Isi Review Jurnal Analisis Produksi Coob
Isi Review Jurnal Analisis Produksi Coob
Isi Review Jurnal Analisis Produksi Coob
REVIEW
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN UNSYIAH VOLUME 3 NOMOR 4,
NOVEMBER 2018 : 534-549
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP
Jenis dan Sumber data : Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, kualitatif
serta data time series. Kemudian sumber datanya yaitu data
primer (pengolahan data dari wawancara dan obervasi di
lapangan) dan sekunder (perolehan data dari Badan Pusat
Statistik, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-
Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Aceh
Besar, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Lhoknga, buku,
dan internet).
Populasi dan Sampel : Populasi pada penelitian ini merupakan semua petani yang ada
di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah
1.740 petani (BPP Kecamatan Lhoknga, 2018).Pengambilan
sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode
pengambilan sampel acak distratifikasi (Stratified Random
Sampling). Sampel yang diperoleh berjumlah 55 petani sebagai
responden penelitian tersebut.
Analisis Data : Analisis Regresi Coub-Douglass, Efisiensi Produksi, serta
Penerimaan dan Keuntungan
Hasil dan Pembahasan :
Uraian Satuan Rataan
Luas Lahan M2 1.888,2
Umur Tahun 48,0
Tingkat Pendidikan Tahun 8,0
Jumlah Tanggungan Orang 4,0
Pengalaman Usahatani Tahun 23,0
Berdasarkan tabel di atas, luas lahan rataan sampel/ responden penelitian tergolong kecil,
responeden masih berumur produktif untuk berusahatani, tingkat pendidikannya rata-rata tidak
tamat SMA sederajat, jumlah tanggungannya cukup, dan responden rata-rata sudah
berpengalaman dalam berusahatani padi sawah sistem jajar legowo.
Variabel Uraian Satuan Volume Per Hektar
(1) (2) (3) (4)
X1 Luas Lahan M2 10.000,00
X2 Benih Kg 84,00
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z .766
Asymp.Sig.(2-tailed) .601
Dari tabel Uji Kolmogorov-Smirnov, diperoleh nilai Asymp.Sig (2-Tailed) = 0,601 yang mana
lebih besar dari 0,05 artinya adalah data berdistribusi normal. Variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini dengan menggunakan aplikasi spss, yang mana diperoleh dari tabel coefficientsa.
Coefficients
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Model
1 (Constant)
Nilai Tolerance Value (TV) setiap variabel independent lebih besar dari 0,1 dan Variance
Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10 artinya tidak terjadi multikolinearitas
antarvariabel independent.
c. Uji Heretoskedastisitas
Uji Heretoskedastisitas yang digunakan pada penelitian ini adalah uji scatterplot.
Gambar grafik scatterplot menunjukan bahwa 55 titik data menyebar secara acak dengan titik
membentuk pola tertentu serta tersebar merata dibawah angka 0 pada sumbu y. Berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas untuk model regresi yang digunakan.
Koef. Std.
Variabel T-hitung Signifikan Keterangan
Regresi Error
Constant 2,962 0,605 4,898 0,000
X1 0,389 0,126 3,079 0,003 Berpengaruh Nyata
X2 -0,015 0,048 -0,307 0,760 Tidak Berpengaruh Nyata
X3 0,180 0,079 2,287 0,027 Berpengaruh Nyata
X4 0,187 0,093 2,021 0,049 Berpengaruh Nyata
X5 0,028 0,089 0,313 0,755 Tidak Berpengaruh Nyata
X6 -0,058 0,146 -0,395 0,695 Tidak Berpengaruh Nyata
tersebut berarti bahwa rata-rata petani dapat mencapai 80 persen dari potensial produksi yang
diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang dikorbankan. Angka 0,8044 ialah lebih kecil
dari 1 (<1), artinya bahwa rata-rata penggunaan faktor produksi pada usahatani padi jajar
legowo di Kecamatan Lhoknga belum efisien secara teknis, masih terdapat peluang potensi
sebesar 20 persen untuk meningkatkan produksi padi agar usahatani padi jajar legowo di
Kecamatan Lhoknga efisien secara teknis. Semakin nilai efisiensi teknis mendekati 1, maka
semakin tinggi pula efisiensi secara teknis yang dicapai dalam usahatani tersebut.
a.Lahan
Pada faktor produksi luas lahan, hasil efisiensi ialah <1 yaitu 0,0008 lebih kecil dari
0,01. Hal tersebut berarti bahwa penggunaan faktor produksi luas lahan pada usahatani padi
sistem jajar legowo ialah tidak efisien, maka penggunaannya harus dikurangi. Produk
marginal lahan ialah 0,21. Artinya bahwa jika terdapat luas lahan sebesar 1888 m2, maka akan
meningkatkan produksi sebesar 0,21 kg atau jika terdapat luas lahan sebesar 1 ha, maka akan
meningkatkan produksi sebesar 1,11 kg/ha. Penggunaan luas lahan sebesar 1888 m2
memerlukan biaya sebesar Rp.1.403.356,8 atau penggunaan luas lahan sebesar 1 ha, maka
akan memerlukan biaya sebesar Rp.7.432.318. Sehingga, para petani di Kecamatan Lhoknga
dapat memperoleh penerimaan yang maksimal jika mengurangi penggunaan input pada
usahataninya.
b.Pupuk Urea
Pada faktor produksi pupuk urea, hasil efisiensi ialah >1, yaitu 11,88. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi pupuk urea pada usahatani padi sistem jajar
legowo ialah belum efisien, maka penggunaannya dapat ditingkatkan lagi. Produk marginal
pupuk urea ialah 5,4. Artinya bahwa setiap penambahan 1 kg pupuk urea pada luasan lahan
1888 m2, produksi akan bertambah sebesar 5,4 kg. Atau jika penambahan pupuk urea sebesar
1 kg pada luasan lahan 1 Ha, maka produksi padi akan bertambah sebesar 28,6 kg/ha.
Penambahan 1 kg pupuk urea memerlukan biaya sebesar Rp.2.500. Jika hal tersebut terjadi,
maka petani akan memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp.29.700. Sehingga, akibat
penambahan tersebut petani akan memperoleh keuntungan sebesar Rp.27.200. Berdasarkan
perhitungan tersebut, maka petani sebaiknya menambah pupuk urea secara proporsional pada
usahatani mereka agar hasil produksi meningkat sehingga penerimaan yang diperoleh petani
juga akan meningkat.
c.Pupuk Sp-36
Pada faktor produksi pupuk Sp-36, hasil efisiensi ialah >1, yaitu 14,8. Kondisi usahatani
demikian menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi pupuk Sp-36 pada usahatani padi
sistem jajar legowo ialah belum efisien, maka penggunaannya dapat ditingkatkan lagi. Produk
marginal pupuk Sp-36 ialah 8,08. Artinya bahwa setiap penambahan 1 kg pupuk sp-36 pada
luasan lahan 1888 m2, produksi akan bertambah sebesar 8,08 kg. Atau jika penambahan pupuk
sp-36 sebesar 1 kg pada luasan lahan 1 Ha, maka produksi padi akan bertambah sebesar 42,7
kg/ha. Penambahan 1 kg pupuk urea memerlukan biaya sebesar Rp.3.000. Jika hal tersebut
terjadi, maka petani akan memperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp.44.440. Sehingga,
akibat penambahan tersebut petani akan memperoleh keuntungan sebesar Rp.41.440.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka petani sebaiknya menambah pupuk Sp-36 secara
proporsional pada usahatani mereka agar hasil produksi meningkat sehingga penerimaan yang
diperoleh petani juga meningkat.
c.Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomis akan tercapai bila usahatani tersebut mampu mencapai efisiensi
secara teknis sekaligus efisiensi secara harga atau alokatif. Berikut ini tabel hasil Analisis
Efisiensi Ekonomis Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Sistem Jajar Legowo di
Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar
No Faktor Produksi ET EH EE
1 Luas Lahan (Ha) 0,8044 0,008 0,0006
2 Pupuk Urea (Kg) 0,8044 11,88 9,5
3 Pupuk SP-36 (Kg) 0,8044 14,80 11,9
a. Luas Lahan
Besarnya hasil efisiensi ekonomis pada faktor produksi urea ialah 0,0006. Nilai tersebut
ialah lebih kecil dari1. Artinya usahatani padi sistem jajar legowo di Kecamatan Lhoknga
tidak efisien. Kondisi ini berada pada daerah II, yaitu 0<E<1. Artinya bahwa keuntungan
maksimum sudah tercapai dikarenakan penggunaan input yang optimal. Dapat dilihat pada
kurva berikut :
Namun, nilai elastisitas pada faktor produksi ini sudah hampir memasuki tahap III atau
tahap decreasing return (E=0). Jika petani menambah faktor produksi atau memperluas lahan
usahatani, maka produksi yang dihasilkan akan menurun. Sehingga sebaiknya petani
mengurangi faktor produksi ini agar nilai E mencapai 1. Pengurangan faktor produksi lahan
ini bisa diasumsikan bahwa pengurangan luas jarak tanam. Pada lokasi penelitian, rata-rata
petani menggunakan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm dengan tipe 2:1. Menurut teori,
penggunaan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm dengan tipe 4:1 merupakan penghasil rumpun
terbanyak yaitu sebesar 400.000 rumpun. Dengan demikian, disarankan bahwa para petani
sebaiknya mengurangi jarak tanam padi yaitu dengan menggunakan jarak tanam 4:1. Oleh
karena itu jika para petani menggunakan jarak tanam 4:1, maka kemungkinan petani akan
menghasilkan rumpun sebesar 400.000 rumpun sehingga produksi yang dihasilkan akan
maksimum.
