Pembahasan Evaluasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia

dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian

tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pembuatan

pupuk kompos, kayu bakar, turus (lanjaran), bahan kertas dan sayuran (Anonim,

2007) dextrin, aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik bahan bakar

nabati (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008).

Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya

untuk mendukung perekonomian Sumatera Utara, karena merupakan sumber

karbohidrat sebagai bahan baku industri pangan, pakan ternak unggas dan ikan. Di

samping bijinya, biomassa hijauan jagung juga diperlukan dalam pengembangan

ternak sapi (Ditjen Tanaman Pangan, 2006).

Produksi jagung di Riau tahun 2015 sebesar 30.870 ton pipilan kering.

Produksi tersebut mengalami peningkatan, yaitu sekitar 7,74 persen (2.219 ton

pipilan kering) dibandingkan tahun 2014. Peningkatan produksi terjadi karena ada

peningkatan luas panen sebesar 368 hektar, atau naik sekitar 3,05 persen

dibandingkan dengan luas panen tahun 2014 (12.057 hektar). Selain itu, terjadi

peningkatan produktivitas jagung dari 23,76 kuintal per hektar pada tahun 2014

menjadi 24,85 kuintal per hektar pada tahun 2015 atau meningkat sebesar 4,59

persen. Jika dilihat dari masing-masing subround, terjadi peningkatan produksi

jagung secara absolut terbesar pada subround September-Desember, yaitu naik

5.776 ton pipilan kering (naik 93,74 persen). Sehingga berdasarkan eksistensi

budidaya jagung yang terdapat di Kota Pekanbaru, Riau perlu dilakukan analisis
2

studi kelayakan usaha untuk melihat pada lima tahun mendatang apakah proyek

tersebut masih menguntungkan atau tidak.

Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu

bisnis yang dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi ini

pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan

dan proses pemilihan proyek bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis

dan sosial sepanjang waktu. Aspek - aspek dalam studi kelayakan adalah bidang

kajian dalam studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu, yang dilihat dari

fungsi-fungsi bisnis. Secara umum analisis kelayakan terbagi menjadi aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek finansial.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis struktur biaya yang digunakan dalam usaha budidaya Jagung di

Jalan Karya Mandiri (Kartama) Marpoyan Damai, Pekanbaru.

2. Menganalisis penerimaan dan pendapatan dari usaha budidaya Jagung di Jalan

Karya Mandiri (Kartama) Marpoyan Damai, Pekanbaru .

3. Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya Jagung di Jalan Karya

Mandiri (Kartama) Marpoyan Damai, Pekanbaru meliputi analisis NPV, BCR,

IRR, dan Payback Period.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai

ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh

akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung di seluruh

dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara

berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

dengan baik pada berbagai lingkungan. Pusat produksi jagung di dunia tersebar di

negara tropis dan subtropis. (Dowswell et al. 1996).

Produksi jagung berbeda antar daerah, terutama disebabkan oleh perbedaan

kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan

tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard

and Brashaw 1964), yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang

spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.

2.1.1.Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif. Tanaman

jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub divisio : Angiospermae, Class :

Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Familia : Poaceae, Genus : Zea, dan Spesies :

Zea mays L.
4

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m

meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman (Burhanuddin, 2009).

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,

namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak

tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas

terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh

namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 1999).

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah

dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun.

Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun

jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata

dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam

respon tanaman menanggapi defisit air pada selsel daun (Puslitbangtan, 1993).

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin)

dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas

bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh

sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak

tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning

dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol (Sinuraya, 1989).

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada

umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif

meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa

varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
5

sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan

2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri (Soemadi, 2000).

2.1.2.Jenis-jenis Tanaman Jagung

Jenis jagung dapat diklasifikasikan berdasarkan: (i) sifat biji dan endosperm,

(ii) warna biji, (iii) lingkungan tempat tumbuh, (iv) umur panen, dan (v)

kegunaan. Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi: (i)

dataran rendah tropik (1.600 m dpl). Jenis jagung berdasarkan umur panen

dikelompokkan menjadi dua yaitu jagung umur genjah dan umur dalam. Jagung

umur genjah adalah jagung yang dipanen pada umur kurang dari 90 hari, jagung

umur dalam dipanen pada umur lebih dari 90 hari. Sejalan dengan perkembangan

pemuliaan tanaman jagung, jenis jagung dapat dibedakan berdasarkan komposisi

genetiknya, yaitu jagung hibrida dan jagung bersari bebas.

Jagung hibrida mempunyai komposisi genetik yang heterosigot homogenus,

sedangkan jagung bersari bebas memiliki komposisi genetik heterosigot

heterogenus. Kelompok genotipe dengan karakteristik yang spesifik (distinct),

seragam (uniform), dan stabil disebut sebagai varietas atau kultivar, yaitu

kelompok genotipe dengan sifat-sifat tertentu yang dirakit oleh pemulia jagung.

Diperkirakan di seluruh dunia terdapat lebih dari 50.000 varietas jagung.

(Dowswell et al. 1996).

2.1.3.Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari

dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan

curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun. (Dowswell et

al. 1996).
6

Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi,

curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan

tidak ternaungi Suhu 21-34°C, optimum 23-27°C. Perkecambahan benih

memerlukan suhu ± 30°C (Effendi, 1999).

Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol,

grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah

yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5.

Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring >

8%, perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl

(Sukarsono, 2003).

2.1.4.Pemeliharaan Tanaman Jagung

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung

yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan

jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih

belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur

15 hari (Sania, 1988).

Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau

gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung

tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan

dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak

tumbuh/mati, dilakukan 7- 10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih

serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman (Iskandar,

1988).

Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila

tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun
7

menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu

dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung (Poehlman,

1959).

Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk

memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar

yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat

tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di

sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian

ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang

memanjang (Anonimus, 2000)

Dosis pupuk jagung yang digunakan dalam praktikum ini urea sebanyak 300

gr sp 36sebanyak 300 gr dan KCLsebanyak 200 gr. Pemupukan ini di lakukan

hanya satu kali, pada tanaman mengalami masa pegetatif. Pupuk di berikan ketika

tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam (Effendi, 1999).

2.1.5.Panen dan Pasca Panen

Umur panen 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda,

baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm),

jagung dipanen ketika malang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak,

benih, tepung dll dipanen jika sudah malang fisiologis. Jagung siap dipanen jika

klobot sudah mengering dan berwarna coklar muda, biji mengkilap, dan bila

ditekan dengan kuku tidak membekas.

2.1.6.Kandungan Gizi Pada Jagung

Kandungan gula pada jagung manis akan sangat menentukan kualitasnya.

Kualitas hasil diukur dalam bentuk kandungan gula. Semakin tinggi kandungan

gula maka kualitasnya semakin baik. Sukrosa dan gula reduksi (glukosa dan
8

fruktosa) hasil fotosintesis yang ditransfer ke berbagai organ pengguna yang

kemudian sebagian digunakan untuk pemeliharaan integritas organ tersebut,

sebagian lagi dikonversi ke bahan struktur tanaman dan sisanya sebagai cadangan

makanan ( Harini, 1993 dalam Surtinah, 2008 ).

Jagung manis mengandung Energi 96 cal, Protein 3,5 g, Lemak 1,0 g,

Karbohidrat 22,8 g, Kalsium 3,0 mg, Fosfor 111 mg, Besi 0,7 mg, Vitamin A 400

SI, Vitamin B 0,15 mg, Vitamin C 12,0 mg, dan air 72,7 g (Iskandar, 2006).

Surtinah (2008) melaporkan bahwa jagung manis yang dipanen pada umur 70 hari

menghasilkan berat tongkol 384.53 g, berat tongkol tanpa kelobot 288.89 g, dan

kandungan gula biji 15,78 %.

2.2. Analisis Kelayakan Finansial

Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study

merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah

menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan.

Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari

gagasan usaha / proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit),

baik dalam arti finansial maupun dalam arti social benefit ( Ibrahim, 2009 ).

Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang

direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari

berbagai aspek. Dengan demikian dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis

harus meliputi sekurang-kurangnya aspek-aspek berikut, di antaranya :

1. Aspek pasar dan pemasaran

2. Aspek teknis dan tehnologis

3. Aspek organisasi dan manajemen

4. Aspek ekonomi dan keuangan (finansial)


9

5. Aspek legal dan perizinan (Ibrahim, 2009).

Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan

investasi dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan

investasi dapat dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan

ekonomi. Dalam analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah

membandingkan biaya (costs) dan manfaat (benefit) dengan berbagai usulan

investasi (Soetriono, 2006).

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut

yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak

dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial,

yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang

didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau

perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber

tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999).

Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah

peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan

produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai

dengan potensi wilayah. Peningktan produksi pertanian apabila ingin

meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembagunan

pertanian (Hanani, 2003).

Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang

berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut

usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani

komersial. Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam

meningkatkan penghasilan/pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi


10

kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwilaga (1982),dalam

Rismayani (2007), bahwa ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang

dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan (Rismayani,

2007).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen

(petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal.

Dalam biaya usahatani, diklasifikasikan 2 jenis biaya : 1. Biaya Tetap atau Fixed

Cost, umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumahnya dan terus

dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. 2. Biaya Tidak

Tetap atau Variable Cost, merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh

produksi komoditas pertanian yang diperoleh (Rahim, 2008).

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya

atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau penerimaan

total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai

produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya

produksi (Rahim, 2008).

Adapun kriteria yang sering digunakan dalam analisis Kelayakan Finansial

adalah Investasi dan Reinvestasi, Biaya, Penerimaan dan Pendapan, Break Event

Point (BEP), Net Present Value (NPV), Benefit-Cost Ratio (B-C Ratio), Internal

Rate Of Return (IRR), dan Payback Period (PBP).

2.2.1.Investasi dan Reinvestasi

Menurut William F. Sharfe dalam Kasmir & Jakfar (2003), investasi dalam

arti luas adalah “Mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan

datang”. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha. Oleh karena itu
11

investasi dibagi dalam beberapa jenis. Dalam prakteknya jenis investasi dibagi

menjadi 2 macam yaitu :

1. Investasi Nyata (Real Investment)

Investasi nyata atau real investment, merupakan investasi yang dibuat dalam

harga tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.

2. Investasi finansial (Financial Investment)

Investasi finansial atau financial investment, merupakan investasi dalam

bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat-surat berharga

lainnya seperti sertifikat deposito.

2.2.2.Biaya

Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi

kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

merupakan tujuan utama perusahaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya

memerlukan perhatian yang sangat serius selain karena biaya juga merupakan

unsur pengurangan yang sangat besar dalam hubungannya dalam pencarian laba

bersih.

Menurut Mulyadi (2002:8) adalah: “Biaya adalah pengorbanan sumber

ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan

akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Selanjutnya Mulyadi (2003:4) juga

mendefinisikan pengertian biaya adalah: “Biaya (expense) adalah kas sumber daya

yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu”. Mulyadi

(2003:4)

Pengertian tersebut dapat dilihat empat unsur yang terkandung di dalamnya,

yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa kas atau


12

ekuivaleannya yang dapat diukur dalam satuan moneter uang, merupakan hal yang

terjadi atau potensial akan terjadi dan pengorbanan tersebut dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu dimasa yang akan datang dengan tujuan untuk

memperoleh pendapatan.

2.2.3.Penerimaan dan Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang

dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha. Ada beberapa pengertian yang

perlu diperhatikan dalam menganalisis pendapatan antara lain: 1. Penerimaan

adalah jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu kegiatan usaha dikalikan

dengan harga jual yang berlaku di pasar. 2. Pendapatan bersih adalah penerimaan

kotor yang dikurangi dengan total biaya produksi atau penerimaan kotor di

kurangi dengan biaya variabel dan biaya tetap (Sukartawi, 1995).

2.2.4.Break Event Point (BEP)

Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya

modal lainnya. Selama perusahaan masih berada di bawah titik BEP, selama itu

juga perusahaan masih menderita kerugian. Semakin lama sebuah perusahaan

mencapai titik pulang pokok, semakin besar saldo rugi karena keuntungan yang

diterima masih menutupi biaya yang dikeluarkan (Ibrahim, 2003).

Ada dua macam rumus yang dapat digunakan untuk analisis Break Even

Point, yaitu:

1. BEP dalam Unit

Dalam rumus ini kita dapat mengetahui berapa unit jumlah barang/jasa yang

harus diproduksi untuk mendapatkan titik impas.


13

BEP = FC / (P – VC)

Keterangan :

BEP : Break Even Point P: Price per unit

FC : Fixed Cost VC: Variabel Cost

2. BEP dalam Rupiah

Dalam rumus ini kita dapat mengetahui berapa Rupiah yang harus diterima

untuk mendapatkan titik impas. Note: perhitungan [1-(vc/s)] disebut juga dengan

istilah Margin Kontribusi Per Unit.

BEP = FC/ [1 – (VC/S)]

Keterangan :

BEP : Break Even Point

FC : Fixed Cost

VC : Variabel Cost

P : Price per unit

S : Sales Volume

2.2.5.Net Present Value (NPV)

Menurut Ibrahim (2009 : 142) Net Present Value (NPV) adalah nilai

keuntungan bersih atau perolehan keuntungan yang diperoleh di akhir pengerjaan

proyek/investasi. Perhitungan Net Present Value sering dipakai sebagai pembantu

dalam mengukur apakah suatu proyek dapat dinyatakan feasible (layak) atau

tidak. Biasanya perbandingan antara 2 proyek atau lebih dalam periode waktu

yang diperhitungkan. Selanjutnya seorang yang akan mengerjakan project akan

dapat mengambil keputusan manakah proyek yang lebih realistis untuk dikerjakan

(Fachmi, 2011 : 83-84).


14

Net present value adalah kriteria investasi yang banyak digunakan dalam

mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan Net present value

merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social

opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor.

Umar (2005;200) menjelaskan, npv meupakan selisih antara present value

dari investasi dari penerimaan sekarang/aliran kas operasional maupun aliran

termina dimasa yang akan datang. Rumus npv sebagai berikut;

CFt
NPV = ∑𝑛
𝑡=1 - 10
(1 + K)𝑡

Dimana :

NPV = Net Present Value (dalam Rupiah)

Cft = Arus Kas per Tahun pada Periode t

I0 = Nilai Investasi awal pada tahun ke 0 (dalam Rupiah)

k = Suku Bunga atau discount Rate (dalam %)

2.2.6.Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara present value manfaat

dengan present value biaya. Dengan demikian benefit cost ratio menunjukkan

manfaat yang diperoleh setiap penambahan satu rupiah pengeluaran. BCR akan

menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai BCR > 1.

Apabila BCR = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi, sehingga

terserah kepada penilai pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila

BCR < 1 maka usaha tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan

(Gittinger, 1986 : 90).


15

B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan

dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan dinotasikan

sebagai C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan sebagai B (benefit). Jika

nilai B/C = 1 maka B < C, yang artinya output yang dihasilkan lebih kecil dari

pada biaya yang dikeluarkan. Begitu juga sebaliknya. Keputusan menerima atau

menolak proposal investasi dapat dilakukan dengan melhat nilai B/C (Rahardja

dan Manurung, 2008 : 275).

2.2.7.Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat

investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah

dikalikan discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank

maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika

dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank.

Tingkat pengembalian Internal digunakan untuk mengevaluasi daya tarik

proyek atau investasi. Jika Internal rate of Return adalah proyek baru melebihi

tingkat pengembalian yang diinginkan perusahaan, proyek itu diinginkan. Jika

IRR turun di bawah tingkat pengembalian yang diminta, proyek harus ditolak.

Cara mencarai IRR dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

NPV 1
IRR = 𝑖1 + (𝑖2 − 𝑖1 )
NPV 1 − NPV 2

Keterangan: IRR = Internal Rate of Return


i1 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+

i2 = Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-

NPV1 =Net Present Value bernilai positif


16

NPV2 = Net Present Value bernilai negatif

2.2.8 Payback Period (PBP)

Payback Period adalah periode atau jumlah tahun yang diperlukan untuk

mengembalikan nilai investasi yang telah dikeluarkan. Payback Period dalam

bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan Periode Pengembalian Modal. Para

Investor atau Pengusaha sering menggunakan Payback Period (PP) atau Periode

Pengembalian Modal ini sebagai penentu dalam mengambil keputusan Investasi

yaitu keputusan yang menentukan apakah akan menginvestasikan modalnya ke

suatu proyek atau tidak. Suatu proyek yang periode pengembaliannya sangat lama

tentunya kurang menarik bagi sebagian besar investor.

