Laporan Pendahuluan Fraktur
Laporan Pendahuluan Fraktur
Laporan Pendahuluan Fraktur
Disusun Oleh :
2011040084
A. Definis
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth,
2010).
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).
B. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst)
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang). \
Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis
penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua
fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri
yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindroma kompartement.
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensif
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma
• Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
• Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
• Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
• Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
• Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi
otot pada insersinya pada tulang
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
• Tidak adanya dislokasi.
• Adanya dislokasi
At axim : membentuk sudut.
At lotus : fragmen tulang berjauhan.
At longitudinal : berjauhan memanjang.
At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan posisi frakur
Tulang terbagi menjadi tiga bagian antara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3
distal
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
C. Definisi Fraktur Radius Dan Fraktur Ulna
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2010). Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna,
pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah
masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang
dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang
disertai dislokasi fragmen tulang (Manjoer 2010) Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh ruda paksa ( Sjamsuhidajat& Dee Jong, 2011).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3
distal.Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau
tanpa dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak-anak (Muttaqin,
2008). Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian
tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi
karena trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut (Alex, 2011).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan
posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di
mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk (Busiasmita,
Heryati & Attamimi,2012). Kekhasan dari fraktur radius ulna dapat dipengaruhi oleh
otot antar tulang, yaitu otot supinator, pronator teres, pronator kuadratus yang memuat
gerakan pronasisupinasi yang berinsersi pada radius dan ulna.
D. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera,
penganiayaan; terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat
yang tidak meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena
kelemahan tulang, osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian
antebrachii, infeksi atau penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis; atau
bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat
stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet
olahraga, karena kekuatan otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang,
individu mampu melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya walaupun mungkin
tulang tidak mampu menunjang peningkatan tekanan (Corwin, 2009)
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke
tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan
berpindah mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2010). Disaat demikian itu,
terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang.Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks
marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul
pendarahan pada sekitar patahan dan dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya
sehingga terbentuk hematoma pada rongga medulla tulang, edema, dan nekrokrik
sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian distal tubuh (Suratun, 2012).
E. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan
outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran
lengan bawah kea rah dalam) dengan tangan dalam keadaan outstretched. Fraktur
pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-
anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami
patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang
patah. Adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada
beberapa bagian.
Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan
keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar
akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah
sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai padpat
terjadia pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada
diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang
mengakibatkan perubahan perfusi jaringan. Kerusakan pada otot atau jaringan lunak
dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di
sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan
sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang
yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa
baal dan kelemahan.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari fraktur antara lain (Smeltzer & Bare, 2010):
1. Nyeri hebat di tempat fraktur
Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi. Nyeri ini timbul
karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
2. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
3. Pembengkakan dan Perubahan Warna
Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang
yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon
inflamasi yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan
mediator-mediator.
4. Hilangnya fungsi radius-ulna
5. Deformitas
6. Krepitasi
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk
mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka
digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa
superposisi. Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan
penunjang. Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang
humerus pada foto polos.
2. Pemeriksaan laboraturium
• Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
• Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan bahwa
kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
• Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate
amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan
tualang.
3. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitifitas yang mungkin
mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.
Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena
trauma yang berlebihan.
Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada tulang.
MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur,
termasuk jaringan lunak, dan tulang.
I. Komplikasi
Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat
cedera), awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu
atau bulan).
1. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi:
a. Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk
juga kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang
mengalami fraktur.
b. Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna
2. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi:
a. Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur
radius ulna
b. Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena
profunda, infeksi dada).
c. Sindrom kompartemen.
3. Komplikasi Lambat, meliputi:
a. Deformitas.
b. Osteoarthritis sekunder (sendi).
c. Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setela fraktur pada
tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ke tulang
tersebut setelah fraktur (Brooker, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive
Outcomes.2004
Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.
Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis : Definition
and Classification 2011-2012. NANDA International. Philadelphia.
Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.
Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo
Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC