Tablet Teofilin
Tablet Teofilin
Tablet Teofilin
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sediaan tablet?
2. Apakah yang dimaksud dengan preformulasi?
3. Bagaimana preformulasi tablet teofilin?
1.3. Tujuan
Melalui rumusan masalah di atas, diharapkan mahasiswa dapat mencapai
beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sediaan tablet
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan preformulasi
3. Mengetahui bagaimana preformulasi tablet teofilin
2
BAB II PEMBAHASAN
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat
dihasilkan tablet yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel
dengan semua eksipien, bentuk partikel sferis, ukuran dan distribusi ukuran
partikelnya baik, mempunyai sifat alir yang baik, tidak mempunyai muatan pada
permukaan (absence of static charge on surface), dan mempunyai sifat organoleptis
yang baik.
Eksipien merupakan bahan selain zat aktif yang ditambahkan dalam formulasi
suatu sediaan untuk berbagai tujuan atau fungsi. Bahan tambahan bukan merupakan
bahan aktif, namun secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada
kualitas/mutu tablet yang dihasilkan. Beberapa kriteria umum yang esensial untuk
eksipien yaitu : netral secara fosiologis, stabil secara fisika dan kimia, memenuhi
peraturan perundangan, tidak mempengaruhi bioavaiabilitas obat, bebas dari mikroba
patogen dan tersedia dalam jumlah yang cukup dan murah.
Pengisi berfungsi untuk mendapatkan suatu ukuran atau bobot yang sesuai
sehingga layak untuk dikempa menjadi tablet. Contoh dari bahan pengisi adalah
laktosa, sukrosa, dekstrosa, manitol, kalsium sulfat, kalsium fosfat, kalsium
karbonat,dan amilum.
4
Bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada
granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada
pada bahan pengisi. Contoh dari bahan pengikat adalah selulosa, Mikrokristalin
selulosa (Avicel), Polimer (CMC Na, HPC, dan HPMC), PVP, gelatin, gom alam,
tragakan, guar, pektin, amilum, PEG, Na alginat, magnesium dan aluminum
silikat.
i. Lubricants
ii. Glidants
iii. Antiadherents
5
Antiadherents adalah bahan yang dapat mencegah melekatnya (sticking)
permukaan tablet pada punch atas dan punch bawah. Talk, magnesium stearat
dan amilum jagung merupakan material yang memiliki sifat antiadherent
sangat baik.
Syarat tablet kecuali dinyatakan lain, tablet harus memenuhi syarat berikut:
1. Kemampuan alir dan sudut istirahat
Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal penting untuk pengisian yang
seragam ke dalam lubang cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan
di sekitar fasilitas produksi. Sifat aliran dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel,
partikel yang lebih besar dan bulat menunjukkan aliran yang lebih baik. Metode
untuk mengevaluasi sifat aliran granul yang sering digunakan adalah metode corong
(langsung) (Sari, 2010).
Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling sederhana
untuk menetapkan kemampuan alir granul secara langsung, yakni kecepatan alir
granul dengan bobot tertentu melalui corong diukur dalam detik. Suatu penutup
sederhana ditempatkan pada lubang keluar corong lalu diisi dengan granul yang telah
ditimbang terlebih dahulu. Ketika penutup dibuka, waktu yang dibutuhkan granul
untuk keluar dicatat. Dengan membagi massa serbuk dengan waktu keluar tersebut,
kecepatan alir diperoleh sehingga dapat digunakan untuk perbandingan kuantitatif
granul yang berbeda.
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul untuk
mengalir dalam suatu alat. Sifat alir ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas
bahan pelicin, mudah tidaknya granul mengalir dan sifat permukaan granul (Voigt,
1995).
Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung untuk
mengukur mampu alir granul karena hubungannya dengan kohesi antar partikel.
Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan salah satunya
yang digunakan adalah metode corong (Sari, 2010).
2. Kerapatan curah dan kerapatan mampat
Tap density atau densitas ketuk adalah densitas yang ditentukan dengan
membagi berat dengan volume setelah dilakukan pengetukan. Pada pengetukan ini
proses yang terjadi adalah pemampatan.
6
Alat tap density tester terdiri dari tiga bagian yaitu holder, mesin pengetuk dan
penghitung ketukan. Holder digunakan untuk menyimpan tabung berukuran. Tabung
berukuran ini biasanya menggunakan gelas ukur, alat ini fungsinya untuk wadah
sampel yang diuji, mesin pengetuk berfungsi untuk mengangkat gelas ukur yang
tersimpan dalam holder kemudian membiarkan jatuh demikian seterusnya hingga
sampel terketuk-ketuk, dan penghitung ketukan akan menghitung jumlah ketukan
sesuai dengan angka yang ditentukan.
3. Uji Susut Pengeringan (LOD)
Granul dibuat dengan maksud untuk memperbaiki sifat alir massa serbuk yang
akan dibuat menjadi sediaan tablet, kapsul, puyer, ataupun suspensi kering. Salah
satu cairan pembasah yang dapat digunakan adalah air sehingga setelah melalui
proses pengeringan, kadar air granul harus dievaluasi untuk mengetahui kadar air
yang tertinggal di granul. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur
kadar air adalah metode gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul
setelah dipanaskan dengan bobot granul sebelum dipanaskan. Pada saat pemanasan
berlangsung, air yang masih tertinggal dalam granul akan menguap (Lachman dkk,
1989).
Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur kadar air dengan prinsip
gravimetri adalah moisture analyzer. Dilihat dari katanya ‘moisture analyzer‘ artinya
penganalisa kelembaban. Jadi yang diukur oleh alat ini adalah kandungan lembab
yang terkandung dalam zat uji yang kemudian menguap akibat panas yang
dikeluarkan oleh alat ini. Temperatur moisture balance bisa di set sesuai dengan
yang diinginkan. Untuk mengukur kadar air granul, moisture balance cukup diset
pada temperatur 70oC untuk mencegah ikut menguapnya air kristal yang terkandung
dalam bahan yang digunakan dalam pembuatan granul (Ansel, 1999).
Penentuan kadar air dapat ditentukan dengan menggunakan timbangan dengan
cara menentukan nilai bobot akhir dan bobot awal dari granul. Uji kadar air dengan
menggunakan metode LOD (Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar
kelembaban berdasarkan bobot basah.
Timbangan yang digunakan dalam melakukan uji susut pengeringan dikenal
timbangan Moisture Balance. Timbangan tersebut sangatlah unik karena bisa
mengeluarkan panas. Kegunaan timbangan ini adalah untuk mengetahui seberapa
7
banyak kadar air yang tersembunyi dalam setiap barang yang diuji (Lachman dkk,
1989).
4. Uji Keseragaman bobot
Timbangan digital sebagai alat ukur untuk satuan berat. Dibandingkan dengan
neraca jaman dulu yang masih menggunakan neraca analog atau manual, neraca
digital memiliki fungsi lebih sebagai alat ukur, diantaranya neraca digital lebih
akurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan hasil dari setiap penimbangan). Neraca
analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi,
neraca ini mampu menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g (Robbins, 2011).
Neraca atau timbangan baik yang digital ataupun manual harus diletakkan pada
bidang datar, dimana tiap sudut harus benar-benar setimbang. Kesetimbangan ini
mutlak perlu untuk mendapatkan hasil penimbangan yang akurat, jadi kesetimbangan
ini untuk menempatkan titik berat berada pada poros timbangan bukannya pada salah
satu sisi. Kesetimbangan dapat dilihat pada indikator kesetimbangan yang terdapat
pada setiap timbangan. Neraca digital ditunjukkan dengan water pass yang berupa
bulatan besar yang didalamnya terdapat bulatan kecil (Hamdani, 2012).
5. Uji Keseragaman Ukuran
Jangka sorong adalah instrumen presisi yang dapat digunakan untuk mengukur
dimensi benda bagian dalam dan luar. Ditinjau dari cara pembacaannya, jangka
sorong dapat dibagi dua yaitu jangka sorong manual dan digital. Penggunaan jangka
sorong manual lebih sulit bila dibandingkan dengan yang digital, karena hasil
pengukuran diinterpretasi dari skala oleh pengguna, sedangkan hasil pengukuran
menggunakan yang digital dapat dibaca langsung pada layar LCD. Versi manual
memilki dua skala imperial (skala dalam inci) dan metrik (skala dalam milimeter)
(Koesdijanto, 2012).
Fungsi jangka sorong antara lain mengukur panjang suatu benda dengan
ketelitian sampai 0,1 mm, rahang tetap dan rahang geser atas bisa digunakan untuk
mengukur diameter benda yang cukup kecil seperti cincin, pipa, dll, dan tangkai ukur
di bagian bawah berfungsi untuk mengukur kedalaman seperti kedalaman tabung,
lubang kecil, atau perbedaan tinggi yang kecil (Admin, 2013).
Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur panjang, diameter luar,
diameter dalam, dan kedalaman benda. Bagian-bagian utamanya adalah rahang tetap
yang memiliki skala utama dengan lebar skala terkecil 1 mm dan rahang geser yang
8
memiliki skala nonius/vernier. Lebar skala nonius masing-masing 0,9 mm. hal ini
dimungkinkan karena panjang seluruh skala nonius adalah 9 mm tetapi dibagi
menjadi 10 buah skala. Jadi, selisih satu skala pada rahang tetap dan rahang geser
adalah (1-0,9)mm atau 0,1 mm (Tim Fisika, 2007).
6. Uji Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah
kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran
mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas
bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk., 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat kimia
dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya diformulasi
dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang menyebabkan tablet hancur
di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet tidak berarti sempurna larutnya
bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin
yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga
yang besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet
yang keras dengan rongga-rongga yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).
7. Uji Friabilitas
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan
pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu
tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran
(Andayana, 2009). Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator
(contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji memiliki berat antara rentang 6 – 6,5 gram, terlebih
dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran
selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai,
keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama.
Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% (Andayana, 2009). Uji
9
kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada
permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar
massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan
konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa
akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
(Sulaiman, 2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan
(bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali.
Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Andayana,
2009).
8. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan
tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah Hardness Tester.
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi
dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan
pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan
meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu
hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak
selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai
kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat
lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih
dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan.
Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan
10
lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet
lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007). Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau
pecah.
11
(diedarkan keseluruh tubuh oleh darah ) dipilih sediaan tablet, kapsul,
pulveres/puyer dan syrup.
Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk pulveres
dan sirup. Untuk dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet, kapsul.
2. Bahan tambahan obat yang akan digunakan
Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi harus kompabitel
(dapat tercampurkan) dengan bahan obat utama (zat aktif) dan bahan
tambahan yang lain. Bahan tambahan diperlukan untuk:
Mendapatkan bentuk sediaan yang diinginkan ( bentuk tablet, larutan, dll. )
Misalya pada sediaan tablet selain zat aktif, digunakan bahan
tambahan berupa bahan pengisi untuk memperbesar volume tablet, bahan
pengikat untuk merekatkan serbuk bahan obat, bahan penghancur untuk
mempercepat pecahnya tablet didalam lambung, dan bahan penyalut yang
digunakan untuk memperbaiki kestabilan, mengontrol penghancuran dan
dan mempercantik penghancuran tablet. Contoh lain pada sediaan larutan
digunakan bahan tambahan berupa pelarut untuk melarutkan bahan obat,
dapat juga ditambahkan bahan penstabil untuk mencegah penguarian bahan
obat, bahan pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba,
bahan pemberi warna dan rasa untuk memperbaiki rasa dan memperbaiki
produk. Demikian juga untuk sediaan salep, pasta, cream, dan lain-lain.
Menjaga kestabilan sediaan obat (misal: pengawet, pengsuspensi,
pengemulsi).
Menjaga kestabilan zat aktif ( misal: antioksidan ).
