Modul 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja

TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

MODUL 3
TI 3003 PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

ANALISIS DAN
PERBAIKAN METODE
KERJA

Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja & Ergonomi


Program Studi Teknik Industri
Institut Teknologi Bandung
2019

0
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan:
1. Memetakan sistem kerja dalam bentuk Peta Pekerja dan Mesin (PPM).
2. Mengidentifikasi pemborosan dalam suatu metode kerja.
3. Mengidentifikasi kegunaan pemetaan metode kerja.
4. Melakukan perbaikan Peta Pekerja dan Mesin (PPM) menggunakan pendekatan SMED.
5. Menganalisis permasalahan yang terjadi pada suatu metode kerja menggunakan 7 tools, 5
whys, dan 5W1H dalam pemecahan masalah.

B. DASAR TEORI
PETA KERJA

Peta kerja merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki suatu sistem kerja secara sistematis dan jelas. Peta kerja
dibagi ke dua kelompok besar, yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat.

Gambar 1 Pengelompokan Peta Kerja

1
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Peta Kerja Keseluruhan

Peta kerja keseluruhan merupakan peta kerja yang menggambarkan sistem kerja secara
keseluruhan dalam suatu kegiatan produksi. Beberapa contoh dari peta kerja keseluruhan adalah
sebagai berikut.

1. Assembly Chart (AC)


Assembly Chart atau AC merupakan peta kerja
keseluruhan yang menggambarkan urutan perakitan
suatu produk. Informasi yang diperoleh melalui
pemetaan jenis peta kerja ini adalah sebagai berikut.
1. Komponen-komponen penyusun produk
2. Urutan perakitan suatu produk
3. Keterkaitan antar komponen

Gambar 2 Assembly Chart


2. Operation Process Chart (OPC)
Operation Process Chart atau OPC menggambarkan
langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang
terjadi selama melakukan kegiatan produksi. OPC
menunjukkan urutan operasi, inspeksi, kelonggaran
waktu, dan material yang digunakan dalam proses
bisnis atau manufaktur, dari raw material sampai
dengan packaging produk jadi. Tujuan pemetaan
dengan menggunakan OPC ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengetahui kebutuhan mesin
2. Memperkirakan kebutuhan material
3. Menentukan layout pabrik

Gambar 3 OPC

2
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

3. Flow Process Chart (FPC)


Flow process chart atau FPC menggambarkan aliran
material, pekerja, atau informasi dalam suatu kegiatan
produksi. FPC menggambarkan aliran barang, pekerja,
atau kertas dalam suatu proses atau prosedur operasi.
Pada peta kerja ini, elemen kerja yang digunakan lebih
detail, yaitu operasi, inspeksi, transportasi, dan
penyimpanan sementara. Namun, peta aliran proses tidak
menggambarkan proses produksi suatu produk secara
keseluruhan, melainkan hanya terbatas untuk tiap
komponen pembentuk produk akhir tersebut.

Tujuan pemetaan dengan menggunakan FPC ini adalah


sebagai berikut.
1. Mengetahui aliran material atau pekerja
2. Memberikan informasi jumlah operasi yang dikerjakan
dan waktu operasinya

Gambar 4 FPC

4. Work Process Chart (Peta Proses Kelompok Kerja)


Peta proses kelompok kerja menggambarkan kegiatan
kerja yang melibatkan sekelompok pekerja yang saling
bekerja sama. Peta kerja ini digunakan pada suatu
tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan
diperlukan kerja sama yang baik dari sekelompok pekerja,
misalnya pergudangan.

Tujuan pemetaan dengan menggunakan peta ini adalah


sebagai berikut.
1. Mengetahui proses kerja kelompok
2. Mengetahui adanya aktivitas yang saling
berhubungan
3. Menentukan pembagian tugas kerja
4. Menentukan waktu penyelesaian suatu kegiatan
produksi

Gambar 5 WPC

3
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

5. Diagram Aliran/Flow Diagram (FD)


Diagram aliran atau flow diagram menggambarkan
aliran kegiatan proses berdasarkan tata letak pabrik
dan stasiun kerja di dalamnya. Dengan mengetahui
tata letak tempat perpindahan suatu barang, maka
dapat dianalisis agar jarak perpindahan tersebut
minimum. Tujuan pemetaan dengan menggunakan
flow diagram ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui aliran material dan pekerja
2. Mengetahui jarak transportasi dari suatu stasiun
kerja ke stasiun kerja lainnya

Gambar 6 Flow diagram

6. Value Stream Mapping


Value Stream Mapping adalah pemetaan visual yang menggambarkan semua langkah,
pekerjaan, atau aktivitas di dalam proses dan mendokumentasikan langkah-langkah
mulai dari awal proses sampai dengan akhir proses (George, 2002 dalam Fawaz, 2003).

