Unit. 8 Perencanaan Penampang Balok Lentur
Unit. 8 Perencanaan Penampang Balok Lentur
Unit. 8 Perencanaan Penampang Balok Lentur
Balok adalah elemen struktur yang menahan beban transversal, pada umumnya yang
disebut balok selalu dalam posisi horizontal, pada struktur jembatan yang termasuk balok
lentur adalah ; Gelagar Induk dari Jembatan Balok Girder, Gelagar memanjang dan
Gelagar Melintang dari Jembatan Rangka batang, Balok Diafragma yang merupakan
elemen pengaku.
Y
Penampang I.WF lebih simetris.
Dengan nilai Iy yang lebih besar
disbanding Iy Profil Chanal .
X Sehingga lebih kaku untuk
menahan Tekuk lateral yang biasa
terjadi pada balok
fb Fy Fy Fy Fy .
(a) (b) (c) (d) (e) (f)
Distribusi Tegangan Sesuai Tahapan Pembentukan Sendi Plastis
Gambar .3.3.a
b fy
C
d 2/3.d
T
fy
Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondisi Elastis
Gambar. 3.b
. b fy
C
d ½ .d
T
fy
Penampang Persegi dengan Momen Kopel dalam Kondii Platis
Gambar. 3.3.c
Momen tahanan sama dengan T atau C dikalikan dengan lengan momen, yaitu :
2 1 1 2 1
My = T . d b . d . fy . d .b . d 2 . fy …Terlihat bahwa dengan cara ini
3 2 2 3 6
didapat nilai modulus penampang elastis yang sama untuk penampang persegi, yaitu
1
Sx .b .d 2 ………………………………………………………………….(4.3.3)
6
1 2
b.d
6 1,50 . ……………………………………………………………………(6.3.3)
1 2
b.d
4
Hal ini menunjukkan bahwa modulus plastis sama dengan statis momen dari luas
penampang tertarik dan tertekan terhadap sumbu netral. Kecuali jika penampang
simetris, sumbu netral untuk kondisi plastis tidak akan berada pada lokasi yang sama
dengan sumbu netral kondisi elastis. Tegangan tekan dalam harus sama dengan tegangan
tekan akibat beban luar. Karena diasumsikan bahwa semua serat mempunai tegangan
yang sama pada kondisi plastis yaitu sebesar Fy, maka luas daerah diatas dan dibawah
sendi
plastis harus sama. Hal ini tidak berlaku untuk penampang tidak simetris pada kondisi
elastis.
Y
Gambar.3.3.d. Balok Akibat Momen Lentur Y
Pada bab ini kekuatan balok ditinjau pada tekuk lateral dengan berbagai kondisi
sokong lateral yaitu pada Jarak sokong lateral Pendek, Jarak sokong lateral Sedang dan
Jarak sokong lateral Panjang, dengan kondisi penampang elemen bagian tertekan bersifat
Kompak .
Dalam Gambar 3.3.e diperlihatkan kurva yang menghubungkan besar momen
tekuk atau momen tahanan nominal balok terhadap panjang jarak sokongan lateral.
My
Mcr
E
L p 1,76.ry ……………………………………………………..(7.3.3)
fy
X
L r ry 1 1 1 X . f 2 …………………………………(8.3.3)
f 2 L
1
Dimana :
f L f y fr
2
E.G.J . A S Iw
X1 X 2 4
S 2 G.J Iy
Iy
ry adalah jari jari girasi terhadap sumbu lemah
A
I w adalah kons tan ta puntir lengkung
J adalah kons tan ta puntir torsi
J .A
Lp 0,31. E . ry
Mp
……………………….........(9.3.3)
J .A
Lr 2 . E . ry
Mr
Jika pada flens tekan dikekang penuh sepanjang bentang secara lateral , pada
balok tidak akan terjadi tekuk Lateral melainkan terjadi Tekuk Lokal yang dipengaruhi
oleh kondisi sifat penampang elemen tertekan serti pada ilustrasi gambar.3.3.f. di bawah .
- KOMPAK
- TIDAK KOMPAK
- LANGSING
Y
Y
Gambar.3.3.f. Tekuk Lokal Akibat Momen Lentur
Dimana batasan pada kondisi sifat penampang ini ditetapkan sebagai berikut :
b
Penampang dikatakan Kompak Bila ( p ) ………………...…..(10.3.3)
t
b
Penampang dikatakan Tidak Kompak Bila ( p r ) .......................(11.3.3)
t
b
Penampang dikatakan Langsing Bila ( r )..............................(12.3.3)
t
Mp
My
Mcr
Mn Mp Mp Mr λλ λλp ..............................................................(14.3.3)
r p
3). Penampang pada kondisi Langsing, maka besar momen nominal penampang balok
tersebut diambil :
2
λ
M n M r r .......................................................................................(15.3.3)
λ
B. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Sedang (Zona 2).
Jika sokongan lateral flens tekan suatu balok diberikan pada jarak tertentu sehingga
balok dapat melentur hingga tercapai regangan leleh pada beberapa tapi tidak seluruh
bagian tekan sebelum terjadi tekuk lateral, yang terjadi adalah tekuk inelastic. Dengan
kata lain, sokongan yang ada tidak cukup bagi balok untuk mencapai distribusi regangan
plastis penuh sebelum terjadi tekuk.
Adanya tegangan residual menyebabkan leleh dimulai pada penampang yang
mendapat tegangan sama dengan Fy – Fr dimana Fy adalah tegangan leleh web dan Fr
adalah tegangan tekan residual yang diasumsikan sama dengan 10 ksi untuk profil hasil
rol (cetakan) dan 16,5ksi untuk profil hasil pengelasan.
Dalam rumus menentukan besarnya Momen tahanan Inelastis yang akan diberikan
untuk tekuk inelastic dan tekuk elastis, akan dimasukkan nilai koefisien momen Cb.
Yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tumpuan dan beban pada elemen.
Sebagai ilustrasi diperlihatkan momen dalam balok tanpa sokongan pada
Gambar.3.3.h menghasilkan kondisi flens tekan yang lebih buruk dibandingkan dengan
momen dalam balok tanpa sokongan pada Gambar.3.3.i. Salah satu alasannya adalah
flens atas dari balok (a) menerima tekan pada seluruh panjangnya, sedangkan balok (b)
flens yang tertekan hanya sebagian saja.
Sehingga untuk balok tumpuan sederhana pada (a), Cb diambil sama dengan 1,0
sedangkan untuk balok (b) diambil lebih besar 1,0. Persamaan kapasitas momen untuk
Zona 2 dan 3 dikembangkan untuk balok tanpa sokongan lateral dengan kelengkungan
tunggal dimana Cb = 1,0. Seringkali balok tidak melentur dengan satu kelengkungan
sehingga balok dapat memikul momen lebih tinggi. Hal ini telah diperlihatkan dalam
Gambar.3.5.7.b. Untuk mengatasi masalah ini, spesifikasi LRFD memberikan koefesien
momen Cb lebih besar. Jika perencana selalu menggunakan Cb = 1,0 maka yang
bersangkutan kehilangan kesempatan untuk melakukan penghematan. Secara umum
besarnya Cb dihitung dengan rumus :
12,5. M max
Cb 2,3 ………………………….….(16.3.3)
2,5. M max 3. M A 4 . M B 3. M C
Mmax adalah momen terbesar dalam segmen tanpa sokongan suatu balok, sedangkan MA,
MB dan MC masing-masing adalah momen pada jarak ¼,1/2, dan ¾ segmen tanpa
sokong balok tersebut.seperti dijelaskan pada gambar.3.3. berikut
Gambar. 3.3.j
Penyebaran
momen pada
elemen balok
tanpa sokong
samping
Mmax MA MB MC
L L ........................................(17.3.
Mn C Mp Mp Mr r
b L r L p 3)
C. Momen Nominal pada Balok dengan Jarak sokong Panjang (Zona 3).
Jika suatu balok tidak diberikan sokongan lateral secara menerus, maka balok
tersebut dapat menekuk secara lateral terhadap sumbu lemah diantara dua sokongan
lateral yang tersedia tanpa mengalami perubahan bentuk penampang dengan tetap akan
terjadi balok melentur terhadap sumbu kuat.
Mula-mula balok akan melentur terhadap sumbu kuat hingga tercapai sampai
momen kritis Mcr. Pada saat tersebut balok akan menekuk secara lateral terhadap sumbu
lemah, flens tarik akan cenderung membuat balok tetap lurus, akibatnya tekuk pada balok
merupakan kombinasi dari lentur lateral dan torsi dari penampang balok. Kondisi ini
diilustrasikan dalam Gambar 3.3.f.
Menurut Spesifikasi LRFD, jika jarak sokongan lateral flens tekan balok lebih
besar dari Lr penampang akan menekuk secara elastis sebelum tegangan leleh tercapai
pada satu titik penampang. Momen kritis atau momen lentur-torsi Mcr dalam suatu balok
akan terdiri dari tahanan torsi dan tahanan warving dari penampang. Spesifikasi LRFD
memberikan persamaan untuk menentukan momen tekuk lentur – torsi, Mcr. Rumus
tersebut adalah :
π.E
2
π
M cr C E . I y . G . J I .I
bL L y w …………………………….(18.3.3)
b b
C .Sx . X . 2 X 2 .X
M cr b 1 1 1 2 ………………………………(19.3.3)
L / ry
b 2(L / ry ) 2
b
3.3.5.3. Kekuatan Web dan Flens Balok Akibat Geser dan Beban Terpusat
Akibat beban lentur pada balok akan terjadi gaya geser karena tertariknya serat
dibagian bawah dan memendek di bgian atas, Pada umumnya gaya geser bukan hal yang
menimbulkan masalah dalam balok profil, karena bagian badan profil mqampu menahan
gaya geser yang cukup besar. Namun ada bebrapa kondisi yang menyebabkan gaya geser
cukup penting antara lain :
1. Beban terpusat berada ditempatkan didekat tumpuan, maka gaya geser akan
meningkat tanpa peningkatan momen lentur
2. Pada pertemuan dua elemen yang kaku dimana pelat badan terletak pada bidang yang
sama
3. Pada bagian pelat badan dipotong atau diberi takikan
4. Struktur balok dengan bentang yang relative pendek
5. Jika pelat badan profil terlalu tipis.
Rumus yang sudah banyak dikenal untuk menghitung tegangan geser pada balok tanpa
menerima gaya luar torsi adalah :
V .Q
fv …………………………………………………………….…(20.3.3)
b.I
Dimana :
V = Gaya geser luar pada penampang yang ditinjau
Q = Statis momen penampang dibawah atau di atas serat yang ditinjau
I = Momen Inersia seluruh penampang
B = Tebal serat penampang yang ditinjau
Dari Grafik tegangan geser seperti pada gambar 3.3.j di bawah ini
Besar kekuatan geser nominal dari penampang profil adalah tergantung dari besar
perbandingan tebal dan tinggi pelat badan apakah geser yang terjadi pada kondisi plastis,
Inelastic atau Elastis sebagai berikut :
h kn . E
1. Pelat Badan meleleh plastis jika : 1,10 ……………....(21.3.3)
tw fy
Besar Kuat geser Nominal adalah : Vn 0,6 . f y . A w …………………(22.3.3)
kn . E h k .E
1,10 1,37 n ……………………………………..(23.3.3)
fy tw fy
Besar Kuat geser Nominal adalah :
k n . E 1
Vn 0,6.f y . A w 1,10 …………………………..…..(24.3.3)
f y h / t w
h kn . E
3. Pelat Badan Tertekuk Elastis jika : 1,37 …………….(25.3.3)
tw fy
Besar Kuat geser Nominal adalah :
0,9. A .k .E
w n
Vn
…………………………………………………….(26.3.3)
h/t 2
w
k
k
R
N+5.k
N
2.
4.
Min
Mcr
6.
Mn. Mu.
q = 5 ton/m
210000 Nm
110000 Nm
Penyelesaian :
3 1
MA = 210000 110000 168750 33750 Nm
4 4
MB =
1
210000 110000 225000 65000 Nm
2
1 3
MC = 210000 110000 168750 16250 Nm
4 4
Mu= 210.000 Nm
210000
Sx 757, 576 Cm2
0,9 *1,12 * 275
758 cm3 (satuan yang dipakai dalam tabel)
Mn = Mp = 0,9*1,12*1190*2750
= 3298680 kg cm
= 330000 Nm > 210000 Nm OK
x1 ry
Lr 1 1 x2 ( f L ) 2
fL
EGJA
x1
Sx 2
2
S I
x 2 4 x w
GJ I y
J
3
1 3 1
ht f 2bt w3 40.133 2.20.0.g 3 36.12cm 4
3
Iw I yk 24
130142,7 * 4,5
Lr 1 1 2,7 *10 6 (1925) 2 637,8cm
1925
Jadi Lp < Lb < Lr Balok pada Kondisi Tekuk Inelastis (Zona.2)
maka digunakan persamaan :
L L
Mn Cb Mp Mp Mr r
L r L p
200000
6,36 E 6,36 171
fy 275
h 400
50 atau lebih teliti 42,7 (lihat w
tw 8
h
6,36 E tidak perlu pengaku
w fy
periksaan geser
Vu = 20,5 tm = 205 kN
kn = 5 (asumsi tidak ada pengaku vertikal)
kn E 5 * 200000
1,10 1,1 66,33
fy 275
h k E
1,1 n
tw fy