5A - Kelompok 7 - Perubahan Iklim Dan Konteks Keberlanjutan
5A - Kelompok 7 - Perubahan Iklim Dan Konteks Keberlanjutan
5A - Kelompok 7 - Perubahan Iklim Dan Konteks Keberlanjutan
SUSTAINABLE MANAGEMENT”
OLEH :
KELAS VA
KELOMPOK 7
FAKULTAS EKONOMI
SINGARAJA
2017
“PERUBAHAN IKLIM DAN KONTEKS KEBERLANJUTAN,
SUSTAINABLE MANAGEMENT”
A. Perubahan Iklim
Perubahan iklim menunjuk pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara
langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer
global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu
(United Nations Framework Convention on Climate Change, 1992). Karbondioksida adalah
penyebab paling dominan terhadap adanya perubahan iklim saat ini dan konsentrasinya di
atmosfer telah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 1800 konsentrasi CO2 di
atmosfer sebanyak 270 ppm (parts-permillion) menjadi 350 ppm pada tahun 1980 dan
diprediksi akan meningkat menjadi 540 ppm pada tahun 2050 (National Center for
Sustainability Reporting,2013).
Masalah yang kini dihadapi manusia berawal dari revolusi industri yang mulai terjadi
sekitar tahun 1850an melalui emisi gas rumah kaca. Selubung gas rumah kaca yang lebih
tebal akan membantu untuk mengurangi hilangnya energi ke angkasa, sehingga sistem iklim
harus menyesuaikan diri untuk mengembalikan keseimbangan antara energi yang masuk dan
energi yang keluar. Proses ini disebut sebagai “efek gas rumah kaca yang semakin besar”. Iklim
menyesuaikan diri terhadap selubung gas rumah kaca yang lebih tebal dengan “pemanasan
global” pada permukaan bumi dan pada atmosfer bagian bawah. Kenaikan temperatur tersebut
diikuti oleh perubahan-perubahan lain, seperti tutupan awan dan pola angin.
Bahan bakar fosil adalah sumber emisi gas rumah kaca terbesar dari aktivitas manusia.
Lebih parahnya lagi manusia juga merusak hutan-hutan yang ada di bumi, sehingga penyerapan
karbon menjadi terganggu. Sementara itu, ternak-ternak dalam jumlah besar akan
mengemisikan metana, begitu pula pertanian dan pembuangan limbah, sebab penggunaan
pupuk dapat menghasilkan nitrous oksida. Gas-gas dengan waktu tinggal yang lama seperti
kloroflurokarbon (CFC), hidroflurokarbon (HFC) dan perflurokarbon (PFC), yang digunakan
pada alat pendingin ruangan dan lemari pendingin (kulkas) juga merupakan gas yang
berbahaya jika berada di atmosfer. Kegiatan- kegiatan manusia yang menghasilkan emisi gas
rumah kaca ke atmosfer saat ini sangat banyak dilakukan dan sangat esensial dalam ekonomi
global serta merupakan bagian dari gaya hidup manusia saat ini.
Banyak sistem alam, pada semua benua dan di beberapa lautan, terpengaruh oleh perubahan
iklim, terutama adanya kenaikan temperatur (Intergovernmental Panel on Climate Change,
2007). Pada semua daerah di dunia, semakin tinggi kenaikan temperatur maka akan semakin
besar pula risiko terjadinya bencana. Adapun dampak global dari perubahan iklim dunia
adalah:
B. Keberlanjutan
Planet bumi yang kita tempati bukan didominasi oleh aktivitas manusia, dan gedung-
gedung tetapi didominasi oleh lapisan udara, lautan, tanaman hijau dan tanah. Planet bumi
adalah organisme yang kesehatannya tergantung pada kesehatan semua bagiannya. Kita tidak
bisa menghindar dari kenyataan tersebut. Manusia harus bisa memperbaiki kerusakan
lingkungan yang telah kita buat sendiri. Keberlanjutan planet bumi berada di tangan umat
manusia.
Karena adanya multi dimensi, dan multi interpretasi, maka terdapat dua hal yang secara
implisit menjadi perhatian yaitu pertama, menyangkut pentingnya memperhatikan kendala
sumber daya alam dan lingkungan terhadap pola pembangunan dan konsumsi. Kedua,
menyangkut perhatian terhadap kesejahteraan generasi mendatang.
Dunia saat ini mengalami krisis sosial dan lingkungan yang semakin serius. Fenomena
krisis sosial dan lingkungan ini secara global bisa dilihat dari; (1) perubahan iklim dan
pemanasan global, (2) kerusakan lingkungan alam dan bencana alam, (3) krisis energi dan
kelangkaan sumber daya, dan (4) penderitaan masyarakat karena kemiskinan. Dalam konteks
lokal Indonesia krisis sosial dan lingkungan bisa dilihat dari; (1) pembakaran lahan dan
penebangan hutan yang masif, (2) eksploitasi sumber daya alam dan lingkungan, (3)
pencemaran dan kerusakan lingkungan, dan (4) kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.
Masalah krisis sosial dan lingkungan yang kini dihadapi dunia berawal dari revolusi
industri yang mulai terjadi sekitar tahun 1850an. Akuntansi dan akuntan yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari proses bisnis (perkembangan industri) dituding sebagai
salah satu penyebab terjadinya krisis sosial dan lingkungan.
Berdasarkan realitas di atas maka akuntansi konvensional yang hanya fokus pada kinerja
ekonomi (pertumbuhan laba) harus ditransformasi menjadi akuntansi yang mendukung
program pembangunan berkelanjutan yang diinisiasi oleh organisasi Perserikatan Bangsa-
Bangsa, sehingga melahirkan akuntansi yang memiliki kepedulian terhadap keberlanjutan
lingkungan sosial dan alam yang dikenal dengan nama akuntansi sosial dan lingkungan (yang
dikenal juga dengan nama akuntansi pertanggungjawaban sosial, akuntansi sosial, akuntansi
lingkungan, akuntansi hijau, corporate social reporting, corporate social responsibility
reporting, non-financial reporting, atau sustainability reporting).
Model pelaporan akuntansi sosial dan lingkungan yang banyak diadopsi oleh perusahaan
di dunia saat ini (termasuk perusahaan-perusahaan di Indonesia) adalah standar pelaporan
(sustainability reporting) yang dikeluarkan oleh Gobal Reporting Initiative (GRI). Gobal
Reporting Initiative didirikan pada tahun 1997 oleh The United
D. SUSTAINABLE MANAGEMENT
Dalam bisnis, waktu dan waktu lagi, lingkungan terlihat menghadapi off melawan industri,
dan ada biasanya sangat sedikit "pertemuan di tengah-tengah" atau kompromi. Ketika kedua
belah pihak setuju untuk tidak setuju, hasilnya adalah pesan yang lebih kuat, dan itu menjadi
salah satu yang memungkinkan lebih banyak orang untuk memahami dan menerima.
Setiap perusahaan dapat menjadi hijau pada anggaran standar. Dengan berfokus pada
gambaran besar, perusahaan dapat menghasilkan penghematan lebih dan kinerja yang lebih
baik. Dengan menggunakan perencanaan, desain, dan konstruksi didasarkan pada nilai-nilai
yang berkelanjutan, manajemen yang berkelanjutan berusaha untuk mendapatkan poin LEED
dengan mengurangi jejak fasilitas dengan perencanaan berkelanjutan situs dengan fokus pada
tiga ide inti untuk menyelesaikan green building yang sukses,. Atau bisnis, manajemen juga
menerapkan analisis biaya manfaat untuk mengalokasikan dana dengan tepat.
REFERENSI