LP AF

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ATRIAL FIBRILASI

A. Definisi
Atrial fibrilasi (AF) adalah suatu gangguan pada jantung yang paling umum (ritme
jantung abnormal) yang ditandai dengan ketidakteraturan irama denyut jantung dan
peningkatan frekuensi denyut jantung, yaitu sebesar 350-650 x/menit. Pada dasarnya atrial
fibrilasi merupakan suatu takikardi supraventrikuler dengan aktivasi atrial yang tidak
terkoordinasi sehingga terjadi gangguan fungsi mekanik atrium. Keadaan ini menyebabkan
tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung (1).
Dari gambaran elektrokardiogram AF dapat dikenali dengan absennya gelombang P, yang
diganti oleh fibrilasi atau oskilasi antara 400-700 permenit dengan berbagai bentuk, ukuran,
jarak dan waktu timbulnya yang dihubungkan dengan respon ventrikel yang cepat dan tak
teratur bila konduksi AV masih utuh. Irama semacam ini sering disebutsebagai gelombang
“f”(2).
B. Klasifikasi
Menurut AHA (American Heart Association), klasifikasi dari atrial fibrilasi dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu (3) :
a. AF deteksi pertama
Semua pasien dengan AF selalu diawali dengan tahap AF deteksi pertama. Tahap ini
merupakan tahapan dimana belum pernah terdeteksi AF sebelumnya dan baru pertama kali
terdeteksi.
b. Paroksismal AF
AF yang berlangsung kurang dari 7 hari atau AF yang mempunyai episode pertama
kali kurang dari 48 jam dinamakan dengan paroksismal AF. AF jenis ini juga mempunyai
kecenderungan untuk sembuh sendiri dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa
bantuan kardioversi.
c. Persisten AF
AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi kurang dari 7 hari.
Berbeda dengan paroksismal AF, persisten AF perlu penggunaan dari kardioversi untuk
mengembalikan irama sinus kembali normal.
d. Kronik/permanen AF
AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 7 hari. Pada permanen AF,
penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti, karena dinilai cukup sulit untuk
mengembalikan ke irama sinus yang normal.
Interpretasi EKG fibrilasi atrium, sebgai berikut :
1. Frekuensi: frekuensi atrium 350 sampai 600 denyut per menit; respon ventrikuler
biasanya 120 sampai 200 denyut per menit
2. Gelombang P: tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak undulasi yang ireguler,
dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang f, interval PR tidak dapat diukur.
3. Kompleks QRS: biasanya normal
4. Hantaran: biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respon ventrikel ireguler,
karena nodus AV tidak berespons terhadap frekuensi atrium yang cepat, maka impuls
yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespons ireguler.
5. Irama: ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Iregularitas irama diakibatkan
oleh perbedaan hantaran pada nodus AV.

C. Etiologi
Atrial fibrilasi (AF) biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksi lebih cepat dari
biasanya. Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya
dengan darah untuk memompa ke paru-paru dan tubuh. Etiologi yang terkait dengan AF
terbagi menjadi beberapa faktor-faktor, diantaranya adalah :
a. Peningkatan tekanan/resistensi atrium (Penyakit katup jantung, kelainan pengisian dan
pengosongan ruang atrium, hipertrofi jantung, kardiomiopati dan hipertensi pulmo
(chronic obstructive pulmonary disease dan cor pulmonal chronic), serta tumor
intracardiac.
b. Proses infiltratif dan inflamasi (pericarditis/miocarditis, amiloidosis dan sarcoidosis dan
faktor peningkatan usia)
c. Proses infeksi (demam dan segala macam infeksi)
d. Kelainan Endokrin (hipertiroid, feokromositoma)
e. Neurogenik (stroke dan perdarahan subarachnoid)
f. Iskemik Atrium (infark myocardial)
g. Obat-obatan (alcohol dan kafein)
h. Keturunan genetik
D. Manifestasi Kliis

