SATUAN ACARA PENYULUHAN Kemuning Revisi 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN Kemuning Revisi 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN Kemuning Revisi 2
PENCEGAHAN ERITRODERMA
SURABAYA
Disusun oleh :
SURABAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
A. Tujuan penyuluhan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit sasaran memahami mengenai
pencegahan eritroderma
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit, diharapkan peserta dapat :
a. Sasaran mengetahui pengertian eritroderma
b. Sasaran mengetahui penyebab eritroderma
c. Sasaran mengetahui tanda dan gejala dari eritroderma
d. Sasaran mengetahui cara penanganan/pencegahan eritroderma
B. Kegiatan penyuluhan
1. Sasaran
Keluarga pasien di Ruang Rawat Inap Kemuning II RSUD Dr. Soetomo Surabaya
2. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
3. Materi
a. Pengertian eritroderma
b. Penyebab eritroderma
c. Tanda dan gejala dari eritroderma
d. Cara penanganan/pencegahan eritroderma
4. Media
a. Leaflet
b. Powerpoint
5. Pengaturan tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan
Keterangan :
: Slide powerpoint
: Pemateri
: Moderator
: Notulensi
: Observer dan dokumetasi
: Fasilitator
6. Pengorganisasian
a. Pembimbing akademik : Lailatun Ni’mah, S.Kep., Ns., M.Kep.
b. Pembimbing klinik : Sjenie F. Areros, SST.
c. Penanggung jawab : Cherlys Tin Lutfiandini, S.Kep.
d. Moderator : Ika Zulkafika Mahmudah, S.Kep.
e. Pemateri : Fifa Nasrul Ummah, S.Kep.
f. Fasilitator : Ika Septiana Arum Permata D,S.Kep.
g. Notulensi dan KSK : Rizky Sekartaji, S.Kep.
h. Observer dan dokumentator : Endah Sri Wijayanti, S.Kep., M. Kes
7. Pembagian tugas (job description)
No. Nama sie Pembagian tugas
C. Pelaksanaan kegiatan
D. Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Pembuatan SAP, leaflet, dan flipchart dikerjakan maksimal 3 hari sebelumnya.
b. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan dilaksanakan.
2. Kriteria proses
a. Peserta medengarkan dan memperhatikan pada saat materi diberikan.
b. Peserta antusias dan aktif selama penyuluhan berlangsung.
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat.
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description.
3. Kriteria hasil
a. Peserta yang datang dalam penyuluhan minimal 10 orang.
b. Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Acara dimulai tepat waktu.
d. Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan ditandai dengan
kemampuan peserta dalam menjawab pertanyaa yang diberikan secara lisan oleh
penyuluh.
E. Lampiran
1. Materi
2. Daftar hadir
3. Lembar penilaian
4. Lembar observasi
5. Lembar evaluasi
6. Lembar notulensi
Lampiran 1. Materi
1. Pengertian Eritroderma
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Dermatitis eksfoliativa
dianggap sinonim dengan eritroderma.2,3 Bagaimanapun, itu tidak dapat mendefinisikan,
karena pada gambaran klinik dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak
kasus, eritroderma umumnya kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis atau
dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma(CTCL) atau reaksi obat. Meskipun
peningkatan 50% pasien mempunyai riwayat lesi pada kulit sebelumnya untuk onset
eritroderma, identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian
banyak kelainan kulit.
Pada eritroderma yang kronik eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi. Sedangkan skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari
kulit. Skuama mulai dari halus sampai kasar. Pada eritroderma, skuama tidak selalu
terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama, skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan timbul. Bila eritemanya
antara 50-90% dinamakan pre-eritroderma.
2. Penyebab Eritroderma
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan. Penyakit kulit yang dapat
menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%,
alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.
a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik. Keadaan ini banyak
ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat. Pada beberapa
masyarakat, eritroderma mungkin lebih tinggi karena pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional.2 Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul
penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah
eritema universal. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam
tubuh diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.
b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit. Eritroderma et causa
psoriasis, merupakan eritroderma yang paling banyak ditemukan dan dapat
disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat pengobatan psoriasis yang terlalu
kuat. Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eitroderma yang juga
dikenal penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-
20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat
pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.
c. Eritroderma akibat penyakit sistemik. Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam
termasuk infeksi fokal dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap
kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh
(termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat adanya
infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis
namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi
(occult infection) yang perlu diobati.
3. Tanda dan gejala Eritroderma
Pengendalian regulasi tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap
kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas
metabolik.5 Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang
teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari.
Pada mulanya kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul skuama.
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis
seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu : karena
penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.
Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit leiner). Usia penderita berkisar 4-20 minggu.
Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema dapat pada
seluruh tubuh disertai skuama yang kasar.
Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan ke
dahi dan telinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian
timbul hyperkeratosis, palmo plantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul
folikularis disekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.
Cutaneous T-Cell Lymphoma (Sindrom Sezary) memiliki gambaran klinis berupa
eritema seluruh tubuh. Pada stadium awal pasien mengeluh rambut rontok, hiperkeratosis
yang difus, dan terdapat limfadenopati.7 Sindrom ini ditandai denganeritema berwarna
merah yang universal disertai skuamadan sangat gatal. Selain itu terdapat pula infiltrat
pada kulit dan edema. Sebagian pasien didapati splenomegali, limfadenopati superficial,
hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris dan plantaris, serta kuku yang distrofik.
4. Cara penanganan eritroderma (Djuanda, 2011)
a. Perbaiki cairan tubuh
b. Eliminasi faktor-faktor pencetus anatara lain;
Diet pantang ikan laut
Hindari sinar matahari
Mandi tanpa sabun/ dengan sabun PH netral.
c. Terapi medis
Pada eritroderma golongan I (akibat alergi obat), obat tersangka sebagai kausanya
segera dihentikan. Umumnya pengobatan eritroderma dengan
kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkan oleh alergi obat secara
sistemik, dosis prednisolon 4 x10 mg. Penyebuhan terjadi cepat umumnya dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu.
Pada golongan II akibat penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis mula
prednisone 4x 10 mg sampai 15 mg per hari. Jika setelah beberapa hari tidak
tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan , dosis
diurunkan perlahan-lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan
terkena psoriasis, maka obat tersebuy harus dihentikan. Eritroderma karena
psoriasis dapat pula diobati dengan asetretin. Lama penyebuhan golongan II
ini bervariasi beberapa minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak seperti golong I.
Pada pengobatan dengen kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika
melebihi 1 bulan lebih baik digunakan metilprednisoslon daripada perdnison
dengan dosis ekuivalen karena efeknya lebih sedikit.
Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid member hasil yang baik. Dosis
prednisone 3x 1,2 mg sehari. Pada syndrome Sezary pengobatan terdiri ata
kortikosteroid (prednisosn 30 mg) atau metilprednisolon ekuivalen dengan
sitotatik, biasanya digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya
skuama mengakibatka kehinlangan proten. Kelainan kulit juga perl diolesi
emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasidilatasi oleh eritema misalnya salep
lanolin 10% atau krim urea 10%.
Antibiotik sistemik diperlukan bagi pasien yang terbukti mendapat
infeksi sekunder baik yang bersifat local maupun sistemik. Pemberian antibiotic
sistemik pada pasien yang tidak terbukti mengalami infeksi sekunder juga
memberikan keuntungan karena kolonisasi bakteri dapat menyebabakan
eksaserbasi eritroderma.
d. Perawatan Topical
Bila masih menggigil penderita tidak boleh mandi dulu
Setiap pagi seluruh tubuh diolesi oleum cocok.
Untuk kulit yang terlalu kering dapat digunakan krim hidrokortison 1 %
5. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya eritroderma, penderita harus menghindari pemicu spesifik,
meliputi:
stress
cuaca dingin
angin
konsumsi alkohol
merokok
Daftar Pustaka
1. Selma E, Deniz D, Ahmet M, Ozkay O, Nuran SA, Demet A. An Acute Onset
Erythrodermic Adult Pityriasis Rubra Pilaris Case and Response to Treatment with
Methotrexate. Journal of Turkish Academy Dermatology. 2014; 8(1):1-3.
2. Asrawati S, Sitti NR, Asnawi M. Erythroderma Caused Drug Allergies. Journal
Medical Faculty Hasanuddin University. 2013; 1(4):27-32.
3. Nisa M. A Riview of The Diagnosis and Management of Erythroderma (Generalized
Red Skin). Journal Advance in Skin & Wound Care. 2015; 28(5):228-236.
4. Humaira T, Urooj Z, Zarnaz W. A Frequency of Common Etiologies of Erythroderma
in Patients Visiting A Tertiary Care Hospital in Karachi. Journal Pakistan Association
Dermatology. 2016; 26(1):48-52.
5. Muthu S, Ronald K, Alan E, Andrew A. A Rare Presentation of Cutaneous
Pseudolymphoma as A Preleukaemic State. J. Leu. 2013; 1(1):1-4.
6. Jeffrey PC, Joseph LJ, John JZ, Warren WP, Misha AR, Ruth AV. 2009.
Dermatological Sign of Systemic Disease. Edisi Ke-5. USA: Elsevier.
7. Okoduwa C, Lambert WC, Schwartz RA,Kubeyinje E, Eitokpah A, Sinha S, Chen
W.Erythroderma: Review of A PotentiallyLife-Threatening Dermatosis. Indian Journal
of Dermatology. 2009; 54(1):1–6.
8. Jadotte YT, Schwartz RA, Karimkhani C,Boyers LN,Patel SS. 2015.Drug Eruptions
and Erythroderma. Dalam: Hall JC, HallBJ.Cutaneous Drug Eruptions: Diagnosis,
Histopathology, and Therapy. London:Springer-Verlag. hlm. 251-8.
9. Maharani, Shelma dan Trisniartami Setyaningrum. Profil Pasien Eritroderma.
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin – Periodical of Dermatology and
Venereology Vol. 29 / No. 1 / April 2017.
10. Djuanda, Adhi. Dr. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin hal: 199-200. Jakarta: FK-
UI`
11. Lampiran 2. Daftar hadir
DAFTAR HADIR PESERTA PENDIDIKAN KESEHATAN
PENCEGAHAN ERITODERMA
DI RUANG RAWAT INAP KEMUNING II RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
TOTAL : ……………..
(______________________________)
NIP.
Lampiran 4. Lembar observasi
LEMBAR OBSERVASI
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
PENCEGAHAN ERITRODERMA
DI RUANG RAWAT INAP KEMUNING II RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
Keterlaksanaan (Sesuai dengan
No Struktur Penilaian Hasil yang Ingin Dicapai)
Ya Tidak
Kriteria Struktur
1 Kesiapan Materi
2 Kesiapan SAP
3 Kesiapan media: flipchart & leaflet
4 Kehadiran peserta penyuluhan (min. 10)
5 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh
mahasiswa
6 Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan
dilakukan pada hari sebelumnya
Kriteria Proses
Pembukaan:
1 Membuka acara dengan salam
2 Memperkenalkan diri
3 Kontrak waktu
4 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
5 Menyebutkan materi penyuluhan
6 Menggali pengetahuan peserta
Pelaksanaan:
7 Penyampaian materi penyuluhan
8 Memberikan kesempatan kepada sasaran
penyuluhan untuk mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang disampaikan
9 Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta
penyuluhan
10 Peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan
Evaluasi:
11 Menanyakan kepada peserta penyuluhan tentang
materi yang diberikan
12 Moderator penyimpulkan hasil penyuluhan
13 Membagikan leaflet
14 Ucapan terimakasih kepada peserta
15 Menutup acara dengan salam
Kriteria Hasil
16 Peserta yang hadir 10 orang
17 Acara dimulai tepat waktu
18 Peserta mengikuti acara sesuai dengan aturan yang
disepakati
19 Peserta memahami materi yang telah disampaikan
dan menjawab pertanyaan dengan benar
(……………………………)
Lampiran 5. Lembar evaluasi
(…………………………)
Lampiran 6. Lembar notulensi
LEMBAR NOTULENSI
PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
PENCEGAHAN ERITRODERMA
DI RUANG RAWAT INAP KEMUNING II RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
(…………………….)