05.3 Bab 3
05.3 Bab 3
05.3 Bab 3
3.1 Pengertian
Analisis flat plate beton prategang adalah suatu proses penentuan parameter-
parameter yang berkaitan dengan perencanaan struktur flat plate beton prategang.
Sedangkan disain flat plate beton prategang adalah proses penentuan dimensi
penampang dan kemampuan struktur flat plate beton prategang untuk dapat menahan
pcrilaku-perilaku struktur pelat yang terjadi, seperti gaya lentur, gaya geser dan
lendutan.
tahanan minimum yang diperlukan pada kekuatan batas tertentu. Untuk masing-masing
nilai tahanan rencana, diperhitungkan harus lebih besar atau sama dengan jumlah beban
Untuk mendisain ketebalan flat plate beton prategang beberapa ahli telah
tebal pelat beton prategang diambil antara 1/45 sampai 1/50 dari panjang bentangan.
18
19
Sedangkan Antonie E. Naaman memberikan nilai tebal pelat untuk muatan hidup
sebesar 2,4 kN/m2 biasanya diambil antara 1/40 sampai dengan 1/55 dari panjang
bentang. Untuk tebal pelat yang lebih kecil dari 1/55 dipakai pelat dengan balok atau
pelat dengan penebalan keliling kolom (drop panel). Dalam perencanaan ini diambil
L
h= (3.1)
45
Tebal selimut beton (pb) yang dianjurkan berkisar antara 19 mm sampai dengan
32 mm untuk pelat yang ditumpu tidak bebas, sedang pelat yang ditumpu bebas adalah
19 mm sampai dengan 50 mm.
diperhitungkan seefektif mungkin, jadi pada perletakan dalam, letak kabel harus seatas
mungkin dan bagian lapangan hams sebawah mungkin, diusahakan letak garis c.g.s
bertemu dengan garis c.g.c pada tumpuan ujung, seperti diperlihatkan pada gambar 3.1
berikut ini.
A f s — s A
tebal selimut beton minimum
Pada gambar di atas mempakan tata letak tendon dalam perhitungan, pada
kenyataannya tata letak tendon ini tidak dapat digunakan karena adanya belokan tajam
pada tumpuan dalam, tata letak tendon yang sebenamya akan membentuk kurva
20
terbalik yang disebut lengkung peralihan. Panjang dari lengkung ini adalah 0,1 dari
Lengkung Peralihan
/ V
U,lLj -"<—I ,0,1
fill.
L2 0,1L,
0. P^ 1 ,0,11
Zr 7T 7T A
— L, — U
Dalam konsep load balancing lengkung peralihan pada gambar di atas dapat
diabaikan dalam disain, sehingga tata letak tendon ideal menjadi titik penentu dalam
prategangan) dibagi dengan luas penampang total dari beton. Menurut ACI untuk pelat
beton prategang dengan unbondedtendon, tegangan rata-rata minimum adalah 0,86 dan
maksimum adalah 3,5 MPa. Nilai minimum ini dimaksudkan untuk membatasi adanya
tarikan dan keretakan yang berlebihan, sedangkan harga maksimun dimaksudkan untuk
membatasi adanya perpendekan elastis dan creep yang berlebihan (Antonie E. Naaman,
19821
21
C2^V
Tinggi lantai
h£
Batang torsi
Momen torsi
Lebar portal
ekivalen
Dan gambar 3.3 dapat dilihat bahwa daya dukung terhadap rotasi tidak hanya
dipengamhi oleh kekakuan lentur dan kolom-kolom, tetapi juga oleh kekakuan puntir
dari gelagar jalur pelat. Dengan adanya tahanan puntiran M, pada kolom, maka
penampang pada kolom tersebut akan berotasi dengan sudut yang lebih kecil dan
22
penampang-penampang lainnya yang bekerja momen torsi, hal ini disebabkan adanya
jumlah dari fleksibilitas kolom aktual dan fleksibilitas balok transversal atau jalur slab.
1 1 1
=—-+- (3.2)
Kec IKC Kt
IKC
K«= (3.3)
1+CZKe/KO
4EI
Kc= - — (3.4)
Ln - 2h
9ECSC
Kt= I (3.5)
L2 (1 - c2/L2)
4E I
K, = (3.6)
U - Ci/2
Ks
DF= (3.7)
IK
Besar momen jepit ujung dihitung dengan wl2/12 dan faktor induksi (COF)
sebesar 0,5. Selanjutnya besamya momen disain dapat dicari dengan menggunakan
metode Cross.
distribusi momen rangka Mu yang dihasilkan dari penjumlahan beban mati dan beban
hidup berfaktor dengan momen sekunder Ms yang dihasilkan dari tendon. Metode load
balancing memperhitungkan kedua momen primer Mp dan momen sekunder Ms. Oleh
karena itu, untuk nilai beban layan (service load), hanya beban unbalance Wmb yang
diperhitungkan dalam momen jepit ujung (FEM), dan Wba! digunakan untuk analisa
Jika Mp = Pe e adalah momen primer, dan Mbal adalah momen yang dihasilkan
Ms = Mbal-Mp (3.8)
Jika Mu adalah FEM yang dihasilkan oleh beban terfaktor Wu, maka momen
MU=~M~-Ms (3.9)
Momen disain tersebut di atas dalam perencanaan harus dikalikan dengan faktor
Pada saat transfer beban yang terjadi hanyalah beban mati sedangkan pada saat
layan beban yang terjadi mempakan beban hidup dan beban mati. Penjumlahan
tegangan-tegangan yang terjadi pada kedua keadaan tersebut harus lebih kecil atau
SK SNI T 15 1991 pasal 3.11.4, mensyaratkan tegangan ijin yang terjadi pada
serat terluar baik pada saat transfer maupun saat layan diatur sebagai berikut:
c) serat terluar pada ujung komponen struktur yang didukung secara sederhana
Bila tegangan tarik melampaui nilai tersebut di atas, maka harus dipasang tulangan
tambahan (non pratekan atau pratekan), yang dihitung berdasarkan asumsi suatu
penampang utuh.
2. Tegangan beton pada saat service load (setelah memperhitungkan semua kehilangan
P M
f=— ± (3.10)
Ac S
Tulangan tambahan untuk struktur flat plate yang didefinisikan sebagai pelat
masif dengan tebal merata, luas minimum dan distribusi tulangannya harus memenuhi
ketentuan berikut:
1. tulangan lekatan tidak diperlukan pada daerah momen positif apabila tegangan tarik
beton yang didapatkan pada beban kerja (setelah dikurangi kehilangan prategang)
2. apabila tegangan tarik beton pada daerah positif yang didapat dari perhitungan beban
kerja melampaui Vfc/6, luas minimum tulangan lekatan harus dihitung sebesar:
Nc
As = (3.11)
0,5 f,
tulangan lekatan harus didistribusikan merata pada daerah tarik yang pada awalnya
mengalami tekan sedekat mungkin pada serat terluar penampang dan tegangan leleh
3. dalam daerah momen negatif pada kolom penumpu, luas tulangan lekatan minimum
As = 0,00075 hi (3.12)
tulangan lekatan didistribusikan dalam suatu lebar pelat antara dua garis yang
berjarak 1.5 h di luar muka kolom yang berhadapan. Paling sedikit dalam setiap arah
harus dipasang empat batang tulangan dan jarak spasi tulangan tidak boleh lebih dari
300 mm.
26
nratesana hal vana hams diketahui yaitu dimensi penampang, sifat bahan dan jumlah
1. penampang yang rata tetap rata setelah pembebanan, akibatnya diasumsikan bahwa
ada distribusi regangan linier sepanjang penampang beton sampai beban batas,
2. terdapatnya rekatan yang sempuma antara baja dan beton, hasil langsung dari asumsi
ini bahwa pembahan regangan baja sama dengan pembahan regangan beton pada
5. blok tegangan tekan didekati dengan blok tegangan tekan persegi dengan tegangan
Analisa tegangan dan regangan serta kopel tegangan dalam pada kondisi kekuatan
• i Al
- s O.X5fc.b.a
••• dp-- d
Z = ds-a/2
Aps
1
As
(a)
dengan baja prategang Aps ditempatkan dalam jarak dp dan tulangan non prategang As
dalam jarak ds dari sisi tekan atas. Pada saat kondisi ultimit, regangan tank baja
(tendon) sama dengan saat beton tekan mencapai regangan batas (0,003) seperti
Distribusi tegangan tekan beton pada penampang tersebut bempa garis lengkung
dengan nilai nol pada garis netral, dari gambar 3.4c tampak bahwa f c yang mempakan
tegangan maksimum posisinya tidak pada serat tepi terluar tetapi agak masuk ke dalam.
persegi panjang dengan intensitas tegangan beton ditentukan sebesar 0,85fc dan
dianggap bekerja pada daerah tekan selebar b dan sedalam a, seperti diperlihatkan pada
Gaya tarik dan gaya tekan dalam yang timbul pada penampang beton, arah garis
kerjanya sejajar tetapi berlawanan arah dan dipisahkan sejauh z. sehingga membentuk
kopel momen tahanan dalam maksimum yang disebut momen kapasitas nominal
penampang terlentur. Untuk menentukan jarak z pada gambar 3 4d, harus dicari dulu
28
nilai a yang didapat dari keseimbangan gaya-gaya dari blok tegangan pada gambar 3.4
A, fv - Aps fps
a= (3.14)
0,85 fc b
berikut:
Dalam penentuan harga fps dapat dicari berdasarkan ketentuan berikut, harga ini
dapat dipakai bila gaya prategang efektif, fse lebih besar dari 0,5fpu.
fc
fps = fse-70- (3.16)
lOOpp
fps<fsc-400
harganya harus lebih besar dibandingkan dengan kekuatan momen yang diakibatkan
Bila didapatkan bahwa kapasitas nominal rencana lebih kecil dari momen yang
Apabila ada momen-momen utama yang disalurkan dari pelat ke kolom yang
terjadi karena tidak seimbangnya beban-beban gravitasi di kedua sisi kolom, atau
adanya pembebanan horisontal akibat angin atau gempa, maka tegangan geser pada
penampang kritis tidak lagi terdistribusi secara seragam. Sebagian dari momen tidak
seimbang harus dianggap disalurkan sebagai lentur yang bekerja pada lebar pelat efektif
di antara garis-garis yang jauhnya 1,5 kali tebal pelat dari kolom tumpuannya.. untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.5 (Arthur H. Nilson, 1993).
Koefisien transfer momen tak seimbang sebagai lentur diberikan oleh SK SNI T
Vr = (3.19)
+ 2/3 V(c, +d),'(c: + d)
Lebar efektif
transfer momen
dengan lentur
c2 + 2(l,5h)
Jalur kolom
Momen kapasitas penampang pada lebar efektif tersebut hams lebih besar dari
momen tidak seimbang dikalikan dengan koefisien transfer.
T.-1-T, (321)
Faktor geser dan faktor momen tidak seimbang yang ditransfer sebagai geser
apabila disuperposisikan akan menghasilkan tegangan geser maksimum yang digunakan
untuk perencanaan geser. Selanjutnya masing-masing distribusi tegangan geser di
sekitar kolom dapat dilihat pada penjelasan berikut ini.
1. Kolom interior,
Gaya geser rencana Vu dan momen rencana tak seimbang Mu pada gambar 3.6b
dianggap bekerja pada muka kolom dan hams ditransfer ke sumbu berat penampang
kritis, yaitu sumbu c-c.
c,+ d
penampang kritis
c.+ d
VUcd VUab
Sumbu berat kolom
"g sama dengan sumbu
L Ju J berat penampang
kritis
(c)
.-Vu-
Mt^iL
(b)
Dari gambar 3.6a dapat dicari luas penampang kritis Ac, jarak dari pusat berat ke
sebelah kiri dan kanan penampang kritis penampang terluar c dan momen inersia polar
Jc pada kolom interior dapat dican.
Ac=2(c1+c2+2d)d (3 22)
Vu Yv Mt C^
vuAB (3.25)
A, J,
Vu Yv Mt CCD
'uCD (3-26)
Ac Jc
Dengan cara seperti di atas, maka dapat dicari tegangan geser maksimum untuk
kolom eksterior dan kolom sudut.
2. Kolom eksterior.
c, + d/2
Sumbu berat
D ~*> ° r «k A kolom
penampang kritis
c2+ d
VUcd
I VUAB
sumbu berat
C ' : B penampang kritis
u—>hCCD C.AB te«angan «eser
Vu
(a)
(c)
Mt
OSn
(b)
Vu Yv(Mt-Vug)CAB
vuAB ~ (3.27)
K jc
Vu Yv(Mt-Vug)CCD
"uCD (3.28)
A, J,
dengan,
(c,+d/2)2d
Cab _ (3.30)
Ac
3. Kolom sudut.
c, + d/2
Sumbu berat
kolom
penampang kritis
c+d/2
sumbu berat
I VU.ab
B penampang kritis
VUcd
T~
(C)
V, Yv(M,-Vug)CAH
u AB
v., /v(Mt-Vu.g)Ca)
'nCO (3.34)
A.
denaan.
l-2(c,-d/2):d
C.v
AB (3.36)
A„
g = C^-c,.2 (3.38)
d(C:-d/2)C:AB (3 39)
Analisa gaya geser pada flat plate dilakukan dengan menganggap bahwa gava
geser VL1 ditahan oleh tahanan geser yang terdistribusi secara seragam di sekeliling
penampang kritis b0 pada suatu jarak sebesar d/2 dari sisi kolom pendukungnva vang
sering disebut sebagai daerah punching shear (geser pons).
SK S\i '1 15 1991 pasal 3.4.12.4 memberikan batasan kapasitas geser vana
dapat ditahan oieh kolom beton prategang pada pelat dua arah adalah sebaaai berikut .
35
Vc = 0.3\fc-0,3f|lc + (3.40)
b„d
1. tidak ada bagian dari penampang kolom yang jaraknya lebih dekat dari 4 kali tebal
3. fpc pada tiap arah tidak boleh kurang dari 0,9 Mpa dan tidak boleh lebih dari 3,5 Mpa.
Bila tegangan geser ijin tidak memenuhi persamaan 3.40, maka tegangan geser
ijin dihitung dengan persamaan untuk beton non prategang, persamaan 3.41.
Tulangan geser digunakan apabila gaya geser yang terjadi melebihi kapasitas
geser beton. Tulangan geser tersebut harus dapat memikul kelebihan gaya geser yang
yang tidak ditahan oleh beton. Kapasitas geser penampang beton apabila dipakai
Jems-jenis tulangan geser yang dipakai pada perencanaan flat plate dapat berupa
tulangan biasa yang diangkerkan, profil kepala geser (shearhead) bempa profil baja I
atau kanal yang saling tegak lums satu sama lain tanpa pemutusan di dalam penampang
kolom. SK SNI T 15 1991 pasal 3.4.5.6 memberikan rekomendasi kuat geser tulangan
1. Untuk tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen struktur,
A,fvd
Vs : (3.42)
s
2. Bila tulangan geser terdiri dari batang tunggal atau satu group batang tulangan
sejajar, dan semuanya dibengkokkan pada jarak yang sama dari tumpuan, maka :
Jarak spasi tulangan geser yang dipasang tegak lurus terhadap sumbu aksial
untuk beton prategang harus lebih kecil dari 3/4h atau 600 mm. Apabila penulangan
geser digunakan profil kepala geser (shearhead), maka profil baja yang dibuat harus
dengan proses las penetrasi pcnuh membentuk lengan yang sama dan saling tegak lurus.
Lengan shearhead tersebut tidak boleh terputus di dalam penampang kolom, ujung
setiap lengan shearhead boleh dipotong membentuk sudut tidak kurang dari 30°
terhadap horisontal, apabila kuat momen plastis penampang miring sisa cukup untuk
SK SNI T 15 1991 pasal 3.4.1 1.4, juga mensyaratkan tinggi profil baja yang
digunakan tidak boleh lebih besar dari 70 kali tebal badan profil baja dan semua flens
tekan dari profil baja yang digunakan hams ditempatkan dalam jarak 0,3d dari bagian
permukaan pelat yang tertekan. Besar gaya geser pada seluruh panjang dari lengan
shearhead adalah konstan dan bagian dari gaya geser total yang ditahan oleh lengan
I sis
a, (3.44)
\\. Ic
merupakan lebar kolom yang diukur tegak lurus terhadap arah lengan. Shearhead yang
Shearhead dipasang pada kepala kolom dan dicor pada pelat beton, sehingga
antara shearhead dan pelat membentuk penampang komposit yang akan bekerja sama
dalam menahan geser. Shearhead mempunyai pcngaruh yang dapat memindahkan letak
penampang kritis hingga bcrada di luar kolom, sehingga akan diperoleh keuntunaan
ganda vang juga merupakan tujuan dari perencanaan geser pelat yaitu, bertambahnya
Penampang kritis geser flat plate tegak lurus terhadap bidang pelat dan
memotong setiap lengan shearhead sejauh (3/4)|lv - (c,/2)] diukur dari muka kolom ke
ujung lengan shearhead. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.9.
kuat geser maksimal pada penampang kritis. Sebagai contoh pada penampang kritis
pada gambar 3.9b, dengan menggabungkan kedua persamaan itu. maka besar keliling
V„=0(V(fL./3)b„d (3.45)
3V„
b„= (3.46)
dVr,.
38
Panjang profil baja yang dibutuhkan untuk menahan gaya geser (lv) dapat
dihitung dari tinjauan gambar 3.9b. Dengan menggunakan leorema scgitiga siku-siku,
c,/2 .>/4(lv-c,/2)
« •
d/2 d/2
ir-
d/2
d/2
T T
C,
r 1
a. tanpa shearhead
c,/2 .)(Iv-c,/2)/4
4 •< ' H i
b. dengan shearhead kecil
Kuat momen plastis perlu untuk setiap lengan profil penahan geser dihitung
Vu
Mp= [hv +av(Lv-c,/2)] (3.48)
02rj
0av Vu(lv-Cl/2)
Mv= (3.49)
2r,
1. 30% dari momen terfaktor total yang perlu untuk setiapjalur kolom pelat,
Kuat geser disain terfaktor tidak boleh melampaui kuat geser nominal yang
Vu<0Vn (3-50)
SK SNI T 15 1991 pasal 3.4.11 memberikan batasan untuk tulangan geser biasa,
kuat geser nominal tidak boleh diambil lebih dari (0,5Vfc)b0d, sedangkan untuk profil
kepala geser (shearhead) adalah (0,6Vfc)b0d.
40
Lendutan pada flat plate terjadi pada dua arahnya dan lendutan maksimum
terietak pada tengah bentang dari jalur kolom dalam satu arah ditambah lendutan
tengah bentang dari jalur tengah dalam arah lainnya. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan
dalam gambar 3.10.
Lendutan dalam arah X dan Y pada bentang flat plate dapat diperhitungkan
Wl4
8'= (3.51)
384 EcIframe
kiri sedang ujung kanannya jepit sempurna, 9L (bagian kiri) sama dengan M^/K^
3. Lendutan di tengah bentang, 5"0R = OR/8, akibat rotasi ujung kanan sedangkan
x dan y,
(Atx+Atv)
At= (3.57)
2
5. Lendutan total untuk jangka panjang harus memperhitungkan beban yang akan
wssust
5iong-t = xAt xFaktor Creep (3.59)
6. Total defieksi tengah panel arah x dan y setelah memperhitungkan pengaruh waktu,
42
telah ditetapkan oleh SK SNI T 15 1991 pasal 3.2.5.3 seperti yang diperlihatkan pada
tabel 3.1.
Konstruksi atap atau lantai yang Bagian dari lendutan total yang 1
gambar 3.11. Gambar 3.11a menunjukkan daerah ujung dari sebuah gelagar pasca tarik
dengan gaya prategang awal P0 dikeijakan pada eksentrisitas e. Pada suatu jarak It dari
=T_I 2T<
Po 4
(a)
T
1 «•
V
/Him2
Po
(c)
Gambar 3.11b menunjukkan gaya yang bekerja pada free body 1-2-3-4, yang
dibatasi oleh ujung-ujung batang dan ujung permukaan sebelah dalam daerah
horizontal pada permukaan 1-2 akan dihasilkan baik momen maupun geser. Gaya geser
yang terjadi ditahan oleh lekatan agregat, sedang daya tahan terhadap momen yang
diperlukan diberikan oleh gaya tarik T dari tulangan dan resultan gaya tekan C dari
beton, yang diperkirakan bekerja pada suatu jarak h dari ujung permukaan. Tinggi c
dan free body, yang ditentukan oleh ketinggian retak, ditentukan berdasarkan
persyaratan bahwa momen yang terjadi akibat gaya horizontal akan mempunyai harga
maksimum pada ketinggian tempat terjadinya retak. Gambar 3.11c mempakan contoh
masih efektif.
Besar dari tegangan ujung yang akan diantisipasi oleh end block dimmuskan :
M
T= (3.63)
h-x
T
A,- (3.64)
fy
Untuk beton pasca tarik, sengkang tersebut haras didistribusikan pada jarak h/2
CSTART J
Diketahui data-data
• Dimensi luasanflat plate
d> • Dimensi kolom
• Mutu bahan -* f c, fy, f^, f a-
A-L,
• Hitung P0 aktual dan Pe aktual
6
46
©
Hitung tegangan ijin beton
• Saat transfer
- Serat tekan : 0,6.f d
-Serat tarik: 0,25. Vf d
• Saat layan
- Serat tekan : 0,45.f c
- Serattarik tumpuan ; 0,5. VFc
- Serat tariklapangan : Vf c/6
\ S
YES
0,85 fcb
Mn= Aps ydp - a/2) + As fy(ds - a/2)
NO-
47
-NO
o
YES
Hitung defieksi
48
-0
YES YES
YES
Hitung defieksi
a r NO