B. Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

B.

Izin Usaha Pertambangan (IUP)

Jenis izin usaha pertambangan menurut UU No. 4 Tahun 2009, lebih


sederhana dari pada jenis izin menurut UU No. 11 Tahun 1967, yaitu hanya terdiri
dari tiga macam izin.
Sebagaimana diatur dalam Ps. 35, bahwa usaha pertambangan dilaksanakan
dalam bentuk :

· Izin Usaha Pertambangan, disingkat IUP;


· Izin Pertambangan Rakyat, disingkat IPR; dan
· Izin Usaha Pertambangan Khusus, disingkat IUPK.

Selain adanya penyederhanaan jenis izin sebagaimana diuraikan di atas, UU ini


juga menyederhanakan izin tahapan kegiatan penyelidikan, yaitu untuk melakukan
kegiatan penyelidikan bahan galian, cukup memperoleh satu kali izin, misalnya IUP
Eksplorasi.

Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah legalitas pengelolaan dan pengusahaan


bahan galian yang diperuntukkan bagi; badan usaha baik swasta nasional, maupun
badan usaha asing, koperasi, dan perseorangan.

Selanjutnya menurut Pasal 36 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2009, IUP terdiri dari atas
dua tahap, yaitu :

· IUP Eksplorasi
· IUP Operasi Produksi.

IUP Ekplorasi secara teknis meliputi kegitan-kegiatan sebagai berikut :

· Penyelidikan umum;
· Eksplorasi;
· Studi kelayakan.

IUP Operasi Produksi, meliputi kegiatan usaha pertambangan, sebagai-berikut :

· Konstruksi atau pekerjaan persiapan


· Penambangan
· Pengolahan dan Pemurnian
· Pengangkutan dan Penjualan

Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP


23/2010”) diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 , di
dalamnya disebutkan bahwa IUP diberikan oleh Menteri, gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

I. PERSYARATAN PENGURUSAN IUP EKSPLORASI MINERAL LOGAM


DAN BATUBARA UNTUK BADAN USAHA

1. Persyaratan Administratif :

a. Surat Permohonan
b. Susunan Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Susunan Pemegang
Saham.
c. Profil Badan Usaha (Company Profile) dan Perizinannya
d. Surat keterangan domisili.

2. Persyaratan Teknis :

a. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan


dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
b. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi Geografi yang berlaku secara
nasional.

3. Persyaratan Lingkungan :

Surat pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan Perundang-undangan


dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4. Persyaratan Finansial :

a. Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan


eksplorasi.
b. Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang
WIUP mineral logam atau BATUBARA sesuai dengan nilai penawaran lelang atau
bukti pembayaran biaya pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta
WIUP mineral bukan logam atau batuan atas permohonan wilayah.

5. KETERANGAN PENDUKUNG

a. Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan


Batubara (“PP 23/2010”) diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun
2010 , di dalamnya disebutkan bahwa IUP diberikan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
b. Pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) akan dilakukan setelah
diperolehnya WIUP (Wilayah Izin Usaha Pertambangan). Dalam satu WIUP
dimungkinkan untuk diberikan 1 IUP maupun beberapa IUP (untuk perusahaan
yang telah Go Public).
c. Pasal 39 UU Minerba mengatur bahwa Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi wajib memuat ketentuan sekurang-kurangnya :

1) Nama perusahaan ;
2) Lokasi dan luas wilayah ;
3) Rencana umum tata ruang ;
4) Jaminan kesungguhan ;
5) Modal investasi ;
6) Perpanjangan waktu tahap kegiatan ;
7) Hak dan kewajiban pemegang IUP ;
8) Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan ;
9) Jenis usaha yang diberikan ;
10) Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar
wilayah pertambangan ;
11) Perpajakan ;
12) Penyelesaian perselisihan ;
13) Iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan
14) Amdal.

6. KEWAJIBAN PEMEGANG IUP EKSPLORASI DAN IUP (KHUSUS)

Pasal 95 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU
Minerba”) mengatur beberapa kewajiban secara umum yang harus ditaati oleh
pemegang IUP dan IUPK, yakni:

A. Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik, yang mewajibkan


pemegang IUP dan IUPK untuk :

1) Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan ;


2) Keselamatan operasi pertambangan ;
3) Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk
kegiatan reklamasi dan pasca tambang;
4) Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara ;
5) pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan
dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu
lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan;
b. Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;
d. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
dan;
e. Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.
f. Reklamasi dan Pasca Tambang
Menurut Pasal 99 UU Minerba, setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan
rencana reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan
permohonan IUP Operasi Produksi atau IUPK Operasi Produksi. Pelaksanaannya
dilakukan sesuai dengan peruntukan lahan pasca tambang. Hal ini dicantumkan
dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dengan
pemegang hak atas tanah. Pemegang wajib menyediakan dana jaminan reklamasi
dan pasca tambang. Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan
kewenangannya dapat menetapkan pihak ketiga dengan dana jaminan yang telah
disediakan pemegang.
Di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang (“PP 78/2010”), Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi
wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang. Reklamasi dilakukan terhadap
lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi. Reklamasi dan pascatambang dilakukan
terhadap lahan terganggu pada kegiatan pertambangan dengan sistem dan metode
Penambangan Terbuka dan Penambangan Bawah Tanah.
g. Kewajiban-Kewajiban lainnya :
Pemegang IUP dan IUPK wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu
lingkungan sesuai dengan karakteristik suatu daerah. Pemegang IUP dan IUPK
juga wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. HAK PEMEGANG IUP EKSPLORASI DAN IUP KHUSUS

Dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (“UU
Minerba”) Bab XIII mengenai Hak dan Kewajiban, Pasal 90, 91,dan 92 pemegang
IUP dan IUPK, berhak :

a. Melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik


kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi.
b. Memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan
pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, atau batubara yang telah
diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali
mineral ikutan radioaktif.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 93 UU Minerba perlu digaris bawahi bahwa
Pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada
pihak lain.
Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya
dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.
Pengalihan kepemilikan dan/atau saham hanya dapat dilakukan dengan syarat :

a. Harus memberitahu kepada Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota


sesuai dengan kewenangannya; dan
b. Sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

8. PENGHENTIAN SEMENTARA KEGIATAN IUP DAN IUP KHUSUS

Menurut Pasal 113 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (“UU Minerba”), suatu kegiatan usaha pertambangan yang sedang
dilakukan oleh pemegang Ijin Usaha Pertambangan (“IUP”) atau Ijin Usaha
Pertambangan Khusus (“IUPK”) dapat diberhentikan sementara, tanpa mengurangi
masa berlaku IUP atau IUPK, apabila terjadi :

a. Keadaan kahar;
b. Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian
sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan;
c. Keadaan dimana kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak
dapat menanggung beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau
batubara yang dilakukan di wilayahnya.

Permohonan penghentian suatu kegiatan disampaikan kepada Menteri, Gubernur,


atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pihak yang berwenang lalu wajib mengeluarkan keputusan tertulis diterima atau
ditolak disertai alasannya atas permohonan penghentian sementara paling lama 30
hari sejak menerima permohonan tersebut.
Mengenai penghentian kegiatan usaha pertambangan karena kondisi daya dukung
lingkungan, hal ini dapat dilakukan oleh inspektur tambang atau berdasarkan
permohonan masyarakat kepada pihak yang berwenang.

Jangka Waktu Penghentian


Pasal 114 UU Minerba mengatur bahwa jangka waktu penghentian sementara
karena keadaan kahar dan/atau keadaan yang menghalangi diberikan paling lama
1 tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 1 kali untuk 1 tahun. Apabila dalam
kurun waktu sebelum habis masa penghentian sementara berakhir pemegang IUP
dan IUPK sudah siap melakukan kegiatan operasinya, kegiatan dimaksud wajib
dilaporkan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya. Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangannya mencabut keputusan penghentian sementara setelah menerima
laporan.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara sebagaimana yang telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Minerba”), mengatur lebih lanjut mengenai penghentian sementara
kegiatan izin usaha pertambangan dan izin usaha pertambangan khusus.
Pasal 79 PP Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba mengatur
bahwa dalam hal penghentian dilakukan atas dasar keadaan kahar, kewajiban
pemegang IUP dan IUPK sesuai dengan peraturan perundang-undangan tidak
berlaku.
Namun dalam hal penghentian dilakukan atas dasar keadaan yang menghalangi
dan kondisi daya dukung lingkungan yang tidak memadai, pemengang IUP dan
IUPK wajib :

a. Menyampaikan laporan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota


sesuai dengan kewenangannya;
b. Memenuhi kewajiban keuangan; dan
c. tetap melaksanakan pengelolaan lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja, serta pemantauan lingkungan.
Selanjutnya terkait dengan persetujuan berakhirnya penghentian sementara
kegiatan usaha pertambangan, di dalam pasal 80 diatur bahwa persetujuan
tersebut diberikan karena:
a. Habis masa berlakunya; atau
b. Permohonan pencabutan dari pemegang IUP atau IUPK.

Anda mungkin juga menyukai