KAYU
KAYU
KAYU
keras,
Sifat-sifat kayu
Meranti merah tergolong kayu keras berbobot ringan sampai berat-sedang. Berat jenisnya
berkisar antara 0,3 0,86 pada kandungan air 15%. Kayu terasnya berwarna merah muda pucat,
merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua kecoklatan. Berdasarkan
BJnya, kayu ini dibedakan lebih lanjut atas meranti merah muda yang lebih ringan dan meranti
merah tua yang lebih berat. Namun terdapat tumpang tindih di antara kedua kelompok ini,
sementara jenis-jenis Shorea tertentu kadang-kadang menghasilkan kedua macam kayu itu[1].
Menurut kekuatannya, jenis-jenis meranti merah dapat digolongkan dalam kelas kuat II-IV;
sedangkan keawetannya tergolong dalam kelas III-IV. Kayu ini tidak begitu tahan terhadap
pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk penggunaan di luar ruangan dan yang
bersentuhan dengan tanah. Namun kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan
menggunakan campuran minyak diesel dengan kreosot[1].
Pemanfaatan
Meranti merah merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara. Kayu ini juga
yang paling umum dipakai untuk pelbagai keperluan di kawasan Malesia[1].
Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan,
bahan mebel dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merah-tua
yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen
pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu[1][2].
Meranti merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir
untuk kayu lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan
kertas[1].
Di samping menghasilkan kayu, hampir semua meranti merah menghasilkan damar, yakni
sejenis resin yang keluar dari batang atau pepagan yang dilukai. Damar keluar dalam bentuk
cairan kental berwarna kelabu, yang pada akhirnya akan mengeras dalam warna kekuningan,
kemerahan atau kecoklatan, atau lebih gelap lagi[2].
Beberapa jenis meranti merah menghasilkan buah yang mengandung lemak serupa kacang, yang
dikenal sebagai tengkawang[1]. Pada musim-musim tertentu setiap beberapa tahun sekali, buahbuah tengkawang ini dihasilkan dalam jumlah yang berlimpah-ruah; musim mana dikenal
sebagai musim raya buah-buahan di hutan hujan tropika. Di musim raya seperti itu, masyarakat
Dayak di pedalaman Pulau Kalimantan sibuk memanen tengkawang yang berharga tinggi.
KAYU MERANTI MERAH
Karakteristik
Meranti merah adalah nama sejenis kayu pertukangan yang populer dalam perdagangan.
Berbagai jenis kayu meranti dihasilkan oleh marga Shorea dari suku Dipterocarpaceae. Berwarna
merah muda tua hingga merah muda pucat. Bertekstur tidak terlalu halus. Kayu terasnya
berwarna merah muda pucat, merah muda kecoklatan, hingga merah tua atau bahkan merah tua
kecoklatan. Meranti merah merupakan salah satu kayu komersial terpenting di Asia Tenggara.
Kayu ini juga yang paling umum dipakai untuk pelbagai keperluan di kawasan Malaysia. Pohon
kayu meranti banyak di temukan di pulau kalimantan.
Kegunaan
Kayu ini lazim dipakai sebagai kayu konstruksi, panil kayu untuk dinding, loteng, sekat ruangan,
bahan furniture dan perabot rumahtangga, mainan, peti mati dan lain-lain. Kayu meranti merahtua yang lebih berat biasa digunakan untuk konstruksi sedang sampai berat, balok, kasau, kusen
pintu-pintu dan jendela, papan lantai, geladak jembatan, serta untuk membuat perahu. Meranti
merah baik pula untuk membuat kayu olahan seperti papan partikel, harbor, dan venir untuk kayu
lapis. Selain itu, kayu ini cocok untuk dijadikan bubur kayu, bahan pembuatan kertas.
Keunggulan
Kayu meranti termasuk pada kayu dengan kelas awet II, III, IV dan kelas kuat II, III, IV
Harga kayu meranti yang tak begitu mahal menjadikan pilihan bagi bahan pembuatan matrial
kusen, pintu, jendela.
Kayu meranti merah cukup mudah diawetkan dengan menggunakan campuran minyak diesel
dengan kreoso
Bobot kayu ini berbagai macam mulai dari yang ringan sampai yang berat sehingga bisa
disesuaikan dengan kebutuhan
Kelemahan
Kayu ini tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca, sehingga tidak dianjurkan untuk
penggunaan di luar
Tekstur kayunya tidak terlalu halus
Tingkat keawetan dan kekerasannya juga tergolong rendah (kelas II-IV)
KAYU KAMPER
Di Indonesia, kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang
harganya lebih terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai,
kamper memiliki serat kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan
bahan membuat pintu panil dan jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut
jarang ditemui. Karena tidak sekeras bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga
besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu dan jendela dengan desain terlalu lebar
dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III dan Kelas Kuat II, I. Pohon kamper
banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda adalah daerah yang
terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan daerah lain di
Kalimantan. Ciri ciri yang lain adalah :
mudah dikerjakan
KAYU KAMPER
Karakteristik
Kayu ini temasuk dalam suku kamfer-kamferan atau Lauraceae adalah salah satu suku anggota
tumbuhan berbunga. Berasal dari Pohon Champor. Pohon kamper adalah cemara yang tumbuh
65- 98 kaki tinggi dan memiliki vertikal pecah-pecah, berwarna kulit. Hal ini dianggap sebagai
kayu eksotis. Pohon kamper tumbuh di tempat teduh sebagian sinar matahari penuh dan sedikit
asam sampai basa kotoran. Sumber daya kayu kamper yang paling dapat diandalkan sebagian
besar di Australia, meskipun juga tumbuh di tempat-tempat seperti Cina, Taiwan, Indochina dan
Jepang. Sedangkan di indonesia banyak terdapat di pulau kalimantan khususnya di samarinda.
Kamper kayu berwarna kuning putih atau cahaya abu-abu di gubal tersebut. namun sering
dijumpai waran emas ke coklat gelap pada kayu batang, terkadang dengan warna merah, dan
juga bisa menjadi bagian merah coklat dengan hangat coklat gelap. Kegunaan Sebagai alternatif
tahan lama
KAYU SUNGKAI
Karakteristik
Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai,
sekai termasuk kedala famili Verbenaceae. Daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera
Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan seluruh Kalimantan. Tempat tumbuh
di dalam hutan tropis. Tinggi pohon mencapai 2030 m panjang batang bebas cabang mencapai
15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak
berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur
dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda. Tekstur
kayu kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan
kayu agak kesat.
Kegunaan
Kayu sungkai dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu bangunan, kayu perkakas, lantai,
papan, seni ukir dan pahat, finir mewah serta sebagai kayu ornamentil.
Keunggulan
Kayu sungkai termasuk pada kayu dengan kelas awet III, dan kelas keras II, III
Teksturnya cukup halus serta seratnya sangat indah berwarna kuning keemasan sehingga sering
digunakan sebagai element dekoratif yang elegan
Pengerjaannya relatif mudah.
Kelemahan
Tingkat keawetannya relatif rendah (kelas III)
Daya retaknya cukup tinggi, serat lurus bergelombang dan memiliki tekstur agak kasar.
CARA MENGAWETKAN KAYU
Pemulasan dan penyemprotan Pengawetan yang sederhana dan menghasilkan pengawetan yang
kurang baik karena van pengawet yang masuk dan diam pada kayu hanya sedikit serta van
pengawet mudah luntur. Keuntungannya hdala : alat yang digunakan sederhana, mudah
penggunaannya dan murah. Dianjurkan hanya dipakai sementara, serangan perusak kayu tidak
ganas dan untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Contohnya memberi lapisan cat pada
kayu, melabur kayu dengan ter, dll. Rendaman Kayu direndam dalam bak larutan bahan
pengawet yang telah ditentukan kepekatannya selama beberapa hari. Kayu harus terendam
semua. Ada tiga cara pengawetan dengan rendaman, yaitu : rendaman dingin, rendaman panas
dan rendaman panas-dingin. Bahan pengawet yang digunakan berupa garam. Keuntungannya :
Penetrasi dan retensi van pengawet lebih banyak, kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan
bersama, larutan dapat digunakan berulangkali. Adapun keruguian pengawetan kayu dengan cara
rendaman adalah :waktunya lama terutama rendaman dingin, peralatannya mudah kena karat,
pada proses rendaman panas kayu dapat terbakar dan kayu basah sulit diawetkan dengan cara ini.
Kayu Sungkai
Kegunaan kayu sungkai cocok untuk rangka atap, karena ringan dan cukup kuat. Selain itu ipakai
juga untuk tiang rumah dan bangunan jembatan.
Garis-garis indah mungkin baik untuk vinir mewah, kabinet dan sebagainya. Kayunya
mempunyai berat jenis 0,62 dan termasuk kelas kuat II III serta kelas awet III.
Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret Juni. Tiap kilogram biji
berisi 262.000 butir.
Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara mengambil buah-buah
yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat perbanyakan secara
vegetatif lebih mudah dilaksanakan, maka untuk pengadaan benih penanaman dipakai stek
batang, yang diambil dari terubusan-terubusan yang berumur lebih kurang dua tahun pada
tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek adalah
tunggul yang berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus.
Pemilihan Terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara memilih
terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan panjang 25
cm 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat diberi hormon tumbuh
(Roton F), kemudian ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik
sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua kali
sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan dengan insektisida/fungisida.
Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan pada umur lebih kurang 3 bulan.
Sungkai dapat ditanam pada areal bekas tebangan dan semak belukar dengan sistim jalur atau
cemplongan. Disamping itu dapat juga ditanam pada areal yang terbuka dengan pengolahan
tanah total yang dapat dikombinasi dengan pemberian tanaman tumpang sari.
KAYU MERBAU
KAYU MERBAU
Karakteristik
Kayu glubal Merbau berwarna agak kekuningan dengan ketebalan 4-5 cm. Batas
antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas. Bagian kayu terasnya berwarna
Kekuningan dan oranye pada saat dibelah, dan akan berubah coklat kemerahan
setelah beberapa waktu. Pada pori-porinya seringkali terlihat garis-garis pendek dan
halus berwarna kuning. Area tumbuh di Indo-Malayan, Philipina, Indonesia, Australia
dan Kepulauan Pacific Barat. Paling besar terdapat di Sumatra, Kalimantan, Maluku
dan Irian.
Kegunaan
Kayu Merbau biasanya digunakan untuk membuat parket (flooring), furniture,
decking dengan finger joints, panel, musik instrumen dan lainnya
Keunggulan
Kayu merbau termasuk pada kayu dengan kelas awet I, II dan kelas kuat I, II
Kayu merbau tahan terhadap serangan serangga
Kayu merbau cukup keras dan stabil sehingga sering digunakan sebagai alternatif
pembanding dengan kayu jati
Kelemahan
Cukup keras dan akan banyak mematahkan mata gergaji apabila pengerjaan
kurang hati-hati dan melebihi standar pengaturan
Harga masih relatif mahal
Area Tumbuh: Indo-Malayan, Philipina, Indonesia, Australia dan Kepulauan Pacific Barat.
Paling besar terdapat di Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Irian.
Pohon: Diameter pohon merbau bisa mencapai 150cm dan tinggi 15 meter.
Warna Kayu: Kayu glubal Merbau berwarna agak kekuningan dengan ketebalan 4-5 cm. Batas
antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas. Bagian kayu terasnya berwarna Kekuningan dan
oranye pada saat dibelah, dan akan berubah coklat kemerahan setelah beberapa waktu. Pada poriporinya seringkali terlihat garis-garis pendek dan halus berwarna kuning.
Densitas: 740 - 900 kg/m3, rata-rata 800 kg/m3 pada level MC 12%
Pengeringan: Direkomendasikan untuk pengaturan suhu pengeringan antara 43 - 71 C dan pada
kelembaban udara 83 - 38 %
Proses mesin: Cukup keras dan akan banyak mematahkan mata gergaji apabila pengerjaan
kurang hati-hati dan melebihi standar pengaturan. Akan tetapi pada pengamplasan termasuk baik
dan halus.
PHYSICAL PROPERTIES
Specific gravity (densitas): 0.84 (0.63 - 1.04) g/cm3
Kelas Awet: II
Penyusutan: 0.6% (Radial) and 0.7% (Tangential).
Fibre Saturation Point: 24 %
FUNGSI
Kayu Merbau biasanya digunakan untuk membuat parket (flooring), furniture, decking dengan
finger joints, panel, musik instrumen dan lainnya.
Sifat-sifat kayu
Batang kayu
Kayu teras berwarna kelabu coklat atau kuning coklat sampai coklat merah cerah atau hampir
hitam. Kayu gubal berwarna kuning pucat sampai kuning muda, jelas dibedakan dari kayu teras.
Merbau memiliki tekstur kayu yang kasar dan merata, dengan arah serat yang kebanyakan lurus.
Kayu yang telah diolah memiliki permukaan yang licin dan mengkilap indah.[4]
Kayu merbau termasuk ke dalam golongan kayu berat (BJ 0,63-1,04 pada kadar air 15%) dan
kuat (kelas kuat I-II). Kayu ini memiliki penyusutan yang sangat rendah, sehingga tidak mudah
menimbulkan cacat apabila dikeringkan. Merbau juga awet: daya tahannya terhadap jamur
pelapuk kayu termasuk kelas I dan terhadap rayap kayu kering termasuk kelas II. [4] Kayu merbau
termasuk tahan terhadap penggerek laut (teredo), sehingga acap digunakan pula dalam pekerjaan
konstruksi perairan.[1]
Merbau termasuk tidak sulit digergaji, dapat diserut dengan mesin sampai halus, diamplas dan
dipelitur dengan memuaskan, namun kurang baik untuk dibubut. Kayu ini juga biasanya pecah
apabila dipaku, dan dapat menimbulkan noda hitam apabila berhubungan dengan besi atau
terkena air. [4]
Pemanfaatan
Merbau terutama dimanfaatkan kayunya, yang biasa digunakan dalam konstruksi berat seperti
balok-balok, tiang dan bantalan, di bangunan rumah maupun jembatan.[4] Oleh karena kekuatan,
keawetan dan penampilannya yang menarik, sekarang kayu merbau juga dimanfaatkan secara
luas untuk pembuatan kusen, pintu dan jendela, lantai parket (parquet flooring), papan-papan dan
panel, mebel, badan truk, ukiran dan lain-lain.[1]
Bahan pewarna coklat dan kuning dapat diekstrak dari substansi berminyak yang dikandung oleh
kayu dan pepagannya. Pepagan dan daun juga digunakan sebagai bahan obat tradisional.[1]
Pepagan yang mengelupas, ditumbuk dan dicampur dengan buah pinang yang tua, sebagai obat
untuk menghentikan murus. Biji-bijinya dibembam dalam arang atau abu panas agar pecah
kulitnya, lalu direndam dalam air garam selama 3-4 hari, sebelum direbus dan dimakan.[5]
KAYU BANGKIRAI / YELLOW BALAU
KAYU BANGKIRAI
Karakteristik
Kayu bangkirai (Shorea lavefolia Endent) di dalam negeri lebih dikenal dengan
nama kayu Bangkirai, sedangkan di luar Indonesia lebih dikenal dengan nama
Yellow Balau atau kadang hanya disebutkan Balau, yang sebenarnya merupakan
nama dari Malaysia. Kayu ini hanya ditemukan banyak di Indonesia, Malaysia &
Filipina. Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah
disebut yellow balau. Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas,
dengan warna gubal lebih terang. Pada saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu
teras kadang terlihat coklat kemerahan. Bangkirai bisa berdiameter hingga 120 cm
dan tinggi pohon mencapai 40 meter. Diamater rata-rata adalah 70-90cm.
Kegunaan
Sebagai bahan pembuat produk decking, outdoor furniture, konstruksi jembatan,
pergola dan konstruksi berat lainnya.
Keunggulan
Kayu bangkirai termasuk pada kayu dengan kelas awet I, II , III dan kelas kuat I, II
Kekerasan kayu Bangkirai cukup tinggi, sehingga cocok diletakkan di luar ruangan
atau bahan outdoor
Tahan terhadap perubahan cuaca
Jenis serat dengan ikatan kuat dan memiliki tingkat keawetan yg tinggi
Kelemahan
Sifat kerasnya disertai dengan tingkat kegetasan yang tinggi sehingga mudah
terjadi retak rambut dan pin hole
Secara konsruksi retak dan pinhole ini bisa mengurangi kekuatan dari kayu
bangkirai ini
Harga kayu bangkirai relatif mahal
KAYU JATI
Keunggulan
Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I, kelas kuat I, II.
Memiliki daya tahan yang kuat terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau
serangan serangga
Kayu Jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan
suhu.
Memiliki warna dan serat dan tekstur yang unik dan bagus sehingga tampak
menarik pada pengaplikasiannya
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada
kayu Jati membuat kekuatan Jati lebih baik dari jenis kayu yang lain.
Kelemahan
Kecepatan tumbuh pohon jati relatif lambat sehingga jumlah kayu jati yang
dihasilkan tidaklah banyak dan sulit di dapat
Harga kayu jati adalah yang paling mahal dibanding kayu lainnya
Di Indonesia kayu jati hanya bisa diperoleh/dibeli dari Perum Perhutani, sebagai
instansi pemerintah yang berkuasa penuh untuk perawatan dan pengawasan
distribusi kayu jati di Indonesia, terutama di Pulau Jawa
KAYU JATI
Harga kayu jati banyak dipengaruhi dari asal, ukuran dan kriteria batasan kualitas
kayu yang ditoleransi, seperti: ada mata sehat, ada mata mati, ada doreng, ada
putih. Penentuan kualitas kayu jati yang diinginkan seharusnya mempertimbangkan
type aplikasi finishing yang dipilih. Selain melindungi kayu dari kondisi luar,
finishing pada kayu tersebut diharapkan dapat memberikan nilai estetika pada kayu
tersebut dengan menonjolkan kelebihan dan kekurangan kualitas kayu tersebut.
Menurut sifat-sifat kayunya, di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati (Mahfudz dkk., t.t.):
1. Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus
bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jw.: lengo, minyak; malam, lilin).
Berwarna gelap, banyak berbercak dan bergaris.
2. Jati sungu. Hitam, padat dan berat (Jw.: sungu, tanduk).
3. Jati werut, dengan kayu yang keras dan serat berombak.
4. Jati doreng, berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam
menyala, sangat indah.
5. Jati kembang.
6. Jati kapur, kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak
kapur. Kurang kuat dan kurang awet.
8.
saat baru saja dibelah. Setelah beberapa lama di letakkan di udara terbuka dan terutama di
bawah sinar matahari, warna tersebut akan berubah coklat muda.
Densitas
pada level MC rata-rata 12%, densitas kayu jati berada pada kisaran 700 - 930 kg/m3.
Keawetan
Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I. Memiliki daya tahan yang kuat
terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga. Kayu Jati juga
memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu.
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayu
Jati membuat kekuatan Jati lebih baik dari jenis kayu yang lain.
Pengeringan
Beberapa manufaktur menggunakan cara pengeringan yang sedikit berbeda pada kayu
jati. Jika biasanya pada bentuk papan lembaran biasa masuk ke ruang pengering, mereka
melakukan dengan cara membentuk kayu menjadi komponen setengah jati ke dalam
ruang pengeringan. Disisakan sepersekian milimeter untuk proses amplas setelah
pengeringan.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan kayu jati adalah sekitar 14-25 hari dengan
temperature maksimum 80 derajat Celcius.
Proses Mesin & Konstruksi
Susunan serat kayu Jati yang kecil memudahkan proses mesin dengan hasil yang halus
dan rata. Bisa dihasilkan kepala kayu yang halus pada saat proses pemotongan melawan
arah serat.
Karena kelebihan kayu Jati dari warna serat dan kelas awetnya, sebagian besar produsen
furniture atau pemakai kayu jati tidak melapiskan bahan finishing karena lapisan
minyak/lilin alaminya sudah merupakan bahan pengawet.
Sertifikasi
Saat ini konsumen (terutama di Eropa & Amerika) menuntut adanya sertifikasi pada
seluruh produk furniture dari kayu Jati.
Di Indonesia kayu jati hanya bisa diperoleh/dibeli dari Perum Perhutani, sebagai instansi
pemerintah yang berkuasa penuh untuk perawatan dan pengawasan distribusi kayu jati di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa.