Makalah Supervisi
Makalah Supervisi
Makalah Supervisi
MAKALAH
(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Supervisi Pendidikan dan Pembelajaran)
Dosen Pengampu:
Dr. Mukhammad Abdullah, M. Ag.
Disusun Oleh:
ULFA MALIKI
NIM: 924.005.18.024
Supervisi Pendidikan 1
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang Supervisi
Pendidikan dan Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Mukhammad Abdullah,
M.Ag.
Makalah ini terdiri atas pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pada bagian
pendahuluan berisi gambaran isi makalah, latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan makalah, dan manfaat penulisan makalah. Pada bagian pembahasan,
menjelaskan isi makalah, dan pembahasan makalah. Sedangkan pada bagian penutup
berisi kesimpulan makalah.
Penulis
Supervisi Pendidikan 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Supervisi Pendidikan 3
Supervisi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
praktek penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan supervisi
dimaksudkan sebagai suatu kegiatan untuk mengontrol terhadap seluruh
kegiatan pendidikan yang dilakukan sejak dari tahap perencanaan
sampai pada tahap evaluasi yang akan berfungsi sebagai umpan balik
dan juga tindak lanjut dalam rangka perbaikan serta peningkatan mutu
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Supervisi Pendidikan 4
C. Tujuan Penulisan Makalah
Supervisi Pendidikan 5
BAB II
PEMBAHASAN
Supervisi Pendidikan 6
dalam satu sekolah dan sewaktu- waktu dibutuhkan dapat segera
dihubungi. Dengan demikian tujuan supervisi ini adalah untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan seorang guru melalui prosedur yang
tidak terlalu formal dalam mengundang dan melaksanakan supervisi. Dari
pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa supervisi dapat
dilakukan oleh teman seprofesi dalam hal ini guru yang ada dalam satu
sekolah untuk memberikan bantuan kepada guru lain yang membutuhkan
guna memperbaiki kelemahannya.
Heller (dalam Imran, 1996) mengemukakan model kerjasama
pengembangan profesional memiliki keuntungan antara lain sebagai berikut:
1. Merupakan wahana bagi guru untuk mengetahui pekerjaan guru lainnya.
2. Mengembangkan suatu mekanisme bagi tim untuk saling berkomunikasi
mengenai pembelajaran.
3. Kegiatannya yang bersifat kontinyu sehingga meningkatkan motivasi belajar
bagi guru-guru.
4. Interaksi intelektual dapat memberikan efek induksi, karena terjalin sikap
saling menerima dan saling memberi informasi tentang perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5. Melalui Supervisi ini akan menimbulkan kesan adanya upaya perbaikan
perilaku inovatif, disiplin, self control dalam pelaksanaan tugas-tugas
mengajar.
6. Menunjukkan bahwa guru-guru banyak belajar dari teman guru lain dan saling
mempercayai antara satu sama yang lain sebagai sumber ide-ide baru,
membagi masalah yang mereka hadapi, sehingga mereka merasa cocok
dengan pengembangan profesinya.
Di samping keuntungannya, Supervisi ini juga memiliki berbagai
kelemahan seperti berikut:
1. Perbedaan kemampuan dan status sosial individu guru.
a. diperuntukkan bagi guru dengan kategori kemampuan profesional
menengah ke atas.
b. Tanpa dukungan dari kepala sekolah dan pengawas, motivasi ekstrinsik
sangat kecil, terutama yang berkaitan dengan pembiayaan dan reward
(penghargaan).
2. Supervisi ini memerlukan kemampuan manajerial yang tinggi karena cukup
Supervisi Pendidikan 7
menyita waktu dalam melaksanakan kegiatan.
3. Timbul ketergantungan dan ketertarikan, yang dapat berakibat negatif. Hal
ini menuntut kesadaran yang tinggi bagi setiap guru tentang pentingnya
belajar sepanjang hayat dan pentingnya pengembangan profesi sebagai guru
(Imron, 1986).
Individualized Proffesional Development (IPD), Model IPD
diperuntukkan bagi guru yang profesional dengan tingkat komitmen yang tinggi.
Model ini lebih menekankan pada: (a) kesadaran guru mengembangkan
profesinya, (b) menuntut guru bekerja sendiri memikul tanggungjawab
pengembangan profesionalnya baik melalui studi lanjut, meneliti, mengadakan
kunjungan ke sekolah lain (studi banding), tekun mengikuti seminar, tekun
menulis dan meneliti maupun kegiatan lainnya. Guru yang cocok dengan model
IPD ini adalah mereka yang mampu mengembangkan profesinya secara mandiri
dengan menyusun rencana tahunan kegiatan (program). Glickman (1990)
menegaskan bahwa guru yang tepat dengan model ialah guru yang memiliki level
abstraksi dan level komitmen yang tinggi. Program tahunan tersebut dibahas
bersama kepala sekolah dan pengawas. Kepala sekolah atau pengawas berupaya
mengikuti keinginan guru tersebut dalam mengembangkan rencananya jika
realistis dan dapat diwujudkan. Pada akhir periode (biasanya setahun), kepala
sekolah dan guru mengadakan pertemuan lagi untuk membicarakan kemajuan
guru dalam mencapai target pengembangan profesional sesuai yang direncanakan.
Langkah-langkah proses supervisi model IPD menurut Glickmant adalah
sebagai berikut:
1. Perangkat Target Guru mengadakan evaluasi diri tentang perkembangan
profesinya atau mengacu pada hasil observasi kelas, pertemuan, ringkasan
laporan, guru mengembangkan target atau tujuan yang ingin mereka capai
dalam memperbaiki pembelajarannya. Tujuan dibatasi menjadi dua atau tiga
saja dengan memperhitungkan waktu untuk setiap kegiatan sesuai
kesepakatan dengan supervisor.
2. Meninjau Kembali Perangkat Tujuan Setelah meninjau kembali setiap
tujuan dan alokasi waktu, kepala sekolah/supervisor menyampaikan
tanggapan tertulis kepada guru. Selanjutnya pertemuan dijadwalkan
kembali untuk membicarakan semua tujuan dan rencana setelah peninjauan.
3. Pertemuan Membicarakan Perangkat Tujuan Pertemuan ini untuk
Supervisi Pendidikan 8
membicarakan tujuan setelah peninjauan, perkiraan waktu, dan tanggapan
yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah untuk konfirmasi semua
tujuan yang disepakati bersama. Kepala sekolah/supervisor menyampaikan
ringkasan hasil pertemuan itu secara tertulis kepada guru.
4. Proses Penilaian Proses penilaian dimulai pada saat pertemuan
membicarakan perangkat tujuan, penyusunan program, implementasi
program dan monitoring kegiatan. Kekhususan dari penilaian itu tergantung
pada setiap target yang mencakup observasi kelas, analisis kegiatan kelas,
rekaman video, evaluasi peserta didik, analisis hubungan, dan lain-lain.
Guru bertanggungjawab dalam mengumpulkan penilaian, informasi dan
menyusunnya dalam suatu daftar guna dibicarakan untuk memperoleh
masukan dan atau koreksi dari kepala sekolah/ pengawas.
5. Ringkasan Penilaian Kepala sekolah/supervisor dan guru meninjau catatan
penilaian. Pada tahap ini, Kepala sekolah/supervisor mengomentari setiap
tujuan kegiatan, kemudian guru dan kepala sekolah/supervisor
merencanakan siklus IPD berikutnya. Pendekatan supervisi yang sangat
tergantung pada perangkat target tidak terlepas dari berbagai permasalahan.
Jika permasalahan tersebut diabaikan, maka proses supervisi secara serius
dapat terganggu dan IPD yang diinginkan tidak terwujud. Perangkat tujuan
dimaksudkan untuk membantu dan memudahkan guru, bukan untuk
menghalangi proses perbaikan itu sendiri.
IPD sangat ideal bagi guru-guru yang menyadari pentingnya
mengembangkan profesi baik secara mandiri maupun melalui bimbingan orang
lain. Jika dikaitkan dengan pendapat Glickman tentang tipe guru sesuai kuadran,
maka yang cocok dengan model ini adalah guru yang mampu mengarahkan
dirinya sendiri (self-directed), memiliki komitmen kerja yang tinggi dan tingkat
berpikir yang tinggi pula. Model ini lebih efisien dari segi waktu, biaya, dan
tenaga baik guru itu sendiri maupun pengawas. Model ini sangat tepat diterapkan
di Indonesia dengan alasan rasio antara guru dan pengawas yang sangat tinggi. Di
Gorontalo misalnya terdapat pengawas yang membina guru sebanyak 75 orang ke
atas. Dilihat dari segi jumlah maka pembinaan terhadap guru sangat kurang. Rata-
rata guru disupervisi maksimal dua kali dalam setahun dan bahkan dalam beberapa
pertemuan guru mengaku sudah di atas 5 tahun menjagi guru belum pernah
disupervisi oleh pengawas.
Supervisi Pendidikan 9
Supervisi Informal, Model ini dilakukan dengan cara spontanitas dan
tidak terprogram sehingga lebih bersifat informal oleh kepala sekolah. Supervisi
ini secara tidak sengaja dilakukan sambil lalu oleh kepala sekolah/ supervisor pada
saat guru sedang mengajar atau praktikum di laboratorium. Sifatnya sangat singkat
dan informal dengan tidak menggunakan instrumen penilaian. Model ini tidak
melalui perjanjian dan kunjungan yang tidak melalui pemberitahuan terlebih
dahulu. Meskipun supervisi ini lebih bersifat informal dilakukan sepintas lalu,
tetapi dianggap sebagai usaha yang disengaja untuk mengobservasi pembelajaran
serta memberikan balikan yang bersistem oleh Kepala sekolah/supervisor
misalnya mengunjungi laboratorium, pengawas menyempatkan diri untuk
memberikan anggukan kepala kepada guru sambil berkata “wah senang sekali cara
ngajarnya”. Pak guru ini menarik perhatian anak-anak sehingga benar-benar
terlibat, sambil melihat di sekeliling kelas; setelah memberikan anggukan atau
pujian kemudian pengawas meninggalkan kelas atau laboratorium. Setelah guru
selesai mengajar, kepala sekolah/pengawas meluangkan waktu berdialog dengan
guru sehingga kegiatan pembinaan bersifat formal. Dalam pertemuan yang formal
dilakukan sebaik dijadwalkan untuk observasi yang lebih disengaja (terprogram).
Meskipun kunjungan itu tidak terjadwal atau tidak formal, kepala sekolah
hendaknya membuat catatan dari setiap kunjungan. Mencatat siapa yang
dikunjungi, apa yang sedang terjadi, dan tanggapan persoalan yang dihadapinya.
Catatan tidak perlu panjang dan mencantumkan tanggal, nama guru, mata
pelajaran yang diajarkan dan beberapa catatan tentang keadaan yang sedang
terjadi. Glatthorn (dalam Imron, 1996) menyatakan supervisi informal sebagai
“pemantauan administrasi” dan menyatakan bahwa hal itu barang kali lebih
bersifat mekanisme pengawasan dari pada suatu proses perbaikan. Memang
pengawasan merupakan salah satu tindakan supervisi informal yang
menguntungkan, akan tetapi makna yang disampaikan kepada guru itulah yang
lebih penting. Pernyataanpernyataan seperti “Anda orang penting, mengajar
merupakan bagian terpenting dalam pekerjaan saya; saya sampaikan pesan ini
kepada anda dengan tindakan saya menghabiskan waktu anda dan peserta didik
yang terlibat dalam proses pembelajaran. Hal-hal tersebut merupakan proses yang
harus diterima oleh guru sebagai hasil dari supervisi informal. Selanjutnya
Glatthorn memberikan contoh pernyataan sebagai petunjuk untuk memberikan
balikan kepada guru sebagai berikut “Dalam pemantauan administrasi, saya
Supervisi Pendidikan 10
melakukan kunjungan singkat di kelas anda, terutama untuk memperoleh
informasi mengenai kegiatan pembelajaran sehari-hari. Saya tidak melakukan
evaluasi formal mengenai pembelajaran anda; karena penilaian anak dilakukan
dalam evaluasi perkunjungan. Namun, saya ingin mendapatkan kesan dari
pekerjaan anda, dan membuat catatan singkat mengenai perkunjungan saya. Jika
pada setiap kali observasi singkat saya, terdapat kesan bahwa beberapa
permasalahan serius terjadi, anda dapat mengetahuinya secara langsung dari
peserta didik”. Untuk membuat suatu catatan. Glatthorn memberikan contoh,
sebagai berikut “10 Juni, untuk kegiatan periode kedua, Pak Willem guru IPA.
Mengadakan diskusi kelompok kecil di kelas I2. Pak Willem duduk dengan satu
kelompok sekitar 1/3 dari jumlah peserta didik di kelompok yang lain tampak
tidak ada tugas. Pak Willem tidak menyadari hal itu. Pada kelompok yang saya
amati para peserta didik tampak tidak jelas dengan tugas mereka, tidak seorang
pun bertindak sebagai pimpinan kelompok. Pada setiap kelompok ada peserta
didik tampak mendominasi diskusi”. Memang supervisi informal ini benar-benar
bersifat informal banyak hal yang telah dibicarakan di atas sedang berlangsung di
sekolah-sekolah. Para kepala sekolah dari sekolah-sekolah yang efektif
menghabiskan waktu mereka terlibat di dalam supervisi informal meskipun
mereka tidak menganggapnya mensupervisi. Dengan hanya sedikit tambahan
usaha, seperti membuat catatan dan memberikan balikan kepada guru tentu
manfaatnya sangat tinggi. Pemilihan supervisi informal dimaksudkan untuk
menjelaskan bahwa supervisi informal benar-benar dan bukan supervisi yang
dilakukan hanya sambil lalu. Supervisi informal hendaknya tidak dipertimbangkan
sebagai satu-satunya pilihan bagi guru. Suatu supervisi sistem terpisah
menghendaki semua guru terlibat dalam supervisi informal dan menghendaki guru
memilih suatu pendekatan tambahan seperti supervisi klinis, CPD, atau IPD.
Supervisi Pendidikan 11
supervisor lebih interaktif ketimbang direktif untuk dapat mewujudkan
komunikasi (hubungan) yang harmonis dalam suatu kedudukan yang
sederajat; dan (3) demokratis ketimbang otorotatif untuk menciptakan
suasana keterbukaan antara kedua belah pihak yaitu supervisor dengan
guru.
Berkaitan dengan tahapan ini Arikunto (2002:178) menyebutkan
ada lima tahapan supervisi pengajaran yaitu (1) observasi awal, (2)
observasi, (3) analisis dan strategi, (4) observasi akhir, dan (5) analisis
observasi akhir.
Nurtain (1999: 258-262) membagi pelaksanaan supervisi
pengajaran dengan tindak lanjut kolegial menjadi tiga tahapan, yaitu:
pertemuan awal, tahap observasi, dan pertemuan akhir. Tahapan
pertemuan awal diadakan sebelum kegiatan mengajar dilaksanakan dalam
suasana akrab dan terbuka. Pertemuan tersebut diharapkan berakhir
dengan diperolehnya kesepakatan antara supervisor dan guru. Dalam tahap
observasi kelas supervisor mengadakan observasi untuk mengetahui segala
apa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung.Dalam tahap ini dapat
digunakan alat perekam atau membuat catatan tertulis. Dan yang ketiga
adalah tahap pertemuan akhir seorang supervisor dan guru yang
disupervisi untuk segera melaksanakan dengan harapan segala kejadian
masih teringat. Hal ini juga dilakukan dengan penuh keakraban, terbuka
dan bebas dari suasana menilai.
Supervisi Pendidikan 12
berdiskusi berupa pemberian umpan balik antara supervisor dengan guru
kelas yang disupervisi secara kekeluargaan yang disebut dengan
kolegial.
Supervisi Pendidikan 13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Supervisi Informal, Model ini dilakukan dengan cara spontanitas dan tidak
terprogram sehingga lebih bersifat informal oleh kepala sekolah. Supervisi ini secara
tidak sengaja dilakukan sambil lalu oleh kepala sekolah/ supervisor pada saat guru
sedang mengajar atau praktikum di laboratorium.
Supervisi Pendidikan 14
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Effendi, H. A. R., Santoso, D. B., Hidayah, N., dan Imron, A. 1995. Profesi
Keguruan. Malang: IKIP Malang
Gwynn, J. M. 1991. Theory and Practice of Supervision. New York: Dood Mead
Company.
Imron. Ali 1996. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta Pustaka Java Nurtain. H.
1989. Supervisi Pengajaran (Teori dan Praktek) Jakarta: Depdikbud
Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Supervisi Pendidikan 15