Satuan Acara Penyuluhan Gastritis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Gastritis


Hari/Tanggal : 08 Mei 2017
Pukul : 13.00-13.30 WIB
Sasaran : Keluarga Ny. H
Tempat : Jl raya pule gang hanafi Rt/Rw 11/03 no 4 ( Rumah Kel.
Tn. K )

A. Latar Belakang
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung akibat diet yang sembarangan.
Biasanya individu akan makan terlalu banyak, terlalu cepat, atau makan
makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit (Ardiansyah, 2012). Penyakit yang banyak ditemukan di
masyarakat. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Gejala penyakit gastritis diantaranya adalah nyeri
pada ulu hati, mual, muntah, kembung, diare dan pusing. Gastritis yang tidak
ditangani dengan benar dapat menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya
adalah peptic ulcer, gangguan absorbsi vitamin B12 dan kanker lambung
(Handayani, dkk, 2012).

Prevelensi kasus gastritis yang disebabkan oleh infeksi helicobacter pylori di


perkirakan terjadi pada 50 persen populasi di dunia dimana sebagian besar
infeksi tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yaitu 70 sampai 90
persen dan hanya 40 sampai 50 persen di negara-negara industry (Mariadi
2011). Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99 persen dan insiden
gastritis sebesar 115 tiap 100.000 (Wulansari 2011). Pada tahun 2010 hasil
penelitian menunjukkan bahwa 30,0 persen pasien mengalami gastritis, 55,0
persen pasien berumur tua, 84,0 persen pasien memiliki tingkat pengetahuan

1
yang tinggi tentang gastritis, 90,0 persen pasien memiliki kebiasaan makan
yang baik (Gustin 2011).

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi klien


(penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan penting dalam
menentukan asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang
sakit. Menurut Friedment keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih
yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional di mana
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Menurut Duval dan Logan keluarga ialah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Efendi 2009).

Dalam pengkajian keluarga terdapat lima tugas keluarga berkaitan dengan


fungsi pemenuhan kesehatan diantaranya kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan, yang menjelaskan sejauh mana keluarga
mengetahui fakta dari masalah kesehatan, melupiti pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab, dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami oleh anggota
keluarga. Selanjutnya mengkaji tentang kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenaai tindakan kesehatan yang tepat diantaranya
mengkaji tentang kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah,
Tugas keluarga berikutnya adalah kemampuan kelurga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit, hal yang perlu dikaji antara lain pengetahuan
keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga meliputi sifat,
penyebaran, komplikasi, kemungkinan setelah tindakan, dan cara perawatan.
Disamping itu perlu dikaji juga kemaampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat tentang pengetahuan keluarga akan pentingnya

2
sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang higienis sesuai syarat
kesehatan, pengetahuan keluarga tentang upaya penegahan penyakit yang
dapat dilakukan keluarga. Tugas keluarga yang terakhir adalah kemampuan
keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat
berdasarkan pengetahuan keluarga tentang keuntungan yang didapat dari
fasilitas kesehatan, kemampuan keluarga dalam menjangkau fasilitas
kesehatan (Suprajitno 2004).

Dari data yang kelompok kami dapatkan dari keluarga Tn. K didapatkan Ny.
H mengatakan sering mengalami nyeri uluhati jika terlambat makan. Ny.H
mengatakan suka makan-makanan asam, makan tidak teratur, pola makan
tidak pasti. Ny.H juga tahu dia mengidap maag kronis, tapi tidak begitu
paham dengan penyakit maag, Ny.H hanya tahu penyebab maag itu karena
terlambat makan. Ny.H juga mengatakan ingin dijelaskan tentang penyakit
maag dan makanan apa yang boleh dimakan dan dihindari.

B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang gastritis' diharapkan dapat mehami
tentang Penyakit Gastritis
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang gastritis selama 30 menit di harapkan
Ny.H dapat
a. Menjelaskan tentang pengertian Gastritis
b. Menyebutkan tanda dan gejala Gastritis
c. Menyebutkan penyebab Gastritis
d. Menyebutkan terapi dan pengobatan Gastritis

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi (Terlampir)
a. Definisi Gastritis

3
b. Etiologi Gastritis
c. Manifestasi klinis
d. Komplikasi
e. Pemeriksaan penunjang
f. Penatalaksanaan Keperawatan

2. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
3. Media dan Alat
a. Flip chart
b. Leaflet
4. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : 08 Mei 2017
Jam : 13.00 - 13.30 WIB
Tempat : Rumah Keluarga Tn. K
5. Pengorganisasian
Moderator : Desi Nur
Leader/Co-leader : Faradilla Attamimi
Observer : Yusi, Fitri
Fasilitator : Rahayu, Pander

4
D. Kegiatan Penyuluhan

NO Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Waktu


Siswa-Siswi

I Pembukaan

- Moderator memberikan salam - Menjawab


salam 5 Menit
- Moderator memperkenalkan - Menyimak
anggota penyuluh
- Moderator menjelaskan tentang - Menyimak
topik penyuluhan
- Moderator membuat kontrak
- Menyimak
- Moderator menjelaskan tujuan
penyuluhan - Menyimak

- Menyimak

II Pelaksanaan

- Menjelaskan pengertian - Menyimak 15 Menit


Gastritis
- Menjelaskan Penyebab Gastritis - Menyimak
- Menjelaskan tanda dan gejala
Gastritis - Menyimak
- Menjelaskan komplikasi
gastritis - Menyimak
- Menjelaskan Terapi dan
pengobatan gastritis - Menyimak

- Diskusi

 Keluarga diberi - Siswa


kesempatan untuk bertanya
bertanya dan mengemu

5
kakan pendapat
 Penyaji menjawab - Siswa
pertanyaan dari keluarga Menyimak
 Melakukan evaluasi atas - Siswa
materi yang telah Menjawab
diberikan dengan cara
mengajukan pertanyaan .
ke keluarga

III Penutup
- Moderator memberi kesimpulan - Menyimak 5 Menit
atas penyuluhan yang telah
dilakukan
- Menutup penyuluhan - Menyimak
- Acara selesai - Menyimak

E. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Mahasiswa penyuluh dan keluarga Tn. K pada posisi yang sudah direncanakan

a. Media dan alat memadai.


b. Waktu pelaksanaan tepat waktu.
c. lingkngan yang tenang dan mendukung

2. Evaluasi Proses

a. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan tepat aktu sesuai dengan yang di

rencanakan.
b. Penyuluh menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.
c. Keluarga mendengarkan dengan penuh perhatian.
d. Keluarga terbuka dan berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan.
e. Tujuan khsus dapat dicapai

6
3. Evaluasi Hasil

Setelah mengikuti penyuluhan Ny. H dan keluarga Tn.K mampu

a. Menjelaskan tentang pengertian Gastritis


b. Menyebutkan tanda dan gejala Gastritis
c. Menyebutkan penyebab Gastritis
d. Menyebutkan terapi dan pengobatan Gastritis

F. Uraian Tugas

1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan
2. Moderator

a. Pada acara pembukaan

1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing lahan dan
pendidikan
3) Menjelaskan topik dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu ( jam)

b. Kegiatan inti

1) Meminta keluarga memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak


dipahami
2) Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas jawaban yang diajukan
untuk menjawab

c. Pada acara penutup

1) Menyimpulkan dan menutup diskusi


2) Mengucapkan salam

3. Leader / Co-Leader

a. Memberikan penyuluhan pada keluarga


b. Melakukan evaluasi

4. Fasilitator

7
a. Memotivasi keluarga agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat menganggu kegiatan penyuluhan

5. Observer

a. Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir


b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

Lampiran Materi

Tinjauan Pustaka

GASTRITIS

1. Definis Gastritis

Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa


lambung, yang dapat bersifat akut, kronis difus atau lokal. Dua jenis gastritis
yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik
kronis. (Price&Wilson, 2006).

Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung atau
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut (Hirlan, 2009). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih
menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian
tersebut. Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa,
sedangkan hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo,2007).

2. Etiologi Gastritis
a. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok, jenis
obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi atau

8
intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam empedu, iskemia dan
trauma langsung (Muttaqin, 2011).

Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS


(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat
dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung (Sagal, 2006). Hal
tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi
prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung. Hal tersebut
terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian
yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis dan pepticulcer
(Jackson, 2006).

Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol, seperti


whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal
sehingga, dapat menyebabkan perdarahan (Wibowo, 2007).

Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H.Pylori, namun
dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H.heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Protecus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis
dan Secondary syphilis (Anderson, 2007). Gastritis juga dapat disebabkan
oleh infeksi virus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur seperti
Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk penyebab
dari gastritis (Feldman,2001).
b. Gastritis kronis
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada
dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).
a) Gastritis infeksi

9
Beberapa peneliti menyebutkan bakteri Helicobacter pylori merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik (Anderson,2007). Infeksi
Helicobacter pylori sering terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Saat ini Infeksi
Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab tersering terjadinya
gastritis (Wibowo, 2007; Price dan Wilson, 2005). Infeksi lain yang
dapat menyebabkan gastritis kronis yaitu Helycobacter heilmannii,
Mycobacteriosis, Syphilis,infeksi parasit dan infeksi virus (Wehbi,
2008).
b) Gastritis non-infeksi
1) Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan
tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding
lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik
yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-
12. Kekurangan vitamin B-12 akhirnya dapat mengakibatkan
pernicious anemia, sebuah kondisi serius yang jika tidak dirawat
dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmue
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua (Jackson, 2006).
2) Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluk garam
empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau Aspirin
(Mukherjee, 2009).
3) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronis yang
menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung
dan gastritis sekunder dari terapi obat-obatan (Wehbi, 2008).
4) Gastritis granuloma non-infeksi kronis yang berhubungan dengan
berbagai penyakit, meliputi penyakit Crohn, Sarkoidosis, Wegener
granulomatus, penggunaan kokain, Isolated granulomatous
gastritis, penyakit granulomatus kronik pada masa anak-anak,
Eosinophilic granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis,

10
Plasma cell granulomas, Rheumatoid nodules, Tumor amyloidosis,
dan granulomas yang berhubungan dengan kanker lambung
(Wibowo,2007).
5) Gastritis limfositik, sering disebut dengan collagenous gastritis dan
injuri radiasi pada lambung (Sepulveda, 2004).

3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik gastritis terbagi menjadi yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik (Mansjoer, 2001):
a. Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah,
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika
dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-
obatan atau bahan kimia tertentu.
b. Gastritis kronik
Bagi sebagian orang gastritis kronis tidak menyebabkan gejala apapun
(Jackson, 2006). Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati,
anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.
Gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya menimbulkan
gejala seperti sakit yang tumpul atau ringan (dull pain) pada perut bagian
atas dan terasa penuh atau kehilangan selera setelah makan beberapa
gigitan.

4. Komplikasi Gastritis
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastristis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian

11
atas berupa hematemesis dan melena. Komplikasi ini dapat berakhir syok
hemoragik. Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna
bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia (Mansjoer, 2001).

5. Pemeriksaan penunjang
a. EGD (Esofagogastriduodenoskopi): tes diagnostic kunci untuk perdarahan
GI atas, untuk melihat sisi perdarahan/derajat ulkus jaringan/cedera.
b. Foto rontegn (minum barium): dilakukan untuk membedakan diagnose
penyebab atau sisi lesi.
c. Analisis gaster: dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas skretori mukosa gaster.
d. Angiografi: untuk melihat vaskularisai GI. Vaskularisasi dapat dilihat bila
endoskopi tidak dapat menyimpulkan atau tidak dapat dilakukan.
Menunjukkan sirkulasi koleteral dan kemungkinan isi perdarahan.
e. Tes amylase serum: meningkat pada ulkus duodenum, bila rendah diduga
gastritis.
f. Endoskopi: dapat melihat kelainan di lambung biasanya terdapat disekitar
angulus, antrum, dan prepilorus.
g. Gastroskopi: untuk melihat mukosa lambung (warna, kelicinan, tidak
adanya kelainan dan tempat kelainan).
h. Pemeriksaan laboraturium
1) Darah lengkap: bila ditemukan leukosit menandakan infeksi.
2) Analisis gaster: untuk mengetahui tingkat sekresi HCl, terjadi
penurunan sekresi HCl pada klien gastritis kronik.
3) Kadar serum vit. B12, nilai normal 200-1000 Pg/ml, apabila kadar vit.
B 12 rendah maka akan terjadi anemia megalostatik
4) Gastroscopy: untuk mengetahui permukaan mukosa, mengidentifikasi
area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsy.

12
5) Pada pemeriksaan darah selain untuk memeriksa ada tidaknya anemia
dapat juga untuk memeriksa ada tidaknya H. pylori. H. pylori inijuga
dapat diperiksa melalui biopsy mukosa, feses dan pernafasan.

6. Penatalaksanaan keperawatan
a. Terapi Farmakologi kolaborasi dengan dokter.
Terapinya melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam
lambung seperti:
1) Anatsida, menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa
sakit akibat asam lambung dengan cepat. penggunaan antasida tidak
boleh lebih dari 2 minggu, jika nyeri berlanjut maka hubungi dokter.
2) Penghambat asam. cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk
mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
3) Penghambat pompa proton.Yang termasuk obat golongan ini adalah
omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
b. Pendidikan kesehatan pada pasien gastritis
1) Makan dengan porsi sedikit tapi sering.
2) Jika pasien merasa lapar, jangan langsung minum – minuman yang
mengandung kafein seperti teh, tapi digantikan dengan air putih
hangat.
3) Bila kambuh karena terlambat makan, jangan langsung makan
makanan berat misalnya nasi, tapi digantikan dengan makanan ringan
seperti crackers/biskuit.
4) Makan secara benar, hindari makan – makanan yang dapat mengiritasi
terutama makanan yang pedas dan asam.
5) Makan dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan
dengan santai.
6) Mengunyah makanan sampai benar – benar lumat.
7) Minum air putih yang banyak atau dapat digantikan dengan minuman
ber-ion.

13
8) Meminum obat sesuai dengan anjuran dokter.
9) Menjaga kebersihan lingkungan seperti alat – alat makan, tempat
tidur, dll.
10) Hindari untuk meminum alkohol,karena alkohol dapat mengiritasi dan
mengikis lapisan mukosa dalam lambung serta dapat mengakibatkan
peradangan dan perdarahan.
11) Hindari untuk merokok, karena dapat mengganggu kerja lapisan
pelindung lambung.
12) Lakukan olahraga secara teratur, misalnya senam aerobik. Senam
aerobik dapat meningkatkan kecepatan jantung dan pernafasan juga
dapat menstimulasi aktivitas otot usus sehingga membantu
mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih cepat
13) Menghindari pemakaian aspirin saat merasa tidak enak badan,
digantikan dengan istirahat yang cukup.
14) Hindari pemakaian obat gabungan, untuk mengurangi efek negatif
obat.
15) Hindari stress yang berlebihan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, C., Braun, C. 2007. Pathophysiology: Functional Alterations in


Human Health Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Hirlan. (2009). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1 Edisi V. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI.

Jackson, S. 2006.Gastritis. Diambil dari http://www.gicare.com/pated


/ecd9546.htm. Diakses tanggal 05.04.2017

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Ed. II Jilid II. Jakarta:


Media Aesculapius FKUI.

Muttaqin, A dan Kumala, S (2011). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Median.

Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai