Skripsi PDF
Skripsi PDF
Skripsi PDF
) sebagai
Insektisida terhadap Nyamuk
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelengkapan Berkas
Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Farmasi
Oleh
i
ii
Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.) sebagai
Insektisida terhadap Nyamuk
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelengkapan Berkas
Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Farmasi
Oleh
iii
iv
v
vi
vii
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(Mahatma Gandhi)
(Steve Jobs)
(Nikola Tesla)
“Hal besar yang ada dalam diri kita selalu bermanfaat bagi masyarakat dan diri
kita sendiri”
“Selalu ada harapan bagi mereka yang berdoa dan selalu ada harapan bagi mereka
yang selalu berusaha”
Dengan ini saya persembahkan karya saya kepada kedua orang tua tercinta yang
senantiasa memberikan saya jenjang Pendidikan yang sangat berguna bagi kehidupan
saya. dan ucapan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada dosen-dosen yang
telah membimbing saya dari awal perkuliahan.
Teman-teman seperjuangan saya Farmasi UNG angkatan 2012 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, khususnya Farmasi A 2012 terimakasih untuk kalian semua
karena telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
ALMAMATERKU TERCINTA
TEMPATKU MENEMUKAN JATI DIRI DAN MENIMBA ILMU
SERTA PENGALAMAN HIDUP
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatu.
Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan puji syukur atas
nikmat dan berkah yang senantiasa Allah SWT limpahkan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Metanol
Daun Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Insektisida terhadap Nyamuk ).
Skripsi ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh
derajat S-1 Farmasi Fakultas Olah Raga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan serta
bimbingan dari dosen pembimbing, untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih
kepada Nurain Thomas, S.Si, M,Si, Apt selaku dosen pembimbing I,
Mohamad Adam Mustafa,S.Si, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang selalu
mengarahkan, membimbing, serta memasukkan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sama penulis haturkan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas
Negeri Gorontalo, terima kasih atas sarana dan prasarana yang telah
diberikan selama kuliah di Universitas Negeri Gorontalo.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.P selaku Wakil Rektor I,
Bapak Supardi Nani, SE.,M.Si selaku Wakil Rektor II, Bapak Dr. Fence M.
Wantu, SH.,MH selaku Wakil Rektor III dan Prof. Dr. Hasanuddin Fatsah,
M.Hum selaku Wakil Rektor IV, terima kasih atas fasilitas yang telah
disediakan dan kebijakan-kebijakan kampus selama kuliah di Universitas
Negeri Gorontalo
3. Ibu Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan
Kesehatan, terima kasih atas kebijakan-kebijakan fakultas yang telah
diberikan selama saya menempuh pendidikan di Fakultas Olahraga dan
Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo.
4. Ibu Risna Podungge, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan I, Ibu dr. Zuhriana K.
Yusuf, M.Kes selaku Wakil Dekan II dan Bapak Ruslan, S.Pd., M.Pd selaku
x
Wakil Dekan III yang telah memberikan bantuan selama saya menempuh
pendidikan di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri
Gorontalo.
5. Seluruh staf di lingkungan Fakultas Olahraga dan Kesehatan, terima kasih
atas segala bantuannya selama ini.
6. Ibu Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi
serta Penasehat Akademik saya, terima kasih atas nasehat, kasih sayang dan
arahan selama ini sehingga saya mampu menjalani proses dan menikmati
hasil akhir dari perjalanan saya di Jurusan Farmasi.
7. Ibu Madania, S.Farm, M.Sc, Apt selaku penguji I dan Ibu Juliyanty Akuba,
S.Farm.,M.Sc.,Apt selaku penguji II, terima kasih telah menambah
pengetahuan saya dan meluangkan waktu serta membimbing saya dalam
proses penyelesaian skripsi ini
8. Dr. Teti S Tuloli, M.Si., Apt selaku dosen penasehat akademik terima kasih
atas arahan, dukungan dan motivasinya selama ini.
9. Seluruh dosen-dosen Farmasi UNG tanpa terkecuali, terima kasih banyak
atas jasa-jasa yang takkan terbalaskan karena telah mengajarkan banyak hal
kepada saya baik agama, pendidikan, moral dan hal-hal penting lainnya.
10. Staf Tata Usaha di lingkungan Jurusan Farmasi, Kak Wiwin, Kak Rionaldi
Yahya, S.Pd, yang telah memberikan banyak bantuan secara administrasi dan
informasi akademik selama ini.
11. Laboran: kak Wiji Iswandiyanto, S.Pd dan kak Windarti Yalida, S.Farm,
terima kasih telah membantu banyak dan memberikan arahan terbaik selama
penelitian.
12. Keluarga Besar Palay: Bapak Agusnawi Palay, Ibu Olis Dali, Kakak Alfri
Palay, Adik Yogi Ade Putra Palay, terima kasih telah mencintai, menyayangi
dan memberikan dukungan baik moril maupun materil serta menghibur
dengan canda tawa.
13. Angkatan Terhebat ^Famous Legend’12^, terima kasih atas kekompakan,
dukungan dan semangat terbaik kalian hingga saat ini, semoga visi misi luar
xi
biasa kita akan segera terealisasikan dan jalinan persaudaraan ini tidak akan
pernah putus hingga tua nanti.
14. Teristimewa untuk Dhesy Nento yang senantiasa selalu menemani,
memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman Farmasi Reguler angkatan 2012, Kelas A (Abdi, Winda, Vira,
Tia, Nada, Tiwi, Puput, Non, Bitha, Arista, Yuni, Esy, Tissa, Wiby, Tari,
Ajeng, Nina, Rahmat, Lia, Kurniawan, Fadli, Cici, Gita, Zein, Maryam,
Simon, Aci, Findy, Rini), Kelas B (Nurfa, Cimot, Asri, Yadi, Ayu, Megawati,
Uk, Mega rahayu, Listiya, Fitri, Nangsih, Jeje, Widi, Kartin, Wulan,
Tutriyanti, Andi, Kiki, Arif, Khina, Nanan, Nani, Nena, Dian hardianti, Dian
dalu, Tari, Nia, Yati, Lian, Cici, Lilis, Novi, Yeyen, Khoyi) Kelas C (Prisca,
Kia, La medi, Upik, Ayu wulandari, Fara, Ela, Niar, Widi, Intan primasari,
Yulita, Intan nono, Atma, Ria, Rosma, Yathi, Niar, Serlin, Yulin, Osin, Ista,
Yani), Teman-teman Angkatan 2013 dan Angkatan 2014
16. Senior-senior yang senantiasa membantu saya dalam proses pengerjaan
skripsi ( Kak Eka, Kak Ichad, Kak Fandi, Kak Anti, Kak Andre), serta junior
yang selalu memberikan semangat dan dorongan selama penyusunan (Azis
Datau, Arif Rahman, Firman Suut, King Pauweni dan Mamad Nento).
17. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah
ikut banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang masih jauh dari sempurna. Namun
demikian diharapkan tetap bermanfaat dalam menambah pengetahuan bagi
pembaca dan masyarakat pada umumnya dan mahasiswa Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, serta Universitas Negeri Gorontalo pada
khususnya.
Barakallah fiikum. Wasslamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatu
Gorontalo, Desember 2017
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LOGO UNG................................................................................................ ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT................................................................................................ viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... ix
KATA PENGANTAR................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL...................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan penelitian................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 5
2.1 Uraian Tanaman Seledri...................................................... 5
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Seledri .................................... 5
2.1.2 Nama Daerah.............................................................. 5
2.1.3 Morfologi Tanaman ................................................. 5
2.1.4 Ekologi Tanaman....................................................... 6
2.1.5 Kandungan................................................................. 6
2.1.6 Kegunaan Seledri....................................................... 8
2.2 Nyamuk............................................................................... 9
2.2.1. Morfologi Nyamuk ................................................... 9
xiii
2.2.2 Jenis – Jenis Nyamuk ............................................... 9
2.3 Ekstraksi.............................................................................. 10
2.4 Insektisida............................................................................ 12
2.4.1. Definisi Insektisida ................................................... 12
2.4.2 Jenis – Jenis Insektisida............................................. 12
2.4.3 Bentuk dan Sifat Insektisida ..................................... 14
2.4.4 Cara Kerja Insektisida................................................ 15
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 17
3.1 Lokasi Dan Penelitian.......................................................... 17
3.1.1 Lokasi Penelitian…………..................................... 17
3.1.2 Waktu Penelitian...................................................... 17
3.2 Alat dan Bahan.................................................................... 17
3.2.1 Alat Penelitian…………......................................... 17
3.2.2 Bahan Penelitian...................................................... 17
3.3 Hewan Uji............................................................................ 17
3.4 Tahapan Kerja...................................................................... 17
3.4.1 Pengambilan Sampel.................................................. 17
3.4.2 Pengolahan Daun Seledri........................................... 18
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Daun Seledri............................... 18
3.4.4 Uji Skrining................................................................ 18
3.4.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Seledri........... 19
3.4.6 Uji Aktivitas Ekstrak Daun Seledri............................ 19
3.4.7 Pengamatan Waktu Dan Kematian Nyamuk.............. 20
3.5 Analisis Data........................................................................ 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 21
4.1 Hasil Penelitian.................................................................... 21
4.1.1 Presentase Randemen................................................. 21
4.1.2 Skrining Fitokimia..................................................... 21
4.1.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk............................. 22
4.1.4 Analisis Data .......................................................... 23
4.2 Pembahasan......................................................................... 25
xiv
4.2.1 Proses Ekstraksi......................................................... 25
4.2.2 Skrining Fitokimia...................................................... 26
4.2.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk............................. 26
4.2.4 Analisis Data .......................................................... 29
BAB V PENUTUP................................................................................. 31
5.1 Simpulan............................................................................... 31
5.2 Saran..................................................................................... 31
Daftar Pustaka ...................................................................................... 32
Lampiran................................................................................................... 35
Curiculum Vitae........................................................................................ 66
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Seledri
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Seledri (Apium graveolens L.)
Klasifikasi tanaman seledri terdiri dari: (Fazal dan singla, 2012)
Devisi : Magnoliophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens
Gambar 2.1 Seledri (Apium graveolens L.)
2.1.2 Nama Daerah
Tanaman seledri dikenal dengan nama lain seperti Apium celleri Gartner,
Apium decumbens Ecklon&Zeyher, Apium lobatum Gilib, Apium maritium
Salisb, Apium vulgare Bubani, Celeri graveolens Britton, Selenium graveolens
E.H.L.Krause, Seseli graveolens Scop, Sium graveolens Vest, Smymium laterale
Thunb. Tanaman seledri di Inggris dikenal dengan celery, di Perancis dengan
sebutan celeri, di Italia dengan sebutan seleri, dan di Jerman lebih dikenal dengan
selinon atau parsley. Di Indonesia lebih dikenal dengan seledri. atau seldrai
(Anonim, 2006).
2.1.3 Morfologi Tanaman
Tanaman seledri, tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik
yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak,
berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai.
Anak daun bertangkai yang panjangnya 1 -2,7 cm, helaian daun tipis dan rapuh,
pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm,
pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga majemuk
berbentuk payung 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih, mekar secara bertahap.
Buahnya buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau
kekuningan (Anonim, 2006).
5
2.1.4 Ekologi Tanaman
Seledri ditemukan di Eropa, dari Inggris hingga dataran rendah di selatan
Rusia, dari Asia barat hingga Asia timur atau India, Afrika utara dan selatan, serta
Amerika utara. Dibudidayakan di Meksiko, Argentina, Jerman, Polandia dan
Honggaria. Seledri merupakan tumbuhan dataran tinggi, yang ditemukan pada
ketinggian di atas 900 m dpi. Di daerah ini seledri yang tumbuh memiliki tangkai
daun yang menebal. Untuk pertumbuhannya, seledri memerlukan cuaca yang
lembab. Seledri juga bisa ditanam di dataran rendah. Hanya saja ukuran
batangnya menjadi lebih kecil dan digunakan sebagai penyedap masakan
(Anonim, 2006).
2.1.5 Kandungan
Seledri mengandung minyak menguap 2-3%. Banyak komponen termasuk
limonene (60%) dan selinine (10-15%), dan berbagai sesquiterpene alkohol
(1-3%), mis. A-eudesmol dan b-eudesmol, santalol. (12, 13) Senyawa phthalide,
3-n-butyl phthalide dan sedanenolide, memberikan bau khas minyak (adanya
sedanolide dan anhidrida sedanonic yang disengketakan) (Barnes,J. Anderson,
L.A. and Phillipson, J.D, 2007).
Daun seledri banyak mengandung apiin, apigenin, manitol, inositol,
asparagin, alutamin, kholin, dan linamarose disamping substansi diuretik yang
bermanfaat untuk meningkatkan jumlah air seni (Sukandar, 2006). Seledri juga
mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya herba seledri mengandung
flavonoid, saponin, tanin, apiin, minyak atsiri, apigenin, kolin, vitamin A, B, C,
zat pahit asparagin, apigenin dan akarnya mengandung asparagin, manit, zat pati,
lendir minyak atsiri pentosa, glutamin dan tirosin serta bijinya mengandung a iin,
minyak atsiri, apigenin dan alkaloid. Kemudian seledri juga mengandung gizi
berupa air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, besi, riboflavin,
nikotinamida dan asam askorbat (Nadinah, 2008).
6
apigenin
7
isopimpinellin, isoimperatorin, celereoside, dan 8-hydroxy methoxypsoralen.
Phenols (155.41-177.23mg/100g) terdiri atas graveobioside A and B, flavanoids
(apiin, apigenin), isoquercitrin, tannins (3.89-4.39 mg /100 g) dan phytic acid
(19.85-22.05mg/g) (Arisandi R dkk. 2016).
Biji seledri, batang dan daun (2,5-3,5%) mengandung minyak atsiri,
alkohol seskuiterpen (1-3%) dan asam lemak, senyawa yang diisolasi terdiri atas
selenine (10-15%), limonene (60%), β- pinene, camphene, simen, limonen,
α-thuyene, α-pinene, β-phellendrene, p-cymene, γ-terpinene, sabinene terpinolene,
myristicic, miristat, linoleat, petroselinic, palmitoleat, palmitat, oleat, miristoleat,
asam stearat, santalol, β-eudesmol, α-eudesmol, sedanenolide, 3-nbutil phthalide
dan phthalide. Akar seledri juga mengandung Methoxsalen (8- methoxypsoralen),
5-methoxypsoralen dan profilin alergen (Al-snafi, 2014).
2.1.6 Kegunaan Seledri
Seledri (Apium graveolens) diidentifikasi berpotensi sebagai anti-nyamuk,
termasuk larvasida, adulticidal, dan repellent terhadap nyamuk (Al-snafi, 2014).
Senyawa kimia yang merupakan metabolit sekunder seperti minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, saponin, dan tannin mampu bekerja sebagai racun pada larva
baik sebagai racun kontak maupun racun perut (Handayani, 2013).
Senyawa-senyawa seperti sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid,
alkaoid dan minyak atsiri diduga dapat berfungsi sebagai insektisida. (Minarni E,
2013). Minyak atsiri memiliki spektrum yang luas dari kegiatan biologis
termasuk anti-mikroba, fungisida, insektisida, serangga repellant, herbisida,
acaricidal, dan nematicidal Sejak abad pertengahan, minyak esensial telah banyak
digunakan untuk bakterisida, insektisida, fungisida, antiparasiticidal, obat dan
kosmetik aplikasi terutama di industri farmasi, sanitasi, kosmetik, pertanian dan
makanan (Noutcha, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Choochate et al. (2004) mengenai biji
seledri yang diekstraksi dengan etanol 95% sebagai larvasida nabati
menyebabkan kematian larva nyamuk Aedes aeypti sebesar 50% pada
konsentrasi 81,0 mg/L,20 sedangkan konsentrasi 176,8 mg/L dapat menyebabkan
kematian 95%. Penelitian yang dilakukan oleh Yongkhamcha dan Indrapichate
8
(2012) mengungkapkan bahwa ekstrak etanol 70% biji seledri membunuh 50%
larva nyamuk Aedes aegypti pada konsentrasi 25,230 mg/L.
2.2 Nyamuk
2.2.1 Morfologi Nyamuk
Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan
manusia, hewan, dan lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai
vector berbagai penyakit. Nyamuk tergolong serangga yang cukup tua di alam
dan telah mengalami proses evolusi serta seleksi alam yang panjang sehingga
menjadikan insekta ini sangat adaptif tinggal bersama manusia (Harfriani, 2012).
Dinegara-negara beriklim sedang nyamuk lebih dianggap sebagai hama
pengganggu, ada sekitar 3000 spesies nyamuk dimana sekitar 100 adalah vektor
penyakit pada manusia (Tehri and Singh, 2015). Kehidupan nyamuk sangat
ditentukan oleh keadaan lingkungan yang ada seperti suhu, kelembapan, curah
hujan, salinitas, derajat keasaman, oksigen terlarut, tumbuhan air dan hewan air
lainnya (Pratama, 2015).
Nyamuk bersifat “antrofilik” artinya lebih menyenangi mengisap darah
manusia dibandingkan dengan mengisap darah hewan. Nyamuk yang mengisap
darah adalah nyamuk betina, karena darah diperlukan dalam proses pematangan
telur (Kardinan A., 2007).
2.2.2 Jenis-jenis Nyamuk dan Masalah yang ditimbulkannya
Nyamuk termasuk dalam flum Arthropoda, ordo Diptera, family Culicidae,
dengan tiga sub famili yaitu Toxorhynchitinae (Toxorhynchites), Culicinae
(Aedes, Culex, Mansonia, Armigeres,) dan Anophelinae (Anopheles). Nyamuk
Anopheles berperan sebagai vektor penyakit malaria, sedangkan Culex sebagai
vektor Japanese enchepalitis, Aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam
Berdarah Dengue (DBD), serta beberapa genus nyamuk yaitu Culex, Aedes, dan
Anopheles dapat juga menjadi vector penyakit flariasis. Nyamuk juga
menularkan beberapa penyakit pada hewan. Nyamuk Culex sebagai vektor
Diroflaria immitis (cacing jantung pada anjing) (Harfriani, 2012).
9
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa
aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000).
Prinsip kerja ekstraksi terdiri atas 2 fase yakni (Voight, 2010):
Fase pembilasan : pada saat cairan ekstraksi kontak dengan material
simplisia maka sel-sel yang rudak atau tidak utuh lagi akibat operasi penghalusan
langsung bersentuhan dengan bahan pelarut. Dengan demikian komponen sel
yang terdapat didalamnya lebih mudah diambil atau dibilas kedalam pelarut.
Semakin halus serbuk simplisia, akan semakin optimal pembilasannya
Fase ekstraksi : yang lebih kompleks adalah proses selanjutnya, oleh
karena bahan pelarut untuk melarutkan komponen dalam sel yang tidak terluka
harus mampu mendesak lebih dulu kedalmnya. Membran sel yang mengering,
mengkerut didalam simplisia mula-mula harus diubah kondisinya sehingga
memungkinkan bahan pelarut masuk bagian dalam sel. Hal itu terjadi melalui
pembengkakan, dimana membrane mengalami pembesaran volume akibat
masuknya sejumlah molekul kedalam pelarut. Kemampuan zat perancah selulosa
untuk mengikat molekul cairan, menyebabkan longgarnya struktur perancah
tersebut sehingga terbentuk ruang antar miselar, yang memungkinkan bahan
ekstraksi masuk keruang dalam sel. Proses pembengkakan ini dalam skala tinggi
dapat disebabkan oleh air. Campuran alcohol-air, yang banyak digunakan untuk
membuat sediaan farmasetika, terbukti pula dapat menyebabkan hal serupa
(Voight,R. 2010).
Pada saat pengeringan tumbuhan segar, protoplasma akan semakin
mengkerut. Akan tetapi tumbuhan dalam kondisi simplisia berada dalam bentuk
lapisan tipis. Bahan kandungan sel akan diendapkan dan berada dalam bentuk
kristalin atau amorf. Dengan mengalirnya bahan pelarut ke dalam ruang sel,
protoplasma akan membengkak dan kandungan sel akan terlarut sesuai dengan
10
tingkat kelarutannya. Mereka akan mengembang sejauh bentuknya tetap sebagai
terlarut molecular, melalui proses difusi melalui ruang antar miselar. Gaya yang
bekerja disebabkan oleh perbedaan konsentrasi antara larutan dalam sel dengan
cairan pengekstrasi disekitarnya yang mula-mula belum mengandung bahan aktif.
Bahan kandungan sel akan terus masuk kedalam cairan disebelah luar sampai
difusi melintasi membrane mencapai keseimbangannya, yakni pada saat
konsentrasi antara larutan disebelah dalam dan sebelah luar sel, sama besar.
Seberapa jauh koloid dapat diangkut melintasi membrane sel, sangat bergantung
dari lubang porinya (Voight, R. 2010).
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia (senyawa aktif)
dari simplisia tertentu dengan pelarut organik atau anorganik (cairan penyari),
sesuai dengan senyawa aktif yang diinginkan dapat terlarut. Proses ekstraksi
dipengaruhi oleh metode penyarian dan cairan penyari yang digunakan (Voigt,
R.1995).
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan cara perendaman simplisia
menggunakan cairan penyari dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruang. Maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung zat aktif mudah larut dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Perbedaan konsentrasi antara cairan penyari dengan isi sel tanaman
menyebabkan terjadinya proses difusi senyawa aktif. Maserasi merupakan
ekstraksi dengan pengadukan yang dilakukan secara kontinyu. Maserasi
melibatkan proses remaserasi yaitu pengulangan penambahan cairan penyari
setelah dilakukan penyarian maserat yang pertama dan selanjutnya.
Beberapa peneliti menggunakan metanol sebagai penyari karena
kelebihan cairan penyari metanol yaitu bersifat universal karena dapat menarik
senyawa yang bersifat polar dan semi polar dengan sedikit bahan pengotor yang
terlarut dan memiliki titik didih rendah (Voigt, 1995).
Metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat
melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar (Astarina, N. W. G., Astuti, K.
W., Warditiani, N. K., 2013).
11
2.4 Insektisida
2.4.1 Definisi Insektisida
Dalam Peraturan Pemerintah nomor & tahun 1973 tentang Pengawasan
atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad retnik, serta virus yang dipergunakan
untuk memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia (Anonim, 2012).
Insektisida kesehatan masyrakat adalah insektisida yang digunakan untuk
pengendalian vector penyakit dan hama pemukiman seperti nyamuk, serangga
pengganggu lain (lalat, kcoak/lipas), tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah
pemukiman endemis, pelabuhan, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya
(Anonim, 2012).
2.4.2 Jenis-Jenis Insektisida
Adapun jenis insektisida untuk pengendalian vector adalah: (Anonim,
2012)
1. Organofosfat (OP)
Insektisida ini bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase. OP
banyak digunakan dalam kehiatan pengendalian vector, baik untuk space
spraying, IRS, maupun larvasidasi. Contoh: malation, fenitrotion, temefos,
metil-pirimifos, dan lain-lain.
2. Karbamat
Cara kerja insektisida ini identik dengan OP, namun bersifat reversible
(puloh kembali) sehingga relative lebih aman dibandingkan OP. Contoh:
Bendiocarb, propoksur, dan lain-lain.
3. Piretroid (SP)
Insektisida ini lebih dikenal sebagai synthetic pyretroid (SP) yang bekerja
mengganggu sistem syaraf. Golongan SP banyak digunakan dalam
pengendalian vector untuk serangga dewasa (space spraying dan IRS),
kelambu celup atau Insecticide Treated Net (ITN), Long Lasting Insectisidal
(LLIN), dan berbagai formulasi Insektisida rumah tangga. Contoh:
12
metoflutrin, transflutrin, d-fenotrin, lamda-sihalotrin, permetrin, sipermetrin,
deltametrin, etofenproks, dan lain-lain.
4. Insect Growth Regulator (IGR)
Kelompok senyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan dan
pertumbuhan serangga.
5. Mikroba
Kelompok Insektisida ini berasal dari mikroorganisme yang berperan
sebagai insektisida. Contoh: Bacillus thuringiensis var israelensis (Bti),
Bacillus sphaericus (BS), abamektin, spinosad, dan lain-lain.
BTI bekerja sebagai racun perut, setelah tertelan Kristal endotoksin
larut yang mengakibatkan sel epitel rusak dan serangga berhenti makan lalu
mati. BS bekerja sama dengan BTI, namun bakteri ini diyakini mampu
mendaur ulang diri di air akibat poliferasi dari spora dalam tubuh serangga,
sehingga mempunyai residu jangka panjang. BS stabil pada air kotor atau air
dengan kadar bahan organik tinggi.
Abamektin adalah bahan aktif insektisida yang dihasilkan oleh bakteri
tanah Streptomyces avermitillis. Sasaran dari abamektin adalah reseptor γ-
aminobutiric acid (GABA) pada sistem saraf tepi. Insektisida ini merangsang
pelepasan GABA yang mengakibatkan kelumpuhan pada serangga. Spinosad
dihasilkan dari fermentasi jamur aktinomisetes Saccharopolyspora spinosa,
sangat toksik terhadap larva aedes dan anopheles dengan residu cukup lama.
Spinosad bekerja pada postsynaptic nicotinic acetylcholine dan GABA
reseptor yang mengakibatkan tremor, paralisis dan kematian serangga.
6. Neonikotinoid
Insektisida ini mirip dengan nikotin, bekerja pada sistem saraf pusat
serangga yang menyebabkan gangguan pada reseptorpost synaptic
acetilcholin. Contoh: imidakloprid, tiametoksan, klotianidin dan lain-lain.
7. Fenilpirasol
Insektisida ini bekerja memblokirmcelah klorida padaneuron yang diatur
oleh GABA, sehingga berdampak perlambatan pengaruh GABA pada sistem
saraf serangga. Contoh: fipronil dan lain-lain
13
8. Nabati
Insektisida nabati merupakan kelompok insektisida yang berasal daari
tanaman. Contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenone, limonene,
azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain.
9. Repelen
Repelen adalah bahan yang diaplikasikan langsung kekulit, pakiaian atau
lainnya untuk mencegah kontak dengan serangga. Contoh: DEET,
etil-butil-asetilamino propionate dan ikardin. Repelen dari bahan alam adalah
minyak sereh/sitronela (citronella oil) dan minyak eukaliptus (lemon
eucalyptus oil).
2.4.3 Bentuk dan Sifat Insektisida
1. Bentuk Insektisida
Umumnya bentuk insektisida terdiri dari empat golongan sebagai berikut
(Siregar, 2008):
1. Dust (serbuk) berkode “D”
Dapat ditaburkan pada tanaman yang terserang hama atau dilarutkan dalam
air untuk selanjutnya dimanfaatkan dalam penyemprotan-penyemprotan.
2. Emulsion concentrated (cairan) berkode “EC”
Dibuat secara cairan yang dilarutkan dalam sejenis minyak. Penggunaanya
harus dilarutkan dalam air a gar tercapai kepekatan tertentu sesuai dengan
kebutuhan.
3. Granular (butiran) berkode “G”
Digunakan dengan menaburkan diatas larikan-larikan tanah atau pada tanah
sekitar tanaman, kemudian ditutup atau ditimbun tanah. Pada waktu
terjadinya hujan atau saat penyiraman, butiran ini akan hancur dan meresap
kedalam tanah sehingga hama akan terbasmi.
4. Fumigan (gas/asap) berkode “F”
Digunakan dalam penyemprotan/fumigasi untuk membasmi hama tanaman
missalnya BHC Methylbromida dan lain-lain.
14
2. Sifat Insektisida
Sifat insektisida dapat dikategorikan dalam Sembilan golongan berikut
(Siregar, 2008):
1. Yang melakukan kontak dan racun kontak segera bereaksi pada urat saraf
serangga atau hama tanaman sehingga menimbulkan kematian,
2. Yang mematikan lambung dan racun perut segera bereaksi pada alat
pencernaan serangga atau hama tanaman sehingga menimbulkan kematian,
3. Yang menggangu atau mematikan sistem pernafasan serangga atau hama
tanaman,
4. Yang efek residunya tahan lama, insektisida ini yang disemprotkan daya
bunuhnya tetap akan aktif walaupun disemprotkan hanya satu kali yang
bertahan sampai satu minggu,
5. Insektisida yang sistemik, apabila dilarutkan akan diserap oleh tanaman
sehingga hama tanaman yang menghisap zat cair akan mati,
6. Yang daya penyerapan atau pemasukannya kedalam jaringan daun lebih aktif
daripada insektisida lainnya,
7. Insektisida yang dapat mematikan bakal serangga atau ulat sejak masih
dalam kandungan telur (ovisda),
8. Insektisida yang khusus dapat mematikan tungau (acarisida),
9. Insektisida yang dapat mematikan nematode (nematisida).
2.4.4 Cara Kerja Insektisida
Cara kerja Insektisida dalam tubuh serangga dikenal mode of action.
Mode of action adalah kemampuan pestisida dalam mematikan hama atau
penyakit sasaran menurut cara masuknya bahan beracun ke jasad hama atau
penyakit sasaran dan menurut sifat dari bahan kimia tersebut (Hudayya dkk.
2012).
Cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendaliaan vector terbagi
dalam 5 kelompok yaitu (Anonim, 2012):
1. Mempengaruhi sistem saraf,
2. Menghambat produksi energy,
3. Mempengaruhi sistem endokrin,
15
4. Menghambat produksi kutikula, dan
5. Menghambat keseimbangan air.
Pengetahuan mengenai cara kerja ini bermanfaat bagi para pelaku
pengendalian veektor dalam memilih dan merotasi insektisida yang ada untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam rangka pengelolaan resistensi (resistance
management).
Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, insektisida
digolongkan menjadi (Hudayya dkk. 2012):
1. Racun perut/lambung merupakan bahan beracun pestisida yang dapat
merusak sistem pencernaan jika tertelan oleh serangga
2. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang dapat membunuh
atau mengganggu perkembangbiakan serangga, jika bahan beracun tersebut
mengenai tubuh serangga.
3. Racun nafas merupakan bahan racun pestisida yang biasanya berbentuk gas
atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan) dan dapat membunuh
serangga jika terhisap oleh sistem pernafasan serangga tersebut.
4. Racun saraf merupakan pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem
saraf jasad sasaran.
5. Racun protoplasmik merupakan racun yang bekerja dengan cara merusak
protein dalam sel tubuh jasad sasaran.
6. Racun sistemik merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke dalam
sistem jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa
meracuni.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas
Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian
berlangsung dari November 2016 sampai dengan Januari 2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Aluminium
Foil, Batang pengaduk, botol vial, cawan porselin, evaporator, gelas kaca, gelas
kimia (pyrex), gelas ukur (pyrex), gunting, kain saring, kulkas, kurungan nyamuk
ukuran 20x20x20 cm, penjepit tabung reaksi, pipet tetes, pisau, rak tabung reaksi,
sendok tanduk, sikat tabung, tabung reaksi (pyrex), timbangan Ohaus, toples,
wadah stainless.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunkan dalam penelitian ini antara lain : Alkohol,
aquadest, simplisia daun seledri (Apium graveolens Linn.), kertas saring, pelarut
metanol 70% dan tissue.
3.3 Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk.
3.4 Tahapan Kerja
3.4.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun seledri (Apium graveolens Linn.) diambil di Kecamatan
Tenggela, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Waktu pengambilan sampel
dilakukan pada pagi hari pukul 07:00 - 09:00 WITA. Seledri (Apium graveolens
Linn.) dicabut beserta akarnya kemudian dicuci dengan air yang mengalir
sehingga kotoran dan sisi-sisa tanah yang masih menempel pada akar seledri
tidak mengenai bagian yang lain dan di letakkan diwadah yang bersih.
3.4.2 Pengolahan Daun Seledri (Apium graveolens Linn.)
Seledri (Apium graveolens Linn.) yang sudah dipanen dicuci kembali
untuk meneghilangkan kotoran dan sisa-sisa tanah yang masih melekat pada daun
17
seledri (Apium graveolens Linn.) selama proses pengambilan, setelah itu daun
dipisahkan dari tangkainya dan dilakukan sortasi basah dengan memilih daun
yang masih segar dan tidak rusak, kemudian daun seledri dikeringkan di ruang
yang terbuka dengan cara di angin-anginkan. Pengeringan dilakukan sampai daun
benar-benar kering sehingga kandungan air dalam daun seledri habis, setelah
kering daun seledri (Apium graveolens Linn.) di sortasi kering untuk memilih
daun yang masih bagus, dan kemudian dibentuk haksel dan disimpan dalam map
coklat.
3.4.3 Pembuatan Ekstrak Daun Seledri (Apium graviolens L.)
Menurut Choochote dkk (2004) Simplisia daun seledri (Apium graveolens
Linn.) yang diperoleh diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan
ketentuan kering sebanyak 2 kg diekstraksi tiga kali berturut-turut, dengan 3 L
etanol 95% pada suhu kamar selama 2 hari. Pada penelitian ini digunakan sampel
kering daun sebanyak 150 g diekstrasi menggukan metanol 70% sebanyak 2,1 L
selama 2 hari berturut-turut. Hasil ekstrasi yang diperoleh menurut Aminah (2008)
disevaporasi pada suhu 60 oC supaya tidak merusak bahan aktif, dan akhirnya
akan diperoleh ekstrak kental.