Tujuan pemetaan dengan menggunakan value


stream mapping ini adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kondisi existing dari
proses dan digunakan untuk mendapatkan
langkah-langkah yang mempunyai nilai dan
tidak mempunyai nilai tambah.
2. Mengidentifikasi seluruh jenis
pemborosan di sepanjang value stream

Gambar 7 Value stream mapping

7. Diagram Spaghetti
Diagram Spaghetti adalah metode
pemetaan untuk memvisualisasikan
aliran pada sistem aktual. Diagram ini
menggambarkan gerakan aliran
material, produk, informasi atau orang.
Tujuan pemetaan dengan diagram
spaghetti adalah:
1. Mengidentifikasi jalur perpindahan
objek (material, produk,
informasi) yang padat
2. Mengidentifikasi redundansi aliran
kerja
3. Mengidentifikasi pemborosan pada
Gambar 8 Diagram spaghetti
perpindahan pekerja

4
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Peta Kerja Setempat

Peta kerja setempat merupakan peta kerja yang menggambarkan proses produksi pada suatu
stasiun kerja tertentu secara detail. Beberapa contoh dari peta kerja setempat adalah sebagai
berikut.

1. Peta Pekerja dan Mesin (PPM)


Peta pekerja dan mesin menggambarkan koordinasi antara waktu operasi dan waktu
menganggur pada pekerja dan mesin. Tujuan dari pembuatan peta ini adalah sebagai
berikut.
 Mengetahui hubungan antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin
 Menentukan tata letak suatu stasiun kerja
 Menentukan alokasi jumlah pekerja dan mesin

Peta ini digunakan


untuk mendapatkan
suatu keseimbangan
kerja antara pekerja
dan mesin, utilisasi
lebih pada kedua
faktor, dan
keseimbangan di
keseluruhan siklus
kerja.

Gambar 9 Peta Pekerja dan Mesin

Lambang-lambang yang digunakan pada Peta Pekerja Mesin:


Menunjukkan waktu menganggur
 Pekerja sedang menganggur atau mesin sedang menganggur (tidak
beroperasi).
 Salah satu sedang menunggu yang lain.
5
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Menunjukkan kerja independen


 Pekerja yang sedang bekerja dan independen dengan mesin maupun
pekerja lainnya.
 Mesin sedang bekerja tanpa memerlukan pelayanan dari operator.
Menunjukkan kerja kombinasi
 Pekerja dan mesin atau pekerja dengan pekerja lainnya sedang bekerja
bersama-sama.
 Selama mesin bekerja diperlukan pelayanan dari pekerja (operator).
2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Peta tangan kiri dan tangan kanan menggambarkan gerakan tangan kiri dan kanan pekerja,
secara detail, melakukan aktivitas pengerjaan suatu produk. Tujuan dari pembuatan peta
ini adalah sebagai berikut.
 Menggambarkan semua gerakan tangan kiri dan kanan pekerja
 Menyeimbangkan gerakan kedua tangan untuk mengurangi kelelahan
 Menganalisis tata letak stasiun kerja

Peta ini digunakan untuk


mendapatkan
perbandingkan besarnya
tugas yang dibebankan
dan waktu pengerjaan
masing-masing gerakan
pada kedua tangan.

Gambar 10 Peta Tangan Kiri dan Kanan

STUDI GERAKAN (THERBLIG)

Studi gerakan merupakan metode pemetaan sistem kerja dengan melakukan analisis terhadap
beberapa gerakan anggota tubuh pekerja ketika melakukan pekerjaan. Untuk memudahkan
analisis ini, Frank dan Lilian Gilbreth menentukan 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang
dikenal dengan istilah Therblig. Setiap gerakan Therblig ini dinyatakan dalam lambang-lambang
sebagai berikut.

6
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Tabel 1 Studi Gerakan (Therblig)

No Nama Therblig Lambang


Kelompok Gerakan Utama
1 Merakit Assemble A
2 Melepas Rakitan Disassemble DA
3 Memakai Use U
Kelompok Gerakan Penunjang
1 Menjangkau Reach RE
2 Memegang Grasp G
3 Membawa Move M
4 Melepas Released Load RL
Kelompok Gerakan Pembantu
1 Mencari Search SH
2 Memilih Select ST
3 Mengarahkan Position P
4 Mengarahkan sementara Pre-position PP
5 Memegang untuk memakai Hold H
6 Memeriksa Inspection I
Kelompok Gerakan Luar
1 Istirahat Rest R
2 Merencanakan Plan Pn
3 Kelambatan yang tidak dapat dihindari Unavoidable delay UD
4 Kelambatan yang dapat dihindari Avoidable delay AD
Selain itu, elemen gerak ini juga dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut.
1. Kelompok gerakan utama, merupakan elemen gerak yang memberikan nilai tambah.
Terdapat 3 jenis kelompok gerakan utama, yaitu:
a. Merakit: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk menggabungkan beberapa
komponen menjadi objek yang baru. Gerakan ini didahului dengan gerakan
membawa atau mengarahkan dilanjutkan dengan gerakan melepas.
b. Melepas rakitan: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk memisahkan komponen
penyusun suatu objek. Gerakan ini didahului dengan gerakan memegang dan
dilanjutkan dengan gerakan membawa atau melepas.
c. Memakai: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk menggunakan alat, yang
dimaksud dengan memegang bisa satu atau dua tangan sekaligus.

2. Kelompok gerakan penunjang, merupakan elemen gerak yang kurang memberikan nilai
tambah, namun diperlukan. Terdapat 4 jenis kelompok gerakan penunjang, yaitu:
a. Menjangkau: Elemen gerakan dasar tangan untuk berpindah tempat tanpa beban,
baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini didahului oleh
gerakan melepas (release) dan diikuti dengan memegang (grasp). Gerakan ini
dimulai saat tangan terangkat untuk berpindah dan berakhir bila tangan sudah
berhenti menyentuh objek.

7
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

b. Memegang: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk menggenggam objek,


didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa.
Untuk memperbaiki elemen gerakan memegang, beberapa pertanyaan perlu
diperhatikan di antaranya sebagai berikut.
1. Apakah beberapa objek dapat dipegang sekaligus?
2. Apakah objek tersebut memiliki permukaan yang licin?
3. Apakah permukaan tempat peletakan objek dapat diperhalus?
c. Membawa: Elemen gerakan dasar dengan melakukan perpindahan tangan, hanya
saja tangan dikenakan pembebanan objek tertentu. Mulai dan berakhirnya gerakan
ini sama halnya dengan gerakan menjangkau. Anggota tubuh yang berperan dalam
gerakan ini adalah mata dan tangan. Untuk memperbaiki elemen gerakan
membawa, pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dapat digunakan sebagai
pedoman di antaranya sebagai berikut.
1. Apakah jarak perpindahan dapat dikurangi?
2. Apakah sudah menggunakan cara yang terbaik?
3. Apakah dapat membawa beberapa objek sekaligus untuk mengurangi waktu
perpindahan?
4. Apakah perubahan arah gerak dapat dihindari?
d. Melepas: Elemen gerakan dasar untuk menghilangkan objek dari genggaman.
Gerakan ini relatif paling singkat dibandingkan dengan gerakan therblig lainnya.
Gerakan melepas dimulai saat pekerja membuka tangan untuk menghilangkan
objek dari genggamannya hingga seluruh jarinya tidak ada yang menyentuh objek
tersebut. Untuk memperbaiki elemen gerakan melepas, pertanyaan – pertanyaan
dibawah ini dapat digunakan sebagai pedoman di antaranya sebagai berikut.
1. Apakah gerakan melepas dapat dilakukan bersamaan dengan gerakan
membawa?
2. Apakah peralatan dapat digunakan untuk melepas?
3. Kelompok gerakan pembantu, merupakan elemen gerak yang tidak memberikan nilai
tambah dan bisa dihilangkan. Terdapat 6 jenis kelompok gerakan pembantu, yaitu:
a. Mencari: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek. Dalam
hal ini, organ tubuh yang bekerja adalah mata. Gerakan dimulai saat mata mulai
bergerak untuk mencari objek dan berakhir ketika objek sudah ditemukan. Untuk
mengurangi waktu mencari, seorang perancang sistem kerja harus memperhatikan
pertanyaan di bawah ini.
 Sudah jelaskah ciri – ciri objek yang akan diambil?
 Sudah tetapkah tempatnya?
 Apakah tempat peletakan objek tembus pandang?
 Apakah letak peletakan objek sudah merupakan tempat yang terbaik untuk
mengurangi waktu mencari?
 Apakah letak peletakan objek sudah memiliki pencahayaan yang cukup?