b. Urea
Besarnya hasil efisiensi ekonomis pada faktor produksi urea ialah 9,5 Artinya usahatani
padi sistem jajar legowo di Kecamatan Lhoknga belum efisien. Kondisi ini disebut dengan
tahap Increasing Rate.
Sehingga dapat dilihat pada kurva berikut:
Saat ini, petani rata-rata menggunakan pupuk urea sebesar 183 kg/ha. Pemerintah
menganjurkan untuk usahatani padi sistem jajar legowo menggunakan pupuk urea sebesar
250 kg/ha. Dengan penggunaan input yang masih dapat ditingkatkan lagi, maka petani masih
dapat untuk mencapai efisiensi ekonomis ini yaitu dengan menambahkan pupuk urea sebesar
67 kg/ha. Dengan penggunaan input dan biaya yang dikorbankan, maka petani akan
memperoleh hasil produksi yang maksimal. Dengan demikian, petani akan memperoleh
penerimaan yang tinggi sehingga petani akan mengalami keuntungan.
c. Sp-36
Besarnya hasil efisiensi ekonomis pada faktor produksi pupuk sp-36 ialah 11,9. Nilai
tersebut ialah lebih besar dari 1. Artinya usahatani padi sistem jajar legowo di Kecamatan
Lhoknga belum efisien. Kondisi ini disebut dengan tahap Increasing Rate.
Sehingga dapat dilihat pada kurva berikut:
Saat ini, petani rata-rata menggunakan pupuk sp-36 sebesar 127,5 kg/ha. Pemerintah
menganjurkan untuk usahatani padi sistem jajar legowo menggunakan pupuk urea sebesar 150
kg/ha. Dengan penggunaan input yang masih dapat ditingkatkan lagi, maka petani masih dapat
untuk mencapai efisiensi ekonomis ini yaitu dengan menambahkan pupuk sp-36 sebesar 22,5
kg/ha. Dengan penggunaan input dan biaya yang dikorbankan, maka petani akan memperoleh
hasil produksi yang maksimal. Dengan demikian, petani akan memperoleh penerimaan yang
tinggi sehingga petani akan mengalami keuntungan.
4. ANALISIS USAHATANI PADI
Analisis usahatani padi sistem jajar legowo didasarkan pada 2 aspek, yaitu aspek biaya
produksi dan aspek penerimaan usahatani padi. Berikut ini tabel biaya sarana produksi
usahatani padi sawah sistem jajar legowo
No Uraian Jumlah Satuan Biaya Produksi (Rp/Ha) Persentase
. (2) (3) (4) (5) (6)
(1)
1 Sewa Lahan 10.000 m2 7.432.318,2 43,4%
2 Benih 84 kg 733.028,4 4,3%
3 Pupuk Urea 183,1 kg 464.612,4 2,7%
Rp.584.581,1/ha. Ada pun alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani umumnya yaitu
cangkul, gembor, garu, sabit, parang, sprayer dan grek. Berdasarkan tabel, maka total biaya
produksi yang terdiri dari biaya sarana produksi, biaya irigasi dan biaya penyusutan
berjumlah Rp.17.110.688/Ha.
Dari hasil analisis usahatani padi sistem jajar legowo diatas, maka diketahui bahwa
dalam 1 ha, produksi yang dihasilkan ialah sebanyak 5.499 kg dengan harga jual gabah
Rp.5500/kg. Sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp.30.244.969. Untuk mengetahui
keuntungan, maka penerimaan dikurangkan dengan biaya produksi. Dengan demikian, jika
para petani padi di Kecamatan Lhoknga mengusahakan usahataninya pada lahan sebesar 1 ha
dengan tidak memperhatikan jumlah penggunaan input yang diberikan, maka para petani akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp.13.134.281. Keuntungan ini dapat meningkat lagi jika
para petani menggunakan faktor produksi mereka secara efisien, yaitu sekitar Rp.21.323.405.