AF dapat simptomatik dapat pula asimptomatik. Gejala-gejala AF sangat bervariasi


tergantung dari kecepatan laju irama ventrikel, lamanya AF, penyakit yang mendasarinya.
Fibrilasi atrium (AF) biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksi lebih cepat dari biasanya.
Ketika ini terjadi, ventrikel tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi sepenuhnya dengan
darah untuk memompa ke paru-paru dan tubuh. Atrial fibrilasi sering tanpa disertai gejala,
tapi kebanyakan penderita mengalami palpitasi (perasaan yang kuat dari denyut jantung yang
cepat atau "berdebar" dalam dada), nyeri dada terutama saat beraktivitas, pusing atau pingsan,
sesak napas, cepat lelah, laju denyut jantung meningkat, intoleransi terhadap olahraga, sinkop
atau gejala tromboemboli, atau dapat disertai gejala-gejala gagal jantung (seperti rasa lemah,
sakit kepala berat, dan sesak nafas), terutama jika denyut ventrikel yang sangat cepat (sering
140-160 denyutan/menit).
Pasien dapat juga disertai tanda dan gejala stroke akut atau kerusakan organ tubuh
lainnya yang berkaitan dengan emboli systemic. AF dapat mencetuskan gejala iskemik pada
AF dengan dasar penyakit jantung koroner. Fungsi kontraksi atrial yang sangat berkurang
pada AF akan menurunkan curah jantung dan dapat menyebabkan terjadi gagal jantung
kongestif pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri.

E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang

Kematian
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis atrial fibrilasi, antara lain (6):
1. Anamnesis:
 Dapat diketahui tipe AF dengan mengetahui lama timbulnya (episode pertama,
paroksismal, persisten, permanen)
 Menentukan beratnya gejala yang menyertai: berdebar-debar, lemah, sesak
napas terutama saat aktivitas, pusing, gejala yang menunjukkan adanya
iskemia atau gagal jantung kongestif
 Penyakit jantung yang mendasari, penyebab lain dari FA misalnya hipertiroid
2. Pemeriksaan fisik:
 Tanda vital: denyut nadi berupa kecepatan dan regularitasnya, tekanan darah
 Tekanan vena jugularis
 Ronki pada paru menunjukkan kemungkinan terdapat gagal jantung kongestif
 Irama gallop s3 pada auskultasi jantung menunjukkan kemungkinan terdapat
gagal jantung kongestif, terdapatnya bising pada auskultasi kemungkinan
adanya penyakit katup jantung
 Hepatomegali: kemungkinan terdapat gagal jantung kanan
 Edema perifer: kemungkinanterdapat gagal jantung kongestif
3. Laboratorium: hematokrit (anemia), TSH (penyakit gondok), enzim jantung bila
dicurigai terdapat iskemia jantung
4. Pemeriksaan EKG: dapat diketahui antara lain irama (verifikasi FA), hipertropi
ventrikel kiri, pre-eksitasi ventrikel kiri, sindroma pre-eksitasi (sindroma WPW),
identifikasi adanya iskemia)
5. Foto rontgen toraks
6. Ekokardiografi untuk melihat antara lain kelainan katup, ukuran dari atrium dan
ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE
(Trans Esopago Echocardiography) untuk melihat thrombus di atrium kiri
7. Pemeriksaan fungsi tiroid. Pada AF episode pertama bila laju irama ventrikel sulit
dikontrol
8. Uji latih: identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama
jantung.
9. Pemeriksaa lain yang mungkin diperlukan adalah holter monitoring, studi
elektrofisiologi.

G. Penatalaksanaan Medis
Sasaran utama pada penatalaksanaan AF adalah mengontrol ketidakteraturan irama
jantung, menurunkan peningkatan denyut jantung dan menghindari/mencegah adanya
komplikasi tromboembolisme. Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk AF. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu tata
laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut
jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi
(Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion) (11).
a. Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme)
Pencegahan pembekuan darah merupakan pengobatan untuk mencegah adanya komplikasi
dari AF. Pengobatan yang digunakan adalah jenis antikoagulan atau antitrombosis, hal ini
dikarenakan obat ini berfungsi mengurangi resiko dari terbentuknya trombus dalam pembuluh
darah serta cabang-cabang vaskularisasi. Pengobatan yang sering dipakai untuk mencegah
pembekuan darah terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah :
o Warfarin
Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam proses
pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi. Warfarin
diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai puncak konsentrasi
plasma dalam waktu ± 1 jam dengan bioavailabilitas 100%. Warfarin di metabolisme
dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), yang kemudian diikuti oleh
konjugasi glukoronidasi dengan lama kerja ± 40 jam.
o Aspirin
Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit (COX2)
dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari COX2 ini adalah
menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan (TXA2) di dalam trombosit.
Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi dari trombosit. Tetapi,
penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat menyebabkan pengurangan tingkat
sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor II, VII, IX dan X.
b. Mengurangi denyut jantung
Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan peningkatan denyut
jantung, yaitu obat digitalis, β-blocker dan antagonis kalsium. Obat-obat tersebut bisa
digunakan secara individual ataupun kombinasi.
o Digitalis
Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan menurunkan
denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih efisien. Disamping itu,
digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang abnormal dari atrium ke ventrikel.
Hal ini mengakibatkan peningkatan pengisian ventrikel dari kontraksi atrium yang
abnormal.
o β-blocker
Obat β-blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Saraf
simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas
jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi kinerja jantung.
o Antagonis Kalsium
Obat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung akibat
dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler melewati Ca2+ channel
yang terdapat pada membran sel.
c. Mengembalikan irama jantung
Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan
untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu
tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut
jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi
(Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion).
1) Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia)
a) Amiodarone
b) Dofetilide
c) Flecainide
d) Ibutilide
e) Propafenone
f) Quinidine
2) Electrical Cardioversion
Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat logam (bantalan)
ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah mengembalikan irama jantung
kembali normal atau sesuai dengan NSR (nodus sinus rhythm). Pasien AF hemodinamik
yang tidak stabil akibat laju ventrikel yang cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, sinkop
peru segera dilakukan kardioversi elektrik. Kardioversi elektrik dimulai dengan 200
joule. Bila tidak berhasil dapat dinaikkan menjadi 300 joule. Pasien dipuasakan dan
dilakukan anestesi dengan obat anestesi kerja pendek.
c. Operatif
o Catheter ablation
Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan sayatan pada
daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam pembuluh darah utma hingga
masuk kedalam jantung. Pada bagian ujung kateter terdapat elektroda yang berfungsi
menghancurkan fokus ektopik yang bertanggung jawab terhadap terjadinya AF.
o Maze operation
Prosedur maze operation hamper sama dengan catheter ablation, tetapi pada maze
operation, akan mengahasilkan suatu “labirin” yang berfungsi untuk membantu
menormalitaskan system konduksi sinus SA.
o Artificial pacemaker
Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang ditempatkan di jantung, yang
berfungsi mengontrol irama dan denyut jantung
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ATRIAL FIBRILASI

1) PENGKAJIAN
Anamnesa :
Identitas : Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:

1. Aktivitas/istirahat:
Gejala: Kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, jadwal olahraga tidak teratur
Tanda : Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
2. Sirkulasi:
Gejala: Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode disritmia.
Nadi dapat normal; mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus altenan (denyut
kuat teratur/denyut lemah), nadi bigeminal (denyut kuat tak teratur/denyut lemah).
Defisit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
 Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal
jantung, syok).
 Edema : dependen, umum, DVJ (pada adanya gagal jantung).
 Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas Ego

Gejala :
 perasaan gugup (disertai takiaritmia), perasaan terancam.
 Stressor sehubungan dengan masalah medik.
Tanda :
Cemas, takut, menolak, marah, gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan:
Gejala :
 Hilang nafsu makan, anoreksia.
 Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat).
 Mual/muntah
 Perubahan berat badan.

Tanda :
 Perubahan berat badan.
 Edema
 Perubahan pada kelembaban kulit/turgor.
 Pernapasan krekels.
5. Hygiene:
Gejala/tanda : Kesulitan melakukan perawatan diri.
6. Neurosensori:
Gejala :
Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Tanda :
 Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung, kehilangan memori,
perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.
 Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi.
 Perubahan pupil (kesamaan dan reaksi terhadap sinar).
 Kehilangan refleks tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup
(takikardia ventrikel , bradikardia berat).
7. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala :
Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa hilang oleh obat anti
angina.
Tanda:
 Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
 Menangis, merintih, meregang, menggeliat, gelisah.
 Menarik diri, kehilangan kontak mata
 Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna
kulit/kelembaban, kesadaran.
8. Pernapasan:

Gejala :
 Penyakit paru kronis.
 Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
 Napas pendek.
 Batuk (dengan /tanpa produksi sputum).
Tanda :
 Perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan selama episode disritmia.
 Bunyi napas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal.
9. Interaksi sosial:
Gejala:
 Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga)
 Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)

Tanda:

 Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat


 Menarik diri dari keluarga
10. Keamanan :

Tanda :
 Demam.
Kemerahan kulit (reaksi obat).
 Inflamasi, eritema, edema (trombosis superficial).
 Kehilangan tonus otot/kekuatan.
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
 Riwayat keluarga penyakit jantung, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler
Perifer
 Riwayat penggunaan tembakau

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan atrial fibrilasi adalah:
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan
inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural.
2. Nyeri akut b.d proses penyakit
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum, tirah baring atau imobilisasi.
4. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan alveolar-kapiler.
5. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya
curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air
6. Keletihan b.d fisiologis (status penyakit, peningkatan kelemahan fisik)
3) Intervensi keperawtan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropic,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, perubahan structural.
No Intervensi Rasional
.
Auskultasi nadi apical ;Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat
kaji frekuensi, iramaistirahat) untuk mengkompensasi penurunan
jantung. kontraktilitas ventrikel.

Catat bunyi jantung. S1 dan S2 mungkin lemah karena


menurunnya kerja pompa. Irama Gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat
menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
Palpasi nadi perifer

Penurunan curah jantung dapat menunjukkan


menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis,
pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat
hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan

Pantau TD pulse alternan.

Pada GJK dini, sedang atau kronis tekanan


drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh
Kaji kulit terhadp pucattidak mampu lagi mengkompensasi
dan sianosis danhipotensi tidak dapat norml lagi.

Pucat menunjukkan menurunnya perfusi


perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh
jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis
Berikan oksigen
dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang
tambahan dengan
sakit sering berwarna biru atu belang karena
kanula nasal/masker
peningkatan kongesti vena.
dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan
untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler

No. Intervensi Rasional


Pantau bunyi nafas, catat krekles menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan
secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi
lanjut.

Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafasmembersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran
dalam. oksigen.

Dorong perubahan posisi. Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.

Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seriHipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
GDA, nadi oksimetri.

Berikan obat/oksigen tambahan sesuaiMembantu dalam mengurangi edema dan memudah


indikasi jalan nafas.

c. Nyeri akut b/d iskemia jaringan

No Intervensi Rasional
.
Selidiki keluhan nyeri dada, Nyeri secara khas terletak subternal
perhatikan awitan dan factor dan dapat menyebar keleher dan
pemberat danpunggung. Namun ini berbeda dari
penurun.Perhatikan petunjukiskemia infark miokard. Pada nyeri ini
nonverbal ketidak nyamanandapat memburuk pada inspirasi
dalam, gerakan atau berbaring dan
hilang dengan duduk
tegak/membungkuk
lingkungan yang tenang dan
tindakan kenyamanan mis:untuk menurunkan ketidaknyamanan
perubahan posisi, masasagefisik dan emosional pasien.
punggung,kompres hangat
dingin, dukungan emosional

Berikan aktivitas hiburan yangmengarahkan perhatian, memberikan


tepat. distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
Berikan obat-obatan sesuaiuntuk menghilangkan nyeri dan
indikasi nyeri. respon inflamasi.

c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,


kelemahan umum, tirah baring atau imobilisasi.
No Intervensi Rasional
.
Periksa tanda vital sebelum danHipotensi ortostatik dapat terjadi
segera setelah aktivitas,dengan aktivitas karena efek obat
khususnya bila klien(vasodilasi), perpindahan cairan
menggunakan (diuretic) atau pengaruh fungsi
vasodilator,diuretic danjantung.
penyekat beta.
enurunan/ketidakmampuan
Catat respons kardiopulmonalmiokardium untuk meningkatkan
terhadap aktivitas, catatvolume sekuncup selama aktivitas
takikardi, diritmia, dispneadpat menyebabkan peningkatan
berkeringat dan pucat. segera frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen juga peningkatan
kelelahan dan kelemahan.

Dapat menunjukkan peningkatan


Evaluasi peningkatan intoleran
dekompensasi jantung daripada
aktivitas.
kelebihan aktivitas.

Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari


Implementasi program
kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
rehabilitasi jantung/aktivitas
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah
(kolaborasi) stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik
kembali,
DAFTAR RUJUKAN

Brunner&Suddart. 2011. Kepertawatan Medikal Bedah, Ed 12 hal 457.EGC: Jakarta.

Mansjoer, A dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI: Jakarta

Morton, (2012). Seri skema diagnosis dan penatalaksanaan gawat darurat Medis. Cetakan I.
Alih Bahasa : widjaja kusuma Editor : Lyndon saputra. Binarupa Aksara . Jakarta

Nurarif (2013), Buku ajar Ilmu penyakit dalam. Jilid I Media Aesculapius. Jakarta

Nurarif, AH dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA
NIC-NOC, jilid 5 hal 65. Mediaction: Jogyakarta

Prawirohardjo,   Sarwono. 2008.  Ilmu Kebidanan. 2009.  Jakarta:  PT  Bina  Pustaka   Obstetri


Williams Edisi 21. EGC, Jakarta: 2006

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002

Saifuddin AB. Dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta : BP –
SP, 2008.

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001

Suyono (2013). Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan Proses Keperawatan). Alih
Bahasa : Yayasan Ikatan Alumni pendidikan keperawatan pajajaran bandung cetak I.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Atrial Fibrilasi pada Ny. M di Ruang
ICCU RSUD Gambiran Kota Kediri
Telah disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

Fita Purnamasari R

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

________________ _________________

Kepala Ruang ICCU


RSUD Gambiran Kota Kediri
_________________

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN
ARRIAL FIBRILASI PADA NY. M
DI RUANG ICCU RSUD GAMBIRAN KOTA
KEDIRI

OLEH:
FITA PURNAMASARI RAHMADHANI
1401470027

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai