Sap Epistaksis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

EPISTAKSIS

PKRS ( PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT )


RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
NOVEMBER 2015

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)
DR. SAIFUL ANWAR MALANG

MOTTO :
Kepuasan dan keselamatan pasien adalah tujuan kami

Visi :
Menjadi rumah sakit berstandart kelas dunia pilihan masyarakat.

Misi :
1. Mewujudkan kualitas pelayanan paripurna yang prima dengan mengutamakan
keselamatan pasien dan berfokus pada kepuasan pelanggan.
2. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan penelitian kesehatan berkelasdunia.
3. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, akuntabel dan
transparan.

LEMBAR PENGESAHAN I

Penyuluhan ini telah disarankan dan disetujui pada :


Hari / tanggal
Tempat

/ Desember 2015.

: Ruang tunggu Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik I

(..................................................)

(..................................................)

Pembimbing Klinik II

Ka. Ur. Kep. Klinik

(..................................................)

(
W. Astutik
)
195802221982102001

LEMBAR PENGESAHAN II

Ka. IRJ

Koordinator Medis

(..................................................)

(..................................................)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema
: Epistaksis
Sasaran
: Masyarakat ( Pengunjung Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang ).
Tempat: Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
Hari / tanggal : / Desember 2015.
Waktu
: 30 menit.
Pelaksana
: Mahasiswa S1 Profesi Ners UNIPDU Jombang dan Akper Lumajang

I.

Topik

: Epistaksis

II.

Latar Belakang.
Epistaksis atau perdarahan hidung (mimisan) adalah perdarahan akut yang
berasal dari cuping hidung, lubang hidung atau nasofaring. Hal ini sering
ditemukan sehari-hari dan merupakan masalah yang sangat lazim, dan hampir
90% dapat berhenti sendiri.
Perdarahan spontan dari rongga hidung 90% berasal dari daerah
anteroinferior septum nasi yang disebut daerah Kiesselbach. Sekitar 10% berasal
dari bagian posterior rongga hidung dan biasanya lebih sulit diatasi.
Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari
suatu kelainan.Untuk itu dibutuhkan anamnesis yang ringkas dan tepat, dan
pemeriksaan fisik bersamaan dengan persiapan untuk menanggulangi epistaksis.
Setelah perdarahan berhenti, lakukan evaluasi sistemik untuk menentukan
penyebab. Pada tahap ini, mungkin diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang lebih lengkap, evaluasi labortaorium, pemeriksaan sinar-X rutin dan bahkan
angiografi.

III.

Tujuan.
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU ).
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit di harapkan pasien atau
keluarga memahami tentang Epistaksis.

b. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK ).


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 15 menit di harapkan pasien atau
keluarga pasien dapat
a. Menjelaskan pengertian Epistaksis.
b. Menyebutkan penyebab Epistaksis.
c. Menjelaskan tanda dan gejala Epistaksis.
d. Menjelaskan komplikasi Epistaksis.
e. Menjelaskan penatalaksanaan Epistaksis.
f. Menjelaskan pencegahan Epistaksis.
g. Menjelaskan penanganan Epistaksis.

IV.

V.

Sasaran.
Sasaran

: Masyarakat ( Pengunjung Poli THT RSSA Malang ).

Tempat

: Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.

Hari / tanggal

: Jumat/ 06 November 2015.

Waktu

: 30 menit.

Pelaksana

: Mahasiswa Prodi Profesi Ners UNIPDU Jombang

Materi.
a. Menjelaskan pengertian Epistaksis.
b. Menyebutkan penyebab Epistaksis.
c. Menjelaskan tanda dan gejala Epistaksis.
d. Menjelaskan komplikasi Epistaksis.
e. Menjelaskan penatalaksanaan Epistaksis.
f. Menjelaskan pencegahan Epistaksis.

g. Menjelaskan penanganan Epistaksis.


VI.

Metode.
Ceramah dan tanya jawab.

VII.

Media.
LCD, proyektor, power point, leaflet.

VIII. Evaluasi Proses Penyuluhan dan Hasil Penyuluhan.


a. Moderator
b. Penyaji
c. Notulen

: Sukri Sukirman
: Nur Afi Agustin
: Nindy Rahedi Asma

Audien mampu :
a. Menjelaskan pengertian Epistaksis.
b. Menyebutkan penyebab Epistaksis.
c. Menjelaskan tanda dan gejala Epistaksis.
d. Menjelaskan komplikasi Epistaksis.
e. Menjelaskan penatalaksanaan Epistaksis.
f. Menjelaskan pencegahan Epistaksis.
g. Menjelaskan penanganan Epistaksis.
Pre test :
a. Menjelaskan pengertian Epistaksis.
b. Menyebutkan penyebab Epistaksis.
c. Menjelaskan tanda dan gejala Epistaksis.
d. Menjelaskan komplikasi Epistaksis.
e. Menjelaskan penatalaksanaan Epistaksis.
f. Menjelaskan pencegahan Epistaksis.

g. Menjelaskan penanganan Epistaksis.


Post test :
a. Menjelaskan pengertian Epistaksis.
b. Menyebutkan penyebab Epistaksis.
c. Menjelaskan tanda dan gejala Epistaksis.
d. Menjelaskan komplikasi Epistaksis.
e. Menjelaskan penatalaksanaan Epistaksis.
f. Menjelaskan pencegahan Epistaksis.
g. Menjelaskan penanganan Epistaksis.

IX.

Proses Penyuluhan.
Penyuluhan berjalan lancar sesuai perencanaan. Kegiatan di mulai sebelum
proses pelayanan pada pukul 07.30 WIB. Diikuti oleh para audien yang antusias
mendengarkan materi penyuluhan.
Setelah penyampaian materi, audien diberi kesempatan untuk berdiskusi,
diberi kesempatan untuk bertanya dan dijelaskan oleh narasumber terkait
pertanyaan yang diajukan.
Audien mampu menyebutkan tentang pengertian Epistaksis, penyebab
Epistaksis, tanda dan Epistaksis.
Saat pre test audien belum memahami tentang materi.

X.

Daftar Pustaka
Arif, Mansjoer. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius,.
Nizar, NW. Mangunkusumo. Endang. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga.
Hidung dan Tenggorokan Leher. Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Higler, Peter A. 2004. Nasal disease. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Munir D, Haryono Y, Rambe AYM. 2006. Epistaksis. Epistaksis. Majalah
Kedokteran Nusantara. Jakarta: EGC.

MATERI PENYULUHAN
EPISTAKSIS

A. LATAR BELAKANG
Epistaksis atau perdarahan hidung (mimisan) adalah perdarahan akut yang
berasal dari cuping hidung, lubang hidung atau nasofaring. Hal ini sering
ditemukan sehari-hari dan merupakan masalah yang sangat lazim, dan hampir
90% dapat berhenti sendiri.
Perdarahan spontan dari rongga hidung 90% berasal dari daerah
anteroinferior septum nasi yang disebut daerah Kiesselbach. Sekitar 10% berasal
dari bagian posterior rongga hidung dan biasanya lebih sulit diatasi.
Epistaksis bukan merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai gejala dari
suatu kelainan.Untuk itu dibutuhkan anamnesis yang ringkas dan tepat, dan
pemeriksaan fisik bersamaan dengan persiapan untuk menanggulangi epistaksis.
Setelah perdarahan berhenti, lakukan evaluasi sistemik untuk menentukan
penyebab. Pada tahap ini, mungkin diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang lebih lengkap, evaluasi laboratorium, pemeriksaan sinar-X rutin dan bahkan
angiografi.

B. DEFINISI EPISTAKSIS
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung: merupakan suatu tanda
atau keluhan bukan penyakit. Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala
yang membuat tidak nyaman. Faktor penyebab harus dicari dan dikoreksi untuk
mengobati epistaksis secara efektif.

Epistaksis atau yang sering disebut mimisan adalah suatu perdarahan


yang terjadi dirongga hidung yang dapat terjadi akibat kelainan lokal pada
rongga hidung atau karena kelainan yang terjadi ditempat lain dalam tubuh.

C. ETIOLOGI
Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik:
a. Penyebab lokal
1. Trauma.
Epistaksis

yang

berhubungan

dengan

neoplasma

biasanya

mengeluarkan sekret yang kuat, bersin, mengorek hidung, trauma


seperti terpukul, jatuh dan sebagainya.
2. Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma
spesifik. Seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.
3. Neoplasma (keganasan).
Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan
intermiten, kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah,
karsinoma serta angiofibroma dapat menyebabkan epistaksis berat.
4. Sebab-sebab lain termasuk benda asing.
Ada benda asing (sesuatu yang masuk bhidung) biasanya terjadi pada
anak-anak.
5. Pengaruh lingkungan.
Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah
arau lingkungan udaranya kering.

b. Penyebab sistemik
1. Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukimia, ITP,
diskrasia darah, obat-obat antikoagulan, aspirin dpaat menyebabkan
epistaksis berulang.
2. Penyakit kardioveskuler.
Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti aterosklerosis, nefritis
kronik, serosis hepatis dapat menyebabkan epistaksis.
3. Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, campak,
demam typoid.
4. Gangguan endokrin.
5. Pada wanita hamil, menarche dan menopouse sering terjadi epistaksis,
kadang0kadang beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari
hidung menyertai fase menstruasi.
6. Defisiensi vitamin K dan C.
7. Alkoholisme.

D. TANDA DAN GEJALA


Epistaksis dibagi menjadi 2 kelompok :
a. Epistaksis anterior
perdarahan berasal dari septum (pemisah lubang hidung kiri dan kanan)
bagian depan, yaitu dari pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior.
Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk, darah akan
keluar dari salah satu lubang hidung. Seringkali dapat berhenti spontan dan
mudah diatasi.
b. Epistaksis posterior
perdarahan berasal dari bagian hidung yang paling dalam, yaitu dari arteri
sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering
terjadi pada usia lanjut, penderita hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit

kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.


Darah mengalir ke belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokan.

E. KOMPLIKASI
a. Hipotensi.
b. Hipoksia.
c. Anemia.
d. Aspirasi pneumonia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika perdarahan sedikit dan tidak berulang, tidak perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang. Jika perdarahan berulang atau hebat lakukan pemeriksaan lainnya
untuk memperkuat diagnosis epistaksis.
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap.
b. Fungsi hemostatis
c. EKG
d. Tes fungsi hati dan ginjal
e. Pemeriksaan foto hidung, sinus paranasal, dan nasofaring.
f. CT scan dan MRI dapat diindikasikan untuk menentukan adanya
rinosinusitis, benda asing dan neoplasma.

G. PENATALAKSANAAN
a. Usahakan penderita dalam keadaan duduk, bila kondisi lemah dapat
dibaringkan dengan meletakkan bantal di belakang punggung.

b. Pegang tisu atau handuk menutupi hidung. Hal yang harus dilakukan
adalah memastikan anda memencet bagian tengah antara kedua lubang
hidung (pencet selama 10 menit) (metode trotter).
Ambil tisu atau handuk dan tempelkan pada hidung untuk mencegah
darah muncrat kemana-mana. Selama pemencetan sebaiknya bernafas
melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan berhenti dengan cara
ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan berulang.
c. Beri kompres dingin di serah sekitar hidung. Kompres dingin membantu
mengerutkan pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berkurang.
d. Periksa darah yang mengalir. Setelah 10 menit, lepaskan tangan anda
dari hidung dan lihat apakah hidung anda masih berdarah. Jika darah
masih mengalir lanjutkan memencet hidung anda selama 10 menit
berikutnya.

H. PENCEGAHAN
a. Jangan mengkorek-korek hidung.
b. Jangan membuang ingus keras-keras.
c. Hindari asap rokok atau bahan kimia lain.
d. Gunakan tetes hidung NaCl atau air garam steril untuk membasahi hidung.
e. Hindari benturan pada hidung

I. PROGNOSIS

Prognosis epistaksis bagus tetapi bervariasi. Dengan terapi yang adekuat


dan kontrol penyakit yang teratur, sebagian besar pasien tidak mengalami
perdarahan ulang. Pada beberapa penderita, epistaksis dapat sembuh spontan
tanpa pengobatan. Hanya sedikit penderita yang memerlukan pengobatan yang
lebih agresif

LEMBAR OBSERVASI PROSES

Topik

: Epistaksis

Tanggal

: Desember 2015.

Sasaran

: Masyarakat ( Pengunjung Poli THT RSUD Dr.Saiful Anwar Malang )

Waktu

: 30 menit.

A. ANALISA DATA.
1. Peserta Penyuluhan.
Klien dan keluarga yang ada di Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
2. Penyuluh.
Mahasiswa Profesi Ners UNIPDU Jombang dan Akper Lumajang.
3. Tempat Penyuluhan.
Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
B. KEGIATAN PENYULUHAN
TAHAP
a. Pembukaan

b. Penyampaian

KEGIATAN
a. Moderator menyampaikan salam
pembukaan dan di jawab oleh para
audien.
b. Moderator memperkenalkan
pembicaraan atau penyelenggaran
penyuluhan.
c. Moderator menyampaikan tujuan di
lakukannya penyuluhan dan di
dengarkan oleh para audien.
d. Moderator menyerahkan
penyampaian materi kepada
pembicara.
a. Pemateri menyampaikan materi yang
meliputi :
b. Menjelaskan pengertian Epistaksis.
c. Menyebutkan penyebab Epistaksis.
d. Menjelaskan tanda dan gejala
Epistaksis.
e. Menjelaskan komplikasi Epistaksis.
f. Menjelaskan penatalaksanaan
Epistaksis.
g. Menjelaskan pencegahan Epistaksis.
h. Menjelaskan penanganan Epistaksis.

c. Penutup

a. Moderator menyampaikan terima


kasih dan perhatian audien terhadap
proses penyuluhan.
b. Menyampaikan maaf jika ada yang
kurang berkenan saat penyuluhan.

LEMBAR KONSUL
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema

: Epistaksis

Tempat

: Poli THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Periode

N
o

: Desember 2015.

Tanggal

Konsul

Nama dan TTD

LEMBAR OBSERVER
Kegiatan

: Epistaksis

Hari/tanggal

: Jumat/ Desember 2015

Sasaran

: Masyarakat (Pengunjung Poli THT RSUD dr. Saiful Anwar


Malang).

Tempat

: Poli THT RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Waktu

: 30 menit
Jam

Kegiatan
1)

Nama Penanya :
Pertanyaan

Jawab

Pertanyaan

2)

Nama penanya :

Jawab

EVALUASI HASIL

Jumlah Peserta

Antusias Peserta

DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN


Topik

: Epistaksis

Hari/tanggal

: Jumat / Desember 2015

Sasaran

: Masyarakat (Pengunjung Poli THT RSUD dr. Saiful Anwar Malang).

Tempat

: Poli THT RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Waktu

: 30 menit

N
o

Nama

Alamat

Tanda Tangan
1

10

10

11

11

12

12

13

13

14

14

15

15

16

16

17

17

18

18

19

19

20

20

Pre test
Moderator:

Post test

Audiens:

Moderator:

Audiens:

Moderator:

Audiens:

Anda mungkin juga menyukai