Pengertian Payback Period menurut Dian Wijayanto (2012:247) adalah

periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial

cash investment). Berdasarkan definisi dari Abdul Choliq dkk (2004), Payback

Period adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui

keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan

menurut Bambang Riyanto (2004) Payback period adalah suatu periode yang

diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan

menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Rumus Payback Periode dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda

Payback Period = n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun.

Keterangan:

n = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup

investasi mula-mula
17

a = Jumlah investasi mula-mula

b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke – n

c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n + 1.

2. Rumus periode pengembalian jika arus kas per tahun jumlahnya sama

Payback Period = (investasi awal) / (arus kas) x 1 tahun.

Keterangan:

Periode pengembalian lebih cepat : layak

Periode pengembalian lebih lama : tidak layak

Jika usulan proyek investasi lebih dari satu, maka periode pengembalian

yang lebih cepat yang dipilih.


18

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian Perencanaan dan Evaluasi Proyek ini dilaksanakan pada tanggal

20 Maret sampai 22 Juni 2019, dimulai dari pembuatan instrument kuisioner

sampai tahapan pembuatan laporan penelitian. Lokasi penelitian berada di Jalan

Karya Mandiri, Kartama, Kecamatan Marpoyan Damai.

3.2. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

Sumber data adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari data langsung yang berupa hasil pengamatan langsung dan

wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui dari berbagai situs

internet dimana data tersebut langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai

penunjang dari sumber pertama yang berhubungan dengan masalah yang akan

dibahas.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan laporan, penulis

menggunakan beberapa metode, sebagai berikut:

1. Metode Observasi; adalah metode yang dilakukan penulis dengan cara

mendatangi objek penulisan secara langsung.

2. Wawancara; penulisan ini diperoleh dan didapatkan dengan bertanya langsung

kepada pengusaha.

3. Dokumen; dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer

berupa foto-foto penting terkait penelitian untuk menunjang keabsahan data.


19

3.4. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

3.4.1.Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui informasi mengenai

gambaran umum proses budidaya jagung dan pemasaran hasil jagung.

3.4.2.Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif mencakup pembahasan menegenai biaya-biaya usaha

meliputi biaya investasi, biaya operasional, hasil penjualan, dan biaya reinvestasi,

kemudian dilakukan analisis kelayakan finansial budidaya jagung untuk melihat

layak atau tidak usaha jagung melalui perhitungan NPV, BCR, IRR, Payback

Period. Data kuantitatif diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator dan

komputer dengan program Microsoft Excel sebagai alat bantu perhitungan dan

serta hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.


20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kelayakan finansial usaha budidaya jagung merupakan suatu

analisis yang didasarkan pada harga-harga rill dari apa yang sebenarnya terjadi.

Hal yang akan dianalisis adalah biaya dari kegiatan usahatani jagung.

4.1. Struktur Biaya

Biaya-biaya yang dikeluarkan pada usahatani jagung terdiri dari biaya

tetapdan biaya variabel. Dalam menghitung analisa BEP usahatani jagung

menggunakan analisa pendapatan pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2024.

Untuk menghitung analisis kelayakan finansial (NPV, BCR, IRR, dan Payback

Period) menggunakan cash flow perhitungan selama 5 tahun yaitu dari tahun 2019

sampai dengan tahun 2024.

