LP FR Radius Ulna (ESTER)
LP FR Radius Ulna (ESTER)
LP FR Radius Ulna (ESTER)
com/2016/05/askep-
fraktur.html)
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Smeltzer & Bare, 2002). Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berubah trauma langsung (Smeltzer & Bare, 2002),
misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna,
dan dapat berubah trauma tidak langsung (LeMone & Burke, 1996),misalnya jatuh
bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulangklavikula atau radius distal patah.
Fraktur radius-ulna adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna. Pada anak
biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung yang patah masih berhubungan satu
sama lain. Gambaran klinis fraktur radius-ulna pada orang dewasa biasanya tampak
jelas karena fraktur
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh
dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks
jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk
(Busiasmita, Heryati & Attamimi,2009). Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat
dipengaruhi oleh otot antar tulang, yaitu otot supinator, pronator teres, pronator
kuadratus yang memuat gerakan pronasi-supinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering
berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan
bermotor (Reeves, 2001:248)
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada
anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan.
1.) Menurut Oswari E (2003) adapun penyebab fraktur antara lain:
1
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling
lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
2.) Menurut Long (2006:356) adapun penyebab fraktur antara lain:
a. Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
b. Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat kejadian kekerasan.
c. Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal(kongenital,peradangan,
neuplastik dan metabolik).
Patogisiologi
Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan
outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran
lengan bawah kea rah dalam) dengan tangan dalam keadaan outstretched.
Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya
terjadi pada anak-anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya
dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran
bila kedua tulang patah.Adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan
2
kerusakan pada beberapa bagian.Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang.Sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikuti aliran darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak
ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih
besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan
persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf
ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan
terjadi pada otot sbb:
1. M. Pronator Teres
Mengakibatkan ketidakmampuanpronasi lengan bawah
2. M. fleksus kapi radialis
Mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan abduksi pergelangan tangan
3. M. Palmaris longus
Mengakibatkan ketidakmampuan fleksi pergelangan tangan
4. M. fleksor digitorum superfisialis
Mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dua falang proksimal dan pergelangan
tangan
5. M. fleksor polisis longus
Mengakibatkan ketidakmampuan fleksi semua sendi jempol
6. M. pronator kuadratus
Mengakibatkan ketidakmampuan pronator lengan bawah
7. M. abductor polisisi brevis
Mengakibatkan ketidakmampuan abduksi jempol
8. M. oponens polisis
Mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal jempol
3
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan
terjadi pada otot
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2002):
1. Nyeri hebat di tempat fraktur
Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul
karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
2. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
3. Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang
yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi
yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-
mediator.
4. Hilangnya fungsi radius-ulna
5. Deformitas
6. Krepitasi
Penatalaksanaan Medik
Agar hasil tindakan memberikan hasil yang maximal.”Goal” dari tindakan
bedah orthopaedi adalah maximum rehabilitasi penderita secara utuh (“Maximum
rehabillitation of patients as a whole”). Tindakan yang harus diperhatikan agar
4
ektremitas dapat berfungsi sebaik-baiknya maka penanganan pada trauma ektremitas
meliputi 4 hal (4 R) yaitu :
1.) Recognition
Untuk dapat bertindak dengan baik, maka pada trauma ektremitas perlu
diketahui kelainan yang terjadi akibat cedernya. Baik jaringan lunak maupun
tulangnya dengan cara mengenali tanda-tanda dan gangguan fungsi jaringan yang
mengalami cedera. Fraktur merupakan akibat dari sebuah kekerasan yang dapat
menimbulkan kerusakan pada tulang ataupun jaringan lunak sekitarnya. Dibedakan
antara trauma tumpul dan tajam. Pada umumnya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang “diffuse” pada jaringan lunak termasuk gangguan neurovaskuler
yang akan menentukan ektremitas.
2.) Reduction
Adalah tindakan mengembalikan ke posisi semula, tindakan ini diperlukan agar
sebaik mungkin kembali ke bentuk semula agar dapat berfungsi kembali sebaik
mungkin . Penyembuhan memerlukan waktu dan untuk mempertahankan hasil
reposisi(retaining) penting dipikirkan tindakan berikutnya agar rehabilitasi dapat
memberikan hasil sebaik mungkin.
3.) Retaining
Adalah tindakan imobilisasi untuk memberi istirahat pada anggota gerak yang
sehat mendapatkan kesembuhan. Imobilisasi yang tidak adequat dapat memberikan
dampak pada penyembuhan dan rehabilitasi.
4.) Rehabillitasi
Adalah mengembalikan kemampuan dari anggota/alat yang sakit/cedera agar
dapat berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi ialah suatu tindakan
setelah kuratif dan hanya mengatasi kendala akibat sequaele atau kecacatan;
padahal untuk mengembalikan fungsi sebaiknya rehabilitasi, yang menekankan
pada fungsi, akan lebih berhasil bila dapat dilaksanakan secara dini, mencegah
timbulnya kecacatan.
5.) Dislokasi
Dislokasi sendi perlu dilakukan reposisi segera karena akibat dari penundaan
akan dapat menimbulkan keadaan avaskuler nekrosis dari bonggol tulang yang
menyebabkan nyeri pada persendian serta kekakuan sendi
5
Komplikasi
Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat cedera),
awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu atau bulan).
1. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi:
a. Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk
juga kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang
mengalami fraktur.
b. Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna
2. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi:
a. Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur radius
ulna
b. Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena profunda,
infeksi dada).
c. Sindrom kompartemen.
3. Komplikasi Lambat, meliputi:
a. Deformitas.
b. Osteoarthritis sekunder (sendi).
c. Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setela fraktur pada
tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ke tulang tersebut
setelah fraktur (Brooker, 2008).
Prognosa
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada
patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan
tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang
disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu
penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.
1. Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cidera
neuro muscular, trauma jaringan, dan reflex spasme otot sekunder.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri
sekunder akibat pergerakan fragmen tulang.
3. Deficit perawatan diri (mandi, berpakaian,makan, eliminasi) berhubungan dengan
kelemahan neuromuscular, penurunan kekuatan lengan bawah.
4. Resiko trauma berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi pada lengan bawah
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akan menjalani operasi, status
ekonomi, dan perubahan fungsi peran
Intervensi
Dx1
Nyeri akut berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cidera neuro muscular,
trauma jaringan, dan reflex spasme otot sekunder
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Nyeri berkurang
atau teratasi
KH : Secara subjektif klien melaporkan nyeri berkurang atau teratasi, mengidentifikasi aktivitas
yang meningkatkan atau mengurangi nyeri. Klien tidak gelisah. Sakala nyeri 0-1
Intervensi Rasional
7
Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan, ketegangan,
Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus susu, distensi kandung kemih, dan baring lama.
8
plate dan screw. Setelah itu mengguankan gips
sirkuler dengan posisi siku fleksi dan lengan
bawah posisi supinas selama 4-6 minggu.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Analgestik memblok lintasan nyeri sehingga
analgetik nyeri akan berkurang
Dx2
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat
pergerakan fragmen tulang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuanya.
KH : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak mengalami kontraktur sendi, kekuatan otot
bertambah, dan kiln menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
9
Bantu klien melakukan latihan ROM dan Untuk mempertakankan fleksibilitas sendi sesuai
perawatan diri sesuai toleransi kemampuan
Dx3
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan perawatan dari klien
dapat terpenuhi
KH : Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, dapa melakukan
aktifitas merawat diri sesuai kemampuan, dan mengidentivikasi individu dan masyarakat yang dapat
membantu
Intervensi Rasional
10
Identifikasi kebiasaan buang air besar (BAB).
Anjurkan klien untuk minum dan meninfkatkan
latihan Meningktakan latihan dapat mencegah konstipasi
Dx4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Resiko trauma tidak
terjadi
KH : Klien mau berpartisipasi dalam pencegahan trauma
Intervensi Rasional
11
Dx5
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi pada lengan bawah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Infeksi tidak terjadi
selama perawatan
KH : klien mengenal faktor0faktor resiko, mengenal tindakan pencegahan factor resiko infeksi, dan
menunjukan teknik-teknik meningkatakan lingkungan yang aman
Intervensi Rasional
Pantau perawatan diri dan keterbatasan aktivitas Menunjukan kemampuan secara umum, kekuatan
sesuai tolerasi. Bantu program latihan otot, dan merangsang pengembalian system imun
Dx6
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional akan menjalani operasi, status ekonomi, dan
perubahan fungsi peran
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan Ansietas hilang atau
berkurang
12
KH : klien mengenal perasaannya, dapat menidentifikasi penyebab atau factor yang
mempengaruhinya, dan menyatakan ansietas berkurang
Intervensi Rasional
13
Konsep Dasar Keperawatan
1. Riwayat Keperawatan
a. Identitas pasien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk
RS, penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan juga penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya, riwayat
penyakit pasien yang pernah dirawat dirumah sakit serta pengobatan yang
pernah didapatkan dan hasilnya. Dan ada tidaknya riwayat DM pada masa lalu
yang akan mempengaruhi proses perawatan post operasi.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang keluhan pasien saat ini,
biasanya pasien mengalami nyeri pada daerah fraktur, kondisi fisik yang
lemah, tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual, muntah, dan nafsu makan
menurun.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga mengenai penyakit yang
berhubungan dengan yang diderita pasien saat ini dan penyakit
herediter/keturunan lainnya (anggota keluarga dengan riwayat penyakit yang
sama).
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum pasien
a) Tingkat kesadaran
b) Berat badan
c) Tinggi badan
2) Kepala
Amati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan (rinci keadaan
luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).
a) Rambut : Amati keadaan kulit kepala dan rambut sertakebersihannya dan
temuan lain saat melakukan inspeksi.
14
b) Wajah: Amati adanya oedema/hematom, perlukaan disekitarwajah (rinci
keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka) dan temuan lain saat
melakukan inspeksi.
c) Mata : Amati kesimetrisan kedua mata, reflek cahaya, diameterpupil,
kondisi bola mata (sklera, kornea, atau lensa, dll) keadaan kelopak mata
dan konjungtiva serta temuan lainya.
d) Hidung : Amati keadaan hidung, adanya perlukaan, keadaanseptum,
adanya sekret pada lubang hidung, darah atau obstruksi), adanya
pernafasan cuping hidung dan temuan lain saat melakukan inspeksi (rinci
keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).
e) Bibir : Amati adanya oedema, permukaan (rinci keadaanluka, luas luka,
adanya jahitan, kondisi luka), warna bibir dan kondisi mukosa bibir
serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
f) Gigi : Amati kelengkapan gigi, kondisi gigi dan kebersihanserta temuan
lain saat melakukan inspeksi.
g) Lidah : Amati letak lidah, warna, kondisi dan kebersihanlidah serta temuan
lain saat melakukan inspeksi.
3) Leher
Amati adanya pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening dileher serta
deviasi trakea, adanya luka operasi, pemasangan drain serta temuan lain saat
melakukan inspeksi. Lakukan auskultasi pada kelenjar thyroid jika ditemukan
pembesaran. Ukur jugularis vena pressure (JVP), tuliskan lengkap dengan
satuannya.
4) Dada/thorak
a) Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit
pucat, laserasi, kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya fraktur
adanya spasme otot dan keadaan kulit.
b) Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakanotot oleh
sentuhan kita adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana daerah
yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan didaerah
luka insisi.
c) Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasusfraktur.
d) Auskultasi : Periksaan dengan cara mendengarkan gerakanudara melalui
struktur merongga atau cairan yang mengakibatkan struktur sulit bergerak.
Pada pasian fraktur pemeriksaan ini pada area yang sakit jarang dilakukan.
5) Jantung
a) Inspeksi : Amati ictus cordis.
15
b) Palpasi : Raba lokasi dirasakan ictus cordis dan kekuatanangkanya.
c) Perkusi : Tentukan batas-batas jantung.
d) Auskultasi : Dengarkan irama denyutan jantung, keteraturandan adanya
bunyi tambahan.
6) Perut/abdomen
a) Inspeks : Amati adanya pembesaran rongga abdomen,keadaan kulit,
luka bekas operasi pemasangan drain dan temuan lain saat melakukan
inspeksi.
b) Auskultasi : Dengarkan bunyi bising usus dan catatfrekuensinya dalam 1
menit.
c) Palpasi : Raba ketegangan kulit perut, adanya
kemungkinanpembesaran hepar, adanya massa atau cairan.
d) Perkusi : Dengarkan bunyi yang dihasikan dari ketukandirongga
abdomen bandingkan dengan bunyi normal.
7) Genitourinaria
Amati keadaan genetalia, kebersihan dan pemasangan kateter serta temuan
lain saat melakukan inspeksi.
8) Ekstremitas
Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan luka), oedema, dan
pengisian kapiler, suhu bagian akral serta temuan lain saat pemeriksaan.
9) Sistem integument
Amati warna kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turgor kulit, adanya luka serta
temuan lain saat pemeriksaan.
10) Sistem neurologi (diperiksa lebih rinci jika pasien mengalami penyakit yang
berhubungan dengan sistem neurologis)
a) Glascow Come score
b) Tingkat kesadaran
c) Refleks fisiologis
d) Reflek patologis
e) Nervus cranial I – XII
16