain kuning emas

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

kecil. Wajah orang itu berkumis dan bercambang tipis.


Matanya sedikit sipit memancarkan kebengisan. Sebuah
pedang bersarung perak berukir ada di pinggang kirinya.
Pujangga Keramat kembali bisikkan kata,
"Ingatkah kau itu orang?"
"Ya. Kalau tak salah dia yang bernama Datuk Marah
Gadai!"
"Dia yang intai kita tadi sejak."
"Kurasa begitu. Tapi untuk apa dia intai kita?"
"Tak tahu akulah!" sambil Pujangga Keramat sedikit
angkat kepala dan pundaknya tanda tidak tahu-menahu
maksud Datuk Marah Gadai.
"Kita sikat dia sajalah!" bisik Pujangga Keramat lagi.
"Jangan dulu. Kita kepingin tahu dulu, apa maksud
dan tujuannya intai kita dari sana!" seraya Selendang
Kubur tahankan tangannya ke pundak Pujangga
Keramat.
Datuk Marah Gadai salah satu dari tokoh sakti yang
ingin menguasai tanah Jawa kelihatan sedang mencaricari barang intaiannya. Ia berdiri di sebuah batu,
terlindung semak ilalang tinggi bagian depannya, ia tak
tahu ada yang mengintainya dari samping kirinya.
Kejap berikutnya Datuk Marah Gadai tampak
kecewa. Kemudian ia tinggalkan tempat itu dalam satu
lompatan bertenaga ringan. Dan pada saat ia melesat
pergi, tampak pula sosok bayangan berpakaian hitam
pula yang menyusul kepergiannya. Sosok yang
menyusul itu sempat tertangkap oleh mata Selendang
Kubur. Hatinya mengucap kata bernada heran,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Dirgo Mukti...?! Untuk apa dia menyusul Datuk


Marah Gadai? Atau mungkin mereka memang
bersepakat mengintaiku dari kejauhan?"
Dirgo Mukti, seorang pemuda tampan yang mengaku
dirinya Manusia Sontoloyo. Selama ini, Selendang
Kubur mengira Dirgo Mukti tidak punya niat jahat
kepadanya, selain niat ingin mencicipi kehangatan
tubuhnya dengan kenakalan hidung belangnya itu. Tapi
memang hal itu tak pernah diberikan oleh Selendang
Kubur. Dirgo Mukti yang pernah menolongnya dari luka
parah itu memang kecewa, tapi haruskah kekecewaan
Dirgo Mukti itu membuatnya bergabung dengan Datuk
Marah Gadai dan bekerja sama untuk menundukkan
dirinya? Atau, mungkin memang sejak dulu mereka
mempunyai jalinan hubungan akrab yang baru sekarang
diketahui Selendang Kubur?
Ternyata keadaan sesungguhnya tidak seperti dalam
kecamuk hati Selendang Kubur. Dirgo Mukti adalah
Dirgo Mukti, Datuk Marah Gadai adalah Datuk Marah
Gadai. Mereka tak punya hubungan, bahkan mereka
belum saling kenal secara hadap-hadapan. Mereka hanya
saling kenal nama dari mulut ke mulut saja. Jika hari itu
Dirgo Mukti melesat di belakang Datuk Marah Gadai,
itu hanyalah sesuatu yang bersifat kebetulan saja.
Kebetulan mereka sama-sama mendengar keterangan
Pujangga Keramat tadi mengenai cincin pusaka Manik
Intan, sehingga di dalam hati mereka saling mempunyai
keinginan untuk memiliki cincin tersebut.
Dari balik persembunyiannya tadi, Dirgo Mukti

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

sempat menangkap adanya orang lain yang juga


bersembunyi mengintai Selendang Kubur. Pada awal
tujuan Dirgo bersembunyi hanya untuk menjaga
keselamatan Selendang Kubur. Sebab bagaimanapun
juga alotnya perempuan itu, Dirgo Mukti masih punya
gairah untuk bercumbu dengan Selendang Kubur.
Namun demi ia melihat orang lain bersembunyi
mengintai Selendang Kubur, ia jadi curiga. Lebih curiga
lagi setelah dengar pula penuturan dari Pujangga
Keramat tentang pusaka cincin Manik Intan itu. Ketika
ia melihat lelaki sedikit gemuk itu melesat pergi, naluri
Dirgo mengatakan, bahwa lelaki itu pergi ke Telaga
Manik Intan. Maka segera ia ikuti kepergiannya. Karena
tiba-tiba dalam pikiran Dirgo Mukti timbul niat untuk
memiliki pusaka tersebut.
Dirgo Mukti mendengar adanya Pusaka Tuak Setan
dan Pusaka Manik Intan dari gurunya. Konon, Pusaka
Tuak Setan mampu mengeluarkan badai yang dapat
menyapu tanah Jawa dalam satu kali hembusan napas
seseorang yang telah meminumnya. Sedangkan Pusaka
Manik Intan adalah cincin yang bisa menyalurkan tenaga
dalam seratus kali lipat dari tenaga dalam yang
dikeluarkan oleh pemakainya. Dalam pikiran Dirgo
terbetik kata-kata.
"Kalau aku bisa memiliki cincin itu, maka aku pasti
bisa mengalahkan Pendekar Mabuk dalam pertarungan
bulan depan di Bukit Jagal. Dan kalau aku bisa
mengalahkan Suto, maka sebagai taruhannya Peri
Malam akan tunduk kepada cintaku, mau menerima

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

cintaku dan mau kuajak tidur bersama sepanjang masa.


Bisa tak bisa aku harus bisa mendapatkan Cincin Pusaka
Manik Intan itu!"
Memang benar pemikiran Dirgo Mukti. Ia perlu
memiliki cincin tersebut karena kekuatan dahsyat yang
ada di dalamnya. Cincin Pusaka Manik Intan adalah
cincin yang bukan sembarang cincin. Menurut penuturan
para tokoh tua di rimba persilatan, cincin itu adalah
jelmaan dari air mata seorang bidadari yang menangis.
Karena dendam tak bisa terlampiaskan, amarah bidadari
itu hanya bisa tercurah dalam bentuk tangis. Air mata itu
menggumpal dan membeku keras menjadi batu, yang
kemudian ditemukan oleh tokoh sakti pada zaman dulu
yang menjadi Guru dari si Gila Tuak dan Bidadari
Jalang, yaitu pasangan suami-istri Eyang Purbapati dan
Eyang Nini Galih.
Karena pusaka itu berbahaya di tangan Bidadari
Jalang yang lebih sering mengumbar nafsu angkara
murkanya, maka si Gila Tuak bersepakat untuk saling
menghancurkan atau menguburkan pusaka-pusaka yang
berbahaya bagi keselamatan orang banyak. Gila Tuak
menguburkan Pusaka Tuak Setan dan Bidadari Jalang
menguburkan Pusaka Manik Intan. Dan inilah adalah
siasat dari Gila Tuak yang ingin mengurangi ilmu
saudara seperguruannya itu agar kesesatan langkahnya
tidak terlalu banyak menimbulkan korban. Sebab jika
Bidadari Jalang memiliki cincin pusaka yang tercipta
dari tetesan air mata bidadari murka itu, maka habis
sudah seluruh penduduk bumi ini dibinasakan oleh

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

kemurkaannya.
Tetapi sejak Bidadari Jalang mengangkat Suto
sebagai muridnya juga, setelah banyak ilmunya
diturunkan kepada bocah tanpa pusar itu, maka
persoalan Cincin Manik Intan diserahkan sepenuhnya
kepada Suto. Bidadari Jalang tidak mau peduli apakah
cincin itu akan dimusnahkan atau dipakai sendiri oleh
Pendekar Mabuk, yang penting jangan sampai jatuh ke
tangan orang-orang sesat. Memang, si Gila Tuak
menyarankan agar cincin itu ikut dimusnahkan saja. Tapi
agaknya cincin itu punya pertalian jiwa dengan Pusaka
Tuak Setan. Di mana Tuak Setan berada di situ pula
cincin itu tinggal. Padahal Tuak Setan ada di dalam
tubuh Pendekar Mabuk, apakah cincin itu juga harus
berada di antara jari tangan Pendekar Mabuk?
Yang jelas cincin itu sekarang sedang dalam incaran
Datuk Marah Gadai. Dalam hati orang yang dari dulu
mengejar-ngejar Pusaka Tuak Setan itu berkata,
"Tak kuperoleh Pusaka Tuak Setan, asalkan Pusaka
Cincin Manik Intan itu kudapatkan, puaslah hatiku!
Sungguh aku tak menyangka kalau cincin itu masih ada
di dasar telaga. Tempo hari aku mencarinya sampai
susah payah, belum juga kutemukan. Kupikir telah
diambil oleh Suto Sinting, ternyata menurut keterangan
pelayan si Gila Tuak tadi, cincin tersebut masih ada di
dasar telaga. Sampai sehari penuh harus berendam pun,
aku tak merasa keberatan!"
Namun baru saja Datuk Marah Gadai pijakkan
kakinya di tanah tepi telaga, tahu-tahu hatinya

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dikejutkan oleh munculnya sesosok pemuda tampan


yang melompat bagaikan terbang melalui atas kepalanya.
Pemuda itu mendaratkan kakinya tepat di depan Datuk
Marah Gadai dalam keadaan memunggungi. Jaraknya
antara lima langkah. Pemuda bersenjata kapak dua mata
itu tak lain adalah Dirgo Mukti yang mengangkat diri
sebagai Manusia Sontoloyo.
Dirgo Mukti segera balikkan badan menjadi saling
berhadapan dengan Datuk Marah Gadai. Orang yang
usianya antara sepuluh tahun lebih tua darinya itu segera
kerutkan kening sambil usapkan kumis sedikit. Dadanya
terbusung ke depan dengan kepala sedikit ditarik ke
belakang, lalu melontarkan tanya dengan suaranya yang
tergolong besar,
"Siapa kau, Anak Muda?!" tanya Datuk Marah Gadai
dengan lagak bijaknya.
"Rupanya kau tokoh baru di rimba persilatan ini,
sehingga tidak mengenali diriku!" kata Dirgo Mukti
dengan angkuhnya.
Datuk Marah Gadai serukan tawa bernada mengejek.
"Kau itu anak ingusan, mana mungkin aku
mengenalimu? Bukan karena aku tokoh baru di dunia
persilatan, tapi karena kau terlambat muncul karena
masih menetek ibumu, jadi aku tidak mengenalimu!"
"Bicaralah dengan tutur kata yang baik dan sopan,
Pak Tua!"
Makin terkekeh geli Datuk Marah Gadai dipanggil
dengan sebutan 'pak tua'. Baginya itu panggilan yang
belum waktunya muncul. Tapi karena yang menyerukan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

adalah mulut bocah ingusan, Datuk Marah Gadai pun


merasa tidak perlu mempermasalahkannya. Yang
menjadi masalah adalah maksud dan tujuan anak muda
di depannya itu.
"Sebutkan namamu atau kuhabiskan nyawamu
sekarang juga?" Datuk mulai mengawali ancamannya
dengan sudut mata menatap bengis.
"Kurasa kau tak perlu mengancam Dirgo Mukti yang
sudah kesohor kesaktiannya ini, Pak Tua! Tentunya kau
pun pernah mendengar gelar kejayaanku sebagai
Manusia Sontoloyo, yang merupakan satu-satunya tokoh
tangguh yang sulit ditumbangkan!"
"Ha ha ha ha.... Manusia Sontoloyo! Nama baru yang
benar-benar nama untuk orang loyo. Ha ha ha...!"
"Tutup mulutmu, Kambing tua!" sentak Dirgo Mukti
dengan mata menatap tajam. Tetapi sentakannya itu
tidak membuat Datuk Marah Gadai hentikan tawanya,
melainkan justru pertambah keras tawanya yang
bergelak-gelak itu. Dirgo Mukti menggeram sambil
keraskan kepalan tangannya.
Kejap berikutnya, Datuk Marah Gadai ucapkan kata,
"Dirgo Mukti, seharusnya kau berhati-hati dalam
bicara dengan Datuk Marah Gadai ini!" sambil Datuk
tepukkan dada sendiri.
Dirgo Mukti sedikit picingkan mata pertanda pikirkan
sesuatu, ia pernah mendengar nama Datuk Marah Gadai,
tapi bukan dari gurunya, melainkan dari mulut
Selendang Kubur. Seingatnya, Selendang Kubur pernah
menceritakan bahwa orang yang bernama Datuk Marah

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Gadai itu juga tokoh sakti yang sukar ditumbangkan. Hal


itu membuat Dirgo Mukti ingin sekali menjajalnya.
Datuk berkata lagi, "Ketahuilah, Dirgo Mukti, Datuk
Marah Gadai adalah orang yang sulit memberikan
ampunan bagi lawannya. Jadi kusarankan cepat angkat
kaki dari depanku jika kau punya maksud memusuhiku,
Sontoloyo!"
Dirgo Mukti sunggingkan senyum sinisnya. 'Tidak
ada aturan mundur dalam sejarah kependekaran Dirgo
Mukti! Apalagi aku tahu maksudmu datang ke telaga ini,
yaitu ingin mendapatkan Pusaka Cincin Manik Intan!
Hhmm...! Tak akan kubiarkan pusaka itu jatuh ke
tanganmu, Datuk Marah Gadai!"
Tadi, ketika Dirgo menyebutkan Cincin Manik Intan,
mata Datuk Marah Gadai terperanjat sekejap. Perasaan
bermusuhan tiba-tiba meletup keras di hatinya, sebab
Dirgo Mukti adalah orang pertama yang dianggapnya
jadi penghalang niatnya yang sudah yakin bahwa cincin
itu masih ada di dasar telaga. Karena itu, Datuk Marah
Gadai pun segera kepalkan kedua tangannya dan berkata
geram,
"Jangan harap kau bernapas esok pagi jika kau ingin
menguasai cincin pusaka itu juga, Sontoloyo!"
"Buktikan omonganmu! Aku ingin menakar seberapa
tinggi ilmu yang kau miliki sebenarnya, Datuk Marah
Gadai!"
"Kurang ajar! Anak kambing muda berani
menantangku?! Hiih...!"
Datuk Marah Gadai melancarkan pukulan jarak jauh

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dengan sentakkan tangan kirinya ke depan. Tapi Dirgo


segera hentakkan kakinya dan melesat terbang ke arah
Datuk Marah Gadai dengan kaki miring melayang.
Datuk Marah Gadai segera silangkan tangan di atas
kepala untuk menangkis tendangan kaki lawannya.
Plakkk...! Kaki tertangkis, tangan kanan Datuk Marah
Gadai menghentak tepat mengenai dada si Manusia
Sontoloyo. Blegh...!
"Hegh...!" Dirgo Mukti tersentak dengan napas
tertahan, ia tak menyangka pukulan Datuk Marah Gadai
begitu keras, berat, dan cepat. Tubuhnya terlempar
cukup jauh dari pukulan itu. Datuk Marah Gadai segera
melompat mengejar Dirgo Mukti yang terjerembab
dalam jarak sepuluh langkah darinya. Sebuah pukulan
jarak jauh dihantamkan oleh Datuk Marah Gadai,
membuat Dirgo Mukti terpaksa melesat jauh lagi untuk
menghindari.
Ketika mereka baku hantam di sebelah sana, diamdiam seseorang yang telah mendengar percakapan tadi
masuk ke dalam telaga. Melihat cara menceburkan diri
ke tengah telaga tanpa suara sedikit pun, jelaslah dia
orang berilmu tinggi. Air pun tak memercik banyak.
Jelas pula orang itu mengincar Pusaka Cincin Manik
Intan.
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

3
CAHAYA pagi menerobos dedaunan hutan. Pendekar
Mabuk berlari sambil memanggul Perawan Sesat yang
terluka parah karena pukulannya. Pendekar Mabuk
terpaksa berhenti sejenak untuk memeriksa luka dalam
Perawan Sesat itu. Ternyata keadaan bertambah
membahayakan jiwa perempuan yang berambut acakacakan itu.
"Perjalanan ini tak bisa dilanjutkan," pikir Suto.
"Bisa-bisa perempuan ini mati sebelum kutemukan
daerah yang bernama Bukit Garinda. Aku harus
berusaha menyembuhkannya dulu. Kalau dia mati, aku
akan kehilangan jejak tentang tempat tinggal kekasihku,
Dyah Sariningrum."
Suto memang tidak tahu bahwa dirinya telah
dikelabui oleh Perawan Sesat. Rasa cinta Suto kepada
seseorang yang bernama Dyah Sariningrum dijadikan
kesempatan melumpuhkan amukan Suto pada saat geger
di Perguruan Merpati Wingit. (Baca serial Pendekar
Mabuk dalam episode: "Perawan Sesat"). Suto Sinting
percaya, bahwa Perawan Sesat diutus oleh gurunya
untuk membawa Suto ke Bukit Garinda, dan gurunya itu
bernama Dyah Sariningrum. Suto memang tak pikirpikir lagi begitu mendengar nama Dyah Sariningrum
disebutkan. Bahkan ia sendiri yang mendesak Perawan
Sesat agar segera dibawa ke Bukit Garinda. Karenanya,
walau susah payah ia harus menggendong Perawan Sesat
yang terluka oleh pukulan tabung tuaknya, Suto merasa
masih punya tenaga untuk berlari satu hari satu malam

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

lagi. Sayang, hal itu tidak bisa ia lanjutkan mengingat


keadaan Perawan Sesat kian bertambah parah.
Sekujur tubuh Perawan Sesat bukan hanya pucat
kebiru-biruan, tapi juga mengeluarkan bintik-bintik
merah dari setiap pori-porinya. Ini yang mencemaskan
Suto. Sebab dia tahu pukulan jurus 'Bumbung Bernyawa'
itu punya akibat sangat buruk bagi orang yang ilmu
tenaga dalamnya tidak terlalu tinggi. Darah bisa
memercik keluar dari pori-pori tubuh, dan orang itu akan
menemui ajal secara mengerikan.
Baru saja Suto Sinting yang berpakaian coklat tua
dengan celana putih itu ingin melakukan penyembuhan
terhadap luka Perawan Sesat, tiba-tiba ia dikejutkan
dengan hembusan angin cepat di arah belakangnya.
Hembusan angin itu dirasakan bukan hembusan angin
sembarangan. Cepat pula Pendekar Mabuk kibaskan
bumbung tuaknya ke belakang sambil putar tubuhnya.
Wuuut...!
"Aahg...!"
Kibasan angin bumbung itu membuat seseorang
bertubuh kurus kering terpental jatuh ke belakang dalam
jarak empat langkah. Orang itu menyeringai memegangi
pinggangnya yang terasa mau patah itu. Ia bangkit
dengan menggeliat sakit dan menggerutu,
"Sial! Begitukah sambutanmu kepada orang yang
tidak memusuhimu, Suto?"
"O, maafkan aku, Peramal Pikun! Kukira kau musuh
yang ingin memukulku dari belakang!"
Peramal Pikun, orang yang sudah berambut uban

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

merata dengan alis dan jenggotnya pun putih semua,


sedikit terpincang-pincang mendekati Suto. Dari mulut
tuanya masih mengeluarkan gerutuan yang membuat
Pendekar Mabuk jadi tersenyum geli,
"Aku tak pernah membokong musuhku, kecuali
kepepet!"
Peramal Pikun hentikan langkah setelah jaraknya
hanya dua tindak dari Suto. Matanya terkesiap sekejap
ketika memandang sosok tubuh Perawan Sesat yang
dibaringkan oleh Pendekar Mabuk di rerumputan. Kejap
berikutnya orang tua kurus kering itu terkekeh dalam
tawanya, sambil ia lirikkan mata kepada Suto dengan
menggoda,
"He he he... aku tahu, aku tahu! Kau ingin perkosa
gadis ini, bukan? He he he boleh!" Peramal Pikun
manggut-manggut. "Menurut ramalanku, kau akan
berhasil perkosa gadis ini, Suto. Lakukanlah, aku
bersembunyi dulu!"
Cepat tangan Pendekar Mabuk menarik kain
pembalut tubuh Peramal Pikun di bagian pundak. Bett...!
Langkah lelaki tua yang mirip tulang dibungkus kulit itu
jadi berhenti. Wajahnya dipalingkan ke belakang dengan
malu-malu. Suto tersenyum dan berkata,
"Tetaplah di sini! Aku tidak akan perkosa dia. Dia
pingsan. Kalau dia tidak pingsan, mungkin aku yang
akan diperkosanya, atau barangkali kau juga, Pak Tua!"
"Aku...?! O, itu tidak mungkin. Aku sudah tidur
semalaman dengan Perawan Sesat ini dalam sebuah gua,
tapi dia agaknya tidak berminat menikmati tubuh

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

kurusku ini!"
"Kau sudah bersamanya sebelum ini?"
"Ya. Dia yang desak aku dan ancam aku untuk
menunjukkan di mana dirimu berada. Dia memang ingin
sekali bertemu denganmu. Lalu, kami berpencar, aku ke
utara dan dia ke selatan. Rupanya dia yang beruntung,
bisa bertemu denganmu. Tapi..., oh, ya... kenapa ia
pingsan, Suto?"
"Terkena pukulanku!" jawab Suto sambil membuka
tutup bumbung tuaknya, ia menenggak beberapa teguk
ketika Peramal Pikun bertanya,
"Apakah lukanya parah?"
"Sangat parah. Karena itu aku membutuhkan tempat
untuk menyembuhkan luka-lukanya. Aku tahu, pukulan
itu sebentar lagi akan membuat ia semaput!"
"Lalu, kenapa kau ingin menyembuhkannya?
Bukankah kau yang telah memukulnya dengan sengaja?"
"Ya. Tapi aku waktu itu tidak tahu, bahwa ia akan
membawaku kepada seseorang yang menjadi kekasihku,
yaitu orang yang bernama Dyah Sariningrum!"
Terkesiap mata Peramal Pikun seketika itu juga.
Terperanjat ia dalam kejut tertahan. Ada napas yang
ditariknya satu sentakan. Dan pada saat itu, Suto melihat
ada darah mengalir keluar dari lubang telinga Peramal
Pikun. Keluarnya darah itu pernah dilihat oleh Suto
beberapa waktu yang lalu, ketika, ia menyebutkan nama
Dyah Sariningrum (Baca serial Pendekar Mabuk dalam
episode: "Darah Asmara Gila"). Melihat keanehan itu,
hati Suto jadi bertanya-tanya,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Mengapa tiap kali kusebutkan nama Dyah


Sariningrum telinga Peramal Pikun itu jadi berdarah?!
Wajahnya pun kulihat terperanjat dan sorot matanya
secepatnya beralih pandang ke arah lain. Dalam indera
penglihatanku, ada rasa takut dan waswas dalam hati
Peramal Pikun jika kusebutkan nama perempuan yang
sangat kurindukan dan ingin kutemui itu. Mengapa ia
begitu? Pasti ada rahasia aneh yang tersimpan dalam
olehnya."
Darah itu hanya menggumpal di tepi lubang telinga
Peramal Pikun. Tapi agaknya Peramal Pikun tidak
menyadari atau memang berpura-pura tidak mengetahui
keluarnya darah kental itu. Bahkan Peramal Pikun segera
alihkan pembicaraan kepada masalah lukanya Perawan
Sesat itu.
"Suto, kalau kau butuh tempat untuk mengobati
perempuan ini, bawalah dia ke pondokku yang kebetulan
tak jauh dari sini!"
"Ada siapa saja di pondokmu itu, Peramal Pikun?"
"Tak ada siapa pun selain diriku!" jawab Peramal
Pikun.
"Baiklah. Tapi sebelum itu aku ingin ajukan satu
pertanyaan tentang kekasihku yang...."
"Ikutilah aku!" potong Peramal Pikun, ia segera
menjejakkan kaki ke tanah dan tubuh kurusnya
melenting di udara, melesat ke arah tikungan jalan. Suto
terkesiap sejenak, lalu bergegas mengangkat tubuh
Perawan Sesat dan membawanya lari menyusul Peramal
Pikun.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Pendekar Mabuk memang sangat penasaran dengan


perempuan cantik idaman hatinya yang ia temukan
dalam semadinya di dalam gua, tempat tinggal gurunya.
Kalau saja waktu ia bersemadi sukmanya tidak dipakai
melayang ke mana-mana, hanya khusus untuk mencari
Pusaka Tuak Setan, mungkin ia tak sempat jumpa
dengan perempuan cantik bernama Dyah Sariningrum.
Tetapi menurut si Gila Tuak, gurunya itu, jika Suto
sempat bertemu dengan perempuan dalam semadinya,
maka perempuan itulah yang kelak menjadi jodoh Suto
dalam waktu yang tak terbatas. Tapi di mana Dyah
Sariningrum berada, sampai saat ini Pendekar Mabuk
belum bisa menemukan tempatnya yang pasti. (Baca
serial Pendekar Mabuk dalam episode: "Pusaka Tuak
Setan").
Satu-satunya orang yang dianggap mampu menjadi
penunjuk jalan untuk menemukan tempat tinggal Dyah
Sariningrum adalah Peramal Pikun. Hanya orang kurus
kering itulah yang menjadi satu-satunya orang yang
dicurigai Suto telah menyimpan rahasia tentang jati diri
kekasih idaman hatinya itu. Tapi agaknya tak mudah
mengorek keterangan dari mulut Peramal Pikun
mengenai Dyah Sariningrum. Karena setelah mereka tiba
di pondok tempat bernaungnya Peramal Pikun, lelaki tua
renta itu langsung mengajaknya bicara mengenai
kesaktian dan kehebatan ilmu-ilmu yang dimiliki
Perawan Sesat itu.
"Aku tahu dia punya guru yang sangat tinggi
ilmunya," kata Peramal Pikun.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Apakah gurunya itu yang bernama Dyah


Sariningrum?!" pancing Suto, tapi Peramal Pikun tidak
menjawab. Hanya tubuhnya kentara sedikit mengalami
sentakan halus. Kemudian kembali telinganya tampak
mengeluarkan darah tak banyak. Peramal Pikun pun
kembali alihkan bicara,
"Lakukanlah penyembuhan dengan segera, sebelum
nyawa perempuan liar ini melayang. Agaknya dia
memang orang yang kau butuhkan. Dia bisa
membantumu."
"Kau yakin begitu?"
"Tidak," jawab Peramal Pikun sambil keluar dari
pondoknya yang beratap rumbia, yang terletak di tengah
kerimbunan hutan liar.
Malam mulai datang. Cahaya purnama berpendar di
atas memandangi bumi. Sejenak Pendekar Mabuk ingat
janji pertarungannya dengan Manusia Sontoloyo pada
purnama kedua nanti. Tapi untuk sementara ia
kesampingkan dulu tantangan Dirgo Mukti tersebut, ia
masih membutuhkan pemusatan pikiran untuk
penyembuhan luka Perawan Sesat.
Ketika malam semakin kelam, selesai sudah
penyembuhan yang dilakukannya terhadap Perawan
Sesat. Suto tinggal menunggu perempuan itu siuman.
Untuk membuang rasa penat di dalam pondok
berdinding anyaman pandan itu, Suto melangkah keluar.
Ditatapnya Peramal Pikun yang duduk di atas sebuah
batu, lima langkah dari pondoknya, merenung sambil
dongakkan kepala, bak sedang mengamati indahnya

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

rembulan.
Pendekar Mabuk mendekatinya sambil menenteng
bumbung tuak yang tak pernah jauh dari jangkauannya
itu. Ia duduk di batang pohon kering yang tumbang
miring. Di sana ia teguk tuaknya beberapa kali,
kemudian ia segera ajukan tanya kepada Peramal Pikun,
"Aku ingin sekali mengetahui suatu rahasia yang
amat penting bagi hidupku. Maukah kau menjawabnya?"
Peramal Pikun tidak menjawab, melainkan justru
bertanya, "Bagaimana keadaan Perawan Sesat itu?"
"Sudah membaik. Sebentar waktu dia akan siuman."
"Dia cantik. Kau sepaham dengan pendapatku?"
"Ya. Memang cantik. Tapi jiwanya liar dan buas."
"Itulah yang amat kusayangkan. Barangkali memang
begitulah perangai jati dirinya yang tak bisa dipungkiri
lagi. Sebagai orang tua, aku menaruh rasa kagum
terhadap keberanian dan jiwanya. Dia pemberani dan
tegas, pendiriannya sekeras batu gunung! Tak ada
ruginya punya istri macam dia."
Suto hanya sunggingkan senyum malas. Sepertinya ia
tidak tertarik dengan percakapan itu. Tapi demi
menyenangkan hati si kurus kering itu, Suto tetap
mendengarkan kata-katanya.
"Perempuan itu bukan hanya bisa melindungi dirinya
sendiri, tapi juga akan bisa melindungi suami dan anakanaknya kelak. Semangat cintanya pun menggebu-gebu.
Menurut ramalanku, dia seorang perempuan yang
mempunyai kehangatan cinta yang akan berkobar
sepanjang masa."

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Sekali lagi Suto sunggingkan senyum dan lontarkan


tawa pendek serta pelan, ia tidak kasih ulasan, sehingga
Peramal Pikun segera ajukan pertanyaan,
"Apa kau tidak tertarik padanya, Suto?"
"Tidak!" jawab Pendekar Mabuk tegas.
"Jangan lihat liarnya, tapi lihatlah hasil akhirnya
nanti!"
Suto makin kekehkan tawa geli. "Aku tak ada minat
sedikit pun untuk jatuh cinta kepada perempuan lain,
kecuali kekasihku yang...."
"Hentikan!" sergah Peramal Pikun dengan wajah
tegang dan bersungguh-sungguh. Bahkan ia cepat berdiri
dengan tutupkan telinga memakai kedua tangannya. Suto
memandang dengan heran. Sebelum lontarkan tanya,
Peramal Pikun sudah lebih dulu bicara,
"Jangan sebut lagi nama itu!"
"Kenapa?"
"Kali ini aku bisa marah jika kau sebutkan nama
orang yang kau rindukan itu!"
"Aku butuh alasan, Peramal Pikun!"
"Tidak ada alasan!"
"Kau membuatku bingung!"
"Tidak perlu bingung! Aku hanya minta, jangan sebut
nama itu. Tak sulit menuruti permintaanku, bukan?!"
Suto menarik napas panjang. Ketegangan yang terjadi
ingin diredakan kembali. Untuk itu Suto tak berani
mendesak Peramal Pikun lagi, dan dia memilih diam
adalah yang terbaik untuk suasana malam itu. Hening
pun menembus hati sanubari mereka masing-masing,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

sehingga Peramal Pikun mendahului bicara.


"Sejak kapan kau kenal perempuan yang menjadi
idaman hatimu itu, Suto?"
"Sejak kutemukan dia, Peramal Pikun!" jawab Suto
kalem.
"Di mana kau temukan dia?"
"Di alam semadiku!"
Terkesiap mata Peramal Pikun menatap wajah Suto
dalam cahaya rembulan malam,. Suto diam saja walau
tahu dipandang dalam keheningan. Lama kemudian
Peramal Pikun kembali bertanya,
"Sejauh mana kau bertemu dengan dia di alam
semadimu?"
"Hanya sekadar pertemuan biasa. Dia menangis
memandangiku. Dia sebutkan namanya tiga kali, seakan
mengharap kehadiranku. Dan aku tak sadar, ternyata aku
telah melelehkan air mata darah."
Sekali lagi wajah Peramal Pikun terperanjat
mendengarnya. Mulutnya sedikit ternganga bengong,
seakan tak bisa dipakai bicara.
Pendekar Mabuk tetap tenang, ia meneguk tuaknya
dua kali tegukan, kemudian menghempaskan napas
lewat mulut, pertanda menikmati rasa enak dalam
kecapan rasa tuaknya. Pada saat itulah terdengar suara
Peramal Pikun berkata pelan,
"Barangkali memang kaulah orang yang ditunggutunggunya!"
"Tapi aku tak tahu siapa dia dan di mana dia berada!
Aku tak bisa menemukan arah tempat tinggalnya. Dan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

aku yakin, kau pasti banyak tahu tentang dia, Peramal


Pikun. Aku berharap kau mau menolongku
menunjukkan di mana dia tinggal."
Setelah bungkam sejenak, Peramal Pikun ucapkan
kata pelan lagi,
"Aku tak berani, Suto!"
"Maksudmu bagaimana, Peramal Pikun?"
"Aku tak berani tunjukkan di mana dia berada."
"Kenapa?"
"Aku takut dia murka!"
"Murka kepadaku atau kepadamu?"
"Kepadaku!"
"Mengapa di murka?" desak Pendekar Mabuk
semakin penasaran.
"Karena...," Peramal Pikun berhenti bicara, ia melirik
ke kanan-kiri, takut ada yang mencuri dengar
percakapan itu. Dan ternyata dugaannya benar. Memang
ada yang mencuri dengar. Peramal Pikun segera
menjebaknya dengan kata-kata,
"Kalau sudah merasa enak badanmu, keluarlah
Perawan Sesat! Duduklah di sini bersama kami!"
Perawan Sesat sudah sembuh. Badannya terasa lebih
segar dari sebelum ia jatuh terluka parah. Perempuan
berambut acak-acakan lurus berkesan jabrik itu segera
langkahkan kaki keluar dari pondok. Merasa sedikit
malu karena perbuatannya diketahui oleh Peramal Pikun.
Pendekar Mabuk memandang kehadiran Perawan
Sesat yang berpakaian ketat. Dalam cahaya rembulan,
wajah Perawan Sesat semakin cantik, menggairahkan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

lelaki. Peramal Pikun terkekeh lirih bagai gumam


melihat kehadiran Perawan Sesat yang kelihatan segar
itu. Walau tak ada senyum di wajahnya, tapi menurut
pandangan dua mata lelaki yang ada di situ, Perawan
Sesat memang bisa membuat pikiran setiap lelaki
menjadi sesat karena daya tariknya. Namun di balik
semua dugaan itu, justru Perawan Sesat dalam hatinya
memuji dan mengagumi wajah tampan yang dimiliki
Suto Sinting itu.
Ada rasa kecewa terselip di hati Suto, karena
kehadiran Perawan Sesat membuat penjelasan rahasia
dari mulut Peramal Pikun itu terputus. Tetapi, Suto yakin
dia akan memperoleh keterangan lebih lanjut setelah
Perawan Sesat pergi tidur. Mungkin setelah hari
melewati pertengahan petang nanti.
"Ada di mana aku ini?" tanya Perawan Sesat.
"Di pondokku," jawab Peramal Pikun.
"Siapa yang membawaku kemari?"
"Aku," jawab Suto tegas dengan pandangan mata
mendebarkan hati. Namun Perawan Sesat tak mau
tunjukkan debaran hatinya, ia tetap berwajah angkuh dan
berkesan dingin.
"Kau telah menyerangku dan membuatku hampir
mati?!"
"Ya!"
"Lalu siapa yang sembuhkan lukaku?"
"Aku juga!"
"Kenapa kau sembuhkan aku?"
"Iseng-iseng saja," jawab Suto dengan santai,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

berkesan menyepelekan pertanyaan itu.


Cepat sekali kaki Perawan Sesat berkelebat
menampar pipi Suto. Cepat pula tangan kanan Pendekar
Mabuk berkelebat naik sampai telapak tangannya yang
merapatkan jari itu berhenti di depan pipinya. Kaki yang
sudah meluncur itu membalik sebelum menyentuh
tangan Pendekar Mabuk. Hampir membuat Perawan
Sesat terpelanting jatuh kalau tidak segera ditopang oleh
tangan kurus Peramal Pikun.
"Jangan coba-coba meremehkan aku!" hardiknya
kepada Suto.
"Perawan Sesat, kau ini sudah diselamatkan
nyawamu oleh Suto. Bukannya berterima kasih malah
mengancam!" tukas Peramal Pikun.
Perawan Sesat menuding tegas di depan hidung
Peramal Pikun,
"Kau jangan turut campur urusanku kalau mau punya
umur panjang!"
Peramal Pikun dan Pendekar Mabuk justru terkekeh
geli melihat kegalakan perempuan yang tadi hampir mati
itu. Perawan Sesat menggeram gemas.
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

4
CEPAT sekali Perawan Sesat berlari dalam satu
lompatan demi lompatan bertenaga ringan, ia sengaja
menyuruh Suto mengikuti arah kepergiannya dengan
maksud untuk mengukur kecepatan gerak Suto

dibandingkan dirinya. Perawan Sesat tetap menunjukkan


kekerasan jiwanya, dan tak mau menampakkan rasa
tertariknya kepada Pendekar Mabuk. Bahkan ia sering
unjuk ilmu kepada Suto, yang oleh Suto hanya
ditertawakan dalam hati.
Seperti kali ini, ia berlari cepat sekali bagaikan
kilasan anak panah yang kecepatannya tak mampu
diikuti oleh pandangan mata. Ia sengaja menyuruh Suto
mengikutinya dan ia yakin Suto kebingungan mengikuti
gerakannya.
Pada satu tempat rindang, Perawan Sesat sengaja
berhenti dan berpaling ke belakang, ia tidak melihat Suto
di sana. Ia tertawa sendiri merasa berhasil memperdaya
Suto sehingga pria tampan bertubuh kekar itu tidak
mampu mengikuti kecepatan geraknya. Perawan Sesat
pun berseru,
"Hoi, Suto...! Ayo lekas susul aku! Jangan seperti
pengantin sunat langkahmu, Suto!"
Terdengar jawaban agak jauh, "Aku di sini, Perawan
Sesat!"
Seketika itu juga Perawan Sesat terperanjat kaget. Ia
palingkan wajah ke arah depan. Ternyata Pendekar
Mabuk sudah berdiri di atas sebuah pohon kira-kira dua
puluh langkah lebih dulu darinya. Suto berdiri sambil
bersandar pada sebatang pohon. Senyumnya mekar di
wajah tampannya, yang membuat Perawan Sesat
menggeram gemas sekali.
"Edan! Ternyata dia lebih cepat dariku! Dia sudah
ada di depanku...! Malu aku kalau tidak bisa melecehkan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dirinya!"
Wuuut...! Perawan Sesat melompat satu jejakan kaki.
Tubuhnya sudah mencapai tempat di mana Pendekar
Mabuk berdiri sambil menenggak tuaknya. Mata Suto
sudah mulai memerah, tanda mulai dihinggapi perasaan
mabuk. Tetapi agaknya Suto Sinting tetap mampu
mengendalikan segala rasa dan pikiran, bahkan tampak
lebih tajam dari sebelum ia dikuasai oleh
kemabukannya.
"Apakah arah Bukit Garinda masih jauh?" tanya Suto.
"Masih beberapa hari lagi," jawab Perawan Sesat.
"Kalau kita tempuh dengan kecepatan lari seperti tadi,
mungkin hanya memakan waktu sehari semalam. Kita
harus bisa tempuh dengan kecepatan siluman!"
"Apa itu kecepatan siluman?" Suto kerutkan dahi
mirip orang tolol. Sikapnya membuat Perawan Sesat
tertawa mirip kuntilanak. Tawa bersuara serak itu
terhenti, dan berganti kata-kata yang tetap bersuara
serak-serak basah,
"Kecepatan siluman adalah kecepatan batin yang
tidak menggunakan otot tubuh kita. Seperti misalnya kita
akan mencapai gundukan tanah yang membukit itu, kita
tak perlu berlari cepat seperti tadi. Cukup dengan satu
kedipan mata sudah bisa sampai ke puncak gundukan
tanah itu. Contohnya seperti ini...!"
Perawan Sesat segera tunjukkan kebolehan ilmu
silumannya, ia memejamkan mata sambil menarik napas
panjang-panjang. Dadanya menjadi penuh dengan
gumpalan napas. Tangannya bergerak memutar di depan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

wajah bagai orang menari lemah gemulai. Jika napas


dihentakkan lewat hidung, maka tubuhnya akan lenyap
dan muncul di puncak gundukan tanah yang membukit
itu.
Sebelum ia hentakkan napas lewat hidung, tiba-tiba ia
mendengar suara Suto Sinting berseru, "Hoii... lekas!
Jangan lama-lama!"
Napas tak jadi dihentakkan. Begitu mata dibuka
Perawan Sesat kembali terperangah melihat Suto sudah
lebih dulu ada di atas gundukan tanah yang membukit
itu. Ia melambai-lambaikan tangan memanggil Perawan
Sesat.
Geram Perawan Sesat semakin menjadi. "Kurang
ajar! Dia lebih cepat pindahkan diri ke sana! Tinggi juga
ilmu orang itu! Aku kalah cepat dengan ilmu
silumannya. Rupanya ia tadi berlagak bodoh di
depanku!"
Segera Perawan Sesat menyusul Suto ke atas bukit.
Jllig...! Tubuhnya tiba dengan cepat di atas bukit-bukitan
itu. Tetapi ia kehilangan Pendekar Mabuk. Ia mencaricari Suto, yang ternyata sudah berada di bawah pohon
rindang, jauh darinya. Gerakan menenggak bumbung
tuak terlihat samar-samar. Sekali lagi Perawan Sesat
menggeram penuh kejengkelan.
"Dasar sinting! Didekati malah sudah kabur sejauh
itu. Edan betul dia! Aku tak bisa mencapai tempat sejauh
itu hanya dengan satu jurus saja. Harus memakai dua
jurus alias dua langkah siluman. Hmmm...! Dia benarbenar mempermainkan aku! Membuatku malu jika

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

begini! Sayang sekali dia tampan dan menggairahkan.


Kalau tidak, sudah kuhajar habis dia!"
"Cepat...!" Suto Sinting melambai dengan suara kecil
karena jauhnya.
Perawan Sesat hanya menggeram dalam hati dan
berkata, "Pantas kalau Nyai Lembah Asmara terpikat
pada lelaki tanpa pusar itu, selain tampan dan
menggairahkan, ia juga berilmu tinggi! Ah, sulit sekali
aku menghindari rasa tertarikku kepadanya. Hasratku
sejak tadi menyala-nyala ingin mencumbunya. Tapi
agaknya ia tidak tergiur padaku. Hmmm... aku harus
menggunakan ilmu 'Pelet Sukma' biar dia terpikat dan
mau diajak bercumbu di bawah pohon itu!"
Kejap, berikutnya Perawan Sesat sudah tiba di tempat
Suto duduk santai di bawah pohon rindang. Dengan
cepat ia tatapkan pandangan matanya ke mata Suto.
Senyum Suto mekar ketika dipandang perempuan itu.
Kejap kemudian napas Perawan Sesat disentakkan lewat
hidung. Wusss...! Pelan tapi berbahaya, karena itulah
yang dinamakan ilmu 'Pelet Sukma' yang mampu
membuat setiap lelaki mabuk birahi.
Tetapi ada satu keanehan yang dirasakan oleh
Perawan Sesat. Ketika napasnya terhempas lewat hidung
tadi, tiba-tiba napas itu memantul balik terasa masuk
kembali ke dalam hidung. Namun hati Perawan Sesat
sangsi akan hal itu, karena perasaan seperti itu belum
pernah dialami. Peristiwa berbaliknya hembusan napas
itu belum pernah terjadi. Perawan Sesat tetap harapkan
Suto mulai tergiur dengan kemolekan tubuhnya.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Perawan Sesat mulai memamerkan belahan dadanya


yang sungguh montok itu.
Pendekar Mabuk tertawa kecil dengan mata merah
karena mabuk, ia segera berdiri dan Perawan Sesat ikut
berdiri. Kemudian dalam sekejap Suto melompat pergi
bagai tak peduli.
"Sutooo...!" Perawan Sesat bagai merengek tak mau
ditinggal, ia menyusul Suto dengan gairah cinta yang
meledak-ledak dalam dadanya, ia ingin memeluk Suto
dan mencumbunya habis-habisan. Tapi Suto sukar
ditangkapnya. Suto melesat lagi menjauh sambil
menghamburkan tawa bagaikan menggoda. Perawan
Sesat bertambah penasaran mendengar suara tawa Suto.
Ia mengejar untuk menangkap Suto dalam pelukan. Tapi
Suto melesat ke atas dan hinggap di salah satu dahan
pohon.
"Suto, turunlah! Peluklah aku, Suto!" seru Perawan
Sesat sambil sibuk merayapi tubuhnya sendiri.
Suto Sinting tertawa-tawa sambil duduk di dahan,
menenggak tuak dalam bumbung. Sesekali ia
memandang ke bawah, dan tawanya makin bertambah
melihat Perawan Sesat sibuk sendiri. Perawan Sesat baru
menyadari bahwa ilmu 'Pelet Sukma' yang membuat
seseorang jadi terpancing gairahnya itu telah membalik
dan mengenai dirinya sendiri. Akibatnya, Perawan Sesat
sendiri yang tak bisa mengendalikan gairah birahinya.
Setelah apa yang diinginkan tercapai oleh dirinya
sendiri, barulah Perawan Sesat menyadari hal itu dan
berkata di hatinya,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Jahanam orang itu! Ilmu 'Pelet Sukma'-ku membalik


mengenai diriku sendiri. Sebaiknya aku tidak
menyerahkan Suto kepada Nyai Lembah Asmara! Akan
kupakai sendiri orang itu dengan segala caraku
menundukkan hatinya! Aku tak rela dan akan merasa
kehilangan besar jika Suto berada dalam pelukan Nyai
Lembah Asmara. Sebaiknya kubawa lari ke tempat lain
saja Pendekar Mabuk yang benar-benar memabukkan
hatiku itu! Peduli amat dengan tugas ini! Aku tak
sanggup menjalankan tugas, karena aku tak mampu
menghindari godaan hatiku ini!"
Kejap berikutnya, Perawan Sesat mendongak ke atas
dan berseru, "Kita lanjutkan perjalanan kita, Suto!"
"Apakah kau sudah selesai dengan pekerjaan
tanganmu?" ledek Suto membuat wajah Perawan Sesat
menjadi merah. Perempuan itu tidak melayani ejekan
tersebut, ia seolah-olah tidak mendengarnya. Kini ia
berseru kembali,
"Tidakkah kau ingin bertemu dengan kekasihmu;
Dyah Sariningrum?!"
Pancingan ini membuat Pendekar Mabuk turun dari
atas pohon dalam satu lompatan bagaikan terbang.
Rambutnya yang panjang meriap ke atas pada saat ia
meluncur ke bawah. Indah sekali dilihatnya, bagai
seekor rajawali gagah yang siap menerkam mangsanya.
Suto mulai oleng berdirinya karena pengaruh mabuk
tuak itu. Bahkan bicaranya pun mulai mengambang tak
tentu arah.
"Bawalah cepat aku kepadanya! Jangan bikin aku

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bertambah rindu lagi kepada Dyah Sariningrum!"


"Ya, aku akan membawamu lekas-lekas ke sana. Dia
juga sudah lama menunggumu! Tapi ada satu
permintaan dariku sebagai syarat!"
"He he he... kamu mulai banyak tingkah, Perawan
Sesat! Apa syarat yang kau inginkan itu, hah?!" hardik
Pendekar Mabuk kemudian.
"Kau telah membuat pedang gadingku lenyap tak
berbekas!"
"He he he... itulah kehebatan ilmu 'Sembur Siluman'
yang kumiliki. Jangan hanya pedangmu, gunung pun
kalau kusembur dengan tuak dalam mulutku mampu
lenyap dalam sekejap. Tapi, itu hanya kekuatan ilmu
siluman yang serupa dengan sihir. Kudapatkan ilmu itu
perpaduan dari ilmu kakek guruku dan bibi guruku! He
he he...."
"Aku tak berani menghadap Dyah Sariningrum jika
aku kehilangan pedang gading itu. Sebab ia akan marah
padaku habis-habisan. Pedang itu adalah pedang
miliknya yang dipinjamkan padaku!"
"O ho ho ho... jadi itu pedang milik kekasihku?"
"Ya! Kalau kau tak bisa mengembalikan, aku tak
berani membawamu ke sana!" bujuk Perawan Sesat
dengan hati berdebar-debar.
"Untuk mengembalikan pedangmu, itu bukan
pekerjaan yang sulit. Tapi untuk menahan niatmu agar
tidak menggunakan pedang gading sebagai alat
pengumbar nafsu amarah, itu yang sulit! Aku tak berani
membuat pedang itu kembali lagi."

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Jika begitu, kita tak jadi menemui Dyah


Sariningrum. Karena Nyai Lembah Asmara akan murka
jika pedang gadingnya hilang."
"Nyai...?! O, jadi Dyah Sariningrum itu seorang
Nyai?"
"Ya!"
"Pantas Peramal Pikun tak berani menyebutkannya,"
kata Suto dengan suara mengayun bergelombang.
"Lekas wujudkan pedang itu!" kata Perawan Sesat
sambil serahkan gagang pedang yang masih dibawanya
dengan tujuan digunakan sebagai bukti kepada teman
atau gurunya tentang kehebatan ilmu Suto.
Gagang pedang dengan benang sutera merah di
bagian ujung bawahnya digenggam kuat oleh Pendekar
Mabuk. Matanya yang mulai seperti orang mengantuk
itu sebentar waktu melirik Perawan Sesat. Ia nyengir dan
berkata,
"Janjilah padaku, kau tidak akan mengumbar
amarahmu dengan menggunakan pedang ini!"
"Iya, iya! Aku berjanji! Cerewet kamu!" sentak
Perawan Sesat.
"O, kalau kamu katakan aku cerewet aku akan isi
pedang ini dengan sebuah pisang!"
"Sudahlah!" sentaknya lagi tak sabar. "Kau tidak
cerewet! Tapi cepat kembalikan pedangku itu!"
"Hei, kau bilang ini pedang milik Nyai Dyah
Sariningrum! Tapi sekarang kau bilang pedangku?!
Mana yang benar?!"
"Maksudku, itu pedang dalam tanggung jawabku.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Jadi sudah kuanggap seperti pedangku sendiri!"


"O ho ho ho... begitu rupanya!" Suto manggutmanggut.
"Iya. Lekas, jangan banyak bicara lagi!" bentak
Perawan Sesat.
"Aih, kau bentak-bentak aku?! Aku tak mau!"
"Tidak, tidak! Aku tidak bentak kamu lagi!"
"Aku tidak mau!" Suto Sinting menggeleng dan
membuang pedang itu ke semak belukar.
"Jahanam kau! Kenapa kau buang gagang pedang
itu?! Dasar sinting!" Perawan Sesat bergegas ke semak
belukar untuk mengambil gagang pedangnya. Suto
hanya tertawa-tawa sambil buka tutup bumbung dan ia
kembali tenggak tuak di dalamnya.
"Benar-benar edan orang itu!" gerutu Perawan Sesat
sambil mencari gagang pedang yang tadi dibuang Suto.
"Habis ini kuhajar sebentar dia, biar tahu adat sedikit
terhadapku! Seenaknya saja dia buang gagang pedang
itu. Dia tidak tahu kalau di dalam gagang pedang masih
tersimpan racun yang mematikan dan bisa kugunakan
untuk membunuh dirinya!"
Langkah kaki menyusuri semak terhenti. Mata
Perawan Sesat terbelalak lebar, ia melihat gagang
pedangnya tergeletak di antara rerumputan ilalang. Tapi
kali ini mata pedangnya sudah kembali utuh seperti
sediakala.
Rupanya
Pendekar
Mabuk
telah
mengembalikan mata pedang gading yang lenyap oleh
ilmu 'Sembur Siluman'-nya itu. Tapi ia sengaja membuat
susah Perawan Sesat agar perempuan itu menggerutu

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dan bersungut-sungut, ia sengaja permainkan perawan


galak berambut acak-acakan itu. Padahal Suto Sinting
bisa mengembalikan pedang itu seperti sediakala dengan
kekuatan matanya. Tapi ia tidak mau mengembalikan
dan menyerahkan pedang begitu saja kepada perempuan
bermata liar itu.
Melihat mata pedang kembali seperti sediakala, hati
Perawan Sesat merasa girang. Tapi keberaniannya untuk
bertindak semena-mena juga lebih membara. Dengan
bekal Pusaka Pedang Gading itu, Perawan Sesat merasa
sanggup melumpuhkan lawannya.
"Pedangmu sudah kembali, Nona! Alangkah baiknya
jika kita cepat-cepat menemui Nyai yang menungguku!"
kata Suto.
Perawan Sesat berkata, "Tidak sekarang, Suto! Aku
masih punya satu syarat lagi yang harus kau penuhi!"
"Kau punya syarat berapa sebenarnya, Nona?" tanya
Pendekar Mabuk gusar.
"Satu syarat lagi! Hanya satu! Setelah ini kau kuantar
menghadap Nyai! Aku bersumpah, tidak akan minta
syarat lagi!"
"He he he he... apa syarat yang kau inginkan, Nona?!"
"Layanilah cintaku!" Perawan Sesat segera mendekat.
Suto membelalakkan mata ngantuknya. Ia tertawa
keras sambil mundur beberapa langkah, tangannya
menuding-nuding Perawan Sesat.
"Kalau kau tak mau, kau tidak kuajak menghadap
Nyai, Suto!" bentak Perawan Sesat memanfaatkan rindu
di hati Suto sebagai senjata untuk mengancam dan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

memperdayai Pendekar Mabuk itu.


Suto gelengkan kepala. "Itu tidak boleh terjadi, Nona
manis!"
"Harus terjadi!" tegas Perawan Sesat. "Dekatlah
kemari, Suto. Peluklah aku, Sayang...!"
"Hua ha ha ha ha... aku dipanggil sayang? Aduh,
Mak... kering darahku, melorot jantungku. Hua ha ha
ha...!" Pengaruh mabuk Pendekar Mabuk semakin tinggi.
Tawanya kian keras membuat Perawan Sesat bertambah
dongkol hatinya. Bahkan ia sempat berniat mencabut
pedang untuk memaksa Suto. Tapi ketika ingat bahwa
Suto Sinting masih bisa membuat lenyap pedangnya itu,
maka niat tersebut dibunuhnya sendiri. Perawan Sesat
hanya bisa membatin,
"Agaknya butuh kesabaran untuk menundukkan
lelaki yang satu ini. Bukan dengan kekuatan ilmu,
melainkan dengan kekuatan hati yang sabar dan tekun!
Percuma saja adu kekerasan dengan dia, tidak akan
membawa hasil apa-apa kecuali suasana yang semakin
lebih kacau lagi. Biarlah kusabarkan hatiku sampai tiba
saatnya ia sendiri membutuhkan diriku."
Segera Perawan Sesat ucapkan kata, "Baiklah, Suto!
Lupakan satu persyaratan itu. Jika kau tak bisa sekarang,
kapan waktu pun masih bisa kau melunasinya. Sekarang
kita pergi dari sini secepatnya, Suto!"
"Tapi aku tidak punya hutang janji padamu, Perawan
Sesat!"
"Terserah anggapanmu saat ini, karena aku tahu kamu
sedang kebanyakan minum tuak! Lupakan dulu

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

persyaratan satu itu!"


Perawan Sesat segera mengajak Pendekar Mabuk
untuk tinggalkan tempat, menjauhi arah Bukit Garinda.
Perawan Sesat memang bermaksud membawa lari Suto
ke tempat lain, yang sudah ada dalam benaknya.
Tetapi tiba-tiba di depan langkah Perawan Sesat dan
Pendekar Mabuk melesat benda kecil berbentuk bintang
dari lempengan baja tajam. Dan benda kecil itu melesat
cepat menimbulkan bunyi, ziing...! Kemudian benda itu
menancap di pohon persis di depan sebelah kiri Perawan
Sesat.
Juub... jub...!
Tertahan serentak langkah Perawan Sesat. Tertahan
pula tubuh limbung Pendekar Mabuk. Mata mereka
berkilas cepat menyapu sekeliling, tapi si pelempar
senjata rahasia berbentuk bintang itu tidak kelihatan
tempat persembunyiannya. Perawan Sesat segera sigap
dan berdiri dalam posisi siap menyerang. Matanya liar
penuh waspada.
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

5
TANGAN Perawan Sesat hendak mencabut senjata
rahasia berbentuk bintang segi enam. Tapi dengan cepat
kaki Pendekar Mabuk menendang tangan Perawan Sesat.
Plakk...! Cepat sekali Perawan Sesat menarik tangannya

kembali, tapi gerakan itu terlambat. Mata liar Perawan


Sesat memandang lurus ke arah Suto yang bermata sayu.
"Apa maksudmu menendang tanganku?!" geram
Perawan Sesat.
"Senjata itu beracun. Hanya pemiliknya yang bisa
memegang dan tidak terkena racunnya!"
"Aku lebih tahu daripada kau, Suto!" sentak Perawan
Sesat. "Senjata bintang persegi enam seperti itu adalah
senjata milik temanku sendiri. Itu senjatanya Putri Alam
Baka! Senjata itu tidak beracun dan tidak berbahaya.
Hanya sebagai senjata peluka saja, Suto!"
"Lantas mengapa daun-daun pohon ini menjadi layu
semua. Lihatlah ke atas! He he he...!"
Terkesiap mata Perawan Sesat setelah memandang ke
atas. Daun-daun pohon itu benar-benar menjadi layu
berkeriput. Bahkan sebagian besar langsung berubah
menjadi kuning. Dalam hati Perawan Sesat membatin,
"Gila! Apa yang dikatakannya memang benar. Senjata
itu memang beracun. Jika begitu, senjata itu pasti bukan
milik Putri Alam Baka. Setahuku, senjata Putri Alam
Baka tidak beracun! Dan lagi, jika benar senjata itu milik
Putri Alam Baka, dengan maksud apa ia menyerangku
menggunakan senjata berbahaya itu?"
Sebelum Perawan Sesat ucapkan kata, Suto lebih dulu
bertanya, "Apakah kau yakin bahwa kedua senjata itu
milik temanmu?"
"Aku jadi sangsi. Aku tak bisa mengenalinya.
Seingatku, senjata milik Putri Alam Baka mempunyai
goresan gambar panah cakra pada bagian sisi

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

pinggirnya."
Perawan Sesat mencoba mengamat-amati kedua
senjata itu, tapi ia merasa kesulitan mengenalinya,
karena kedua senjata itu melesak masuk ke batang pohon
hampir seluruhnya. Tinggal sedikit sisa yang terlihat
belum masuk ke batang pohon. Perawan Sesat kembali
berkata dalam hatinya,
"Aku jadi sangsi juga, apakah senjata ini berbentuk
bintang segi enam atau segi berapa? Jika melihat ukuran
runcing pada bagian yang tak masuk ke dalam batang,
kelihatannya bintang segi enam. Tapi siapa tahu dia
bersegi lima atau delapan?"
"Minggirlah, Perawan Sesat. Biar kukeluarkan senjata
itu dari batang pohon!" kata Pendekar Mabuk lalu ia
tersentak satu kali karena cegukan. Kejap berikutnya ia
sentakkan tabung bambunya itu ke batang pohon dengan
pelan. Dugh...! Hhrrr...! Daun-daun pun rontok banyak
akibat sodokan bambu tabung itu. Jika bukan dialiri
tenaga dalam cukup besar, tak mungkin pohon sebesar
itu terguncang dan daunnya berguguran hanya dengan
gerakan sepelan itu. Perawan Sesat menyimpan kagum
sambil mengibaskan tangannya menghindari rontokan
daun di kepala.
Sodokan itu membuat dua senjata berbentuk
lempengan bintang dari logam baja putih itu tersentak
keluar dari batang pohon, jatuh tepat di kaki pohon
depan yang tak berumput. Perawan Sesat pun segera
menghampiri dan memeriksanya dengan sebatang
ranting kayu kering. Dan ternyata kedua senjata itu

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

memang mempunyai goresan gambar panah cakra.


"Hmmm... jelas ini milik Sumbi, atau Putri Alam
Baka!" gumam Perawan Sesat tanpa memandang Suto.
"Apa benar itu milik temanmu?"
Perawan Sesat menjawab jujur, "Ya. Ini milik
temanku."
"Apa temanmu itu suka memakai baju kuning?"
"Ya. Dari mana kau tahu?" Perawan Sesat kerutkan
dahinya.
Suto tertawa dalam tawa mabuk, ia segera garukgaruk kepalanya sambil berkata, "Sebentar lagi ia akan
muncul!"
Tiba-tiba Suto bergerak cepat memutar dan kakinya
menendang pohon yang tadi terkena senjata bintang itu.
Duugh...!
Pohon tidak bergerak, seperti kena tendangan tanpa
tenaga sedikit pun. Bahkan satu daun pun tak ada yang
jatuh, padahal daun pohon itu telah layu. Perawan Sesat
juga merasa heran melihat tendangan cepat Pendekar
Mabuk itu tidak mengguncangkan daun pohon sedikit
pun.
Tetapi kejap berikutnya empat pohon yang berjejeran
sederet dengan pohon yang ditendangnya itu mulai
tergucang bagai dihembus badai. Perawan Sesat
terkesima melihat pohon yang keempat dari jajaran
pohon itu saja yang berguncang kuat, hingga dahandahannya meliuk terombang-ambing. Dan dari atas
pohon berdaun rimbun itu melesatlah dua sosok manusia
turun dalam gerakan bersalto satu kali. Wuuus...!

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Wussh...!
Jleg...! Jleg...!
Dua sosok manusia mendaratkan kakinya dengan
tepat di depan Perawan Sesat dalam jarak lima langkah.
Perawan Sesat kembali terkesiap melihat kemunculan
dua perempuan yang sudah dikenalnya. Untuk sesaat
mereka beradu pandang dalam wajah tegang. Pada saat
itu Perawan Sesat sempat berkata dalam hati mengenai
tendangan Suto tadi, "Luar biasa dia menyalurkan tenaga
dalamnya. Pohon yang ditendang tetap tenang, pohon
keempatnya yang terkena sasaran! Jelas hal itu jurus
penyaluran tenaga dalam yang sangat tinggi!"
Perawan Sesat cepat singkirkan bayangan tendangan
Pendekar Mabuk tadi dari otaknya, kembali ia curahkan
perhatian pada kedua perempuan yang masing-masing
mengenakan pakaian ketat merah dan kuning. Bentuk
potongan pakaiannya sama dengan bentuk potongan
pakaian yang dikenakan Perawan Sesat. Hanya berbeda
pada warnanya saja.
Potongan pakaian yang sama menunjukkan bahwa
mereka berasal dari satu perguruan.
Yang berpakaian merah dengan baju tanpa lengan
dan belahan dada sedikit terbuka lebar adalah Maharani.
Rambutnya dikepang dua, ditaruh di depan dada. Di
tangannya tergenggam sebuah kipas warna merah
berbunga-bunga hitam. Perawan Sesat kenal betul,
bahwa Maharani mempunyai tingkat ilmu yang setaraf
dengannya. Maharani juga sering menjadi utusan bagi
Nyai Lembah Asmara.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Perempuan satunya lagi mempunyai rambut dikepang


satu. Cukup panjang rambutnya itu hingga bisa melilit di
sekitar leher, sisanya jatuh di depan dada kanan.
Perempuan berkepang satu itu mengenakan ikat
pinggang tali merah. Di sana terselip sebatang bambu
kuning berukuran satu hasta. Bambu itu adalah seruling
berlilit pita merah di bagian ujung tempat meniupnya.
Perempuan yang mempunyai senjata seruling itulah yang
bernama Sumbi, alias Putri Alam Baka. Tingkat ilmunya
lebih tinggi satu tingkat dari Perawan Sesat ataupun
Maharani. Selain sering menjadi utusan bagi Nyai
Lembah Asmara, Putri Alam Baka juga merupakan
orang kepercayaan Nyai Lembah Asmara yang menjadi
wakil tertinggi dan dikenal sebagai orang kedua di Bukit
Garinda.
Jelas Perawan Sesat sedikit gentar melihat Putri Alam
Baka sampai turun tangan dan menyerangnya dari
tempat persembunyian. Cara memandangnya pun
tampak bermusuhan. Perawan Sesat semakin curiga dan
waswas. Sekalipun Putri Alam Baka adalah teman
sendiri, tetapi tingkat perbedaan ilmu dan kedudukan,
membuat Perawan Sesat merasa sungkan kepada Putri
Alam Baka. Karena itu, kehadiran Putri Alam Baka
membuat Perawan Sesat ajukan tanya,
"Sepenting apakah keperluanmu hingga datang
menemuiku, Sumbi?"
"Sejak keberangkatanmu, kami memang sudah
membuntuti!" jawab Putri Alam Baka. Tak ada senyum
di bibirnya. Sikapnya pun kelihatan dingin. Dalam

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

keadaan rambut lebih rapi, Putri Alam Baka dan


Maharani tampak lebih cantik dari Perawan Sesat.
Tetapi kecantikan itu tidak membuat Pendekar
Mabuk tertarik, ia bahkan bersikap sebagai pendengar
dan penonton yang baik. Ia duduk di tanah yang sedikit
lebih tinggi, punggungnya bersandarkan batang pohon,
sambil sesekali menenggak tuak.
Perawan Sesat merasa heran mendengar dirinya
diikuti
oleh
Maharani
dan
Sumbi
sejak
keberangkatannya dari Bukit Garinda. Tentang
bagaimana cara mereka menguntit hingga tidak
diketahui gerakannya, bukan hal yang dipikirkan
Perawan Sesat, karena ia merasa mampu melakukan
penguntitan tanpa suara. Tapi apa sebab mereka
menguntitnya, itu yang menjadi pikiran Perawan Sesat.
Mengapa mereka harus menguntitnya? Mengapa seorang
wakil Nyai Lembah Asmara sampai turun tangan dan
mau menjadi penguntit? Pasti ada sesuatu yang tak lazim
menurut dugaan Perawan Sesat.
Lalu, hal itu pun ditanyakan oleh Perawan Sesat
dengan nada tetap tegas dan berkesan angker,
"Untuk apa kalian mengikutiku sejak dari
keberangkatan?"
"Nyai menugaskannya!" jawab Putri Alam Baka
dengan sikap berdiri tegap dengan kedua kaki tegak
sedikit merenggang.
"Untuk apa Nyai menugaskan kalian?"
"Kecurigaan, menjaga kewaspadaan, sekaligus
memberikan perlindungan padamu, Perawan Sesat!"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Omong
kosong!"
sentak
Perawan
Sesat
menyanggah. "Buktinya kalian tidak muncul saat lelaki
itu menyerangku di Perguruan Merpati Wingit!" sambil
Perawan Sesat menuding Suto Sinting.
"Ketika kami hendak turun tangan, pemuda tampan
itu sudah lebih dulu membawamu pergi," jawab Putri
Alam Baka lebih berkesan kalem dan berwibawa.
Perawan Sesat melirik Suto sesaat. Pendekar tampan
itu hanya senyum-senyum saja memandang perdebatan
tersebut. Sesekali badannya tersentak karena cegukan.
Tapi agaknya ia sengaja tidak mau ikut campur urusan
ketiga perempuan itu.
Kembali mata Perawan Sesat memandang Maharani
dan Putri Alam Baka, setelah ia mendengar suara
Maharani yang kecil itu berkata,
"Kurasa kau salah arah, Rukmi. Bukit Garinda ada di
sebelah barat, mengapa kau membawa lari pemuda itu ke
arah timur?"
"Itu urusanku, Maharani!"
"Tugas kami adalah meluruskan jalanmu, Rukmi,"
kata Maharani dengan memanggil nama asli Perawan
Sesat.
Putri Alam Baka segera berkata pula, "Aku
menangkap adanya pengkhianatan tugas dalam hal ini!
Pasti kau akan menguasai pemuda itu dan tidak akan
menyerahkannya kepada Nyai Lembah Asmara!"
"Itu pun urusanku, Sumbi!" kata Perawan Sesat
dengan tetap perlihatkan ketegasannya dalam bersikap.
Sambungnya lagi,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Susah payah kucari dan kutemukan pemuda itu,


mengapa ia harus kuserahkan pada perempuan lain,
hah?! Lihatlah sendiri, betapa tampan dan
menggairahkan Suto tanpa pusar itu? Lihatlah...!
Haruskah aku serahkan pemuda setampan itu, kepada
orang lain?!"
Mata kedua teman Perawan Sesat itu melirik ke arah
Pendekar Mabuk. Yang dilirik justru memperlebarkan
senyum sambil melambai kecil penuh goda. Putri Alam
Baka cepat palingkan wajah, memandang ke arah
Perawan Sesat. Tapi Maharani masih menikmati
ketampanan yang begitu mengagumkan hatinya. Tak
sadar hatinya berdebar-debar.
Perawan Sesat berkata lagi, "Kalian pikir aku
perempuan bodoh yang tidak bisa membedakan, mana
lelaki mahal mana lelaki murahan?! Kupertaruhkan
nyawaku untuk mendapatkan dia, wajar kan kalau
sekarang aku memilikinya?"
"Tapi kau mengemban tugas, Perawan Sesat! Kita
selalu dididik untuk tidak mengutamakan kepentingan
pribadi dalam menunaikan tugas dari Nyai!"
"Ya. Lantas siapa yang bisa memenuhi kebutuhan
pribadi kita? Nyai...?! Apakah beliau sanggup memenuhi
kebutuhan pribadi kita, jika pribadi kita menghendaki
seorang kekasih seperti pemuda itu?!"
"Rukmi...!" sentak Maharani. "Jelasnya kau akan
melakukan pembangkangan terhadap perintah nyai kita!"
"Aku hanya menuntut hakku dan perasaanku! Aku
suka pada Suto Sinting itu!"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Sudah lama kita berteman, Rukmi," ucap Putri Alam


Baka dengan nada rendah dan lebih berkesan tenang dari
Maharani. Lalu ia berkata lagi,
"Jangan sampai aku mengambil tindakan tegas
untukmu. Jangan sampai aku menjatuhkan hukuman
berat untuk teman sendiri, Rukmi. Kuingatkan, jaga
nafsumu. Serahkan Suto kepada Nyai Lembah Asmara
sesuai tugasmu. Kurasa Nyai Ratu punya kebijaksanaan
tersendiri untuk dirimu, Perawan Sesat!"
"Aku tetap tidak akan menyerahkan Pendekar Mabuk
kepada Nyai!"
"Kalau begitu kau menghendaki kami menghajarmu,
Rukmi!" sentak Maharani lagi sambil hentikan gerakan
tangan yang sejak tadi mengipas-ngipas di depan
dadanya yang sekal itu.
Mendengar
gertakan
itu,
Perawan
Sesat
menyunggingkan senyum sinis meremehkan, ia berkata,
"Apa pun tindakan yang akan kau ambil, aku sudah
siap menghadapinya, Maharani! Kalian boleh paksa aku
dengan cara apa pun. Tapi aku tetap tidak akan
menyerahkan Suto ke tangan Nyai!"
Terdengar ucapan pelan bernada sinis dari Maharani
kepada Putri Alam Baka.
"Ternyata apa yang dikhawatirkan Nyai Lembah
Asmara memang benar-benar terjadi, Sumbi! Perawan
Sesat melakukan pembangkangan!"
"Cuih...!" Perawan Sesat meludah dengan benci.
"Kau memang layak mendapat julukan penjilat kotor,
Maharani! Sejak dulu kau selalu menjadi penjilat agar

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

mendapat perhatian dari Nyai Lembah Asmara!"


"Itu urusanku, Rukmi!" jawab Maharani menirukan
jawaban Perawan Sesat tadi. Kini ia maju dua langkah,
berada lebih depan dari Putri Alam Baka. Rupanya ia
ambil alih sendiri perkara itu, sehingga Putri Alam Baka
mundur satu tindak.
"Perawan Sesat!" geramnya dengan mata menyipit
tajam. "Jika kau bersikeras untuk tidak menyerahkan
pemuda itu kepada Nyai Lembah Asmara, kau harus
melangkahi mayatku dulu!"
"Aku tak keberatan!" jawab Perawan Sesat. "Seribu
mayat dirimu akan kulangkahi dalam sekejap,
Maharani!"
"Cabut pedangmu!" sentak Maharani sambil ia mulai
pasang kuda-kuda untuk menyerang.
Perawan Sesat melangkah pelan ke kiri, kembali lagi
ke kanan sambil matanya melirik ke arah Maharani
dengan senyum meremehkan.
"Pedangku tak akan kucabut! Karena untuk
membuatmu menjadi mayat cukup menggunakan
kelingkingku, Maharani!"
"Mulut sombong busuk!" geram Maharani, kemudian
ia kibaskan kipasnya dari kiri ke kanan dalam keadaan
terbuka dan miring. Wuuus...!
Tenaga dalam bagaikan ditebarkan dalam gerakan
cepat, melesat ke arah Perawan Sesat. Dengan lincah
perempuan berambut acak-acakan itu sentakkan ujung
jempol kakinya ke tanah dan tubuhnya melesat naik ke
atas sambil ia sentakkan pula tangan kirinya ke depan.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Wuugh...!
Tenaga dalam dari kipas mengenai tempat kosong.
Sementara itu tenaga dalam dari tangan Perawan Sesat
menghempas ke wajah perempuan berkelabang dua.
Dengan gerakan cepat Maharani menutup wajah dengan
cara bentangkan kipasnya di depan mata. Brett...!
Begggh...!
Pukulan tenaga dalam Perawan Sesat bagai
menghantam lereng sebuah gunung. Hempasannya
membalik ke arah Perawan Sesat, tapi ketika itu Perawan
Sesat sudah pijakkan kakinya ke tanah, sehingga yang
menjadi sasaran adalah dahan pohon yang segera retak
dan jatuh berdebum dalam jarak dua langkah dari tempat
duduk Pendekar Mabuk.
Brruk...! Suto tersentak kaget, namun tak ada kata
yang keluar dari mulut Suto selain suara cegukan. Di
dalam hatinya Suto berkata,
"Kurasa Perawan Sesat akan tumbang di tangan salah
satu dari kedua perempuan lawannya itu. Bila Perawan
Sesat tak mampu menghadapi dua lawannya, bisa-bisa
aku tak jadi ditemukan dengan Dyah Sariningrum. Tapi,
haruskah aku ikut campur tangan dalam urusan mereka?
Atau sebaliknya kutinggal pergi saja?"
Dugaan Pendekar Mabuk itu ternyata benar. Dalam
satu kesempatan Putri Alam Baka tahu-tahu menyerang
Perawan Sesat yang sedang menghadapi Maharani.
Sungguh di luar dugaan Perawan Sesat, bahwa Putri
Alam Baka sampai hati melawan teman dengan
menggunakan seruling pusakanya. Seruling itu

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

disentakkan dari jarak jauh. Lubang di bagian ujung


bawah seruling mengeluarkan cahaya biru berkilap bagai
lidah-lidah petir.
Dalam sekejap, tubuh Perawan Sesat bagaikan
dikurung oleh kilauan-kilauan cahaya biru yang
berbentuk mirip ranting-ranting pohon. Perawan Sesat
terjerat. Tubuhnya mengeras dan akhirnya jatuh
berdebum ke tanah. Ketika kilatan-kilatan cahaya biru
itu berhenti mengelilingi tubuhnya, Perawan Sesat
berusaha bangkit dalam keadaan mulut berdarah dan
kulit mengelupas kecil-kecil.
"Habiskan saja dia, Maharani!" perintah Putri Alam
Baka.
Maka, perempuan berbaju merah itu menutupkan
kipasnya dan menebaskan kipas itu ke depan. Cahaya
merah menyembur bagai semburan dari dasar gunung
berapi. Woos...! Bukan tak mungkin tubuh Perawan
Sesat akan terbakar habis oleh jurus maut itu.
Tetapi, pada saat itu jari telunjuk Pendekar Mabuk
melakukan gerakan menyentil dari depan lututnya.
Tuus...! Tak ada yang melihat gerakan jari menyentil itu.
Tetapi ternyata jurus 'Jari Guntur' itu telah membuat
tubuh Maharani terpental keras bagai ditendang kuda.
Mulutnya sampai memperdengarkan suara, "Heeegh...!"
Dan tubuhnya segera melayang ke belakang, jatuh dalam
jarak tiga langkah di samping Perawan Sesat.
Tentu saja jatuhnya Maharani membuat Putri Alam
Baka menjadi tercengang kaget, ia menyangka kekuatan
tenaga dalam itu datang dari tubuh Perawan Sesat.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Maka, dengan semangat membunuh lebih menyala-nyala


lagi, Putri Alam Baka segera sentakkan tangan kanannya
dengan telapak tangan terbuka, ia bagai mendorong
sesuatu dari samping ke depan dengan keras. Pukulan
jarak jauh itu akan menghancurkan kepala Perawan
Sesat yang sudah tak berdaya itu.
Tetapi, Suto segera melakukan gerakan kecil. Jempol
tangannya dirapatkan dengan jari telunjuk. Lalu, ia
sentakkan kedua jari itu seperti memanggil ayam atau
burung, triik...!
Gerakan tangan Putri Alam Baka hampir mencapai
ujungnya, tahu-tahu kedua kakinya bagai ada yang
menyepak dari belakang. Wuus...! Kedua kaki itu
terangkat kuat-kuat, tubuh Putri Alam Baka terpelanting
jatuh. Bruuk...!
Pukulan pamungkasnya tidak jadi dilancarkan. Tetapi
pada saat itu, Suto menangkap kelebatan sosok tubuh
yang menyambar Perawan Sesat. Wesss...! Cepat sekali
gerakannya.
Tahu-tahu
orang
tersebut
telah
menggendong tubuh Perawan Sesat di pundak kirinya,
berdiri agak jauh dari kedua lawan, juga agak jauh dari
Suto sendiri. Melihat keadaan tubuh orang yang baru
datang berbadan kurus kering, tak salah lagi penglihatan
Suto, bahwa orang itu adalah Peramal Pikun.
"Suto, uruslah kedua perempuan itu! Aku akan
membawa Perawan Sesat ke pondokku. Dia terluka
parah!"
"Hei...!" Suto hanya bisa memanggil tak bisa berkata
apa pun karena Peramal Pikun segera melesat pergi

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

meninggalkan tempat itu.


"Kejar...!" perintah Putri Alam Baka kepada
Maharani.
Tapi sebelum Maharani bergerak mengejar, Suto
melentingkan tubuh ke udara dengan menggunakan
tumitnya untuk menjejak tanah. Dalam satu gerakan
jungkir balik, Pendekar Mabuk sudah berada di depan
Maharani. Ia terkekeh-kekeh dengan suara sumbang.
"Tak perlu dikejar. Ada baiknya kalau kalian segera
bawa aku menghadap nyaimu itu. Aku sendiri ingin
segera bertemu!" kata Pendekar Mabuk kemudian karena
ia menyangka nyai mereka adalah Dyah Sariningrum.
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/
6
SEBUAH bangunan mirip istana kecil bertengger
megah di lereng sebuah bukit. Bukit itu adalah Bukit
Garinda. Dulu wilayah itu dikuasai oleh Nyai Guru
Betari Ayu. Kala itu, Betari Ayu punya persahabatan
baik dengan seorang teman yang bernama Wulandari.
Dan pada waktu Wulandari mendirikan Partai
Perempuan Sakti, Betari Ayu tidak mau bergabung,
tetapi sebagai tanda persahabatan ia pinjamkan tanah di
lereng Bukit Garinda itu kepada Wulandari. Waktu demi
waktu berlalu akhirnya tanah di lereng Bukit Garinda
dikuasai sepenuhnya oleh Wulandari, yang kemudian
dikenal dengan julukan Nyai Lembah Asmara.

Bangunan yang mirip istana kecil itu dikelilingi oleh


tembok tinggi yang menyerupai benteng. Batas salah
satu sisi tembok ada yang mencapai tepian pantai laut
utara. Bangunan itu berkesan megah, mempunyai pintu
gerbang yang jaraknya lebih dari seratus langkah dari
pusat bangunannya sendiri.
Di tanah yang jaraknya lebih dari seratus langkah itu,
dibangun pula rumah-rumah kecil yang merupakan
pemukiman para anak buah Nyai Lembah Asmara. Juga
dibangun tempat-tempat khusus untuk berlatih ilmu. Di
sana dipersiapkan sepasukan-prajurit wanita yang kelak
akan menjadi benteng utama dari negeri yang ingin
didirikan oleh Nyai Lembah Asmara. Mereka adalah
kaum wanita yang tangguh dan terpilih. Cantik dan
menggiurkan, adalah syarat utama untuk menjadi anak
buah Nyai Lembah Asmara. Di sana, cinta bebas
berkeliaran. Pria hanya merupakan barang yang bisa
dibeli dan dijadikan satu kebutuhan hidup bila sewaktuwaktu diperlukan.
Nyai Lembah Asmara dan anak buahnya dikenal
sebagai perempuan-perempuan pemburu cinta yang tak
segan-segan membantai lelaki yang habis dikencaninya.
Mereka ditempa oleh Nyai Lembah Asmara untuk
menjadi perempuan yang berjaya di atas kaum lelaki
mana pun juga. Karena menurut ramalan seorang ahli
nujum dari Mongol yang pernah bertemu dengan Nyai.
Sang Nyai akan bisa berdiri sebagai ratu di atas segala
ratu di bumi ini, jika ia bisa mempunyai negara yang
seluruh punggawa dan prajuritnya adalah perempuan.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Sang Nyai rupanya benar-benar ingin menjadi ratu di


atas segala ratu di bumi.
Kaum lelaki jarang hadir di lingkungan kekuasaan
sang Nyai. Kalaupun ada lelaki di sana, mereka hanyalah
alat pemuas dahaga para wanita Bukit Garinda. Tak ada
lelaki yang masuk ke benteng tinggi itu keluar dalam
keadaan segar. Paling tidak mereka meninggalkan Bukit
Garinda dalam keadaan layu dan pucat bagai mayat.
Bahkan sering sekali mereka keluar dalam keadaan luka
parah dan tewas sebelum mencapai kaki bukit.
Nyai Lembah Asmara selalu menempa jiwa anak
buahnya untuk tidak terlalu banyak memberi kemanisan
kepada kaum lelaki. Bahkan mereka selalu dianjurkan
untuk tidak mudah memberi maaf atau ampun kepada
kaum lelaki. Sekali cabut pedang, pantang dimasukkan
kembali sebelum memenggal kepala seorang lelaki.
Tetapi terhadap lawan wanita, Nyai tidak menyalahkan
anak buahnya jika ada yang punya kebijakan ataupun
tenggang rasa.
Satu-satunya mantan murid Nyai yang melarikan diri
dari Bukit Garinda karena tak tahan terhadap kekangan
peraturan di sana adalah Peri Malam, yang kemudian
bertemu dengan penguasa Pulau Hantu berjuluk Si
Mawar Hitam, lalu diangkat sebagai muridnya. Pada
waktu itu, Peri Malam belum mempunyai ilmu tinggi
dan masih berada di jajaran para murid tingkat dasar.
Sayang pada waktu Peri Malam melihat Perawan
Sesat bersama Dirgo, si Manusia Sontoloyo itu, ia tidak
mengenali siapa Perawan Sesat. Karena pada waktu Peri

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Malam meninggalkan Bukit Garinda, Perawan Sesat


belum menjadi anak buah Nyai Lembah Asmara. Peri
Malam hanya bisa simpulkan, bahwa Perawan Sesat
adalah perempuan yang membahayakan, karena dapat
merebut hati Pendekar Mabuk dengan kecantikan dan
daya tariknya yang aneh itu (Baca serial Pendekar
Mabuk dalam episode: "Perawan Sesat').
Pengejaran Peri Malam saat melihat Suto melarikan
Perawan Sesat ternyata menemui jalan buntu, ia
kehilangan jejak Pendekar Mabuk. Tapi rasa cinta yang
makin berkembang di hatinya, membuat Peri Malam
pantang menyerah untuk tetap mencari Suto Sinting, ia
selalu mengandalkan indera penciumannya untuk
melacak ke mana arah perginya Suto.
Sampai tiba pada langkah berikutnya, Peri Malam
mulai mencium bau keringat Suto yang punya aroma
tuak bumbung. Mata tajam Peri Malam segera melirik
sekeliling. Bahkan ia sentakkan kaki dan melenting di
udara untuk hinggap di salah satu dahan pohon. Dari
sana ia memandang segala penjuru, terutama ke arah
datangnya aroma keringat tuak itu.
"Pasti dia ada di sekitar sini," pikir Peri Malam. "Bau
keringatnya hanya samar-samar, itu berarti jaraknya
cukup jauh dari sini. Hmmm... agaknya aroma keringat
Pendekar Mabuk lebih tajam ke arah utara. Itu berarti dia
berada di sebelah utara sana! Aku harus melacaknya
terus!"
Kelebat bayangan kuning adalah kelebat gerakan Peri
Malam yang berpakaian kuning kunyit. Rambutnya yang

