BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi fraktur
Fraktur disebut juga dengan cedera merupakan istilah dari hilangnya atau
terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik bersifat total maupun sebagian.
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh
pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi
otot ekstrem. Meskipun tulang patah, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh,
mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,
ruptur tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen
trauma langsung maupun tidak langsung, benturan langsung terjadi bila trauma
langsung mengenai tulang yang dapat diakibatkan oleh adanya kompresi berulang
rotasional. Faktor predisposisi fraktur yaitu post menepouse pada wanita, karena
menurunnya hormone estrogen sehingga masa tulang menurun dan resiko fraktur
8
kontinuitas jaringan tulang dana tau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
secara utuh dan fraktur juga disebabkan karena trauma atau non trauma.
2. Penyebab fraktur
Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan tekanan yang lebih besar dari
yang dapat diserapnya. Menurut Smelt & Suddarth,2013 fraktur dapat disebabkan
oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak dan kontraksi
edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendon,
kerusakan saraf dan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau gerakan fragmen tulang (Krisdiyana, 2019).
1) Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba – tiba mengenai tulang yang dapat berupa
pukulan, penekukan atau penarikan yang berlebihan. Tulang tidak mampu menahan
trauma tersebut sehingga terjadi fraktur pada tempat yang terkena dan jaringan
lunaknya pun juga rusak. Kecelakaan ataupun tekanan kecil dapat mengakibatkan
fraktur.
2) Fraktur patologis
dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerah – daerah tulang yang telah
9
menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Penyebab yang paling
sering dari fraktur – fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun
metastasis.
3) Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu,
misalnya pada seorang atlet yang mengalami trauma minor berulang kali.
1) Greenstick : fraktur yang terjadi di salah satu sisi tulang patah dan satu sisi
lainnya membengkok
3) Oblik : fraktur yang terjadi membentuk sudut diantara garis tengah yang
mengalami fraktur
5) Kominutif : fraktur dengan tulang yang pecah dan berbagi menjadi beberapa
bagian
6) Depresi : fraktur yang terjadi dibagian yang terdorong kedalam, fraktur jenis
7) Kompresi : fraktur yang terjadi akibat tekanan yang keras dan sering terjadi
8) Patologik : fraktur yang terjadi karena unsure penyakit seperti tumor, kista
perlekatannya.
10
3. Patofisiologi fraktur
utamanya adalah trauma langsung yang mengenai tulang seperti kecelakaan mobil,
olahraga, jatuh atau latihan berat. Selain itu fraktur juga bisa karena stress fatique
penderita tumor (kanker) dimana telah tumbuh dalam tulang dan dapat
menyebabkan tulang menjadi rapuh, osteoporosis dan infeksi yang dapat terjadi
pada beberapa tempat. Perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan
kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut. Bila terjadi hematoma maka
terjadi nyeri. Selain itu karena kerusakan pembuluh darah kecil atau besar pada
waktu terjadi fraktur dapat menyebabkan tekanan darah menjadi turun, begitu pula
dengan suplay darah ke otak sehingga kesadaran pun menurun yang berakibat syok
hipovelemi. Bila mengenai jaringan lunak maka akan terjadi luka dan kuman akan
mudah untuk masuk sehingga mudah terinfeksi dan lama kelamaan akan berakibat
delayed union dan mal union sedangkan yang tidak berinfeksi mengakibatkan non
union. Apabila fraktur mengenai periosteum atau jaringan tulang dan Ikorteks maka
suhu tubuh atau demam, kehilangan fungsi dan apabila hal ini tidak teratasi maka
11
remuk dan emboli lemak. Dan komplikasi dini misalnya : cedera saraf, cedera arteri,
cedera organ vital, cedera kulit dan jaringan lunak sedangkan komplikasi lanjut
misalnya : delayed, mal union, non union, kontraktor sendi dan miosi ossifikasi.
Fraktur atau yang biasa disebut patah tulang merupakan keadaan dimana
hubungan atau kesatuan jaringan tulang putus. Dalam proses penyembuhan fraktur
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan pada fraktur
yaitu :
a. Usia
bervariasi pada tulang dibandingkan dengan jaringan - jaringan lain pada tubuh.
ostegenesis dari periosteum dan endosteum. Contonya seperti fraktur diafisis femur
yang akan bersatu (konsolidasi sempurna) sesudah 12 minggu pada usia 12 tahun,
Fraktur pada tulang yang dikelilingi otot akan sembuh lebih cepat dari pada
tulang yang berada di subkutan atau didaerah persendian. Sedangkan fraktur pada
tulang berongga (cancellous bone) sembuh lebih cepat dari pada tulang kompakta.
Fraktur dengan garis fraktur yang oblik dan spiral sembuh lebih cepat dari pada
12
c. Dislokasi fraktur
kali lebih cepat dari pada yang mengalami dislokasi. Makin besar dislokasi maka
berkurangnya aliran darah atau kerusakan jaringan lunak yang berat, maka proses
5. Penatalaksanaan fraktur
a. Reduksi
(tangan, pergelangan tangan, kaki, tungkai), dimana spasme otot tidak berlebihan.
Traksi bisa diberikan dengan plester flet melekat diatas kulit dan memasang pin
tranversa melalui tulang, distal terhadap fraktur. Reduksi terbuka biasanya disertai
oleh sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat dan pin, batang atau sekrup.
Ada dua jenis reposisi, yaitu reposisi tertutup dan reposisi terbuka.
displaced. Biasanya dilakukan dengan anestesi local dan pemberian analgesic. Dan
diimobilisasi dengan gips. Jika gagal maka lakukan reposisi terbuka dikamar
operasi dengan anestesi umum. Sedangkan kontra indikasi reposisi tertutup yaitu :
13
jika dilakukan reposisi namun tidak dapat dievaluasi, jika reposisi sangat tidak
mungkin dilakukan, dan jika fraktur terjadi karena kekuatan traksi, misalnya
b. Imobilisasi
dapat diimobilisasi dengan gips fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara
komersial. Pemasangan gips yang tidak tepat bisa menimbulkan tekanan kulit,
vascular, atau saraf. Semua pasien fraktur diperiksa hari berikutnya untuk menilai
Jika traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai
imobilisasi dengan ekstremitas disokong diatas ranjang atau di atas bidai sampai
c. Rehabilitasi
Dianjurkan terapi fisik untuk gerakan aktif dan pasif serta penguatan otot.
1. Definisi nyeri
14
kognitif dan faktor – faktor sensori fisiologi. Menurut Perry & Potter (2006), nyeri
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
kerusakan.
yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya. Ada banyak
hal yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri seperti seseorang yang tersiram air
panas akan merasakan nyeri yang terbakat, seorang yang mengalami luka fisik
akibat tusukan benda tanjam juga dapat mengalami nyeri. Nyeri dikelompokkan ke
dalam dua jenis yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut biasanya awitannya
tiba - tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut
mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik
perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada
kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri.
Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut
biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi,
nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik
hingga enam bulan. Sedangkan nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau
intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di
luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan
dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri
15
ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa
masalah dengan sendirinya. Nyeri kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih
(Mayasari, 2016).
yang termasuk ke dalam nyeri akut. Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah
yang berpotensi atau merupakan akibat terjadinya cedera jaringan, yang dapat
terjemahkan sebagai nyeri melibatkan proses yang kompleks dan masih banyak
dengan empat proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi. Pengertian
mekanik, atau kimia) menjadi energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor sensorik
saraf yang terjadi akibat adanya rangsangan di perifer ke pusat. Persepsi merupakan
proses apresiasi atau pemahaman dari impuls saraf yang sampai ke SSP sebagai
nyeri. Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang dihantarkan, dapat terjadi di
setiap tingkat, namun biasanya diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan oleh
otak terhadap proses di kornu dorsalis medulla spinalis. Lalu munculah tanda gejala
16
pada nyeri menurut PPNI (2016), Tanda dan gejala pada nyeri akut dapat di uraikan
sebagai berikut :
1) Mengeluh nyeri
2) Tampak meringis
4) Gelisah
6) Sulit tidur
5) Menarik diri
7) Diaphoresis
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi sejumlah faktor. Faktor – faktor
yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup
17
demikian, hal ini dapat memengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen
akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak-anak
dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri
yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat
itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu factor penting
merasakan nyeri yag lebih berat dibandingkan mereka yang mendapat dukungan
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman yang
bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan mengalami
penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka.
18
4. Penatalaksanaan nyeri
(narkotik), nonopiat atau obat AINS (Anti Inflamasi Nonsteroid), obat – obat
adjuvans atau koanalgesik. Obat analgesik yang digunakan pada pasien fraktur
demam, metamizole ini bekerja dengan cara menahan prostaglandin dalam memicu
diberikan hampir pada setiap tingkatan nyeri tanpa penilaian derajad nyeri terlebih
derajat sedang sampai berat. Efek analgetik ketorolak lebih baik dibandingkan
dengan tramadol.
1) Relaksasi
pendidikan dan latihan pernafasan dengan prinsip dapat mengurangi nyeri dengan
cara mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri,
relaksasi dapat dilakukan dengan cara ciptakan lingkungan yang tenang, tentukan
posisi yang nyaman, konsentrasi pada suatu obyek atau bayangan visual, dan
19
2) Distraksi
memfokuskan perhatian pada sesuatu selain pada nyeri misalnya menonton film.
untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Menurut Asmadi
(2008), dapat dikelompokan beberapa teknik distraksi yang dapat dilakukan antara
lain, bernapas lambat dan berirama secara teratur, menyanyi berirama dan
(guided imagery) tekniknya sebagai berikut, atur posisi nyaman pada klien, dengan
suara yang lembut mintakan klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan
atau pengalaman yang membantu semua indra, minta klien untuk tetap fokus pada
terapi modalitas dalam bentuk stimulasi kutaneus. Teknik stimulasi kutaneus dapat
meredakan nyeri secara efektif, kompres dingin dan kompres hangat dapat
kulit untuk mengontrol nyeri. Terapi dingin yang diberikan akan mempengaruhi
implus yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta yang lebih mendominasi sehingga
20
nyaman, tindakan ini digunakan pada pasien yang mengalami nyeri dengan usia.
Efek pemberian terapi hangat terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah
ke bagian tubuh yang mengalami cedera, untuk meningkatkan relaksasi otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan aliran darah dan
seberapa parah nyeri dirasakan individu. Individu merupakan penilai terbaik dari
nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan
menggunakan kisaran 0-10 dengan 0 menandakan “tanpa nyeri” dan angka tertinggi
nyeri yang dirasakan. Versi terbaru dari FPS menampilkan gambar 6 wajah bergaris
21
Gambar 1 Wong-Baker Face Pain Scale (Cox, 2009:22)
Menurut Potter & Perry (2005), NRS digunakan untuk menilai intensitas
dan memberi kebebasan penuh klien untuk mengidenti kasi keparahan nyeri.
Kategori skor NRS 0 (tidak ada nyeri), 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri sedang), dan
kata sifat untuk menggambarkan peningkatan intensitas nyeri. Pasien diminta untuk
memilih kata yang menggambarkan tingkat nyeri yang dirasakan. Metode ini
mudah dipahimi oleh pasien dengan gangguan non kognitif namun tidak memiliki
22
Gambar 3 Verbal Rating Scale (VRS) (Smeltzer, 2001:218)
Menurut Potter & Perry (2005), VAS merupakan suatu garis lurus yang
mewakili intensitas nyeri dan memiliki alat keterangan verbal pada setiap ujungnya.
nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang
menunjukkan letak nyeri terjadi di sepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya
menandakan “tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan menandakan
“berat” atau “nyeri yang paling buruk”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris
diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada
23