Modul 3
Modul 3
Modul 3
MODUL 3
TI 3003 PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI
ANALISIS DAN
PERBAIKAN METODE
KERJA
0
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan:
1. Memetakan sistem kerja dalam bentuk Peta Pekerja dan Mesin (PPM).
2. Mengidentifikasi pemborosan dalam suatu metode kerja.
3. Mengidentifikasi kegunaan pemetaan metode kerja.
4. Melakukan perbaikan Peta Pekerja dan Mesin (PPM) menggunakan pendekatan SMED.
5. Menganalisis permasalahan yang terjadi pada suatu metode kerja menggunakan 7 tools, 5
whys, dan 5W1H dalam pemecahan masalah.
B. DASAR TEORI
PETA KERJA
Peta kerja merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi
yang diperlukan untuk memperbaiki suatu sistem kerja secara sistematis dan jelas. Peta kerja
dibagi ke dua kelompok besar, yaitu peta kerja keseluruhan dan peta kerja setempat.
1
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Peta kerja keseluruhan merupakan peta kerja yang menggambarkan sistem kerja secara
keseluruhan dalam suatu kegiatan produksi. Beberapa contoh dari peta kerja keseluruhan adalah
sebagai berikut.
Gambar 3 OPC
2
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Gambar 4 FPC
Gambar 5 WPC
3
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
7. Diagram Spaghetti
Diagram Spaghetti adalah metode
pemetaan untuk memvisualisasikan
aliran pada sistem aktual. Diagram ini
menggambarkan gerakan aliran
material, produk, informasi atau orang.
Tujuan pemetaan dengan diagram
spaghetti adalah:
1. Mengidentifikasi jalur perpindahan
objek (material, produk,
informasi) yang padat
2. Mengidentifikasi redundansi aliran
kerja
3. Mengidentifikasi pemborosan pada
Gambar 8 Diagram spaghetti
perpindahan pekerja
4
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Peta kerja setempat merupakan peta kerja yang menggambarkan proses produksi pada suatu
stasiun kerja tertentu secara detail. Beberapa contoh dari peta kerja setempat adalah sebagai
berikut.
Studi gerakan merupakan metode pemetaan sistem kerja dengan melakukan analisis terhadap
beberapa gerakan anggota tubuh pekerja ketika melakukan pekerjaan. Untuk memudahkan
analisis ini, Frank dan Lilian Gilbreth menentukan 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang
dikenal dengan istilah Therblig. Setiap gerakan Therblig ini dinyatakan dalam lambang-lambang
sebagai berikut.
6
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
2. Kelompok gerakan penunjang, merupakan elemen gerak yang kurang memberikan nilai
tambah, namun diperlukan. Terdapat 4 jenis kelompok gerakan penunjang, yaitu:
a. Menjangkau: Elemen gerakan dasar tangan untuk berpindah tempat tanpa beban,
baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek. Gerakan ini didahului oleh
gerakan melepas (release) dan diikuti dengan memegang (grasp). Gerakan ini
dimulai saat tangan terangkat untuk berpindah dan berakhir bila tangan sudah
berhenti menyentuh objek.
7
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
b. Memilih: Elemen gerakan dasar dari pekerja untuk memilih objek di antara
beberapa objek lainnya. Gerakan ini dimulai saat tangan dan mata mulai melihat
sejumlah objek hingga salah satu di antara objek tersebut diambil sebagai objek
terpilih. Untuk mengurangi waktu memilih, seorang perancang sistem kerja harus
memperhatikan pertanyaan di bawah ini.
Apakah objek yang berbeda diletakkan di tempat yang sama?
Apakah permukaan tempat penyimpanan tembus pandang?
8
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
4. Kelompok gerakan luar, merupakan elemen gerak yang tidak memberikan nilai tambah
dan harus dihilangkan. Terdapat 4 jenis kelompok gerakan luar, yaitu:
a. Istirahat: Merupakan tindakan yang dilakukan pada siklus kerja secara periodik
untuk memulihkan kembali kondisi badan dari rasa lelah. Hal ini dipengaruhi oleh
jenis pekerjaan dan juga kondisi pekerja seperti usia, jenis kelamin, dan kebugaran
tubuh.
b. Merencanakan: Merupakan proses kognitif atau mental yang dilakukan pekerja
untuk menentukan tindakan selanjutnya dalam suatu siklus pekerjaan.
c. Kelambatan yang tidak dapat dihindari: Sebuah kondisi keterlambatan yang terjadi
pada suatu siklus kerja yang disebabkan oleh pegawai maupun lingkungan yang
tidak dapat dikontrol oleh pekerja.
d. Kelambatan yang dapat dihindari: Sebuah kondisi keterlambatan yang terjadi pada
suatu siklus kerja yang disebabkan oleh pekerja maupun lingkungan yang
sebenarnya dapat dikontrol oleh pekerja
9
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Untuk merancang sistem kerja dengan gerakan kerja yang ekonomis diperlukan penerapan prinsip
ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan beberapa aspek sebagai berikut.
Prinsip
Ekonomi
Gerakan
Tubuh Pengaturan
Perancangan
manusia dan tata letak
peralatan
gerakannya tempat kerja
B. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak tempat kerja
Prinsip ekonomi gerakan ini antara lain sebagai berikut.
1. Menetapkan posisi tubuh dan peralatan pada posisi yang tetap
2. Meletakkan material dan peralatan di tempat yang mudah dan cepat untuk dijangkau
3. Memprioritaskan material yang akan digunakan di tempat yang lebih lengkap dari
jangkauan
4. Menentukan mekanisme yang sesuai dalam pergerakan material yang sudah selesai
diproses
5. Menentukan urutan peletakkan bahan dan material sesuai dengan urutan prosesnya
6. Menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan ukuran tubuh sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan
10
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
7. Menyesuaikan tinggi kursi dengan posisi duduk agar dihasilkan posisi duduk yang alamiah
8. Mengatur tata letak peralatan dan pencahayaan
Dalam melakukan pemecahan masalah, terdapat beberapa informasi yang harus dianalisis yang
mencakup hal-hal berikut.
Defects
Waktu menunggu yang terjadi pada
Kegiatan produksi di luar operator, mesin, maupun material dalam
kebutuhan yang suatu kegiatan kerja
menyebabkan pemborosan Over-
Idle time
dan biaya tambahan Production
Gambar 12 Pemborosan
11
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Waste atau pemborosan merupakan hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah yang harus
direduksi atau dihilangkan. Taiichi Ono memperkenalkan 7 Pemborosan/7 waste melalui
sistem produksi Toyota. Tujuh pemborosan tersebut biasa ditemukan dalam suatu kegiatan
produksi yang dapat dilihat pada Gambar 12. Penjelasan untuk masing-masing pemborosan
dapat dilihat di bawah ini.
1. Defects
Defect dapat menghambat proses produksi dan membutuhkan proses rework dengan biaya
yang mahal. Rework dapat berupa pengerjaan ulang maupun koreksi dari proses yang sudah
dilakukan. Seringkali, barang reject harus dibuang dan membuat sumber daya serta usaha yang
sudah dilakukan menjadi sia-sia.
2. Idle time
Pemborosan ini terjadi ketika operator atau part harus menunggu sampai satu siklus produksi
terpenuhi sehingga hanya dapat memonitor mesin yang sedang berproduksi, atau ketika
pekerjaan operator tertunda karena beberapa hal, misalnya lini produksi yang tidak seimbang
atau kekurangan part untuk proses produksi.
3. Transportation
Pemborosan ini terjadi ketika adanya perpindahan operator ataupun part selama proses
produksi yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Transportasi adalah bagian yang penting dalam
pekerjaan, namun perpindahan material atau produk tidak memberikan nilai tambah. Bahkan,
seringkali kerusakan terjadi dalam proses transportasi.
4. Production process
Teknologi atau desain yang tidak memadai dapat menimbulkan pemborosan pada proses
produksi itu sendiri. Beberapa contoh proses yang termasuk pemborosan di antaranya mesin
yang overrun maupun aktivitas deburring. Proses yang berlangsung melebihi standar yang
ditentukan juga dapat menimbulkan pemborosan.
5. Inventory
Produk jadi, produk setengah jadi, atau part dan suplai yang disimpan menjadi inventori tidak
memberikan nilai tambah. Sebaliknya, inventori menambah biaya operasional karena
menempati ruang dan membutuhkan peralatan dan fasilitas tambahan, contohnya gudang,
forklift, dan sistem konveyor. Selain itu, adanya gudang menyebabkan dibutuhkan operator
tambahan untuk operasional dan administrasi. Kualitas produk yang disimpan di gudang dalam
waktu yang lama juga menurun seiring berjalannya waktu.
6. Non-added value motions
Pergerakan dari tubuh pekerja yang tidak secara langsung berhubungan dengan kegiatan yang
memberikan nilai tambah dianggap sebagai gerakan yang tidak produktif. Gerakan ini dapat
berupa perpindahan dari operator, part, ataupun mesin selama proses berlangsung.