4.1.1.Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal

kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Pada usaha budidaya jagung

biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh petani sebesar Rp. 48.027.000.00 saat

melakukan pembukaan usaha budidaya pertama kali. Rincian Biaya Investasi

terdapat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Biaya Investasi pada Budidaya Jagung

No Jenis Satuan Jumlah Harga/Unit Nilai (Rp)


(Rp)
A. Biaya Investasi
1 Lahan
Tanah M²
5,000 8,000 40,000,000
2 Fasilitas
- Sumur Bor Unit 1
3,200,000 3,200,000
- Genset Unit 1 2,800,000
2,800,000
21

- Pompa Hisap Unit 1 700,000


700,000
- Gerobak Unit 2 200,000
400,000
3 Peralatan
- Sprayer Unit 1 250,000
250,000
- Cangkul Unit 3 50,000
150,000
- Garu Unit 3 40,000
120,000
- Sabit Unit 2 16,000
32,000
- Selang M 75 5,000
375,000

Jumlah Biaya Investasi


48,027,000

4.1.2.Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarkan setiap tahun pada

umur proyek. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya

variabel (variable cost).

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan

tertentu, penyusutan pajak dan sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang

dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi,

meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja luar

keluarga, dan sebagainya.

Biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh petani usaha budidaya

tanaman jagung selama 5 tahun adalah sebesar Rp. 107.498.883.00,-. Rincian

Biaya Operasional terdapat pada Tabel 2 berikut ini.


22

Tabel 2. Rincian Biaya Operasional pada Budidaya Jagung


No Tahun Biaya Operasional
2020
1 19,768,043
2021
2 20,598,300
2022
3 21,463,429
2023
4 22,364,893
2024
5 23,304,218
Total Biaya
Operasional 107,498,883

4.2. Penerimaan dan Pendapatan Budidaya Jagung

Penerimaan usaha Budidaya Jagung diperoleh dari jumlah produksi jagung

yang terjual dalam satu tahun dikalikan dengan harga jual yang sudah ditentukan

oleh petani. Pendapatan usaha Budidaya Jagung diperoleh antara penerimaan

dikurangi dengan total biaya. Rincian biaya penerimaan dan pendapatan usaha

budidaya jagung dengan inflasi sebesar 1% untuk harga jual jagung pada daerah

kota Pekanbaru, Riau terdapat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Penerimaan dan Pendapatan Usaha Budidaya Jagung


Produksi Harga Penerimaan Total Pendapatan
Tahun
(Kg/Tahun) (Rp) (Rp) Biaya (Rp) (Rp)
1
12,375 4,000 49,500,000 21,377,709 28,122,291

2 12,375 4,040 49,995,000 22,207,967 27,787,033

3 12,375 4,080 50,494,950 23,073,096 27,421,854

4 12,375 4,121 50,999,900 23,976,693 27,023,207

5 12,375 4,162 51,509,898 24,916,018 26,593,880

Analisa penerimaan dan pendapatan petani usaha budidaya jagung dapat

dilihat secara lebih rinci pada Lampiran 5.


23

4.3. Analisis Kelayakan Finansial

Hasil perhitungan kelayakan finansial yang meliputi NPV, IRR, Net B/C

ratio, dan Payback Period dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tanaman Jagung


dengan Discount Factor 12%
No Alat Analisis Hasil Analisis Kriteria Keterangan

1 NPV >0 Layak


56,796,644
2 Net B/C (BCR) 2.18 >1 Layak

3 IRR 53.95% > 12% Layak

4 Payback Period 3 Tahun 1 Bulan 23 Hari <5 Layak

Hasil analisis kelayakan finansial pada Tabel 4. dapat diketahui bahwa

usaha budidaya jagung memiliki NPV sebesar Rp. 56.796.644 yang berarti usaha

ini akan menerima keuntungan sebesar RP. 56.796.644 selama 5 tahun mendatang

menurut nilai waktu sekarang. Menurut kriteria NPV, maka usaha budidaya

jagung sebesar Rp. 56.796.644 dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

Net B/C atau BCR sebesar 2,18 yang berarti usaha ini mampu menghasilkan

manfaat bersih sebesar 2,18 dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan.

Menurut kriteria Net B/C atau BCR, maka proyek tersebut layak untuk

dilaksanakan.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa IRR sebesar 53,95% dan

Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) hanya sebesar 12%, ini berarti IRR >

SOCC, dengan demikian proyek tersebut layak untuk dikerjakan. Usaha ini layak

dilaksanakan apabila dananya disimpan di Bank, karena memiliki return yang

lebih tinggi. Karena artinya jika proyek di atas 5 tahun, suku bunga yang masih
24

bisa membuat perusahaaan dikatakan layak ketika tingkat suku bunga di bawah

53,95% dengan NPV = 0.

Hasil analisis Payback Period menunjukkan bahwa untuk menggembalikan

total biaya sebesar Rp.124.836.259 memerlukan waktu selama 37 bulan 23 hari

atau 3 tahun 1 bulan 23 hari. Nilai Payback Period ini juga menunjukkan masa

pengembalian total biaya (biaya investasi dan biaya operasional) yang

ditanamkan. Untuk lebih detail, hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6

sampai dengan Lampiran 8.


25

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial usaha budidaya jagung di

Jalan Karya Mandiri dengan 100% adalah modal sendiri dinyatakan layak usaha.

Hal ini ditandai dengan nilai NPV besar dari 0, yaitu senilai Rp. 56.796.644,- nilai

Net B/C (BCR) besar dari 1, yaitu senilai 2,18. Sedangkan nilai IRR lebih besar

dari tingkat suku bunga sebesar 53,95% dengan tingkat pengembalian total biaya

(Payback Period) selama 36 bulan 23 hari atau 3 tahun 1 bulan 23 hari.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan, saran kami

sebagai berikut:

1. Pemerintah harus lebih memperhatikan petani-petani kecil yang memiliki biaya

sangat minim. Adakalanya diperlukan kebijakan penyediaan lahan gratis bagi

para petani yang ingin mengelolanya sebagai sumber mata pencarian. Karena

fakta di lapangan, lahan yang dimiliki oleh para petani bukanlah lahan pribadi,

melainkan lahan tidur yang dimiliki orang lain lantas dikelola. Sehingga

kekhawatiran sewaktu-waktu akan digusur dari lahan tersebut sangat tinggi.

2. Memperbaiki program subsidi agar para petani lebih bergairah dalam

meningkatkan produktivitas.

3. Dari hasil analisis, maka usaha budidaya jagung sangat layak untuk

dikembangkan agar mencapai keuntungan yang lebih maksimum, dengan lebih

memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kenaikan ataupun

penurunan pendapatan.
26

DAFTAR PUSTAKA

Allard, R.W. and A.D. Bradshaw.1964. Implication of genotype-environment


i nt eract i on i n appl i ed pl ant breedi n g. C rop S ci . 4: 503 -507.
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id Diakses 18 Juni 2019.

Anonimous. 2011. Net Present Value Adalah. http://digilib. unila.ac.id/7198/13/


BAB%20II.pdf. Diakses Pada 22 Juni 2019

Anonimous. 2015. Pengertian Bep. https://www. maxmanroe. com/ vid/ bisnis/


pengertian-bep-adalah.html. Diakses Pada 22 Juni 2019

Kho, Budi. 2017. Pengertian dan Rumus Cara Menghitung Payback Period.
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-payback-period-rumus-cara-
menghitung-payback-period/. Diakses Pada 22 Juni 2019

Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R. P.Cantrell. 1996. Maize in The Third


World.Westview Press. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id Diakses 18
Juni 2019.

Surtinah, 2008. Umur Panen Yang Tepat Menentukan Kandungan Gula Biji
Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt). Jurnal Ilmiah Pertanian
Vol.4(2):1-6

Surtinah, 2012. Korelasi Antara Waktu Panen Dan Kadar Gula Biji Jagung
Manis(Zea mays saccharata, Sturt). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 9 (1):1-

Surtinah, 2013. Menguji 3 Varietas jagung manis di Rumbai Pekanbaru. Jurnal


Ilmiah Pertanian (Edisi khusus) Vol. 1 (1):1-10.

Surtinah, 2013. Analisis Data Penelitian Tanaman Budidaya. Unilak Press.


Pekanbaru. 161 halaman.

Yassi, A., N. Rezkiani, 2011. Respon tumpangsari tanaman jagung manis dan
kacang hijau terhadap sistem olah tanah dan pemberian pupuk organik.
Jurnal Agronomika Vol. 1(1): 13-18.
27

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian Studi Kelayakan pada Usaha


Budidaya Jagung di Jalan Karya Mandiri, Kartama, Kecamatann
Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau
28

Anda mungkin juga menyukai