Anatomi Dan Fisiologi Tulang
Anatomi Dan Fisiologi Tulang
Anatomi Dan Fisiologi Tulang
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari
material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan
berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum.
Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan
berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang
baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2011). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis
sebagai berkut :
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 2011).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 2010).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus
Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus
influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
B. Etiologi
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus
aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau
ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus
dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan
cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup
atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak
atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat
menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan
oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu,
pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
juga beresiko mengalami osteomyelitis.
C. Klasifikasi Osteomielitis
1. Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus
ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya. berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Steomielitis akut :
yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen) Osteomielitis akut terbagi
menjadi 2, yaitu:
Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri
akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
b. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul.
c. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
3. Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling
sering :
Staphylococcus (orang dewasa)
Streplococcus (anak-anak)
Pneumococcus dan Gonococcus
D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2005), Staphylococcus aureus merupakan
penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai
pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa,
proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin,
nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 – 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun
atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis
tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya,
abses dapat keluar spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan
drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah
jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (
sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap
rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus,
Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1)
dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap
infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah
2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada
perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
E. Manifestasi Klinis
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi,
tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus
yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan
parut akibat kurangnya asupan darah.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap
darah.
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus
dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
G. Penatalaksanaan Medis
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat
terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6
minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan
sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal,
debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat
diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral
(nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk
menutupi gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen
antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2
minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic
oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya
diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak
dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin
diobati dengan antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa
debridement yang bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap
kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena
untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam
jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat pasien
di rumah sakit.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan
transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan
sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan
meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan
penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara
bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan
tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau
alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
a. Melalui oral (mulut)
b. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu,
kemudian. Diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak
membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk
mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah
itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian
antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal
H. Komplikasi
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
2. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
I. Tahap-tahap proses penyembuhan patah tulang:
Tahap 1 : Peradangan (inflammation)
Tulang patah baik terbuka atau tertutup akan menimbulkan perdarahan sekecil
apapun itu dan membuat jaringan di sekitarnya meradang yang ditandai dengan
bengkak, memerah dan teraba hangat serta tentunya terasa sakit. Tahap ini dimulai
pada hari ketika patah tulang terjadi dan berlangsung sekitar 2 sampai 3 minggu.
Tahap 2 : Pembentukan kalus halus (soft callus)
Antara 2 sampai 3 setelah cedera, rasa sakit dan pembengkakan akan mulai hilang.
Pada tahap penyembuhan patah tulang ini, terbentuk kalus yang halus di kedua
ujung tulang yang patah sebagai cikal bakal yang menjembatani penyambungan
tulang namun kalus ini belum dapat terlihat melalui rongsen. Tahap ini biasanya
berlangsung hingga 4 sampai 8 minggu setelah cedera.
Tahap 3 : Pembentukan kalus keras (hard callus)
Antara 4 sampai 8 minggu, tulang baru mulai menjembatani fraktur (soft callus
berubah menjadi hard callus) dan dapat dilihat pada x-rays atau rongsen. Dengan
waktu 8 sampai 12 minggu setelah cedera, tulang baru telah mengisi fraktur.
Tahap 4: Remodeling tulang
Dimulai sekitar 8 sampai 12 minggu setelah cedera, sisi fraktur mengalami
remodeling (memperbaiki atau merombak diri) memperbaiki setiap cacat yang
mungkin tetap sebagai akibat dari cedera. Ini tahap akhir penyembuhan patah tulang
yang dapat bertahan hingga beberapa tahun. tahap proses penyembuhan fraktur
Tahap – tahap proses penyembuhan tulang
Tingkat penyembuhan dan kemampuan untuk merombak (remodelling) pada tulang
yang patah bervariasi untuk setiap orang dan tergantung pada usia, kesehatan, jenis
fraktur, dan tulang yang terlibat. Misalnya, anak-anak mampu menyembuh dan
merombak fraktur mereka jauh lebih cepat daripada orang dewasa. Sedangkan
waktu penyembuhan rata-rata patah tulang untuk setiap jenis tulang, yaitu:
1. Tulang jari : 3 minggu
2. Tulang metacarpals (telapak tangan) : 4 – 6 minggu
3. Distal radius : 4 – 6 minggu
4. Tulang lengan bawah: 8 – 10 minggu
5. Humerus (tulang lengan atas) : 6 – 8 minggu
6. Femoralis neck (tulang paha bagian leher): 12 minggu femoral
7. Shaft (tulang paha bagian poros): 12 minggu tibia dan fibula (tulang tungkai
bawah dan tulang kering): 10 minggu
Asuhan keperawatan pada pasien Osteomielitis
A. Pengkajian
1. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan masa lalu : Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur
terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan
infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan
tulang.
b. Riwayat kesehatan sekarang : Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya
nyeri dan demam.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit
keturunan. (misalnya diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera,
infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya)
d. Riwayat psikososial : Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
3. Head to-toe
Kepala : Bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.
Mata : Bentuk simetris, tidak anemis,pupil isokor.
Hidung : Bentuk simetris.
Telinga : Bentuk simetris kiri dan kanan.
Bibir : Bentuk simetris.
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar getah
bening.
Dada : Paru-paru : Frekuensi lebih dari 24 kali/menit, irama teratur.
Jantung : Bunyi jantung normal (S1 dan S2), HR menurun.
Abdomen : Bentuk : Simetris, Bising usus dalam batas normal (6-10 kali/menit),
Ada mual dan muntah.
Ekstremitas : Akral dingin, Edema, Kekakuan otot, Nyeri, Kekuatan otot
menurun.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi
sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut).
c. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
d. Identisikasi peningkatan tanda-tanda vital.
e. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
f. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak mengalami kelainan
pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan
kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara nafas tambahan.
g. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat,
iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan suara S1 dan S2 tunggal, tidak
ada murmur.
h. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis
yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan
integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran
pus atau cairan bening berbau khas.
i. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.
j. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik, dan berat jenis.
Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada sitem ini.
k. Pola nutrisi dan metabolism.
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab masalah
muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat.
Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual atau muntah
sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
B. Diagnosa (NANDA,2012-2014)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas tulang.
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.
4. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
C. Intervensi (NIC,NOC,)