7. Over-production
Proses produksi yang berlangsung lebih cepat dibandingkan waktu yang ditentukan dengan
lama proses yang lebih singkat dan jumlah output yang lebih tinggi dibandingkan permintaan
konsumen dapat menimbulkan pemborosan. Menghasilkan produk melebihi kebutuhan yang
seharusnya dapat menghasilkan pemborosan yang cukup tinggi dikarenakan beberapa hal, di
antaranya penggunaan material sebelum dibutuhkan, kebutuhan mesin tambahan, kebutuhan
ruang tambahan untuk menyimpan kelebihan persediaan, dan penambahan biaya transportasi
serta biaya administrasi.
12
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah adalah 7 Tools, 5 Whys, dan
5W1H. Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing metode.
7 Tools
Untuk melakukan pemecahan masalah dapat menggunakan alat bantu berupa 7 tools of quality
menurut Kaoru Ishikawa, sebagai berikut.
1. Check Sheet
Check sheet merupakan lembar pemeriksaan untuk
menyederhanakan pencatatan data.
2. Histogram
Histogram menggambarkan bentuk distribusi
karakteristik mutu yang dihasilkan oleh data yang
dikumpulkan melalui check sheet.
Gambar 14 Histogram
13
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
3. Pareto Chart
5. Scattered diagram
14
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
6. Control chart
7. Stratification diagram
5 Whys
Metode 5 whys ini digunakan untuk mencari sumber dari suatu permasalahan dengan cara mengulang
pertanyaan ‘mengapa’ beberapa kali hingga ditemukan sumber permasalahan atau elemen dasar yang
dapat diperbaiki.
5W1H
Metode 5W1H digunakan untuk mendapatkan informasi dari suatu sistem kerja yang meliputi
serangkaian pertanyaan berikut.
What : Apa yang perlu diperbaiki
Why : Mengapa perbaikan diperlukan
Who : Siapa yang harus melakukan perbaikan
Where : Di mana perbaikan perlu dilakukan
When : Kapan perbaikan perlu dilakukan
How : Bagaimana perbaikan dilaksanakan
15
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
D. LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM
Langkah-langkah praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi kondisi existing sistem kerja berupa peta kerja setempat.
2. Identifikasi pemborosan dalam suatu sistem kerja.
3. Identifikasi gerakan Therblig pada proses kerja.
4. Identifikasi masalah yang terdapat pada sistem kerja dengan menerapkan metode pemecahan
masalah.
5. Evaluasi sistem kerja existing dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan.
16
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
Adapun alur praktikum yang dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan seperti pada
Gambar 21, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Praktikan mengamati proses produksi part.
2. Praktikan mengidentifikasi gerakan yang dilakukan operator sesuai dengan gerakan therblig.
3. Praktikan melakukan identifikasi masalah.
F. PENULISAN LAPORAN
FORMAT LAPORAN
COVER
LEMBAR PENGESAHAN Kertas A4
Margin Kiri-Atas-Kanan-Bawah: 3-2-2-2
LEMBAR ASISTENSI
Font:
DAFTAR ISI 1. Isi laporan : Calibri 11
BAB I Pendahuluan 2. Judul bab : Cambria 14
3. Subbab : Cambria 12
BAB II Pengumpulan Data
4. Spasi multiple 1.3
BAB III Pengolahan Data Header kiri : “Modul 3 – Analisis dan Perbaikan
BAB IV Analisis Peta Kerja”
BAB V Kesimpulan dan Saran Header kanan : Nama asisten (NIM asisten)
Footer kiri : Kelompok XX
DAFTAR PUSTAKA Footer kanan : Nomor halaman
LAMPIRAN
17
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
G. REFERENSI
Imai, M. 2012. Gemba Kaizen: A Commonsense Approach to a Continuous Improvement Strategy 2𝑛𝑑
ed. Mc-Graw Hill: New York.
Niebel, B.W. and Freivalds, A. 2012. Methods, Standard and Work Design12th ed. Mc-Graw Hill : New
York.
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, John H., 2006. Teknik Tata Cara Kerja.
Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi Teknik Industri ITB : Bandung.
Tague, Nancy R. 2005. The Quality Toolbox. American Society for Quality: Milwaukee
18
MODUL 3 Analisis dan Perbaikan Metode Kerja
TI-3003 Praktikum Perancangan Sistem Terintegrasi II
JENIS PRESENTASE
NO NAMA KEGIATAN TURUS FREKUENSI PRESENTASE
PEMBOROSAN KUMULATIF
TOTAL
19