Problematika Guru Dan Penyelesaiannya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL PROBLEMATIKA GURU INDONESIA

& SOLUSI

NAMA : FAVIANTIO FARHAN


NPM : 201546500496
KELAS : R7B
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... i

1. PENDAHULUAN ......................................... ..................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Beberapa Point Masalah ............................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 1
2. PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
A. Berbagai Bentuk Problematika Guru Di Indonesia ..................................................... 2
a. Rendahnya Kualitas Guru .................................................................................... 2
b. Tidak Profesional Dalam Melaksanakan Tugas Keguruan .................................. 2
B. Beberapa Solusi bagi Berbagai Problematika Keguruan di Indonesia....................... 3
a. Peningkatan Profesionalisme Guru ..................................................................... 3
b. Peningkatan Kelayakan Mengajar dan Kesejahteraan ....................................... 3
c. Memberikan Tunjangan Layak Hidup Bagi Guru ................................................. 4
d. Membentuk Kebiasaan Guru Efektif .................................................................... 4
a) Berfikir Proaktif .............................................................................................. 4
b) Memiliki Tujuan (VISI Dan MISI) Yang Jelas ................................................ 4
c) Pandai Membuat Dan Menentukan Skala Prioritas ...................................... 4

KESIMPULAN .......................................................................................................................... 5

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 6

i
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu aspek yang membentuk dari kemajuan suatu bangsa.
Masa depan dari suatu bangsa bisa ditentukan dari beberapa antusiasnya masyarakat
dalam meningkatkan pendidikan nasional. Pendidikan dalam konteks bersifat
membangun, dan merekontruksi suatu peradaban merupakan salah satu kebutuhan
(jasa) asasi yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat, dan, kewajiban yang merupakan
suatu tanggung jawab Negara dapat membentuk masyarakat yang berkompeten, serta
memiliki kapabilitas yang tinggi, untuk meningkatkan martabat negara, lewat jalur
pendidikan.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dibutuhkan guru sebagai tenaga
pendidik yang profesional, kreatif dan menyenangkan. Karena peranan guru yang sangat
penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum, sehingga guru
merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru juga yang selalu
melakukan evaluasi. dan penyempurnaan terhadap kurikulum (E. Mulyasa, 2005: 4).
kurangnya bentuk apresiasi dari masyarakat terhadap guru, dan tingkat
kesajahteraan guru yang relatif masih dibawah rata-rata menyebabkan, penurunan
kualitas dari kebanyakan guru yang mengajar di Indonesia. Banyaknya permasalahan-
permasalahan baru yang timbul dalam pendidikan merupakan suatu tantangan besar
yang harus dihadapi oleh masyarakat yang mempunyai bidang dalam, profesi keguruan.
Beberapa factor ini yang menyebabkan banyak problematika baru yang muncul pada
bidang keguruan.
Oleh karena itu, guru sebagai tenaga pendidikan mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39 Ayat (2) Undang Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik merupakan
tenaga profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi
terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu.

B. Beberapa Point Masalah


a. Apa saja permasalahan keguruan di Indonesia?
b. Bagaimanakah solusi menghadapi berbagai problematika guru di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini bertujuan sebagai tolak ukur tentang mengetahui,
permasalahan guru di Indonesia. Memahami berbagai problematika keguruan di
Indonesia, mengetahui usaha untuk mengurai permasalahan pendidikan di Indonesia,
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah SPJD PGRI (Sejarah Pengenalan Jati Diri
PGRI).

1
II. PEMBAHASAN

A. Berbagai Bentuk Problematika Guru Di Indonesia


Dunia pendidikan nasional kita memang sedang menghadapi masalah yang
demikian kompleks. Begitu kompleksnya masalah itu tidak jarang guru merupakan pihak
yang paling sering dituding sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap
kualitas pendidikan. Asumsi demikian tentunya tidak semuanya benar, mengingat
teramat banyak komponen mikrosistem pendidikan yang ikut menentukan kualitas
pendidikan. Namun juga tidak terlalu salah, sebab guru memang merupakan salah satu
komponen mikrosistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran
di dalam proses pendidikan secara luas, khususnya dalam pendidikan persekolahan.
Yang menjadi permasalahan keguruan di Indonesia itu antara lain:

a. Rendahnya Kualitas Guru


Menurut Kusnandar (2010:41) realitas menunjukkan bahwa mutu guru di
Indonesia dinilai masih rendah. Data Balitbang Depdiknas (1999) menunjukkan dari
peserta tes guru PNS setelah dilakukan tes bidang studi.
B. Uno (2011:135) menguraikan bahwa guru merupakan titik sentral yang
strategis dalam kegiatan pendidikan. Disamping khusus diangkat untuk mengajar
dan mendidik, guru dibebani tugas sebagai pelaku pembaruan. Mengingat tugasnya
tersebut, masalah kelayakan mengajar menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.
Padahal, kondisi guru-guru yang ada sekarang cenderung masih memprihatinkan.
Hasil survei yang berkaitan dengan kurangnya kemampuan guru dalam
mentransformasikan ilmu dan keterampilan kepada siswa, dari 22.899 guru di
Jakarta yang dites untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan guru bidang studi
saat mengajar tersebut memperlihatkan bahwa persentase guru yang memperoleh
nilai tujuh (artinya cukup menguasai materi bidang studinya) relatif sedikit (38,96%)
dibandingkan dengan mereka yang mendapat nilai kurang dari enam (Sutardjo,
2004). Melihat kenyataan kondisi guru di Jakarta tersebut, dapat dipastikan bahwa
kondisi pendidikan di daerah tentunya lebih memprihatinkan.

b. Tidak Profesional Dalam Melaksanakan Tugas Keguruan


Kompetensi guru akan membawa dampak terhadap hasil proses pendidikan.
Oleh sebab itu, seorang guru harus selalu meningkatkan kompetensinya dengan
studi lanjut agar ia benar-benar memahami benar akan ilmu yang dikuasainya, dan
selalu berlatih diri untuk meningkatkan metodologi dan teknik pembelajaran agar ia
dapat melaksanakan pendidikan dan pengajaran dengan sebaik-baiknya. Dalam hal
ini masih banyak kita dapati guru-guru yang belum memiliki kompetensi dalam
bidangnya dan kurang memiliki pengalaman serta kematangan dalam memberikan
beragam metode dan teknik pembelajaran, sehingga terkadang guru menjadi
bingung menghadapi murid yang nakal, malas, dan sebagainya. Akibatnya, proses
pendidikan tidak memperoleh hasil yang diharapkan.
Profesionalisme guru juga sangat berkaitan dengan kompetensi seorang guru.
Adalah sangat tidak layak bila seorang guru tingkat dasar mengajar dengan
beragam mata pelajaran. Mereka mengajar berhitung, tetapi juga mengajar bahasa,
atau juga mengajari ilmu pengetahuan alam. Kemampuan seseorang itu
sesungguhnya terbatas.

2
B. Uno (2011:134) mengatakan sejak pelita II, peran pemerintah begitu dominan
dalam menentukan kebijakan pendidikan. Saat itu guru diposisikan sebagai alat
politik kekuasaan untuk melanggengkan rezim orde baru memalui kekuatan Golkar.
Sisi yang terabaikan dengan peran guru yang seperti itu adalah persoalan
profesionalisme. Belum lagi pengelolaan semua kebijakan pendidikan dilakuakan
secara sentralistik. Penyususunan rancangan pembelajaran tidak dilakukan melalui
analisis karakteristik siswa dan potensi siswa yang dapat dikembangkan siswa.
Akibatnya, hasil pendidikan hanya mampu melahirkan SDM yang hanya mampu
menghadapi persamaan, sementara perbedaan berfikir dianggap sebagai kelompok
yang kontroversi dalam kebijakan, yang pada akhirnya hasil dari pendidikan hanya
memperbanyak barisan pengangguran karena ”domain” yang digarap dalam
pendidikan tidak sesuai dengan potensi siswa dan SDA yang akan mereka kelola
setelah selesai dari lembaga pendidikan.

B. Beberapa Solusi bagi Berbagai Problematika Keguruan di Indonesia


Begitu strategis dan pentingnya posisi guru dalam pendidikan, maka tuntutan
terhadap guru yang berkualitas dan profesional merupakan suatu keniscayaan yang tidak
bisa dihindari. Lebih-lebih setelah lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, tuntutan profesionalisme itu semakin kuat. Persoalannya, untuk mendapatkan
guru yang profesional dan berkualitas sudah barang tentu mustahil dapat terjadi dengan
sendirinya, melainkan harus diupayakan penyiapan dan pengembangannya secara
terus-menerus, terencana dan berkesinambungan.
a. Peningkatan Profesionalisme Guru
Guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang
bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar. Oleh sebab itu peningkatan
profesionalisme guru merupakan suatu keharusan. Guru yang profesional tidak
hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, menguasai metode yang tepat, mampu
memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas
terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus memiliki pemahaman
yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan
melandasi pola pikir dan pola kerja guru dan loyalitasnya kepada profesi pendidikan.
Juga dalam implementasi proses belajar mengajar guru harus mampu
mengembangkan budaya organisasi kelas, dan iklim organisasi pengajaran yang
bermakna, kreatif dan dinamis bergairah, dialogis sehingga menyenangkan bagi
peserta didik sesuai dengan tuntutan UU Sisdiknas (UU No 20 / 2003 Pasal 40 ayat
2a).
Dengan demikian, untuk menjadi guru yang profesional , seorang guru yang
sejati harus berdiri di atas prinsip bahwa praksis pendidikan mutlak memerlukan ilmu
pendidikan. Para pendidik harus memperjuangkan prinsip itu.
(http://denmasgoesyono.multiply.com/journal/item/13 diakses tgl 11 oktober 2018).

b. Peningkatan Kelayakan Mengajar dan Kesejahteraan Guru


Apabila tingkat kelayakan mengajar sudah terpenuhi, tuntutan perbaikan
kesejahteraan bagi guru harus menjadi salah satu agenda pokok program
pemerintah. tidak sebaliknya, seperti yang selama ini terjadi guru menuntut
perbaikan tingkat kesejahteraan sementara mereka tidak memiliki kelayakan yang
cukup. Mungkin agak sulit untuk melakukan mekanisme kontrol yang dapat
menjamin bahwa kenaikan gaji atau tunjangan guru akan diikuti secara signifikan

3
dengan ditinggalkannya kerja sampingan oleh guru-guru. Padahal, keprofesionalan
seseorang akan ditentukan oleh tingkat kinerja sesuai dengan profesi yang
digelutinya.

c. Memberikan Tunjangan Layak Hidup Bagi Guru


Pekerjaan sebagai seorang guru adalah pekerjaan profesional yang penuh
dengan pengabdian karena berurusan dengan upaya membentuk pola pikir, perilaku,
dan tindakan manusia. Oleh karena itu, pekerjaan ini tidak bisa dilakukan setengah
hati. Sebagai imbalan jasa yang pernah diberikan harus seimbang dengan
kebutuhan dan hari depan guru. Idealnya guru dapat tunjangan rumah, kendaraan,
kesehatan, dan tujangan rekreasi keluar negeri minimal di 5 kota besar di Indonesia.
Disamping tunjangan lainnya akan tetapi, pemikiran kearah itu masih memerlukan
proses yang panjang. Oleh karena itu, pemikiran menjamin kesejahteraan guru
setelah masuk purnatugas perlu ada kebijakan pendidikan khusus bagi guru yang
sudah berumur 50 tahun, yang diorientasikan pada kesiapan mereka masuk kedunia
kerja baru. Program pendidikan ini merupakan pendidikan praktis-pragmatis, yang
diikuti pemberian modal kerja yang sesuai dengan jenis pilihan pekerjaan barunya.

d. Membentuk Kebiasaan Guru Efektif


Ketidakberhasilan pendidikan salah satu penyebabnya adalah proses
pembelajaran yang terjadi tidak efektif. Yakni tidak memenuhi sasaran yang
diinginkan. Hal ini dapat terjadi manakala guru sebagai ujung tombak pendidikan
bukan merupakan pribadi efektif sehingga didalam mengelola pembelajaran juga
tidak efektif. Untuk itu perlu diupayakan agar guru-guru menjadi manusia-manusia
yang efektif. Sukadi (2006:72-75) menjelaskan bahwa untuk mencapai kesuksesan
dalam pembelajaran, guru harus memiliki seperangkat ciri kebiasaan efektif.
Diantaranya :
a) Berfikir Proaktif
Manusia efektif adalah manusia yang pikirannya berorientasi pada
peluang, bukan pada kesulitan. Didunia pendidikan, seorang guru akan
banyak menghadapi persoalan. guru efektif tidak akan dibelengu oleh
persoalan namun guru akan selalu berupaya mengubah setiap persoalan
menjadi tantangan dan peluang. Guru berupaya menjadi pengendali atas
keadaan yang tidak menyenangkan, bukan dikendalikan oleh keadaan yang
tidak menyenangkan itu.
b) Memiliki Tujuan (Visi dan Misi) yang Jelas
Dalam dunia pendidikan, seorang guru efektif tampak dalam tujuannya
(visi dan misinya). Memang, pada praktiknya banyak guru yang asal
mengajar atau asal-asalan. Guru efektif tidak akan asal mengajar. guru
mengemban visi dan misi, yaitu membangun masa depan bangsa dan
negara, serta umat manusia.
c) Pandai Membuat dan Menetukan Skala Prioritas
Manusia efektif bertindak dengan skala prioritas. tidak asal bertindak.
Tindakannya selalu diarahkan pada tujuan-tujuan yang jelas dan mulia. Guru
efektif juga demikian. Kendati pun guru memiliki banyak aktifitas tetapi
tindakannya selalu menuntut skala prioritas. Prioritas utama bagi guru efektif
adalah masa depan murid-muridnya, bukan kepentingan pribadi atau
kelompoknya.

4
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan di atas, maka sebagai


penutup, berikut ini penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut.
Pendidikan di Indonesia mengalami berbagai problema yang sangat mendasar, segala
sesuatu problematika pendidikan berawal dari guru, oleh karena itu guru yang berkualitas
sangat dibutuhkan pada era ini, selain itu masalah keguruan juga mengalami berbagai
problematika yang diantara lain rendahnya kualitas guru, kurang profesional dalam
melaksanakan tugas keguruan, juga kurang efektifnya proses pembelajaran yang terjadi. Ada
berbagai solusi dalam mengurai permasalahan pendidikan dan keguruan di Indonesia, antara
lain Melakukan Perubahan atas Kesalahan Pendidikan, Efesiensi Pemanfaatan Anggaran
Pendidikan, Depolitisasi Kebijakan Pendidikan, Restukturisasi Organisasi, Memposisikan
Penjabat Pendidikan adalah Mereka yang Profesional, Peningkatan Profesionalisme Guru,
Peningkatan Kelayakan Mengajar dan Kesejahteraan Guru, dan Membentuk Kebiasaan Guru
Efektif.

5
DAFTAR PUSTAKA

B. Uno,Hamzah. 2011. Profesi Kependidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Kusnandar. 2010. Profesi Keguruan. Jakarta. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukadi. 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Qolbu.

http://denmasgoesyono.multiply.com/journal/item/13, diakses tgl 11 oktober 2018.

Mulyasa, E., 2005. Menjadi kepala sekolah profesional dalam konteks menyukseskan MBS Dan KBK,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai