Penggabungan Usaha

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PENGGABUNGAN USAHA

A. Tujuan Pembelajaran
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggabungan usaha. Anda harus mampu
menjelaskan: Pengertian penggabungan usaha; Sifat penggabungan usaha; Alasan
Penggabungan Usaha; Jenis Pengabungan Usaha

B. Pengertian Penggabungan Usaha


Era globalisasi telah menuntut perusahaan-perusahaan untuk melakukan dan
memutuskan strategi agar dapat bertahan dan berdaya saing. Strategi bisnis tersebut
dapat berupa inovasi produk, ekspansi pasar maupun pencarian sumber daya baru. Salah
satu strategi bisnis yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan cara akuisisi dan
merger yang dalam ilmu akuntansi disebut penggabungan usaha.
Penggabungan usaha merupakan salah satu usaha pihak manajemen untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi perusahaan. Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan
berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan
lainnya. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu perusahaan oleh
perusahaan lain atau pembelian aset neto suatu perusahaan. Penggabungan usaha dapat
berupa pembentukan suatu badan usaha baru (new enterprise) untuk mengendalikan
perusahaan yang bergabung, pengalihan aset neto dari satu atau lebih badan usaha yang
bergabung kepada badan usaha lain atau pembubaran satu atau lebih badan usaha yang
bergabung.
Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha
yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau
pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan
manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.
Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk,
mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul
persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling
merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya
diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk
kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua
atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak
sejenis.
Dijelaskan bahwa dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang, “Perseroan
Terbatas” pasal 1 dikenal beberapa istilah penggabungan usaha seperti “penggabungan”,
“peleburan” dan “pengambilalihan.
a. Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau
lebih untuk menggabungkan diri dengan perseeroan lain yang telah ada, yang
mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungakn diri beralih
karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya
status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berkahir karena hukum.
b. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih
untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan baru yang karena
hukum memperoleh aktiva dan pasiva dari perseroan yang meleburkan diri dan status
badan hukum perseroan yang meleburkan diri berakhir karena hukum.
c. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau
orang perseorangan untu mengambilalih saham perseroan yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut.
Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun
1999 : ”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu
dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan
operasi perusahaan lain”
Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224), pengertiannya adalah sebagai berikut:
”Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan
dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.”
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan
usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan
dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.
Menurut IFRS 3, penggabungan usaha terjadi sewaktu suatu perusahaan dibentuk
sebagai entitas pelapor tunggal atas satu atau beberapa perusahaan yang diperolehnya.
Dengan kata lain, penggabungan badan usaha (business combination) adalah meliputi
suatu pembelian aktiva bersih, termasuk goodwill dari suatu entitas lain. Namun bukan
sebagai suatu pembelian atas ekuitas perusahaan lain atau bukan menghasilkan suatu
hubungan perusahaan induk dan anak. Berdasarkan definisi penggabungan badan usaha
menurut IFRS 3 tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa seluruh penggabungan usaha
harus dicatat dengan menggunakan metode pembelian. Dan metode The Pooling tidak
lagi digunakan.
Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan
usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan
dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.
Kombinasi perusahaan-perusahaan dilakukan karena bermacam-macam tujuan yang
ingin dicapai, di antaranya untuk memperoleh daerah pemasaran yang lebih luas, volume
penjualan yang lebih tinggi, organisasi yang lebih kuat, produksi dan manajemen yang
lebih baik, penghematan biaya melalui operasi yang ekonomis dan efisien, pengendalian
yang lebih baik terhadap pasar dan posisi persaingan, diversifikasi produk, dan
kemampuan mengumpulkan modal yang lebih besar.

C. Sifat Penggabungan Usaha


Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas
usaha yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau
pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan
manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.
Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk,
mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul
persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling
merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya
diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk
kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua
atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak
sejenis.
Sifat Penggabungan Usaha adalah sebagai berikut:
a. Horizontal integration: Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini
usaha atau pasar yang sama, misalnya perusahaan consumer product bergabung
dengan perusahaan consumer product juga.
b. Vertical integration: Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan
operasi yang berbeda, secara berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi
yang sama, misalnya Merck & Co salah satu produsen obat terbesar, mengakuisisi
Medco Containment Services, Inc, distributor obat-obatan dokter. Penggabungan
usaha secara integrasi vertikal ini diharapkan dapat mengurangi biaya pengiriman
obat-obatan ke pasar
c. Conglomeration: Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan
atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan
melakan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang ada pada lini usaha tertentu,
atau untuk mengimbangi perubahan penghasilan, seperti kegunaan akuisisi pada
perusahaan manufaktur.

D. Bentuk Penggabungan Usaha


Setiap entitas yang melakukan penggabungan usaha memiliki strategi untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki. Strategi tersebut dipertimbangkan berdasar bentuk dan sifat
dari penggabungan usaha. Menurut Baker, Lembko, King (2005), penggabungan usaha
memiliki 3 bentuk utama, yaitu :
1. Merger statutori (statutory merger), merupakan jenis penggabungan usaha dimana
hanya satu dari perusahaan yang bergabung yang akan bertahan sedangkan
perusahaan lainnya dibubarkan. Aset dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi
dipindahkan ke perusahaan pengakuisisi, dan perusahaan yang diakuisisi dibubarkan.
Setelah merger, operasi dari perusahaan yang dulunya terpisah sekarang berada di
bawah satu entitas.
2. Akuisisi saham (stock acquisition) atau afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan
cara membeli atau mengakuisisi saham berhak suara perusahaan lain untuk
memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai
tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan kedua perusahaan tetap beroperasi
sebagai dua entitas yang terpisah. Dalam afiliasi atau akuisisi saham, timbul
hubungan induk-anak perusahaan (parent-subsidiary relationship). Induk perusahaan
(parent company),
3. Konsolidasi statutori (statutory consolidation), merupakan bentuk lain dari merger,
yaitu penggabungan usaha dimana satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
membentuk satu perusahaan baru. Perusahaan yang bergabung dibubarkan, kemudian
aset dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan
yang baru dibentuk. Operasi dari perusahaan yang dahulu terpisah kini berada di
bawah pengendalian satu entitas dan tidak satupun perusahaan yang bergabung tetap
berdiri sejak dilakukannya konsolidasi. (Sumber: Akuntansi Keuangan Lanjutan
Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King 2.1.2. Merger , Thomas E.)

E. Hukum Tentang Merger (Penggabungan)


Merger (Penggabungan) mempunyai berbagai definisi dimana dalam peraturan
perundang - undangan yang mengaturnya, oleh karena itu terlebih dahulu pengertian
tersebut dipaparkan. Penggabungan dalam perseroan terbatas terdapat pengertian
sebagai berikut menurut pasal 1 angka 9 Undang – undang No 40 tahun 2007 yaitu : "
Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih
untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada yang mengakibatkan
aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum
kepada perseroan yang menerima penggabungan dan selanjutnya status badan hukum
perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum."
Dalam pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1998 mempunyai
pengertian sebagai berikut : " Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang
telah ada dan selanjutnya yang menggabungkan diri menjadi bubar." Sedangkan
dalam Pasal 1 angka 2 peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1999 mempunyai istilah
yang beda tentang makna dari Penggabungan, yakni menyebutnya dengan merger
yang pengertiannnya adalah: "Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih,
dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan
bank – bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu".
F. Klasifikasi Merger
1. Dilihat Dari Segi Jenis Usaha Jika dilihat dari segi jenis usaha dari perusahaan-
perusahaan yang melakukan merger, maka merger dapat dibagi ke dalam empat
kategori sebagai berikut:
a. Merger Horizontal;
Merger yang dilakukan oleh usaha sejenis (usahanya sama), misalnya merger
antara dua perusahaan roti, merger perusahaan sepatu, merger Universitas
Sumatera Utara perusahaan kapas. Contoh: PT “A” yang mengusahakan
kapas, bergabung dengan PT “B” yang mengusahakan pemintalan, bergabung
dengan PT “C” yang mengusahakan kain dan seterusnya. Dengan demikian,
tujuan kerjasama disini adalah menjamin tersedianya pasokan atau penjualan
dan distribusi, dimana PT “B” akan mempergunakan produk PT “B” dan
seterusnya.
b. Merger Vertikal;
Merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan,
misalnya dalam alur produksi yang berurutan. Contoh: PT. A, PT. B, PT. C
bergabung, lalu PT. B yang menjadi induk perusahaan.
c. Merger Konglomerat Merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan
berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya
perusahaan sepatu merger dengan perusahaan elektronik, atau perusahaan
mobil merger dengan perusahaan makanan. Tujuan utama konglomerat ialah
untuk mencapai pertumbuhan Badan Usaha dengan cepat dan mendapatkan
hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar saham antara
kedua perusahaan yang disatukan.
d. Merger Kongenerik Perusahaan-perusahaan yang bergabung saling
berhubungan satu sama lain, yang mempunyai kesamaan sifat produksinya,
tetapi belum dapat dikatakan sebagai produsen terhadap produk yang sama
(horizontal), dan bukan juga hubungan antara produser-supllier (vertikal).
Universitas Sumatera Utara Misalnya gabungan antara perusahaan yang
bergerak di bidang finansial, seperti antara perusahaan leasing dengan bank.
Contoh lainnya adalah merger antara Backle & Company dengan perusahaan
asuransi Prudential.
Dilihat Dari Segi Tata Cara Dilakukannya Merger Jika dilihat dari segi tata
cara bagaimana merger dilakukan, maka merger dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Merger dengan likuidasi dan Jual Beli Aset Dalam hal ini terlebih dahulu
perusahaan target dilikuidasi. Baru kemudian aset-asetnya yang masih
tertinggal dibagi-bagikan kepada pemegang saham menurut porsinya
masing-masing. Selanjutnya secara individual pemegang saham tersebut
menjual aset itu kepada perusahaan merger yang akan membelinya.
2. Merger dengan Jual Beli Aset dan Likuidasi Dengan metode seperti ini,
justru jual beli aset perusahaan target yang terlebih dahulu dlakukan.
Selanjutnya baru dilakukan likuidasi terhadap perusahaan target tersebut.
3. Merger dengan Jual Beli Saham dan Likuidasi Dapat juga yang dibeli
semua saham perusahaan target dari masingmasing individual pemegang
saham. Setelah itu, perusahaan target dilikuidasi dan asetnya dialihkan
kepada perusahaan pembeli. Dalam hal ini, ada negara yang tidak
mengharuskan pembelian semua saham, tetapi cukup sebagian besarnya
saja. Universitas Sumatera Utara Misalnya 90 % saham. Setelah itu,
pemegang saham mayoritas dapat melakukan likuidasi, sementara
pemegang saham minoritas yang masih tersisa setelah dilikuidasi dapat
dipaksakan untuk menerima cash sebagai harga sahamnya, sungguhpun
pemegang saham minoritas misalnya masih dapat mempergunakan “hak
appraisal” terhadap penentuan harga sahamnya.
2. Dilihat dari Segi Variasinya Jika dilihat dari segi variasinya, terdapat berbagai
macam merger sebagai berikut :
a. Merger Sederhana (Simple Merger) Merupakan bentuk prototype dari
merger. Merger ini dilakukan dengan prosedur yang sederhana, dimana suatu
perusahaan merger ke perusahaan lain dan salah satu diantaranya melebur,
sementara seluruh aktiva dan pasiva perusahaan yang melebur tersebut
beralih ke perusahaan yang exist.
b. Merger Praktis (Practical Merger) Ini lebih merupakan variasi dari bentuk
merger sederhana. Merger praktis terjadi, misalnya tidak dengan pembayaran
tunai dari harga saham perusahaan target, melainkan ditukar dengan
sahamnya pengambil alih.
c. Merger Segitiga (Triangular Merger) Pada merger segitiga ini, perusahaan
pengambil alih membentuk anak perusahaan penuh (100% saham), dan
terhadap anak perusahaan tersebut perusahaan target dileburkan. Akan tetapi
dalam hal ini, pemegang saham perusahaan yang melebur menerima saham
dari perusahaan induk bukan dari anak perusahaan.
d. Merger Segitiga Terbalik (Reverse Triangular) Pada merger segitiga terbalik,
justru anak perusahaan penuh yang baru dibentuk dileburkan ke dalam
perusahaan target. Ini biasanya dilakukan jika perusahaan target tersebut :
a) Sudah punya nama (terkenal)
b) Sulit membubarkan perusahaan target, misalnya banyak tersangkut
dengan pihak ketiga, yang sulit dilakukan novasi atau cessie. Misalnya
jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan asuransi atau bank.
e. Merger Anak Induk Dalam hal ini, yang melakukan merger adalah antara
anak perusahaan dengan induknya, dimana salah satu diantaranya akan
lenyap. Jadi ini merupakan merger dalam satu grup perusahaan. Untuk itu
dikenal beberapa jenis sebagai berikut :
a) Merger Arus ke Bawah Merger arus bawah terjadi jika induk perusahaan
melebur ke anak perusahaan. Jadi perusahaan yang exist adalah anak
perusahaanya. Sementara itu, merger arus ke bawah ini (Downstream
Merger), maka sebelum merger, perusahaan holding tentu memegang
saham pada anak perusahaan. Tetapi kemudian pemegang saham
perusahaan holding setelah merger langsung memegang saham pada
anak perusahaan. Dan dalam proses merger arus ke bawah ini,
khususnya jika dipilih merger tanpa mengadakan likuidasi, maka
tindakan-tindakan yuridis minimal yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
i. Semua aktiva dan pasiva dialihkan dari perusahaan holding kepada
anak perusahaan (kecuali aktiva yang harus dibayar kepada
pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger). Kecuali jika
dipilih model merger dengan likuidasi.
ii. Perusahaan holding menghentikan kegiatannya, kemudian
dibubarkan tanpa likuidasi
iii. Pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger dapat memilih
antara menjadi pemegang saham dalam anak perusahaan atau
meminta kompensasi harga saham yang sedang dipegangnya tanpa
menjadi pemegang saham di anak perusahaan.
b) Merger Arus ke Atas Sebaliknya merger arus keatas terjadi justru jika
anak perusahaan akan melebur ke induk perusahaan. Dalam merger arus
ke atas ini (Upstream Merger), maka sebelum merger, perusahaan
holding memegang saham pada anak perusahaan. Dan dalam proses
merger arus ke atas tersebut, tindakan-tindakan yuridis minimal yang
harus dilakukan, khususnya jika dipilih merger tanpa mengadakan
likuidasi sebagai berikut:
i. Semua aktiva dan pasiva dialihkan dari anak perusahaan kepada
perusahaan holding (kecuali aktiva yang harus dibayar kepada
pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger). Kecuali jika
dipilih model merger dengan likuidasi.
ii. Anak perusahaan menghentikan kegiatannya, kemudian dibubarkan
tanpa likuidasi.
iii. Pemegang saham minoritas yang tidak setuju merger dapat memilih
antara menjadi pemegang saham dalam perusahaan holding atau
meminta kompensasi harga saham yang sedang dipegangnya tanpa
menjadi pemegang saham di perusahaan holding.
c) Merger Jalan Pintas (Short Form) Pada merger arus ke atas ini di mana
anak perusahaan yang melebur ke induk perusahaan merupakan
subsidiary-nya. Hukum di beberapa negara tidak mengharuskan voting
dari para pemegang saham jika dalam merger arus ke atas tersebut, yang
dilebur justru subsidiary yang dipegang saham oleh perusahaan induknya
sampai 90% atau lebih. Karena, kalaupun voting, pemegang saham
minoritas tersebut tidak akan bisa menahan pemegang saham mayoritas.
Sebagai imbalan dari dicopotnya hak voting tersebut, kepada pemegang
saham minoritas diberikan “hak appraisal” terhadap harga saham-
sahamnya. Merger arus ke atas tanpa voting ini sering disebut “merger
jalan pintas” (short form). UndangUndang tentang Perseroan Terbatas
tidak mengenal merger tanpa voting seperti ini. Sungguhpun demikian,
apabila dengan merger, akuisisi dengan konsolidasi tersebut tidak
mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya
dengan harga yang wajar (Pasal 104 ayat (2) Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas)
d) Merger Kepanjangan Tangan (Arm’s Length)
Ini terjadi jika yang akan meleburkan diri adalah anak perusahaan yang
merupakan subsidiary penuh dari perusahaan induk. Artinya, induk
perusahaan dapat mengontrol penuh anak perusahaannya. Dalam hal ini,
kalaupun ada pihak lain sebagai pemegang saham minoritas, tetapi
pemegang saham minoritas tidak dapat melakukan apa-apa. Baik karena
terlalu kecil saham yang dipegangnya, ataupun karena ketentuan dalam
anggaran dasar tidak memungkinkannya. Merger ini sering juga disebut
dengan “merger kepanjangan tangan” (arm’s length). Dalam merger
seperti ini, sangat potensial terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh
pihak mayoritas, sehingga perlu sekali pemberlakuan prinsip fair dealing
dan fair price terhadapnya. Bahkan kepada pemegang saham minoritas,
mestinya diberikan “hak appraisal”. Dalam praktek, jika salah satu pihak
dapat mengontrol terjadinya merger tersebut, seperti pada arm’s leength
Universitas Sumatera Utara merger, ini sering disebut dengan “merger
terkontrol” (Controlled Merger). Undang-Undang tentang Perseroan
Terbatas mengharuskan quorum 75% dari seluruh suara yang hadir,
sementara votting diterima jika terdapat 75% suara yang hadir. Dengan
demikian jika salah satu pemegang saham mempunyai suara minimal
75%, maka dia akan dengan mudah melakukan merger, akuisisi, dan
konsolidasi, tanpa terlalu memperhatikan/mendengar pihak pemegang
saham lainnya.
e) Merger De Facto
Kadangkala suatu transaksi dilakukan dengan tidak menyebutkan bahwa
yang sedang dilakukan tersebut adalah merger. Tetapi dalam
kenyataannya, transaksi tersebut membawa akibat seperti halnya merger.
Maka menurut doktrin merger de facto, transaksi yang bersangkutan
selayaknya juga oleh hukum dianggap merger, sehingga hukum merger
juga diberlakukan terhadapnya. Tetapi Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas belum dapat menjangkau/melakukan justifikasi
terhadap merger de facto ini
G. Alasan Perusahaan Melakukan Marger
Alasan Melakukan Merger Beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan
baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu :
1. Pertumbuhan atau diversifikasi Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan
yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat
melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya
produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi,
maka perusahaan dapat mengurangi persaingan.
2. Sinergi Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi.
Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan
pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak
merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan yang melakukan merger berada
dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat
dihilangkan.
3. Meningkatkan dana Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk
melakukan ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan
ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan
yang memiliki likuiditas tinggi sehingga meningkatkan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan.
4. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi Beberapa perusahaan tidak
dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada manajemennya
atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang seperti itu, dapat menggabungkan diri
dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
5. Pertimbangan pajak Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20
tahun ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang
memiliki kerugian pajak dapat melakukan bergabung dengan perusahaan yang
menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini,
perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah
pajak dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang
diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak,
tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
6. Meningkatkan likuiditas pemilik Merger antar perusahaan memungkinkan
perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar,
maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga
lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.
7. Melindungi diri dari pengambilalihan Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan
menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm
mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan
hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi
untuk ditanggung oleh bidding firm yang berminat.
8. Motif non-ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan
ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti
prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan
atau pemilik perusahaan.

H. Motivasi Melakukan Marger


Motivasi melakukan merger Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan
untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat
nonekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari
manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. (Sumber: jurnal Analisis Perusahaan
yang Mengalami Merger dan Akuisisi di Indonesia) Merger, konsolidasi, akuisisi
adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat memenangkan
persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang. Motivasi yang mendorong bank
untuk melakukan merger antara lain:
1. Untuk mendapatkan kesempatan beroperasi dalam skala usaha yang hemat,
2. Guna meningkatkan pangsa pasar,
3. Menghilangkan tidak efisien melalui operasional dan pengendalian finansial yang
lebih baik,
4. Kesempatan menggabungkan sumber daya ataupun pasar yang dimiliki masing-
masing Bank. (Sumber: www. scribd.com)
I. Dampak Positif dan Negatif Proses Merger
1) Dampak Positif 1
a. Dimungkinkannya pertukaran cadangan cash flow secara internal antar
perusahaan yang melakukan merger, sehingga bank hasil merger dapat
memanage risiko likuiditas dengan lebih fleksibel. Universitas Sumatera
Utara
b. Diperolehnya peningkatan modal perusahaan (biasanya CAR akan meningkat
tetapi tidak terlalu cukup tinggi) dan adanya keunggulan dalam memanage
biaya akibat bertambahnya skala usaha.
c. Dicapainya keunggulan market power dalam persaingan, yang kemudian
dapat memperbesar margin bunga pinjaman. (Sumber: www. scribd.com)
2) Dampak Negatif
a. Karena proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk cepat
terselesaikannya kemelut keuangan di salah satu bank peserta, maka harga
penjualan sahamnya cenderung akan dinilai dibawah harga pasar yang wajar.
b. Proses merger biasanya diikuti dengan peningkatan ketidakpastian pada
pihak direksi, manajer dan karyawan.
c. Proses merger perbankan nasional di Indonesia biasanya diikuti dengan
pengurangan jumlah pegawai dan staf kurang profesional di perusahaan
perbankan hasil merger.
d. Terjadinya benturan kepentingan, kondisi saling curiga dan bahkan konflik
diantara para anggota komisaris dan direksi. Hal ini terjadi jika bank hasil
merger tersebut dikuasai oleh lebih satu pemegang saham pengendali.
e. Kegiatan merger dalam dua tahun pertama cenderung diikuti dengan strategi
efisiensi sehingga hal ini akan mengurangi semangat dan kreativitas dari
sebagian pihak direksi dan staf profesional.
f. Benturan budaya perusahaan tidak dapat dielakkan sehingga perusahaan hasil
merger akan mengalami penurunan dalam jangka pendek. (Sumber: www.
scribd.com)
J. Akuisisi
Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti
pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bahasa Latin, acquisitio, dari kata
kerja acquirere. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah
satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto
dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu,
mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Akuisisi menurut Michael A.
Hitt, et al (2002; 259) ialah “memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara
membeli sebagian besar saham dari perusahaan sasaran”.
1. Klasifikasi Akuisisi
a. Dilihat dari Segi Jenis Usaha Jika dilihat dari segi jenis usaha dari
perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi, maka akuisisi dapat dibagi
ke dalam:
1) Akuisisi Horizontal
Dalam hal ini perusahaan yang diakuisisi adalah para pesaingnya, baik
pesaing yang memproduksi produk yang sama, atau yang memiliki
teritorial pemasaran yang sama. Jelas bahwa tujuan dari akuisisi ini
adalah untuk memperbesar pangsa pasar atau membunuh pesaing.
2) Akuisisi Vertikal
Akuisisi yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain
yang masih dalam satu mata rantai produksi, yaitu suatu perusahaan
dalam arus pergerakan produksi dari hulu ke hilir.
3) Akuisisi Konglomerat
Akuisisi terhadap perusahaan-perusahaan yang tidak terkait baik
horizontal maupun vertikal.
b. Dilihat dari Segi Lokalisasi Jika dilihat dari segi lokalisasi antara perusahaan
pengakuisisi dengan perusahaan target, maka akuisisi dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1) Akuisisi Eksternal Akuisisi yang terjadi antara dua atau lebih
perusahaan, masing-masing dalam grup yang berbeda, atau tidak dalam
grup yang sama.
2) Akuisisi Internal Kebalikan dari akuisisi eksternal, maka pada akuisisi
internal, perusahaan-perusahaan yang melakukan akuisisi masih dalam
satu grup usaha.
c. Dilihat dari Segi Objeknya Apabila dilihat dari segi objek dari transaksi
akuisisi, maka akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Akuisisi Saham Dalam hal ini, yang diakuisisi/dibeli adalah sahamnya
perusahaan target. Baik dibayar dengan uang tunai, maupun dibayar
dengan sahamnya Universitas Sumatera Utara perusahaan pengakuisisi
atau perusahaan lainnya. Untuk dapat disebut transaksi akuisisi, maka
saham yang dibeli tersebut haruslah paling sedikit 51% (simple
majority), atau paling tidak setelah akuisisi tesebut, pihak pengakuisisi
memegang saham minimal 51%. Sebab, jika kurang dari persentase
tersebut, perusahaan target tidak bisa dikontrol, karenanya yang terjadi
hanya jual beli saham biasa saja.
2) Akuisisi Aset
Terhadap akuisisi aset ini, maka yang diakuisisi adalah aset perusahaan
target dengan atau tanpa ikut mengasumsi/mengambil alih seluruh
kewajiban perusahaan target terhadap pihak ketiga. Sebagai contra
prestasi dari akuisisi aset, diberikanlah kepada pemegang saham
perusahaan target :
a) Cash untuk harga pembelian, atau
b) Saham perusahaan pengakuisisi atau saham perusahaan lainnya.
3) Akuisisi Kombinasi
Dalam hal ini, dilakukan kombinasi antara akuisisi saham dengan
akuisisi aset. Misalnya dapat dilakukan akuisisi 50% saham plus 50% aet
dari perusahaan target. Demikian juga dengan contra prestasinya, dapat
saja sebagian dibayar dengan cash, dan sebagian lagi dengan saham
perusahaan pengakuisisi atau saham perusahaan lain.
4) Akuisisi Bertahap
Pada akuisisi bertahap ini, akuisisi tidak dilaksanakan sekaligus.
Misalnya jika perusahaan target menerbitkan convertible bonds,
sementara Universitas Sumatera Utara perusahaan pengakuisisi menjadi
pembelinya. Maka dalam tahap ini, tahap pertama perusahaan
