Teori Organisasi Nike

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

A.

Ringkasan Kasus

Nike, yang memiliki kantor pusat di Beaverton, Oregon, adalah


pembuat sepatu olahraga terbesar di dunia. Selama tahun 1990an CEO Nike,
Phil Knight, beserta tim perancang sepatunya, berada di puncak fashion
sepatu karena seluruh keputusan inovasi design mereka mengarah kepada
kesuksesan, baik penjualan maupun profit untuk perusahaan. Karena hal
tersebut, Designer dan manajer perusahaan menjadi yakin bahwa mereka
tahu yang terbaik apa yang pelanggan inginkan dan keputusan mereka
mengenai cara mengubah dan mengembangkan sepatu Nike untuk masa
yang akan datang akan diterima secara antusias oleh pelanggan. Namun,
pesaing-pesaing baru mulai memasuki pasar. Nike kalah persaingan karena
mereka mulai menawarkan berbagai alternative jenis sepatu olahraga untuk
berbagai segmen, sedangkan Nike tidak memiliki sepatu untuk segmen pasar
seperti itu. Terlebih lagi, Nike gagal menyadari bahwa sepatu olahraga
berubah menjadi sepatu performance yang lebih digunakan untuk kegiatan
sehari-hari. Nike juga gagal memperhatikan peningkatan preferensi/pilihan
pelanggan untuk sepatu hitam dan dark blue yang dapat digunakan sebagai
sepatu untuk jalan dan bekerja yang membuat Nike kehilangan pelanggan.
Akhirnya , di tahun 2000an, CEO, Phil Knight melihat bahwa tim designernya
sudah tidaj dapat membuat keputusan yang menguntungkan, sehingga ia
mempekerjakan seorang manajer dari luar perusahaan untuk mengubah
cara pengambilan keputusan. Atas saran manajer tersebut, Knight
memutuskan untuk mengakuisisi Cole Haan. Kemudian, menyadari bahwa
Nike harus memasuki pasar kecil, di tahun 2000an, Nike membeli perusahaan
kecil lainnya.

Untuk mencoba menangani kesalahan pengambilan keputusan di


tahun sebelumnya, Knight memutuskan sebuah cara baru untuk mendesign
sepatu khusus untuk pasar seperti untuk sepakbola, golf, dan skateboarding.
Untuk selanjutnya, daripada menggabungkan seluruh designer dalam satu
departemen besar, mereka akan dipisah menjadi beberapa tim yang
berbeda. Masing-masing tim akan fokus dalam mengembangkan produk-
produk unik untuk menyesuaikan kebutuhan pelanggan sesuai dengan
segmen pasarnya. Pendekatan baru Nike dalam hal pengambilan keputusan
berhasil, mayoritas sepatu barunya sekarang menjadi leader di segmen pasar
mereka dan penjualan serta keuntungan melonjak di tahun 2010an. Nike
belajar dari kesalahannya dan Knight melanjutan untuk mempromosikan
organizational learning, proses membantu anggota suatu organisasi untuk
berfikir out of the box dan memiliki keinginan untuk bereksperimen,
mengambil resiko, dan menciptakan perubahan.

B. Landasan Teori

Organizational Change adalah proses dimana sebuah perusahaan


menstruktur kembali sumber daya yang dimilikinya untuk
meningkatkan kemampuan dalam menciptakan value dan efektivitas
perusahaan.

Perubahan organisasi biasanya menargetkan peningkatan efektivitas


pada satu atau lebih dari empat level berbeda:

1. Human resources : Aset paling penting dalam sebuah perusahaan


karena kemampuan dan keahliannya dapat memberikan
competitive advantage untuk perusahaan.

2. Functional resources : Sebuah perusahaan dapat meningkatkan


value dengan mengubah struktur, budaya, dan teknologi.

3. Technological capabilities : Menyediakan produk-produk baru,


mengubah produk yang sudah ada, dan menciptakan core
competence. Meningkatkan reliability dan kualitas barang serta jasa
merupakan suatu kemampuan yang penting. Perusahaan mungkin
perlu menstruktur ulang untuk memperoleh keuntungan dari
teknologi baru.
4. Organizational capabilities : Perusahaan menggunakan human dan
functional resources untuk meraih technological opportunities
melalui struktur dan budaya.

C. Jawaban Pertanyaan

1. How did Nike change the way it made decisions and introduce
new products?

Ketika Phil Knight, CEO Nike, menyadari bahwa para designernya


mulai membuat keputusan yang buruk, ia merecruit seorang
manajer dari luar perusahaan untuk mengubah cara pengambilan
keputusan. Kemudian manajer baru tersebut menyarankan Knight
untuk membeli perusahaan spesialisi untuk memperluas pasar Nike.
Cara lain yang dilakukan Knight adalah dengan memutuskan
sebuah cara baru untuk mendesign sepatu khusus untuk pasar
tertentu seperti untuk sepakbola, golf, dan skateboarding. Selain
itu, ia juga memisahkan designernya menjadi beberapa tim yang
berbeda. Masing-masing tim akan fokus dalam mengembangkan
produk-produk unik untuk menyesuaikan kebutuhan pelanggan
sesuai dengan segmen pasarnya.

2. In what ways could Nike use the change techniques discussed in


this chapter to find ways to improve its effectiveness and
competitive advantage?

1. Human Resources

Nike mempekerjakan seorang manajer dari luar perusahaan


untuk mengubah cara pengambilan keputusan perusahaan
tersebut serta menyarankan Knight untuk membeli sebuah
perusahaan dengan segmen pasar tertentu untuk memperluas
pasar Nike.
2. Functional Resources

Nike mengubah strukturnya dari functional menjadi product


team structure untuk mempercepat pengembangan
produknya. Nike memisahkan departe men design menjadi beberapa tim dan
masing-masing tim fokus pada segmen pasarnya masing-masing.

3. Technological Capabilities

Nike membuat produk yang disesuaikan dengan segmen


pasar, sepakbola, golf, dan skateboarding.

4. Organizational Capabilities

Anda mungkin juga menyukai