b. Memilih: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk memilih objek di antara
beberapa objek lainnya. Gerakan ini dimulai saat tangan dan mata mulai melihat
sejumlah objek hingga salah satu di antara objek tersebut diambil sebagai objek
terpilih. Untuk mengurangi waktu memilih, seorang perancang sistem kerja harus
memperhatikan pertanyaan di bawah ini.
 Apakah objek yang berbeda diletakkan di tempat yang sama?
 Apakah permukaan tempat penyimpanan tembus pandang?
8
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

 Apakah tempat penyimpanan bisa diperluas?


c. Mengarahkan: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk mengarahkan objek pada
lokasi tertentu. Gerakan mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan
mengangkut dan diiringi dengan gerakan merakit (disassembly). Gerakan ini
dimulai saat tangan mengendalikan objek, misalnya memutar, dan menggeser ke
tempat yang akan dituju.
d. Mengarahkan sementara: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk melakukan
penempatan sementara dengan tujuan memudahkan pemegangan objek kembali.
Sehingga, elemen gerakan mengarahkan dapat berkurang dan objek yang sudah
diarahkan sementara dapat digunakan untuk rencana kerja selanjutnya secara
mudah.
e. Memegang untuk memakai: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk memegang
tanpa menggerakkan objek. Perbedaannya dengan memegang adalah perlakuan
terhadap objek. Gerakan memegang umumnya dilanjutkan dengan gerakan
membawa, sementara gerakan ini tidak.
f. Memeriksa: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk menyeleksi objek sesuai
dengan kriteria atau tidak. Kriteria yang diperiksa dapat berupa warna, ukuran,
tekstur dan lain sebagainya. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan
membandingkan antara objek dengan suatu standar.

4. Kelompok gerakan luar, merupakan elemen gerak yang tidak memberikan nilai tambah
dan harus dihilangkan. Terdapat 4 jenis kelompok gerakan luar, yaitu:
a. Istirahat: Merupakan tindakan yang dilakukan pada siklus kerja secara periodik
untuk memulihkan kembali kondisi badan dari rasa lelah. Hal ini dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan dan juga kondisi pekerja seperti usia, jenis kelamin, dan kebugaran
tubuh.
b. Merencanakan: Merupakan proses kognitif atau mental yang dilakukan pekerja
untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam suatu siklus pekerjaan.
c. Kelambatan yang tidak dapat dihindari: Sebuah kondisi keterlambatan yang terjadi
pada suatu siklus kerja yang disebabkan oleh pegawai maupun lingkungan yang
tidak dapat dikontrol oleh pekerja.
d. Kelambatan yang dapat dihindari: Sebuah kondisi keterlambatan yang terjadi pada
suatu siklus kerja yang disebabkan oleh pekerja maupun lingkungan yang
sebenarnya dapat dikontrol oleh pekerja

9
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

PRINSIP EKONOMI GERAKAN

Untuk merancang sistem kerja dengan gerakan kerja yang ekonomis diperlukan penerapan prinsip
ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan beberapa aspek sebagai berikut.

Prinsip
Ekonomi
Gerakan

Tubuh Pengaturan
Perancangan
manusia dan tata letak
peralatan
gerakannya tempat kerja

Gambar 11 Prinsip Ekonomi Gerakan

A. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakannya


Suatu kegiatan akan berjalan dengan lebih mudah dan cepat jika dikerjakan secara simetris
oleh bagian tubuh kiri dan kanan. Hal ini menyebabkan terjadinya keseimbangan gerak antara
satu bagian tubuh dengan bagian tubuh lainnya sehingga tidak akan menimbulkan kelelahan
atau fatigue. Prinsip ekonomi gerakan ini antara lain sebagai berikut.
1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama
2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama, kecuali pada waktu
istirahat
3. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah
4. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, hanya pada bagian badan yang diperlukan
saja
5. Memanfaatkan momentum untuk membantu gerakan
6. Menghindari gerakan patah-patah dan perubahan arah
7. Mengutamakan gerakan balistik dibandingkan dengan gerakan yang dikendalikan
8. Merancang pekerjaan yang seirama dengan gerakan pekerja agar terjadi gerakan kerja
yang alamiah
9. Mengurangi gerakan mata

B. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja
Prinsip ekonomi gerakan ini antara lain sebagai berikut.
1. Menetapkan posisi tubuh dan peralatan pada posisi yang tetap
2. Meletakkan material dan peralatan di tempat yang mudah dan cepat untuk dijangkau
3. Memprioritaskan material yang akan digunakan di tempat yang lebih lengkap dari
jangkauan
4. Menentukan mekanisme yang sesuai dalam pergerakan material yang sudah selesai
diproses
5. Menentukan urutan peletakkan bahan dan material sesuai dengan urutan prosesnya
6. Menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan ukuran tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan

10
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

7. Menyesuaikan tinggi kursi dengan posisi duduk agar dihasilkan posisi duduk yang alamiah
8. Mengatur tata letak peralatan dan pencahayaan

C. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan


Prinsip ekonomi gerakan ini antara lain sebagai berikut.
1. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan perkakas
pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat ditingkatkan
2. Merancang peralatan agar mempunyai lebih dari satu kegunaan
3. Merancang peralatan agar memudahkan handling dan penyimpanan
4. Beban yang didistribusikan ke bagian anggota tubuh disesuaikan dengan kekuatannya
5. Memposisikan peralatan sehingga beban yang ditanggungnya memiliki posisi yang baik
dengan tenaga minimum

METODE PEMECAHAN MASALAH

Dalam melakukan pemecahan masalah, terdapat beberapa informasi yang harus dianalisis yang
mencakup hal-hal berikut.

7 Waste Cacat produksi pada suatu perusahaan mengakibatkan


biaya tambahan untuk melakukan rework pemborosan
yang dapat dihilangkan

Defects
Waktu menunggu yang terjadi pada
Kegiatan produksi di luar operator, mesin, maupun material dalam
kebutuhan yang suatu kegiatan kerja
menyebabkan pemborosan Over-
Idle time
dan biaya tambahan Production

7 Kegiatan pemindahan material


WASTE dari satu tempat ke tempat lain
Gerakan kerja yang tidak yang tidak memberikan nilai
memberikan nilai Non-value
Transpor- tambah
tambah sebaiknya added
tation
dihilangkan motions

Penyimpanan barang atau inventory Proses produksi tambahan yang terjadi


akan mengakibatkan biaya Production karena kesalahan metode kerja termasuk
Inventory
tambahan Process pemborosan yang dapat dihilangkan

Gambar 12 Pemborosan

11
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Waste atau pemborosan merupakan hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah yang harus
direduksi atau dihilangkan. Taiichi Ono memperkenalkan 7 Pemborosan/7 waste melalui
sistem produksi Toyota. Tujuh pemborosan tersebut biasa ditemukan dalam suatu kegiatan
produksi yang dapat dilihat pada Gambar 12. Penjelasan untuk masing-masing pemborosan
dapat dilihat di bawah ini.

1. Defects
Defect dapat menghambat proses produksi dan membutuhkan proses rework dengan biaya
yang mahal. Rework dapat berupa pengerjaan ulang maupun koreksi dari proses yang sudah
dilakukan. Seringkali, barang reject harus dibuang dan membuat sumber daya serta usaha yang
sudah dilakukan menjadi sia-sia.
2. Idle time
Pemborosan ini terjadi ketika operator atau part harus menunggu sampai satu siklus produksi
terpenuhi sehingga hanya dapat memonitor mesin yang sedang berproduksi, atau ketika
pekerjaan operator tertunda karena beberapa hal, misalnya lini produksi yang tidak seimbang
atau kekurangan part untuk proses produksi.
3. Transportation
Pemborosan ini terjadi ketika adanya perpindahan operator ataupun part selama proses
produksi yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Transportasi adalah bagian yang penting dalam
pekerjaan, namun perpindahan material atau produk tidak memberikan nilai tambah. Bahkan,
seringkali kerusakan terjadi dalam proses transportasi.
4. Production process
Teknologi atau desain yang tidak memadai dapat menimbulkan pemborosan pada proses
produksi itu sendiri. Beberapa contoh proses yang termasuk pemborosan di antaranya mesin
yang overrun maupun aktivitas deburring. Proses yang berlangsung melebihi standar yang
ditentukan juga dapat menimbulkan pemborosan.
5. Inventory
Produk jadi, produk setengah jadi, atau part dan suplai yang disimpan menjadi inventori tidak
memberikan nilai tambah. Sebaliknya, inventori menambah biaya operasional karena
menempati ruang dan membutuhkan peralatan dan fasilitas tambahan, contohnya gudang,
forklift, dan sistem konveyor. Selain itu, adanya gudang menyebabkan dibutuhkan operator
tambahan untuk operasional dan administrasi. Kualitas produk yang disimpan di gudang dalam
waktu yang lama juga menurun seiring berjalannya waktu.
6. Non-added value motions
Pergerakan dari tubuh pekerja yang tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan yang
memberikan nilai tambah dianggap sebagai gerakan yang tidak produktif. Gerakan ini dapat
berupa perpindahan dari operator, part, ataupun mesin selama proses berlangsung.
7. Over-production
Proses produksi yang berlangsung lebih cepat dibandingkan waktu yang ditentukan dengan
lama proses yang lebih singkat dan jumlah output yang lebih tinggi dibandingkan permintaan
konsumen dapat menimbulkan pemborosan. Menghasilkan produk melebihi kebutuhan yang
seharusnya dapat menghasilkan pemborosan yang cukup tinggi dikarenakan beberapa hal, di
antaranya penggunaan material sebelum dibutuhkan, kebutuhan mesin tambahan, kebutuhan
ruang tambahan untuk menyimpan kelebihan persediaan, dan penambahan biaya transportasi
serta biaya administrasi.
12
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah adalah 7 Tools, 5 Whys, dan
5W1H. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing metode.

7 Tools

Untuk melakukan pemecahan masalah dapat menggunakan alat bantu berupa 7 tools of quality
menurut Kaoru Ishikawa, sebagai berikut.
1. Check Sheet
Check sheet merupakan lembar pemeriksaan untuk
menyederhanakan pencatatan data.

Gambar 13 Check sheet

2. Histogram
Histogram menggambarkan bentuk distribusi
karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang
dikumpulkan melalui check sheet.

Gambar 14 Histogram

13
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

3. Pareto Chart

Pareto chart menggambarkan unsur


karakteristik mutu yang paling dominan dari
unsur-unsur lainnya. Diagram pareto dapat
digunakan untuk mengetahui faktor penyebab
masalah yang memiliki frekuensi paling tinggi.

Hasil pengolahan data dengan Pareto sesuai


dengan hukum Pareto atau hukum 80:20, yang
artinya jika 20% dari masalah utama dapat
diselesaikan, maka hal ini dapat menjawab 80%
dari permasalahan keseluruhan.
Gambar 15 Pareto chart

4. Cause and effect diagram (Fish Bone)

Fish bone digunakan untuk mencari


semua penyebab dari suatu
permasalahan berdasarkan komponen-
komponen yang terkait pada suatu
sistem kerja.

Gambar 16 Fishbone diagram

5. Scattered diagram

Scattered diagram digunakan untuk menentukan korelasi


antara penyebab dan akibat yang timbul dari suatu
permasalahan.

Gambar 17 Scattered diagram

14
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

6. Control chart

Control chart atau peta kendali digunakan untuk


menetapkan batas-batas tindakan pengambilan
keputusan dalam pengendalian mutu secara statistik.

Gambar 18 Control chart

7. Stratification diagram

Stratification diagram mengelompokkan


sekumpulan data yang mempunyai karakteristik yang
sama.

