LP Isk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA Tn.

A
DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
DI KLINIK ALFATIH PAGERAGEUNG

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Praktik Kerja Lapangan

Disusun Oleh

RIDWAN FAISAL. S.Kep


20149012066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH

1. Pengertian
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius adalah infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau tanpa disertai dengan gejala, (Brunner
and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, halaman: 1428).
Infeksi saluran kemih atau infeksi traktus urinarius merupakan suatu keadaan dimana terdapat

bakteriuria yaitu mikroorganisme pathogen 105/ml pada urine pancarann tengah yang dikumpulkan
secara benar, (Price and Wilson, Patofisiologi Edisi 6 Vol. 2, halaman: 918).
Jadi infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi pada saluran perkemihan yang disebabkan oleh

mikroorganisme pathogen yang ditandai terdapatnya 105/ml bakteri pathogen dalam urine seseorang.

2. Patofisiologi
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih pendek dan
memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah masuk ke uretra.
Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi herpes virus genital ditularkan
melalui hubungan seksual selama periode simptomatik maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh
pasangannya. Pecahnya lesi dapat menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul
pada mukosa uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan. Kutil
intra uretra dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau hematuria. Kutil yang
menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana masuknya agent atau
mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu dilakukan penggantian kateter dan perawatan
kateter. Selang kateter bagian luar (yang terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan
bersentuhan dengan lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan
bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.
Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen,
limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
a. Secara asending yaitu:
1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK
lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam
traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter).
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
b. Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi
secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan
distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa melekat pada dinding-dinding
saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu
seperti siklamat, asparmat, sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi anti-lekat yang
sempurna.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra  ke kandung kemih. Ketika mengejan vesika
urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari
uretra ke vesika urinaria. Dengan baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri  yang terdapat pada anterior uretra masuk
ke dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin  dari vesika urinaria atau kandung kemih ke ureter. Hal
ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup
yang membatasi ureter dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin yang
terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat mengakibatkan
penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter.  Hal ini mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal
(hidronefrosis) yang disebabkan oleh  jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma,
hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri pathogen berkembang biak di dalam saluran
kencing sehingga akan menginfeksi seluran kencing tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga bakteri pathogen
berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran
kemih bagian atas.
Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat menyebabkan
kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan naik ke uretra dan menginfeksi saluran-
saluran urinaria. Cara membasuh yang benar adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan dari
anus naik  ke kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau meregang, hal ini akan
membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang
banyak orang yang baru selesai buang air kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang
tersisa banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika akibat menahan
tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan tekanan yang tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan
ginjal.

3. ETIOLOGI
a. Faktor Resiko
1) Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria.
2) Memiliki riwayat penyakit menular seksual
3) Kateterisasi
b. Faktor Predisposisi
1) Bakteri Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan Staphylococcus
saprophyticus.
2) Terganggunya glikosaminoglikan
3) Refluks uretrovesikal
4) Refluks ureterovesikal
5) Obstruksi aliran urin
c. Faktor Presipitasi
1) Hygiene buruk
2) Cara membasuh alat kelamin yang salah
3) Sering menahan kencing

4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada infeksi saluran kemih sangat bervariasi bahkan tidak menimbukan gejala apapun. Pada
infeksi saluran kemih bagian bawah (sistisis) mencakup:
a. Nyeri yang sering
b. Rasa panas ketika berkemih
c. Kadang-kadang disertai spasme pada kandung kemih dan area suprapubis
d. Hematuria
e. Nyeri punggung
f. Peningkatan frekuensi berkemih
g. Perasaan ingin berkemih
h. Adanya sel-sel darah putih dalam urin
i. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah.

5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
a. Batu saluran kemih
b. Obstruksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Infeksi kuman yang multisystem
e. Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang adalah terjadinya
renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan menyebabkan:
a. Pielonefritis
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
a. Retardasi mental pada bayi,
b. Pertumbuhan bayi lambat
c. Cerebral palsy
d. Fetal death.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran
kemih, antara lain :
1) Urinalisis
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi
suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki  dan perempuan yang sudah bisa
berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi
tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil,
spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam
pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling
tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya
urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a) Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit
glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.
b) Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila ditemukan paling
sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat
leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
(1) Infeksi tuberkulosis
(2) Urin terkontaminasi dengan antiseptik
(3) Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
(4) Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
(5) Nefrolitiasis
(6) Tumor uroepitelial
c)  Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain:
(1) Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal.
(2) Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis\
(3) Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut
(4) Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan
proteinuria nefrotik.

d) Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

e) Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran kemih,
lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

2) Bakteriologis
a) Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau
pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
b) Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK
yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Pengambilan spesimen Jumlah koloni bakteri per ml urin
Aspirasi supra pubik >  100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme
patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa  ISK  pada anak-anak sudah dapat
ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin yang diambil melalui
kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa ditemukannya jumlah koloni bakteri antara
10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi
dari luar, sehingga masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak
menunjukkan adanya gejala ISK.

b. Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis
yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielografi
intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CTScan.

7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Mengobservasi TTV pasien tiap 6 jam.
2) Menganjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas microorganisme yang
mungkin naik ke uretra.
3) Mengkaji skala nyeri pasien dengan metode PQRST.
4) Mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi (menonton TV, mengobrol) dan relaksasi (nafas dalam).
5) Memberikan HE.
6) Mengukur dan catat pengeluaran urine setiap kali berkemih.
b. Medis
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif
menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina. Infeksi
Saluran Kemih ( ISK ) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
1) Terapi antibodika dosis tunggal
2) Terapi antibiotika konvensional : 5-14 hari
3) Terapi antibiotika jangka lama : 4-6 minggu
4) Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.penggunaan medikasi
yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (tpm,smz, bactrim,
septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini.
pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat
infeksi. Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme
yang mungkin naik ke uretra,untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari
kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feces.

8. Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Pengkajian
Pengkajian focus yang biasa dilakukan untuk mengkaji keluhan pasien dengan ISK antara lain:
1) Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan sistem tubuh.
2) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
a) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
b) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
3) Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
a) Bagaimana dengan pemasangan kateter?
b) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
c) Apakah terjadi inkontinensia urine?
4) Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
a) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi faktor predisposisi terjadinya ISK pasien
(dorongan, frekuensi, dan jumlah) 
b) Adakah disuria?
c) Adakah urgensi?
d) Adakah darah sewaktu berkemih?
e) Adakah hesitancy?
f) Adakah bau urine yang menyengat?
g) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine?
h) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah
i) Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas
j) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas.
5) Pengkajian psikologi pasien:
a)    Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan?
b)   Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya?

Analisa Data
Data Subyektif Data Obyektif Masalah
Pasien mengatakan nyeri saat Pasien terlihat meringis saat Nyeri
berkemih buang air kecil

Pasien mengatakan nyeri saat Pemeriksaan PQRST:


perkusi panggul
P:
Q:
R:
S:
T:
Pasien mengatakan kencingnya Urin pasien berwarna keruh, Gangguan eliminasi
tersendat-sendat terdapat darah, purulent. urinarius

Pasien mengatakan sering ingin Hasil pemeriksaan lab adanya


buang air kecil, tapi urinnya bakteri pathogen
tidak keluar

Pasien mengatakan badannya Suhu tubuh pasien meningkat Hipertermia


panas 38-390C

Pasien mengatakan susuah tidur Mata pasien terlihat lelah dan Insomnia
di malam hari merah

Pasien mengatakan hanya bisa Terdapat lingkar hitam pada


tidur 2 sampai 3 jam / hari mata

Pasien mengatakan sering


terbangun di malam hari

Pasien mengatakan tidak bisa


tidur siang

Pasien mengatakan tidak paham Pasien terlihat  bingung Defisiensi pengetahuan


tentang penyakitnya ketika ditanya tentang
penyakitnya
Pasien mengatakan tidak tahu
tentang pengobatan
penyakitnya

b. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul menurut NANDA 2009-2011.
1) Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, zat kimia, dan psikologis.
2) Gangguan eliminasi urinarius berhubungan dengan obstruksi anatomik, infeksi saluran kemih,
penyebab multiple, gangguan sensorik-motorik.
3) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
4) Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik, nyeri.
5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, salah interpretasi informasi,
tidak familier dengan sumber informasi.
6)
c. Intervensi

Rencana Tujuan dan


No. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Rasional
Kriteria Hasil
1.        Nyeri berhubungan dengan Tujuan : Mandiri Mandiri
agen cedera biologis, fisik, Setelah dilakukan asuhan 1. Berikan tindakan 1. meningkatkan
zatkimia, dan psikologis. keperawatan ...x 24 jam nyaman, seperti relaksasi, menurunkan
diharapkan masalah nyeri pijatan punggung, tegangan otot
ditandai dengan : dapat teratasi dengan lingkungan istirahat 2. membantu
DS: kriteria hasil : 2. Bantu atau dorong mengarahkan kembali
 Pasien mengatakan nyeri 1. Tidak nyeri waktu penggunaan nafas perhatian dan untuk
saat berkemih berkemih . berfokus relaksasi otot
 Pasien mengatakan nyeri 2. Tidak nyeri pada perkusi 3. Berikan perawatan 3. untuk mencegah
saat perkusi panggul panggul perineal kontaminasi uretra
DO: 4. Jika dipasang 4. Kateter memberikan
 Pasien terlihat meringis kateter indwelling, jalan bakteri untuk
saat buang air kecil berikan perawatan memasuki kandung
kateter 2 kali per hari kemih dan naik
 Pemeriksaan PQRST: 5. Catat lokasi, kesaluran perkemihan.
lamanya intensitas 5. membantu
P: skala (1-10) mengevaluasi tempat
Q: penyebaran nyeri. obstruksi dan
R: 6. Pantau pengeluaran penyebab nyeri
S: urine terhadap 6. untuk
         T: perubahan warna, bau mengidentifikasi
dan pola berkemih, indikasi kemajuan atau
masukan dan haluaran penyimpangan dari
setiap 8 jam dan hasil yang diharapkan
pantau hasil urinalisis
ulang Kolaborasi
1. Temuan- temuan ini
Kolaborasi dapat memeberi tanda
1. Konsul dokter bila: kerusakan jaringan
sebelumnya kuning lanjut dan perlu
gading-urine kuning, pemeriksaan luas
jingga gelap, berkabut 2. analgesic memblok
atau keruh. Plak lintasan nyeri sehingga
berkemih berubah, mengurangi nyeri
sering berkemih
dengan jumlah sedikit,
perasaan ingin
kencing, menetes
setelah berkemih.
Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2. Berikan analgesic
sesuai kebutuhan dan
evaluasi
keberhasilannya
2. Gangguan eliminasi Tujuan : Mandiri Mandiri
urinarius berhubungan Setelah dilakukan 1. Dorong 1. peningkatan
dengan obstruksi asuhan keperawatan meningkatkan hidrasi membilas
anatomik,  infeksi … x 24 jam pemasukan cairan bakteri.
saluran kemih, diharapkan masalah 2. Kaji keluhan 2. retensi urin dapat
penyebab multiple, gangguan eliminasi kandung kemih terjadi menyebabkan
gangguan sensorik- urinarius dapat penuh distensi jaringan
motorik. teratasi dengan 3. Observasi (kandung
ditandai dengan : kriteria hasil : perubahan status kemih/ginjal)
DS : 1. Polaeliminasi mental, perilaku atau 3. akumulasi sisa
 Pasien mengatakan membaik tingkat kesadaran uremik dan ketidak
kencingnya 2. tidak terjadi tanda- 4. Awasi pemasukan seimbangan
tersendat-sendat tanda gangguan dan pengeluaran elektrolit dapat
 Pasien mengatakan berkemih (urgensi, karakteristik urin menjadi toksik pada
sering ingin buang oliguri, disuria) 5. Kecuali susunan saraf pusat
air kecil, tapi dikontraindikasikan: 4. memberikan
urinnya tidak keluar ubah posisi pasien informasi tentang
setiap dua jam fungsi ginjal dan
Kolaborasi : adanya komplikasi
1. Lakukan tindakan 5. untuk mencegah
DO : untuk memelihara statis urin
 Urin pasien asam urin:
berwarna keruh, tingkatkan masukan Kolaborasi :
terdapat darah, sari buah berry dan1. aamurin
purulent. berikan obat-obat menghalangi
 Hasil pemeriksaan untuk meningkatkan tumbuhnya kuman.
lab adanya bakteri aamurin. Peningkatan
pathogen masukan sari buah
dapt berpengaruh
dalam pengobatan
infeksi saluran
kemih Awasi
pemeriksaan
laboratorium;
elektrolit, BUN,
kreatinin
3. Hipertermia Tujuan : Mandiri Mandiri
berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada 1. pengetahuan yang
proses penyakit. asuhan keluarga tindakan memadai
ditandai dengan keperawatan ... x 24 perawatan yang akan memungkinkan
DS   : jam diharapkan dilakukan. klien dan keluarga
 Pasien mengatakan masalahhipertermia kooperatif terhadap
badannya panas pasien dapat teratasi 2. Berikan kompres. tindakan
DO   : dengan kriteria hasil : keperawatan.
 Suhu tubuh pasien 1. Suhu tubuh dalam 3. Anjurkan kepada 2. penurunan panas
meningkat 38-390C batas normal (360C – pasien untuk dapat dilakukan
370C) memakai baju yang dengan cara
tipis dan menyerap konduksi melalui
keringat untuk klien kompres.

4. Anjurkan kepada 3. penurunan


klien untuk minum suhu dapat
lebih banyak. dilkukan dengan
teknik evaporasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam 4. hidrasi cairan
pemberin antipiretik yang cukup
dapat
menurunkan
suhu tubuh

Kolaborasi
1. antipiretik
mengandung
regimen yang
bekerja pada
pusat pengatur
suhu di
hipotalamus.
4 Insomnia berhubungan Tujuan : Setelah Mandiri Mandiri
. dengan ketidaknyamanan dilakukan asuhan 1. Ajarkan teknik 1.  mengajarkan
fisik, nyeri keperawatan ... x 24 distraksi dan pasien menarik
ditandai dengan jam diharapkan relaksasi napas dalam dan
DS: masalah insomnia mengalihkan
 Pasien mengatakan pasien dapat teratasi perhatian akan
susuah tidur di malam dengan kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga membuat pasien
hari 1. Istirahat dan tidur untuk menemani lebih rileks dan
 Pasien mengatakan adekuat pasien mengobrol tidak
hanya bisa tidur 2 2. Tidak terbangun atau pun pada saat memikirkan rasa
sampai 3 jam / hari pada malam hari tidur nyerinya
 Pasien mengatakan 2. agar pasien
sering terbangun di 3. Atur tata ruangan tidak merasa
malam hari agar senyaman sendirian
 Pasien mengatakan mungkin dan terjaga sehingga tidak
tidak bisa tidur siang kebersihannya terlalu
memikirkan
DO : penyakitnya
Mata pasien terlihat 3.agar pasien
lelah dan merah merasa nyaman
untuk
Terdapat lingkar hitam beristirahat dan
pada mata tidur.
5 Kurangnya pengetahuan Tujuan : Setelah Mandiri Mandiri
tentang kondisi, dilakukan asuhan 1. Kaji ulang proses 1. memberikan
prognosis, dan kebutuhan keperawatan ... x 24 penyakit dan harapan pengetahuan
pengobatan berhubungan jam diharapkan yang akan datanng dasar dimana
dengan kurangnya masalahkurang pasien dapat
sumber informasi pengetahuan pasien membuat pilihan
ditandai dengan dapat teratasi dengan beradasarkan
kriteria hasil : informasi.
DS: 1. Menyatakan dan 2. Berikan informasi 2. pengetahuan apa
 Pasien mengatakan mengerti tentang tentang: sumber yang diharapkan
tidak paham tentang kondisi, infeksi, tindakan dapat mengurangi
penyakitnya pemeriksaan untuk mencegah ansietas dan,
 Pasien mengatakan diagnostic, rencana penyebaran, jelaskan membantu
tidak tahu tentang pengobatan, dan pemberian antibiotic, mengembankan
pengobatan tindakan perawatan pemeriksaan kepatuhan klien
penyakitnya diri preventif. diagnostic: tujuan, terhadap rencan
gambaran singkat, terapetik.
DO : persiapan yang 3. instruksi verbal
 Pasien terlihat  dibutuhkan sebelum dapat dengan mudah
bingung ketika ditanya pemeriksaan, dilupakan
tentang penyakitnya perawatan sesudah 4.  Pasien sering
pemeriksaan menghentikan obat
3. Pastikan pasien mereka, jika tanda-
atau orang terdekat tanda penyakit
telah menulis mereda. Cairan
perjanjian untuk menolong membilas
perawatan lanjut dan ginjal. Asam piruvat
instruksi tertulis dari sari buah berry
untuk perawatan membantu
sesudah pemeriksaan mempertahankan
4. Instruksikan keadaan asam urin
pasien untuk dan mencegah
menggunakan obat  pertumbuhan bakteri
yang diberikan 5. Untuk mendeteksi
sebanyak kurang isyarat indikatif
lebih delapan gelas kemungkinan
per hari khususnya ketidak patuhan dan
sari buah berry membantu
5. Berikan mengembangkan
kesempatan kepada penerimaan rencana
pasien untuk terapeutik
mengekspresikan
perasaan dan
masalah tentang
rencana pengobatan.
a. Pelaksanaan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. (Aziz, 2006).
b. Evaluasi
1) Nyeri teratasi
2) Tidak mengalami gangguan eliminsi urin, urin lancar tanpa tersendat

3) Suhu tubuh dalam rentang normal (360C – 370C)


4) Istirahat dan tidur adekuat
5) Klien mendapat pengetahuan baru dan mengerti tentang penyakit serta pengobatannya
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi  6
Volume 2. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth Edisi 8 Volume 2.


Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria
Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai