Akhirnya, Laporan Rusa I
Akhirnya, Laporan Rusa I
Akhirnya, Laporan Rusa I
Disusun oleh :
KELOMPOK VIII
Andika Satya WK. 14/367823/KT/07817
Auliasafir Yena Chatleya 14/367881/KT/07849
David Domutua Silaen 14/362294/KT/07684
Muhammad Rafiul Aziz 14/366403/KT/07755
Nia Isnaeni 14/367813/KT/07812
Rane Lida Agustin 14/362327/KT/07717
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................
LAMPIRAN ...........................................................................................................
Pada tahun 2008, IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources) menetapkan Rusa Jawa (Rusa timorensis) dalam kategori vulnerable (rentan).
Salah satu upaya dalam melestarikan keberadaan Rusa Jawa dengan restorasi Rusa Jawa pada
kawasan Hutan Wanagama I, Gunung Kidul, Yogyakarta. Untuk mengetahui keberhasilan
restorasi dapat ditinjau dari aspek populasi, habitat, dan sosial. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui kelayakan Hutan Wanagama I sebagai tempat restorasi Rusa Jawa ditinjau
dari ketiga aspek tersebut.
Hasil penelitian ditemukan sejumlah 4 ekor Rusa Jawa. Pada aspek habitat dikatakan
nendukung karena Hutan Wanagama I mampu menyediakan pakan, air, ruang, dan
pelindung. Pada aspek sosial disimpulkan bahwa masyarakat berperan aktif terhadap upaya
restorasi Rusa Jawa. Dari data tersebut disimpulkan bahwa kawasan Hutan Wanagama I
layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa.
Kata kunci: Rusa Jawa, Hutan Wanagama I, restorasi, populasi, habitat, sosial masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Morfologi
Morfologi Rusa Jawa ditandai dengan warna kulit cokelat kemerah-merahan,
hidupnya berkelompok dan mempunyai daerah teritorial sendiri-sendiri. Rusa
jantan berwarna lebih gelap dan bulunya lebih kasar serta mempunyai tanduk yang
bercabang indah, dan umumnya berwarna coklat keabu-abuan sampai cokelat
gelap. Bobot badan dewasa dapat mencapai 60 kg, panjang badan berkisar antar
1,95 – 2,10 m, tinggi badan 1,00 – 1,10 m. Umur sapih 4 bulan, dewasa kelamin
betina terjadi pada umur 2 tahun 3 bulan dan umur tua sekitar 15 – 18 tahun. Lama
kebuntingan rusa antara 250 – 285 hari. Jumlah anak yang dilahirkan dari setiap
kali beranak pada umumnya berjumlah 2 ekor (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994).
2.1.3 Perilaku Rusa Jawa
Mukhtar (1996), menyatakan bahwa Rusa Jawa merupakan spesies yang
berkoloni, sehingga jarang ditemukan Rusa Jawa yang sendirian. Rusa Jawa sulit
didekati karena sangat sensitif terhadap ancaman bahaya. Bila merasa terancam,
rusa akan berdiri tegang sambil menatap lurus ke arah sumber ancaman sambil
menggerak-gerakkan telinganya yang besar ke depan dan belakang lalu
mengeluarkan suara lenguhan keras sebelum akhirnya lari dengan kencang.
Perilaku ini merupakan bentuk dari peringatan akan adanya bahaya sehingga rusa-
rusa yang lain menyadari bahaya tersebut dan dapat kabur.
Menurut Schroder (1976), Rusa Jawa umumnya berbiak pada bulan Juni
sampai September dan masa buntingnya sekitar sembilan bulan. Rusa betina
mencapai dewasa kelamin pada umur 7-9 bulan. Umur berbiak pertama (minimun
breeding age) adalah 15-18 bulan dan maksimum breeding age 15-18 tahun. Lama
menyusui anak rusa adalah 2-3 bulan dan paling lambat 5 bulan, sedangkan lama
kebuntingan Rusa Timor adalah 8-9 bulan dan jumlah rusa yang dilahirkan terdiri
dari 1-2 ekor namun pada umumnya satu ekor (PHPA, 1988 dalam Manggung,
1997).
Untuk melangsungkan hidupnya, rusa membutuhkan komponen-komponen
habitat seperti pakan, air, penutupan, dan ruang. Menurut Kwatrina dkk (2011)
tingkat konsumsi pakan Rusa Timor (Rusa timorensis) berdasarkan bobot basah
pakan adalah 6,4 kg/individu/hari atau 2.336 kg/individu/tahun. Menurut
Spaggiari (2006) perkiraan home range rata-rata Rusa Jawa adalah 33 ha, dengan
sedikit variasi musiman. Rata-rata konsumsi air pada Rusa Jawa jantan dewasa
sebanyak 3 liter/ekor/hari, sedangkan pada Rusa Jawa jantan remaja
mengkonsumsi air sebanyak 2,5 liter/ekor/hari. Semiadi dan Nugraha (2004)
mengatakan Rusa Timor yang ditangkarkan di kawasan Indonesia Timur
mengkonsumsi air sekitar 1,0 – 2,5 liter/hari, tetapi di alam dilaporkan Rusa
Timor mampu mengkonsumsi air hingga lima liter seharinya.
Perbedaan lokasi yang menjadi habitat bagi Rusa Jawa memengaruhi
variasi jenis pakan yang dikonsumsi oleh Rusa Jawa. Menurut Marcus (2006),
Rusa Jawa mengkonsumsi pakan berupa rumput teki (Cyprus rotundus),
Pennisetum purperum, Imperata cylindica, Brachiara, Cannarium globassa,
Eupatorium inulifolium, dan Calliandra callothyrsus. Pada Hutan Wanagama I
beberapa vegetasi yang menjadi pakan bagi Rusa Jawa antara lain, Kacang Tanah
(Arachis hypogaea), Ketela Pohon (Manihot utilisima), Patikan (Euphorbia
prostate), Ketela Rambat (Ipomoea Batata), Mlanding (Leucaena glauca),
Mahoni (Swietenia macrophylla), Lamuran (Polytrias amaura), Alang-Alang
(Imperata cylindrical), dan Wedusan (Ageratum conyzoides) (Purnomo, 2003).
Ketersediaan pakan pada suatu habitat menjamin kelestarian dari Rusa Jawa.
Habitat suatu jenis satwa liar merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi
antar komponen fisik dan biotik serta dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang
hidup di dalamnya (Alikodra, 1990).
Komponen habitat yang dapat mengendalikan kehidupan satwa liar (Shaw, 1985),
terdiri dari:
1. Pakan (food)
merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap jenis satwa
mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih pakannya.Sedangkan
ketersediaan pakan erat hubungannya dengan perubahan musim;
2. Pelindung (cover)
adalah segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan
bagi satwa dari cuaca dan predator, ataupun menyediakan kondisi yang lebih
baik dan menguntungkan bagi kelangsungan kehidupan satwa;
3. Air (water)
dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh satwa.
Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air dan tidak tergantung air.
Ketersediaan air pada habitat akan dapat mengubah kondisi habitat, yang
secara langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan
satwa;
4. Ruang (space)
dibutuhkan oleh individu-individu satwa untuk mendapatkan cukup pakan,
pelindung, air dan tempat untuk kawin. Besarnya ruang yang dibutuhkan
tergantung ukuran populasi, sementara itu populasi tergantung besarnya satwa,
jenis pakan, produktivitas dan keragaman habitat. Tipe habitat merupakan
komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang mendukung sekumpulan
jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu satwa di
identifikasi melalui pengamatan fungsi-fungsinya, misalnya untuk makan atau
bertelur. Satwa memilih habitat yang tersedia dan sesuai untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sedangkan struktur vegetasi
merupakan susunan vertikal dan distribusi spasial tumbuh-tumbuhan (vegetasi)
dalam suatu komunitas. Menurut Mueller, Dombois dan Ellenberg (1974),
struktur vegetasi berfungsi sebagai pengaturan ruang hidup suatu individu
dengan unsur utama adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk.
Habitat Rusa Jawa adalah daerah yang kering, karena kebutuhan minumnya
yang sedikit dan jarang sekali ditemukan pada saat turun untuk minum walaupun
banyak sumber air di sekitar tempat hidupnya tersebut. Alikodra (1990) menyatakan
bahwa rusa adalah satwa liar yang memerlukan air setiap harinya untuk mandi atau
berkubang. Oleh karena itu, Rusa Jawa lebih banyak dijumpai di padang savana dan
sesekali mencari sumber air terdekat seperti sungai atau mata air untuk minum. Rusa
memerlukan tempat untuk berteduh dan bersembunyi, tempat untuk melindungi
dirinya dari panas dan hujan serta tempat untuk berlindung terhadap musuh. Bila
panas terik atau hujan, rusa berlindung di bawah pohon yang rindang berdaun lebat
atau dalam semak belukar. Selain berfungsi sebagai peneduh, pohon juga berfungsi
sebagai sumber makanan. Jenis pohon yang biasa ditanam adalah pohon nangka,
kesambi, sengon, petai, dan pinus.
2.3 RESTORASI
2.5 POPULASI
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk hidup yang
sama spesies (atau kelompok lain individunya mampu bertukar informasi genetik),
yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang
walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai miliki kelompok dan
bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum, 1971).
Estimasi populasi adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan
perhitungan kepadatan suatu populasi. Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok
hewan dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan
luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan relatif dapat
dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis
yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam
bentuk persentase. Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat
dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung, yaitu dengan
perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau
tumbuhan yang dapat dihitung. Misalnya, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan
dengan metode track count atau faecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif
mudah ditangkap misalnya tikus, belalang dapat diperkirakan populasinya dengan
metode capture mark release recapture (Suin, 1989).
Menurut Ardi (2013), estimasi populasi rusa di Hutan Wanagama I sebesar
8,6342 yang kemudian dibulatkan menjadi 9 individu Rusa Jawa. Padahal terjadi
penurunan populasi Rusa Jawa karena pada penelitian sebelumnya pada tahun 2011
dan 2012. Rusa Jawa mempunyai estimasi populasi sebanyak 21 ekor dan 19 ekor.
Jadi Rusa Jawa di Hutan Wanagama I mengalami penurunan populasi tiap tahunnya.
2.6 FAECAL ANALISIS
Kotoran (faecal) adalah hasil akhir dari proses pencernaan yang dibuang
dengan proses defaksi. Pada beberapa satwa seperti badak jawa, kotoran digunakan
sebagai tanda wilayah jelajah aktivitasnya. Rusa Jawa memanfaatkan kotoran sebagai
tanda wilayah untuk kelompoknya (Shigeki, 1992).
1. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan formal maupun non formal yang dimiliki seseorang dapat
berpengaruh terhadap persepsinya. Pendidikan menyebabkan seseorang memiliki
kemauan bergerak lebih jauh untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Melalui
pendidikan memungkinkan terjadinya perubahan dalam gaya hidup, meningkatkan
komunikasi dan pandangan seseorang menjadi lebih luas.
2. Faktor komunikasi
Komunikasi dapat terjadi secara verbal maupun non verbal, dalam artian
bahwa komunikasi dapat melalui interaksi langsung secara tatap muka antara
komunikan dan komunikator tetapi dapat juga terjadi secara tidak langsung melalui
simbol-simbol seperti media cetak, radio, televisi, observasi lapangan, dan lainnya.
Intensitas komunikasi yang meningkat dapat menyebabkan keterbukaan
masyarakat terhadap inovasi baru.
3. Faktor sosial ekonomi
Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi memiliki
kesempatan yang lebih besar dalam melakukan mobilitas sehingga memungkinkan
mereka mempunyai pengetahuan dan cakrawala berpikir yang lebih luas bila
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki kesempatan mengadakan
mobilitas dengan dunia luar.
4. Kepemimpinan
Peran pemimpin dalam pembangunan adalah sangat penting sebab
pemimpinlah yang mampu berkomunikasi untuk meyakinkan dan menerjemahkan
ide-ide pembangunan kepada rakyatnya.
i. Konflik
Seiring berjalannya waktu populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) terus
berkembang dan tersebar ke seluruh petak yang ada di Hutan Wanagama.
Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) yang terus berkembang ini
menyebabkan beberapa masalah salah satunya konflik dengan masyarakat.
Masyarakat sering mengeluh akibat tanaman palawija yang mereka tanam
sering dirusak oleh Rusa Jawa (Cervus timorensis). Akibat dari rusa memakan
tanaman pertanian warga, ada sebagian warga yang pernah memburu rusa
jawa tersebut. Akibatnya berkurangnya populasi rusa jawa tersebut di dalam
hutan wanagama.
ii. Peran Masyarakat.
3.2 HIPOTESIS
1. Populasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama I menurun.
2. Kondisi habitat Rusa Jawa di Hutan Wanagama I mendukung.
4. Masyarakat berperan serta dalam restorasi Rusa Jawa di Hutan Wanagama I.
5. Hutan Wanagama I layak sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa.
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Roll meter
2. Klinometer
3. Thermohygrometer
20 meter
100 meter
2 meter
1 meter
1 meter
B T
D : 22.6 meter
R : 11.3 meter
II I
B T
III IV
Keterangan :
S = 3 ≤ dbh < 8 cm
A = 8 ≤ dbh < 15 cm
B = 15 ≤ dbh < 23 cm
C = 23 ≤ dbh < 38 cm
D = 38 ≤ dbh < 53 cm
E = 53 ≤ dbh < 69 cm
F = 69 ≤ dbh < 84 cm
G = 84 ≤ dbh < 102 cm
H = 102 ≤ dbh < seterusnya
Gambar 6. Plotless sampling
Keterangan :
P = Estimasi populasi
A = Luas areal pengamatan
p = Jumlah timbunan kotoran yang ditemukan
a = luas seluruh pellet count
d = rerata defaksi (defection rates)
t = waktu
4.4.2 Analisis Produktivitas Pakan
Produksi biomassa diperoleh setelah dua minggu dari pemanenan
kembali pada PUP. Kemudian ditimbang beratnya untuk mendapatkan berat
basahnya.
Langkah-langkah kerja dalam analisis kotoran rusa adalah sebagai
berikut :
a. Pengumpulan kotoran dicari di seluruh kawasan. Kotoran dikumpulkan
dalam keadaan basah dan diberi label. Untuk kotoran herbivora besar
(contoh: banteng) sebelum koleksi kotoran dibagi menjadi 6 bagian sama
rata, kemudian dari tiap bagian diambil secukupnya untuk sampel. Untuk
menghindari serangan jamur dan mikroba, kotoran dijemur di bawah
sinar matahari selama 3 hari. Setelah kering benar kotoran dioven dalam
laboratorium.
Keterangan :
Luas hutan Wanagama 599,7 Ha, petak yang digunakan pada penelitian ini
yakni petak 5, 6, 7, 13, 14, dan 16. Dalam metode pellet count yang digunakan,
estimasi populasi dapat diketahui. Hasil estimasi populasi rusa di Wanagama I
sebanyak 4 ekor. Terdapat 2 petak yang ditemukan onggokan kotoran yaitu pada
petak 5 dan petak 6. Estimasi populasi dapat diketahui dengan cara mengalikan luasan
petak penelitian dengan jumlah onggokan kotoran rusa yang ditemukan. Kemudian,
dibagi interval pengamatan dikali defakasi rata-rata rusa perhari dan luasan plot
sampel.
Tabel 1. Jumlah onggokan dan pellet count Rusa Jawa di beberapa petak Hutan
Wanagama I
Petak Onggokan Pellet count
5 1 5
6 6 5
7 0 4
13 0 4
14 0 4
16 0 3
18 0 4
Berdasarkan hasil estimasi populasi Rusa Jawa, terdapat 4 individu Rusa Jawa di
kawasan Hutan Wanagama I.
Petak 5 7 18 14 6 16 13
S 32 17 81 113 21 4 57
A 41 17 34 251 22 3 112
B 32 11 36 299 7 14 154
C 17 9 18 131 6 8 23
Struktur
vegetasi D 8 3 4 46 2 13 6
(ind)
E 2 1 7 10 1 8 0
F 1 1 0 1 1 8 0
G 0 0 0 0 0 9 0
H 1 0 1 0 0 3 0
Kepadatan semak 2782,95 9267,45 3847,09 6898,63 6858,40 5014,74
1825,221
(ind/Ha) 3 3 9 2 7 9
Hutan Wanagama I khususnya petak 6 paling dekat dengan sumber air. Hal ini
dikarenakan terdapat Telaga Kemuning dan sebagian besar kawasan Hutan
Wanagama I dilalui oleh Sungai Oyo yang merupakan salah satu sumber air yang
mengalir sepanjang tahun walaupun saat musim kemarau datang sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air oleh Rusa Jawa (Rusa timorensis).
49%
Aktivitas merumput adalah aktivitas yang paling sering dilakukan oleh warga.
Sebagian besar warga memiliki hewan ternak dan di Hutan Wanagama I terdapat berbagai
macam jenis pakan ternak. Sebanyak 30% masyarakat bertani, karena memiliki lahan
pertanian yang berada pada hutan.
47%
Ya
53%
Tidak
0% 16% Mengusir
39% Tidak peduli
Menangkap
45% Lain-lain
Sebanyak 45% masyarakat tidak peduli ketika melihat rusa. tidak peduli
berarti tidak melakukan hal apapun. Lain-lain disini adalah masyarakat hanya
mengamati, melihat, dan berteriak saja.
Mengganggu
47%
Tidak mengganggu
42% Kadang mengganggu
22% Merusak
pemandangan
0%
Merusak lahan
pertanian
Pernah
Tidak pernah
98%
Pernah
26%
Tidak
74% pernah
Sebanyak 74% masyarakat belum pernah melihat perburuan Rusa Jawa dan
26% pernah melihat perburuan.
33% Pernah
Tidak
67%
Menegur
34%
Melaporkan
40%
16% Tidak menjawab
Dipelihara
44%
Dikonsumsi atau
55%
dijual
Dikembalikan ke
0%
kawasan
1%
Lima puluh lima persen masyarakat akan membiarkan saja ketika melihat rusa
di luar kawasan Wanagama. Hanya 44% warga yang berupaya untuk mengembalikan
ke kawasan.
Jika jumlah Rusa Jawa sangat
banyak, apa yang akan Anda
6% lakukan?
4% Dibiarkan saja
Diburu
Dari 168 responden, sebanyak 161 responden hanya akan membiarkan saja
rusa apabila populasi rusa sangat banyak. Tujuh orang akan memburu rusa tersebut
dan sepuluh orang akan diambil untuk ternak.
26% Tahu
74% Tidak tahu
18%
Tahu
Tidak tahu
82%
24% 33%
Dijadikan objek penelitian
dan pendidikan
Dibantai habis
18%
Dibiarkan
25%
Lain-lain
0%
1% 18%
26% Dibatasi dengangn pagar antara
wilayah kawasan restorasi dan
wilayah masyarakat
Dibantai habis
Lima puluh persen dari total keseluruhan responden setuju agar dibuat pagar
antara kawasan restorasi dengan wilayah masyarakat. Hal ini disebabkan karena
masyarakat sebagian besar terganggu dengan kehadiran satwa yang merusak lahan
pertanian mereka.
9%
Setuju
Tidak
91%
Sembilan puluh satu persen masyarakat setuju dengan adanya pelestarian Rusa Jawa.
Apakah Anda bersedia bekerja sama dalam
pengelolaan restorasi Rusa Jawa?
28% Bersedia
Tidak bersedia
12% 60%
Ragu-ragu
Sebanyak dua belas persen responden tidak bersedia bekerja sama dalam
pengelolaan. Namun, masih banyak warga yang bersedia diajak untuk bekerja sama
asal ada timbale balik. Bagi warga yang ragu-ragu, dikarenakan belum pahamnya
mereka mengenai restorasi.
Setuju
Tidak setuju
93%
8% Sering
Sedang
26% 49%
Jarang
Lain-lain
17%
Dibiarkan saja
Diburu
Apabila warga ditanya mengenai apa yang akan dilakukan ketika melihat Rusa
Jawa, sebanyak 42% menyatakan tidak peduli. Maksud dari tidak peduli disini adalah
tidak melakukan hal apapun terhadap rusa. Kemudian, sebanyak 39% responden akan
mengusir. Hal lain yang akan dilakukan warga yaitu mengamati, dan akan berteriak
karena takut melihat rusa. Sama sekali tidak ada upaya untuk membunuh atau
memburu rusa. Mereka tidak melakukan hal itu karena sebagian besar warga sudah
tahu bahwa rusa adalah hewan yang dilindungi. Dari tindakan yang akan mereka
lakukan, maka dapat dikatakan ada upaya untuk melestarikan Rusa Jawa di kawasan
restorasi ini.
Namun ketika Rusa Jawa merusak tanaman pertanian warga, sebagian besar
dari mereka akan membiarkan rusa tersebut. Hanya sebagian kecil dari warga yang
akan menangkap rusa. Ini mencerminkan bahwa masyarakat tetap ada kepedulian
untuk tetap menjaga eksistensi rusa di kawasan Wanagama. Ketika Rusa Jawa
merusak lahan pertanian mereka, upaya yang dilakukan untuk melindungi lahan
pertanian adalah tidak ada. Warga hanya membiarkan lahan pertanian mereka terbuka
seperti itu. Hanya sebagian kecil warga yang akan memburu dan tidak ada upaya
warga untuk membuat perangkap rusa di sekitar lahan pertanian yang mereka miliki.
Hal ini dikarenakan akan ada tambahan modal apabila harus membuat pagar pada
wilayah pertanian mereka dan intensitas perusakan yang dilakukan oleh Rusa Jawa
sudah tidak terlalu intens melihat populasinya yang semakin menurun dari tahun ke
tahun.
Dalam hal perburuan sebanyak 98% warga tidak pernah melakukan perburuan
dan sisanya mengaku pernah berburu Rusa Jawa. Hal ini dapat dijadikan peran
masyarakat sekitar dalam mendukung kelayakan restorasi. Larangan dalam hal
perburuan sudah ada pada kawasan Wanagama, hanya 33% warga yang pernah
memberi tahu warga sekitar untuk tidak berburu rusa. Sisanya belum pernah
melakukan hal itu. Ini juga dampak dari adanya penyuluhan yang pernah diberikan
oleh pihak pengelola sendiri. Sebagian besar warga juga akan melaporkan kepada
pihak yang berwenang ketika melihat perburuan rusa dilakukan. Dan sebanyak 34%
dari seluruh responden hanya membiarkan kasus tersebut. Laporan kepada pihak
berwenang dapat mendukung pelestarian Rusa Jawa dan menjadi salah satu peran
masyarakat dalam mendukung upaya kelayakan rstorasi.
Sebagian besar warga hanya akan membiarkan rusa ketika mereka keluar dari
kawasan Hutan Wanagama I. Kepedulian masyarakat terhadap keberadaan rusa
memang masih kurang, karena sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa belum
ada manfaat yang diperoleh dari restorasi rusa. Namun, dari presentase responden
yang akan mengembalikan rusa ke kawasan restorasi sebanyak 46%.
Rusa mampu
hidup pada suhu
rata-rata ± 24.3 C
dengan suhu
maksimal 30 C
dan minimum 17
C. Rusa juga
mampu hidup
pada daerah yang
lembab hingga
sangat lembab.
Jarak dari sumber Jarak terdekat
air yaitu 171,47 m
dari Sungai Oyo.
Sungai Oyo
merupakan
sumber air yang
Layak
tersedia setiap
tahun.
Konsumsi air tiap
individu rusa
adalah 3
liter/individu.
Cover Penutupan tajuk
sebesar
61,9318182 %,
penutupan
tumbuhan bawah
sebesar
65,530303 %, dan
kerapatan
horizontal
Layak
vegetasi sebesar
31,203 %.
Rusa
memanfaatkan
kawasan dengan
penutupan dan
kerapatan
tumbuhan yang
relatif tinggi
seperti di sekitar
sungai atau anak
sungai.
Kelerengan . Kelerengan
tertinggi 12,5 %,
dan terendah -
63,75 %
Kebutuhan pakan
rusa 2,4
ton/individu/tahun
Jenis pakan Jenis pakan yang Rusa Jawa
sering dimakan mengkonsumsi
Rusa Jawa di pakan berupa:
Hutan Wanagama rumput teki
I yaitu (Cyprus
Kolonjono rotundus)
Lamiaceae Pennisetum
Penniserum purperum
sp. Imperata
Cyperus sp. cylindica
Passifloraceae Brachiara
Eeleocharis Cannarium
ochrostachys globassa
Kerinyu Eupatorium
inulifolium
Calliandra
callothyrsus.
(Marcus, 2006)
Layak
3 Sosial
Peran serta Masyarakat
masyarakat berperan aktif
dalam upaya
restorasi Rusa
Jawa
Layak
Masyarakat mau
bermitra dalam
penyuksesan
restorasi Rusa
Jawa.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Terdapat individu Rusa Jawa di Hutan Wanagama I sebanyak 4 ekor
2. Dari aspek habitat, Hutan Wanagama I layak karena mampu menyediakan pakan,
air, ruang, dan pelindung
3. Masyarakat sekitar Hutan Wanagama I berperan aktif terhadap restorasi Rusa
Jawa.
4. Hutan Wanagama I layak sebagai kawasan restorasi Rusa Jawa.
6.2 SARAN
1. Dilakukan monitoring terhadap populasi dan habitat Rusa Jawa di Hutan
Wanagama I secara berkala.
2. Penyuluhan kepada masyarakat sekitar kawasan Hutan Wanagama I untuk
lebih meningkatkan pengetahuan dan kepedulian terhadap upaya restorasi Rusa
Jawa.
3. Bermitra dengan masyarakat sekitar kawasan Hutan Wanagama I untuk
menjaga populasi Rusa Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1983. Ekologi Banteng (Bos javanicus d’Alton) di Taman Nasional Ujung
Kulon [disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Alikodra, S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar, jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Ardi, Bahtera. 2013. Studi Kelayakan Hutan Pendidikan Wanagama I Sebagai Tempat
Restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis).
Bennett AF. 1990. Habitat corridors and the conservation of small mammals in a
fragmented forest environment. Landscape Ecology 4
Bennett, A.F. (1998, 2003). Linkages in the Landscape: The Role of Corridors and
Connectivity in Wildlife Conservation. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge,
UK.
Bhadresa, R. 1987. Rabbit Grazing: Study in a Grassland Community Using Faecal Analysis
and Exclosure. Field Studies 6 (1987).657-684.
Calhoun dan Acocella. 1990. Psikologi Tentang penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan.
Edisi ketiga. Terjemahan. IKIP Semarang Press. Semarang.
Clements, Frederic E., and Victor E. Shelford. 1939. Bio-ecology. New York : John Wiley &
Sons.
Djuwantoko. 2003. Pemanfaatan RusaSecara Lestari. Makalah Seminar.Fakultas Kehutanan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Djuwantoko. 2003. Pemanfaatan Satwaliar di Hutan Tanaman Industri. Makalah Seminar
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Field, C.D. (Ed.), 1996. Restoration of Mangrove Ecosystems. International Society for
Mangrove Ecosystems, Okinawa, Japan.
Foead,N.1992.Studi Habitat dan Pakan Anoa Gunung di Taman Nasional Lore Hulu,
Sulawesi Tenggara. Fakultas Kehutanan UGM.Yogyakarta.Skripsi tidak
dipublikasikan.
STORR, G. M. 1961. Microscopic analysis of faeces, a technique for ascertaining the diet of
herbiv- orous mammals. Aust. J. Biol. Sci. 14
Suin. 1989. Estimasi Besarnya Populasi Serangga. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Supraptomo, Harun. 2006. Home Range dan Kelimpahan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di
Wanagama I GunungKidul. Skripsi. Fakultas KehutananUniversitas Gadjah
Mada.Yogyakarta.
Suratini. 2004. Persepsi Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Keberadaan Rusa Jawa
(Cervus timorensis russa, Mull & Schl) di Hutan Wanagama I. Fakultas Kehutanan
UGM. Yogyakarta.
Subeno dan Purnomo. 2008. Seleksi Habitat Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya di Kawasan Hutan Wanagama I dan Sekitarnya.Lap
oran Penelitian. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel 7. Data Habitat Wanagma I
Petak 5 7 18 14 6 16 13
S 32 17 81 113 21 4 57
A 41 17 34 251 22 3 112
B 32 11 36 299 7 14 154
Kelas C 17 9 18 131 6 8 23
Diameter D 8 3 4 46 2 13 6
(ind) E 2 1 7 10 1 8 0
F 1 1 0 1 1 8 0
G 0 0 0 0 0 9 0
H 1 0 1 0 0 3 0
Kerapatan Semak
2782.95 9267.45 3847.1 6898.63 6858.41 5014.75 1825.22
(ind/Ha)
0-30 cm 7.44298 95.9649 63.8426 22.3864 2.77037 69.4444 90.375
30-100 cm 16.8377 88.2105 27.0833 13.875 1.21778 61.4583 41.3625
Kepadatan 100-200
29.0088 82.3092 3 10.4375 0.65389 20.1389 5.25
Vegetasi (%) cm
200-300
41.2544 73.1096 0.83333 0 0.4937 4.35185 0.57083
cm
Jumlah Pellet Count 5 4 4 4 5 3 4
Jumlah Onggokan 1 0 0 0 6 0 0
Min 25 21 25 22 27 26 26.5
Suhu
Max 37 39 31 37 33 32.5 35
Min 70 86 56 55 73.6 68.5 26
Kelembaban
Max 93 94 93 93 100 93 93
JDSA 383.421 280.895 201.939 575.045 171.467 400.056 299.9
Lampiran 2
Tabel 8. Identifikasi Jenis Pakan Rusa Jawa
Lamiaceae
Kolonjono
4
Pennisetum sp.
8
9
Lampiran 3
KUISIONER
a. Bertani
b. Merumput
c. Merencek
d. Memancing
e. Lain-lain
3. Seberapa seringkah Anda melakukan pekerjaan di Hutan Wangama I?
a. Setiap hari
b. 6-4 hari dalam seminggu
c. 3-2 hari dalam seminggu
d. Lain-lain
4. Apakah Anda memiliki lahan pertanian?
a. Ya
b. Tidak
5. Jenis tanaman apakah yang ditanam?
6. Tindakan apa yg dilakukan untuk mencegah perusakan yg dilakukan Rusa Jawa?
a. Dibiarkan saja
b. Diberi pagar
c. Dibuat jebakan
d. Diburu
7. Apabila Rusa Jawa merusak tanaman pertanian di kawasan Hutan Wangama I, apa yang Anda
lakukan?
a. Membiarkan
b. Menangkap
c. Melapor ke pihak Wangama
d. Lain-lain
8. Apa yang Anda lakukan ketika melihat Rusa Jawa?
a. Mengusir
b. Tidak peduli
c. Menangkap
d. Lain-lain
9. Bagaimana pendapat Anda mengenai keberadaan Rusa Jawa?
a. Mengganggu
b. Tidak mengganggu
c. Kadang mengganggu
10. Jika mengganggu, bagaimana Rusa Jawa mengganggu Anda?
a. Merusak pemandangan
b. Merusak lahan pertanian
c. Merusak perabotan rumah
d. Lain-lain
11. Apakah Anda pernah berburu Rusa Jawa?
a. Pernah
b. Tidak pernah
12. Apakah Anda pernah melihat perburuan Rusa Jawa?
c. Pernah
d. Tidak pernah
13. Apakah Anda pernah memberitahu warga sekitar agar tidak berburu Rusa Jawa?
a. Pernah
b. Tidak
14. Apa yang Anda lakukan ketika melihat perburuan Rusa Jawa?
a. Membiarkan
b. Menegur
c. Melaporkan
d. Tidak menjawab
15. Apa yg Anda lakukan ketika melihat Rusa Jawa keluar dari kawasan Hutan
Wanagama I?
a. Dibiarkan saja
b. Dipelihara
c. Dikonsumsi atau dijual
d. Dikembalikan ke kawasan
16. Jika jumlah Rusa Jawa sangat banyak, apa yang akan Anda lakukan?
a. Dibiarkan saja
b. Diburu
c. Diambil untuk diternak
17. Apakah Anda tahu bahwa Hutan Wanagama I digunakan sebagai restorasi Rusa Jawa?
a. Tahu
b. Tidak tahu
18. Apakah Anda tahu bahwa Rusa Jawa hewan yang dilindungi?
a. Tahu
b. Tidak tahu
19. Menurut Anda, bagaimana sebaiknya pengelolaan Rusa Jawa di Hutan Wanagama I?
a. Dijadikan fenomena wisata
b. Dijadikan objek penelitian dan pendidikan
c. Dibantai habis
d. Dibiarkan
e. Lain-lain
20. Menurut Anda, bagaimana sebaiknya Rusa Jawa diperlakukan?
a. Dikurung saja, diberi makan
b. Dibatasi dengangn pagar antara wilayah kawasan restorasi dan wilayah masyarakat
c. Dibantai habis
d. Dilepas liarkan
e. Lain-lain
21. Apakah Anda setuju dengan adanya pelestarian Rusa Jawa?
a. Ya
b. Tidak
22. Apakah Anda bersedia bekerja sama dalam pengelolaan restorasi Rusa Jawa?
a. Bersedia
b. Tidak bersedia
23. Jika bersedia, bentuk kontribusi apa yang akan dilakukan?
24. Apakah anda setuju apabila dibuat kelompok masyarakat yang menangani Rusa Jawa?
a. Ya
b. Tidak