3. Kenyamanan saat penggunaan
Kenyamanan saat digunakan sangat penting untuk diperhatikan karena
akan mempengaruhi kepatuhan si pemakai obat. Jika obat berasa tidak enak,
maka orang tidak suka mengkonsumsinya. Rasa yang tidak enak dapat ditutupi
dengan penambahan corringens saporis, bau yang tidak enak dapat ditutupi
dengan corringen odoris, dan warna yang kurang menarik ditutupi dengan
corringen coloris.
Rasa pahit dari obat-obat tertentu misal ampisilin dan amoksisilin dapat
diatasi dengan penggunaan bentuk garamnya yaitu ampisilin trihidrat dan
amoksisilin trihidrat yang tidak pahit. Sediaan setengah padaat harus
12
memenuhi persyaratan yaitu halus, mudah dioleskan, tidak terlalu lengket, dan
tidak meninggalkan bekas noda pada pakaian.
4. Kestabilan sediaan obat
Selama penyimpanan, sediaan obat harus tetap dalam keadaan yang
stabil, tidak menampakkan tanda-tanda kerusakan. Tanda-tanda kerusakan
yang umum ditemui pada sediaan obat misalnya terjadi perubahan warna, bau,
rasa, timbulnya kristal pada permukaan tablet/kaplet, memisahnya air dan
minyak pada sediaan krim atau emulsi. Untuk menjaga kestabilan sediaan obat
perlu dilakukan:
Penambahan bahan tambahan tertentu (misal: pengawe ).
Pengemasan yang tepat.
Pemberian petunjuk tentang cara penyimpanan yang benar.
5. Khasiat obat
Untuk menjaga khasiat obat, perlu memperhatikan hal-hal yang cukup
penting antara lain:
Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika zat aktif tidak stabil dalam
media air, maka tidak diformulasi dalam bentuk cair.
Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi khasiat zat
aktifnya.
Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.
2.2.2. Data Preformulasi
Data minimal yang harus ada dalam preformulasi adalah:
Struktur kimia dan karakteristik.
Kelarutan dan pemerian termasuk Bobot molekul.
Metode Analitik.
Metode yang digunakan utuk menetapkan kadar suatu zat.
Ruahan (kompresibilitas, observasi mikroskopik).
Sifat bahan baku yang hany adigunakan untuk sediaan tablet (pemberian
tekanan)
Informasi terapeutik
Dosis, bentuk sediaan yang dibutuhkan, ketersediaan hayati,produk kompetitor.
Toksikologi
Mengetahui efek toksis atau efek samping yg berbahaya dari zat aktif tersebut.
13
Data pelengkap dalam preformulasi antara lain:
Kompatibilitas interaksi antara obat dengan eksipien.
Studi pendahuluan in vivo pada hewan, antara lain absorpsi obat; metabolisme;
ikatan protein (ketika zat aktif berikatan dengan zat aktif, maka zat aktif
tersebut kegunaannya akan hilang); distribusi; dan eliminasi atau ekskresi.
2.2.3. Sifat-sifat yang Perlu Diperhatikan dalam Preformulasi
a. Stabilitas Kimia
Menyangkut bentuk larutan dan keadaan padat, pengaruh pH dalam
pengembangan produk, temperatur/autoklaf, dan evaluasi (= mengembangkan
cara penentuan yang spesifik dan kuantitatif untuk bahan obat dan hasil
uraiannya dengan menggunakan metode HPLC (High Pressure Liquid
Chromatography).
b. Kelarutan atau Solubilitas
Menyangkut obat yang diberikan secara oral harus larut dalam cairan
saluran pencernaan.
c. Kecepatan Disolusi
Data kecepatan disolusi digunakan untuk memprediksi absorbsi dan sifat
fisikokimia.
d. Konstanta Disosiasi
Menyangkut proses transfer melalui sel membran, untuk penelitian stabilitas
dan solubilitas obat dalam larutan
e. Koefisien Partisi
Menyangkut indikasi lipofilitas obat, untuk meneliti sifat biologi dan kecepatan
serta jumlah absorbsi obat di saluran cerna.
f. Kristalinitas
Menyangkut kebiasaan kristal dimana mendeskripsikan penampilan luar kristal
dan struktur internal.
g. Polimorfisme
Merupakan kemampuan suatu senyawa mengkristalisasi dalam bentuk lebih
dari 1 jenis kristalin dengan perbedaan kisi internal yang dapat menyebabkan
perubahan stabilitas kimia, sifat pengolahan, dan ketersediaan hayati.
h. Higroskopisitas
14
Menyangkut garam yang larut air memiliki kecenderungan mengadsorpsi
kelembaban udara.
i. Ukuran Partikel
Penurunan ukuran partikel zat aktif sukar larut air akan menyebabkan
peningkatan luas permukaan dan kecepatan disolusi, akan meningkatkan
absorbsi di saluran cerna.
15
Sediaan oral : disimpan pada suhu ruang 20o-25oC terlindung cahaya yang lembab.
Sediaan parenteral : Dapat dijaisimpan pada suhu 15oC-30oC terlindung dari cahaya.
Simpandalam kardus sampai waktu pada ingin digunakan.
Anak-anak :
Dosis Lazim = 10 mg/kg (dibagi dalam 2-3 dosis).
Dewasa :
Dosis Lazim = 200 mg (1 x p), 500 mg (1 x h)
Dosis Maksimum = 500 mg (1 x p), 1 g (1 x h)
Kerja Obat
16
bahwa teofilin dapat membalikkan pengamatan klinis ketidakpekaans teroid pada
pasien dengan PPOK dan penderita asma yang perokok aktif (suatu kondisi yang
mengakibatkan stres oksidatif) melalui mekanisme yang jelas terpisah. Teofilin in
vitrodapat mengembalikan keadaan berkurangnya HDAC (histon deacetylase)
kegiatan yang disebabkan oleh stres oksidatif (misalnya, pada perokok), responsif terhadap
steroid kembali normal. Lebih jauh lagi, teofilin dapat langsung mengaktifkan HDAC2.
(Kortikosteroid menonaktifkan respon inflamasi dengan menghalangi ekspresi mediator
inflamasi melalui deacetylation dari histon,suatu efek yang ditengahi melalui histon
deacetylase-2 (HDAC2). Sekali deacetylated, DNA dikemas ulang sehingga
daerah promotor gen peradangan tidak tersedia untuk mengikat
t r a n s k r i p s i f a k t o r - f a k t o r s e p e r t i N F - K B ya n g b e r t i n d a k u n t u k
m e n g a k t i f k a n k e g i a t a n peradangan. Hal ini baru-baru ini menunjukkan
bahwa stres oksidatif yang berhubungan dengan asap rokok dapat
menghambat aktivitas HDAC2, sehingga menghalangi anti -efek inflamasi
kortikosteroid.) Jadi teofilin bisa membuktikan kepada menjadi sebuah novel bentuk terapi
tambahan dalam meningkatkan respons klinis untuk penderita asma
steroid dalam merokok.
Farmakokinetik
a) Absorbsi: diabsorbsi dengan baik dari bentuk dosis oral. Absorbsi dosis lepas
lambat berlangsung lambat namun sempurna.
b) Distribusi: d i d i s t r i b u s i k a n s e c a r a l u a s . T e o f i l i n
d i d i s t r i b u s i k a n d a l a m c a i r a n ekstraselular, di dalam plasenta,
d a l a m s u s u i b u d a n d a l a m s i s t e m s a r a f p u s a t . Konsentrasi dalam ASI
70 % dari kadar plasma. Volume distribusi adalah 0,5 L / kg. Mengikat protein
sebesar 40%. Volume distribusi meningkat pada penderita neonatusdan mereka
yang menderita sirosis atau kekurangan gizi, sedangkan volume distribusimenurun
pada penderita obesitas.
c) Metabolisme dan ekskresi: sebagian besar diekskresi oleh hati menjadi kafein
yangdapat terakumulasi pada neonatus. Metabolitnya kemudian diekskresi oleh ginjal.
d) Waktu paruh: 3-13 jam. Meningkat pada lansia (>60 thn), neonatus dan pasien
dengan penyakit gagal jantung kongestif atau hati, semakin singkat pada perokok
sigaret dan anak-anak.
17
Indikasi : Bronkodilator pada obstruksi jalan nafas reversibel sehubungan dengan asma atau
PPOM.Pencegahan dan pengobatan asma bronkial, asma bronkitis, asma kardial, emfisema paru.
(ISOFarmakoterapi hal 465).
Penggunaan tidak resmi : Stimulan pernafasan dan miokardial padaapnea bayi.
Kontraindikasi dan perhatian
a) Dikontraindikasikan pada: A r i t m i a t i d a k t e r k e n d a l i , h i p e r t i r o i d i s m e ,
d i k e t a h u i intoleransi alkohol (beberapa cairan oral). Hipersensitivitas, tukak
lambung, diabetes,gastritis, gangguan hati dan ginjal.
b) Perhatian gunakan secara hati-hati pada: pasien lansia > 60 thn
(dianjurkan untuk mengurangi dosis, GJK, kor pulmonale atau penyakit hati (diperlukan
penurunan dosis), perokok sigaret (dapat dibutuhkan dosis yang lebih besar),
kehamilan (telah digunakan secara aman), anak-anak <6 tahun (hindari preparat
sustained release), Pasien obesitas (dosis harus ditentukan berdasarkan berat badan ideal).
c) Jangan menggunakan melebihi dosis yang dianjurkan; bila dalam 1 jam gejala
tetapatau bertambah buruk, segera hubungi dokter; jangan digunakan terus-
menerus.
Interaksi
Obat-obat:
18
d) E r i t r o m i s i n , b l o k e r a n e r g i k b e t a , v a k s i n a s i i n f l u e n z a , s i m e t i d i n ,
k o n t r a s e p s i o r a l , glukokortikoid, disulfiram, interferon, meksiletin,
fluoroquinolon, tiabendazol, takrindan dosis besar alopurinol menurunkan metabolisme dan
mengakibatkan toksisitas.
e) Meningkatkan resiko aritmia bila digunakan bersama haloten.
f) Isoniazid, karbamazepin atau diuretik loop dapat meningkatkan atau mengurangi kadar teofilin.
Obat dan makanan:
a) Reaksi merugikan bertambah digunakan bersama ingesti berlebihan
makanan atauminuman yang mengandung santin (kafein).
b) Konsumsi berlebihan daging yang dpanggang dengan arang dapat
mengurangiefektivitasnya.
Pemerian : serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus P, mengembang dalam air dan membentuk
suspensii yang jernih hingga opalesen kental,koloidal
Kelarutan : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonium hidroksida agak sukar larut dalam etanol.
Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya florosensi terus
menerus selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa perubahan konsentrasi
yang signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi cahaya,stabil di
udara.
19
Khasiat : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi jantung bekerja
sebagai diuretik lemah.
OTT : Tanin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : untuk sediaan lepas lambat dewasa dan anak-anak maximal 400mg/hr.
3-4 dd 125-250 mg
20
2.4.4. Mg Stearat (Lubrikan)
Rumus Molekul : C16H70MgO4
Pemerian : serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit , mempunyai baud
an rasa khas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air
Stabilitas : stabil dan simpan di tempat kering
OTT :dengan asam kuat, garam – garam besi dan hindari pencampuran
dengan oksidator kuat
Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %
Kegunaan : lubrikan/ zat pelicin
Penyimpanan : dalam wadah tertutp rapat dan tempat sejuk
21
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang
dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung.
Komponen tablet terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan yang berupa bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, dan bahan pelicin
Preformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi
yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi
penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi.
Rancangan formulasi sediaan tablet teofilin terdiri dari teofilin sebagai bahan aktif,
Avicel PH 102 sebagai bahan pengisi, amylum maydis sebagai bahan penghancur,
mg strearat sebagai lubrikan dan talk sebagai glidan.
3.2. Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E. 200. Handbook of Pharmaceutical Excipients
Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Sweetman, S.C. 2009.Martindale The Complete Drug Reference 36. London Chicago:
Pharmaceutical Press
23