Tugas KOmpensasi
Tugas KOmpensasi
Tugas KOmpensasi
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi / perusahaan kepada
karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non finansial, pada periode yang tetap.
Kompensasi sangat berpengaruh bagi perusahaan maupun bagi karyawan perusahaan.
Kompensasi/Upah bermanfaat bagi perkembangan karyawan dan bagi perusahaan
keuntungannya para karyawan akan bekerja lebih giat lagi. Besarnya kompensasi yang
diberikan ditentukan oleh :
a. Harga / Nilai pekerjaan,
b. Sistem kompensasi yang diterapkan, dan
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi.
Menurut Mondy & Noe (1996) komponen program kompensasi secara keseluruhan
dilingkupi oleh lingkungasn eksternal dan internal, sementara bentuk kompensasi bisa
finansial maupun non finansial. Kompensasi finansial dibagi kedalam kompensasi langsung
dan tidak langsung, dan kompensasi non finansial dibagi kedalam hal-hal yang berkaitan
dengan jabatan dan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja.
Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (UU
ASN) Pasal 79 disebutkan bahwa:
d. Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin
kesejahteraan PNS,
e. Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan sesuai dengan beban kerja,
tanggungjawab, dan resiko pekerjaan, dan
f. Gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
Jika memperhatikan pemberian remunerasi yang berlaku saat pembuatan modul ini
(tahun 2014) jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan hidup layak dan kondisi seperti ini
diduga sebagai pendorong terjadinya korupsi.
Disamping Kondisi struktur gaji kurang memenuhi prinsip equity karena gaji tidak
dikaitkan dengan kompetensi dan prestasi serta struktur gaji kurang ideal dan ratio gaji
2
terendah dan tertinggi terlalu kecil (1:3,3). Konsekuensinya dengan sistem pensiun yang
kurang menjamin kesejahteraan PNS setelah memasuki masa purna bakti. Oleh karenanya
kehadiran UU No. 5 Tahun 2014 Tentang ASN sebagai peganti Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian diharapkan mampu memberikan perbaikan sistem
penggajian yang memadai sesuai kinerja pegawai.
Maka untuk mewujudkan pemberian kompensasi yang ideal, sedikitnya terdapat dua
prinsip yang dapat digunakan sebagai kriteria, yaitu: Pertama, kompensasi mengalir dari
pemberi kerja (employer) ke PNS (employee). Prinsip ini dapat dengan segera digunakan
untuk mengevaluasi apakah jenis kompensasi yang diberikan oleh pemerintah kepada PNS
termasuk kompensasi atau kompensasi semu.
Pemerintah harus membayar kompensasi kepada PNS sesuai dengan bobot pekerjaan
yang tercermin dalam uraian tugas setiap pegawai. Jumlah rupiah perbobot ditentukan
berdasarkan kajian mendalam (termasuk di dalamnya perhitungan layak-tidaknya jika
seorang pegawai dengan bobot jabatan terendah mendapatkan kompensasi dalam jumlah
tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada sisi pegawai, selayaknya pegawai
mengerjakan dengan sungguh-sungguh setiap pekerjaan yang harus dikerjakan sesuai
dengan uraian tugas pada jabatannya. Jika sistem yang demikian telah terbentuk, maka tidak
lagi pemerintah menggunakan alasan kemampuan keuangan negara untuk tidak memberikan
gaji/kompensasi yang layak bagi setiap PNS yang telah jelas uraian tugasnya. Sebaliknya,
para pegawai juga tidak lagi menuntut pemenuhan kebutuhan hidup yang layak sepanjang
yang bersangkutan telah melaksanakan uraian tugas dengan sungguh-sungguh.
a. Pengertian Kompensasi.
Untuk dapat memberikan pemahaman lebih luas terhadap kompensasi PNS diperlukan
banyak informasi mengenai pengertian kompensasi secara umum. Secara teori, kompensasi
menjadi salah satu bagian penting manajemen pengembangan sumber daya manusia.