Gambar 19 Stratification diagram

5 Whys

Metode 5 whys ini digunakan untuk mencari sumber dari suatu permasalahan dengan cara mengulang
pertanyaan ‘mengapa’ beberapa kali hingga ditemukan sumber permasalahan atau elemen dasar yang
dapat diperbaiki.

5W1H

Metode 5W1H digunakan untuk mendapatkan informasi dari suatu sistem kerja yang meliputi
serangkaian pertanyaan berikut.
 What : Apa yang perlu diperbaiki
 Why : Mengapa perbaikan diperlukan
 Who : Siapa yang harus melakukan perbaikan
 Where : Di mana perbaikan perlu dilakukan
 When : Kapan perbaikan perlu dilakukan
 How : Bagaimana perbaikan dilaksanakan

15
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

PRINSIP-PRINSIP REKAYASA SISTEM KERJA


SMED
SMED atau Single Minute Exchange Dies yaitu suatu metode untuk meminimasi waktu setup dari satu
jenis produk ke produk lainnya. Ada dua jenis setup, yaitu setup internal dan setup eksternal. Setup
internal adalah setup yang dapat dilakukan jika mesin mati atau mesin tidak beroperasi sedangkan
setup eksternal adalah setup yang dapat dilakukan pada keadaan mesin menyala atau tanpa mematikan
mesin. Tahap dalam SMED terdiri dari identifikasi pekerjaan, identifikasi mana yang merupakan setup
internal dan setup eksternal, dan kemudian merekayasa agar setup internal berkurang sedemikian
sehingga setup dapat dilakukan dengan mematikan mesin sesedikit mungkin. Hal inilah yang akan
meminimasi waktu setup.

Gambar 20 Prinsip SMED


Sumber : http://eng.managerservices.nl

C. ALAT DAN BAHAN


1. Kamera
2. Flashdisk
3. Laptop

D. LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM
Langkah-langkah praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi kondisi existing sistem kerja berupa peta kerja setempat.
2. Identifikasi pemborosan dalam suatu sistem kerja.
3. Identifikasi gerakan Therblig pada proses kerja.
4. Identifikasi masalah yang terdapat pada sistem kerja dengan menerapkan metode pemecahan
masalah.
5. Evaluasi sistem kerja existing dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan.

16
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

Gambar 21 Alur Pengumpulan Data

Adapun alur praktikum yang dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan seperti pada
Gambar 21, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Praktikan mengamati proses produksi part.
2. Praktikan mengidentifikasi gerakan yang dilakukan operator sesuai dengan gerakan therblig.
3. Praktikan melakukan identifikasi masalah.

F. PENULISAN LAPORAN
FORMAT LAPORAN
COVER
LEMBAR PENGESAHAN  Kertas A4
 Margin Kiri-Atas-Kanan-Bawah: 3-2-2-2
LEMBAR ASISTENSI
 Font:
DAFTAR ISI 1. Isi laporan : Calibri 11
BAB I Pendahuluan 2. Judul bab : Cambria 14
3. Subbab : Cambria 12
BAB II Pengumpulan Data
4. Spasi multiple 1.3
BAB III Pengolahan Data  Header kiri : “Modul 3 – Analisis dan Perbaikan
BAB IV Analisis Peta Kerja”
BAB V Kesimpulan dan Saran  Header kanan : Nama asisten (NIM asisten)
 Footer kiri : Kelompok XX
DAFTAR PUSTAKA  Footer kanan : Nomor halaman
LAMPIRAN

17
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

G. REFERENSI
Imai, M. 2012. Gemba Kaizen: A Commonsense Approach to a Continuous Improvement Strategy 2𝑛𝑑
ed. Mc-Graw Hill: New York.
Niebel, B.W. and Freivalds, A. 2012. Methods, Standard and Work Design12th ed. Mc-Graw Hill : New
York.
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, John H., 2006. Teknik Tata Cara Kerja.
Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi Teknik Industri ITB : Bandung.
Tague, Nancy R. 2005. The Quality Toolbox. American Society for Quality: Milwaukee

18
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II

CHECK SHEET PEMBOROSAN

Product Number : Line Name :

Product Name : Process Name :

JENIS PRESENTASE
NO NAMA KEGIATAN TURUS FREKUENSI PRESENTASE
PEMBOROSAN KUMULATIF

TOTAL

19

Anda mungkin juga menyukai