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian dihitung persen rendamennya
dengan cara :
Berat ekstrak yang diperoleh
Rendemen = x 100 %
Berat simplisia awal
18
3.4.5 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens
Linn.)
Konsentrasi ekstrak Seledri (Apium graveolens Linn.) yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 5%, 10% dan 15% b/v. Menurut Choochote dkk,
konsentrasi yang digunakan yang memenuhi LD50 dan LD95 yaitu 6.6 dan 66.4
mg/cm2. Untuk membuat larutan ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.)
dengan konsentrasi 5% b/v, ditimbang ekstrak kental daun seledri (Apium
graveolens Linn.) sebanyak 5 g kemudian dilarutkan sedikit demi sedikit dalam
air telah dipanaskan sebelumnya dengan suhu 65oC. selanjutnya dicukupkan
hingga 100 mL. Kemudian dimasukkan kedalam botol semprot. Untuk
konsentrasi 10% dan 15% dilakukan hal sama dengan konsentrasi 5% b/v.
Untuk kontrol positif digunakan Baygon semprot dan untuk kontrol negatif
digunakan air
3.4.6 Uji Aktivitas Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap
Nyamuk
Uji aktivitas ekstrak daun seledri dilakukan dengan cara di semprotkan
pada nyamuk yang berada dalam kurungan. Dengan ketentuan menurut
Yousmillah (2013) kurungan yang digunakan berukuran 20x20x20 cm, kurungan
dibuat sebanyak 5 buah. Setiap kurungan berisi 10 ekor nyamuk dewasa betina.
Nyamuk yang sudah terisi didalam kurungan disemprotkan dengan larutan
uji yang terdiri dari : Kurungan I disemprotkan dengan air sebagai kontrol negatif,
kurungan II disemprotkan dengan Baygon semprot sebagai kontrol positif
sedangkan kurungan III, IV dan V sebagai kelompok perlakuan uji ekstrak daun
seledri (Apium graveolens Linn.) dengan masing-masing perlakuan diulangi
sebanyak 3 kali sehingga total perlakuan sebanyak 15 kali perlakuan.
Penyemprotan dilakukan dengan cara memasukan masing-masing larutan
kedalam botol semprot baik air sebagai kontrol negatif, baygon sebagai kontrol
positif serta masing-masing larutan ekstrak 5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v.
Penyemprotan pada setiap kurungan dilakukan sebanyak 8 kali semprotan
yaitu 2 kali dari sisi kiri kandang, 2 kali dari sisi kanan kandang, 2 kali dari depan
kandang dan 2 kali dari belakang kandang.
19
3.4.7 Pengamatan Waktu dan Kematian Nyamuk
Pengamatan waktu dan kematian nyamuk di dalam kurungan dilakukan
pada tiap masing-masing kurungan, pengamatan dilakukan setiap 2 menit sampai
20 menit. dihitung jumlah nyamuk mati. Hasil penghitungan dimasukkan dalam
tabel. Kemudian dilanjutkan pengamatan selama 24 jam untuk mengetahui
kematian nyamuk secara keseluruhan. Menurut Kandita, R.T dkk (2015)
Kematian nyamuk akibat ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.)
dapat dihitung dengan ketentuan, apabila jumlah kematian nyamuk pada
kelompok kontrol negatif kurang dari 5% maka diabaikan, jika persentase
mortalitas kematian nyamuk kontrol negatif lebih dari 20% maka pengujian
dianggap gagal dan harus diulang kembali. Apabila mortalitas nyamuk kontrol
sebesar 5-20% maka dilakukan koreksi persentase dengan menggunakan rumus
Abbot :
Po − Pc
P = ------------- × 100%
100 − Pc
20
BAB IV
22
jumlah nyamuk yang mati
% Kematian = ----------------------------------- × 100%
jumlah nyamuk yang diuji
Keterangan:
1. kematian nyamuk uji < 90% dinyatakan resisten tinggi
2. kematian nyamuk uji 90 - <98 % adalah resisten moderat
3. sedangkan kematian 98 - 100 % adalah rentan
catatan:
Jika hasil uji 90 – < 98 % maka dicurigai adanya resisten genetik
sehingga perlu dilakukan uji lanjutan secara genetik/biokimia.
Dapat dilihat pada tabel berikut bahwa ekstrak metanol daun seledri sangat
rentan terhadap kematian nyamuk
Tabel 4.4 Presentase Kematian Nyamuk Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Daun
Seledri (Apium graveolens L.)
%Kematian Nyamuk Pada Tiap Konsentrasi
Perlakuan Jumlah
(Menit) nyamuk uji Kontrol Kontrol
5% 10% 15%
Positif Negatif
2 10 100% 0 20% 30% 50%
4 10 0 0 40% 50% 60%
6 10 0 0 40% 60% 70%
8 10 0 0 50% 60% 80%
10 10 0 0 60% 70% 80%
12 10 0 0 60% 70% 80%
14 10 0 0 70% 80% 90%
16 10 0 0 80% 90% 100%
18 10 0 0 90% 100%
20 10 0 0 100%
Perbedaan konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat memberikan kematian
pada nyamuk sebesar 100% pada setelah 20 menit. Namun, kematian nyamuk
tersebut pada waktu yang berbeda yang dapat dilihat pada tabel 4.3. Dimana,
konsentrasi 15% lebih cepat memberikan kematian sebesar 100% pada menit ke
16 sedangkan konsentrasi 5 dan 10% dapat memberikan kematian 100% pada
menit ke 18 dan 20.
23
Hasil uji perlakuan yang dilakukan menunjukan adanya aktivitas
insektisida dari ekstrak metanol daun seledri pada setiap perbedaan konsentrasi,
dimana pada konsentrasi 15% menunjukan aktvitas insektisida tertinggi dengan
rata-rata pada menit ke 15 jumlah kematian berjumlah 10 berbeda dengan
konsentrasi 5% dan 10% yang menunjukan aktivitas insektisida pada menit ke
20. dari hasil uji perlakuan menunjukan bahwa ekstrak metanol daun seledri
rentan terhadap nyamuk
4.1.4 AnalisisData
Data hasil uji aktivitas insektisida di analisis secara statistika untuk
melihat perbedaan yang signifikan disetiap perbedaan masing-masing konsentrasi
larutan uji. Analisis statistic menggunakan anova berdasarkan nilai signifikan (α)
yang diperoleh α<0.01.
Tabel 4.5 Hasil Uji Anova One Way Aktivitas Insektisida Ekstrak Metanol
Daun Seledri (Apium graveolens L.)
ANOVA
Kons.
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 122.033 9 13.559 10.994 .000
Within Groups 24.667 20 1.233
Total 146.700 29
Berdasarkan hasil uji One Way Anova menunjukan aktivitas insektisida
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) memiliki perberbedaan yang
nyata pada setiap masing-masing konsentrasi pada taraf 5% dengan p<0.01 atau
signifikan.
Tabel 4.6 Rerata dan standar deviasi nilai keragaman terhadap kematian nyamuk
pada kelompok perlakuan dan kontrol (sekon)
Sumber Mean
df squares f value Pr>f
keragaman square
model 9 122.033 13.559 10.994 <.00001
error 20 24.667 1.233
Corrected total 29 146.700
Hasil Rerata dan standar deviasi menunjukkan nilai F = 10.994 dengan
nilai signifikasi sebesar 0,0001 (sig < 0.01) yang artinya bahwa terdapat pengaruh
24
konsentrasi ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens) sebagai insektisida
terhadap nyamuk.
Berdasarkan hasil uji regresi aktivitas ekstrak metanol daun seledri (Apium
graveolens L.) sebagai insektisida terhadap motalitas nyamuk pada
masing-masing dapat dilihat pada lampiran 6.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Proses ekstraksi
Pada penilitian ini proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut metanol. Penggunaan metode maserasi ini berdasarkan
pada jenis sampel daun seledri (Apium graveolens L.) yang memiliki tekstur
lunak. Selain itu menurut Bombaderlli (1991), digunakan pelarut metanol sebagai
cairan penyari karena metanol digunakan banyak peneliti untuk mengekstrak
suatu senyawa dan diketahui memiliki kelebihan sebagai pelarut yang bersifat
universal yang dapat mengikat komponen kimia sehingga dapat melarutkan analit
baik yang bersifat semi polar, polar dan nonpolar pada tumbuhan. Proses
ekstraksi dilakukan dengan merendam sampel haksel daun seledri (Apium
graveolens L.) sebanyak 150 gram ke dalam 2100 mL pelarut metanol 70%
sambil diaduk selama 24 jam. Pengadukan yang dilakukan selama proses
ekstraksi membantu untuk mempercepat proses ekstraksi sehingga senyawa
terekstrak dengan sempurna. Menurut Choochote dkk (2004) proses ekstraksi
dilakukan selama 2 hari berturut-turut.
Setelah itu hasil ekstraksi di saring menggunakan bahan penyaring untuk
memisahkan filtrat dan residu. Filtrat yang didapatkan selanjutnya dievaporasi
(diuapkan) dengan tujuan untuk memisahkan pelarut dari ekstraknya. Suhu yang
digunakan dalam proses evaporasi (penguapan) menurut Aminah (2008) pada
suhu 60 oC atau dibawah titik didih senyawa untuk menjaga senyawa dengan
titik didih rendah yang ada dalam ekstrak tidak mengalami degradasi dan tidak
merusak bahan aktif. Setelah dievaporasi akan menghasilkan ekstrak kental
berwarna kuning kecoklata. Ekstrak kental yang didapat seberat 18.13 gram
dengan persen rendamen sebesar 12.09%. Proses maserasi ini dapat dikatakan
proses ekstraksi yang sempurna karena berdasarkan Ditjen POM (2000)
25
penentuan proses ekstraksi yang baik berada pada range persen rendamen
berkisar 10%-15%.
4.2.2 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui
kandungan senyawa kimia secara kualitatif yang terdapat pada tanaman.
Pengujian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya senyawa minyak atsiri di
dalam daun seledri.
Pada penelitian ini uji skrining fitokimia dilakukan dengan cara ekstrak
kental daun seledri ditambahkan 20 ml eter, selanjutnya ekstrak eter yang terjadi
dipanaskan, bila terbentuk bau/aroma yang khusus, maka dilarutkan dengan 5 ml
etanol dan dipanaskan kembali. Hasil pemanasan mengeluarkan aroma bau harum
yang khas menunjukan adanya minyak atisiri.
Berdasarkan gambar 4.1 setelah dipanaskan ekstrak kental daun seledri
mengeluarkan bau aroma harum yang khas sehingga membuktikan adanya
kandungan minyak atsiri didalam ekstrak methanol daun seledri (Apium
graveolens L.). Menurut Al-snafi (2014) seledri mengandung senyawa minyak
atsiri sebanyak 2,5-3,5%.
Senyawa minyak atsiri merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder
yang terdapat pada daun seledri yang dapat berperan memberikan aktivitas
pembunuh terhadap nyamuk. Senyawa minyak atsiri merupakan senyawa
menguap yang dapat berperan sebagai insektisida terhadap nyamuk yang bersifat
racun pernafasan. Minyak atsiri mampu bekerja sebagai racun pada larva maupun
nyamuk baik sebagai racun kontak maupun racun perut (Handayani, 2013).
4.2.3 Uji Insektisida Terhadap Nyamuk
Uji aktivitas Insektisida dilakukan untuk mengetahui besar kemampuan
dari daun seledri (Apium graveolens L.) untuk membunuh nyamuk. Uji dilakukan
berdasrkan standar WHO dengan pengamatan dilakukan selama 20 menit.
Uji aktivitas ekstrak daun seledri dilakukan dengan cara menyiapkan
kurungan yang berukuran 20x20x20 cm, kurungan dibuat sebanyak 5 buah.
Setiap kurungan berisi ±10 ekor nyamuk dewasa untuk 1x kali pengujian
(Yousmillah, 2013). Pengujian menurut WHOPES (2009) dilakukan minimal
26
dengan 3 kali pengulangan. Untuk mendapatkan hasil yang baik pengujian kedua
dan ketiga dilakukan pada hari yang berbeda, yaitu hari berikutnya pada waktu
uji yang sama dengan nyamuk yang digunakan pada setiap ulangan merupakan
sampel yang berbeda dari sampel nyamuk yang digunakan pada pengujian
sebelumnya sehingga total seluruh nyamuk yang digunakan ± 150 ekor nyamuk.
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan ekstrak
daun Seledri (Apium graveolens Linn.) konsentrasi 5%, 10% dan 15% b/v.
Pembuatan larutan ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.) dengan
konsentrasi 5% b/v, ditimbang ekstrak kental daun seledri (Apium graveolens
Linn.) sebanyak 5 gram, kemudian dilarutkan sedikit demi sedikit dalam air telah
dipanaskan sebelumnya dengan suhu 65oC. selanjutnya dicukupkan hingga 100
mL. Kemudian dimasukkan kedalam botol semprot. Untuk konsentrasi 10% dan
15% dilakukan hal sama dengan konsentrasi 5% b/v. Untuk kontrol positif
digunakan Baygon semprot sedangkan kontrol negatif digunakan air.
Setelah pembuatan konsetrasi siap penyemprotkan pada nyamuk yang
berada dalam kurungan dilakukan pada malam hari. Hal ini disebabkan jenis
nyamuk yang tidak tahan terhdap pemanasan sehingga dilakukan pada malam
hari untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Penyemprotan dilakukan dengan
cara memasukan masing-masing larutan uji konsentrasi 5% b/v, 10% b/v dan
15% b/v kedalam botol semprot baik air sebagai kontrol negatif, baygon sebagai
kontrol positif. Nyamuk yang sudah terisi didalam kurungan disemprotkan
dengan larutan uji yang terdiri dari : Kurungan I disemprotkan dengan air sebagai
kontrol negatif, kurungan II disemprotkan dengan Baygon semprot sebagai
kontrol positif sedangkan kurungan III, IV dan V sebagai kelompok perlakuan uji
ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.). Penyemprotan pada setiap
kurungan dilakukan sebanyak 8 kali semprotan yaitu 2 kali dari sisi kiri kandang,
2 kali dari sisi kanan kandang, 2 kali dari depan kandang dan 2 kali dari belakang
kandang.
27
Gambar 4.1: Proses penyemprotan larutan dari masing-masing sisi
28
digunakan sebagai racun pernapasan terhadap nyamuk, yaitu melalui proses
penyemprotan ekstrak metanol daun seledri yang memiliki aroma yang tajam
dan bau yang khas pada konsentrasi tertentu. Pengunaan zat ekstraktif daun
seledri sebagai racun pernapasan bertujuan untuk menghindari kontak secara
langsung dengan manusia.
4.2.4 Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan semakin tinggi konsentrasi maka semakin
tinggi pula rata-rata kematian nyamuk. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula kandungan bahan aktif
yang ada pada ekstrak daun seledri. Selain itu, waktu/lama kontak dengan bahan
uji juga berpengaruh terhadap kematian nyamuk. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama waktu kontak nyamuk terhadap ekstrak daun seledri yang diberikan
maka jumlah kematian nyamuk semakin meningkat. Semakin lama waktu
perlakuan, persentase kematian nyamuk semakin tinggi atau semakin cepat, hal
ini menunjukkan adanya peningkatan yang bervariasi sesuai besarnya konsentrasi,
sehingga kematian nyamuk berbanding lurus dengan lama waktu kontak dan
besarnya konsentrasi yang diberikan (Widajat et al. 2008 ; Wardani et al. 2010).
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan One-Way Anova
menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15%
berpengaruh dalam membunuh nyamuk. Hasil uji One Way Anova menunjukan
aktivitas insektisida ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) memiliki
perberbedaan yang signifikan pada setiap masing-masing konsentrasi pada taraf
5% dengan p<0.01 yaitu α=0.0001 seperti yang tertetera pada tabel 4.5 dan tabel
4.6. Hasil analisis data dengan Post-Hoc Tukey’s test, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok kontrol dengan kelompok
perlakuan konsentrasi 5%, 10% dan 15% . Hasil penelitian ini menunjukkan
ekstrak etanol daun seledri (Apium graveolens) konsentrasi 5%, 10% dan 15%
mempunyai daya insektisida terhadap nyamuk.
Berdasarkan hasil uji regresi insektisida nyamuk pada kurva Gambar 4.2,
Gambar 4,3 dan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ekstrak seledri pada
konsentrasi 5% dan 10 % menunjukkan persentase kematian nyamuk terendah
29
dengan lama kontak 20 menit. Sementara itu, konsentrasi 15%
menyebabkan kematian tertinggi dengan lama kontak 16 menit. Hasil kurva
diatas menunjukkan bahwa insektisida ekstrak metanol daun seledri dengan
konsentrasi 5 %, 10% dan 15% meningkat secara signifikan dari 2 - 20 menit.
Dari hasil penelitian didapatkan perbedaan yang sangat nyata antar
kelompok perlakuan (sig < 0,01) yang disebabkan karena aktivitas insektisida
nyamuk ekstrak metanol daun seledri berbanding lurus dengan konsentrasinya.
Penelitian ini membuktikan bahwa golongan senyawa kimia yang terdapat dalam
daun seledri dapat membunuh nyamuk.
30
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengujian aktivitas
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolnes Linn) pada konsentrasi 5%, 10%
dan 15% dapat bekerja sebagai insektisida pembunuh nyamuk. Perbedaan
konsentrasi yang dilakukan memberikan varian waktu yang berbeda terhadap
jumlah nyamuk yang mati. Perbedaan terlihat pada konsentrasi 15% dapat
membunuh seluruh nyamuk pada menit ke 16, sedangkan konsentrasi 5% menit
ke-20 dan 10% pada menit ke 18.
5.2 Saran
a) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui varian konsentrasi
yang dapat memberikan dampak waktu kematian tercepat dari ekstrak
metanol daun seledri (Apium graveolens Linn.) sebagai insektisida dalam
mematikan nyamuk
b) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan formulasi ekstrak
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens Linn.) dalam bentuk sediaan
sebagai insektisida hayati yang lebih aplikatif sehingga penggunaannya lebih
mudah dan praktis.
c) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas ekstrak
ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens Linn.) sebagai insektisida
hayati pada ruang yang lebih luas atapun pada ruang terbuka.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, L. 2008. Efek Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.)
terhadap Kadar Kolesterol dan Non HDL-Kolesterol Tikus Tua.
Universitas Islam Malang. Malang
Andriani, L dkk. 2015. Uji Aktivitas Larvasida Terhadap Larva Culex sp dan
Aedes sp Dari Ekstrak Daun Alpukat. STIKES Harapan Ibu. Jambi
Anonim. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat dan Makanan.
Direktorat Jendral POM-Depkes RI. Jakarta
Anonim. 2006. Acuan Sediaan Herbal Volume 2 edisi 1. Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta
Barnes, J. Anderson, L.A. and Phillipson, J.D. 2007. Herbal Medicines Third
edition. Published by The Pharmaceutical Press. 1 Lambeth High Street,
London
32
Fazal, S.S and Singla, R.K. 2012. Review on The Pharmacognostical and
Pharmacological Characterization of Apium graveolens Linn. Indo
Global Journal of Pharmaceutical Science, Sadbhavna College of
Management and Technology. India
Handayani, dkk. 2013. Efektivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper batle L.) sebagai
Bioinsektisida terhadap Kematian Nyamuk Aedes aegypti. FKM UNHAS.
Makassar
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia & Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Terjemahan K Padmawinata & I. Sudiro. Penerbit ITB.
Bandung
Jacob, A dkk. 2014. Ketahanan Hidup dan Pertumbuhan Nyamuk Aedes sp pada
Jenis Air Perindukan. Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi.
Manado
Kandita, R.T dkk. 2015. Uji Efektivitas Ekstrak Buah Leunca (Solanum Nigrum
L.) sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti dan Anopheles
Aconitus. Student of Faculty of Medicine. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Majidah, D. 2014. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.)
terhadap Pertumbuhan Streptococus mutans sbagai Alternatif Obat
Kumur. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember. Jember
Minarni, E dkk. 2013. Daya Larvasida Ekstrak Etil Asetat Daun Kemuning
(Murraya paniculata (L) Jack) Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti.
33
Jurnal Medikal Veterinaria, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Syiah Kuala. Banda Aceh
Noutcha, M.E dkk. 2016. The Role of Plant Essential Oils in Mosquito (Diptera:
Culicidae) Control. Annual Research & Review in Biology
SIENCEDOMAIN International, University of Port Harcourt. Nigeria
Sukandar, E.Y dkk. 2006. Aktivitas ekstrak etanol herba seledri (Apium
graveolens L.) dan daun urang aring (Eclipta prostata L.) terhadap
Pityrosporum ovale. Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Bandung
34
LAMPIRAN
Lampiran 1
Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Seledri dan Uji Aktivitas
Ekstrak Metanol Daun Seledri (Apium graveolens Linn.) terhadap Nyamuk
Daun Seledri
Sebanyak 100 g
daun seledri kering
Dilarutkan dalam 2
L metanol 70%
Dilakukan selama 2
hari berturut-turut
Filtrat Residu
Dievaporasi
pada suhu 60oC
Disemprotkan
masing-masing pada
HASIL
PENGAMATAN
ANALISIS
KESIMPULAN
35
Lampiran 2
Tabel dan Hasil perhitungan Rendamen Ekstrak Metanol Daun Seledri
(Apium graveolens Linn.)
Berat Sampel
Haksel Daun Pelaru Metanol Berat Ekstrak Rendamen
Seledri (mL) (g) (%)
(g)
150 2100 18.13 12.09
Perhitungan Rendamen
Berat sampel (simplisia daun Berenuk) = 150 gram
Berat ekstrak metanol daun Berenuk yang diperoleh = 18,13 gram
18,13 gram
= × 100 %
150 gram
= 12,09 %
36
Lampiran 3
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Di Setiap Perlakuan
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Pada Perlakuan 1
Konsentrasi
Menit ke-
Negatif Positif 5% 10% 15%
2 0 10 2 3 5
4 0 - 4 5 7
6 0 - 5 5 7
8 0 - 5 6 8
10 0 - 6 6 8
12 0 - 6 7 9
14 0 - 7 8 9
16 0 - 8 8 10
18 0 - 9 9 -
20 0 - 10 10 -
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Pada Perlakuan 2
Konsentrasi
Menit ke-
Negatif Positif 5% 10% 15%
2 0 10 2 2 4
4 0 - 3 4 7
6 0 - 3 6 7
8 0 - 5 6 8
10 0 - 6 7 8
12 0 - 7 7 8
14 0 - 7 8 10
16 0 - 9 9 -
18 0 - 9 10 -
20 0 - 10 - -
Tabel Jumlah Kematian Nyamuk Pada Perlakuan 3
Jumlah kematian nyamuk
Menit ke-
Negatif Positif 5% 10% 15%
2 0 10 3 5 5
4 0 - 4 5 5
6 0 - 4 6 6
8 0 - 5 6 7
10 0 - 5 8 8
12 0 - 6 8 8
14 0 - 8 9 9
16 0 - 8 9 10
18 0 - 9 10 -
20 0 - 10 - -
37
Lampiran 4
Gambar Uji Skrining Fitokimia Senyawa Minyak Atsiri Pada Ekstrak
Metanol Daun Seledri (Apium graveolens L.)
38
Lampiran 5
Gambar Proses penyemprotan larutan uji dari masing-masing sisi
39
Lampiran 6
Gambar Kurva Regresi Aktivitas Insektisida Ekstrak Metanol Daun Seledri
Terhadap Mortalitas Nyamuk
40
Lampiran 7
Surat Keterangan Bebas Plagiat
41
Lampiran 8
Surat Keterangan Penelitian
42
Lampiran 9
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
43
Lampiran 10
Surat Keterangan Bebas Laboratorium
44
Lampiran 11
Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Jurusan Farmasi
45
Lampiran 12
Surat Bebas Perpustakaan Fakultas Olahraga dan Kesehatan
46
Lampiran 13
Surat Keterangan Bebas Perpustakaan Universitas Negeri Gorontalo
47
Lampiran 14
Analisis Statistik One Way ANOVA
Oneway
Descriptives
Kons.
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound Minimum Maximum
2 3 3.3333 1.52753 .88192 -.4612 7.1279 2.00 5.00
4 3 5.0000 1.00000 .57735 2.5159 7.4841 4.00 6.00
6 3 5.6667 1.52753 .88192 1.8721 9.4612 4.00 7.00
8 3 6.3333 1.52753 .88192 2.5388 10.1279 5.00 8.00
10 3 7.0000 1.00000 .57735 4.5159 9.4841 6.00 8.00
12 3 7.0000 1.00000 .57735 4.5159 9.4841 6.00 8.00
14 3 8.0000 1.00000 .57735 5.5159 10.4841 7.00 9.00
16 3 9.0000 1.00000 .57735 6.5159 11.4841 8.00 10.00
18 3 9.6667 .57735 .33333 8.2324 11.1009 9.00 10.00
20 3 10.0000 .00000 .00000 10.0000 10.0000 10.00 10.00
Total 30 7.1000 2.24914 .41063 6.2602 7.9398 2.00 10.00
ANOVA
Kons.
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 122.033 9 13.559 10.994 .000
Within Groups 24.667 20 1.233
Total 146.700 29
48
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kons.
Tukey HSD
Mean 99% Confidence Interval
(I) (J) Difference
Perlakuan Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
2 4 -1.66667 .90676 .706 -5.5692 2.2359
6 -2.33333 .90676 .291 -6.2359 1.5692
8 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
10 -3.66667 .90676 .018 -7.5692 .2359
12 -3.66667 .90676 .018 -7.5692 .2359
14 -4.66667* .90676 .002 -8.5692 -.7641
16 -5.66667* .90676 .000 -9.5692 -1.7641
18 -6.33333* .90676 .000 -10.2359 -2.4308
20 -6.66667* .90676 .000 -10.5692 -2.7641
4 2 1.66667 .90676 .706 -2.2359 5.5692
6 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
8 -1.33333 .90676 .889 -5.2359 2.5692
10 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
12 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
14 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
16 -4.00000* .90676 .008 -7.9025 -.0975
18 -4.66667* .90676 .002 -8.5692 -.7641
20 -5.00000* .90676 .001 -8.9025 -1.0975
6 2 2.33333 .90676 .291 -1.5692 6.2359
4 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
8 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
10 -1.33333 .90676 .889 -5.2359 2.5692
12 -1.33333 .90676 .889 -5.2359 2.5692
14 -2.33333 .90676 .291 -6.2359 1.5692
16 -3.33333 .90676 .038 -7.2359 .5692
18 -4.00000* .90676 .008 -7.9025 -.0975
20 -4.33333* .90676 .004 -8.2359 -.4308
8 2 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
4 1.33333 .90676 .889 -2.5692 5.2359
6 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
10 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
12 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
14 -1.66667 .90676 .706 -5.5692 2.2359
16 -2.66667 .90676 .158 -6.5692 1.2359
18 -3.33333 .90676 .038 -7.2359 .5692
20 -3.66667 .90676 .018 -7.5692 .2359
10 2 3.66667 .90676 .018 -.2359 7.5692
4 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
6 1.33333 .90676 .889 -2.5692 5.2359
8 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
12 .00000 .90676 1.000 -3.9025 3.9025
14 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
16 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
18 -2.66667 .90676 .158 -6.5692 1.2359
20 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
12 2 3.66667 .90676 .018 -.2359 7.5692
4 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
49
6 1.33333 .90676 .889 -2.5692 5.2359
8 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
10 .00000 .90676 1.000 -3.9025 3.9025
14 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
16 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
18 -2.66667 .90676 .158 -6.5692 1.2359
20 -3.00000 .90676 .079 -6.9025 .9025
14 2 4.66667* .90676 .002 .7641 8.5692
4 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
6 2.33333 .90676 .291 -1.5692 6.2359
8 1.66667 .90676 .706 -2.2359 5.5692
10 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
12 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
16 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
18 -1.66667 .90676 .706 -5.5692 2.2359
20 -2.00000 .90676 .484 -5.9025 1.9025
16 2 5.66667* .90676 .000 1.7641 9.5692
4 4.00000* .90676 .008 .0975 7.9025
6 3.33333 .90676 .038 -.5692 7.2359
8 2.66667 .90676 .158 -1.2359 6.5692
10 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
12 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
14 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
18 -.66667 .90676 .999 -4.5692 3.2359
20 -1.00000 .90676 .979 -4.9025 2.9025
18 2 6.33333* .90676 .000 2.4308 10.2359
4 4.66667* .90676 .002 .7641 8.5692
6 4.00000* .90676 .008 .0975 7.9025
8 3.33333 .90676 .038 -.5692 7.2359
10 2.66667 .90676 .158 -1.2359 6.5692
12 2.66667 .90676 .158 -1.2359 6.5692
14 1.66667 .90676 .706 -2.2359 5.5692
16 .66667 .90676 .999 -3.2359 4.5692
20 -.33333 .90676 1.000 -4.2359 3.5692
20 2 6.66667* .90676 .000 2.7641 10.5692
4 5.00000* .90676 .001 1.0975 8.9025
6 4.33333* .90676 .004 .4308 8.2359
8 3.66667 .90676 .018 -.2359 7.5692
10 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
12 3.00000 .90676 .079 -.9025 6.9025
14 2.00000 .90676 .484 -1.9025 5.9025
16 1.00000 .90676 .979 -2.9025 4.9025
18 .33333 .90676 1.000 -3.5692 4.2359
*. The mean difference is significant at the 0.01 level.
50
UJI AKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAUN SELEDRI (Apium
graveolens Linn.) SEBAGAI INSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK
ABSTRAK
Nyamuk merupakan ektoparasit pengganggu yang merugikan kesehatan manusia, hewan, dan
lingkungan. Hal ini dikarenakan kemampuannya sebagai vector berbagai penyakit seperti demam
berdarah dan malaria. Salah satu cara pemberantasan nyamuk yang paling sering digunakan yaitu
insektisida. Penggunaan insektisida kimiawi yang bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa
juga menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu timbulnya resistensi nyamuk dan efek toksik
pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan insektisida alternatif yang lebih aman terhadap
lingkungan yang berasal dari tanaman. Salah satunya menggunakan tanaman seledri (Apium
graveolens Linn.). Seledri mengandung minyak atsiri yang berperan sebagai racun pernapasan
yang dapat mengusir ataupun membunuh nyamuk. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji
aktivitas ekstrak metanol daun seledri (Apium graveolens L.) sebagai insektisida terhadap
nyamuk. Uji aktivitas ekstrak daun seledri dilakukan dengan cara di semprotkan pada nyamuk
yang berada dalam kurungan. Penyemprotan menggunakan air sebagai kontrol negatif, baygon
sebagai kontrol positif serta masing-masing larutan ekstrak 5% b/v, 10% b/v dan 15% b/v.
Penyemprotan pada setiap kurungan dilakukan sebanyak 8 kali semprotan yaitu 2 kali dari sisi kiri
kandang, 2 kali dari sisi kanan kandang, 2 kali dari depan kandang dan 2 kali dari belakang
kandang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian ekstrak metanol daun seledri (Apium
graveolens Linn) pada konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat bekerja sebagai insektisida pembunuh
nyamuk. Perbedaan konsentrasi yang dilakukan memberikan varian waktu yang berbeda terhadap
jumlah nyamuk yang mati. Perbedaan terlihat pada konsentrasi 15% dapat membunuh seluruh
nyamuk pada menit ke 16, sedangkan konsentrasi 5% dan 10% pada menit ke 18 dan 20.
54
Menurut Choochote dkk (2004) Pembuatan Konsentrasi Ekstrak
Simplisia daun seledri (Apium Daun Seledri (Apium graveolens
graveolens Linn.) yang diperoleh Linn.)
diekstraksi menggunakan metode Konsentrasi ekstrak Seledri
maserasi dengan ketentuan kering (Apium graveolens Linn.) yang
sebanyak 2 kg diekstraksi tiga kali digunakan dalam penelitian ini yaitu
berturut-turut, dengan 3 L etanol 95% 5%, 10% dan 15% b/v. Menurut
pada suhu kamar selama 2 hari. Pada Choochote dkk, konsentrasi yang
penelitian ini digunakan sampel digunakan yang memenuhi LD50 dan
kering daun sebanyak 150 g diekstrasi LD95 yaitu 6.6 dan 66.4 mg/cm2.
menggukan metanol 70% sebanyak Untuk membuat larutan ekstrak daun
2,1 L selama 2 hari berturut-turut. seledri (Apium graveolens Linn.)
Hasil ekstrasi yang diperoleh menurut dengan konsentrasi 5% b/v, ditimbang
Aminah (2008) disevaporasi pada ekstrak kental daun seledri (Apium
suhu 60 oC supaya tidak merusak graveolens Linn.) sebanyak 5 g
bahan aktif, dan akhirnya akan kemudian dilarutkan sedikit demi
diperoleh ekstrak kental. sedikit dalam air telah dipanaskan
Ekstrak kental yang diperoleh sebelumnya dengan suhu 65oC.
kemudian dihitung persen selanjutnya dicukupkan hingga 100
rendamennya dengan cara : mL. Kemudian dimasukkan kedalam
botol semprot. Untuk konsentrasi 10%
Berat ekstrak yang diperoleh dan 15% dilakukan hal sama dengan
Rendemen = x 100
konsentrasi 5% b/v. Untuk kontrol
%
Berat simplisia awal positif digunakan Baygon semprot dan
untuk kontrol negatif digunakan air.
66
CURICULUM VITAE
67