Baut Batuan Pada Terowongan
Baut Batuan Pada Terowongan
Baut Batuan Pada Terowongan
KEADAAN UMUM
2.1 Teori Dasar
2.1.1 Baut Batuan
Kestabilan penambangan bawah tanah sangat bergantung pada teknik
pemasangan baut batuan dan keahlian para pemasang baut batuan menggunakannya.
Pemasangan baut batuan merupakan salah satu pekerjaan yang paling berbahaya. Pada
periode tahun 2000 hingga maret 2004, jatuhan atau luncuran material merupakan
penyebab terbesar kedua kematian pada penambangan batubara dan peringkat terbesar
keempat untuk penambangan logam dan nonlogam. Kecelakaan-kecelakaan seperti ini
seharusnya dapat dicegah atau minimal dikurangi jika dilakukan pelatihan
pemasangan baut batuan. Kecelakaan pada penambang yang berhubungan dengan
baut batuan tidaklah disebabkan oleh jatuhan atau luncuran atap, akan tetapi
seringkali terjadi karena kurangnya pengalaman melakukan pengeboran dan
menggunakan peralatan baut batuan.
Pada terowongan dan penambangan bawah tanah, baut batuan merupakan
batang baja yang dimasukkan ke dalam lubang bor untuk menyangga atap atau
dinding hasil penggalian.
II-2
Sedangkan, kerugiannya adalah relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan
jenis baut batuan yang lain, dibutuhkan keakuratan mengenai ukuran diameter lubang
bor sehingga didapatkan pemasangan yang benar dan tepat untuk memperoleh
kekuatan lubang yang didapatkan. Selain itu, pemasangan baut batuan yang panjang
dapat menjadi sulit, dan tidak dapat digunakan dalam pemasangan jangka panjang
kecuali kalau dilindungi oleh anti korosi. (Irwandy Arif, 2002).
II-3
2.1.2.2 Fungsi Penekanan
Aksi suatu penyanggaan pada permukaan lubang bukaan bawah tanah, melalui
gaya yang diaplikasikan, dikonversikan menjadi tekanan rata-rata yang umumnya
sangat rendah dari nilai tegangan yang telah ada dalam batuan sebelum realisasi dari
penggalian. Hal ini terjadi jika kedalaman mencapai 100 m.
Walaupun demikian, tekanan yang rendah ini dinilai cukup dalam banyak
kasus untuk terlibat secara nyata dalam kondisi seimbang dari batuan di sekitar lubang
bukaan.
II-4
penegangan sendiri dari suatu lengkungan di atas lubang bukaan dalam suatu massa
batuan yang cukup kuat.
II-5
tiap-tiap elemen memberikan tanggapan sebuah penentuan linear atau non-linear
berdasarkan hukum tegangan-regangan. Pergerakan relatif pada diskontinuitas juga
dapat dimunculkan dengan linear atau non-linear grafik hubungan gaya dan
perpindahan untuk pergerakan pada arah gaya normal dan gaya geser. Selain itu,
diizinkan pula terjadinya perpindahan elemen-elemen dari blok deformable tersebut
sehingga dapat terjadi perubahan bentuk blok.
Data-data yang dihasilkan oleh UDEC baru dapat digunakan sebagai data yang
valid jika data diambil dalam kondisi tunak (steady state). Keadaan ini dapat diketahui
dengan cara memplot history unbalanced yang berupa data resultan gaya total. Jika
kurva yang terbentuk sudah landai dan mendekati nol, maka keadaan tunak yang
diharapkan sudah tercapai dan selanjutnya dapat dilakukan pengambilan data.
II-6
Gerakan blok individu ditentukan dari besar dan arah resultan momen out of
balance dari gaya yang bekerja. Untuk blok dalam dua dimensi yang dikenakan oleh
beberapa gaya, seperti gravitasi, gerak satu dimensi dari massa tunggal dihasilkan
oleh gaya F(t). Hukum II Newton dituliskan sebagai berikut :
du& F
= ..........(2-2)
dt m
keterangan : u& = kecepatan
t = waktu
m = massa
t t
t+ t
du& u& 2
v& 2
= ..(2-3)
dt t
Substitusi persamaan (2-3) ke persamaan (2-2)
t t
t+ t F (t )
u& 2
= u& 2
+ .t ....(2-4)
m
Dengan penurunan kecepatan pada setengah tahap waktu, memungkinkan
perpindahan sebagai berikut :
t
( t +t ) (t ) t+
u = u + u& 2
.t ......................................(2-5)
Karena gaya bergantung pada perpindahan, maka perhitungan
gaya/perpindahan dilakukan pada waktu yang bersamaan.
Untuk blok-blok yang berada pada dua dimensi, mengalami beberapa gaya
seperti gaya gravitasi sehingga persamaannya menjadi :
t
t+
t
t Fi ( t )
u& 2
= u& 2
+ + gi .t
m
.....(26)
t
t+
t
t
M (t )
& 2
= & 2
+ .t
I
dimana : & = kecepatan angular blok
I = momen inersia blok
II-7
u& = komponen kecepatan blok
gi = komponen percepatan gravitasi
Gambar II-2
Hubungan Perhitungan Yang Digunakan Pada Formula Distinct Element
..(2-7)
t
t+
( t +t ) = (t ) + & 2
.t
dimana : = rotasi blok pada pusat, dan
i = koordinat pusat blok
Penting untuk diperhatikan bahwa perputaran yang terjadi tidak disimpan,
pernambahan perputaran digunakan untuk memperbaharui posisi blok hingga stabil.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tiap saat menghasilkan posisi blok terbaru yang
akan membangkitkan gaya-gaya sentuh.
II-8
Resultan gaya dan momen digunakan untuk menghitung percepatan linear atau
percepatan angular dari tiap-tiap blok. Kecepatan dan perpindahan blok ditentukan
melalui integrasi dari seluruh tahapan waktu. Langkah-lankah ini diulang hingga
diperoleh keadaan yang setimbang atau menghasilkan continuing failure.
Berdasarkan hukum Newton II gaya pada dua bodi (ditunjukkan dengan
subscript a dan b) yang terjadi pada waktu T pada arah yang saling berlawanan
ditunjukkan dengan :
ma u&&a = F ......................................................................................(2-8)
ma u&&a = F ....................................................................................(2-9)
menjadi kecepatan akhir v pada suatu jarak S dengan gaya konstan F dirumuskan
sebagai berilkut :
mv& = F ..........................................................(2-13)
Menggunakan identitas bahwa v& = v dv/ds,
v S
m v dv = F ds..........................................(2-14)
v0 0
II-9
2.2.4 Memodelkan Sifat Kekar
Kekar pada batuan digambarkan secara numerik dalam bentuk permukaan
kontak antara dua sisi blok. Secara umum, untuk setiap pasang blok yang bersentuhan
elemen data dibuat untuk menggambarkan titik kontak. Model kekar dibuat guna
menunjukkan tanggapan dari kekar dalam massa batuan. Tabel 2.1 menunjukkan
model pembentuk kekar yang ada dalam UDEC.
Dalam UDEC, blok-blok yang berdekatan dapat bersentuhan di sepanjang
sisinya atau pada titik diskrit dimana suatu sudut bertemu sisi atau sudut lainnya.
Untuk blok rigid, sebuah kontak dalam UDEC dapat terjadi pada setiap sudut yang
berinteraksi dengan sudut atau sisi dari blok lain. Sedangkan pada blok yang
deformable titik kontak diciptakan pada seluruh titik ikat pada sisi blok yang
bersentuhan. Jumlah titik kontak dapat ditambah sebagai fungsi dari internal blok-
blok yang berdekatan. Masalah khusus dari skema kontak ini adalah tanggapan yang
tidak nyata yang dihasilkan ketika blok bersentuhan. Hal ini merupakan hasil dari
permodelan dimana sudut blok-blok tajam atau memiliki kekuatan yang terbatas.
Kenyataannya, persentuhan sudut-sudut blok akan terjadi sebagai bagian dari
konsentrasi tegangan. Selain itu, kondisi nyata dapat dicapai
II-10
Tabel II-1 Model Pembentuk Kekar(*)
dengan membulatkan sudut blok sehingga blok-blok dapat meluncur secara halus saat
dua sudut yang berlawanan saling berinteraksi. Ujung membulat dipakai oleh UDEC
dengan mengkhususkan busur bulatan untuk setiap ujung blok.
Ujung membulat dipakai dalam UDEC khususnya lengkungan busur untuk
setiap sudut blok. Lengkungan ini dibatasi oleh jarak dari titik puncak ke titik
tangensial dengna ujung yang berhubungan. Untuk hasil yang lebih akurat, panjang
ujung membulat kurang dari 1 % dari panjang sisi blok dalam model.
Dua jenis kontak yang dipergunakan untuk memodelkan perilaku kekar adalah
kontak sudut dengan sudut atau kontak sisi dengan sudut. Keduanya dinamakan
kontak numerik. Secara fisik, kontak sisi dengan sisi penting karena berhubungan
dengan kekar batuan tertutup sepanjang seluruh sisinya.
Kekar diasumsikan sebagai perluasan antara dua kontak dan setengahnya dari
masing-masing sisinya memberikan tegangan kontak. Tambahan perpindahan normal
dan perpindahan geser dihitung untuk tiap titik kontak dan panjang yang
bersangkutan.
II-11
2.2.5 Blok Deformable
Dalam metode elemen distinct, blok dapat rigid atau deformable. Formula
dasar untuk blok-blok rigid telah diberikan oleh Cundall (1978). Formula ini
menggambarkan medium sebagai kumpulan blok-blok distinct yang tidak akan
merubah geometri blok-blok tersebut sebagai hasil dari pembebanan. Maka dari itu,
formula ini paling baik dipakai pada daerah dimana perilaku sistem didominasi oleh
bidang diskuntinu sedangkan untuk material elastik dapat diabaikan.
Untuk beberapa hal, deformasi dari blok-blok individu tidak dapat diabaikan
karena tidak dapat diasumsikan sebagai blok kaku. Blok fully deformable
dikembangkan oleh UDEC untuk mengijinkan deformasi internal tiap blok dalam
model.
Ketika berhadapan dengan batuan yang memiliki banyak kekar dan spasi
rapat, maka sebaiknya dipilih tipe blok kaku, karena dengan kekar-kekar tersebut
massa batuan akan dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil sehingga akan
mempengaruhi pergerakan bongkahan-bongkahan batuan.
Namun demikian, sebenarnya kita dapat menggunakan blok deformable untuk
kondisi-kondisi seperti ini, hanya saja perhitungan akan menjadi sangat lama. Hal ini
terjadi karena selain harus membuat bongkahan-bongkahan batuan, bongkahan
tersebut harus dibagi menjadi beberapa elemen segitiga beda hingga untuk
mengontrol perubahan geometrinya.
II-12
Tahap yang diperlukan untuk perhitungan kestabilan deformasi blok adalah
sebagai berikut :
1/ 2
m
tn = 2 min i ..........................................(2-16)
ki
dengan mi adalah massa yang berhubungan dengan node blok, dan
dari sebuah sistem linear elastik. Ukuran kekakuan ki terhadap kekakuan batuan utuh
Istilah pertama pada sisi kanan mewakili penjumlahan dari kekakuan semua elemen
yang berhubungan dengan node i
8 4 b2
k xi = K + G max .....................................(2-18)
3 3 hmin
dengan K dan G berurutan adalah modulus Bulk dan modulus geser elastik material
bmax adalah zona tepi terbesar
Sedangkan kekakuan kekar, k ji , hanya ada untuk node-node yang berlokasi pada
batas blok, dimana terjadi karena hasil dari kekakuan normal atau kekakuan geser
(yang lebih besar) dan penjumlahan lengan dari tepi dua blok.
Untuk menghitung perpindahan relatif antar blok, tahap waktu batas dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
1/ 2
M
tb = ( frac ) 2 min ..................................(2-19)
K max
Dimana M min adalah massa blok yang paling kecil dari sistem, dan
II-13
Frac dalam persamaan di atas adalah nilai yang diberikan oleh pemakai
untuk menghitung kontak blok tunggal dengan beberapa blok. Tahap waktu
pengamatan untuk analisis elemen distinct adalah sebagai berikut :
t = min ( tn , tb ) ...........................................(2-20)
II-14
2.2.9 Penskalaan Massa
Salah satu cara untuk mengurangi waktu perhitungan adalah dengan menskala massa
(density) material padat. Penskalaan massa dapat dibuat dengan perintah
II-15
Block Motion Gerakan positif adalah ke atas dan ke kanan
Tegangan positif menunjukkan tarikan, dan negatif jika berupa
Direct Stress
tekanan
Shear Stress Tegangan geser yang positif terlihat seperti pada Gambar 2.8
Regangan positif menunjukkan perpanjangan dan
Direct Strain
pemendekkan berarti regangan negatif
Shear Strain Regangan geser terlihat pada Gambar 2.9
Tegangan Normal Bernilai positif untuk tekanan
Kekar
Tegangan Geser Tegangan geser kekar positif jika searah dengan pergerakan
Kekar relatif
Perpindahan Geser Perpindahan geser kekar positif jika searah dengan pergerakan
Kekar relatif
Sumber : UDEC, version 2.01. Vol I : Users Manual, Itasca Consulting Group, 1993
II-16
yx
xy xy
yx
Gambar II-3
Konvensi Tanda Untuk Shear Stress Bernilai Positif
Gambar II-4
Perpanjangan Yang Berasosiasi Dengan Regangan Geser Positif dan Negatif
II-17
2.3 Profil PT Aneka Tambang (ANTAM)
PT Aneka Tambang (ANTAM) adalah sebuah perusahaan tambang nasional
yang bergerak dalam bidang usaha pertambangan berbagai jenis bahan galian serta
menjalankan usaha bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa yang
berkaitan dengan pertambangan berbagai jenis bahan galian tersebut.
PT ANTAM didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 dengan modal dasar Rp 3.800
miliar. Kepemilikan saham perusahaan ini sebesar 65 % oleh pemerintah dan sisanya
diberikan ke publik.
Saat ini, PT ANTAM berkedudukan di Jakarta atau tepatnya di jl. Letjen TB
Simatupang No.1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta 12530, Indonesia.
Beberapa daerah operasi yang kini dimiliki PT ANTAM adalah tambang emas di
Pongkor, tambang nikel dan ferronikel di Pomalaa, tambang nikel di P Gebe, P Gee
dan Tanjung Buli, tambang Bauksit di P Kijang, dan tambang pasir besi di tiga tempat
yaitu Cilacap, Lumajang dan Kutoarjo.
Logam Mulia
(Pemurnian dan
Pengolahan) Gee
Pomalaa (Bijih Nikel)
(Feronikel
dan Bijih Gebe
(Bijih Nikel)
Pasca Tambang
Kijang
(Bauksit)
Pongkor
(Emas) Tanjung Buli
(Nikel)
Gambar II-5
Lokasi Daerah Pertambangan PT ANTAM di Indonesia (2005)
II-18
2.4 Profil UBPE Pongkor
Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor terletak di Gunung
Pongkor, tepatnya di Sorongan, Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini terletak sekitar 25 Km di sebelah selatan
Leuwiliang, berjarak kira-kira 55 Km ke arah barat dari Kota Bogor atau sekitar 90
Km dari Ibukota Negara, Jakarta. Jalur jalan yang ada dapat dilalui oleh kendaraan
bermotor roda empat karena merupakan jalan beraspal. Izin usaha didapatkan pada 20
April 1992 untuk jangka waktu 30 tahun bahan galian emas dan perak. Luas area
penambangan kira-kira 4.058 ha.
Indikasi terdapatnya emas pada gunung Pongkor ditemukan oleh Unit Geologi PT
Aneka Tambang (ANTAM) pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada bulan Mei
1994.
Gambar II-6
Lokasi Daerah Penambangan UBPE Pongkor
2.5 Iklim
Berdasarkan data iklim diperoleh dari Pusat Meteorologi dan Geofisika stasiun
klimatologi Darmaga, Bogor, curah hujan daerah Bogor dan sekitarnya berkisar antara
3200 4229 mm/tahun. Curah hujan rata-rata terendah terjadi pada bulan Juni -
Agustus dan curah hujan rata-rata tertinggi tertinggi terjadi pada bulan November
Desember. Musim hujan jatuh pada bulan Juni September dan musim kemarau jatuh
pada bulan Oktober April. Suhu udara tahunan rata-rata berkisar 24,8 25,9oC.
Suhu rata-rata terendah berkisar antara 20,8 22,4 oC yang dicapai pada bulan
Januari. Sedangkan, suhu rata-rata tertinggi berkisar antara 28,8 31,9 oC yang
II-19
dicapai pada bulan September dan Oktober. Kelembaban rata-rata bulanan berkisar
antara 80,8 89,2 % sedangkan kelembaban rata-rata tahunan sekitar 86 %.
2.6.2 Geologi
Geologi daerah Pongkor dan sekitarnya tersusun dari batuan api piroklastik
bersifat andesitik sampai dasitik yang dapat dikelompokkan kedalam satuan batuan
tufa breksi, aglomerat, andesit, breksi andesitik, dan dasit.
Satuan batuan tufa breksi menyebar di bagian selatan terutama di sepanjang
Sungai Cikaniki. Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat kuarsa yang
mengandung emas. Satuan batuan tufa breksi terutama disusun oleh tufa, tufa lapili,
tufa breksi, aglomerat, dan sisipan lempung. Sisipan batu tufaan lebih banyak
ditemukan jika semakin ke sebelah barat laut. Tufa breksi disusun oleh komponen-
komponen andesit, batu lempung lanauan, batuan tersilifikasi dan tufa yang
berbentuk menyudut sampai membundar tanggung berukuran 2-3 cm. Komponen-
komponennya yang terdapat dalam matriks yang disusun oleh mineral batuan
berukuran halus.
II-20
Ubahan (alterasi) hidrothermal dari tipe-tipe batuan terjadi melalui proses
utama propilitasi (mineral teralterasi menjadi klorit), argilitrasi (mineral teralterasi
menjadi lempung), dan silisifikasi (pengubahan silica).
Derajat pelapukan massa batuan sangat bervariasi dan kompleks. Umumnya
batuan terlapukkan sempurna di permukaan dan derajat pelapukan menurun sesuai
dengan penambahan kedalaman batuan.
Struktur geologi yang tampak terdiri dari kekar dan sesar. Sesar dengan arah N
190oE dan N 255 oE dengan sudut kemiringan tegak lurus dan telah terisi oleh urat
kuarsa ditemukan di L 500 Pasirjawa. Sesar yang ditemukan dicirikan oleh adanya
pergeseran antara 2-5 m ke arah vertikal pada lapisan batu lempung. Pola penyebaran
kekar memperlihatkan arah umum sejajar dengan penyebaran urat dan bidang
perlapisan batuan yang umumnya terisi kuarsa, lempung mangan oksida, pirit, dan
limonit.
Mineralisasi emas dan perak di Gunung Pongkor ditemukan dalam batuan
gunung api yang disusun oleh aglomerat breksi polomik, tufa breksi, dan lava andesit.
Anomali kadar emas ditemukan dalam urat kuarsa yang berada dalam suatu zona
ubahan hidrothermal yang meliputi daerah seluas 11 Km x 6 Km. Pada zona ubahan
ini ditemukan urat kuarsa yang berpola saling sejajar dengan jurus umum barat laut
tenggara
2.6.3 Mineralisasi
Mineralisasi emas pada pada daerah Pongkor ditemukan pada urat kuarsa uang
terdiri dari Urat Pasirjawa, Urat Ciguha Utama, Urat Ciguha Timur, Urat Kubang
Cicau dan Urat Ciurug.
II-21
Gambar II-7 Peta Geologi Daerah Pongkor dan Sekitarnya
II-22
sangat umum dijumpai sepanjang terowongan. Zona bijih pada urat utama adalah
sepanjang 135 m dengan kadar rata-rata 4,0-28,18 gr/ton Au dan pada urat timur
sepanjang 235 m dengan kadar rata-rata 4,0 28,46 gr/ton Au.
II-23
lombong oleh material pengisi (filling material) untuk menyangga batuan samping.
Material pengisi ini berasal dari sisa pengolahan bijih ditambah dengan semen yang
dialirkan melalui sistem pemipaan.
Kemajuan penambangan dengan metode ini diukur dari level bawah ke atas
(overhand slopping) membentuk lapisan-lapisan penambangan (slice). Untuk
mencapai bijih dibuat sebuah Main Haulage Level (MHL) sebagai lubang bukaan
utama untuk keperluan pengangkutan karyawan, peralatan, ventilasi, penirisan dan
keperluan- keperluan lain baik kegiatan produksi maupun development yang
dikerjakan. Dalam pelaksanaan produksi, pada masing-masing urat (vein) dibuat
pembagian lokasi produksi berupa level, yang merupakan cross cut ke arah bijih, dan
setelah bijih ditemukan kemudian dilanjutkan pembuatan drift menyusuri penyebaran
bijih tersebut.
Berdasarkan data geoteknik yang dihasilkan dari tahap eksplorasi dan
perencanaan awal diperoleh bahwa tambang emas Pongkor menerapkan dimensi
lubang bukaan untuk MHL lebar dan tinggi 4 m, dan drift footwall (DFW) lebar 4 m
dan tinggi 3,5 m. Untuk menstabilkan lubang bukaan dan meninggikan lantai kerja,
dimensi lombong setelah pengisian rongga oleh material pengisi diharapkan
mempunyai tinggi 2,5 m dan lebarnya disesuaikan dengan ukuran badan bijih.
Mekanisme penambangan pada lokasi penambangan Ciurug mengikuti siklus
yang meliputi tahapan aktivitas pemboran, peledakan, scalling, penyanggaan bila
diperlukan), pemuatan dan pengangkutan, serta pengisian kembali (backfill).
II-24
e. Fragmentasi dan produksi yang dibutuhkan atau yang telah ditentukan
f. Biaya pemboran
Di UBPE Pongkor, alat bor yang digunakan ada dua macam, yaitu jack leg dan
jumbo drill. Jack leg merupakan mesin bor manual yang dioperasikan dengan
menggunakan tangan manusia. Jumbo drill yang digunakan bermerk Tamrock tipe
monomatik 105 dengan mata bor jenis button bit dengan diameter 45 m. pola
pemboran yang dilakukan adalah pola empat persegi panjang (rectangular pattern)
dengan arah pemboran horisontal.
2.7.3 Scalling
Scalling adalah kegiatan menjatuhkan batuan yang menggantung pada crown
wall, termasuk batuan yang mungkin akan jatuh bila di sekitar batuan tersebut terjadi
gangguan seperti dilakukannya pemboran pada tahap selanjutnya. Scalling
dilaksanakan setelah pembersihan terowongan dari gas-gas hasil peledakan (smoke
clearing).
2.7.4 Penyanggaan
Kegiatan penyanggaan ini hanya dilakukan pada lokasi-lokasi tertentu yang
diperkirakan dapat mengalami keruntuhan. Jenis-jenis penyangga yang digunakan
adalah penyangga kayu seperti three piece set dan cribbing, penyangga baja berupa
steel set, dan penyangga beton berupa beton tembak (shotcrete). Ukuran tiap-tiap
II-25
penyangga berbeda-beda disesuaikan dengan ukuran lubang bukaan yang disangga
dan besarnya bidang diskontinu. Penyangga baja dan penyangga kayu biasanya
igunakan pada terowongan seperti cross cut, dan drift sedangkan untuk lokasi
lombong biasanya hanya diberi perkuatan seperti split set, rock bolt, span, dan wire
mesh.
Untuk kegiatan produksi pada lombong, tepatnya pada kegiatan sebelum
peledakan untuk kemajuan pengambilan urat kuarsa, split set digunakan untuk
menyangga batuan samping yang lapuk agar tidak runtuh setelah peledakan.
II-26