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

lurus melewati pundak masih diikat dengan rantai emas


berbatu merah delima di keningnya.
Bayangan kuning kunyit itu hinggap kembali ke
dahan pohon lain. Peri Malam lemparkan pandangan
mata ke arah jauh. Ia terkesiap sekejap dan hatinya
berkata,
"Oh, rupanya aku mendekati Bukit Garinda?!
Dinding bentengnya terlihat jelas dari sini. Dan anehnya
aroma keringat Suto semakin jelas pula. Apakah Suto
berada di dalam benteng sana? Celaka! Celaka kalau dia
ada di sana! Bukan hal mudah membebaskan Pendekar
Mabuk dari dalam benteng Bukit Garinda itu. Pasti aku
harus berhadapan dengan anak buah Nyai Lembah
Asmara. Ilmuku tak seimbang. Dia bukan lawanku.
Tapi, aku harus bisa menyelamatkan Suto dari
cengkeraman Nyai. Suto hanya akan dijadikan sapi
perahan saja di sana. Aku sendiri sangsi, apakah Suto
bisa melawan ilmunya Nyai jika ia melakukan
pembangkangan?! Dan yang paling berbahaya adalah
ilmu 'Racun Darah Asmara' milik Nyai! Suto tak akan
bisa melawan racun yang amat ganas itu!"
Peri Malam hentikan kecamuk hatinya. Bahkan ia
pun alihkan perhatian ke bawah pohon. Ternyata di sana
ada dua manusia yang terhenti langkahnya karena
memandang bangunan di lereng Bukit Garinda. Mereka
adalah seorang lelaki agak pendek dan sedikit gemuk,
bersama seorang perempuan berlilit selendang putih di
bagian
pinggangnya,
menyandang
pedang
di
punggungnya. Mereka adalah Pujangga Keramat dan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Selendang Kubur. Rupanya mereka sibuk mengamatamati bagian pintu gerbang benteng itu, sampai tak
menyadari ada sesosok tubuh bertahi lalat di sudut
dagunya diam mengawasi di atas kepala mereka.
"Aku yakin Suto ada di dalam benteng itu, Paman
Pujangga Keramat," kata Selendang Kubur menirukan
panggilan Suto terhadap Pujangga Keramat.
"Harus kita masuk bisa ke sana!" kata Pujangga
Keramat dengan susunan kata yang selalu harus disusun
kembali oleh lawan bicaranya.
"Tapi sebelum kita mendobrak masuk, ada baiknya
kalau kita selidiki dulu apakah Suto benar-benar ada di
sana, dan di sebelah mana. Jadi kita tidak buang-buang
waktu dan tenaga jika harus membantai habis orangorangnya Nyai Lembah Asmara."
"Setuju aku gagasanmu dengan!"
Kemudian, Pujangga Keramat memasukkan jari
telunjuknya ke mulut. Sebentar kemudian dikeluarkan
lagi. Jari telunjuk yang basah oleh ludahnya itu diangkat
ke atas dengan tangan teracung naik. Ia pejamkan mata
sebentar. Selendang Kubur memandangi dengan dahi
kerut. Heran melihat apa yang dilakukan Pujangga
Keramat.
Kejap berikut, Pujangga Keramat turunkan tangan
dan berkata,
"Suto memang ada benteng di dalam."
"Maksudmu, Suto ada di dalam benteng itu?"
"Ya!" jawabnya tegas.
Selendang Kubur manggut-manggut sambil menatap

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bangunan itu. Hatinya membatin geli melihat cara


Pujangga Keramat melacak Suto.
"Cara yang dipakai seperti cara orang yang mencari
tahu arah angin berhembus. Tapi hebat juga dia, bisa
lacak Suto pakai jari telunjuk yang dibasahi."
Peri Malam yang bertengger di atas mereka juga
ingin tertawa geli melihat cara Pujangga Keramat
melacak Suto. Hampir saja ia hamburkan tawa kalau
tidak segera tutup mulutnya pakai tangan.
Pujangga Keramat berkata kepada Selendang Kubur,
"Aku tangkap Pendekar Mabuk dan seorang
perempuan."
"Pasti dia si Perawan Sesat itu!"
"Sesat bukan! Perempuan itu ada lalat bertahi di
dagunya, ada kuning kunyit di pakaiannya...."
"Peri Malam!" sahut Selendang Kubur cepat dan
terkejap. Ia segera palingkan wajah pandang Pujangga
Keramat. "Itu ciri-ciri Peri Malam!" katanya
menegaskan.
"Mungkin, ya!"
"Apakah dia berada bersama Suto?" tegang wajah
Selendang Kubur tak bisa disembunyikan.
"Bersama Suto tidak! Itu perempuan tidak ada Suto di
sampingnya."
"Lantas, ada di mana perempuan itu jika tidak ada di
samping Pendekar Mabuk?"
"Bertengger dia kepala kita di atas," jawab Pujangga
Keramat membingungkan Selendang Kubur.
Di atas pohon, Peri Malam menggerutu dalam hati,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Sial! Rupanya orang itu tadi bukan hanya melacak


Suto, namun juga melacak diriku yang ada di atasnya.
Hm... tak ada guna aku tetap diam di sini!"
Saat Selendang Kubur kerutkan dahi untuk susun
kembali kata-kata Pujangga Keramat tadi, tahu-tahu
angin berhembus cepat dari atas kepalanya. Selendang
Kubur cepat lompatkan tubuh ke kanan, hindari
hembusan angin yang mencurigakan itu.
Jleeg...!
Hembusan angin hilang, Peri Malam menampakkan
diri. Ia tampakkan kedua kaki di tanah dengan mantap,
jarak empat langkah dari Selendang Kubur yang
bersebelahan dengan Pujangga Keramat. Peri Malam
segera sunggingkan senyum sinis pada Selendang
Kubur.
"Kita bertemu lagi, Selendang Kubur!" ucap Peri
Malam dengan sorot mata tajam.
Selendang Kubur tak mau kalah, ia ucapkan kata
pedas,
"Mungkin kau ingin serahkan nyawa padaku, Peri
Malam! Aku pun siap menebas lehermu dengan
pedangku!"
Tangan Selendang Kubur bergerak ke belakang, mau
pegang gagang pedang Jalaganda. Tapi itu hanya
gertakan belaka. Buktinya ia segera turunkan tangan
setelah Peri Malam sunggingkan senyum lebar dan
ucapkan kata,
"Tak mungkin kau mau tebas leherku pakai
pedangmu. Kau akan merasa sayang jika darahku

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

melumuri pedangmu. Aku tahu, kau bawa pedang itu


hanya untuk melawan Nyai Lembah Asmara! Pedang itu
adalah senjata pamungkasmu untuk merebut Suto dari
tangan Nyai!"
"Tapi jika kau ingin merampas Pendekar Mabuk, aku
pun siap tebaskan pedang ini ke lehermu, kapan saja aku
mau!"
"Kau tak akan mampu, Selendang Kubur," Peri
Malam cibirkan bibir dan berpaling membelakangi
Selendang Kubur, menatap ke arah bangunan berbenteng hitam keabu-abuan itu.
Selendang Kubur menghempaskan napas jengkel, ia
perdengarkan geram dari mulutnya. Saat ia ingin
bergerak maju, tangan Pujangga Keramat menghalangi
langkahnya. Selendang Kubur cepat menatap.
"Biar kubuktikan bahwa aku mampu menebas batang
lehernya!"
"Tak perlunya ada!" kata Pujangga Keramat.
Peri Malam balikkan badan, lalu berkata pada
Selendang Kubur, "Tepat apa kata dia, tak perlu kau
tebas batang leherku untuk saat ini. Kau hanya akan
buang-buang waktu dan tenaga. Aku tahu, saat ini waktu
dan tenagamu amat berguna buat loloskan Suto keluar
dari benteng itu! Tapi ketahuilah, Selendang Kubur... tak
semudah menimba air jika kau ingin loloskan Pendekar
Mabuk keluar dari benteng itu. Kau harus berhadapan
dengan Nyai Lembah Asmara yang punya ilmu cukup
tinggi, dan lebih tinggi dari kita bertiga! Kau akan mati
sia-sia jika nekat masuk ke sana dan mencari Suto."

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Mati itu nomor sepuluh. Nomor satu adalah loloskan


Suto dari cengkeraman mesra Nyai Lembah Asmara!"
Selendang Kubur ucapkan kata itu dengan mata
menyipit dendam.
"Itu pun tak mudah kau lakukan," kata Peri Malam
sambil lepaskan tawa mengikik. "Kau akan mati sebelum
sampai berhadapan dengan Nyai Lembah Asmara. Dia
punya anak buah berilmu tinggi semua. Tak ada yang
bisa masuk ke sana untuk menarik keluar Suto kecuali
aku!"
"Cuih...!" Selendang Kubur meludah ke samping.
"Ilmu kanuraganmu belum ada seujung kuku hitamku,
beraninya berlagak mau selamatkan Pendekar Mabuk
dari dalam sana?! Bercerminlah dulu, Peri Malam!"
"Jangan remehkan aku, Setan!" geram Peri Malam.
"Nyatanya beberapa kali kau bertemu denganku, kau tak
sanggup mengalahkan aku! Kalau aku tak punya rasa
kasihan padamu, sudah sejak kemarin nyawamu kukirim
ke neraka!"
"Mulut besar! Mari kita buktikan sekarang, siapa
yang harus pergi ke neraka. Kau atau aku! Hiaaat...!"
Selendang Kubur sentakkan kaki kirinya ke tanah dan
tubuhnya melayang terbang ke arah Peri Malam. Kaki
kanannya lurus ke samping dan berusaha menendang
kepala Peri Malam dengan tendangan miring.
"Hup...!"
Plak...!
Peri Malam sedikit lompatkan badan sambil kibaskan
tangannya untuk menangkis kaki Selendang Kubur.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Tangkisan itu cukup pelan, tapi membuat Selendang


Kubur terjengkang jatuh. Sementara itu, Peri Malam
sigap kembali berdiri, menunggu serangan berikutnya.
Selendang Kubur bisikkan kata di hatinya, "Lumayan
juga tangkisan tangannya. Dia salurkan tenaga dalamnya
tadi hingga bikin kakiku sedikit kesemutan!"
Di sisi lain, Peri Malam juga bisikkan kata dalam
hatinya, "Setan! Linu juga tulangku menangkis
tendangannya. Pasti dia salurkan tenaga dalamnya ke
kaki. Agaknya dia tidak main-main! Aku harus lebih
waspada lagi."
Melihat Selendang Kubur bangkit kembali, Peri
Malam segera sentakkan kaki ke tanah dan melesat naik
tubuhnya, berjungkir balik satu kali di udara.
Wuuus...!
Tepat pada saat itu, Selendang Kubur pun melesat
naik ke udara dan bersalto satu kali di udara. Wusss...!
Kedua tangan mereka siap di udara dengan tenaga
dalam yang tidak main-main. Wajah mereka sama-sama
tampakkan kegeraman dan nafsu untuk saling
membunuh.
Tiba-tiba Pujangga Keramat hentakkan kakinya ke
tanah dan lompatlah tubuhnya melayang maju ke
pertengahan antara dua perempuan itu. Dengan cepat
kedua kaki Pujangga Keramat sentakkan kaki ke kiri dan
ke kanan secara bersamaan.
Beegh... begh...!
Dua tendangan samping yang dilakukan secara
serentak itu mengenai perut dua perempuan itu.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Tendangan tersebut juga bukan tendangan main-main.


Buktinya dua-duanya sama-sama tersentak ke belakang,
bahkan sama-sama membentur pohon.
Jleeg...! Pujangga Keramat kembali berdiri sigap di
tanah setelah melakukan tendangan serentak, ia pandangi
kedua perempuan yang saling menahan rasa mual di
perut mereka, dan berusaha sama-sama berdiri lagi.
"Kebo dekil!" sentak Peri Malam. "Mengapa kau ikut
campur urusan kami, hah? Ini urusan perempuan!"
"Tak maksud punya aku ikut campur. Hanya aku
sekadar unjukkan rasa tak suka aku perselisihan kalian
dengan!"
"Ngomong apa kau ini, hah?!" Peri Malam makin
menyentak.
"Singkir dulu permusuhan!" kata Pujangga Keramat
kepada Selendang Kubur, lalu palingkan wajah pada Peri
Malam dan ucapkan kata,
"Sama-sama kalian punya ingin, sama-sama
selamatkan Suto, jadi sama-sama kalian satukan untuk
kekuatan menyerang!"
"O, kau berharap kita bersatu menyerang benteng itu
untuk selamatkan Pendekar Mabuk?!"
"Ya. Itulah maksud yang aku!"
"Selendang Kubur!" ketus Peri Malam setelah merasa
tetap bingung mengartikan kata-kata Pujangga Keramat.
"Coba jelaskan apa maksudnya?"
"Dia ingin kita bersatu menembus benteng itu,
membawa lari Suto!"
"Hmm...! Lalu, kau sendiri bagaimana?"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Gagasannya cukup bagus. Kita satukan kekuatan


kita untuk mengalahkan Nyai Lembah Asmara. Kita
keluarkan Suto dari sana. Setelah itu kita adu nyawa
kita, siapa hidup dapatkan Suto!"
"Baik! Aku setuju!" jawab Peri Malam dengan tegas,
tanpa ada sedikit pun keraguan dan kegentaran.
*
* *
7
ORANG-ORANG Bukit Garinda seperti hanyut
dalam mimpi semua saat melihat kedatangan Suto
Sinting. Tak ada mata yang berkedip ketika Pendekar
Mabuk melintas di depan mereka di bawah pengawalan
Maharani dan Putri Alam Baka.
Suto dibawa masuk ke sebuah ruangan lebar beratap
tinggi, mempunyai pilar-pilar kokoh dan lantai yang
mengkilap. Agaknya ruangan itu merupakan bangsal
pertemuan bagi mereka. Di sana hanya ada satu tempat
duduk yang menyerupai singgasana raja berwarna
kuning keemasan. Letaknya pada lantai yang bertangga
empat baris. Lebih tinggi dari lantai lainnya.
Tepat di belakang singgasana itu ada lorong bertirai
kain ungu. Dari lorong itu segera muncul seorang
perempuan bertubuh tinggi dan sekal. Wajahnya cantik
namun berkesan keras. Pakaiannya hijau pupus, atau
hijau muda dengan mengenakan pakaian model jubah
warna merah dadu. Rambutnya panjang diriap,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

mengenakan mahkota kecil berhias batu-batuan permata


putih, ia juga mengenakan kalung permata bersusun dua,
gelang gemerincing di tangan kanan-kiri dan anting
panjang berkilap sebagai pelengkap perhiasannya.
Ia mempunyai bentuk wajah lonjong; berhidung
mancung, bibirnya agak tebal dan lebar, ia mempunyai
mata lebar berbulu lentik. Tepian matanya berwarna
hitam, menampakkan kesan buas dan galak.
Orang itulah yang dihormati oleh mereka sebagai
Nyai Lembah Asmara. Ketika ia muncul dari lorong
bertirai ungu, semua yang ada di situ merendahkan
badan dengan satu kaki berlutut di lantai dan kepala
menunduk sekejap. Hanya Suto yang masih berdiri
sambil pandang kanan-kiri dengan heran dan kagum
melihat bangunan mewah itu. Ia bahkan tidak begitu
tertarik untuk memperhatikan Nyai Lembah Asmara
yang segera duduk di singgasananya.
"Putri Alam Baka!" Nyai Lembah Asmara mengawali
suaranya yang lantang. "Di mana Perawan Sesat yang
kau kawal itu?"
"Dia melakukan pembangkangan, Nyai!"
Wajah sang Nyai tampak makin mengeras menahan
amarah mendengar kabar tersebut, ia menggeram,
"Sudah kuduga sebelumnya!" Kemudian ia serukan kata
kepada Putri Alam Baka,
"Apa tindakanmu terhadap dia?!"
"Membunuhnya."
"Bagus! Ha ha ha...!" Nyai Lembah Asmara tertawa
lepas, berkesan kasar dan liar. Maharani dan Putri Alam

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Baka saling pandang dalam senyum kebanggaan. Hanya


Suto yang tidak tertawa karena merasa heran saat
memandangi Nyai Lembah Asmara itu.
"Di mana orang yang bernama Dyah Sariningrum?"
pikir Pendekar Mabuk, "Sejak tadi tak kulihat wajah
Dyah Sariningrum. Apakah Perawan Sesat telah
menipuku?"
Terdengar suara Nyai Lembah Asmara serukan tanya
kepada Putri Alam Baka,
"Siapa pemuda yang kau bawa ini, Sumbi?!"
"Orang bawaan Perawan Sesat. Siapa lagi dia kalau
bukan Pendekar Mabuk, lelaki tanpa pusar yang Nyai
cari-cari itu."
"Ha ha ha ha...! Bagus, bagus, bagus...!" makin
meledak tawa Nyai Lembah Asmara, makin tampak
kegirangannya, makin terpana pula ia memandangi
Pendekar Mabuk. Kejap berikutnya ia melambaikan
jemarinya yang berkuku panjang dan runcing, ia
memanggil Suto agar mendekatinya.
"Datanglah kemari, Suto. Dekatlah padaku."
Suto diam dengan mata merah bagai orang
mengantuk karena mabuk. Mulutnya sedikit terbuka
berkesan bengong, seakan tidak mengerti apa maksud
kata-kata Nyai Lembah Asmara.
"Dekatlah padaku, Suto!" suara Nyai agak meninggi,
ini menandakan ia mulai tak sabar lagi.
Putri Alam Baka segera bangkit dan mendekati Suto,
lalu ia bisikkan kata ke telinga Suto.
"Kau dipanggil. Dekatlah sana!"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Siapa?"
"Kau...!"
"Ah, aku tak pernah butuhkan dia," kata Pendekar
Mabuk bersuara sumbang. "Kalau dia butuh aku, biarlah
dia yang mendekatiku."
"Jangan bikin dia marah, Suto! Cepatlah
mendekatinya."
"Tak mau! Aku tak butuh dia!" Suto Sinting
bersungut-sungut dan buang muka. Sikap Suto
mencemaskan hati Maharani, Putri Alam Baka, dan
orang-orang yang ada di situ. Selama ini tak ada orang
yang berani menolak panggilan Nyai Lembah Asmara.
Penolakan itu bisa membuat Nyai menjadi murka.
Tapi agaknya Nyai Lembah Asmara tidak bersikap
seperti biasanya, ia justru tertawa semakin kegirangan
melihat Suto menolak panggilannya, ia berseru kepada
anak buahnya,
"Lihat! Lihatlah dia! Penolakannya itu menandakan
bahwa ia tidak mudah tertarik dengan seorang
perempuan. Itu pertanda dia punya harga diri yang cukup
tinggi dan sudah sepantasnya aku mendapatkan pria
yang punya harga diri tinggi. Penolakannya itu
menandakan pula bahwa dia... masih perjaka! Ha ha
ha...!"
Yang lain ikut tertawa bagai mendukung
kegembiraan Nyai Lembah Asmara. Tapi Suto tetap
tidak mau ikut tertawa, ia bahkan menatap tiap wajah
yang ada di situ, mencari seraut wajah yang pernah ia
temui di alam semadinya, juga yang sering hadir di alam

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

mimpinya. Wajah itu adalah wajah Dyah Sariningrum.


Nyai Lembah Asmara bangkit dan langkahkan kaki
menuruni tangga dengan pelan-pelan. Sisa tawanya
masih sesekali terdengar bagaikan gumam, ia mendekati
Suto dengan tatapan mata yang tajam berseri-seri. Orang
yang ada di dekat Suto segera menyingkir jauh, memberi
jalan untuk sang Nyai Lembah Asmara.
"Perkasa sekali...," ucap sang Nyai Lembah Asmara
dengan suara mirip orang mendesah kagum. "Tampan,
gagah, dan sungguh menggairahkan...!"
Nyai Lembah Asmara mengelilingi Suto Sinting
dengan sorot pandangan mata tak berkedip. Suto hanya
diam dengan sedikit mulut terbuka melongo, sambil
matanya ikut memandangi Nyai Lembah Asmara dengan
perasaan heran.
"Lihat ototnya," kata Nyai kepada Maharani,
"Ototnya tampak keras, besar, tapi halus lembut. Lakilaki gagah perkasa seperti inilah yang akan memberiku
keturunan seorang penerus kesaktianku. Dia yang akan
merajai seluruh kekuatan di rimba persilatan. Dia tak
akan ada tandingnya! Dan anakku nanti jika perempuan
tentu akan secantik ibunya, jika lelaki tentu akan
setampan ayahnya."
Wajah mereka berseri-seri, seakan ikut menyambut
rencana kehadiran sang bayi dengan gembira. Nyai
Lembah Asmara semakin bangga melihat wajah-wajah
anak buahnya berseri gembira, dia semakin yakin bahwa
sebentar lagi dia akan mempunyai keturunan dari
seorang pendekar tampan yang bertubuh kekar perkasa

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

itu.
"Kalian tahu!" serunya lagi, "Pendekar Mabuk inilah
satu-satunya lelaki yang bisa memberiku keturunan,
sebab ia lelaki tanpa pusar. Kalian tahu kehebatan lelaki
tanpa pusar? Oh, dia adalah orang yang punya napas
panjang, tidak cepat lelah, punya ketangguhan dalam
bercinta dan punya kesanggupan memberikan
kehangatan."
"Woww...!" mereka menyahut serempak penuh
ungkapan rasa kagum.
"Tapi sayang, hanya aku yang bisa menikmati dia!
Karena dia laki-laki istimewa yang tak bisa kubagikan
kepada Putri Alam Baka, atau kepada Maharani, atau
kepada kalian semua!"
Suto tak peduli celoteh itu. Dengan tenangnya ia buka
tutup bumbung tuak, dan ia tenggak beberapa teguk
dengan rasa lega. Mata mereka memandang tanpa kedip.
Sebagian perempuan yang ada di situ saling berdebardebar gemas ketika melihat Pendekar Mabuk dongakkan
kepala untuk menenggak tuak dalam bumbung.
Pendekar Mabuk yang tampak bidang dadanya,
kelihatan lebih perkasa dan menggairahkan.
Nyai Lembah Asmara tersenyum-senyum dan berkata
kepada Maharani,
"Aku sudah tak tahan lagi. Bawa dia ke kamarku,
Maharani! Tapi awas, jangan sampai kau menyentuhnya
lagi. Dia sudah menjadi kekuasaanku, dari ujung rambut
sampai ujung kakinya!"
"Baik, Nyai!" Maharani berikan hormat pertanda

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

patuh dan taat. Lalu ia bicara kepada Suto,


"Mari kuantar ke kamar, Suto!"
"Ke mana...?!" mata Suto makin sayu.
"Ke kamar peraduan," jawab Maharani. "Nyai sudah
tak bisa bersabar lagi. Kau harus segera masuk ke kamar
peraduan bersama beliau!"
"Aku kemari bukan mencari kamar," kata Suto
Sinting. "Aku mencari kekasihku yang selalu hadir
dalam mimpiku!"
Nyai Lembah Asmara menyahut, "Akulah
kekasihmu, Suto!"
"Bukan! Kau bukan kekasihku. Wajahnya tidak
seperti kamu! Dia lebih cantik dan lebih anggun
dibandingkan dirimu, Nyai!"
Maharani mundur dari Suto ketika dilihatnya wajah
Nyai Lembah Asmara menegang. Mata Nyai Lembah
Asmara mulai memancarkan murka yang tertahan. Nyai
Lembah Asmara mendekati Suto, sementara Suto masih
berdiri dengan tubuh goyang karena mabuk. Agaknya
Nyai berusaha menahan murkanya dengan napas ditarik
dalam-dalam dan diendapkan di dalam dada. Saat itu,
Suto Sinting berkata sumbang,
"Aku kecewa datang ke sini! Perawan Sesat
mendustaiku. Aku kecewa ketemu kamu, Nyai!"
"Kekecewaanmu akan sirna setelah kita berada di
dalam kamar!" kata Nyai Lembah Asmara geram.
Pendekar Mabuk gelengkan kepala sambil bersungutsungut. "Kurasa sama saja. Di dalam kamar dan di luar
kamar, sama saja kau bikin aku kecewa, karena kau

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bukan orang yang ada dalam mimpiku!"


"Aku bisa hadir kapan saja kau ingin kehadiranku,
Suto!"
Suto kembali gelengkan kepala. "Aku mau pulang
saja," katanya seenaknya, ia melangkah dengan limbung.
Nyai Lembah Asmara segera mencekal lengan Suto.
Ditariknya tubuh itu, didekatkan wajahnya, ditatapnya
lekat-lekat, lalu dengan nada geram ia berkata,
"Kekasihmu ada di dalam kamar, Suto!"
"Benarkah begitu?" Pendekar Mabuk tampak tertarik.
Nyai Lembah Asmara memanfaatkan itu dengan berkata,
"Dia sudah menunggumu lama di sana."
"Kalau begitu, antarkan aku ke kamar!"
Nyai Lembah Asmara tersenyum lebar. Maka ia pun
segera menggandeng Suto dan melangkahkan kaki
menuju lantai yang tinggi, melewati singgasana,
menerobos tirai ungu, dan hilang ke dalam lorong
tersebut.
Orang-orang yang ada di luar, di sekeliling Maharani
dan Putri Alam Baka, mulai bergaung seperti lebah.
Mereka saling memuji ketampanan Pendekar Mabuk,
mereka saling menyanjung daya pikat Suto yang
membakar gairah mereka. Bahkan di salah satu sudut
ada perempuan yang berusaha memuaskan khayalan
indahnya bersama Suto.
Kamar peraduan Nyai Lembah Asmara sangat indah,
luas, dan bersih. Baunya wangi cendana. Di sana ada
pembaringan yang berlapis sutera merah jambu, empuk,
dan lebar. Lantainya berlapiskan permadani tebal warna

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

hijau muda. Ruangan itu diterangi oleh cahaya api dari


tungku berbatu bara yang ada di sisi kanan-kiri ruangan.
Sungguh romantis sebenarnya suasana di peraduan itu,
sayangnya Suto tidak tergugah kemesraannya, ia bahkan
masih bingung mencari kekasihnya di dalam kamar
tersebut.
"Mana kekasihku? Tak kulihat ada di kamar ini!"
katanya seperti bicara sendiri, tapi didengar oleh Nyai
Lembah Asmara.
"Akulah kekasihmu, Suto," kata Nyai Lembah
Asmara sambil melepas mahkota dan melepas pula
jubah merah jambunya.
Suto bersungut-sungut memandangnya, lalu berkata,
"Bukan kamu! Sudah kubilang wajahnya lebih cantik
dan lebih menggairahkan dari dirimu, Nyai!"
"Jangan bicara begitu, Suto. Itu sama saja kau
membangkitkan amarahku!"
"Aku tidak peduli! Memang menurut penilaianku dia
lebih cantik dari dirimu, Nyai! Aku tak mau bohongi
diriku sendiri."
"Jangan banyak bicara, Suto! Sebaiknya lekas lepasi
pakaianmu. Aku sudah tak sanggup menahan gejolak
hasratku untuk mencumbumu!" sambil Nyai Lembah
Asmara mendekat, ia meraih pundak Pendekar Mabuk,
menatap dengan mata berbinar-binar penuh gairah.
Suto Sinting mengelak dan melangkah ke perapian.
"Kau bohong padaku, Nyai. Kau sama dustanya dengan
Perawan Sesat.
Napas panjang ditarik oleh Nyai Lembah Asmara

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

untuk meredam kemarahannya. Selama ini belum pernah


ada lelaki yang menolak ajakan mesra Nyai. Belum
pernah ada lelaki yang menjauhi saat Nyai Lembah
Asmara mendekatinya. Tapi kali ini Suto ternyata berani
melakukan hal itu. Nyai merasa terhina, tapi ia tetap
meredam amarahnya, karena ia berpikir,
"Mungkin ciri-ciri lelaki tanpa pusar memang begini.
Harus ditundukkan dulu sebelum ia memberiku
keindahan yang kudamba!"
Pendekar Mabuk meneguk tuaknya lagi. Sisa air tuak
di bibir disapu dengan tangan kirinya. Bumbung itu
dipegang
dengan
tangan
kiri.
Kemudian
dilangkahkannya kaki mendekati pintu.
"Aku mau pulang!" ucapnya kemudian.
Nyai Lembah Asmara segera melompat ke depan
Suto. Melihat Nyai menghadang langkahnya, Suto
berkata dengan tubuh limbung.
"Minggirlah, Nyai. Aku mau keluar dari kamar ini."
"Berbaringlah di ranjangku, Suto. Kau akan
kuterbangkan tinggi-tinggi mencapai awan-awan indah.
Kita akan berlayar mengarungi lautan cinta yang penuh
dengan kenikmatan dan kemesraan, Suto!"
"Aku tidak bersedia, Nyai!"
"Jangan bantah perintahku, Suto!" Nyai Lembah
Asmara menyentak agak pelan.
"Aku tak mau tunduk dengan perintah siapa pun,
kecuali perintah dari guruku dan kekasihku!"
"Kau memancing kemarahanku, Suto. Kau akan
menerima akibatnya!"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Aku tak menghendaki keributan di antara kita. Tapi


kalau kau mau lampiaskan marah padaku, silakan saja,
Nyai! Aku juga bisa lampiaskan kekecewaanku atas
kebohonganmu itu!"
Mata Nyai Lembah Asmara mulai menyipit tanda
menahan kemarahan yang dalam. Tangannya
menggenggam kuat, napasnya mulai tak teratur. Suto
masih memandang dengan mata sayu tanpa senyum.
Sesekali tubuhnya tersentak karena cegukan.
Tiba-tiba kaki kanan Nyai Lembah Asmara bergerak
menyentak ke depan, menendang dada Suto. Beegh...!
Dada Suto terkena tendangan itu dengan telak. Pendekar
Mabuk tersentak ke belakang, mundur tiga tindak. Tapi
ia justru tersenyum dalam keadaan masih tetap berdiri
walau tubuhnya limbung.
"Tak seberapa berat tendanganmu, Nyai. Adakah
yang lebih berat lagi dari yang tadi?" kata Suto Sinting
sambil menyunggingkan senyum.
"Aku tak ingin mencelakai dirimu, Suto!"
"Kenapa? Bukankah kau marah padaku?"
"Memang kau adalah lelaki yang menjengkelkan.
Seharusnya kau menerima hukuman dariku. Tapi kau
adalah pembenihku. Aku tak akan hancurkan
pembenihku sendiri."
"Pembenih? Apa itu pembenih?" Pendekar Mabuk
kerutkan dahi.
"Aku harus dapatkan benih kesuburan darimu, supaya
aku bisa mengandung dan melahirkan keturunanku."
"Mengapa aku yang kau pilih?"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Jika bukan kamu, tak akan bisa aku mengandung


bayi. Kau adalah lelaki tanpa pusar. Menurut guruku,
aku hanya bisa mengandung dari benih lelaki tanpa
pusar. Kaulah orangnya, Suto."
"Jadi aku dibawa ke sini hanya untuk menjadi
pembenih? Hanya untuk memberimu keturunan?"
"Ya!" jawab Nyai Lembah Asmara tegas. "Di
samping itu... hatiku sesungguhnya telah terpikat
padamu begitu kutatap dirimu dari singgasana tadi."
Pendekar Mabuk tertawa terkekeh dengan suara
sumbang karena mabuknya itu.
"He he he... cepat sekali kau terpikat pada seorang
pria, Nyai. Alangkah murahannya hatimu itu!"
"Baru sekarang kualami perasaan itu, Suto! Kepada
lelaki lain aku hanya terpikat karena birahi semata.
Kepadamu, bukan hanya karena birahi yang ingin
dipenuhi, tapi karena hati yang selama ini kosong dan
ingin dipenuhi cinta seorang lelaki sepertimu!"
"He he he he...! Rayuanmu merontokkan gunung
batu, Nyai. Tapi tak akan bisa melelehkan hatiku.
Sebaiknya, lupakan saja tentang pembenih. Carilah
lelaki lain yang tanpa pusar! Aku tidak mau
melayanimu, Nyai. Aku harus segera pergi dari sini!"
"Suto...!" sentak Nyai Lembah Asmara mulai
tampakkan ketidaksabarannya. "Kau tak punya pilihan
lain. Kau harus mau memberiku benih dan melayani
asmaraku, Suto! Kalau sekali lagi kau menolaknya, kau
akan menyesal!"
"Aku pilih menyesal," kata Pendekar Mabuk semakin

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

nekat bicara. Kata-kata itu membuat Nyai Lembah


Asmara semakin geram, penuh dengan kejengkelan hati.
Crrap...! Tiba-tiba dari mata lebar Nyai Lembah
Asmara memancarkan sinar ungu dalam sekejap. Sinar
itu menembus masuk ke bola mata Suto yang mengantuk
itu. Suto merasa silau sejenak dan kibaskan tangannya,
tapi sinar ungu itu sudah telanjur masuk ke dalam kedua
bola matanya. Sinar ungu itulah yang dikhawatirkan
Betari Ayu sebagai sinar 'Racun Darah Asmara'.
Tubuh Pendekar Mabuk tiba-tiba merasa panas.
Keringat pun mulai bermunculan dari tiap pori-pori
tubuhnya. Jantungnya berdetak cepat, hatinya berdesirdesir. Dalam hati Suto Sinting bertanya pada diri sendiri,
"Kenapa aku ini? Mengapa aku jadi berdebar-debar
dan darahku seperti sedang mengalir dengan cepatnya.
Oh, begitu indahnya wajah di depanku itu. Alangkah
menggairahkannya perempuan ini. Aku-aku terpikat
olehnya. Oh, aku jadi ingin memeluknya. Aneh sekali.
Ini pasti gairah yang hadir di luar kemauan hati kecilku.
Oh, aku telah terkena kekuatan hitam yang membuat
gairahku meledak-ledak. Aku harus melawan! Harus
melawan."
Tapi ketika Pendekar Mabuk didekati Nyai Lembah
Asmara, ia tidak mengelak dan diam saja menerima
sentuhan jemari Nyai Lembah Asmara di bagian
dadanya. Bahkan ketika Nyai Lembah Asmara sedikit
tengadah kepala dengan bibir merekah, Suto
memandangnya makin penuh gairah.
"Ciumlah aku...," perintah Nyai Lembah Asmara

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bernada bisik.
Suto pun mencium bibir itu. Mengecup dan
melumatnya yang segera mendapat perlawanan tak kalah
panas dari Nyai Lembah Asmara sendiri. Hanya saja di
dalam hati Suto, terlintas pertanyaan-pertanyaan yang
menggundahkan hatinya.
"Mengapa aku mau? Mengapa aku menurut?
Mengapa bibir ini kupagut? Apakah aku harus pasrah
dan membiarkan hasratku dipenuhi oleh kehangatan
tubuhnya? Ah..., mengapa jiwaku jadi bimbang begini?!"
Pendekar Mabuk menurut ketika tubuhnya di dorong
ke belakang dan jatuh terbaring di ranjang empuk itu.
Blukkk...! Nyai Lembah Asmara menerkamnya.
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/
8
CINTA mengamuk di hati dan jiwa Nyai Lembah
Asmara. Amukan cinta itu begitu gemuruhnya, hingga
menutup kedua gendang telinga Nyai Lembah Asmara
dari seruan dan pekikan di luar kamar. Apalagi saat itu
Pendekar Mabuk pun tampak ingin meronta dan
melawan kekuatan racun Darah Asmara dengan
kekuatan batinnya.
Suara-suara pekik, jerit, dan seruan keras itu datang
dari orang-orang yang sedang menghadapi tiga sosok
manusia nekat, yaitu Pujangga Keramat, Selendang
Kubur, dan Peri Malam. Mereka mengamuk di pintu
gerbang, lalu menerobos masuk membantai orang-orang

yang menghalangi langkah mereka.


Jarum beracun milik Peri Malam mulai beraksi
kembali. Bambu kecil berukuran yang sejengkal yang
selalu diselipkan di belahan dadanya itu meluncurkan
jarum beracun saat bambu itu ditiup oleh Peri Malam.
Banyak leher yang jadi sasaran jarum beracun itu dan
membuat korbannya membusuk lalu mati.
Selendang putih milik murid Nyai Betari Ayu itu pun
melecut ke sana-sini. Selendang Kubur mengamuk
bersama
selendang
pusakanya
yang
mampu
mengeluarkan percikan api petir dan menyambar kepalakepala anak buah Nyai Lembah Asmara, ia sengaja
belum mau menggunakan pedang Jalaganda-nya, karena
pedang itu dipersiapkan untuk melawan Nyai Lembah
Asmara yang kesohor keji dengan tingginya ilmu yang
dimiliki.
Pujangga Keramat pun tak mau hanya sebagai
penonton, ia sebagai pelayan dari si Gila Tuak, gurunya
Suto Sinting, merasa lebih bertanggung jawab terhadap
keselamatan Suto. Karena itu, ia menerobos masuk ke
bangsal pertemuan mencari Suto di sana.
"Cari Suto di dalam, biar aku dan Peri Malam yang
menghadapi tikus-tikus ini, Paman!" seru Selendang
Kubur sebelum Pujangga Keramat menerobos masuk ke
bangsal pertemuan.
Sampai di sana ia berseru, "Sutooo...! Di mana ada
kau, Suto!"
Tiba-tiba dari arah samping melesatlah gelombang
panas yang menuju ke arah Pujangga Keramat. Wuuss...!

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Pukulan jarak jauh disentakkan dari kipas Maharani.


Merasakan adanya gelombang hawa panas yang ingin
menghantamnya, Pujangga Keramat segera sentakkan
kaki dan lompat tinggi dengan bersalto di udara satu
kali. Tapi tangannya pun bergerak menyentak ke arah
samping memberi pukulan jarak jauh sebagai balasan
Wuugh...! Pukulan ini lebih besar dari milik
Maharani. Tapi Maharani sangat waspada dan sudah
menduga hal itu akan terjadi. Maka sebelum pukulan itu
itu melesat lebih jauh, Maharani sentakkan kakinya ke
lantai dan tubuhnya melenting di udara.
Hiaaat...!"
Dueerrr...! Brusss..!
Tenaga dalam Maharani menghantam pilar, tenaga
dalam Pujangga Keramat menghantam dinding. Pilar
menjadi gompal, dinding menjadi retak. Tapi keduanya
tak pernah peduli. Keduanya sudah saling berhadapan
dan siap menyerang sewaktu-waktu.
"Suto mana?!" sentak Pujangga Keramat.
"Kau langkahi bangkaiku baru kau bisa melihat di
mana Suto!' kata Maharani sambil tetap membuka
kipasnya di dada. Kedua kakinya merenggang rendah,
satu tangannya naik di atas kepala.
Pujangga Keramat menggeram. "Mati kau jangan aku
salahkan."
Setelah berkata demikian, Pujangga Keramat
melejitkan tubuh ke depan dengan tangan siap
dihantamkan. Maharani pun segera sentakkan kaki dan
tubuhnya melayang naik, melesat cepat dengan kipas

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

terbuka di depan. Saat Pujangga Keramat hantamkan


kedua tangannya Maharani menahan pukulan itu dengan
kipasnya.
Braagh.. !
Wuusssh...!
Tubuh mereka sama-sama terpental ke belakang,
sama-sama jatuh ke lantai, hampir membentur pilar. Tapi
keduanya sama-sama jatuh dalam posisi berdiri
merendah.
"Haaaghh...! Pujangga Keramat hembuskan napas
berat untuk mengumpulkan tenaganya kembali.
Sama juga yang dilakukan oleh Maharani, hanya saja
hembusan napas berat Maharani tak menimbulkan
bunyi.
"Besar juga tenaga dalamnya," pikir Maharani. "Siapa
orang ini? Aku tak pernah melihatnya! Tapi agaknya ia
punya urusan penting dengan Pendekar Mabuk.
Mungkin juga ada hubungan lain dengan Suto. Aku tak
boleh gegabah melawannya."
Pujangga Keramat menggerak-gerakkan tangan di
depan wajah sampai kesepuluh jarinya menjadi keras
sekali. Ketika tangan kanannya ditarik sampai di telinga,
tangan kirinya tetap sedikit terlipat di depan dada, ia
berhenti dari segala gerakannya. Matanya memancarkan
penglihatan yang tajam dan bernafsu untuk membunuh.
"Suto katakan di mana?!" bentaknya.
"Sudah kubilang, Suto ada di balik bangkaiku!"
"Hiaaat...!" Pujangga Keramat bagaikan terbang
menuju lawannya. Maharani pun cepat jejakkan kaki lagi

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dan melesat terbang menyambut kehadiran jurus


lawannya.
Tapi tiba-tiba sebelum mereka saling bertemu,
seberkas sinar putih keperakan melesat cepat
menghantam tubuh Pujangga Keramat.
Craas...!
"Haagh...!" Pujangga Keramat lebarkan mata. Sinar
putih itu bagai mata pedang yang amat tajam. Merobek
perutnya dari pinggang kanan sampai ke pinggang kiri.
Tak disangkal lagi, tubuh itu pun jatuh tanpa daya.
Darah memercik ke mana-mana. Pujangga Keramat
masih sempat erangkan suara dan berusaha bangkit.
Namun baru satu kaki yang bisa menapak, ia sudah
rubuh lagi tak berkutik selamanya.
Maharani cepat gerakkan kepalanya berpaling ke
samping. Di sana ada wajah Putri Alam Baka yang
sedang berdiri dingin dan tajam tatap matanya. Putri
Alam Baka serukan kata,
"Terlalu lamban kau, Maharani! Dalam satu jurus
orang itu sebenarnya harus sudah bisa kau robohkan!"
"Dia terlalu kuat untukku!"
"Omong kosong! Kau hanya coba-coba tadi. Terlalu
lama untuk membunuh orang macam dia!"
"Baiklah! Aku memang terlalu lamban untuk kali
ini!"
Putri Alam Baka bergegas langkahkan kaki menuju
luar sambil ia berkata,
"Hancurkan dua kunyuk tak tahu sopan itu! Salah
satunya kukenal dia sebagai Sundari! Bekas orang kita

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

yang lari menjadi murid si Mawar Hitam!"


"Tapi kita tidak punya urusan dengan penguasa Pulau
Hantu itu!" kata Maharani sambil ikuti langkah Putri
Alam Baka dan lompati mayat Pujangga Keramat.
"Tak peduli apa urusan mereka mengamuk di sini,
tugas kita adalah hancurkan mereka jika perlu tanpa sisa
sedikit pun!"
Selendang Kubur sedang terpojok di salah satu
bangunan seperti barak, ia menghadapi tiga lawannya
yang bersenjata tombak semua. Selendangnya berkelebat
cepat bagaikan kilat, menyambar ke sana-sini, dan
akhirnya tiga lawannya itu pun tumbang tak berkutik
lagi.
Baru saja ia hendak lentingkan tubuh menuju ke arah
Peri Malam yang dikeroyok oleh lima lawan itu, tibatiba sesosok tubuh meluncur turun dari atap barak.
Jleeg...! Orang itu berdiri di depan Selendang Kubur
dengan mata memandang tajam.
"Nyai...?!" sentak Selendang Kubur. Ia terkejut sekali
memandang orang yang muncul di depan itu. Sekejap ia
tak bisa bicara. Orang yang ada di depannya itu cepat
ulurkan tangan dan berkata, "Serahkan pedang itu!"
"Tidak bisa, Nyai. Saya sudah siap mati demi
Pendekar Mabuk!"
"Jangan bodoh, Selendang Kubur! Serahkan pedang
itu padaku!"
Selendang Kubur sempat sangsi dan ragu-ragu. Kalau
saja yang meminta orang lain, sudah pasti ia tak raguragu untuk mempertahankan. Tapi kali ini yang

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

memintanya adalah gurunya sendiri, Nyai Betari Ayu.


Selendang
Kubur
punya
rasa
takut
untuk
mempertahankan pedang Jalaganda itu, ia memang tidak
pernah menduga Nyai Betari Ayu mau turun tangan
untuk urusan di Bukit Garinda itu.
''Nyai, saya...."
"Serahkan pedang itu, dan aku yang akan menghadapi
Nyai Lembah Asmara!" kata Betari Ayu tanpa senyum
dan keramahan seperti biasanya. Selendang Kubur
melihat kemarahan mulai merona di wajah Nyai Guru
Betari Ayu. Selendang Kubur melihat kesungguhan
sikap gurunya yang ingin melawan Nyai Lembah
Asmara itu. Karenanya, Selendang Kubur pun segera
menyerahkan pedang Jalaganda itu kepada Nyai Guru
Betari Ayu.
"Kalau Nyai gunakan pedang itu, berarti Nyai akan
mati di ujung kemenangan," Selendang Kubur
memberanikan diri ingatkan gurunya tentang pusaka
keramat pedang Jalaganda.
Nyai Guru Betari Ayu berkata, "Tidak akan
kugunakan pedang ini!"
"Tapi... tapi Nyai Guru akan kalah menghadap Nyai
Lembah Asmara jika tanpa menggunakan pedang pusaka
itu, Nyai!"
Seorang penyerang bersenjata kapak melesat terbang,
sasarannya adalah punggung Betari Ayu, Selendang
Kubur tersentak kaget melihat serangan mendadak yang
mengancam gurunya itu. Tapi, belum sampai Selendang
Kubur lepaskan pukulan jarak jauhnya, tubuh Nyai Guru

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Betari Ayu sudah lebih dulu berkelebat memutar, tangan


kanannya terangkat tegak di depan mata dengan kelima
jari tangan merapat. Lalu, melesatlah sinar putih
menyilaukan sebesar lidi.
Zuiitt...!
Crrasss...!
Cras, craasss...!
Sinar putih menyilaukan itu menembus tubuh lawan
yang memegang kapak. Orang tersebut jatuh ke tanah,
bagian ulu hatinya berlubang sebesar bumbung tuak
milik Pendekar Mabuk. Orang itu tak bergerak ataupun
bersuara sedikit pun. Matanya tetap mendelik namun
nyawanya telah melesat pergi tinggalkan raga.
Selendang Kubur masih terkesima melihat kekuatan
dahsyat yang dimiliki gurunya. Lebih terbengong lagi
ketika Selendang Kubur mengetahui, dua orang yang ada
di belakang korban pertama itu juga terkena tembusan
sinar putih menyilaukan. Kedua orang yang sedang
melawan Peri Malam itu tumbang tak berkutik dengan
luka bolong seperti luka orang bersenjata kapak tadi.
Rupanya sinar menyilaukan itu bisa menembus dua-tiga
tubuh lawan sekaligus. Dan hal itu belum pernah
disaksikan oleh Selendang Kubur selama ia menjadi
murid Nyai Betari Ayu.
"Tak kusangka Guru mempunyai simpanan ilmu
sedahsyat itu!" katanya di dalam hati.
Sinar putih menyilaukan itu keluar cepat bagaikan
kilat dari sebuah cincin di jari tengah tangan kanan
Betari Ayu. Cincin itulah yang dinamakan Pusaka Manik

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Intan. Melihat keindahan cincin berwarna putih berlian


itu, Selendang Kubur ajukan tanya,
"Mengapa baru sekarang Guru gunakan cincin itu?"
"Karena baru kudapatkan dari Telaga Manik Intan."
"Hah....?!" Selendang Kubur terperanjat. "Jadi...
itukah yang dinamakan Cincin Manik Intan?"
"Betul, Selendang Kubur. Nah, sekarang hadapilah
mereka, aku akan menerobos masuk ke kamar Nyai
Lembah Asmara!"
"Baik, Guru...!"
Seperti kilat tubuh Betari Ayu melesat. Selendang
Kubur masih terkesima dengan cincin pusaka yang
ternyata ada di tangan gurunya.
"Pantas Nyai Guru tidak mau menggunakan pedang
itu tapi berani menghadapi Nyai Lembah Asmara,
rupanya dia sudah punya pusaka lain yang bisa
diandalkan untuk mengalahkan lawannya! Heran sekali
aku, mengapa cincin itu bisa ada di tangan Guru?
Padahal tokoh persilatan sedang memperebutkan cincin
yang seharusnya menjadi milik Suto Sinting itu?!"
Selendang Kubur tak tahu, gurunya telah menyelam
ke dalam Telaga Manik Intan saat Datuk Marah Gadai
mengejar Dirgo Mukti. Sampai cincin itu ditemukan
oleh Betari Ayu, kedua orang itu masih sibuk saling
kejar dan saling adu kekuatan. Betari Ayu cepat
tinggalkan Telaga Manik Intan tanpa diketahui oleh
Datuk Marah Gadai maupun Manusia Sontoloyo, Dirgo
Mukti itu.
Nyai Betari Ayu merasa memperoleh kekuatan yang

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

tak lagi menyangsikan hatinya. Cincin Manik Intan


disematkan di jari tengah kanan. Dengan bersenjatakan
cincin dahsyat itu, ia yakin bisa kalahkan Nyai Lembah
Asmara tanpa harus menggunakan pedang Jalaganda.
Tetapi di ujung tangga menuju bangsal pertemuan,
dua sosok perempuan berwajah garang menghadangnya.
Mereka adalah Maharani dan Putri Alam Baka. Langkah
Betari Ayu pun terhenti karenanya.
"O, rupanya kau yang menjadi biang keributan ini,
Betari Ayu?!"
"Maharani dan Putri Alam Baka!" sahut Betari Ayu
yang sudah mengenal mereka sejak dulu. "Barangkali
dugaan kalian benar, akulah biang keributan ini. Tapi
jika Perawan Sesat, orangmu itu, tidak lebih dulu
melakukan pembantaian perguruanku, aku tidak akan
datang kemari menuntut balas!"
"Kau menuntut balas atau menuntut kembalinya
Suto?' Maharani sunggingkan senyum sinis menyindir.
"Mana yang terbaik, itu yang kuambil!" jawab Betari
Ayu dengan sikap kalem, ia harus bisa menahan luapan
amarahnya agar Cincin Manik Intan tidak
menyemburkan kekuatannya ke sembarang arah. Ia pun
menahan tenaga dalamnya agar tidak mudah terlepas
sebelum cincin itu diarahkan pada sasarannya.
Nyai Betari Ayu tenangkan diri dan tetap bisu
sebelum kedua lawannya bergerak. Mata Betari Ayu tak
pernah lepas dari gerak kewaspadaan. Karenanya, ketika
Maharani tebarkan kipasnya dalam gerakan kecil, Betari
Ayu cepat hadangkan tangan kiri ke depan untuk mena

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

han pukulan jarak jauh yang dilepas kan secara diamdiam itu.
Deeb...!
Pukulan itu bisa tertahan. Maharani mundur setindak
karena tersentak. Tapi dari cincin di tangan kirinya
melesat sinar menyilaukan ke arah samping secara tak
sengaja. Sinar itu mengenai seorang lawan yang sedang
berhadapan dengan Selendang Kubur.
Melihatan kilatan sinar menyilaukan dari cincin itu,
maka Maharani dan Putri Alam Baka terbelalak seketika.
Karena mereka melihat ada satu orang lagi yang rubuh
dalam keadaan tubuh bolong karena terkena tembusan
sinar putih menyilaukan itu. Orang yang rubuh dan
menjadi korban kedua adalah orang yang sedang
berhadapan dengan Peri Malam.
Cepat-cepat
Putri
Alam
Baka
menutupi
kekagumannya dengan sunggingkan senyum sinis di
bibir, ia berkata kepada Betari Ayu,
"Kau pamer ilmu, Betari Ayu? Kau pikir kami takut
dan menjadi gentar melihat pusaka pada cincinmu itu?
Hmm...! Itu satu permainan anak kecil saja!"
"Alangkah memalukan sekali jika murid Nyai
Lembah Asmara akan mati karena permainan anak
kecil!" kata Betari Ayu.
"Mulut congkak! Kau pikir kau mampu menghadapi
kami berdua?!" sentak Maharani.
"Barangkali perlu ditambah gurumu sekalian suruh
menghadapiku! Tak akan mundur setindak pun aku
menghadapi kalian bertiga, yang sepatutnya telah kuusir

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dari tanahku ini!"


"Jahanam...!" geram Maharani. Lalu ia sentakkan
kipasnya dalam keadaan tertutup. Dari ujung kipas itu
keluar sinar merah berkilap melesat ke arah tubuh Nyai
Betari Ayu.
Betari Ayu cepat sentakkan telapak tangan kirinya ke
depan. Cahaya pendar keluar dari telapak tangan itu.
Bersifat menahan cahaya merah dari kipas Maharani.
Tapi ternyata justru cahaya merah itu berbalik arah
setelah membentur cahaya pendar di telapak tangan
Betari Ayu. Wuuugh...!
"Heegh...!" Maharani buka mulut dengan napas
tersentak tertahan. Pukulan dari kipasnya membalik dan
mengenai dirinya, ia jatuh terjengkang ke belakang
dengan sukar bernapas.
Melihat temannya jatuh oleh pukulan tangan kiri
Betari Ayu, Putri Alam Baka segera cabut serulingnya
dari pinggang sambil menggeram.
"Rupanya kau memang cari mampus, Betari Ayu!
Hiaaat...!"
Putri Alam Baka lompatkan diri sambil tebaskan
serulingnya dari atas ke bawah, berhenti ke arah dada
Betari Ayu. Tapi dengan lincah tubuh Betari Ayu
melesat lompat ke samping, dan kakinya menendang
kepala Putri Alam Baka. Plakkk...!
Tendangan itu berhasil ditangkis Putri Alam Baka
yang berkekuatan tenaga dalam. Nyai Betari Ayu
tersentak limbung dan jatuh ke tangga. Putri Alam Baka
cepat lancarkan serangannya yang kedua, setelah

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

serangan pertama terhindar dan justru mengenai tubuh


orangnya sendiri yang sedang berlari ke pintu gerbang.
Wuusss...! Seruling itu diacungkan ke depan, keluar
cahaya kuning dari dalam lubang seruling. Cahaya
kuning itu melesat ke punggung Betari Ayu. Tapi
dengan cepat Betari Ayu palingkan badan dan sentakkan
tangan kirinya dengan telapak tangan terbuka. Cahaya
pendar kembali berkilap dari telapak tangan itu. Tenaga
dalam yang dilepaskan Putri Alam Baka itu membentur
cahaya pendar, dan membalik mengenai dada Putri Alam
Baka. Beeegh...!
"Nggkk...!" Putri Alam Baka tersentak mendelik
ketika ulu hatinya terkena pukulannya sendiri, ia
terhuyung ke belakang dan jatuh.
Nyai Betari Ayu cepat lari tinggalkan mereka, ia
masuk ke bangunan megah itu. Semua pintu ditendang,
didobrak paksa, sambil sesekali menghantam rubuh
orang yang menghalanginya. Dan ketika semua pintu
kamar telah didobrak habis, ternyata Suto tidak
ditemukan di dalamnya, maka Betari Ayu pun masuk ke
lorong bertirai ungu. Satu pintu di kamar lorong itu
didobraknya.
"Hiaaat...!"
Dengan satu tendangan lompat, Betari Ayu
menendang pintu tersebut. Namun sebelum ia
menyentuh pintu, tubuhnya telah terpental ke belakang
dengan sendirinya. Bruukkk...!
"Sial! Rupanya pintu itu dilapisi tenaga dalam
berperisai. Pasti di kamar itulah Suto disekap oleh Nyai

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Lembah Asmara!" pikir Betari Ayu, kemudian ia bangkit


dan segera menyentakkan tenaga dalamnya yang
disalurkan melalui Cincin Manik Intan.
Duaarrr...!
Pintu itu hancur menjadi serpihan-serpihan yang
menebar ke mana-mana. Asap mengepul menghalangi
penglihatan Betari Ayu. Untuk sejenak ia diamkan asap
sampai menipis. Kemudian, kejap berikutnya ia
lompatkan diri masuk ke dalam kamar itu.
Ternyata kamar itu kosong. Tak ada Suto, tak ada
Nyai Lembah Asmara. Tapi keadaan ranjang porakporanda. Barang-barang di situ pun berantakan semua.
Entah karena ledakan pintu tadi atau karena sesuatu hal?
Yang jelas, di sana masih tergeletak jubah merah jambu
milik Nyai Lembah Asmara. Juga sebuah mahkota masih
ada di atas meja dekat ranjang, dan salah satu dinding
kamar itu ternyata jebol membentuk lubang besar.
Apakah dinding itu juga jebol karena sinar dari Cincin
Manik Intan, atau karena hal lain. Nyai Betari Ayu tak
bisa pastikan diri.
"Tapi aku yakin, mereka berdua tadi ada di sini!"
pikir Betari Ayu. "Wulandari pasti membawa Suto
kemari dan bercumbu di sini. Lantas, ke mana ia
membawa Pendekar Mabuk pergi? Apakah mereka
bersembunyi? Lalu di mana letak persembunyian
mereka?!"
*
* *

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

9
BUKIT Garinda menjadi porak-poranda. Di manamana mayat bertebaran bagai sisi lain dari neraka
jahanam. Sebagian dari mereka ada yang sengaja
meloloskan diri, lari tunggang-langgang entah ke mana
tujuannya. Ada yang berusaha menyusuri pantai, ada
pula yang berusaha mendaki ke atas bukit.
Mereka yang belum mati sempat menyerukan erang
kesakitan. Ada yang berusaha bangkit untuk
menyembunyikan diri atau lari, ada pula yang hanya
diam saja menahan sakit sambil menunggu pertolongan.
Sementara yang pingsan tetap saja pingsan, entah kapan
akan siuman.
Yang jelas, sosok tubuh Maharani dan Putri Alam
Baka sudah tak terlihat di anak tangga menuju ruang
pertemuan itu. Entah mereka bersembunyi atau
melarikan diri, yang jelas suasana di situ kembali sepi.
Hanya langkah-langkah kaki Selendang Kubur dan Peri
Malam saja yang tampak melesat ke sana-sini mencari
lawan yang perlu ditumbangkan.
Peri Malam terluka di lengan sisi kirinya. Darah
mengucur dari luka senjata tajam. Tapi ia tidak
menghiraukan. Justru semangatnya kian bertambah.
Selendang Kubur terluka di dada kiri. Biru lebam
dada itu. Tapi agaknya ia juga tidak menghiraukan
lukanya, ia masih tetap memburu mangsa yang perlu
ditumbangkan dengan selendang pusakanya.
Suasana lenggang menimbulkan suara langkah jelas
dari bangsal pertemuan sebuah pedang disambarnya dan

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

berdenting memecah sepi. Kedua wajah cepat berpaling


ke arah suara itu. Peri Malam dan Selendang Kubur
sama siapnya menghadapi serangan dari arah itu.
Tapi ternyata yang muncul adalah Nyai Betari Ayu
dengan mata bergerak liar mencari lawannya. Ketika
mata itu bertatap pandang dengan mata Peri Malam dan
Selendang Kubur, keliaran mata Betari Ayu pun surut.
Tak menjadi segarang tadi, melainkan kembali tampak
bijak dan berwibawa.
"Bagaimana dengan Suto, Nyai?" tanya Selendang
Kubur.
"Hilang entah ke mana!"
"Hilang...?!" Peri Malam tersentak kaget. Wajahnya
kian menegang.
"Nyai Lembah Asmara sendiri bagaimana?"
"Juga hilang!" jawab Betari Ayu. Nadanya seperti
hampir putus asa.
Peri Malam gusar. "Tak mungkin mereka hilang
begitu saja! Pasti Suto telah dilarikan oleh perempuan
liar itu!"
"Ke mana arah larinya mereka?" tanya Selendang
Kubur kepada Peri Malam.
Jawab Peri Malam, "Ada dua arah yang bisa untuk
melarikan diri. Melalui lantai di dalam kamar itu, atau
menjebol dinding kamar!"
"Lantai...?!" Selendang Kubur kerutkan dahi.
"Ada pintu rahasia di lantai kamar Nyai Lembah
Asmara. Gunanya untuk meloloskan diri sampai ke
pantai. Ada jalan tembus ke sana. Atau mereka lari

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dengan menjebol dinding menuju puncak bukit!"


"Kau bisa tahu hal itu dari mana?" tanya Betari Ayu.
"Dulu aku bekas murid Nyai Lembah Asmara dan
pernah tinggal di sini sebagai pelayan Nyai. Tugasku
membersihkan kamarnya!"
Selendang Kubur dan Nyai Betari Ayu anggukanggukkan kepala sambil pandangi Peri Malam. Yang
dipandang tampak masih gusar dan cemas. Kemudian
setelah sama-sama bungkam sesaat, Peri Malam ucapkan
kata,
"Aku akan mengejarnya ke pantai! Akan kuhadang di
jalan tembus sana!"
"Aku ikut kamu!" kata Selendang Kubur dengan rasa
waswas, takut kalau ganti Peri Malam yang bawa kabur
Pendekar Mabuk.
Betari Ayu berkata, "Baiklah. Aku akan periksa
puncak bukit!"
Agaknya memang Betari Ayu yang mujur. Karena,
pada waktu terjadi keributan yang menimbulkan suara
gaduh bersama ledakan-ledakan menggelegar itu. Nyai
Lembah Asmara mulai curiga dengan suasana di luar
kamar, ia segera bergegas memeriksa keadaan di luar
kamar, ia melihat kemunculan Betari Ayu saat
menyerang orang bersenjata kapak dengan Cincin Manik
Intan.
"Celaka! Dia memiliki pusaka yang dahsyat!" pikir
Nyai Lembah Asmara kala itu. "Mudah saja untuk
mengalahkannya, tapi aku tak punya waktu. Bisa-bisa
Pendekar Mabuk sadar dari pengaruh racunku, lalu ia

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

melarikan diri. Hmmm...! Sebaiknya, selagi Suto masih


dalam pengaruh racunku itu, aku harus mencari tempat
yang aman supaya ia cepat-cepat membuahiku!"
Pendekar Mabuk bukan hanya mabuk oleh tuak,
namun juga mabuk oleh racun Darah Asmara yang tak
mampu dilawannya itu. Tubuhnya berkeringat dan
wajahnya memerah menahan gairahnya.
Nyai Lembah Asmara segera berkata kepada Suto,
"Kita harus cepat menyingkir untuk sementara, Suto!"
"Tak perlu, Nyai! Dekatlah padaku sekarang juga,
peluklah aku!"
"Mereka akan menemukan kita di sini, Suto! Kita
harus pergi supaya kemesraan kita tidak diganggu. Aku
punya tempat yang aman untuk memadu kasih kita!"
"Ah, Nyai... mengapa kamu takut dengan suara
gaduh? Aku tidak merasa takut sedikit pun, Nyai!
Lupakan tentang urusan mereka. Sebaiknya kita kerjakan
urusan kita sendiri, Nyai!"
"Tidak, Suto! Aku tidak suka dengan suasana ini!
Jelas akan mengganggu kemesraan dan kenikmatan
bercumbu kita, Suto!"
"Oh, ho ho ho...! Benar juga, Nyai. Benar!" Pendekar
Mabuk tertawa dan bicara dalam pengaruh tuak dan
racun birahinya itu. "Kalau begitu, lekas bawa aku pergi
ke tempat yang lebih mesra lagi, Nyai!"
Nyai Lembah Asmara berpikir, "Aku tadi melihat ada
Sundari, bekas murid dan pelayan di kamarku ini! Kalau
aku lewat pintu lantai, pasti Sundari tahu ke mana arah
lariku. Hmmm... sebaiknya aku ke puncak saja. Kubawa

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Pendekar Mabuk ke dalam gua yang cukup aman untuk


memadu kemesraan dengannya!"
Nyai Lembah Asmara sentakkan tangan kirinya ke
depan. Wuuut...!
Blarrr...! Dinding kamar jebol dengan satu sentakan
tenaga dalam tanpa sinar itu, ia segera membawa lari
Pendekar Mabuk. Tapi keadaan Suto sangat lemah dan
lamban untuk bergerak lari. Tanpa ragu-ragu, Nyai
Lembah
Asmara
menggendong
tubuh
Suto,
memanggulnya di pundak. Pendekar Mabuk hanya diam
saja sambil tetap memegang tabung bumbung bambu.
Sesekali ia tersentak karena cegukan, mulutnya
berceloteh apa saja karena pengaruh mabuknya, sampai
Nyai Lembah Asmara sempat membentak agar Pendekar
Mabuk diam dan tidak bersuara.
Keadaan mereka yang belum sampai lepas pakaian
itu segera melesat keluar dari kamar melalui jebolan
tembok. Nyai Lembah Asmara membawa lari Suto ke
arah puncak bukit. Gerakannya tetap seperti anak panah
yang melesat dari busurnya, walau saat itu ada beban di
pundaknya.
Sebuah gua yang pintunya tertutup oleh ilalang lebar
menjadi sasaran arah Nyai Lembah Asmara. Gua itu
tidak mudah ditemukan orang, tidak pula mudah dilihat
karena kerimbunan semak ilalang yang menutup mulut
gua. Tapi buat Nyai Lembah Asmara, gua itu sudah
bukan tempat asing lagi, karena ia sering membawa
seorang pria untuk bercinta di dalam gua tersebut. Gua
itu terletak pada satu lereng, hampir mencapai puncak

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bukit.
Ketika Nyai Lembah Asmara tiba di depan gua itu, ia
turunkan tubuh Pendekar Mabuk dari pundaknya.
Pendekar Mabuk pun berdiri dengan sempoyongan.
Matanya semakin sayu karena mabuk, juga karena racun
birahi yang menyerangnya.
"Di sini saja, Nyai!" kata Suto dengan suara sumbang
sambil meraih baju Nyai Lembah Asmara dan ingin
melepaskannya. Tapi Nyai Lembah Asmara menolak
sambil berkata,
"Jangan di sini! Kita masuk ke dalam gua itu!"
"Mana ada gua, Nyai?"
"Itu, di depan kita. Kau tidak melihatnya karena
kerimbunan semak ilalang di mulut gua!"
Pendekar Mabuk dituntun mendekati gua. Tiba-tiba
kakinya yang lemas terkulai dan jatuhlah Suto, merosot
ke bawah tebing sambil tetap berpegangan bumbung
tuaknya.
"Sutooo...?!" sentak Nyai Lembah Asmara dengan
cemas. Cepat-cepat ia lompatkan tubuh dan bersalto dua
kali. Tubuh Nyai Lembah Asmara mendahului gerakan
Pendekar Mabuk yang meluncur ke bawah tebing.
Sebatang ranting kering dipakai berpijak kaki Nyai
Lembah Asmara. Ranting itu seharusnya patah, tapi
karena ilmu peringan tubuh yang digunakan Nyai
Lembah Asmara cukup tinggi, sehingga ia bisa berdiri
dengan tenang di atas ranting kering yang besarnya dua
kali ukuran lidi.
Tubuh Pendekar Mabuk yang meluncur ke bawah itu

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

ditangkap oleh kedua tangan Nyai Lembah Asmara.


Andai tidak, tubuh Pendekar Mabuk akan jatuh ke
jurang yang cukup dalam. Mungkin juga Suto akan mati
dihujam bambu-bambu runcing yang sengaja dipasang
oleh Nyai Lembah Asmara sebagai jebakan para musuh
yang hendak menyerangnya dari atas bukit.
Sentakan halus kaki Nyai Lembah Asmara segera
membuat tubuhnya melesat ke atas sambil menopang
tubuh Suto. Kini, ia berhasil membawa Pendekar Mabuk
ke tanah sedikit datar dan aman dari bahaya kemiringan
tebing.
"Enak sekali terbang denganmu, Nyai!" Suto
menceracau. "Aku juga bisa terbang seperti kamu.
Huup...!"
Pendekar Mabuk menyentakkan kakinya dan dalam
sekejap tubuhnya melayang ke atas dan berjungkir balik
dua kali. Tubuh itu segera hinggap di salah satu batu
yang ada di puncak bukit. Pendekar Mabuk berdiri
dengan keadaan limbung, mencemaskan hati Nyai
Lembah Asmara.
Ia berseru dari sana, "Nyai...! Aku bisa sampai di
sini! He he he... he he...!"
Bruukkk...! Suto jatuh dari batu besar itu. Tubuhnya
terhempas di tanah. Nyai Lembah Asmara menggeram
jengkel dan menggerutu,
"Bocah sinting! Katanya ingin kemesraan malah
mengajak bercanda gila-gilaan begitu. Huuup...!"
Nyai Lembah Asmara menyusul Pendekar Mabuk di
atas puncak bukit dengan melesatkan diri dan bersalto

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

dua kali juga. Suto sedang menggeliat bangkit ketika


kedua kaki Nyai Lembah Asmara mendarat di tanah
sampingnya. Jleeg...!
"Aku jatuh, Nyai. He he he.... Enak sekali jatuhnya!"
kata Suto yang semakin parah dipengaruhi tuaknya.
"Suto, kita tak punya waktu untuk bercanda. Lekaslah
ke dalam gua, Suto. Aku tak sabar menunggu kemesraan
dan kehangatan tubuhmu!"
"Di sini sajalah, Nyai! Di alam bebas ini lebih mesra!
He he he...!" Pendekar Mabuk makin mengacau, ia
berdiri dengan sempoyongan, ia merenggut tubuh Nyai
Lembah Asmara, sehingga wajah mereka saling tatap
dalam jarak dekat. Nyai berpikir saat itu,
"Kalau memang dia maunya di sini, biarlah di sini!
Aku pun sudah tak tahan lagi!"
Pendekar Mabuk tersenyum-senyum ketika wajah
Nyai Lembah Asmara mendekat ingin mencium
bibirnya. Jemari Suto sedikit menaikkan dagu Nyai
Lembah Asmara, dan mata Nyai jadi terpejam. Tapi tibatiba tangan Suto menyentak, mendorong dagu itu ke
belakang membuat tubuh Nyai pun tersentak limbung
dalam keadaan mundur tiga tindak.
"Oh, maaf Nyai... aku hampir jatuh!" kata Suto
sambil sempoyongan. Nyai Lembah Asmara ingin marah
namun segera memaklumi keadaan Pendekar Mabuk
yang dalam pengaruh mabuk tuak itu.
"Suto, lekaslah berbaring saja! Biar aku yang menjadi
pelayan cintamu, Suto," kata Nyai Lembah Asmara
sambil berkemas untuk melepasi pakaiannya.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Baik. Baik. Aku akan berbaring, tapi... tapi di atas


batu itu! Aku ingin berbaring ke sana! Huupp...!"
Tiba-tiba Pendekar Mabuk melompat ke atas batu
besar yang tingginya dua kali tinggi tubuhnya, Suto
bagaikan terbang dan hinggap di atas batu datar dalam
keadaan sudah berbaring.
Tetapi pada waktu ia melompat tadi, ada satu batu
kecil sebesar genggaman tangan anak-anak melesat pula
dari sentakan kakinya. Batu itu melesat ke arah Nyai
Lembah Asmara dengan cepat. Plokkk!
Nyai Lembah Asmara tak sempat menghindari batu
yang di luar dugaan kedatangannya. Maka, tersentaklah
ia ketika batu itu mengenai tulang pipinya dan
membekas biru. Ia menyeringai kesakitan sambil
tundukkan wajahnya, memengangi luka memar dari
hantaman batu tersebut.
"Gila, tingkahnya aneh-aneh saja, sampai wajahku
terkena batu yang begini sakitnya. Uuh... kurasakan
sentakan batu itu sangat kuat dan berat. Mungkin hanya
karena keadaan tubuhku sedang dilanda gairah, sehingga
terkena batu begitu kecil saja terasa sakit."
Terdengar Suto berseru, "Nyaiii... aku berbaring di
sini...!" nada suaranya meliuk-liuk tak jelas iramanya.
"Kalau kau tak segera datang aku akan turun, Nyai...!"
Segera Nyai Lembah Asmara yang jantungnya sudah
berdetak-detak karena dorongan nafsu yang makin
menggelora itu, melesat dengan satu lompatan kecil,
menghampiri Pendekar Mabuk yang berbaring di atas
batu. Pikir sang Nyai, "Biarlah di atas batu itu aku

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

bercumbu, yang penting gairahku segera terpenuhi


dulu!"
Ketika Nyai Lembah Asmara sampai di atas batu,
berdiri di dekat Pendekar Mabuk, tiba-tiba Suto bangkit
dengan satu gerakan memutar, hingga kakinya menyapu
kaki Nyai Lembah Asmara. Plakkk...!
Brukkk...!
Nyai terpelanting jatuh dan terjungkal turun dari atas
batu. Pundaknya menghantam tanah lebih dulu.
Sebongkah batu terpendam menjadi benturan telinga
kirinya. Prukkk....!
"Aauh...!" ia memekik kesakitan.
"Waduh, maaf...! Maaf, Nyai...! Kupikir kau belum
datang, karenanya aku bangkit dengan cepat ingin
menyusulmu turun dari batu ini! Maaf, aku tak sengaja
menendang kakimu, Nyai!"
Nyai Lembah Asmara berpikir juga, "Sapuan kakinya
tak mungkin bisa merobohkan kuda-kudaku jika tidak
diiringi kekuatan tenaga dalam! Oh, daun telingaku luka
berdarah. Sial! Dalam keadaan mabuk dia masih dialiri
tenaga dalam di sekujur tubuhnya. Oh, alangkah
indahnya jika cumbuannya nanti juga dialiri tenaga
dalam. Jelas ia akan mampu mempertahankan gairahnya
yang menurutku sudah meluap-luap seperti yang
kurasakan saat ini...."
"Nyai, naiklah! Lekas! Aku sekarang berdiri biar bisa
melihat kedatanganmu! Naiklah, Nyai!" seru Suto
sambil berdiri di tepian batu dengan tubuh meliuk ke
sana-sini, bagaikan diombang-ambingkan oleh angin.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Tangannya pun menggapai-gapai seperti ingin jatuh.


Nyai berteriak, "Suto, awas! Nanti kau jatuh! Jangan
ke tepian!"
"Lekaslah naik sebelum aku sempat jatuh, Nyai!"
Takut Pendekar Mabuk jatuh, Nyai Lembah Asmara
pun segera melompat menyongsong gerakan tubuh
Pendekar Mabuk yang mulai limbung ke depan. Tangan
Pendekar Mabuk bergerak-gerak mencari keseimbangan
sambil berseru, "Eee, eh eh eh...!"
"Awas, Suto...!" Nyai Lembah Asmara makin berseru
cemas.
Ketika tubuhnya mendekati Pendekar Mabuk, tibatiba Suto jatuh ke depan. Tangannya bergerak-gerak
bagai ingin mencari pegangan.
"Waaaoow...!" Suto berteriak dalam nada kegirangan.
Tubuhnya beradu dengan tubuh Nyai Lembah
Asmara di udara. Tangan Suto cepat bergerak dan
mengenai dada Nyai Lembah Asmara. Plak plak plak...!
Lalu, Nyai Lembah Asmara tersentak ke belakang dalam
keadaan terbang, Suto jatuh ke bawah dalam keadaan
terguling dua kali. Ia jatuh terduduk sambil mengerang
kesakitan memegangi pinggangnya. Bumbung tuak
masih menyilang di punggungnya.
"Aduh. sakitnya punggungku...!" rintihnya pelan.
Tetapi Nyai Lembah Asmara tidak hiraukan rintihan
itu. Ia melihat dadanya hangus tiga tempat akibat
gerakan tangan Pendekar Mabuk tadi. Napasnya pun
mulai terasa sesak. Dada itu terasa panas sekali bagian
dalamnya. Nyai Lembah Asmara mulai membatin,

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Kurang ajar! Rupanya sejak tadi dia menyerangku


dengan jurus mabuknya! Uuh... sakit sekali dadaku.
Gerakan tangannya tak seberapa keras, tapi mempunyai
kekuatan tenaga dalam yang menghanguskan kulit
dadaku! Aduh, sesak sekali napasku, jangan-jangan
racun Darah Asmara telah membalik meracuni tubuhku
sendiri! Tak biasanya aku mempunyai gairah sebegini
besarnya!"
Terdengar Pendekar Mabuk berseru, "Nyai, tolong
aku berdiri!" ia mengulurkan tangan, minta ditarik. Tapi
Nyai Lembah Asmara hanya diam saja. Nyai Lembah
Asmara hanya memandang dengan mata kian nanar,
antara sayu dicekam birahi dengan sayu menahan sakit.
Tak disadari dari mulut Nyai Lembah Asmara mulai
melelehkan darah segar ketika ia terbatuk satu kali.
Bahkan batuk yang kedua membuat darah kental
menyembur ke luar dari mulut. Nyai Lembah Asmara
sangat kaget melihat mulutnya mengeluarkan darah
kental sedikit kehitaman.
"Jahanam!" geramnya dalam hati. "Rupanya dia telah
berhasil melukaiku secara diam-diam! Ini sudah bukan
luka ringan saja. Ini sudah bukan satu hal yang bersifat
kebetulan tapi pasti direncanakan olehnya! Aku harus
menyerangnya! Aku harus membalasnya! Tapi
bagaimana jika ia terluka? Aku tak bisa menikmati
kemesraannya. Padahal aku sudah tak bisa menahan
gairahku lagi. Oh, aku ingin dicumbunya sekarang juga!
Ya, sekarang juga!"
Masih saja Suto menyerukan kata, "Nyai, tolonglah

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

aku! Tarik tanganku agar aku bisa berdiri...!"


Nyai Lembah Asmara segera melompat bagai singa
menerkam mangsanya. Wuuttt...! Ia menerkam tubuh
Pendekar Mabuk dan mengajaknya berguling untuk
bercumbu. Tetapi saat tubuh itu melayang, Pendekar
Mabuk segera menyentakkan tangannya yang sejak tadi
teracung ke atas. Gerakan tangan itu seperti orang ingin
bangkit dan menggunakan tangan itu untuk bertolak dari
sebuah batu di sampingnya. Tapi gerakan lembut itu
ternyata memancarkan satu kekuatan tenaga dalam yang
membuat kepala Nyai Lembah Asmara tersentak naik ke
atas dengan pekik tertahan.
Beegh..! Leher Nyai Lembah Asmara jadi sasaran
tenaga dalam Suto. Akibatnya, mulut Nyai Lembah
Asmara kembali menyemburkan darah kental dan
berwarna kehitam hitaman. Pendekar Mabuk berlagak
kaget dan berseru,
"Nyai.. ? Kenapa kau, Nyai?! Kenapa...?!"
Nyai Lembah Asmara yang terkenal keji dan buas itu
tergeletak dalam keadaan tersengal-sengal. Matanya
terbeliak sambil sesekali menyemburkan darah dari
mulutnya.
Pendekar Mabuk berjalan mundur seperti orang
ketakutan melihat Nyai Lembah Asmara tersentaksentak tubuhnya. Padahal itu hanya kepura-puraan
Pendekar Mabuk.
Tiba-tiba sekelebat bayangan melesat di atas kepala
Suto. Cepat sekali Pendekar Mabuk sentakkan
tangannya ke atas sambil menundukkan kepalanya.

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Wah, burung apa itu yang datang?!"


Sentakkan tangan itu rupanya mengeluarkan kekuatan
tenaga dalam. Dan kelebat bayangan itu juga
menyentakkan tenaga dalam ke ubun-ubun Suto.
Akibatnya, dua tenaga dalam itu beradu dan
menimbulkan gelegar yang teredam.
Beeggh...!
Wuuut...! Suto tersentak ke samping dan hampir
jatuh, ia hanya sempoyongan saja dan segera
berpegangan dinding batu. Sedangkan bayangan itu
segera jatuh dengan kaki sigap ke tanah. Bayangan itu
milik seorang nenek berkulit keriput, yang bersenjatakan
tengkorak seekor kambing.
"Oh, kau rupanya, si Mawar Hitam!" kata Pendekar
Mabuk.
"Syukul kau ingat padaku, Suto! Kau masih punya
hutang pusaka Tuak Setan padaku! Sekalang aku belum
ingin menagihnya, tapi suatu saat nanti, aku ingin
menagihnya dalimu," kata Mawar Hitam yang tak bisa
menyembulkan hufur 'r' itu. Ia adalah penguasa Pulau
Hantu, bekas gurunya Peri Malam.
"Lalu, sekarang kau mau apa, Mawar Hitam?!"
"Aku tahu sejak tadi kau selang pelempuan ini
dengan lagak mabukmu! Dia tidak melasa, dan akhil-nya
dia jatuh begini. Kasihan!"
"Mata tuamu memang jeli, Mawar Hitam! Tak sejeli
mata perempuan yang sedang dimabuk birahi karena
racunnya yang berhasil kukembalikan tadi. Kalau kau
tahu begitu, sekarang mau apa kau?"

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

"Aku belum mau ulusan sama kamu, mulid sinting!


Tapi tunggu kalau aku sudah ambil semua ilmu yang ada
dalam dili pelempuan ini! Aku akan balas kekalahanku
tempo hali!"
Sebelum Pendekar Mabuk lontarkan kata, tiba-tiba
nenek kempot keriput itu bergerak cepat. Tubuh Nyai
Lembah Asmara diangkatnya bagai mengangkat batang
pisang, lalu ia segera jejakkan kaki dan melesat pergi
dengan cepat menuruni lereng bukit. Pendekar Mabuk
hanya mengejar sampai tiga langkah ke depan, lalu
membiarkan nenek kempot itu pergi membawa Nyai
Lembah Asmara.
Tiba-tiba dari arah belakang Pendekar Mabuk ada
suara memanggil, "Suto...?!"
Oh, rupanya Nyai Betari Ayu datang agak terlambat,
ia tidak menyaksikan pertarungan Pendekar Mabuk yang
mirip pertarungan sinting itu. Ia tidak melihat bagaimana
Pendekar Mabuk merubuhkan Nyai Lembah Asmara, ia
hanya melihat Pendekar Mabuk melangkah dengan
sempoyongan mendekatinya.
"Kau tidak apa-apa, Suto?"
"Tidak, Nyai. Racun kiriman Nyai Lembah Asmara
berhasil kubalikkan saat dia mencium bibirku... he he
he...."
"Dia mencium bibirmu, Suto?!" Betari Ayu sempat
kaget dan punya perasaan tak suka mendengarnya. Ia
palingkan wajah dan cemberut. Pendekar Mabuk tertawa
terkekeh-kekeh. Tapi tawanya menjadi hilang ketika ia
melihat jari tengah tangan kanan Betari Ayu

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

mengenakan cincin bermata putih berlian. Pendekar


Mabuk terbayang penuturan dari gurunya tentang ciriciri Cincin Manik Intan. Dan, saat itulah mata Pendekar
Mabuk terbelalak melihat Cincin Manik Intan ada di
tangan Nyai Betari Ayu.
"Haruskah aku bertarung dengannya merebut cincin
itu?!" pikir Pendekar Mabuk dengan hati gundah gulana.

SELESAI
PENDEKAR MABUK
Ikuti kisah selanjutnya
Serial Pendekar Mabuk Suto Sinting dalam episode:
PERTARUNGAN Di BUKIT JAGAL

http://duniaabukeisel.blogspot.com/
Pembuat E-book:
DJVU & E-book (pdf): Abu Keisel
Edit: Paulustjing
http://duniaabukeisel.blogspot.com/

http://duniaabukeisel.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai