Bioadsorben DR Kulit Pisang Raja

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya kemajuan teknologi dan berkembangnya kegiatan industri, selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif untuk lingkungan. Dengan adanya pertumbuhan industri yang pesat berarti juga semakin banyak limbah yang dikeluarkan dan mengakibatkan permasalahan yang kompleks bagi lingkungan. Diantara limbah-limbah yang ada, limbah yang sangat berbahaya dan memiliki daya racun tinggi umumnya berasal dari buangan industri, terutama industri kimia, termasuk industri logam serta industri pertambangan sehingga proses penanganan limbah menjadi bagian yang sangat penting dalam suatu industri. Salah satunya adalah limbah logam Pb2+. Hal ini harus dianggap serius karena keberadaan limbah logam dapat menyebabkan penurunan kualitas sumber daya alam kita seperti air sungai, air laut, tanah, dan lain-lain yang dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup makhluk hidup, khususnya manusia. Ada beberapa cara mengatasi limbah logam Pb2+ di lingkungan kita, yaitu dengan ekstraksi, pertukaran ion, presipitasi kimia, dan proses pemisahan dengan menggunakan membran. Akan tetapi metode-metode yang ada tersebut memiliki beberapa kelemahan, seperti biaya operasi yang tinggi (mahal), selektivitas yang rendah, dan proses-proses tersebut dapat berpotensi menimbulkan limbah kimia lainnya sehingga pemindahan logam berat dengan cara-cara tersebut dianggap tidak optimal. Cara efektif yang harus dikembangkan adalah bagaimana membuat bahan penyerap limbah logam yang bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir keberadaan limbah logam di lingkungan tanpa menimbulkan limbah lagi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian pembuatan bioadsorben dari limbah kulit pisang sebagai adsorben limbah logam Pb2+. Cara ini dinilai lebih efektif dan aman karena tidak ada efek samping pencemaran yang muncul kembali.

Salah satu limbah biomassa hasil kegiatan pertanian yang melimpah di Indonesia adalah limbah kulit pisang sebagai hasil samping komoditas buah pisang. Di Indonesia sendiri, produksi pisang cukup besar. Di Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar, karena 50% dari produksi pisang Asia dihasilkan oleh Indonesia, Dan setiap tahun produksinya makin meningkat. (Sunarjono, 2002). Potensi ketersediaan Pisang yang cukup melimpah inilah yang turut menghasilkan limbah. Kulit pisang yang merupakan bagian dari buah pisang umumnya hanya dibuang sebagai sampah. Peraturan pemerintah No.18 tahun 1999 tentang kegiatan memperoleh kembali atau menggunakan kembali atau daur ulang bertujuan untuk mengubah suatu limbah menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. (Sutrasno, et al, 2008). Dipilihnya kulit pisang sebagai bahan dasar adsorben ini disebabkan karena selama ini pemanfaatan terhadap kulit pisang kurang begitu maksimal. Selain itu, disebabkan karena ketersediannya di pasar yang mudah untuk didapatkan dan juga nantinya diharapkan dapat menjadi bioadsorben yang murah. Kulit pisang yang mengandung selulosa (crude fiber) yang cukup tinggi inilah yang kemudian juga dijadikan pertimbangan untuk menggunakannya sebagai adsorben logam-logam berat. Pada penelitian ini kulit pisang akan digunakan sebagai adsorben untuk menyerap logam Timbal (Pb). 1.2. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang ada dalam pembuatan bioadsorben dari kulit Pisang Raja antara lain adalah: 1. Dapatkah pisang dimanfaatkan sebagai bioadsorben? 2. Jenis pisang apa yang kulitnya dapat dijadikan bioadsorben? 3. Bahan kimia apa yang dapat digunakan sebagai pengaktivasi bioadsorben? 4. Berapa pH dan waktu optimum dalam penyerapan logam Pb(II)?

Dari permasalahan di atas, penulis memilih pH dan waktu optimum yang dijadikan tolak ukur untuk menentukan pengaruh daya adsorpsi bioadsorben dari kulit pisang Raja. 1.3. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah membuat bioadsorben dari kulit pisang Raja dan mempelajari pengaruh modifikasi kimia dengan larutan basa (NaOH) terhadap limbah kulit pisang sebagai adsorben logam timbal (Pb2+) dengan variabel pH dan waktu untuk mengetahui kondisi optimum penyerapan. 1.4. Luaran Penelitian Bioadsorben dibuat dari kulit pisang Raja yang diaktivasi menggunakan basa. Hasil penelitian akan dibahas dalam laporan penelitian ini. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian Aktivasi Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja menggunakan Natrium Hidroksida untuk Penyerapan Logam Pb(II) adalah: 1. Memanfaatkan limbah kulit pisang Raja sebagai bahan baku pembuatan bioadsorben. 2. 3. Menambah alternatif bahan baku adsorben, dan Menambah nilai ekonomis dari kulit pisang Raja sebagai limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben logam Pb(II).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. 1. Pisang Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. (Kemal Prihatman, 2000). Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam keluarga besar Musaceae, sebagaimana penggolongan dari tingkat Kingdom hingga species berikut ini : Kerajaan Divisi Kelas Bangsa Keluarga Marga Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Zingiberales : Musaceae : Musa : Musa Paradisiaca, Linn.

Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik (Cinthya, 2006). Tinggi tanaman pisang (dewasa) berkisar antara 2 8 m (tergantung jenisnya), dengan daun-daun yang panjangnya ada yang mencapai 3,5 m. Tanaman pisang akan menghasilkan satu tandan buah pisang, sebelum dia mati dan digantikan oleh batang pisang baru. Untuk satu tandan pisang sendiri terdiri atas 520 sisir, yang masing-masing sisir terdiri lebih dari 20 buah pisang. Pisang berkembang dengan subur pada daerah tropis yang lembab, terutama di dataran rendah. Di daerah hujan turun merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia (Cinthya, 2006). Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa buah pisang mengandung 4

gizi yang sangat baik. Di dalam buahnya terdapat energi yang cukup tinggi dibandingkan buah-buahan yang lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Berdasarkan kandungan energi dalam buah pisang maka pisang direkomendasikan oleh para ahli herbal untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti: pendarahan rahim, sariawan usus, ambeien, cacar air, telinga dan tenggorokan bengkak, disentri, amandel, kanker perut, sakit kuning, pendarahan usus besar, diare, dll. Pisang juga dapat mengobati tekanan darah tinggi, karena pisang mengandung potassium yang tinggi yang berguna bagi orang yang harus melakukan diet rendah garam. Varietas-varietas pisang di seluruh dunia yang ditanam dapat dibagi dalam empat golongan besar (Ngraho, 2008), yaitu: a. Pisang yang dimakan buahnya setelah ranum, misalnya Pisang Ambon, Pisang Susu, Pisang Raja, Pisang Cavendish, Pisang Barangan dan Pisang Mas. b. Pisang yang dimakan setelah direbus atau digoreng, misalnya Pisang Nangka, Pisang Tanduk dan Pisang Kepok. c. Pisang yang berbiji biasanya dimanfaatkan daunnya, misalnya Pisang Klutuk. d. Pisang yang diambil seratnya, misalnya Pisang Manila. Produksi pisang di Indonesia cukup besar. Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar di Asia karena 50% produksi pisang Asia dihasilkan oleh Indonesia. Buah pisang juga merupakan buah dengan jumlah produksi paling banyak di Indonesia jika dibandingkan dengan produksi buah lainnya (Ngraho, 2008). Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak

akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Susanti, 2006). Menurut Basse (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kirakira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Munadjim, 1988). Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam

metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. 2. 2. Logam Timbal (Pb) Timbal (Pb) adalah logam beracun yang dapat terakumulasi dalam organ tubuh manusia dan hewan. Kumulatif dari pengaruh racun adalah menghancurkan jaringan tubuh yang serius, otak, fatal pada anemia dan ginjal. Timbal (Pb) merupakan logam berat berwarna kelabu kebiruan dengan titik leleh 327oC dan titik didih 1.620oC. Pada suhu 550600oC, timbal menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal dioksida. Bentuk oksida yang paling umum adalah timbal II dan senyawa orano metalik. Bentuk yang terpenting adalah timbal tetra etil (TEL), timbal tetra metil (TML) dan timbal stearat. Logam berat Pb dapat meracuni tubuh manusia baik secara angkut maupun kronis. Pengaruh toksisitas kronis paling sering dijumpai pada pekerja di pertambangan dan pabrik pemurnian logam. Senyawa Pb organik mempunyai senyawa racun yang lebih kuat dibandingkan dengan senyawa Pb anorganik. Senyawa Pb dapat masuk kedalam tubuh manusia dengan cara melalui saluran

pernafasan, saluran pencernaan makanan maupun kontak langsung dengan kulit. Masuknya partikel Pb ke dalam tubuh melalui pernapasan adalah sangat penting dan merupakan jalan masuk ke dalam tubuh yang dominan. Keracunan Pb yang angkut dapat menimbulkan gangguan fisiologis dan efek keracunan yang kronis pada anak yang sedang mengalami tumbuh kembang akan menyebabkan ganguan fisik dan mental.6 Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5C dan titik didih 1.740C pada tekanan atmosfer. Pb mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82.7. Penggunaan Pb untuk proses pembuatan makanan kaleng sudah banyak menurun, tetapi sumber toksisitas pada anak sekitar 2 tahun ialah 45% dari makanan terkontaminasi, 45% dari debu, dari barang yang dijilat atau dimakan 8% dan 1% dari udara. Menurut Vettorazzi yang dikutip Darmono (2001) menetapkan batas rekomendasi untuk kandungan Pb yang diperoleh dari WHO terhadap bahanbahan seperti udara, makanan dan minuman yang dikonsumsi. Karena itu, logam Pb dari buangan air limbah industri perlu di hilangkan terlebih dahulu sebelum air buangan industri dialirkan ke lingkungan. Sejumlah teknologi telah dikembangkan bertahun-tahun untuk memindahkan logam berat dari air buangan industri. Teknologiyang sangat penting adalah termasuk koagulasi/flokulasi. Teknologi konvensional secara kimia adalah presipitasi, ionexchange, proses elektrokimia dan teknologi membran. Seluruh metode kimia telah dibuktikan membutuhkan biaya tinggi dan kurang efisien. 2. 3. Natrium Hidroksida Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen.

Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Berikut sifat fisika dan kimia Natrium hidroksida: Tabel 1. Sifat sifat Fisika dan Kimia Natrium Hidroksida
Sifat Rumus molekul Massa molar Penampilan Densitas Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air Kebasaan (pKb) NaOH 39,9971 g/mol zat padat putih 2,1 g/cm, padat 318 C (591 K) 1390 C (1663 K) 111 g/100 ml (20 C) -2,43

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. (Wikipedia.org, 2013) 2. 4. Bioadsorben Kulit Pisang Raja Adsorben merupakan suatu bahan (padatan) yang dapat mengadsorpsi adsorbat. Biosorben merupakan biomassa yang dimanfaatkan dalam proses biosorpsi (Fransiscus et al., 2007). Bahan yang dapat digunakan sebagai adsorben harus mempunyai sifat resistensi yang tinggi, stabil pada suhu tinggi dan ukuran diameter pori yang kecil (mikro) yang menghasilkan luas permukaan yang besar sehingga mempunyai kapasitas adsorpsi yang tinggi (Anonim, 2007). Untuk adsorben dengan luas permukaan dan berat tertentu, zat yang diadsorpsi tergantung pada konsentrasi larutan di sekitar solven. Makin tinggi

konsentrasinya, makin besar pula zat yang diadsorpsi. Proses adsorpsi terjadi dalam keadaan setimbang. Apabila kecepatan suatu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi keadaan setimbang yang baru. Syaratsyarat adsorben yang baik (Haryati et al. 2009), antara lain : 1. 2. 3. 4. Mempunyai daya serap yang besar Berupa zat padat yang mempunyai luas permukaan yang besar Tidak boleh larut dalam zat yang akan diadsorpsi Tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan campuran yang akan dimurnikan 5. 6. Dapat diregenerasi kembali dengan mudah Tidak beracun Adsorben yang sedang dikembangkan saat ini adalah kulit pisang yang mampu menyerap logam berat (Metian et al. 2008). Kulit pisang diketahui efektif dalam menghilangkan ion logam dan senyawa organik polar pada air limbah (Rubin et al. 2005). Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak mengandung air yaitu 68,90 %. Komposisi nutrisi kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Kandungan Nutrisi Kulit Musa sapientum Parameter Materi Organik (%) Protein (%) Crude lipid (%) Karbohidrat (%) Crude fibre (%) Konsentrasi 91.50 0.05 0.90 0.25 1.70 0.10 59.00 1.36 31.70 0.25 (Sumber: Anhwange et al., 2009)

2. 5. Adsorpsi Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat pencemar dari air limbah adalah adsorpsi (Sukarta 2008). Adsorpsi merupakan suatu gejala permukaan dimana terjadi penyerapan atau penarikan molekul-molekul gas atau cairan pada permukaan adsorben (Yun et al. 2001). Istilah biosorpsi dideskripsikan sebagai proses adsorpsi yang menggunakan biomassa sebagai adsorben. Pemanfaatan biomassa sebagai adsorben bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi akan mendukung prinsip zerowaste, khususnya pada industri-industri yang menghasilkan biomassa tersebut sebagai produk samping (Esposito et al., 2001). Adsorbsi dapat diklasifikasikan menjadi adsorbsi fisik dan kimia. Adsorbsi fisik terjadi karena adanya gaya Van der Walls dan bersifat reversibel. Adsorben yang digunakan dalam adsorbsi fisik harus memiliki luas permukaan yang luas sebagai tempat terkumpulnya solute. Sedangkan adsorbsi secara kimia biasanya bersifat irreversibel. Karena molekul molekul dalam zat padat tiap tiap arah sama maka gaya tarik menarik antara satu molekul dengan yang lain di sekelilingnya adalah seimbang. Sebab daya tarik yang satu akan dinetralkan oleh yang lain yang letaknya simetris. Lain halnya yang ada di permukaan, gaya gaya tersebut tidak seimbang karena pada suatu arah di sekeliling tersebut tidak ada molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut akan mempunyai sifat menarik molekulmolekul gas atau solute ke permukaannya. Adsorpsi terjadi dengan melibatkan interaksi antara adsorbat dengan adsorben. Kekuatan interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang bersifat pori adsorben (disebut difusi internal). Bila kapasitas adsorpsi masih sangat besar, sebagian akan teradsorpsi terikat di permukaan, namun bila permukaan sudah jenuh atau mendekati jenuh dengan adsorbat, dapat terbentuk lapisan adsorpsi kedua dan seterusnya di atas adsorbat yang telah terikat pada permukaan.

10

Beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi (Sembiring dan Sinaga 2003): 1. Sifat adsorben Adsorpsi secara umum terjadi pada semua permukaan, namun besarnya ditentukan oleh luas permukaan adsorben yang kontak dengan adsorbat. Luas permukaan adsorben sangat berpengaruh terhadap proses adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu kejadian permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding dengan luas permukaan. Semakin banyak permukaan yang kontak dengan adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi. 2. Sifat serapan Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari struktur yang sama. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. 3. Temperatur Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifatsifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekompisisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur lebih kecil. 4. pH (derajat keasaman) Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Hal ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan, yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.

11

5.

Waktu kontak Suatu adsorben yang ditambahkan ke dalam suatu cairan membutuhkan

waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah adsorben yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis adsorben, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel adsorben untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama. 2. 6. Hipotesa Penelitian ini mengacu pada modifikasi bioadsorben yang dihasilkan menggunakan larutan basa. Modifikasi adsorben bertujuan meningkatkan kapasitas dan efisiensi adsorpsi dari adsorben. Modifikasi dapat dilakukan dengan memberi perlakuan kimia seperti direaksikan dengan asam dan basa atau perlakuan fisika seperti pemanasan dan pencucian (Marshall and Mitchell 1996). Dalam proses adsorpsi, pengaruh waktu kontak bioadsorben terhadap larutan yang diserap sangat berkaitan. Semakin lama waktu kontak maka semakin banyak pula serapan bioadsorben terhadap logam. Begitupun terhadap pengaruh pH. Semakin asam pH larutan maka semakin meningkat daya adsorpsinya terhadap logam. (Sembiring dan Sinaga 2003)

12

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3. 1. Tempat dan Waktu 3.1.1. Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium uji PT SGS Indonesia. Lokasi berada di Jl. Raya Cilandak KKO, Kawasan Cilandak Commersial Estate No. 108 C, Jakarta Selatan. 3.1.2. Waktu Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan, periode April Desember 2013. 3. 2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Air b. Etanol absolut c. Kalsium klorida 1,5M d. Limbah Timbal (Pb) 20 ppm e. Natrium hidroksida 0,5M f. Serbuk kulit pisang 100 mesh 3.2.2. Alat Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Beaker glass b. Blender c. Corong

13

d. Kertas pH indikator universal 1-14 e. Oven f. Shaker g. Tabung bertutup 3. 3. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu sebagai berikut: 3.3.1. Preparasi Pembuatan Bioadsorben 1. Disiapkan kulit pisang Raja yang telah dipotong-potong dalam bentuk kecil. 2. Kulit pisang Raja kemudian dikeringkan dalam oven selama 12 jam dengan temperature 500C. 3. Setelah dikeringkan, sampel kulit pisang kemudian dihaluskan dengan blender sehingga berbentuk serbuk. 4. 100 gram serbuk kulit pisang Raja dimasukkan kedalam campuran larutan yang terdiri dari 500 mL ethanol, 250 mL NaOH 0.5 M dan 250 mL CaCl 2 1.5 M. 5. Campuran dibiarkan selama 24 jam, kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan bioadsorben dengan larutannya. 6. Bioadsorben kemudian dicuci dengan aquades sampai pH larutan pencuci menjadi 7.0. 7. Bioadsorben kemudian dikeringkan dalam oven selama 12 jam dengan temperature 500C. 8. Setelah kering, bioadsorben dapat digunakan. 3.3.2. Penentuan pH Optimum. 1. Disiapkan 5 buah tabung bertutup yang ditambahkan 25 mL limbah Timbal (Pb(II)) 20 ppm. 2. Atur pH masing masing beaker gelas menjadi 1, 2, 3, 4, dan 5 dengan menambahkan H2SO4 1M atau NaOH 1M.

14

3. Pada masing masing beaker gelas dimasukkan 0.5 gram sampel bioadsorben. 4. Campuran kemudian diaduk selama 3 jam, kemudian disaring dengan kertas saring dan filtratnya dianalisis dengan menggunakan ICP-OES. 3.3.3. Penentuan Waktu Kontak Optimum 1. Disiapkan 7 buah tabung bertutup berisi 25 mL limbah Timbal (Pb(II)) dengan pH optimum yang telah diperoleh sebelumnya. 2. Pada masing masing beaker gelas dimasukkan bioadsorben. 3. Campuran kemudian diaduk selama 10, 20, 30, 60, 120, 180 dan 240 menit. kemudian disaring dengan kertas saring dan filtratnya dianalisis dengan menggunakan ICP-OES. 3. 4. Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan untuk pengolahan data penelitian akan menggunakan metode Regresi Linier, dimana menghasilkan hubungan antara daya serap (adsorpsi) (sumbu Y) dengan pH dan waktu (sumbu X). Daya serap logam Pb(II) terhadap bioadsorben dihitung dengan rumus: ( ) 0.5 gram sampel

Dimana: Q = daya serap bioadsorben (mg logam Pb(II)/gram bioadsorben)

Co = konsentrasi awal (mg/L) Ce = konsentrasi akhir(mg/L) V m = volume akhir (L) = bobot bioadsorben (g)

15

3. 5. Diagram Alir 3.5.1. Preparasi Pembuatan Bioadsorben Pemotongan bahan Baku (kulit pisang Raja)

Pengeringan kulit pisang Raja selama 12 jam suhu 500C dalam oven

Penghalusan dan pengayakan kulit pisang Raja

Tidak Bioadsorben 100 mesh

Ya Aktivasi Bioadsorben: Perendaman 100 gram serbuk bioadsorben dalam larutan campuran yang terdiri dari 500 mL ethanol, 250 mL NaOH 0.5 M dan 250 mL CaCl2 1.5 M selama 24 jam.

Pencucian dengan aquadest hingga pH netral (pH 7)

Pengeringan bioadsorben selama 12 jam, suhu 500C dalam oven.

Bioadsorben dari kulit pisang dapat digunakan sebagai adsorben Bagan 1. Pembuatan Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja dengan Aktivasi menggunakan Natrium Hidroksida

16

3.5.2. Penentuan pH Optimum


Bioadsorben kulit pisang Raja 100 mesh dan limbah Pb.

Persiapan peralatan 5 buah beaker glass berisi 25 mL limbah Pb(II) 20 ppm yang diatur pH 1, 2, 3, 4, dan 5 menggunakan H2SO4 1M atau NaOH 1M.

Bioadsorben seberat 0,5 gram dimasukan ke dalam masingmasing larutan.

Pengadukan campuran selama 180 menit.

Penyaring dengan kertas saring, filtrat ditampung.

Analisa filtrat menggunakan ICP-OES.

Hasil berupa pH optimum yang paling banyak mengadsorpsi logam Pb.

Bagan 2. Penentuan pH Optimum

im

17

3.5.3. Penentuan Waktu Optimum


Biosorben kulit pisang Raja 100 mesh dan limbah Pb.

Disiapkan Persiapan peralatan 6 buah beaker 7 buah glass beaker berisi glass 25 mL berisi limbah 25 mL Pblimbah yang telah Pb yang diatur telah pH diatur optimum pH optimum yang yang telah telah didapatkan didapatkan dari percobaan dari percobaan sebelumnya. sebelumnya.

Dimasukan Bioadsorben bioadsorben seberat 0,5 gram seberat dimasukan 0,5 gram ke dalam masingmasing larutan.

Campuran kemudian Pengadukan campuran diaduk selama selama 10, 20, 10, 30, 20, 60, 30, 120, 60,180 120, dan dan 240 180 menit. menit.

Penyaringan Disaring dengan dengan kertas kertas saring, saring, filtrat filtrat ditampung. ditampung.

Filtrat Analisa diukur filtrat dengan menggunakan menggunakan ICP-OES. ICP-OES.

Hasil Didapatkan berupawaktu waktuoptimum optimum yang yangpaling paling banyak mengadsorpsi logam Pb.

Bagan 3. Penentuan Waktu Kontak Optimum

18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Pengamatan Data pengamatan yang didapatkan dari hasil penelitian Aktivasi

Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja menggunakan Natrium Hidroksida untuk Penyerapan Logam Pb(II). 4.1.1. Penentuan pH Optimum Berikut data penentuan pH optimum yang ditentukan oleh perubahan pH larutan limbah Pb(II) terhadap bioadsorben selama waktu kontak 180 menit. Tabel 3. Hasil Pengamatan Penentuan pH Optimum Logam Pb (II) yang Adsorben Kulit Pisang Raja pH m (g) V (L) C0 Ce terserap Q (mg/g) 0.909 0.906 0.904 0.919 0.915 % 97.20 96.98 97.17 98.35 98.26 (mg/L) (mg/L) 18.846 0.5281 18.846 0.5687 18.846 0.5335 18.846 0.3104 18.846 0.3275

1 Penentuan pH Optimum 2 3 4 5

0.5037 0.025 0.5041 0.025 0.5062 0.025 0.5041 0.025 0.5058 0.025

Tabel 3 di atas menjelaskan kemampuan bioadsorben menyerap logam Pb(II) di beberapa titik pH. Dari hasil tersebut didapatkan pH optimum terjadinya penyerapan logam Pb(II) paling banyak adalah pada pH 4.0 dengan daya serap 0.919 mg Logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja.

19

4.1.2. Penentuan Waktu Kontak Optimum Berikut data penentuan waktu kontak optimum yang ditentukan oleh perubahan waktu kontak larutan limbah Pb(II) terhadap bioadsorben pada pH optimum (pH 4.0). Tabel 4. Hasil Pengamatan Penentuan Waktu Kontak Optimum Adsorben Kulit Pisang Raja 0.5018 Penentuan Waktu Kontak Optimum 4 0.5029 0.5056 0.5042 0.5015 0.5037 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 pH m (g) V (L) Logam Pb(II) yang Waktu (menit) 10 30 60 90 180 240 C0 (mg/L) 18.846 18.846 18.846 18.846 18.846 18.846 Ce (mg/L) 1.2748 0.9049 0.5488 0.5881 0.3104 0.4489 terserap Q (mg/g) 0.875 0.892 0.905 0.905 0.924 0.913 % 93.24 95.20 97.09 96.88 98.35 97.62

Tabel 4 di atas menjelaskan kemampuan bioadsorben menyerap logam Pb(II) di beberapa titik waktu kontak dengan pH optimum yang sudah didapatkan pada percobaan sebelumnya, yaitu pH 4.0. Dari hasil tersebut didapatkan waktu kontak optimum terjadinya penyerapan logam Pb(II) paling banyak adalah pada 180 menit dengan daya serap 0.924 mg Logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja. 4.2. Pembahasan Perolehan hasil data penelitian ditinjau dari 2 variabel, yaitu pH optimum penyerapan dan waktu kontak antara larutan limbah Pb(II) dengan bioadsorben kulit pisang Raja. Pengukuran dilakukan menggunakan instrumen ICP-OES pada panjang gelombang pembacaan Pb(II) 220 nm. Derajat keasaman (pH) merupakan faktor yang sangat mempengaruhi proses adsorpsi ion logam, karena keberadaan ion H+ dalam larutan akan berkompetisi

20

dengan kation untuk berikatan dengan situs aktif. Selain itu, pH juga akan mempengaruhi spesies ion yang ada dalam larutan sehingga akan mempengaruhi terjadinya interaksi ion dengan situs aktif adsorben. (Lestari, dkk, 2003). Kenaikan pH akan menurunkan jumlah ion H+ sehingga ion H+ yang mengelilingi gugus aktif pada permukaan adsorben berkurang dan gugus aktif mengalami ionisasi sehingga bermuatan negatif. (Isagai, 2008). Penentuan pH optimum dilakukan pada pH 1, 2, 3, 4, dan 5 karena karena pada pH 6 logam Pb mengendap. Kondisi pH yang semakin tinggi, menyebabkan penurunan kapasitas adsorpsi. pH yang tinggi dapat menyebabkan reaksi antara Pb2+ dengan OH, sehingga membentuk endapan Pb(OH)2. Endapan ini akan menghalangi proses adsorpsi yang berlangsung.

Gambar 1. Larutan limbah Pb(II) pada pH 6 membentuk endapan putih Pb(OH)2 Penentuan pH optimum bertujuan untuk mengetahui pH yang optimum dalam proses penyerapan logam Pb(II) terhadap bioadsorben kulit pisang Raja. Berikut grafik hasil penentuan pH optimum penyerapan.

21

Grafik Penentuan pH Optimum


Kons. Pb(II) yang terserap (mg/g) 0.92 0.918 0.916 0.914 0.912 0.91 0.908 0.906 0.904 0.902 0

y = 0.0011x2 - 0.0039x + 0.9106 R = 0.4998 Y-Values Poly. (Y-Values)

2 pH

Gambar 2. Grafik Hasil Penentuan pH Optimum Pada gambar 2 tersebut terlihat bahwa serapan logam paling kecil adalah 0.919 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben pada pH 3, dan serapan logam paling besar adalah 0.904 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben pada pH 4. Rendahnya penyerapan yang terjadi pada pH 3 disebabkan karena pada pH rendah gugus fungsional yang ada pada bioadsorben dikelilingi oleh ion H+ sehingga mencegah terjadinya interaksi antara logam Pb2+ dengan gugus fungsional dikarenakan adanya persaingan antara H+ dengan logam Pb2+ untuk berinteraksi dengan gugus fungsional yang ada pada permukaan bioadsorben. Berikut adalah grafik penentuan waktu kontak optimum penyerapan logam Pb(II) menggunakan bioadsorben kulit pisang Raja.

22

Grafik Penentuan Waktu Kontak Optimum


Kons. Pb(II) yang terserap (mg/g) 0.93 0.92 0.91 0.9 0.89 0.88 0.87 0 100 200 300 Waktu Kontak (menit) y = -2E-06x2 + 0.0006x + 0.8723 R = 0.9462 Y-Values Poly. (Y-Values)

Gambar 3. Grafik Hasil Penentuan Waktu Kontak Optimum Grafik di atas menjelaskan bahwa waktu kontak optimum yang paling baik untuk penyerapan logam Pb(II) menggunakan bioadsorben kulit pisang Raja adalah pada 180 menit dengan daya serap 0.924 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja. Pada kurva dapat terlihat bahwa proses adsorpsi mencapai titik kesetimbangan pada rentang waktu antara 180 240 menit. Namun dalam rentang waktu tersebut tidak mengalami pengurangan yang signifikan. Hal ini dikarenakan packing bioadsorben sudah mengalami kejenuhan. Oleh karena itu ditetapkan bahwa titik 180 menit merupakan waktu kontak paling optimum antara bioadsorben dan logam Pb(II).

23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam penelitian Aktivasi Bioadsorben dari Kulit Pisang Raja menggunakan Natrium Hidroksida untuk Penyerapan Logam Pb(II) dapat disimpulkan bahwa untuk variabel pH optimum dalam penyerapan logam Pb(II) menggunakan bioadsorben dari kulit pisang Raja adalah pada pH 4.0. Hal ini dibuktikan oleh hasil penyerapan tertinggi pada pengukuran menggunakan instrumen ICP-OES yaitu sebesar 0.919 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja. Sedangkan untuk variabel waktu kontak optimum dalam penyerapan logam Pb(II) menggunakan bioadsorben dari kulit pisang Raja adalah pada 180 menit, dengan daya serap logam Pb(II) sebesar 0.924 mg logam Pb(II)/ gram bioadsorben kulit pisang Raja. 5.2. Saran Untuk mendapatkan bioadsorben yang bagus perlu dilakukan penelitian lanjutan. Variabel pada penelitian ini hanya mencakup pengukuran pH optimum dan waktu kontak optimum, oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya menambahkan variabel lainuntuk mendapatkan kualitas adsorben yang lebih baik. Serta perlu diteliti kembali mengenai daur ulang bioadsorben yang telah terpakai agar dapat dipakai kembali.

24

DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Sri, dkk, 2011, Pengujian Performance Adsorben Serat Buah Mahkota Dewa (Phaleria marcocarpa (Scheff)) dan Clay Terhadap Larutan yang mengandung Logam Kromium, Sriwijaya University. Sumatera Selatan. Darmayanti, 2012, Adsorpsi Timbal (Pb) dan Zink (Zn) dari Larutannya menggunakan Arang Hayati (Biocharcoal) Kulit Pisang Kepok berdasarkan Variasi pH, University of Tadulako, Palu. Kusuma, Heri Septya, 2012, Inovasi Pemanfaatan Kulit Pisang Raja sebagai Biosorben untuk Menyerap Logam Berat, Universitas Airlangga, Surabaya. Suhartini, Meri, 2012, Modifikasi Limbah Kulit Pisang untuk Adsorben Ion Logam Mn(II) dan Cr(VI), PATIR BATAN, Jakarta. Wattimury, John Hendrik, 2012, Studi Adsorpsi Ion Logam Crom(III) menggunakan Kulit Pisang Kepok (Musa normalis L.), Universitas Negeri Papua, Manokwari. Ginting, Ferdinan D., 2008, Dasar Teori Adsorpsi, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Jakarta.

25

LAMPIRAN I
Data Analisa: 26 27 28 29 30 31

26

27

28

29

30

LAMPIRAN 2
Perhitungan adsorpsi logam Pb(II) menggunakan bioadsorben dari kulit pisang Raja yang diaktivasi dengan natrium hidroksida: ( )

Dimana: Q = daya serap bioadsorben (mg logam Pb(II)/gram bioadsorben)

Co = konsentrasi awal (mg/L) Ce = konsentrasi akhir(mg/L) V m = volume akhir (L) = bobot bioadsorben (g)

Contoh perhitungan adsorpsi: 1. pH 1 Logam yang terserap oleh bioadsoben: a. dalam mg/gram ( )

( )

b. dalam % ( ( ) )

31

2. pH 2 Logam yang terserap oleh bioadsoben: a. dalam mg/gram ( )

( )

b. dalam % ( ( ) )

3. pH 3 Logam yang terserap oleh bioadsoben: a. dalam mg/gram ( )

( )

b. dalam % ( ( ) )

32

4. pH 4 Logam yang terserap oleh bioadsoben: a. dalam mg/gram ( )

( )

b. dalam % ( ( ) )

5. pH 5 Logam yang terserap oleh bioadsoben: a. dalam mg/gram ( )

( )

b. dalam % ( ( ) )

33

Anda mungkin juga menyukai