Bernardin dan Russel (1993) menempatkan pembahasan kompensasi dalam satu bab
tersendiri (chapter 11) dalam buku yang mereka tulis Human Resources Management: An
Experiential Approach. Pembahasan kompensasi dalam buku tersebut disejajarkan dengan
unsur Human Resources Management yang lain, seperti: job analysis; human resource
planning and recruitmen; organizational training; career development; performance
appraisal; dan strategies for improving quality, productivity, and quality of work life.
Sistem kompensasi juga berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam
membentuk perilaku dan mempengaruhi kinerja. Namun demikian banyak organisasi
mengabaikan potensi tersebut dengan suatu persepsi bahwa kompensasi tidak lebih sekadar
3
a cost yang harus diminimisasi. Tanpa disadari beberapa organisasi yang mengabaikan
potensi penting dan berpersepsi keliru telah menempatkan sistem tersebut justru sebagai
sarana meningkatkan perilaku yang tidak produktif atau counter productive. Akibatnya
muncul sejumlah persoalan personal misalnya low employee motivation, poor job
performance, high turn over, irresponsible behaviour dan bahkan employee dishonestry yang
diyakini berakar dari sistem kompensasi yang tidak proporsional.
Menurut Stone (1982: 347): Compensation is any form of payment given to employees
in exchange for work they provide their employer.
Dessler (1984) mengemukakan bahwa kompensasi adalah semua bentuk imbalan atau
ganjaran yang mengalir kepada pegawai dan timbul dari kepegawaian mereka.
b. Jenis Kompensasi
Robbins (1998) berpendapat bahwa kompensasi ada dua bentuk, yaitu: intrinsik dan
ekstrinsik.
1) Kompensasi intrinsik adalah nilai (non-materi) yang diterima dari suatu tugas.
Imbalan instrinsik contohnya adalah partisipasi dalam pengambilan keputusan, rasa
bertanggung jawab, kesempatan untuk mengembangkan diri, adanya keleluasaan
dalam menjalankan tugas, menjadikan pekerjaan lebih menarik, dan keanekaragaman
tugas.
Menurut Mondy, bentuk dari kompensasi yang diberikan perusahaan kepada karyawan
dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: financial compensation, dan non-financial
compensation.
c. Tujuan Kompensasi
Pemberian kompensasi kepada para pegawai yang didasarkan pada kinerja, memiliki
tujuan (Maarif, 2004):
1) Agar mampu mendorong pencapaian kinerja, pertumbuhan, dan pengembangan;
6
2) Agar mampu meningkatkan KSA (knowledge, skill, and attitude) individu untuk
pengembangan jangka panjang;
3) Agar mampu membentuk karyawan untuk berkompetisi, melakukan pembaruan, dan
meningkatkan kapabilitas kinerja.
4) Pemenuhan kebutuhan ekonomi
5) Meningkatkan produktivitas kerja
6) Memajukan organisasi/perusahaan
7) Menciptakan keseimbangan dan keadilan
Adapun tujuan kompensasi menurut H. Malayu S.P. Hasibuan (2002:120) adalah sebagai
berikut:
1) Ikatan kerja sama. Dengan pemberian kompensasi terjadilah ikatan kerja sama
formal antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-
tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi
sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2) Kepuasan kerja. Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja
dari jabatannya.
3) Pengadaan efektif. Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
4) Motivasi. Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
5) Stabilitas karyawan. Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta
eksternal konsistensi yang kompetitif, maka stabilitas karyawan lebih terjamin
karena turn-over relatif kecil.
6) Disiplin. Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar, maka disiplin karyawan
semakin baik. Mereka akan menyadari dan mentaati peraturan-peraturan yang
berlaku.
7) Pengaruh Serikat Buruh. Dengan program kompensasi yang baik, pengaruh serikat
buruh dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8) Pengaruh Pemerintah. Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang
perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah
dapat dihindarkan.
Sebagai bagian dari manajemen sumber daya manusia (MSDM), pemberian kompensasi
bertujuan untuk:
1) Memperoleh pegawai yang memenuhi persyaratan Salah satu cara organisasi untuk
memperoleh karyawan yang memenuhi persyaratan (qualified) dapat dilakukan
dengan pemberian sistem kompensasi. Sistem kompensasi yang baik merupakan
faktor penarik masuknya karyawan qualified. Sebaliknya, sistem kompensasi yang
buruk dapat mengakibatkan keluarnya karyawan yang qualified dari suatu organisasi.
Sebagai contoh, eksodus secara besar-besaran karyawan dari perusahaan A ke
perusahaan B merupakan indikasi lebih baiknya sistem kompensasi yang ada pada
perusahaan B daripada perusahaan A.
2) Mempertahankan pegawai yang ada Eksodus besar-besaran karyawan ke perusahaan
lain juga menunjukkan betapa besarnya peranan kompensasi dalam mempertahankan
karyawan yang qualified. Sistem kompensasi yang kurang baik dengan iklim usaha
yang kompetitif dapat menyulitkan organisasi/perusahaan dalam mempertahankan
karyawannya yang qualified.
3) Menjamin keadilan Pemberian kompensasi yang baik juga bertujuan untuk menjamin
keadilan. Dalam arti, perusahaan memberikan imbalan yang sepadan untuk hasil
karya atau prestasi kerja yang diberikan pada organisasi.
8
BAB II
PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA BAGI PRAJURIT DAN PNS
DI LINGKUNGAN TNI AD
1. Pendahuluan
Tunjangan Kinerja atau Remunerasi merupakan bagian dari pelaksanaan Program Reformasi
Birokrasi TNI yang bersifat peningkatan kesejahteraan bagi Prajurit dan PNS di lingkungan
organisasi TNI. Tunjangan kinerja diberikan sebagai bentuk penghargaan atas pencapaian kinerja
dan produktivitas yang telah ditentukan dalam rencana kinerja dan penetapan kinerja oleh TNI.
Tunjangan kinerja merupakan elemen yang melekat pada gaji (Take HomePay) sehingga
penyalurannya menggunakan mekanisme penyaluran gaji. Mekanisme pembayaran tunjangan
kinerja tidak bersifat otomatis tetapi diajukan perbulan oleh setiap Satker/Unit Kerja melalui
mekanisme yang berlaku dan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kinerja yang disesuaikan
dengan peringkat jabatan sehingga besaran tunjangan kinerja kepada prajurit dan PNS di
Iingkungan organisasi TNI bersifat fluktuasi dan dinamis.
Tunjangan kinerja disamping sebagai pemacu dan pendorong peningkatan produktivitas dan
efektivitas kinerja organisasi serta efisiensi pengelolaan anggaran juga diharapkan sebagai upaya
peningkatan disiplin bagi prajurit dan PNS di Iingkungan TNI AD. Absensi, perizinan dan
rendahnya produktivitas akan menjadi faktor pengurang dan sekaligus sebagai bahan evaluasi
pemberian tunjangan kinerja. Guna memperlancar dan memudahkan penyaluran tunjangan kinerja
kepada Prajurit dan PNS di Iingkungan Organisasi TNI AD maka diperlukan penetapan kebijakan
penyaluran tunjangan kinerja di Iingkungan TNI AD.
2. Sasaran.
a. Terciptanya peningkatan motivasi serta semangat juang personel di lingkungan TNI AD.
b. Terciptanya peningkatan kreativitas dan produktivitas kinerja personel di lingkungan
TNI AD.
c. Terpeliharanya moril personel di lingkungan TNI AD.
9
a. Tunjangan kinerja hanya diberikan kepada prajurit dan PNS di lingkungan TNI AD
mulai dari Prajurit Dua/PNS Gol. I-a sampai dengan Perwira Tinggi Bintang Empat/PNS
Gol. IV-E yang masih aktif.
b. Tunjangan kinerja juga diberikan kepada prajurit dan PNS di lingkungan TNI AD yang
sedang melaksanakan pendidikan atau penugasan.
c. Besarnya tunjangan kinerja yang diberikan berdasarkan nilai bobot dari peringkat
jabatan yang diemban.
d. Sistem Pengajuan/penyaluran tunjangan kinerja dilaksanakan secara Bottom-up dan Top-
down. Kondisi personel riil yang menduduki jabatan di masing-masing Satker/Unit
Kerja di Iingkungan TNI AD dari Kasatker/Unit Kerja diajukan kepada Komando Atas
secara hierarki. Tunjangan kinerja dan gaji merupakan bagian dari anggaran belanja
pegawai yang disalurkan kepada Pengguna Anggaran Kementerian Lembaga (PA KL)
dalam hal ini adalah Panglima TNI, selanjutnya Pengguna Anggaran dapat
mendelegasikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk melaksanakan penyaluran gaji
dan tunjangan kinerja sesuai mekanisme yang berlaku.
e. Kasatker/Unit Kerja selaku Kuasa pengguna Anggaran bertanggung jawab atas
pembayaran tunjangan kinerja. Kasatker/Unit Kerja selaku kuasa Pengguna Anggaran
dan pimpinan di Satker/Unit Kerjanya bertanggung jawab atas pembayaran tunjangan
kinerja. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara pengajuan dengan penyaluran atau
terdapat selisih pembayaran tunjangan kinerja maka Kasatker/Unit Kerja melaporkan
kepada Komando Atas secara hierarki, termasuk tindakan yang telah dilaksanakan untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi.
f. Tunjangan kinerja diberikan kepada prajurit dan PNS TNI AD terhitung mulai Bulan Juli
2010 dan diberikan secara on top (tunjangan-tunjangan yang telah diberikan selama ini
tetap berlaku) dan pajak sebesar 15% atas pembayaran tunjangan kinerja dibebankan
kepada APBN pada tahun anggaran berjalan.
g. Tunjangan kinerja disalurkan secara berjenjang melalui otorisasi masing-masing unit
organisasi.
h. Pembayaran setiap bulan disesuaikan dengan surat keputusan jabatan terakhir yang
didudukinya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Perubahan daftar nominatif jabatan
personel di lingkungan TNI AD diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.
i. Pemberian tunjangan kinerja kepada prajurit dan PNS TNI AD sesuai peringkat jabatan
dengan memperhatikan daftar usulan penerima tunjangan kinerja nyata per Satker yang
ditetapkan oleh pejabat personel Kotama/Balakpus.
j. Pembayaran tunjangan kinerja dilaksanakan pada setiap bulannya melalui sistem
otorisasi yang berlaku di lingkungan TNI AD.
PERINGKAT PANGKAT/
NO PANGKAT TNI
JABATAN GOL PNS
1 19 Kasad
2 18 Wakasad
10
b. Peringkat Jabatan bagi Prajurit dan PNS sederajat yang menduduki jabatan melebihi
DSP sebagai berikut :
PERINGKAT PANGKAT/
NO PANGKAT TNI
JABATAN GOL PNS
1 15 Pati Bintang 4
2 14 Pati Bintang 3 Gol IV/e
3 13 Pati Bintang 2 Gol IV/e
4 12 Pati Bintang 1 Gol IV/d
5 10 Kolonel Gol IV/c
6 8 Letnan Kolonel Gol IV/b
7 7 Mayor Gol IV/a
8 6 Kapten Gol III/c-III/d
9 5 Letnan Gol III/a-III/b
10 3 Bintara Gol II/a-II/d
11 2 Tamtama Gol I/a-I/d
c. Peringkat Jabatan bagi Prajurit dan PNS sederajat yang berstatus Luar Formasi (LF)
sebagai berikut :
PERINGKAT PANGKAT/
NO PANGKAT TNI
JABATAN GOL PNS
1 15 Pati Bintang 4
2 14 Pati Bintang 3 Gol IV/e
3 13 Pati Bintang 2 Gol IV/e
4 12 Pati Bintang 1 Gol IV/d
5 9 Kolonel Gol IV/c
11
1) Pendidikan Lemhannas.
a) Perwira yang pada saat mengikuti pendidikan berpangkat Pati akan
mendapatkan tunjangan kinerja pada strata jabatan grade 12.
b) Perwira yang pada saat mengikuti pendidikan berpangkat Kolonel akan
mendapatkan tunjangan kinerja pada strata jabatan grade 10.
d. Prajurit TNI yang melaksanakan penugasan dan terpaksa harus meninggalkan jabatan di
Iingkungan TNI, pengaturan jabatan dan tunjangan kinerja diatur sesuai
ketentuan grade sebagai berikut :
12
d. Pejabat Pengolahan Data. Mencetak daftar DPP pembayaran tunjangan kinerja yang
telah dikoreksi pejabat pengelola gaji.
BAB IV
PROSEDUR PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA
Tunjangan Kinerja merupakan komponen tersendiri di luar tunjangan jabatan dan tunjangan
lain yang sudah ada pada elemen gaji dan dlberikan sebagai kompensasi dari beban kerja yang
diemban serta resiko dari pelaksanaan tugas pokok TNI. Agar pemberian tunjangan kinerja dapat
dilaksanakan efektif dan efisien maka perlu disusun prosedur pemberian tunjangan kinerja dimulai
dari proses pengajuan besaran tunjangan kinerja sampai dengan proses penyalurannya.
1) Satker
a) Dansatker menyusun daftar usulan penerima pembayaran tunjangan kinerja,
rekapitulasi penerima tunjangan dan daftar personel yang tidak berhak menerima
tunjangan kinerja
b) Daftar usulan penerima tunjangan kinerja meliputi keterangan tentang No,
Nama, Pangkat/Gol, Korps, NRP/NIP, Jabatan, Peringkat Jabatan dan Besaran
Tunjangan Kinerja yang mengacu kepada DPP gaji bulan yang bersangkutan dan
mengajukannya kepada komandan satuan atasannya secara berjenjang (contoh
terlampir).
c) Rekapitulasi penerima tunjangan kinerja meliputi keterangan tentang kekuatan
personel tiap kelompok jabatan/grade/peringkat jabatan dan jumlah kebutuhan
uang tiap-tiap kelompok jabatan tersebut (contoh terlampir).
d) Data personel yang tidak berhak menerima tunjangan kinerja meliputi
keterangan tentang Nama, Pangkat/Gol, Korps, NRP/NIP, Jabatan, Peringkat
Jabatan dan Besaran Tunjangan Kinerja yang mengacu kepada DPP gaji bulan
yang bersangkutan serta penjelasan tentang alasan ketidakberhakkannya
tersebut.
e) Daftar usulan penerima pembayaran tunjangan kinerja untuk prajurit, PNS dan
CPNS TNI AD disusun secara terpisah per kelompok penghasilan.
2) Kotama/Balakpus.
a) Menerima daftar usulan penerima pembayaran tunjangan kinerja kemudian
menyusun dalam bentuk rekapitulasi.
b) Mengajukan rekapitulasi daftar usulan penerima tunjangan kinerja kepada Kasad
u.p. Aspers paling lambat pada setiap tanggal 5 bulan berjalan.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
15
Kompensasi berupa tunjangan kinerja sangat diperlukan dalam suatu organisasi, baik
itu organisasi publik maupun organisasi swasta. Tunjangan kinerja memberikan peranan
penting dalam meningkatkan motivasi dan semangat pegawai dalam bekerja. Dengan
pemberian tunjangan kinerja yang sesuai dengan prestasi yang telah dicapainya dalam
bekerja akan membuat pegawai merasa dihargai dan menimbulkan rasa senang dalam diri
pegawai tersebut sehingga lebih terpacu untuk meingkatan kinerjanya. Dengan demikian
produktivitas organisasi akan meningkat.
Tunjangan kinerja yang diberikan kepada prajurit dan PNS di lingkungan TNI AD
harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan agar tunjangan yang diberikan tidak
simpang siur serta tepat sasaran.
b. Saran