H18 Hwa
H18 Hwa
H18 Hwa
HAFIZD WAHYU
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Hafizd Wahyu
NIM H34154025
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.
4
ABSTRAK
HAFIZD WAHYU, Analisis Kelayakan Usaha Kangkung Hidroponik di Specta
Farm Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA.
ABSTRACT
HAFIZD WAHYU, Feasibility Study of Hydroponic Water Spinach Farming in
Specta Farm Bogor Regency. Supervised by NETTI TINAPRILLA.
HAFIZD WAHYU
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
iv
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Kangkung Hidroponik di Specta Farm
Kabupaten Bogor
Nama : Hafizd Wahyu
NIM : H34154025
Disetujui oleh
(
Dr Ir Netti i1 rilla MM
Pembimbing
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penyusunan skripsi ini adalah kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan
Usaha Kangkung Hidroponik di Specta Farm Kabuaten Bogor. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang selalu memberi
pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MSi selaku dosen evaluator, Dr Amzul Rifin SP,
MA selakuk dosen penguji utama, Rahmat Yanuar, SP, MSi selaku dosen
penguji akademik dan para dosen serta staf pengajar Departemen
Agribisnis. Institut Pertanian Bogor yang telah mengajari dan membimbing
penulis selama di institusi.
3. Bapak Zekky Bachri selaku pemilik Specta Farm yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data.
4. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Masmareldi dan Ibu Yurnalis serta
seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, kasih sayang dan materi yang
selalu diberikan kepada penulis.
5. Seluruh teman-teman seperjuangan di Alih Jenis Agribisnis Angkatan 6 atas
motivasi dan kebersamaannya.
Akhri kata penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat untuk segala
pihak. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis
pribadi apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Hafizd Wahyu
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tabel 2 Data luas panen, produksi, dan produktivitas kangkung tahun 2012-2016
Produktivitas
No Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)
(Ton/Ha)
1 2012 53 352 320 144 6.00
2 2013 54 124 308 477 5.70
3 2014 52 541 319 607 6.08
4 2015 48 996 305 071 6.23
5 2016* 51 114 327 001 6.40
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2016)
Keterangan : (*) Data sementara
dapat diketahui seberapa besar manfaat yang diperoleh oleh usaha dan apakah
kegiatan investasi yang dilakukan menghasilkan keuntungan serta layak untuk
dijalankan.
Perumusan Masalah
Tujuan Peneliatian
TINJAUAN PUSTAKA
greenhouse pada dasarnya untuk melindungi tanaman dari faktor alam seperti
cuaca yang ekstrim (angin kencang, intensitas hujan dan radiasi matahari yang
tinggi), gangguan hama, serta melindungi tanaman dari kelembaban yang tinggi.
Penggunaan greenhouse membuat tanaman terlindungi dari serangan hama
sehingga penggunaan pestisida dapat dihindari dan produk yang dihasilkan
menjadi lebih sehat.
Bertanam secara hidroponik memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
dengan budidaya tanaman menggunakan media tanah. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Prihmantoro H dan Indriani YH (1998), dalam Suhardiyanto H
(2011), kelebihan hidroponik antara lain (1) serangan hama dan penyakit
cenderung jarang, dan lebih mudah untuk dikendalikan, (2) penggunaan pupuk
dan air lebih efisien, (3) lebih bersih dan steril, (4) pekerjaan relatif lebih ringan
karena tidak harus mengolah tanah dan memberantas gulma, (4) larutan nutrisi
dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, (5) hidroponik dapat diusahakan di
mana saja, tidak harus diusahakan pada lahan luas, (6) tanaman hidroponik dapat
dibudidayakan tanpa bergantung pada musimnya. Dari berbagai keunggulan
tersebut, teknologi hidroponik lebih efektif dan efisien untuk dijalankan
dibandingkan dengan bercocok tanam secara konvensional. Penggunaan media air
sebagai pengganti media tanah juga merupakan cara untuk menghasilkan produk
yang lebih bersih, higienis, tanpa adanya kontaminasi dari berbagai limbah atau
zat berbahaya yang mungkin terdapat di dalam tanah. Produk yang lebih higienis
dapat menjadi kekuatan utama dari produk hidroponik yang dapat menarik minat
konsumen untuk memilih produk hidroponik.
Teknologi hidroponik merupakan alternatif yang baik untuk memperoleh
hasil produksi yang lebih baik dari segi kualitas, kuantitas serta kontinuitas.
Nutrisi yang diberikan pada tanaman hidroponik dapat langsung diserap sempurna
dan waktu panen lebih cepat (Permana HW 2001; Savvas D 2003). Higienis
seringkali menjadi pembeda utama sayuran hidroponik dengan sayuran
konvensional dikarenakan sayuran hidroponik tidak ditanam pada media tanah
(Halim P 2000). Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa produk
hidroponik memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan produk
konvensional.
present value), Net B/C (net benefit cost ratio), IRR (internal rate of return) dan
PP (payback periode) serta dilakukan analsis sensitivitas switching value untuk
melihat seberapa besar perubahan dari komponen inflow dan outflow yang masih
dapat di terima oleh suatu usaha (Nurmalina et al. 2014).
Pelaksanaan suatu usaha tidak terlepas dari keadaan sekitar lokasi usaha
yang juga harus di analisis agar proses berjalannya usaha dapat berjalan dengan
lancar. Dalam menjalankan suatu usaha tentunya kita harus memperhatikan
berbagai aspek, tidak hanya mengacu kepada finansial namun juga harus
mengetahui aspek non finansialnya yang terdiri dari, aspek pasar dan pemasaran,
aspek tekni, aspek manajemen dan hukm, aspek sosial, sekonomi, dan budaya,
serta aspek lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lina (2013) tentang analisis
kelayakan usaha paprika hidroponik, ditinjau dari aspek non finansial, yaitu aspek
pasar, aspek teknik, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta
aspek lingkungan, usaha budidaya paprika hidroponik layak untuk dijalankan.
Aspek pasar bagi hasil usaha budidaya paprika menunjukkan adanya peluang
pasar yang cukup besar. Aspek teknik dalam kegiatan produksi telah dilaksanakan
dengan baik, sesuai dengan standar prosedur operasional Departemen Pertanian.
Aspek manajemen telah terorganisir dan dilaksanakan dengan baik. Serta aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan telah memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. Namun, terdapat beberapa hal yang harus
diperbaiki, diantaranya yaitu penanganan hama dan penyakit tanaman terkait
batasan penggunaan pestisida, optimalisasi penerapan populasi tanaman dan,
penanganan limbah produksi.
Penelitian mengenai aspek non finansial pada analisis kelayakan usaha
jamur tiram juga dilakukan oleh Nuning M (2010). Berdasarkan aspek non
finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
sosial ekonomi dan lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini
dikarenakan jamur tiram putih memiliki peluang pasar yang tinggi; kondisi iklim
lokasi sangat cocok untuk usaha budidaya jamur tiram putih serta sarana dan
prasarana usaha sangat melimpah; organisasi serta pembagian tugas dan
wewenang yang jelas sehingga memberikan kemudahan dalam koordinasi
diantara karyawan; dan usaha budidaya jamur tiram putih ini membawa dampak
baik kepada sosial ekonomi dan lingkungan sekitar.
KERANGKA PEMIKIRAN
dikaji sebelum memulai suatu bisnis. Aspek pasar dan pemasaran merupakan dua
aspek yang tidak bisa dipisahkan, dengan kata lain setiap kegiatan pasar diikuti
kegiatan pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah untuk mencari atau
menciptakan pasar (Kasmir dan Jakfar 2010). Penilaian aspek pasar dilakukan
dengan menganalisis pasar dan strategi pemasaran usaha. Terdapat dua taktik
dalam aspek pemasaran yaitu, diferensiasi dan bauran pemasaran (marketing mix).
Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kotler (2003) yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Analisis aspek pasar mencakup
permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan digunakan, serta
perkiraan penjualan.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun. Hasil analisis dari aspek teknis dapat memberikan rancangan
awal penaksiran biaya investasi. Menurut Nurmalina et al. (2014) yang harus
dikaji dalam penilaian aspek teknis adalah lokasi bisnis, luas produksi, proses
produksi, layout tempat usaha, dan pemilihan teknologi dan peralatan.
c. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen sumber daya manusia di
dalam usaha. Aspek manajemen juga mempelajari tentang bagaimana bentuk
organisasi, deskripsi jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja, dan penentuan
anggota direksi (Nurmalina et al. 2014). Analis aspek manajemen juga difokuskan
pada kondisi internal perusahaan.
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan
digunakan dan jaminan seperti, pinjaman, akta, sertifikat dan izin yang bisa
disediakan apabila akan menggunakan sumber dana dari pihal luar. Selain itu
aspek hukum dari suatu bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar
kegiatan bisnis pada saat akan menjalin kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina
et al. 2014).
d. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Aspek sosial, ekonomi, dan budaya mengkaji dampak positif maupun
negatif yang ditimbulkan oleh usaha dan dirasakan oleh berbagai pihak pelaku
ekonomi yaitu pengusaha, pemerintahm, dan masyarakat luas. Pada aspek sosial
memberikan dampak positif bagi masyarakat luas karena tersedianya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, bagi pemerintah aspek sosial memberikan dampak
negatif berupa perubahan demografi dan budaya disuatu wilayah (Kasmir dan
Jakfar 2010). Selain itu menurut Nurmalina et al (2014), dalam aspek sosial juga
mempelajari seberapa besar suatu bisnis memberikan dapak terhadap lingkungan
sosial seperti, penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran,
pemerattan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar
lokasi usaha seperti lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik,
telpon, dan saranalainnya.
Menurut Nurmalina et al. (2014), aspek budaya dilihat dari adanya
teknologi yang digunakan di suatu bisnis maka diadakan pelatihan kepada
masyarakat sekitar selaku tenaga kerja, sehingga meningkatkan kemampuan
masyarakat. Melalui analisis aspek ekonomi, dapat diketahui kontribusi yang
11
Aspek Finansial
Menurut Umar (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi
kelayakan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan
biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran
dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
keberlanjutan usaha untukdapat berkembang. Menurut Suliyanto (2010) dalam
aspek keuangan juga dilakukan analisis terhadap sumber dana untuk menjalankan
bisnis, menganalisis besarnya kebutuhan biaya investasi, kebutuhan modal kerja,
memproyeksikan arus kas (cash flow), laba rugi, neraca, dan menganalisis tingkat
pengembalian investasi.
Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu kegiatan investasi digunakan
metode yang umum dipakai yaitu metode discounted cash flow, dimana seluruh
manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskontokan dengan discount faktor (DF).
Penggunaan discount factor erat kaitannya dengan preferensi waktu atas uang
(time preference of money). Pada aspek finansial didapatkan hasil kelayakan
usaha berdasarkan kriteria investasinya. Kriteria investasi yang digunakan adalah
nilai bersih kini (Net Present Value), rasio manfaat biaya (Net B/C), tingkat
pengembalian internal (Internal Rate of Return), dan jangka waktu pengembalian
modal investasi (Payback Period) (Nurmalina et al. 2014).
a. Net Present Value
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara total present value manfaat
dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih
tambahan selama umur bisnis (Nurmalina et al. 2014). Kriteria ukuran kelayakan
investasi menurut NPV terbagi menjadi tiga yaitu, ketika NPV lebih besar dari nol
maka usaha dinyatakan layak secara finansial sehingga dapat dilaksanakan, ketika
NPV sama dengan nol maka usaha tetap layak dilaksanakan namun keuntungan
relatif kecil dari tingkat suku bunga, dan ketika NPV kurang dari nol maka usaha
tidak layak untuk dijalankan karena keuntungan lebih rendah dari biaya yang
dikeluarkan.
b. Net Benefit-Cost Ratio
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang
bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif atau perbandingan
antara keuntungan dari usaha dengan biaya yang dikeluarkan (Nurmalina et al.
2014). Suatu usaha dapat dikatakan untung apabila memiliki nilai Net B/C lebih
12
dari satu, artinya adalah setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan menghasilkan
keuntungan lebih dari satu satuan. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio
adalah, jika Net B/C lebih besar dari satu artinya usaha layak untuk dijalankan,
jika Net B/C sama dengan satu artinya mengembalikan sebesar biaya, jika Net
B/C lebih kecil dari satu artinya usaha tidak layak untuk dijalankan.
c. Internal Rate of Return
Kelayakan bisnis dapat juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis
terhadap investasi yang ditanamkan dengan mengkur besaran Internal Rate of
Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Sebuah bisnis dapat dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari
opportunity cost of capital-nya (Nurmalina et al. 2014). Suatu invastasi dianggap
layak apabila memilki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku,
dan suatu invastasi dianggap tidak layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih
kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Dalam kriteria investasi terdapat hubungan antara NPV dan IRR. IRR
merupakan tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol.
Jika dicount rate (DR) berada dibawah nilai IRR yang diperoleh maka nilai NPV
yang diperoleh masih bernilai positif, yang artinya usaha yang dijalankan masih
dinyatakan layak. Sebaliknya jika discount rate (DR) berada diatas nilai IRR yang
diperoleh maka nilai NPV yang diperoleh bernilai negatif, yang artinya usaha
yang dijalankan mengalami kerugian dan dinyatakan tidak layak. Kurva hubungan
antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 1.
d. Payback Period
Payback Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu
(periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha dengan
membandingkan investasi dan nilai kas bersih setiap tahun (Kasmir dan Jakfar
2010). Pada nilai Payback Period (PP), usaha dinyatakan layak apabila nilai PP
lebih kecil dari umur bisnis. Semakin cepat mudal kembali, maka akan semakin
baik suatu bisnis untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat
dipergunakan untuk membiayai kegiatan lain.
13
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam peneitian ini terdiri dari dua jenis data
yaitu data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif. Data primer merupakan data yang berhubungan langsung dengan
penelitian. Data sekunder merupakan informasi tambahan sebagai penunjang
penelitian. Sumber data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan
pihak-pihak terkait seperti pemilik usaha dan pekerja usaha dengan panduan
kuesioner yang telah dipersiapkan. Sumber data sekunder berasal dari berbagai
literatur baik dari buku maupun internet, mengenai hasil publikasi data dari
lembaga dan instansi terkait yang relevan dengan penelitian. Rincian data yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode
kulitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk
menganalisis kelayakan usaha kangkung hidroponik di Specta Farm. Metode
kualitatif digunakan untuk menggambarkan aspek non finansial yang terdiri dari
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek
sosial, ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan, serta sistem usaha dengan
cara deskriptif. Pada aspek non finansial juga menggunakan metode kualitatif
untuk penilaian berupa skor kelayakan pada setiap variabel dari seluruh aspeknya.
Metode kuantitatif dilakuakn dengan menghitung kriteria kelayakan investasi
yaitu, NPV, Net B/C, PP, dan IRR serta analisis switching value berdasarkan data
dari aspek finansial usaha. Data pada metode kuantitatif diolah dengan cara
dihitung menggunakan alat hitung seperti kalkulator dan software pembantu, hasil
akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara
deskriptif.
Aspek Teknis
Analisis yang digunakan pada aspek teknis adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk penilaian pada lokasi usaha,
pemilihan peralatan, mesin dan teknologi, proses produksi, skala produksi dan
layout bangunan yang didasarkan pada penilaian subjektif berdasarkan hasil
wawancara di lapangan (Suliyanto 2010). Layout usaha kangkung hidroponik
menggambarkan tata letak dan penyusunan fasilitas lainnya yang digunakan untuk
proses produksi. Menurut Nurmalina et al. (2014) layout usaha dinyatakan layak
jika penggunaan lokasi usaha sudah optimal, mudah melakukan penyesuaian
untuk ekspansi dan aman. Analisis kuantitatif digunakan untuk membantu
melakukan survei tentang kondisi teknis dan teknologi pada usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm, maka digunakan pedoman berupa
survei dengan kuesioner dimana hasil survei akan disajikan dengan menggunakan
18
Aspek manajemen dan hukum dinyatakan layak jika Specta Farm memiliki
struktur organisasi dengan pembagian tugas yang jelas, tersedianya tenaga kerja
yang memadai untuk menjalankan usaha, serta mampu memenuhi ketentuan
hukum dan perizinan yang berlaku seperti badan usaha dan perizinan usaha seperti
SIUP, TDP, NPWP, dan sebagainya.
pada aspek sosial ekonomi dan budaya yang dapat dilihat pada Tabel 8. Aspek
sosial ekonomi dan budaya dinyatakan layak berdasarkan aspek sosial, ekonomi,
dan budaya jika usaha tersebut mampu menambah kesempatan kerja dan
pengurangan pengangguran (Nurmalina et al.2010).
Aspek Lingkungan
Analisi yang digunakan pada aspek lingkungan adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dampak usaha
terhadap lingkungan. Analisis kuantitatif pada aspek lingkungan juga dilakukan
dengan penilaian skor kelayakan untuk menganalisis kelayakannya. Penilaian
dilakukan menggunakan skor kelayakan berdasarkan item-item yang akan di
analisis. Berikut merupakan item-item yang digunakan dalam menilai kelayakan
aspek pasar dan pemasaran (Tabel 9). Aspek lingkungan dinyatakan layak jika
usaha tersebut tidak memiliki dampak buruk bagi lingkungan sekitar.
Hasil dari persentase penilaian skor kelayakan pada aspek non finansial
yang terdiri dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosisal ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan ini nantinya
akan disatukan di dalam satu tabel yang akan menggambarkan apakah usaha yang
dijalankan layak atau tidak secara keseluruhan. Hasil persentase dari masing-
masing aspek tersebut selanjutnya akan di kategorikan ke dalam dua kategori
yaitu, tidak layak, dan layak (Tabel 13).
Aspek Finansial
Analisis data yang digunakan pada aspek finansial adalah analisis kuantitatif
dengan memperhitungkan seluruh biaya, baik biaya investasi maupun biaya
operasional selama menjalankan usaha kangkung hidroponik. Selanjutnya dari
informasi biaya-biaya tersebut disusun cash flow dan laporan laba rugi yang akan
dijadikan acuan dalam menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi.
komponen yaitu proyeksi laporan laba rugi, proyeksi cash flow, dan kriteria
investasi. Menurut Nurmalina et al. (2014) aspek finanasial meliputi kriteria
kelayakan invesatasi terdiri dari net present value (NPV), net benefit cost ratio
(Net B/C), internal rate og return (IRR), payback periode (PP), dan analisis
switching value.
a. Net Present Value
Net Present Value adalah total manfaat bersih yang didapatkan oleh usaha
kangkung hidroponik selama umur bisnis pada tingkat diskonto tertentu. Nilai
NPV didapatkan dari selisih antara total present value manfaat dengan total
present value biaya. Nilai yang dihasilkan dari perhitungan NPV adalah satuan
mata uang rupiah. Menurut Nurmalina et al. NPV dapat dirumuskan sebagai
berikut,
NPV = ∑ ( )
Keterangan :
Bt = Manfaat dariusaha pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bungan yang berlaku
Ct = Biaya dari usaha pada tahun ke-t
T = Umur ekonomis proyek
Suatu bisnis dinyatakan layak jika memiliki nilai NPV lebih besar dari nol
(NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan serta memberikan manfaat dan
sebaliknya jika NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) maka bisnis tersebut tidak
layak untuk dijalankan.
b. Net Benefit-Cost Ratio
Nilai Net B/C dihasilkan dari perbandingan manfaat bersih yang benilai
positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif dari usaha kangkung
hidroponik. Net B/C ratio menggambarkan manfaat bersih yang menguntungkan
bisnis yang dihasilkan dari setiap satu satuan kerugiandari bisnis tersebut Menurut
Nurmalina et al. (2014) Net B/C secara sistematis dinyatakan sebagai berikut,
∑ ( )
dimana
∑ ( )
Keterangan :
Bt = Manfaat dariusaha pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bungan yang berlaku
Ct = Biaya dari usaha pada tahun ke-t
T = Umur ekonomis proyek
Apabila niali Net B/C ratio lebih besar dari satu (Net B/C > 1), maka bisnis
layak untuk dijalankan. Sebaliaknya apabila nilai Net B/C lebih kecil dari satu
(Net B/C < 1), maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.
c. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang
menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0). IRR dihasilkan dengan
menggunakan metode interpolas diantara tingkat discount rate yang lebih rendah
dengan tingkat discount yang lebih tinggi. Nilai IRR dinyatakan dalam satuan
persentase (%). Tingkat discount rate ditentukan dari sumber modal usaha, jika
usaha menggunakan modal sendiri maka tingkat discount rate berasal dari tingkat
suku bunga deposito, tetapi jika menggunakan modal pinjaman maka tingkat
24
discount rate berasal dari tingkat suku bungan pinjaman. Perhitungan IRR
digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu bisnis tiap
tahunnya dan menunjukkan kemampuan bisnis dalam mengembalikan investasi
yang ditanamkan. Cara menghitung IRR menurut Nurmalina et al. (2014) adalah,
Keterangan :
NPV 1 = NPV bernilai positif
NPV 2 = NPV bernilai negative
i1 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif
i2 = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negative
Sebuah bisnis dinyatakan layak jika memiliki nilai IRR yang diperoleh
bisnis tersebut lebih besar dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR yang
diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto, maka bisnis tersebut tidak layak untuk
dijalankan.
d. Payback Period
Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi yang didanai dengan aliran kas. Semakin
cepat investasi modal dapat kembali, maka semakin baik suatu bisnis diusahakan,
karena modal yang kembali dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang
lainnya. Apabila selama bisnis dijalankan dapat mengembalikan modal sebelum
berakhirnya umur bisnis, maka bisnis tersebut masih dapat dilaksanakan. Akan
tetapi, jika sampai saat bisnis berakhir dan belum dapat mengembalikan modal
yang digunakan, maka sebaiknya bisnis tersebut tidak dilaksanakan. Perhitungan
Payback Period dlakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada
cashflow didiskontokan dan dikomulatifkan. Nilai PP dinyatakan dalam satuan
tahun atau periode usaha. Secara matematis perhitungan PP menurut Nurmalina et
al. (2014) adalah sebagai berikut,
Keterangan :
PP = Jumlah periode yang diperlukan untuk mengembalikan investasi
I = Besarnya biaya Investasi yang diperlukanselama umur usaha
Ab = Rata-rata menfaat bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya yang telah
didiskontokan
Suatu bisnis dapat dinyatakan layak berdasarkan kriteria investasi payback
periode jika waktu untuk pengembalian biaya modal investasi lebih kecil dari
pada umur bisnis. Sedangkan jika waktu pengembalian biaya modal investasi
lebih lama dari umur bisnis maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.
didapatkan dalam satuan persentase (%). Hasil dari analisis switching value
menunjukan maksimum perubahan yang dapat diterima oleh usaha kangkung
hidroponik, apabila perubahan aktual yang terjadi melebihi persentase switching
value maka usaha dinyatakan tidak layak.
Perhitungan pada analisis switching value ini mengacu kepada berapa besar
perubahan yang terjadi sehingga menghasilkan nilai NPV sama dengan nol, Net
B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.
Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan varialbel-variabel tersebut
berdampak pada kelayakan (Nurmalina et al. 2010).
Asumsi Dasar
penghasilan atas dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang
memiliki peredaran bruto tertentu, yaitu :
- Pasal 2 ayat 1(b) menerima penghasilan usaha dengan peredaran bruto
tidak melebihi Rp 4 800 000 000 dalam satu tahun pajak.
- Pasal 3 ayat 1 besarnya Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana
maksud dalam pasal 2 adalah satu persen.
11. Pada analisis sensitivitas switching value, diasumsikan komponen lain selain
jumlah produksi, harga jual produk, dan harga pupuk nutrisi tidak berubah
(cateris paribus). Komponen jumlah produksi dan harga jual produk dipilih
untuk dianalisis karena dapat mempengaruhi penerimaan yang disebabkan
oleh serangan hama dan penyakit serta fluktuasi harga kangkung hidroponik.
komponen harga pupuk nutrisi dipilih karena merupakan komponen biaya
terbesar pada biaya variabel, sehingga perubahannya dapat mempengaruhi
kelayakan usaha.
Sejarah Perusahaan
akan terjadi jika tetap menjalankan metode bercocok tanam secara konvensional
yang harga dari produknya selalu berfluktuasi.
Specta Farm mulai menjalankan usaha di bidang pertanian hidroponik pada
akhir tahun 2015 yang berlokasi di Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Specta Farm mulai menekuni budidaya secara
hidroponik dengan menanam tanaman kangkung pada instalasi hidroponiknya.
Pemilik Specta Farm menggunakan teknik menanam hidroponik secara verticultur
atau teknik hidroponik talang bertingkat dengan hasil panen mencapai tiga kali
lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pertanian secara konvensional dan teknik
hidroponik lainnya. Dalam pengaplikasiannya mulai dari rencana usaha hingga
pemasaran dilakukan secara terperinci. Contohnya saja dalam peracikan nutrisi
yang digunakan dalam budidaya hidroponik di racik dan di riset sendiri oleh
pemilik Specta Farm. Selain itu pemilik dari Specta Farm juga melakukan riset
hidroponik, riset tehadap agroklimat disekitar lokasi usaha, dan meracik serta
merumuskan sendiri takaran dari komposisi yang digunakan. Hal tersebut
bertujuan untuk menekan biaya harga pokok produksi (HPP) dari usaha yang
dijalankannya. Pada awal mulanya Specta Farm melakukan kerjasama dengan
restoran ternama seperti D’Cost yang mengharuskan Specta Farm memasok
kangkung sebesar 1,5 ton hingga dua ton per minggunya. Saat ini Specta Farm
mulai mengekspansi pasarnya dengan mulai memasok produk kangkung ke
berbagai pasar-pasar modern seperti minimarket, supermarket dan sebagainya.
aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan. Setiap aspek yang dikaji
saling berkaitan dan setiap aspek harus dinyatakan layak.
hari atau dengan total 1.5 ton per minggu. Specta Farm tidak melakukan proses
distribusi karena produk kangkung hidroponik diambil langsung ke kebun oleh
pihak Original tiga kali dalam satu minggu. Keberlanjutan kerja sama antara
Specta Farm dan Original berlangsung hingga saat ini dan berjalan dengan lancar.
Berikut merupakan data produksi kangkung hidroponik tiga bulan terakhir pada
tahun 2017 yang dilakukan oleh Specta Farm (Tabel 14).
Pada data diatas terlihat bahwa produksi kangkung hidroponik tidak sama
setiap minggunya. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakuakan oleh specta
Farm tergantung dari permintaan Original. Namun Specta Farm menargetkan
produksi kangkung hidroponiknya sebanyak 1.5 ton per minggunya. Permintaan
yang tidak merata setiap minggunya, sehingga mengakibatkan adanya kelebihan
produksi, kelebihan produksi kangkung hidroponik tersebut digunakan untuk
menutupi kekurangan pada minggu sebelumnyadan sebagian di jual oleh pemilik
usaha ke penduduk setempat.
Selain permintaan rutin yang sudah dapat disanggupi oleh Specta Farm,
masih banyak permintaan yang sangat tinggi yang belum sanggup dipenuhi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan Specta Farm juga pernah menerima
tawaran dari salah satu katering maskapai penerbangan besar di Indonesia untuk
mensuplai kangkung sebanyak 200 kilogram per harinya, namun dikarenakan
kekurang sumberdaya dan Specta Farm juga sudah memiliki kontrak dengan
pihak lain maka permintaan tersebut tidak dapat terpenuhi. Hal tersebut
membuktikan bahwa peluang pasar dari kangkung hidroponik ini masih cukup
besar karna masih adanya selisih gap yang belum bisa dipenuhi Specta Farm.
b. Strategi Bauran Pemasaran (4P)
Manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan
pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran
pemasaran (4P) terdiri dari empat komponen yaitu product, price, place,
promotion (Kotler, 2003). Berikut merupakan bauran pemasaran (4P) yang
dilakukan oleh Specta Farm.
1. Product (Produk)
Produk adalah setiap apa saja yang bisa ditawarkan di pasar untuk
mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat
memenuhi keinginan atau kebutuhan (Sumarni et al, 2010). Produk yang
ditawarkan oleh Specta Farm adalah kangkung hidroponik. Kangkung hidroponik
ini memberikan daya tarik tersendiri karena berbeda dengan kangkung yang di
tanam secara konvensional. Keunggulan dari kangkung hidroponik ini yaitu
memiliki nilai gizi yang tinggi dan lebih higienis dari kangkung pada umumnya
karena penanamannya tidak menggunakan media tanah, sehingga tidak
terkontaminasi oleh logam berat yang ada pada unsur tanah dan terbebas dari
pestisida dan zat kimia lainnya.
31
Produk yang di tawarkan Specta Farm memiliki dua jenis ukuran panen
yaitu dengan ukuran panen 40 centimeter dan ukuran panen 25 centimeter.
Kangkung yang memeiliki ukuran panjang 40 centimeter di panen pada saat umur
tanam 18 hari, sedangkan kangkung dengan panjang 25 centimeter dipanen saat
umur tanam 15 hari. Dengan adanya varian ukuran panen dari produk kangkung
hidroponik ini maka konsumen dapat meminta produk sesuai dengan ukuran yang
diinginkan. Saat ini permintaan yang banyak diterima oleh Specta Farm adalah
kangkung dengan dengan ukuran tinggi panen maksimal 25 centimeter (kangkung
baby). Sebelum mendistribudikan produknya Specta Farm selalu melakukan
penyortiran yang sangat ketat, sehingga tidak ada Kangkung yang di tawarkan
oleh Specta Farm selalu diterima oleh konsumen dan tidak pernah ada komplain
atau pengembalian produk yang di karenakan adanya produk yang rusak atau
busuk. Hal tersebut dikarenkan adanya penyortiran yang ketat sebelum produk
dibawa oleh konsumen, sehingga kualitas dari produk yang tetap terjaga.
2. Price (Harga)
Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi barang beserta pelayanannya (Sumarni et al, 2010). Specta Farm
menjual hasil panen kangkung hidroponik ke supplier, restoran, dan berbagai
pasar modern. Saat ini Specta Farm menjual produknya ke supplier sayuran segar
yang memiliki nama brand Original. Harga kangkung hidroponik yang diberikan
Specta Farm kepada brand Orignal seberasr Rp 20 000 per kilogramnya. Tidak
ada perbedaan harga untuk kedua varian produk baik dengan ukuran panen 25
centimeter maupun 40 centimeter. Harga tersebut merupakan harga kesepakatan
kontrak antara Specta Farm dengan Original. Menurut pemilik Specta Farm harga
yang di tawarkan sudah mendapatkan keuntungan dari semua biaya yang telah di
keluarkan untuk proses budidaya kangkug hidroponik.
3. Place (Tempat)
Menurut Sumarni et al (2010), tempat adalah saluran yang digunakan oleh
produsen untuk menyalurkan produknya dari produsen sampai ke konsumen atau
industri pemakai. Kemudahan konsumen memperoleh suatu prodk yang
diinginkan sangat berpengearuh terhadap keputusan pembelian bagi konsumen.
Dalam memasarkan produk Specta Farm dilakukan secara langsung di tempat
produksi kangkung hidroponik yang berada di Desa Sukalayu, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Proses distribusi dilakukan dengan cara konsumen
datang langsung ke kebun Specta Farm untuk mengambil produk yang sudah
dipesan sebelumnya. Proses distribusi antara Specta Farm dengan original
dilakukan sesuai kesepakatan yaitu setiap dua hari sekali. Specta Farm memiliki
satu buah mobil untuk proses pendistribusian produknya, namun karena lokasi
antara Specta Farm dengan Original tidak terlalu jauh, maka produk kangkung
hidroponik di ambil langsung oleh Original ke lokasi produksi.
4. Promotion (Promosi)
Menurut Tjiptono (2008) promsi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran yang berupa banhasa menyebarkan informasi, mempengaruhi atau
membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar
bisa menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan
yang bersangkutan. Promosi merupakan kegiatan penting untuk memberikan
informasi maupun mengenalkan produk yang dihasilkan kepada pembeli.
Kegiatan promosi yang dilakukan Specta Farm yaitu dengan mengikuti kegiatan
32
pameran sayuran dan melalui promosi personal selling oleh pemilik Specta Farm
kepada kerabatnya, sehingga konsumen mengetahui keberadaan dari produk
kangkung hidroponik. Selain itu promosi juga dilakukan melalui media sosial
seperti facebook, whatsapp, website, serta pemberitaan dari media agribisni yang
datang langsung ke lokasi Specta Farm. Promosi melalui media sosial ini
bertujuan agar konsumen dapat mengtahui produk dari Specta Farm tanpa datang
langsung ke kebunnya dan dapat dikenal luas oleh masyarakat atau calon
konsumen. Promosi juga berjalan melalui berbagai kegiatan yang diikuti pemilik
Specta Farm sebagai pembicara di pelatihan-pelatihan serta talkshow mengenai
pertanian hidroponik.
Tabel 15 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek pasar dan pemasaran
Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Target pasar yang dituju sudah tersedia √
2 Penjualan dilakukan setiap bulannya kepada √
konsumen secara kontinyu
3 Permintaan dari konsumen dapat terpenuhi √
4 Penawaran selalu tersedia √
5 Produk yang ditawarkan diterima oleh √
konsumen
6 Distribusi pemasaran berjalan dengan lancar √
7 Harga penjualan diterima oleh konsumen √
8 Harga jual mampu meningkatkan √
keuntungan perusahaan
9 Promosi dilakukan untuk meningkatkan √
penjualan
10 Strategi yang dilakuakan perusahaan berupa √
marketing mix 4P (Product, Place, Price,
Promotion)
Total Skor 45
Rata-rata 4.5
Persentase Kelayakan 90%
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan bagian dari aspek non finansial yang cukup
penting karena terkait dengan keberhasilan produksi yang dilakukan oleh
perusahaan. Aspek teknis usaha kangkung hidroponik meliputi lokasi usaha
kangkug hidroponik, tata letak (layout) produksi, persiapan produksi, proses
produksi kangkung hidroponik, pemeliharaan peralatan hidroponik, dan kapasitas
produksi. Lokasi usaha dinyatakan layak apabila memenuhi syarat variabel utama
dan bukan utama. Variabel tersebut terdiri dari ketersediaan bahan baku, letak
pasar yang dituju, ketersediaan sumber air dan listrik, dan fasilitas transportasi
untuk distribusi. Proses produksi menjelaskan langkah-langkah budidaya
kangkung hidroponik yang dilakukan. Layout usaha dinyatakan layak apabila
usaha telah memanfaatkan lokasi usaha secara optimal. Berikut hasil analisis pada
tiap kriteria aspek teknis.
a. Lokasi Usaha
Lokasi untuk melakukan budidaya kangkung hidroponik yang digunakan
untuk usaha tidak terlalu sulit. Umumnya lokasi usaha disesuaikan dengan
kemudahan akses dan jauh dekatnya lokasi ke pasar atau mudah dijangkau oleh
pembeli. Specta Farm terletak di Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari,
Kabupaten Jawa Barat. Lokasi yang digunakan oleh Specta Farm untuk proses
produksi berada pada ketinggian 595 sampai 700 meter diatas permukaan laut,
artinya lokasi berada pada ketinggian yang lumayan tinggi sehingga dapat
menunjang sirkulasi udara yang baik. Lokasi yang dipilih oleh Specta Farm sangat
strategis dikarenakan kondisi alam dan cuaca di daerah lokasi usaha sangat
mendukung untuk melakukan budidaya pertanian. Di tambah lagi dengan tanaman
kangkung yang tidak membutuhkan suhu udara tertentu untuk pertumbuhannya.
Ketersediaan listrik dan air di lokasi usaha Specta Farm juga sangat
tercukupi, sehingga keberlangsungan proses produksi kangkung hidroponik dapat
berjalan dengan lancar. Jarak dari lokasi usaha kangkung hidroponik di Specta
Farm ke jalan raya hanya sekitar 1.5 kilometer. Dalam pendistribusisan produk,
Specta Farm tidak memikirkan jarak dari lokasi usaha ke target pasar karena,
konsumen langsung mengambil sendiri produk yang telah di pesan ke lokasi
produksi kangkung hidroponik, sehingga kendaraan untuk distribusi yang dimiliki
Specta Farm jarang digunakan. Hal tersebut menjadi keuntungan tesendiri bagi
Specta Farm karena dapat mengurangi biaya untuk pendistribusian dan
meningatkan keuntungan perusahaan.
Bahan baku yang digunakan Specta Farm dalam kegiatan produksi,
didatangkan dari dalam negri. Bahan baku untuk greenhouse dan instalasi
hidroponik, serta bahan baku untuk produksi kangkung hidroponiknya dapat
ditemukan di toko terdekat yang menyediakan alat pertanian. Harga keseluruhan
bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan rata-rata harga
pasar pada umumnya. Dalam penyediaan inputnya Specta Farm selalu membeli
34
dalam jumlah besar, sehingga pihak penyedia sarana dan prasarana dari produksi
kangkung hidroponik memberikan potongan harga. Penyedian bahan baku untuk
produksi kangkung hidroponik dilakukan satu kali dalam seminggu. Standar
bahan baku yang di tetapkan oleh Specta Farm adalah yang bekualitas dan
bermutu tinggi, agar peralatan yamg digunakan dapat bertahan lama dan produksi
kangkung yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi.
b. Layout Produksi
Layout produksi merupakan tata letak atau tata ruang yang ada di tempat
produksi suatu usaha. Secara garis besar layout adalah cara penempatan fasilitas-
fasilitas produksi agar memperlancar proses produksi yang lebih efektif dan lebih
efisien. Pengaturan tata letak atau layout dengan baik akan menghasilkan
produktivitas yang tinggi dan meminimalkan biaya dalam proses produksi.
Berikut merupakan tata letak atau layout produksi yang digunakan oleh Specta
Farm (Gambar 4).
73 m
55 m
44 m
B-4 B-5
8m 123456 123456
Keterangan :
B-1 : Blok 1 (Rak talang bertingkat fase III)
B-2 : Blok 2 (Rak talang bertingkat fase III)
B-3 : Blok 3 (Rak talang bertingkat fase III)
B-4 : Blok 4 (Rak talang bertingkat fase III)
B-5 : Blok 5 (Rak talang bertingkat fase III)
GH-1 : Greenhouse 1 (Rak semai fase I)
GH-2 : Greenhouse 2 (Rak talang bertingkat fase II)
GH-3 : Greenhouse 3 (Rak talang bertingkat fase II)
35
tanam rockwool. Specta Farm memiliki rak semai fase I sebanyak delapan unit
yang diletakkan di dalam greenhouse. Rak semai fase I dapat dilihat pada Gambar
4 berikut.
(a) (b)
Gambar 5 (a) Rak talang bertingkat fase II (b) Rak talang bertingkat fase III
3. Benih Tanaman
Benih tanaman merupakan salah satu persiapan budidaya hidroponik yang
juga cukup penting karena kualitas benih yang dipilih juga menentukan
keberhasilan budidaya hidroponik. Dengan penggunaan benih sayuran yang tepat,
maka tanaman yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang tinggi. Specta
Farm menggunakan benih kangkung dari merk yang sudah terkenal dan bekualitas
berdasarkan rekomendasi dari pembudidaya hidroponik lainnya. Benih yang
digunakan Specta Farm adalah merek panah merah yang diproduksi oleh
perusahan benih terkenal bernama East Wesh Seed dapat dilihat pada Gambar 9.
4. Media Tanam
Pada saat penyemaian benih terdapat beberapa jenis media tanam non tanah
yang dapat digunakan untuk budidaya hidroponik. Secara garis besar media tanam
hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam untuk jenis sayuran daun
dan media tanam untuk jenis sayuran buah. Penggunaan media tanam untuk
penyemaian benih harus di perhitungkan secermat mungkin agar pertumbuhan
39
dan perkembangan tanaman lebih maksimal. Media tanam yang digunakan Specta
Farm dalam penyemaian hingga hingga pembesaran kangkungnya yaitu rockwool.
Rockwool menjadi media tanam yang paling banyak digunakan untuk penanaman
sayuran secara hidroponik karena memiliki berbagai keunggulan seperti tidak
mengandung senyawa kimia dan patogen penyakit pada tanaman serta mampu
menyerap air hingga 14 kali kapasitas tampung tanah sehingga sangat cocok
dipadukan dengan sistem hidroponik. Media tanam yang digunakan Specta Farm
dapat dilihat pada Gambar 10.
5. Nutrisi
Pupuk atau nutrisi merupakan salah satu pembeda utama dari hidroponik
dibandingkan dengan sistem penanaman konvensional. Nutrisi pada hidroponik
yang digunakan Specta Farm adalah AB mix yang masing-masingnya
mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro yang dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan tanaman. Nutrisi yang digunakan Specta Farm berupa
campuran yang terdiri dari kalsium nitrat, kalium nitrat, dan BMX untuk nutrisi A
dan monokalium fosfat, amonium sulfat, dan magnesium sulfat untuk nutrisi B
serta tambahan NPK. Dalam penggunaan nutrisi untuk kangkung hidroponiknya
Specta Farm meracik sendiri takaran komposisi dari Nutrisi A dan Nutrisi B. Hal
tersebut dikarenakan untuk mendapatkan komposisi nutrisi sesuai kebutuhan,
selain itu juga dapat menghemat biaya.
6. Netpot
Netpot berfungsi layaknya penggunaan pot pada umumnya. Netpot
digunakan untuk meletakkan bibit dan media tanam di instalasi hidroponik.
Specta Farm menggunakan netpot yang berupa gelas plastik bekas air minum
mineral yang diberi lubang lubang kecil di bagian samping dan bawahnya. Posisi
netpot tergantung di pipa lubang tanam hidroponik, sehingga bagian akar tanaman
dapat menjulur keluar dari lubang-lubang kecil di netpot dan menyentuh larutan
nutrisi.
7. EC Meter
Salah satu kunci utama keberhasilan budidaya hidroponik adalah
mengetahui dengan pasti kadar nutrisi pada larutan nutrisi yang digunakan.
Kebutuhan nutrisi setiap jenis sayuran berbeda beda sehingga perlu diketahui
dengan pasti kadar nutrisi yang digunakan. Dalam penggunaannya EC meter
berfungsi untuk mengukur kadar nutrisi pada larutan nutrisi. Selain itu fungsi dari
EC meter juga dapat mengukur kepekatan suatu larutan nutrisi hidroponik. Nilai
EC meter yang menjadi acuan pemilik Specta Farm untuk nutrisi kangkung
hidroponiknya berkisar antara 1.5 mS/cm sampai 2.0 mS/cm.
40
8. pH Meter
Selain mengetahui kadar larutan nutrisi dengan pasti, pada budidaya
hidroponik penting juga untuk mengetahui pH air pada larutan nutrisi. pH air yang
ideal sesuai kebutuhan tanaman akan mendukung daya tumbuh tanaman dengan
baik, sedangkan pH larutan yang kurang ideal akan menyebabkan daya serap
tanaman terhadap nutrisi menuruh sehingga walaupun nutrisi yang diberikan pada
tanaman sudah sesuai tetapi tanaman tidak mampu menyerap nutrisi dengan
optimal. Tingkat pH yang digunakan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur
hara dan penyerapan nutrisi oleh tanaman. Tingkat pH air dan nutrisi untuk
kangkung hidroponik yang digunakan Specta Farm berkisar antara 5.5 hingga 6.5.
Tingkat pH harus sesuai karena apabila kekurangan atau kelebihan dapat
menyebabkan kekurangan maupun kelebihan nutrisi bagi tanaman sehingga akan
berdampak buruk bagi tanaman dan mendorong perkembangan penyakit jamur.
9. Peralatan Pendukung
Dalam menjalankan udaha budidaya hidroponik ada beberapa peralatan
pendukung yang harus dilengkapi diantaranya adalah sebagai berikut,
- Peralatan pendukung membuat instalasi
Ada beberapa peralatan pendukung yang dibutuhkan untuk membuat atau
membangun instalasi hidroponik seperti bor listrik, hole saw (pembuat lubang
pada pipa air untuk netpot), gergaji, penggaris, waterpass, dan sebagainya. Fungsi
dari beberapa peraatan pendukung ini adalah untuk memudahkan dalam
pembuatan instalasi hidroponik. Selain itu peralatan ini juga digunakan untuk
memperbaiki instalasi sarana pendukung lainnya yang mengalami kerusakan atau
kendala. Peralatan pendukung yang digunakan di Specta Farm dapat dilihat pada
Gambar 11.
(a) (b)
Gambar 11 (a) Mesin hole saw (b) Bor listrik
(a) (b)
Gambar 12 (a) Keranjang panen (b) Timbangan digital
(a) (b)
Gambar 13 (a) Benih berumur 1 hari (b) Benih berumur 5 hari
selanjutnya. Proses pembesaran kangkung di rak talang bertingkat fase III dapat
dilihat pada Gambar 15 berikut.
Hama lain yang menyerang kangkung hidroponik adalah ulat, namun tidak
sebanyak serangan hama belalang. Hama ulat dapat ditangan dengan cara
44
proses budidaya berjalan dengan baik. Perawatan yang dilakukan oleh Specta
Farm berupa penggantian plastik UV dari greenhouse apabila ada kebocoran, dan
membersihkan pipa-pipa instalasi secara rutin pada satu atau dua bulan sekali.
Pemeliharaan peralatan dilakukan sendiri oleh tenaga ahli Specta Farm yang
sudah diberikan pelatihan terlebih dahulu tentang budidaya dengan sistem
hidroponik dan bagaimana cara pemeliharaannya. Pemeliharaan terhadap pipa-
pipa instalasi dilakukan dengan cara membersihkan lumut yang tumbuh di dalam
pipa, apabila tidak dibersihkan rutin, lumut akan semakin banyak dan dapat
menyerap nutrisi.
Penanggulangan agar lumut tidak mudah tumbuh, pada budidaya hidroponik
sebaiknya memperkecil luas areal larutan nutrisi yang terkena sinar matahari agar
tidak muncul lumut. Oleh karena itu Specta Farm menggunakan instalasi berupa
pipa air berbentuk bulat yang akan lebih efektif menekan pertumbuhan lumut
karena hanya sedikit bagian dalam dari pipa yang bersentuhan dengan nutrisi yang
terkena sinar matahari secara langsung. Pemeliharaan lainnya pada budidaya
hidroponik adalah mengecek secara berkala instalasi saluran nutrisi yang
mengalirkan nutrisi dari bak penampung nutrisi ke tanaman ataupun saluran
nutrisi yang mengalirkan nutrisi dari tanaman kembali ke bak penampung nutrisi.
Apabila ada salah satu saluran yang tersumbat, maka harus segera di perbaiki agar
tanaman tidak kekurangan nutrisi. Perawatan juga dilakukan terhadap mesin
pompa air dengan melakukan pengecekan ulang apakah pompa air masih
berfungsi dengan baik, sehingga dalam mengalirkan nutrisi dapat berjalan lancar.
f. Kapasitas Produksi
Specta Farm menggunakan konsep instalasi vertikultur rak talang bertingkat
dalam proses budidaya kangkung hidroponiknya. Alasan utama Specta Farm
memilih konsep ini adalah adanya peningkatan kapasitas produksi dibandingkan
dengan instalasi horizontal atau datar. Melalui konsep instalasi vertikultur rak
talang bertingkat ini, dengan luasan lahan yang sama akan memberikan hasil
panen yang lebih banyak dibandingkan instalasi hidroponik horizontal. Artinya
pemanfaatan lahan yang digunakan menjadi lebih maksimal, sehingga hasil dari
produksi kangkung hidroponik dapat memenuhi target produksi minimum
perusahaan. Dalam memproduksi kangkung hidroponik, Specta Farm
memproduksi kangkung sesuai dengan permintaan dari konsumen. Specta Farm
memiliki rak talang bertingkat fase III untuk pembesaran hingga pemanenan
kangkung sebanyak 32 unit. Rak talang bertingkat fase III ini memiliki jumlah
lubang tanam sebanyak 1 272 per unitnya, sehingga total lubang tanam pada rak
talang bertingkat fase III adalah sebanyak 40 704 lubang tanam. Untuk
menghasilkan kangkung baby dengan ukuran panen 25 centimeter sebanyak satu
kilogram didapatkan dari 40 buah netpot atau lubang tanam, sedangkan kangkung
dengan ukuran 35 centimeter sampai 40 centimeter sebanyak satu kilogram
didapatkan dari 14 buah netpot atau lubang tanam. Satu unit instalasi rak talang
bertingkat mampu menghasilkan kangkung siap panen kurang lebih sebanyak 32
kilogram untuk kangkung dengan ukuran panen 25 centimeter dan 91 kilogram
untuk kangkung dengan ukuran panen 35 centimeter sampai 40 centimeter per
sekali panennya. Saat ini kapasitas dari instalasi hidroponik yang dimiliki Specta
Farm mampu memproduksi kangkung kurang lebih sebanyak 1 018 kilogram
untuk kangkung dengan ukuran panen 25 centimeter dan 2 907 kilogram untuk
kangkung dengan ukuran panen 35 centimeter sampai 40 centimeter per sekali
46
Manajer
Kebun
b. Hukum
Specta Farm merupakan badan usaha persorangan yang mulai menjalankan
usaha kangkung hidroponik pada tahun 2015. Dari awal pendirian usaha Specta
Farm hanya memiliki izin dari kelurahan setempat untuk menjalankan usaha
kangkung hidroponik. Pemilik Specta Farm belum mengurus perizinan yang legal
seperti izin tempat usaha, tanda daftar prusahaan, surat izin usaha industri, izin
mendirikan bangunan dan sebagainya untuk mendapatkan sertifikat resmi dalam
menjalankan usahanya. Specta Farm belum mengurus perizinan yang legal karena
usaha yang dijalankannya belum berbentuk badan usaha atau perusahaan dan
skala usaha yang dijalankan masih berskala usaha mikro kecil menengah
(UMKM). Dalam pembayaran pajak Specta Farm juga belum terdaftar untuk
membayar pajak seperti pajak bumi dan bangunan, dan pajak penghasilan usaha.
Pemilik Specta Farm hanya membayar pajak pribadi dan pajak kendaraan yang
digunakan untuk distribusi.
Tabel 18 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek manajemen dan hukum
Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Adanya struktur organisasi perusahaan √
2 Tersedianya tenaga kerja untuk masing-masing jenis √
pekerjaan
3 Adanya pengawasan terhadap kualitas kerja √
karyawan
4 Adanya manajemen yang terstruktur dalam operasi √
5 Tersedianya pembagian pekerjaan (job description) √
6 Usaha yang dijalankan sudah berbentuk badan √
usaha
7 Adanya surat mendirikan atau menjalankan usaha √
8 Perusahaan selalu membayar PBB √
9 Perusahaan selalu membayar pajak penghasilan √
usaha
10 Perusahaan memiliki sertifikat dan IMB √
Total Skor 35
Rata-rata 3.5
Persentase Kelayakan 70%
bisnis terhadap lingkungan seperti adanya penerangan listrik, perbaikan jalan dan
sarana lainnya. Aspek ekonomi yang di nilai adalah apakah bisnis dapat memberi
peluang peningkatan pendapatan masyarakat, dan penambahan aktifitas ekonomi
di daerak sekitar lokasi uasaha. Sedangkan untuk aspek budaya yang dinilai
adalah apakah dengan adanya perubahan teknologi yang dilakukan oleh usaha
dapat secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat.
Berikut merupakan rincian dari hasil analisis aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
a. Sosial
Pada aspek sosial mengkaji bagaimana respon yang diberikan masyarakat
setelah usaha dijalankan. Pelaksanaan budidaya kangkung hidroponik oleh Specta
Farm memberikan dampak sosial yang poitif bagi masyarakat sekitar lokasi usaha.
Usaha yang dijalankan oleh Specta Farm mampu memberikan pendapatan
tambahan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha dengan mempekerjakan tenaga
kerja yang berasal dari daerah sekitar lokasi usaha. Dengan demikian Specta Farm
telah membantu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Selain
itu Specta Farm juga melakukan penambahan dan perbaikan sarana dan prasarana
di sekitar lokasi usaha seperti menambah penerangan jalan, dan ikut membantu
perbaikan jalan sekitar lokasi usaha yang mengalami kerusakan. Dengan adanya
kegiatan tersebut masyarakat sekitar lokasi usaha merasa memeilik hubungan dan
ikatan sosial yang semakin baik dan kuat. Masyarakat sekitar lokasi uasaha sangat
menerima dan mendukung kegiatan usaha yang dijalankan karena adanya efek
timbal balik manfaat yang telah diberikan oleh Specta Farm.
b. Ekonomi
Secara aspek ekonomi, dampak yang diberikan oleh usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat dari peningkatan
pendapatan masyarakat yang menjadi tenaga kerja pada usaha kangkung
hidroponik tersebut. Selain itu dengan adanya usaha, masyarakat juga ada yang
mulai membuka warung makan di dekat lokasi usaha, sehingga aktifitas ekonomi
masyarakat setempat menjadi bertambah. Usaha ini membantu perekonomian
karena dapat menigkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan
kerja, sehingga membantu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Adanya usaha ini juga dapat mendukung program pemerintah dalam rangka
memajukan perekonomian daerah, karena adanya pengurangan jumlah
pengangguran di daerah tersebut. Selain itu pemilik Specta Farm juga membantu
para petani plasma setempat dalam memasarkan hasil panennya, sehingga dengan
demikian pendapatan petani dapat lebih meningkat karna harga yang diperoleh
lebih tinggi dari pada petani menjual hasil panennya kepada pengepul.
c. Budaya
Perubahan budaya yang positif juga diterima bagi oleh masyarakat setempat
terutama yang berprofesi sebagai petani karena dapat menambah pengetahuan
tentang perkembangan teknolgi dalam dunia pertanian. Pemilik Specta Farm juga
melakukan pelatihan gratis bagi petani plasma tentang sistem budidaya tanaman
secara hidroponik, sehingga pengetahuan dan wawasan dari petani dapat
berkembang. Dengan adanya binaan yang dilakukan oleh Specta Farm, pemikiran
masyarakat menjadi berkembang dengan mengetahui teknik pola tanam atau
metode bercocok tanam secara hidroponik. Beberapa petani binaan Specta Farm
sudah mulai beralih dari pertanian secara konvensional menjadi bercocok tanam
secara hidroponik dengan adanya pelatihan tersebut.
51
Tabel 19 Hasil analisis penilaian skor kelayakan aspek sosial, ekonomi, dan
budaya
Skor Kelayakan
No Item
1 2 3 4 5
1 Adanya dampak positif usaha terhadap masyarakat √
sekitar lingkungan usaha
2 Usaha diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar √
lokasi usaha
3 Adanya perubahan sarana dan prasarana disekitar √
lingkungan lokasi usaha
4 Adanya penambahan kesempatan kerja bagi √
masyarakat sekitar lokasi usaha
5 Adanya peningkatan pendapatan masyarakat akibat √
adanya usaha
6 Adanya perubahan budaya yang positif √
Total Skor 29
Rata-rata 4.83
Persentase Kelayakan 96.6%
Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan berkaitan dengan bagaimana pengaruh dari usaha yang
dijlankan terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Selain dampak terhadap
lingkungan, keamanan lingkungan disekitar lokasi usaha juga dibutuhkan agar
keberlangsungan usaha dapat berjalan dengan lancar. Pada aspek lingkungan juga
dinilai apakah usaha yang dijalankan menghasilkan limbah dan apakah ada
pengolahan dari limbah yang dihasilkan tersebut.
52
Ada beberapa kriteria yang harus diperbaiki atau dilengkapi oleh Specta
Farm seperti perizinan yang legal dari badan hukum yang terkait dan pembayaran
pajak bumi dan bangunan serta pajak penghasilan usaha. Namun secara
keseluruhan usaha kangkung hidroponik sudah layak untuk dijalankan
berdasarkan aspek manajemen dan hukum. Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
dikatakan layak karena adanya kegiatan usaha dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitar lokasi usaha seperti, membuka lapangan kerja, meningkatkan
perekonomian masyarakat dan daerah sertamampu menjalin hubungan baik
dengan masyarakat sekitar lokasi usaha. Pada aspek lingkungan, usaha yang
dijalankan juga dapat dikatakan layak karena keamanan sekitar lokasi usaha dapat
terjaga, serta limbah yang dihasilkan dapat diolah kembali untuk menjadi
tambahan nutrisi pada pembudidayaan kangkung hidroponik, sehingga dampak
dari limbah yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan, namun justru menjadi
nilai tambah bagi perusahaan. Hasil analisis kelayakan aspek non finansial secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lina
(2013) dan Nuning (2010) yang menjelaskan bahwa pada aspek non finansial,
yang diteliti adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen
dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dan aspek lingkungan. Namun
ada beberapa kriteria yang tidak di teliti oleh Lina (2013) dan Nuning (2010) yaitu
aspek hukum dan aspek budaya. Secara keseluruhan berdasarkan aspek non
finansial usaha yang dijalankan dapat dikatakan layak. Selain itu perbedaan
mendasar yang peneliti lakukan dengan penelitian terdahulu adalah adanya
pemberian bobot skor penilaian kelayakan pada setiap aspeknya. Sehingga dapat
menggambarkan lebih rinci kelayakan pada aspek non finansial secara
keseluruhan dan tidak hanya berdasarkan penilaian subjektif.
lahan dilakukan berdasarkan perkalian dari harga jual tanah permeter persegi
dengan luas lahan. Penentuan nilai sisa dari komponen investasi lainnya yang
terdiri dari bak nutrisi, gelas takar, cutter, gunting, dan mobil pickup
menggunakan metode garis lurus dimana penentuan nilainya berdasarkan nilai
beli barang investasi dibagi dengan umur ekonomisnya kemudian dikalikan
dengan tahun sisanya. Penentuan umur ekonomis dari komponen investasi
berdasarkan dari hasil wawancara dengan pemilik Specta Farm. Pada akhir umur
usaha kangkung hidroponik di Specta Farm diperoleh nilai sisa sebesar Rp 1 639
146 667.
Biaya investasi dikeluarkan oleh Specta Farm pada saat awal mendirikan
usaha kangkung hidroponik, namun investasi selain lahan akan mengalami
penyusutan setiap tahunnya dengan nilai penyusutan yang berbeda-beda. Biaya
penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus dengan cara mengurangkan
nilai pembelian investasi dengan nilai sisa investasi yang kemudian dibagi dengan
umur ekonomis dari investasi tersebut. Total biaya penyusutan pada budidaya
kangkung hidroponik adalah sebesar Rp 164 553 611 per tahun.
Pada biaya investasi terdapat umur ekonomis di setiap komponen investasi.
Kmponen investasi yag memiliki umur ekonomis kurang dari umur bisnis harus
dibeli kembali atau dilakukan re-investasi. Umur ekonomis dari setiap komponen
investasi ditentukan berdasarkan tingkat kemampuan suatu barang atau alat untuk
dapat digunakan secara layak dan masih memiliki fungsi yang baik untuk
mendukung jalannya usaha kangkung hidroponik. Re-investasi tidak dilakukan
setiap tahun, namun hanya dilakukan pada tahun tertentu jika komponen investasi
59
sudah tidak memiliki manfaat lagi. Rincian total biaya re-investasi yang dilakukan
pada usaha kangkung hidroponik dapat dilihat pada Tabel 25.
Total biaya variabel pada tahun pertama berbeda dengan tahun ke dua
hingga tahun ke 10. Perbedaan biaya variabel ini dikarenakan produksi kangkung
hidroponik baru dimulai pada bulan ke tiga tahun 2015. Biaya operasional
variabel terbesar dalah usaha kangkung hidroponik ini adalah pupuk nutrisi
dengan nilai pada tahun pertama sebesar Rp 147 000 000 dan tahun kedua hingga
seterusnya sebesar Rp 176 400 000. Penggunaan pupuk nutrisi merupakan faktor
penting dalam usaha kangkung hidroponik karna pertumbuhan taaman bergantung
terhadap nutrisi yang diberikan.
60
Penyusutan =
Nilai beli merupakan harga beli suatu peralatan atau barang investasi. Umur
ekonomis merupakan umur dimana suatu barang peralatan atau barang investasi
tersebut masih memberikan manfaat yang optimal. Nilai sisa merupakan nilai
suatu barang investasi yang telah habis umur teknisnya namun masih memberikan
manfaat atau nilai jika ditukar maupun di jual kembali. Peralatan investasi pada
usaha kangkung hidroponik yang di jalankan Specta Farm ada yang masih
menghasilkan nilai sisa dan ada juga yang tidak. Barang investasi yang tidak
memberikan nilai sisa yaitu bangunan semi permanen, greenhouse, rak
penyemaian fase I, rak pembibitan fase II, rak pembesaran fase III, saluran irigasi,
mesin semprot, baki bibit, ember cuci, terpal, ember pupuk, timbangan digital, bor
listrik, netpot, sealer, dan surat perizinan. Barang investasi ini tidak memberikan
nilai sisa dikarenakan habis sesuai dengan umur ekonomisnya dengan kata lain
barang-barang investasi tersebut habis terpakai selama umur bisnis usaha
kangkung hidroponik yaitu selama 10 tahun. Namu ada beberapa barang-barang
investasi yang memberikan nilai sisa yaitu lahan produksi, box panen, bak nutrisi,
gelas ukur, cutter, gunting, dan mobil pickup. Hal tersebut dikarenakan barang-
barang investasi tersebut belum habis terpakai selama umur bisnis kangkung
hidroponik. Biaya penyusutan pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan
oleh Specta Farm adalah sebesar Rp 164 553 611. Rincian biaya penyusutan
investasi kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat
pada Tabel 24.
Hasil perhitungan analisis laba rugi juga akan digunakan untuk perhitungan
cashflow yaitu hasil perhitungan pajak yang diperoleh dari hasil analisis laporan
laba rugi. Rincian perhitungan analisis laba rugi akan berpengaruh terhadap
jumlah pajak penghasilan usaha yang nantinya aka mempengaruhi perhitungan
cashflow. Hasil perhitungan pajak ini tentunya akan mengurangi penerimaan yang
akan diperoleh pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm. Pajak penghasilan merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selama
umur usaha dengan jumlahnya tergantung dari besarnya laba usaha yang diperoleh
dari usaha kangkung hidroponik setiap tahun usaha. Perhitungan pajak
penghasilan usaha pada analisis kelayakan usha kangkung hidroponik di Specta
Farm ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2013 yang menyatakan bahwa usha yang memiliki pendapatan kotor
dibawah Rp 4 800 000 000 maka pajak yang dikenakan sebesar satu persen dari
pendapatan sebelum pajak. Pajak penghasilan usaha yang harus dibayarkan oleh
Specta Farm dalam usaha kangkung hidroponiknya pada tahun pertama adalah
sebesar Rp 3 951 464 dan pada tahun ke dua hingga tahun ke-10 adalah sebesar
Rp 5 482 464 per tahunnya.
Pada analisis laba rugi diperoleh nilai pendapatan sebelum pajak yang
kemudian dikalikan satu persen untuk memperoleh nilai pajak penghasilan usaha
kangkung hidroponik per tahun. Hasil perkalian tersebut merupakan nilai pajak
penghasilan usaha dari usaha kangkung hidroponik. Selain itu melalui analisis
laba rugi dapat diketahui kinerja usaha kangkung hidroponik melalui rata-rata laba
bersih atau keuntungan yang diperoleh Specta Farm setiap tahun selama umur
62
usaha 10 tahun. Rata-rata laba bersih yang diterima oleh Specta Farm dalam usaha
kangkung hidroponiknya adalah sebesar Rp 527 607 025 per tahun dan Rp 43 967
252 per bulannya. Rincian proyeksi laporan laba rugi usaha kangkung hidroponik
yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat pada Lampiran 1.
adalah nilai NPV usaha kangkung hidroponik lebih dari nol, nilai Net B/C lebih
dari 1.00, nilai IRR lebih dari discount rate yang ditentukan yaitu lima persen, dan
nilai PP kurang dari umur usaha yang di tentukan yaitu 10 tahun.
1. NPV (Net Present Value)
Nilai NPV pada kriteria kelayakan investasi memiliki arti bahwa usaha
kangkung hidroponik yang di jalankan Specta Farm akan memberikan keuntungan
dengan nilai sekarang (present value) selama umur usaha 10 tahun. Nilai sekarang
didapatkan dari perkalian manfaat bersih dengan discount factor yang
menggunakan discount rate sebesar lima persen. Pada usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan Specta Farm akan memiliki keuntungan dengan nilai
sekarang sebesar Rp 3 170 741 635.50 selama 10 tahun usaha berjalan. Nilai NPV
tersebut dinyatakan layak karena memiliki nilai lebih dari nol.
2. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)
Kriteria kelayakan investasi kedua adalah Net B/C yang merupakan
perbandingan antara manfaat bersih dengan biaya yang dikeluarkan. Net B/C
dapat dinyatakan layak apabila memiliki nilai lebih dari satu, yang berarti manfaat
bersih yang didapatkan lebih dari jumlah biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C
pada usaha kangkung hidroponik yang dijalankan Specta Farm dengan tingkat
diskonto lima persen adalah 2.218. Berdasarkan nilai Net B/C yang diperoleh
berarti bahwa setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1 yang dikeluarkan untuk
usaha kangkung hidroponik akan mendapatkan manfaat bersih sebesar Rp 2.218.
3. IRR (Internal Rate Of Return)
Internal rate of return (IRR) merupakan nilai tingkat pengembalian modal
atas biaya investasi yang dikeluarkan dalam memulai usaha kangkung hidroponik.
Usaha kangkung hidroponik yang dijalankan Specta Farm dinyatakan layak jika
nilai IRR lebih dari nilai discount rate. Discount rate yang digunakan pada
analisis kelayakan finansial ini adalah sebesar lima persen. Angka tersebut
berdasarkan suku bunga deposito Bank Mandiri karena usaha kangkung
hidroponik tidak menggunakan modal pinjaman dari bank. Nilai IRR yang
diperoleh pada usaha kangkung hidroponik adalah sebesar 24.163 persen. Nilai
IRR tersebut melebihi nilai discount rate, sehingga usaha kangkung hidroponik
yang dijalankan Specta Farm dapat dinyatakan layak untuk dijalankan. Nilai IRR
yang melebihi nilai discount rate menggambarkan bahwa, dengan mengeluarkan
uang untuk investasi di usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm lebih menguntungkan sebesar 24.163 persen dibandingkan berinvestasi pada
deposito Bank Mandiri yang hanya mendapatkan keuntungan sebesar lima persen
dari biaya invesatasi yang dikeluarkan.
Pada kriteria investasi, terdapat hubungan antara NPV dan IRR. Nilai IRR
juga merupakan tingkat discount rate yang akan menghasilkan nilai NPV sama
dengan nol atau mendekati nol. Jika nilai discount rate berada dibawah nilai IRR
yang diperoleh, maka nilai NPV akan bernilai positif, yang artinya usaha yang
dijalankan masih layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika nilai discount rate
berada di atas nilai IRR yang diperoleh, maka nilai NPV yang diperoleh bernilai
negatif, yang artinya usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian dan tidak
layak untuk dijalanakan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, usaha
kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm memperoleh nilai IRR
sebesar 24.163 persen, sehingga akan menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 16
436.69 yang mendekati nol. Jika nilai IRR lebih besar dari 24.163 persen maka
64
nilai NPV yang diperoleh akan lebih kecil dari nol atau bernilai negatif, sehingga
usaha yang dijalankan akan mengalami kerugian dan tidak layak untuk dijalankan.
Kurva yang menggambarkan hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada
Gambar 20. Pada kurva hubungan NPV dan IRR dapat dilihat bahwa nilai IRR
yang akan menghasilkan NPV sama dengan atau mendekati nol adalah 24.163
persen. Jika nilai yang diperoleh lebih satu persen atau bisa dilihat pada kurva
dengan nilai IRR mencapai 25 persen maka nilai NPV yang diperoleh bernilai
negatif yaitu minus (Rp – 59 029 051).
IRR 24.163 %
Rp 16,436.69
4. PP (Payback Periode)
Kriteria kelayakan investasi yang terakhir di analisis adalah payback
periode. Payback perode (PP) merupakan jumlah tahun yang dibutuhkan suatu
usaha untuk mengembalikan biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun
pertama. Nilai payback period berdasarkan nilai sekarang dengan tingkat diskonto
5 persen pada usaha kangkung hidroponik dinyatakan layak karena pada tahun ke
6 bulan ke 3, manfaat bersih dari usaha kangkung hidroponik berdasarkan nilai
sekarang sudah dapat mengganti biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun
pertama kurang dari umur usaha yaitu 10 tahun. Cashflow yang menggambarkan
rincian analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria investasi dapat dilihat
pada Lampiran 2.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian tersebut sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lina (2013) dan Nurranty (2016)
mengenai analisis kelayakan usaha pertanian dengan sistem hidroponik pada
komoditi paprika. Penlitian pada analisis aspek finansial dilakukan berdasarkan
kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, dan PP. Pada
umumnya hasil dari analisis yang di lakukan sama, namun terdapat beberapa
perbedaan pada hasil analisis yang di lakukan oleh peneliti terdahulu dengan
penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan yang mendasar adalah pada
tingkat pengembalian biaya investasi atau payback periode lebih lama yakni pada
tahun ke sembilan dan bulan ke sembilan. Nilai payback period tersebut hampir
mendekati umur usahayang dilakukan yaitu 10 tahun. Adanya perbedaan ini dapat
65
disebabkan oleh beberapa hal, seperti jumlah biaya investasi yang dikeluarkan,
biaya operasional, serta tingkat suku bunga yang digunakan.
Tabel 30 Hasil analisis nilai pengganti switching value pada usaha kangkung
hidroponik
Perubahan Batas Perubahan (%)
Penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik 28.999
Penurunan harga jual kangkung hidroponik 29.144
Peningkatan harga pupuk nutrisi 237.666
Berdasarkan hasil analisis nilai pengganti atau switching value pada Tabel
30, dapat disimpulkan bahwa pada usaha kangkung hidroponik, perubahan yang
paling sensitif atau berpengaruh terhadap kelayakan usaha kangkung hidroponik
adalah penurunan jumlah produksi kangkung. Hal tersebut dikarenakan persentase
66
nilai switching value pada penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik lebih
kecil daripada penurunan harga jual kangkung hidroponik dan peningkatan harga
pupuk nitrisi. Persentase nilai switching value terhadap penurunana jumlah
produksi kangkung hidroponik adalah sebesar 28.999 persen. Artinya adalah
usaha kangkung hidroponik akan tetap layak dijalankan jika terjadi penurunan
jumlah produksi kangkung hidroponik dari rata-rata jumlah produksi awal sebesar
70 800 kilogram per tahun menjadi 50 268.723. Sehingga nilai perubahan
maksimum yang masih dapat diterima agar usaha kangkung hidroponik tetap
layak untuk dijalankan terhadap penurunan jumlah produksi adalah sebesar
28.999 persen. Namun jika penurnan jumlah produksi kangkung hidroponik lebih
besar dari 28.999 persen maka usaha kangkung hidroponik menjadi tidak layak
untuk dijalankan, dan apabila usaha kangkung hidroponik tetap di jalankan maka
Specta Farm akan mengalami kerugian.
Pada hasil perhitungan nilai switching value terhadap penururnan harga jual
kangkung hidroponik, hasil yang didapatkan tidak telalu jauh berbeda dengan
nilai switching value terhadap penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik
yaitu sebesar 29.144 persen. Artinya adalah usaha kangkung hidroponik yang
dijalankan akan tetap layak apabila penurunan harga jual kangkung hidroponik
dari harga tertimbang sebesar Rp 20 000 menjadi Rp 14 177.172 per kilogram.
Sehingga nilai perubahan maksimum yang masih dapat di terima oleh usaha
kangkung hidroponik agar tetap layak untuk dijalankan adalah sebesar 29.144
persen. Namun jika penurunan harga jual kangkung hidroponik lebih besar dari
29.144 persen maka usaha kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta
Farm menjadi tidak layak untuk dijalankan.
Analisis switching value terhadap komponen arus pengeluaran, peningkatan
harga pupuk nutrisi tidak terlalu sensitif terhadap kelayakan usaha kangkung
hidroponik yang dijalankan. Hal tersebut dikarenakan nilai persentase switching
value yang diperoleh sangat jauh berbeda dibandingkan dengan nilai switching
value terhadap penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual kangkung
hidroponik. Nilai switching value terhadap peningkatan harga pupuk nutrisi pada
usaha kangkung hidroponik adalah sebesar 237.666 persen. Artinya adalah
apabila harga pupuk nutrisi meningkat dari harga awal sebesar Rp 70 000 menjadi
Rp 236 366.52, maka usaha kangkung hidroponik masih layak untuk dijalankan.
Sehingga perubahan maksimum yang masih dapat diterima oleh usaha kangkung
hidroponik terhadap peningkatan harga pupuk nutrisi agar tetap layak untuk
dijalankan adalah sebesar 237.666 persen. Jika peningkatan harga pupuk nutrisi
lebih besar dari 237.666 persen, maka usaha kangkung hidroponik yang tidak
layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis switching value, Specta Farm perlu
mewaspadai fluktuasi harga dan harga input maupun output produksi. Terutama
terhadap penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik yang mungkin
disebabkan oleh serangan hama dan penyakit ataupun faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap penurunan jumlah produksi. Hasil penelitian analisis
switching value yang dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Cynthia (2013), yang menyatakan bahwa penurunan jumlah produksi lebih
sensitif terhadap kelayakan usaha yang dijalankan. Hasil perhitungan yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu bahwa nilai swiching value antara penurunan
jumlah produksi dengan harga jual produk hampir sama. Namun ada perbedaan
67
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ginting (2009) yang menyatakan
bahwan peningkatan harga pupuk lebih sensitif dibandingkan dengan penurunan
jumlah produksi dan penurunan harga output. Sedangkan berdasarkan penelitian
yang peneliti lakukan, usaha kangkung hidroponik tidak terlalu sensitif terhadap
peningkatan harga pupuk nitrisi karena persentase peningkatan harga pupuk
nutrisi yang akan menyebabkan usaha menjadi tidak layak berada pada persentase
yang jauh lebih tinggi dibandingkan penurunan jumlah produksi dan penurunana
harga jual kangkung hidroponik. Rincian analisis switching value pada usaha
kangkung hidroponik yang dijalankan oleh Specta Farm dapat dilihat pada
Lampiran 3 untuk penurunan jumlah produksi, Lampiran 4 untuk penurunan harga
kangkung hidroponik, dan Lampiran 5 untuk peningkatan harga pupuk nutrisi.
Simpulan
Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, ada beberapa saran yang
dapat diberikan untuk kelayakan kangkung hidroponik di Specta Farm yaitu.
1. Specta Farm harus melengkapi beberapa dokumen yang belum dapat dipenuhi
pada aspek non finansial yang terdiri dari bentuk badan usaha, surat izin usaha
dan sertifikat yang legal dari badan hukum terkait serta melakukan pembayaran
pajak bumi dan bangunan dan pajak penghasilan usaha.
2. Specta Farm sebaiknya melakukan pengembangan usaha dengan menambah
kapasitas produksi agar dapat memenuhi seluruh permintaan konsumen,
sehingga penerimaan keuntungan yang diperoleh lebih maksimum.
3. Specta Farm sebaiknya lebih memperhatikan produksi tanaman, melakukan
pemeliharaan dalam budidaya dengan baik, serta menjaga kualitas dan
kuantitas dari produk yang dihasilkan agar terbebas dari serangan hama dan
penyakit serta faktor lainnya untuk mengantisipasi terjadinya penurunan
jumlah prodksi, karena berdasarkan hasil penelitian penurunan jumlah produksi
kangkung hidroponik merupakan variabel yang paling sensitif terhadap
kelayakan usaha.
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
72
73
74
75
76
Lampiran 3 Hasil analisis switching value penurunan jumlah produksi kangkung hidroponik (28.999%) (lanjutan)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 147 000 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 236 500 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Hidroponik
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 3 934 516 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464 735 327 464 738 682 464 738 547 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464
Net benefit -3 145 142 012 296 691 988 294 046 988 293 471 988 294 046 988 290 691 988 290 826 988 296 691 988 294 046 988 1 932 618 655
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 995 373 344.60 269 108 379.29 254 008 844.12 241 440 130.95 230 393 509.40 216 918 837.25 206 685 310.79 200 812 815.99 189 545 310.36 1 186 460 206.45
PV positif 2 995 373 344.60
PV negatif -2 995 373 344.60
Rata-rata net benefit 113 799 255
NPV 0.00
Net B/C 1.000
IRR 5%
PP 28.9
Lampiran 4 Hasil analisis switching value penurunan harga jual kangkung hidroponik (29.144%)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kangkung 850 630 302 1020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362
Nilai sisa 1 639 146 667
total Inflow 850 630 302 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 1 020 756 362 2 659 903 029
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 1 600 000 000
Bangunan semi 143 400 000
permanaen
Greenhouse 750 000 000
Rak penyemaian fase I 50 000 000
Rak pembibitan fase II 200 000 000
Rak pembesaran fase III 360 000 000
Irigasi 61 000 000
Mesin semprot 2 500 000 2 500 000
Box panen 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Baki bibit 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Ember cuci 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000
Bak nutrisi 300 000 300 000 300 000 300 000
Terpal 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Gelas ukur 250 000 250 000 250 000 250 000
Ember pupuk 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Timbangan digital 2 000 000 2 000 000
Bor listrik 600 000 600 000
Netpot 375 000 375 000 375 000 375 000 375 000
Sealer 900 000 900 000
Cutter 150 000 150 000 150 000 150 000
Gunting 120 000 120 000 120 000 120 000
Mobil pickup 111 000 000
Perizinan 3 000 000
Total biaya investasi 3 290 265 000 2 645 000 3 220 000 2 645 000 6 000 000 5 865 000 2 645 000 3 220 000
2. Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
77
78
Lampiran 4 Hasil analisis switching value penurunan harga jual kangkung hidroponik (29.144%) (lanjutan)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 147 000 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000 176 400 000
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 236 500 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000 283 800 000
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Hidroponik
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 3 934 516 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464 735 327 464 738 682 464 738 547 464 732 682 464 735 327 464 735 902 464
Net benefit -3 083 886 162 288 073 898 285 428 898 284 853 898 285 428 898 282 073 898 282 208 898 288 073 898 285 428 898 1 924 000 565
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 937 034 440.46 261 291 517.30 246 564 213.65 234 350 006.69 223 641 010.11 210 487 885.55 200 560 594.88 194 979 753.22 183 990 012.48 1 181 169 446.57
PV positif 2 937 034 440.45
PV negatif -2 937 034 440.46
Rata-rata net benefit 112 168 558
NPV (0.00)
Net B/C 1.000
IRR 5%
PP 29.3
Lampiran 5 Hasil analisis switching value peningkatan harga pupuk nutrisi (237.666%)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
Penjualan kangkung 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000
Nilai sisa 1 639 146 667
total Inflow 1 200 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 1 440 000 000 3 079 146 667
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 1 600 000 000
Bangunan semi 143 400 000
permanaen
Greenhouse 750 000 000
Rak penyemaian fase I 50 000 000
Rak pembibitan fase II 200 000 000
Rak pembesaran fase III 360 000 000
Irigasi 61 000 000
Mesin semprot 2 500 000 2 500 000
Box panen 2 400 000 2 400 000 2 400 000 2 400 000
Baki bibit 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Ember cuci 150 000 150 000 150 000 150 000 150 000
Bak nutrisi 300 000 300 000 300 000 300 000
Terpal 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000 1 000 000
Gelas ukur 250 000 250 000 250 000 250 000
Ember pupuk 120 000 120 000 120 000 120 000 120 000
Timbangan digital 2 000 000 2 000 000
Bor listrik 600 000 600 000
Netpot 375 000 375 000 375 000 375 000 375 000
Sealer 900 000 900 000
Cutter 150 000 150 000 150 000 150 000
Gunting 120 000 120 000 120 000 120 000
Mobil pickup 111 000 000
Perizinan 3 000 000
Total biaya investasi 3 290 265 000 2 645 000 3 220 000 2 645 000 6 000 000 5 865 000 2 645 000 3 220 000
2. Biaya variabel
Benih kangkung 24 000 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000 28 800 000
79
80
Lampiran 5 Hasil analisis switching value peningkatan harga pupuk nutrisi (237.666%) (lanjutan)
Tahun
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pupuk nutrisi 496 369 698 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638 595 643 638
Insektisida 500 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600 000 600000 600 000 600 000
Media tanam rockwool 65 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000 78 000 000
Total Biaya Variabel 585 869 698 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638 703 043 638
3. Biaya tetap
Manajer Kebun 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000 54 000 000
Tenaga Ahli 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000 72,000 000 72 000 000 72 000 000 72 000 000
Hidroponik
Tenaga Penanaman 198 000 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000 237 600 000
Tenaga Administrasi 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000 21 600 000
Tenaga Keamanan 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000 43 200 000
Kebun
Listrik 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000 12 000 000
Pajak kendaraan 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000 3 000 000
Total biaya tetap 403 800 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000 443 400 000
4. Pajak penghasilan 3 951 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464 5 482 464
Total Outflow 4 283 886 162 1 151 926 102 1 154 571 102 1 155 146 102 1 154 571 102 1 157 926 102 1 157 791 102 1 151 926 102 1 154 571 102 1 155 146 102
Net benefit -3 083 886 162 288 073 898 285 428 898 284 853 898 285 428 898 282 073 898 282 208 898 288 073 898 285 428 898 1 924 000 565
DF (DR:5%) 0.952 0.907 0.864 0.823 0.784 0.746 0.711 0.677 0.645 0.614
PV -2 937 034 440.46 261 291 517.30 246 564 213.65 234 350 006.69 223 641 010.11 210 487 885.55 200 560 594.88 194 979 753.22 183 990 012.48 1 181 169 446.57
PV positif 2 937 034 440.45
PV negatif -2 937 034 440.46
Rata-rata net benefit 112 168 558
NPV (0.00)
Net B/C 1.000
IRR 5%
PP 29.3
81
RIWAYAT HIDUP