pengakuisisi mendrop dana ke perusahaan target lewat pembelian bonds.
Tahap selanjutnya bonds tersebut ditukar dengan equity, jika kinerja
perusahaan target semakin baik. Dengan demikian, hak opsi ada pada
pemilik convertible bonds, yang dalam hal ini merupakan perusahaan
pengakuisisi.
d. Dilihat dari Segi Motivasi Jika dilihat dari segi motivasi mengapa akuisisi
dilakukan, maka akuisisi dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Akuisisi
Strategis Pada akuisisi strategis, latar belakang yang menyebabkan mengapa
akuisisi dilakukan adalah untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
Sebab, dengan akuisisi, diharapkan dapat meningkatkan sinergi usaha,
mengurangi risiko (karena diversifikasi), memperluas pangsa pasar,
meningkatkan efisiensi, dan sebagainya. 2. Akuisisi Finansial Yaitu akuisisi
yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan finansial semata-mata dalam
waktu sesingkat-singkatnya. Akuisisi ini bersifat spekulatif, dengan
keuntungan yang diharapkan lewat pembelian saham/aset yang murah tetapi
dengan income perusahaan terget yang tinggi.
2. Dampak Positif dan Negatif Proses Akuisisi
a. Dampak Positif
1) Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai
tawaran Bidding firm, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak
menjual kepada pihak Bidding firm.
2) Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan
langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan
melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan
manajemen perusahaan.
3) Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan
perusahaan yang tidak bersahabat (hostile takeover).
4) Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak
memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi
saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham minoritas jika
mereka tidak menyetujui akuisisi (Harianto dan Sudomo; 2001; 643-
644).
b. Dampak Negatif
1) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya
anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga
(sekitar 67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
2) Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka
terjadi merger.
3) Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara
hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.
(Harianto dan Sudomo; 2001; 643).
K. Konsolidasi
Dunia bisnis terus berubah seiring dengan berjalannya waktu, begitupn para pelaku di
dalamnya harus menyesuaikan diri guna menghadapi berbagai keadaan. Ada sejumlah
kemungkinan yang akan dihadapi sehingga membutuhkan strategi sebagai solusinya.
Salah satu langkah yang umumnya ditempuh adalah konsolidasi. Simak pengertian
konsolidasi, ciri-ciri, serta contoh prakteknya pada pembahasan di bawah ini.
Konsolidasi sebenarnya bisa diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Namun
pengertian konsolidasi di dunia bisnis dengan bidang lainnya akan berbeda. Sebagai
contoh, di ranah sosiologi ada tindakan konsolidasi, yakni sebuah penguatan
masyarakat karena terdiri dari berbagai elemen (agama, etnis, ras, dan sebagainya).
1. Pengertian Konsolidasi
Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara dua perusahaaan atau lebih
dimana untuk meneruskan kegiatan usaha gabungan dibentuk perusahaan baru
dan semua perusahaan yang bergabung menghentikan kegiatannya (Aliminsyah).
Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU RI Nomor 40 Tahun 2007, peleburan
(konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan terbatas
atau lebih, untuk meleburkan diri dengan cara mendirikan satu perseroan tebatas
yang baru yang karena hukum memperoleh akitva dan pasiva dari perseroan
terbatas yang meleburkan diri dan status badan hukum perseroan tebatas yang
meleburkan diri berakhir karena hukum. Sementara Pasal 1 angka PP Nomor 27
Tahun 1998, peleburan (konsolidasi), adalah perbuatan hukum yang dilakukan
oleh dua perseroan terbatas atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara
membentuk satu perseroan terbatas baru dan masing-masing perseroan terbatas
yang meleburkan diri menjadi bubar.
Terdapat beberapa pengertian mengenai konsolidasi, diantaranya yaitu:
a. Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara 2 perusahaaan atau lebih
dimana untuk meneruskan kegiatan usaha gabungan dibentuk perusahaan
baru dan semua perusahaan yang bergabung menghentikan kegiatannya.
b. Konsolidasi adalah dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi hukum
dan sebagai gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru
meskipun secara financial perusahaan baru tersebut mengambil alih asset hak
dan kewajiban dari 2 perusahaan yang bubar tersebut.
c. Konsolidasi adalah peleburan 2 badan hokum menjadi 1 badan hokum baru.
d. Menurut Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Merger,
Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, yang dimaksud dengan Konsolidasi adalah
penggabungan dari 2 (dua) buah bank atau lebih, dengan cara mendirikan
Bank baru dan membubarkan Bank-bank tersebut tanpa melikuidasi terlebih
dahulu.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsolidasi
merupakan suatu perbuatan menggabungkan 2 (dua) atau lebih badan atau bank
menjadi satu. Bila merujuk pada PP No. 28 Tahun 1999 di atas, maka akibat
hukum konsolidasi akan menimbulkan satu badan hukum atau bank baru dengan
nama baru.
2. Ciri-Ciri Konsolidasi
Adapun ciri-ciri konsolidasi ialah sebagai berikut:
 Terdapat dua atau lebih perusahaan yang meleburkan diri demi membentuk
perusahaan baru.
 Perusahaan-perusahaan yang meleburkan diri tersebut bubar tanpa adanya
proses likuidasi.
 Perusahaan baru yang terbentuk dari hasil peleburan harus memperoleh status
badan hukum yang baru.
 Rancangan konsolidasi dan konsep akta konsolidasi harus disetujui oleh RUPS
di tiap-tiap perseroan.
 Konsep akta konsolidasi yang telah disetujui oleh RUPS akan dituangkan
dalam akta konsolidasi yang dibuat di hadapan notaris dalam bahasa
Indonesia.
 Perusahaan hasil konsolidasi akan memperoleh status badan hukum pada
tanggal diterbitkan keputusan Menhukham tentang perusahaan yang
meleburkan diri tanpa proses likuidasi.
 Aktiva dan pasiva perusahaan yang meleburkan diri akan beralih ke
perusahaan baru hasil konsolidasi sesuai dengan titel umum.

3. Efek Konsolidasi
 Kualitas, untuk meningkatkan pendapatan, media akan menekan angka
pengeluaran dengan cara mengurangi kualitas proses penulisan dan
penyuntingan
 Kesamaan, demi menekan pengeluaran, satu konten berita akan lebih mudah
jika digunakan misalnya, untuk 7 jenis media yang berbeda yang berada di
bawah satu kepemilikan

4. Alasan Perusahaan Melakukan Konsolidasi


Ada beberapa alasan kenapa bank atau perusahaan memutuskan untuk melakukan
penggabungkan secara konsolidasi antara lain sebagai berikut:
 Masalah Kesehatan
Jika bank telah dinyatakan tidak sehat oleh Bank Sentral maka biasanya bank
tersebut melakukan penggabungan dengan bank lain, pilihan terbaik tentunya
bergabung dengan bank lain yang sehat.
 Masalah Permodalan
Jika modal yang dimiliki suatu bank dirasa terlalu kecil sehingga sulit untuk
melakukan ekspansi usaha, maka bank tersebut bisa saja bergabung dengan
satu atau beberapa bank lain agar modal yang dimilikinya menjadi besar
sehingga lebih mudah untuk mengembangkan usahanya.
 Masalah Manajemen
Manajemen yang kurang profesional akan membuat bank mengalami kerugian
terus-menerus dan sulit untuk berkembang. Hal ini akan mendorong bank
tersebut untuk melakukan konsolidasi dengan bank lain yang kualitas
manajemennya terkenal lebih profesional.
 Teknologi Dan Administrasi
Perusahaan yang memakai teknologi sederhana seringkali menjadi masalah.
Sebab di zaman sekarang ini teknologi sudah semakin canggih. Untuk
mendapatkan teknologi canggih modal yang diperlukan tentu saja tidak
sedikit. Karena itulah suatu bank lebih memilih untuk melakukan
penggabungan dengan bank lain yang teknologinya lebih canggih. Demikian
juga dengan bank yang sistem administrasinya masih sederhana dan kurang
teratur. Bank tersebut sebaiknya melakukan konsolidasi dengan bank lain agar
sistem administrasinya menjadi lebih baik.
 Ingin Menguasai Pasar
Ingin menguasai pasar juga bisa dijadikan alasan untuk melakukan
konsolidasi, alasan yang satu ini biasanya tidak diumumkan secara jelas
kepada pihak eksternal dan hanya diketahui oleh pihak-pihak yang melakukan
konsolidasi. Dengan adanya konsolidasi dari beberapa bank, maka tentu saja
jumlah cabang dan jumlah nasabah yang dimiliki akan semakin bertambah.
Tak hanya itu  saja, konsolidasi juga bisa menghilangkan atau melawan bank
pesaing yang ada.

Anda mungkin juga menyukai