05.3 Bab 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

BAB III

ANALISIS DAN DISAIN FLAT PLATE BETON PRATEGANG

3.1 Pengertian

Analisis flat plate beton prategang adalah suatu proses penentuan parameter-

parameter yang berkaitan dengan perencanaan struktur flat plate beton prategang.

Parameter yang dimaksudkan di sini meliputi dimensi, luas penulangan, tegangan

tendon dan beton dan sebagainya.

Sedangkan disain flat plate beton prategang adalah proses penentuan dimensi

penampang dan kemampuan struktur flat plate beton prategang untuk dapat menahan

pcrilaku-perilaku struktur pelat yang terjadi, seperti gaya lentur, gaya geser dan

lendutan.

3.2 Disain Pendahuluan

3.2.1 Analisis Penampang Hat Plate Beton Prategang

Penampang flat plate beton prategang direncanakan dengan memperhitungkan

tahanan minimum yang diperlukan pada kekuatan batas tertentu. Untuk masing-masing

nilai tahanan rencana, diperhitungkan harus lebih besar atau sama dengan jumlah beban

rencana yang diperoleh dengan mengalikan beban-beban eksternal terhadap faktor-

faktor beban yang telah ditetapkan.

Untuk mendisain ketebalan flat plate beton prategang beberapa ahli telah

memberikan batasan untuk mempermudah dalam disain. Menurut Arthur H. Nilson

tebal pelat beton prategang diambil antara 1/45 sampai 1/50 dari panjang bentangan.

18
19

Sedangkan Antonie E. Naaman memberikan nilai tebal pelat untuk muatan hidup

sebesar 2,4 kN/m2 biasanya diambil antara 1/40 sampai dengan 1/55 dari panjang
bentang. Untuk tebal pelat yang lebih kecil dari 1/55 dipakai pelat dengan balok atau

pelat dengan penebalan keliling kolom (drop panel). Dalam perencanaan ini diambil

pendekatan tebal pelat:

L
h= (3.1)
45

Tebal selimut beton (pb) yang dianjurkan berkisar antara 19 mm sampai dengan

32 mm untuk pelat yang ditumpu tidak bebas, sedang pelat yang ditumpu bebas adalah
19 mm sampai dengan 50 mm.

3.2.2 Penempatan Profil Tendon

Untuk mendapatkan disain yang lebih ekonomis, gaya prategang harus

diperhitungkan seefektif mungkin, jadi pada perletakan dalam, letak kabel harus seatas

mungkin dan bagian lapangan hams sebawah mungkin, diusahakan letak garis c.g.s

bertemu dengan garis c.g.c pada tumpuan ujung, seperti diperlihatkan pada gambar 3.1
berikut ini.

1 tebal selimut beton minimum


' -cgc
-cgs

A f s — s A
tebal selimut beton minimum

Gambar 3.1 Tata Letak Tendon Ideal

Pada gambar di atas mempakan tata letak tendon dalam perhitungan, pada

kenyataannya tata letak tendon ini tidak dapat digunakan karena adanya belokan tajam

pada tumpuan dalam, tata letak tendon yang sebenamya akan membentuk kurva
20

terbalik yang disebut lengkung peralihan. Panjang dari lengkung ini adalah 0,1 dari

panjang tiap bentangan seperti ditunjukkan pada gambar 3 2.

Lengkung Peralihan
/ V
U,lLj -"<—I ,0,1
fill.
L2 0,1L,
0. P^ 1 ,0,11

Zr 7T 7T A
— L, — U

Gambar 3.2 Tata Letak Tendon Sebenarnya

Dalam konsep load balancing lengkung peralihan pada gambar di atas dapat

diabaikan dalam disain, sehingga tata letak tendon ideal menjadi titik penentu dalam

perencanaan (T.Y.Lin, 1993).

3.2.3 Tegangan Rata-rata

Tegangan rata-rata adalah gaya prategang akhir (setelah kehilangan

prategangan) dibagi dengan luas penampang total dari beton. Menurut ACI untuk pelat

beton prategang dengan unbondedtendon, tegangan rata-rata minimum adalah 0,86 dan

maksimum adalah 3,5 MPa. Nilai minimum ini dimaksudkan untuk membatasi adanya

tarikan dan keretakan yang berlebihan, sedangkan harga maksimun dimaksudkan untuk

membatasi adanya perpendekan elastis dan creep yang berlebihan (Antonie E. Naaman,

19821
21

3.3 Analisa Struktur Flat Plate

3.3.1 Pendekatan Portal Ekivalen

Pendekatan portal ekivalen digunakan untuk menganalisis distnbusi momen


total pada pelat dua arah. Pada pendekatan mi, struktur dibagi menjadi portal (frame)
menerus yang berpusat pada kolom dalam masing-masing arah yang salmg tegak lurus.
Masing-masing portal ini terdm atas sederetan kolom dan slab lebar dengan balok
(column stnpps), di antara gans pusat panel. Berdasarkan statika, beban yang bekerja
hams diperhitungkan untuk dua arah yang saling tegak lums (Edward G. Nawy,1995).

C2^V
Tinggi lantai

Batang torsi
Momen torsi
Lebar portal
ekivalen

Gambar 3.3 Batang-Batang Rangka Ekivalen

Dan gambar 3.3 dapat dilihat bahwa daya dukung terhadap rotasi tidak hanya
dipengamhi oleh kekakuan lentur dan kolom-kolom, tetapi juga oleh kekakuan puntir
dari gelagar jalur pelat. Dengan adanya tahanan puntiran M, pada kolom, maka
penampang pada kolom tersebut akan berotasi dengan sudut yang lebih kecil dan
22

penampang-penampang lainnya yang bekerja momen torsi, hal ini disebabkan adanya

deformasi puntir pada penampang tersebut. Untuk memperhitungkan deformasi

torsional balok tumpuan, dipakai kolom ekivalen yang fleksibilitasnya mempakan

jumlah dari fleksibilitas kolom aktual dan fleksibilitas balok transversal atau jalur slab.

Asumsi ini dimmuskan dengan persamaan :

1 1 1
=—-+- (3.2)
Kec IKC Kt

Atau dapat dimmuskan :

IKC
K«= (3.3)
1+CZKe/KO

Kekakuan kolom untuk portal ekivalen :

4EI
Kc= - — (3.4)
Ln - 2h

Kekakuan torsional balok tranversal pada jalur kolom :

9ECSC
Kt= I (3.5)
L2 (1 - c2/L2)

dengan besar konstanta torsional C = I (1 - 0,63x/y) x y/3

Kekakuan slab dimmuskan :

4E I
K, = (3.6)
U - Ci/2

Faktor distribusi untuk momen jepit ujung (FEM) adalah :

Ks
DF= (3.7)
IK

dengan IK = K«. + Ks(kiri) + Ks(kanan)


23

Besar momen jepit ujung dihitung dengan wl2/12 dan faktor induksi (COF)
sebesar 0,5. Selanjutnya besamya momen disain dapat dicari dengan menggunakan
metode Cross.

3.3.2 Momen Disain

Momen disain dengan pendekatan teori statis didapatkan dengan kombinasi

distribusi momen rangka Mu yang dihasilkan dari penjumlahan beban mati dan beban

hidup berfaktor dengan momen sekunder Ms yang dihasilkan dari tendon. Metode load

balancing memperhitungkan kedua momen primer Mp dan momen sekunder Ms. Oleh

karena itu, untuk nilai beban layan (service load), hanya beban unbalance Wmb yang

diperhitungkan dalam momen jepit ujung (FEM), dan Wba! digunakan untuk analisa

kekuatan lentur (Edward G. Nawy, 1995).

Jika Mp = Pe e adalah momen primer, dan Mbal adalah momen yang dihasilkan

oleh Wba!, maka momen sekunder dapat dicari dengan persamaan :

Ms = Mbal-Mp (3.8)

Jika Mu adalah FEM yang dihasilkan oleh beban terfaktor Wu, maka momen

disain dimmuskan dengan persamaan :

MU=~M~-Ms (3.9)
Momen disain tersebut di atas dalam perencanaan harus dikalikan dengan faktor

reduksi yang disyaratkan oleh SK SN1 T 15 1991.


24

3.4 Analisis Lentur

3.4.1 Tegangan Lentur Ijin

Pada saat transfer beban yang terjadi hanyalah beban mati sedangkan pada saat

layan beban yang terjadi mempakan beban hidup dan beban mati. Penjumlahan

tegangan-tegangan yang terjadi pada kedua keadaan tersebut harus lebih kecil atau

sama dengan tegangan-tegangan total yang diijinkan.

SK SNI T 15 1991 pasal 3.11.4, mensyaratkan tegangan ijin yang terjadi pada

serat terluar baik pada saat transfer maupun saat layan diatur sebagai berikut:

1. Tegangan beton segera setelah transfer gaya prategang (sebelum kehilangan

prategang), tidak boleh melampaui nilai berikut:

a) serat terluar yang mengalami tekan adalah 0,6fci,

b) serat terluaryang mengalami tarik adalah 0,25^/ f C1,

c) serat terluar pada ujung komponen struktur yang didukung secara sederhana

mengalami tegangan tarik adalah 0,5Vfc„

Bila tegangan tarik melampaui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang tulangan

tambahan (non pratekan atau pratekan), yang dihitung berdasarkan asumsi suatu

penampang utuh.

2. Tegangan beton pada saat service load (setelah memperhitungkan semua kehilangan

prategang), tidak boleh melampaui nilai berikut:

a) serat terluar yang mengalami tegangan tekan adalah 0,45f c,

b) seratterluar dalam daerah tarik adalah 0,5V f c.


25

Persamaan tegangan beton adalah sebagai berikut :

P M
f=— ± (3.10)
Ac S

Tulangan tambahan untuk struktur flat plate yang didefinisikan sebagai pelat

masif dengan tebal merata, luas minimum dan distribusi tulangannya harus memenuhi

ketentuan berikut:

1. tulangan lekatan tidak diperlukan pada daerah momen positif apabila tegangan tarik

beton yang didapatkan pada beban kerja (setelah dikurangi kehilangan prategang)

tidak melampaui Vfc/6,

2. apabila tegangan tarik beton pada daerah positif yang didapat dari perhitungan beban

kerja melampaui Vfc/6, luas minimum tulangan lekatan harus dihitung sebesar:

Nc
As = (3.11)
0,5 f,

tulangan lekatan harus didistribusikan merata pada daerah tarik yang pada awalnya

mengalami tekan sedekat mungkin pada serat terluar penampang dan tegangan leleh

rencana fy tidak melampaui 400 Mpa,

3. dalam daerah momen negatif pada kolom penumpu, luas tulangan lekatan minimum

dalam setiap arah harus dihitung dengan :

As = 0,00075 hi (3.12)

tulangan lekatan didistribusikan dalam suatu lebar pelat antara dua garis yang

berjarak 1.5 h di luar muka kolom yang berhadapan. Paling sedikit dalam setiap arah

harus dipasang empat batang tulangan dan jarak spasi tulangan tidak boleh lebih dari

300 mm.
26

3.4.2 Analisis Lentur pada Saat Kekuatan Batas (Ultimit)

Beton prategang yang dipakai dalam perencanaan flat plate menggunakan


konstruksi beton yang penampangnya mempunyai dua macam tulangan, yaitu tulangan
aktif (kabel prategang) dan tulangan pasif (tulangan non prategang) atau yang disebut
beton prategang parsial. Pada beton prategang parsial tegangan tarik diperbolehkan,
tetapi kemungkinan retak sangat kecil dengan kata lain tegangan tarik yang timbul
hams lebihkecil dari kekuatan ijin tarik beton (Winarni Hadipratomo, 1994).

Untuk menentukan momen ketahanan nominal suatu penampang beton

nratesana hal vana hams diketahui yaitu dimensi penampang, sifat bahan dan jumlah

penulangan. Dalam menentukan momen ketahanan nominal diperlukan suatu anggapan-

anggapan sebagai berikut:

1. penampang yang rata tetap rata setelah pembebanan, akibatnya diasumsikan bahwa
ada distribusi regangan linier sepanjang penampang beton sampai beban batas,

2. terdapatnya rekatan yang sempuma antara baja dan beton, hasil langsung dari asumsi
ini bahwa pembahan regangan baja sama dengan pembahan regangan beton pada

beban yang sama,

3. batas regangan tekan beton, scu = 0,003,

4. kekuatan tarik beton diabaikan, fc! = 0,

5. blok tegangan tekan didekati dengan blok tegangan tekan persegi dengan tegangan

merata 0,85 f 0dengan lebar balok b dan tinggi a = B, c,

Analisa tegangan dan regangan serta kopel tegangan dalam pada kondisi kekuatan

batas diperlihatkan pada gambar 3.4.


27

• i Al

- s O.X5fc.b.a

••• dp-- d
Z = ds-a/2
Aps
1

As

(a)

Gambar 3.4 Blok Tegangan dan Regangan Batas yang Diasumsikan

Pada gambar 3.4a, diperlihatkan suatu penampang beton prategang persegi

dengan baja prategang Aps ditempatkan dalam jarak dp dan tulangan non prategang As

dalam jarak ds dari sisi tekan atas. Pada saat kondisi ultimit, regangan tank baja

(tendon) sama dengan saat beton tekan mencapai regangan batas (0,003) seperti

ditunjukkan oleh gambar 3.4b.

Distribusi tegangan tekan beton pada penampang tersebut bempa garis lengkung

dengan nilai nol pada garis netral, dari gambar 3.4c tampak bahwa f c yang mempakan

tegangan maksimum posisinya tidak pada serat tepi terluar tetapi agak masuk ke dalam.

Untuk tujuan penyederhanaan. Whitney memberi usulan merubah menjadi bentuk

persegi panjang dengan intensitas tegangan beton ditentukan sebesar 0,85fc dan

dianggap bekerja pada daerah tekan selebar b dan sedalam a, seperti diperlihatkan pada

gambar 3.4d (Istimawan Dipohusodo, 1994).

Gaya tarik dan gaya tekan dalam yang timbul pada penampang beton, arah garis

kerjanya sejajar tetapi berlawanan arah dan dipisahkan sejauh z. sehingga membentuk

kopel momen tahanan dalam maksimum yang disebut momen kapasitas nominal

penampang terlentur. Untuk menentukan jarak z pada gambar 3 4d, harus dicari dulu
28

nilai a yang didapat dari keseimbangan gaya-gaya dari blok tegangan pada gambar 3.4

yang akan menghasilkan persamaan sebagai berikut:

0,85fcba = ApJps-rAsf, (3.13)

Dari persamaan di atas, maka nilai a dapat dihitung,

A, fv - Aps fps
a= (3.14)
0,85 fc b

Momen kapasitas nominal penampang tersebut didapatkan dengan persamaan

berikut:

Mn = Asf} (ds - a/2) + Apsfps (dp - a/2) (3.15)

Dalam penentuan harga fps dapat dicari berdasarkan ketentuan berikut, harga ini

dapat dipakai bila gaya prategang efektif, fse lebih besar dari 0,5fpu.

1. Untuk struktur yang menggunakan unbonded tendon dan perbandingan antara

panjang bentang terhadap tinggi struktur tidak lebih dari 35,

fc
fps = fse-70- (3.16)
lOOpp

dengan batasan : fps < fpy

fps<fsc-400

2. Untuk struktur yang menggunakan unbonded tendon dan perbandingan antara

panjang bentang terhadap tinggi komponen struktur lebih dari 35.

fps = fsc-70- (3.17)


200pp

dengan batasan : fps < fpil

fns -1;, • 2oo


Momen kapasitas nominal beton setelah dikalikan dengan faktor reduksi

harganya harus lebih besar dibandingkan dengan kekuatan momen yang diakibatkan

oleh beban (Mu), seperti yang ditunjukkan dalam persamaan berikut :

0M„ > Mu (3.18)

Bila didapatkan bahwa kapasitas nominal rencana lebih kecil dari momen yang

terjadi, maka dilakukan disain ulang dengan altematif berikut:

1. menambah penulangan non prategang. atau tulangan prategang.

2. bila mungkin menambah eksentrisitas tendon,

3. merubah mutu bahan atau dimensi penampang.

3.5 Transfer Momen dari Pelat ke Kolom

Apabila ada momen-momen utama yang disalurkan dari pelat ke kolom yang

terjadi karena tidak seimbangnya beban-beban gravitasi di kedua sisi kolom, atau

adanya pembebanan horisontal akibat angin atau gempa, maka tegangan geser pada

penampang kritis tidak lagi terdistribusi secara seragam. Sebagian dari momen tidak

seimbang harus dianggap disalurkan sebagai lentur yang bekerja pada lebar pelat efektif

di antara garis-garis yang jauhnya 1,5 kali tebal pelat dari kolom tumpuannya.. untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.5 (Arthur H. Nilson, 1993).

Koefisien transfer momen tak seimbang sebagai lentur diberikan oleh SK SNI T

15 1991 pasal 3.6.3.3 sebesar :

Vr = (3.19)
+ 2/3 V(c, +d),'(c: + d)
Lebar efektif
transfer momen
dengan lentur
c2 + 2(l,5h)
Jalur kolom

Gambar 3.5 Bidang Kritis Akibat Momen Transfer Sebagai Lentur

Momen kapasitas penampang pada lebar efektif tersebut hams lebih besar dari
momen tidak seimbang dikalikan dengan koefisien transfer.

0Mn >yfMt <3-20)


Sisa dari momen yang ditransfer oleh lentur tersebut dianggap sebagai geser
eksentris terhadap pusat dari penampang kritis yang jaraknya d/2 dari perimeter kolom.
Koefisien transfer geser dimmuskan persamaan 3.21.

T.-1-T, (321)
Faktor geser dan faktor momen tidak seimbang yang ditransfer sebagai geser
apabila disuperposisikan akan menghasilkan tegangan geser maksimum yang digunakan
untuk perencanaan geser. Selanjutnya masing-masing distribusi tegangan geser di
sekitar kolom dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.

1. Kolom interior,

Gaya geser rencana Vu dan momen rencana tak seimbang Mu pada gambar 3.6b
dianggap bekerja pada muka kolom dan hams ditransfer ke sumbu berat penampang
kritis, yaitu sumbu c-c.
c,+ d

penampang kritis

c.+ d

VUcd VUab
Sumbu berat kolom
"g sama dengan sumbu
L Ju J berat penampang
kritis

Ccn ' CAr


(a)

(c)
.-Vu-

Mt^iL

(b)

Gambar 3.6 Distribusi Tegangan Geser pada Kolom Interior

Dari gambar 3.6a dapat dicari luas penampang kritis Ac, jarak dari pusat berat ke
sebelah kiri dan kanan penampang kritis penampang terluar c dan momen inersia polar
Jc pada kolom interior dapat dican.

Ac=2(c1+c2+2d)d (3 22)

d(c, + d)3 (c, +d)d3 d(c: - d)(c, +d)2


Jc= + + (3.23)
6 6 2

CAB = CcD = 0,5(c1 + d) (3 24)


Momen tak seimbang dan reaksi vertikal yang ditemskan ke kolom,
menyebabkan tegangan geser yang besamya dianggap bembah secara linier denaan
bertambahnya jarak dari pusat penampang kritis, seperti pada gambar 3.6c. Besar
tegangan geser yang disuperposisikan dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Vu Yv Mt C^
vuAB (3.25)
A, J,

Vu Yv Mt CCD
'uCD (3-26)
Ac Jc

Dengan cara seperti di atas, maka dapat dicari tegangan geser maksimum untuk
kolom eksterior dan kolom sudut.

2. Kolom eksterior.

c, + d/2

Sumbu berat
D ~*> ° r «k A kolom

penampang kritis
c2+ d

VUcd
I VUAB

sumbu berat
C ' : B penampang kritis
u—>hCCD C.AB te«angan «eser

Vu
(a)
(c)
Mt
OSn

(b)

Gambar 3.7 Distribusi Tegangan Geser padaKolom Eksterior


Besar tegangan geser dihitung dengan persamaan berikut:

Vu Yv(Mt-Vug)CAB
vuAB ~ (3.27)
K jc

Vu Yv(Mt-Vug)CCD
"uCD (3.28)
A, J,
dengan,

Ac=(2cJ + c2 + 2d)d (3.29)

(c,+d/2)2d
Cab _ (3.30)
Ac

Ccd - (ci+d/2)-CAB (3.31)


(c, + d/2) d3 2d
Jc = + — (Cjab +C3cd)+ (c2+d)d(C2^) (3.32)
6 3

3. Kolom sudut.

c, + d/2

Sumbu berat
kolom

penampang kritis

c+d/2

sumbu berat
I VU.ab

B penampang kritis

VUcd
T~

(C)

(b) Gambar 3.8 Distribusi Tegangan Geser pada Kolom Sudut


Besamya tegangan geser yang disuperposisikan dihitung dengan persamaan :

V, Yv(M,-Vug)CAH
u AB

v., /v(Mt-Vu.g)Ca)
'nCO (3.34)
A.

denaan.

Ac = ic-, - c2 + did ... (3.3?)

l-2(c,-d/2):d
C.v
AB (3.36)
A„

CCD = (c, -d/2)-CA» (3.37)

g = C^-c,.2 (3.38)

d(c,~d2y d,(c,-d2) Ic, T-d-2)


Jc = + Td(C|T d/2) C •\B
12 12

d(C:-d/2)C:AB (3 39)

3.6 Analisis Geser

3.6.1 Kapasitas Geser Beton

Analisa gaya geser pada flat plate dilakukan dengan menganggap bahwa gava

geser VL1 ditahan oleh tahanan geser yang terdistribusi secara seragam di sekeliling
penampang kritis b0 pada suatu jarak sebesar d/2 dari sisi kolom pendukungnva vang
sering disebut sebagai daerah punching shear (geser pons).

SK S\i '1 15 1991 pasal 3.4.12.4 memberikan batasan kapasitas geser vana

dapat ditahan oieh kolom beton prategang pada pelat dua arah adalah sebaaai berikut .
35

Vc = 0.3\fc-0,3f|lc + (3.40)
b„d

Persamaan 3.40 dapat digunakan jika dipenuhi syarat-syarat di bawah ini :

1. tidak ada bagian dari penampang kolom yang jaraknya lebih dekat dari 4 kali tebal

pelat ke suatu tepi yang tidak menerus,

2. f c tidak boleh diambil lebih besar dari 35 Mpa,

3. fpc pada tiap arah tidak boleh kurang dari 0,9 Mpa dan tidak boleh lebih dari 3,5 Mpa.

Bila tegangan geser ijin tidak memenuhi persamaan 3.40, maka tegangan geser

ijin dihitung dengan persamaan untuk beton non prategang, persamaan 3.41.

Vc = i 1 - 2 (3C) Vf c/6 < \f c;3 (3.41)

3.6.2 Disain Penulangan Geser

Tulangan geser digunakan apabila gaya geser yang terjadi melebihi kapasitas

geser beton. Tulangan geser tersebut harus dapat memikul kelebihan gaya geser yang

yang tidak ditahan oleh beton. Kapasitas geser penampang beton apabila dipakai

tulangan geser. tidak boleh melampaui (\'f c/6) b0d.

Jems-jenis tulangan geser yang dipakai pada perencanaan flat plate dapat berupa

tulangan biasa yang diangkerkan, profil kepala geser (shearhead) bempa profil baja I

atau kanal yang saling tegak lums satu sama lain tanpa pemutusan di dalam penampang

kolom. SK SNI T 15 1991 pasal 3.4.5.6 memberikan rekomendasi kuat geser tulangan

aeser harus dihituna berdasarkan ketentuan sebaaai berikut:


36

1. Untuk tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur,

A,fvd
Vs : (3.42)
s

2. Bila tulangan geser terdiri dari batang tunggal atau satu group batang tulangan

sejajar, dan semuanya dibengkokkan pada jarak yang sama dari tumpuan, maka :

Vs- Av f sin(x<(Vrc/4)b„d (3.43)

Jarak spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial

untuk beton prategang harus lebih kecil dari 3/4h atau 600 mm. Apabila penulangan

geser digunakan profil kepala geser (shearhead), maka profil baja yang dibuat harus

dengan proses las penetrasi pcnuh membentuk lengan yang sama dan saling tegak lurus.

Lengan shearhead tersebut tidak boleh terputus di dalam penampang kolom, ujung

setiap lengan shearhead boleh dipotong membentuk sudut tidak kurang dari 30°

terhadap horisontal, apabila kuat momen plastis penampang miring sisa cukup untuk

menahan bagian gaya geser yang bekerja padanya.

SK SNI T 15 1991 pasal 3.4.1 1.4, juga mensyaratkan tinggi profil baja yang

digunakan tidak boleh lebih besar dari 70 kali tebal badan profil baja dan semua flens

tekan dari profil baja yang digunakan hams ditempatkan dalam jarak 0,3d dari bagian

permukaan pelat yang tertekan. Besar gaya geser pada seluruh panjang dari lengan

shearhead adalah konstan dan bagian dari gaya geser total yang ditahan oleh lengan

,vAtw/77em/berbanding lurus dengan av, yang mempakan perbandingan antara kekakuan

lentur relatif dengan penampang beton yang ada disekitarnya.


37

Besar nilai ctv dihitung dengan persamaan berikut :

I sis
a, (3.44)
\\. Ic

Penampang beton yang dipakai mempunyai lebar efektif c2 + d, dengan c2

merupakan lebar kolom yang diukur tegak lurus terhadap arah lengan. Shearhead yang

ileksibel ternyata tidak efektif, sehingga SK SNI T 15 1991 mensyaratkan harga

kekakuan relatif lengan shearhead paling sedikit 0,15.

Shearhead dipasang pada kepala kolom dan dicor pada pelat beton, sehingga

antara shearhead dan pelat membentuk penampang komposit yang akan bekerja sama

dalam menahan geser. Shearhead mempunyai pcngaruh yang dapat memindahkan letak

penampang kritis hingga bcrada di luar kolom, sehingga akan diperoleh keuntunaan

ganda vang juga merupakan tujuan dari perencanaan geser pelat yaitu, bertambahnya

besar keliling efektif b(, dan berkurangnya gaya geser total.

Penampang kritis geser flat plate tegak lurus terhadap bidang pelat dan

memotong setiap lengan shearhead sejauh (3/4)|lv - (c,/2)] diukur dari muka kolom ke

ujung lengan shearhead. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.9.

Besar keliling penampang kritis dapat dicari dengan menyamakan V„ dengan

kuat geser maksimal pada penampang kritis. Sebagai contoh pada penampang kritis

pada gambar 3.9b, dengan menggabungkan kedua persamaan itu. maka besar keliling

penampang kritis dapat dicari dengan persamaan berikut :

V„=0(V(fL./3)b„d (3.45)

3V„
b„= (3.46)
dVr,.
38

Panjang profil baja yang dibutuhkan untuk menahan gaya geser (lv) dapat

dihitung dari tinjauan gambar 3.9b. Dengan menggunakan leorema scgitiga siku-siku,

maka Iv dapat dicari dengan persamaan berikut:

{3/4(K-c,/2) f c,/2}V2- b0/4 (3.47)

c,/2 .>/4(lv-c,/2)
« •
d/2 d/2

ir-

d/2
d/2

T T

C,

r 1
a. tanpa shearhead
c,/2 .)(Iv-c,/2)/4
4 •< ' H i
b. dengan shearhead kecil

c. dengan shearhead besar

Gambar 3.9 Penampang Kritis Geser /7c// /7c//e


39

Kuat momen plastis perlu untuk setiap lengan profil penahan geser dihitung

dengan persamaan berikut:

Vu
Mp= [hv +av(Lv-c,/2)] (3.48)
02rj

Shearhead tersebut dapat mengurangi momen jalur kolom, karena lebar

perletakan efektif bertambah besar. Besar pengurangan momen berbanding lums


dengan ukuran dan bagian dari beban yang ditahan oleh shearhead. Besar momen
secara konservatif dapat diperkirakan dengan persamaan berikut ini.

0av Vu(lv-Cl/2)
Mv= (3.49)
2r,

SK SNI T 15 1991 memberikan batasan untuk pengurangan momen tersebut

tidak boleh lebih besar dari nilai terkecil dari :

1. 30% dari momen terfaktor total yang perlu untuk setiapjalur kolom pelat,

2. pembahan dalam momen jalur kolom sepanjang lv,

3. kuat momen plastis perlu (Mp).

Kuat geser disain terfaktor tidak boleh melampaui kuat geser nominal yang

disediakan oleh penampang beton dan tulangan geser.

Vu<0Vn (3-50)

SK SNI T 15 1991 pasal 3.4.11 memberikan batasan untuk tulangan geser biasa,

kuat geser nominal tidak boleh diambil lebih dari (0,5Vfc)b0d, sedangkan untuk profil
kepala geser (shearhead) adalah (0,6Vfc)b0d.
40

3.7 Analisis Lendutan

Lendutan pada flat plate terjadi pada dua arahnya dan lendutan maksimum
terietak pada tengah bentang dari jalur kolom dalam satu arah ditambah lendutan
tengah bentang dari jalur tengah dalam arah lainnya. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan
dalam gambar 3.10.

Gambar 3.10 Analisa Lendutan pada Flate Plate

Lendutan dalam arah X dan Y pada bentang flat plate dapat diperhitungkan

dengan menjumlahkan komponen lendutan benkut (Edward G. Nawy, 1996):


1. Perletakan diasumsikan terjepit sepenuhnya, sehingga lendutan dimmuskan :

Wl4
8'= (3.51)
384 EcIframe

Untuk jalur kolom

Med stnp Ec Ics


5C=5' (3.52)
Mftt rame Eclc
41

Untuk jalur tengah:

Mslab strip ^c k:s


5s=6' (3.53)
Mframe ECIS

2. Lendutan di tengah bentang, 5"0L = 6L/8, dengan memperhitungkan rotasi ujung

kiri sedang ujung kanannya jepit sempurna, 9L (bagian kiri) sama dengan M^/K^

dan Kgc kekakuan dari kolom yang ekivalen,

3. Lendutan di tengah bentang, 5"0R = OR/8, akibat rotasi ujung kanan sedangkan

ujungkirinya jepit sempurna, dengan 8R sama dengan MmtlK^, sehingga :

5cxatau5cy = 5c+5"eL + 5"6R (3.54)

5SX atau 5sy = 5S + 5"GL + 5"9R (3.55)

Dari persamaan 3.54 dan 3.55, didapatkan total lendutan :

At = 5sx + 5cy = 8sy+5cx (3.56)


4. Untuk lendutan pada keduaarah, dijumlahkan lendutan yang terjadi pada kedua arah

x dan y,

(Atx+Atv)
At= (3.57)
2

5. Lendutan total untuk jangka panjang harus memperhitungkan beban yang akan

bekerja tetap Wsust,

Wsust = (Wunb-WL) + 0,65WL (3.58)

wssust
5iong-t = xAt xFaktor Creep (3.59)

6. Total defieksi tengah panel arah x dan y setelah memperhitungkan pengaruh waktu,
42

Atot= At + 5long4 (3.60)


Lendutan yang terjadi tidak boleh melampaui batas lendutan maksimum yang

telah ditetapkan oleh SK SNI T 15 1991 pasal 3.2.5.3 seperti yang diperlihatkan pada

tabel 3.1.

Tabel 3.1 Lendutan Maksimum

TIPE KOMPONEN STRUKTUR LENDUTAN BATASLENDUTAN


YANG DTPERIBTUNGKAN
Atap datar tidak menahan atau Lendutan akibat beban hidup, L 1

berhubungan dengan komponen 180

non struktural yang mungkin akan


rusak akibat lendutan yang besar

Lantai tidak menahan atau Lendutan akibat beban hidup, L 1

berhubungan dengan komponen 360


nonstruktural yang mungkin rusak
akibat lendutan yang besar

Konstruksi atap atau lantai yang Bagian dari lendutan total yang 1

menahan atau berhubungan terjadi setelah pemasangan 480

dengan komponen nonstruktural komponen nonstruktural


yang mungkin rusak akibat (jumlah dari lendutan jangka
lendutan yang besar panjang akibat semua beban
Konstruksi atap atau lantai yang yang bekerja dan lendutan 1
menahan atau berhubungan seketika yang terjadi akibat 240

dengan komponen nonstruktural penambahan sembarang beban


yang mungkin tidak rusak akibat hidup)
lendutan yang besar

3.8 Perhitungan End Block

Untuk lebihjelasnya mengenai analisis daerah pengangkuran diperlihatkan pada

gambar 3.11. Gambar 3.11a menunjukkan daerah ujung dari sebuah gelagar pasca tarik

dengan gaya prategang awal P0 dikeijakan pada eksentrisitas e. Pada suatu jarak It dari

ujung, distribusi tegangan tekan berbentuk linier.


43

=T_I 2T<
Po 4

(a)
T

1 «•
V
/Him2
Po

(c)

Gambar 3.11 Tegangan pada End Block

Gambar 3.11b menunjukkan gaya yang bekerja pada free body 1-2-3-4, yang

dibatasi oleh ujung-ujung batang dan ujung permukaan sebelah dalam daerah

pengangkuran, dengan asumsi retak horizontal. Pada umumnya, dari gaya-gaya

horizontal pada permukaan 1-2 akan dihasilkan baik momen maupun geser. Gaya geser

yang terjadi ditahan oleh lekatan agregat, sedang daya tahan terhadap momen yang

diperlukan diberikan oleh gaya tarik T dari tulangan dan resultan gaya tekan C dari

beton, yang diperkirakan bekerja pada suatu jarak h dari ujung permukaan. Tinggi c

dan free body, yang ditentukan oleh ketinggian retak, ditentukan berdasarkan

persyaratan bahwa momen yang terjadi akibat gaya horizontal akan mempunyai harga

maksimum pada ketinggian tempat terjadinya retak. Gambar 3.11c mempakan contoh

dari diagram momen yang dapat dihasilkan dari perhitungan.


44

Dalam merencanakan luas pelat angkur, ACI memberikan batasan tegangan

beton yang tidak boleh dilampaui,

1. segera setelah pengangkuran,

fb = 0,8fcVA2/A!-0,2 < l,25fcl (3.61)

2. setelah kehilangan prategangan,

fb=0,6fcVA2/A! < fc (3.62)

Perbandingan luasan pelat ekivalen A2 dengan A] diambil maksimal 2,7,

dikarenakan pada perbandingan tersebut, penyaluran tegangan dari pelat A! ke pelat A2

masih efektif.

Besar dari tegangan ujung yang akan diantisipasi oleh end block dimmuskan :

M
T= (3.63)
h-x

Kebutuhan tulangan sengkang ujung :

T
A,- (3.64)
fy

Untuk beton pasca tarik, sengkang tersebut haras didistribusikan pada jarak h/2

dari ujung permukaan.


45

3.9 Flow Chart Disain Flat Plate Beton Pratesang

CSTART J
Diketahui data-data
• Dimensi luasanflat plate
d> • Dimensi kolom
• Mutu bahan -* f c, fy, f^, f a-

• Taksir tebal pelat


L

45
CK> • Hitung eksentrisitas profil
. Hitung WD dan Mdup WL
• Taksir tegangan rata-rata beton awal

•Hitung P0 awal = PJ( 1-R)


•Hitung jumlah tendon.

A-L,
• Hitung P0 aktual dan Pe aktual

• Hitung besar beban yang akan diimbangi


8Pee
Wy= —
L2
• Hitung Wunb = Wtot-Wbli
• Hitung WDsisa = WD-Wtal

1Hitung kekakuan kolom ekivalen


4EI
K.-=
Lk-2h
I9CE
K« =
L(l-c,/L)3
C= (l - 0,63"x/v) f(x3v)/3)
Kec = ((l/Kc) + (1/-Kt)f
1Hitung kekakuan pelat
4EI
K,.=
Lp-2h
Hituno faktor distribusi
Ks
DF=
IK

6
46

©
Hitung tegangan ijin beton
• Saat transfer
- Serat tekan : 0,6.f d
-Serat tarik: 0,25. Vf d
• Saat layan
- Serat tekan : 0,45.f c
- Serattarik tumpuan ; 0,5. VFc
- Serat tariklapangan : Vf c/6

• Hitung momen akibat sebagian beban mati


• Hitung tegangan beton saat transfer
PQ Mds,^

\ S

• Hitung momen akibat unbalanced load


• Hitung tegangan beton saat layan
f = ±
A, S

Jika tegangan tarik melampaui


tegangan ijin digunakan tulangan
Nc
• Lapangan —> As = NO A
0,5.fy
• Tumpuan -> As = 0,00075.h.l

YES

•Hitung luas tulangan lekatan minimum pada M-


As = 0,00075 hi

• Hitung momen ultimit (Wu = 1,2W0 + 1,6WL)


• Hitung momen kapasitas rencana
A^ ^ + A, fv
a=—

0,85 fcb
Mn= Aps ydp - a/2) + As fy(ds - a/2)

NO-
47

• Hitung momen transfer pada muka kolom


• Hitung fraksi momen
1
vf=

l+2/3\ (c,+ d)/(c;+d)


Yv = 1 - 7f

Hitung momen kapasitas penampang


• Lebar efektif = c + 2(1,5 h)
• Mn = Aps fp,(dp - a/2) + A, f (d, - a/2)

-NO
o
YES

• Tentukan lebar jalur kolom dan jalur tengah


• Pendistribusian tendon
Jalur kolom = 0,7.n
Jalur tengah = 0,3.n

Hitung gaya geser ultimit Vu maksimum


• Kolom dalam
Vu Yv M.C.vb
Vu= +
Ac Jc
• Kolom luar & sudut
Vu Yv (M, - Vu.g) Cm
Vu = -
Ac Jc

Hitung kuat geser beton


Vc = 0,3\f\ + 0.3fp, + (Vp/be,,)
atau

Vc=(l - 2/pc)VfwV6 < \f j3

Tidak perlu tulangan YES


geser

Hitung defieksi
48

Dipakai profil baja(shearhead)

-0
YES YES

• Vc < 0(Vf c/6)bod • Perkiraan bo dengan mengambil syarat


• Dipakai tulangan geser tegak lurus Vu <0(f c/3)bod
sumbu aksial (sengkang) • Rencanakan panjang Lv dari panjang bo B
(Vu - 0Vc) s • Tentukan profil yang digunakan
Vs^
fyd
» Dipakai tulangan bent bars
(Vu - 0Vc) s
Vs= < (Vfc/4)bod
fyd
Jarak tulangan maksimun 3/4h atau
600 mm

Hitung defieksi YES

Hitung kuat momen plastis perlu


Vu [hv+ av (lv - Cl/2 ) ]
0 2n

Hitung momen plastis profil


Mp'=Zx.fy
49

YES

Hitung momen yang


disumbangkan shearhead
0avVu(lv-c,/2)
M
2r,

Hitung defieksi

• Hitung defieksi dasar


Wl
5' =
384 Ec Ia-ame
Hitung defieksi jalur kolom
iVlcot strip ^-ctcs
5- = 8'
Mfcmie ECIC
Hitung defieksi jalur tengah
-iVlslab strip -t-cJ.es
5S = 5'
Mftamc ECIS

• Defieksi akibat rotasi sebelah kiri


(Mu,.i/K«)
5"BL =
8
• Defieksi akibat rotasi sebelah kanan
(Munb/Ke,)
5'"6R =

• Defieksi total pada jalur kolom


5« atau 5„ = 5C + 5'"9L + 5"9R
• Defieksi total padajalur tengah
5sx atau 5W = 5S + 5"0L 4- 5"9R
50

Defieksi total tengah panel


AK = 5sx + 5cy = 5sy + Sex
Av = 5sx -r 8cy = 5sy —8cx
' A,.v) = 0,5(Ax+Av)

Defieksi jangka panjang


W™* = (Wmb - WL) + 65%(WL)
W
^jangka panjang " x A(x.y) x Creep faktor
w,unb

Defieksi total jangka panjang


^tOt ^\x-y) ' ^jangka panjang

a r NO

Disain end block

Tentukan penulangan endblock


. Mmaks
Tegangan ujung, T =
h - x
T
Bursting Zone, A^ =
Fv

Menentukan luasan pelat angkur


A2
• .Asumsi < 2.7
A,

Kontrol tegangan baton daerah angkur


• Segera setelah transfer
fb = 0.8 f ^(Az/A, - 0.2) < l,25f a
• Setelah kehilangan prategangan
fb = 0.6f c\' (A2/Aj) < f „.

Anda mungkin juga menyukai