Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa PDF
Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa PDF
Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa PDF
Disusun oleh :
Staf Ahli Bidang Pengembangan Profesi
BADAN PENGURUS HARIAN
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
PERIODE 2014-2016
PENGANTAR
1|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Teruntuk Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, puji dan syukur kita haturkan. Tanpa
kuasaNya tak akan nampak sesuatu yang di bumi, selayaknya ISMAFARSI yang berdiri berkat
kehendakNya. Semoga kita dapat mejaga amanah Tuhan ini sehingga menjadi bagian dari
pembangunan bangsa.
ISMAFARSI merupakan suatu organisasi mahasiswa kesehatan, di mana di dalamnya
terdapat suatu cita-cita untuk memajukan kesehatan bangsa dengan adanya kemajuan profesi
Apoteker di dalamnya. Cita-cita ini tidak akan pernah tercapai tanpa adanya kuasa Tuhan serta
keinginan yang kuat dari seluruh anggota ISMAFARSI. Selain itu, kesiapan dari kader yang
dimiliki anggota ISMAFARSI untuk dapat bersama mambangun profesi tentulah menjadi hal
yang penting. Dimana nantinya para kader ISMAFARSI inilah yang akan berjuang menghadapi
realitas lapangan. Selain itu, kader pun diharapkan dapat terus-menerus melanjutkan roda
keorganisasian yang bersama terus memajukan profesi Apoteker.
Jika kita mau melihat secara objektif, sesungguhnya seluruh kader dari anggota
ISMAFARSI memiliki potensi yang sangat luar biasa. Namun, potensi ini tidak akan menjadi
apa-apa tanpa adanya proses pengembangan dan usaha untuk terus menyiapkan kader yang siap
turun ke lapangan sebagai penggerak organisasi serta nantinya siap turun ke lapangan sebagai
Apoteker yang mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Usaha tersebut tentulah harus
menggunakan suatu sistem dimana sistem tersebut sebaiknya baku, terstandar, terencana, terarah,
terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Perancangan pembentukan kader tersebut diharapkan
akan membentuk kader / aktivis mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dan
spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.
Untuk itu, hadirnya buku ini diharapkan dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada,
menjadikannya sebagai senjata berharga untuk memajukan bangsa kita dengan profesi yang kita
miliki. Buku ini hadir mencoba menjumpai kawan-kawan aktivis yang haus akan nilai-nilai
intelektualitas sebagai bekal kader ISMAFARSI yang handal dan menjadi wadah pemikiran
dalam rangka pengembangan pola pengkaderan ISMAFARSI sebagaimana hal tersebut
diharapkan oleh staf ahli kaderisasi terdahulu, semoga dengan sedikit penyesuaian terhadap
2|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
kebutuhan kader di setiap daerah, buku ini dapat menyentuh dan mengena dalam aplikasi
pencapaian kader yang diharapkan.
Terselesaikannya buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak aspek yang
tidak terjamah oleh isi buku ini. Sepakat dengan staf kaderisasi yang telah menjabat terdahulu,
kami berharap jauh kedepan akan lahir kader-kader ISMAFARSI yang akan menyempurnakan
isi buku ini.
3|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mahasiswa menurut KBBI adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Begitu pun
menurut peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan
belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah
setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan
batas usia sekitar 18-30 tahun. Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono,
1978) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan
tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan diharapkan menjadi calon-clon
intelektual.
Di pihak lain, mahasiswa juga sebagai kelompok miniatur kehidupan bangsa yang
begerak aktif dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa mempunyai peran
sebagai kawan masyarakat dalam mengawal kondisi sosial, politik, ekonomi, dan kondisi
strategis yang terjadi di dalam negeri untuk memastikan bahwa kepentingan masyarakat menjadi
prioritas utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, mahasiswa yang
diharapkan menjadi calon-calon intelektual ini diharapkan menjadi bagian dari solusi
permasalahan bangsa dan dapat membangun bangsa di masa depan sesuai dengan kapasitas
intelektual yang telah dipersiapkan.
Mahasiswa farmasi, mempunyai peran yang sama dengan mahasiswa lainnya. Namun,
sebagai bagian dari calon intelektual dalm bidang kesehatan, maka diperlukan suatu persiapan
yang akan menunjang mahasiswa farmasi sehingga dapat menjadi mahasiswa yang mampu
menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat,khusunya dalam bidang kesehatan, baik saat
4|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
menjadi mahasiswa melalui perannya dan setelah menjadi bagian dari masyarakat setelah
menjadi sarjana.
5|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
berarti ISMAFARSI dalam kebersamaan itu bahu membahu dengan eksponen kesehatan lain,
bekarja menyuarakan aspirasi profesi farmasi.
Menyadari substansi mahasiswa farmasi yang sangat dominan, dimana farmasis selaku
profesi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab di bidang farmasi harus memiliki standar.
Standar yang dimaksud adalah bahwa farmasis memiliki kemampuan dan keterampilan
dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan serta persaingan yang ada.
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan untuk itu mewujudkan peran ISMAFARSI yang
maksimal diperlukan usaha secara sadar dan terus menerus dalam menyiapkan kader kader
atau aktivis mahasiswa farmasi dalam suatu sistem pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu,
bertingkat dan berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan terbentuknya kader/aktivis
mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dari spiritual yang handal serta
memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.
Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia (ISMAFARSI) sebagai bagian dari
mahasiswa Indonesia yang sekaligus menjadi basis kaderisasi mahasiswa, selayaknya memiliki
pola pengkaderan yang baku dan mendasar dan harus memiliki ciri khas yang mampu
membedakan dengan format pengkaderan kelompok masyarakat secara umum atau dengan
lembaga kemahasiswaan lain pada khususnya.
Harapan kita bahwa format pengkaderan tersebut berlandaskan Tri Dharma Perguruan
Tinggi, prinsip prinsip keilmuan yang dinamis serta terintegrasi dengan kearifan nilai nilai
perjuangan mahasiswa farmasi yang bersifat universal. Tanpa dilandasi nilai nilai tersebut
dikhawatirkan akan terjadi krisis orientasi kepribadian, sikap intelektual dan profesionalisme
mahasiswa farmasi Indonesia.
6|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
1. Asas
Asas dari pengkaderan ISMAFARSI adalah terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan
berkesinambungan.
2. Tujuan
Tujuan diadakan Formasi Pengkaderan adalah memberikan acuan dasar yang terencana,
terarah, terpadu, bertingkat dan berkesinambungan serta berdasarkan pada potensi dan kebutuhan
mahasiswa demi mempertahankan idealisme terhadap peran dan tanggung jawab moral menuju
pencapaian masyarakat yang berperadaban pada khususnya dan profesionalisme farmasi pada
khususnya, selanjutnya terumuskan dalam point point dasar tujuan pengkaderan ISMAFARSI
sebagai berikut :
a. Membentuk kader yang beriman dan bertaqwa
b. Membentuk karakter 7 stars pharmacist
c. Memberikan pengetahuan dan wawasan ke ISMAFARSI-an dan keFARMASI-an
d. Membentuk kader yang memiliki kemampuan konsepsional dan praktikal berorganisasi
e. Membentuk kader yang proaktif, kritis dan solutif
f. Membentuk kader yang bersikap terbuka, kreatif dan inovatif
g. Membentuk kader yang mampu mengembangkan diri dan ISMAFARSI di tingkat LEM
dan/atau Komisariat, wilayah, nasional dan internasional
3. Sasaran
Sasaran pengkaderan adalah seluruh mahasiswa farmasi yang tergabung dalam Ikatan
Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang telah memenuhi
syarat syarat yang telah ditetapkan oleh konstitusi ISMAFARSI.
7|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
1. Visi
a. Menjadikan ISMAFARSI sebagai basis pengkaderan mahasiswa farmasi yang
diperhitungkan baik pada tingkat universitas, wilayah, nasional maupun internasional.
b. Melahirkan kader farmasi berdasarkan pada kemampuan 7 stars pharmacist.
c. Menciptakan kader yang mampu menjadi solusi bagi permasalahan keprofesian.
d. Melahirkan kader pemimpin masa depan bangsa yang berkualitas.
2. Misi
a. Membuat sistem rekruitmen kader secara profesional.
b. Menjalankan suatu pola pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan
berkesinambungan serta berada pada kerangka ilmiah dan kerangka intelektualisme
profesionalisme farmasi.
c. Membentuk tim pengkaderan di tingkat LEM dan/atau Komsat, wilayah dan nasional
untuk menyampaikan kurikulum pengkaderan yang telah di susun dan apabila
dimungkinkan tim dapat melakukan pengembangan materi terkait peningkatan kualitas
kader.
d. Memberi motivasi dan meningkatkan animo mahasiswa untuk berlembaga sesuai dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
D. PENGERTIAN PENGERTIAN
1. Kader adalah individu atau sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus
dan menjadi tulang punggung organisasi.
2. Kaderisasi adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi secara sadar, sistematis dan
selaras dengan pedoman baku sehingga memungkinkan seseorang mengaktualisasikan
dirinya menjadi kader yang berkualitas.
3. Format pengkaderan adalah sketsa dasar yang memberikan motivasi, pengarahan,
pembenaran dan indikator keberhasilan suatu organisasi.
8|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
4. Retkuitmen kader adalah pola pendekatan terhadap calon kader berdasarkan kriteria
integritas pribadi, prestasi akademik dan potensi dasar kepemimpinan.
5. Kurikulum adalah perangkat acuan materi yang terstruktur untuk dijadikan panduan oleh
suatu organisasi untuk diajarkan kepada calon dan atau kader organisasi yang
bersangkutan.
9|Page
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB II
PENYELENGGARAAN PENGKADERAN
A. Arah Pengkaderan
Arah pengkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang
menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pengkaderan ISMAFARSI.
Arah pengkaderan sangat erat kaitannya dengan tujuan pengkaderan dan tujuan ISMAFARSI
secara umum yang merupakan titik sentral dan garis arah setiap pengkaderan, maka ia
merupakan norma atau ukuran dari semua kegiatan ISMAFARSI.
Bagi anggota, tujuan ISMAFARSI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan
yang paling pokok dari seluruh anggota sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan
tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan
organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
Secara jangka panjang, diharapkan seluruh proses pengkaderan dapat mewujudkan
keprofesian yang jauh lebih baik sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan bangsa dan
mampu menjadi solusi dari permasalahan keprofesian.
1. Jenis-jenis Pengkaderan
1.1 Pengkaderan formal
Pengkaderan formal adalah Pengkaderan bertingkat dan berjenjang yang diikuti oleh
anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Yang
terdiri dari :
1.1.1 Pengkaderan Tingkat LEM dan/atau Komsat yaitu :
Latihan Kepemimpinan Tahap Awal (LK I)
10 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
11 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
12 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
(A)
MUNAS RAKERNAS
(B) (B)
13 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
(A)
Keterangan :
(A) Kegiatan berlangsung pada saat semester ganjil, jenis pengkaderan yang mungkin
dilakukan adalah pengkaderan LK I dan dilakukan di tingkat komisariat
(B) Kegiatan berlangsung pada saat semester genap. Jenis pengkaderan yang mungkin
dilakukan adalah pengkaderan LK II dan dilakukan di tingkat wilayah.
(C) Kegiatan pengkaderan LK III dilakukan pada saat event Nasional Pramunas atau waktu
yang disepakati
14 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
C. Manajemen Pengkaderan
15 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
a. Sekjen
Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengkaderan, serta meminta pertanggung
jawaban staf ahli atas pelaksanaan kegiatan pengkaderan
b. Staf ahli bidang Professional Development
penanggung jawab pengkaderan ISMAFARSI secara keseluruhan
tingkat nasional
16 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. Korwil
Penanggung jawab khusus pengkaderan di tingkat wilayah
Melakukan koordinasi dengan staf ahli bidang pengembangan profesi
d. Ketua LEM atau Komisaris
Penanggung jawab khusus pengkaderan di tingkat LEM
Melakukan koordinasi dengan Korwil
e. Penceramah / Pemateri
Menyiapkan serta memberikan materi-materi latihan kepada peserta
Mengevaluasi materi yang telah diberikan
f. Steering Committee
Merencanakan dan mempersiapkan administrasi latihan, modul, sistem, dan
metode serta arah dan strategi pengkaderan
Mengadakan koordinasi langsung sebaik-baiknya diantara unsur yang terlibat
langsung dalam pengkaderan
Membuat laporan kegiatan
Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan
Mengevaluasi kegiatan pengkaderan
g. Organizing Committee
Sebagai penyelenggara yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala hal
yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan
Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan
17 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. OC membantu SC bertanggung jawab menyediakan segala fasilitas yang diperlukan demi tersele
nggaranya kegiatan pengkaderan dan membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak yang
memandatinya.
G. Pelaksanaan Pengkaderan
Pelaksanaan pengkaderan merupakan inti kegiatan dari seluruh rangkaian persiapan yang
dilakukan. Oleh karena itu, keterlibatan dan sinergi seluruh komponen yang terlibat dalam
pelaksanaan pengkaderan, baik yang menyangkut materi, Steering Committee, Organizing
Committee, peserta, pemateri, maupun pengurus ISMAFARSI.
Persiapan pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pendaftaran peserta
Sebelum pelaksanaan pengkaderan, perlu dilakukan pendaftaran peserta sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan oleh panitia dan pimpinan ISMAFARSI baik yang bersifat
administratif, maupun kebijakan sebagai seleksi awal.
2. Wawancara
Untuk menjajaki kemampuan peserta, dapat melalui wawancara atau menggunakan alat
Bantu formulir yang berisi daftar pertanyaan sejauh mana kesungguhan mengikuti
pengkaderan, pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, ketrampilan yang dimiliki serta
potensi kepemimpinan dan kecenderungan yang dimiliki oleh peserta.
3. Proses Pengkaderan
Selama proses kegiatan pengkaderan, seluruh peserta, panitia dan pemateri harus terlibat
aktif dalam setiap tahap latihan, baik dalam mengikuti ceramah, diskusi, maupun
pengismafarsian dan evaluasi kegiatan.
18 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
c. Jika delegasi yang telah mengikuti event Nasional tidak dapat mendampingi delegasi
yang baru, maka delegasi yang baru tersebut harus membawa surat rekomendasi dari
komisaris yang menyatakan bahwa kader telah diberikan pembekalan yang cukup
mengenai event yang akan dilaksanakan.
19 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB III
A. Pendekatan Pengkaderan
Pada umumnya dalam dunia pengkaderan dikenal ada dua pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan paedagogi dan pendekatan andragogi. Pengkaderan ISMAFARSI menerapkan
pendekatan pendekatan paedagogis dan andragogis secara fleksibel sesuai dengan jenis
komponen dan jenjang pengkaderannya.
1. Pendekatan andragogis
Pendekatan andragogis pada prinsipnya menekankan pada pembentukan, pengisian,
penerusan materi atau bahan yang telah direncanakan secara lebih sepihak dari instruktur atau
pemateri kepada peserta. Dalam bahasa umum disebut dengan pendekatan yang menekankan
pada proses transformasi ide, pengetahuan, nilai-nilai, pola-pola sikap serta prilaku peserta
serta keterampilan dari subyek pendidik (nara sumber/pemateri) kepada objek didik (peserta).
Pendekatan paedagogis memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Bersifat indonkrinasi
2. Bahan/materi yang disajikan berupa paket yang direncanakan
3. Peserta/sasaran adalah penerima sedangkan instrukur/pemateri adalah pemberi sehingga
yang pertama pasif dan kedua aktif.
4. Cara/teknik yang diterapkan lebih sepihak yakni dari nara sumber/pemateri kepada
peserta/sasaran.
20 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2. Pendekatan Paedagogis
Pendekatan paedagogis adalah kebalikan dari pendekatan andragogis yakni pendekatan
yang lebih menekankan pada pengembangan peserta secara lebih partisipatif sesuai dengan
potensi, kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta. Pendekatan andragogis disesuaikan
dengan prinsip belajar orang dewasa untuk memperoleh pengetahuan, wawasan dan sikap
mental serta keterampilan baru bagi peserta. Pendekatan tersebut terbagi ke dalam pendekatan
humanistik, partisipatory training, persuasif, dan scuritif sesuai dengan jenjang pengkaderan
serta kondisi peserta.
21 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
sehingga informasi dan peristiwa yang ditangkap kemudian di refleksikan oleh peserta untuk dipr
oses menjadi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan. Pendekatan ini memberikan
pengetahuan dan pengertian bahwa pengalaman merupakan guru yang paling baik. Proses pengk
aderan merupakan selalu berusaha mengarah pada perolehan pengetahuan melalui pengalaman.
Dengan demikian, proses belajar dalam pelatihan adalah menstrukturkan pengalaman-
pengalaman (structured experiens) yang menitikberatkan pada partisipasi aktif peserta pada
pelatihan.
B. Metodologi Pengkaderan
1. Pengertian Metodologi :
Metodologi merupakan prinsip-prinsip proses pengkaderan yang sistematis
mengenai cara-cara penyajian materi dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan
secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metodologi itu berkembang
sesuai dengan situasi dan kondisi serta kepentingan kelompok sasaran pada awal
22 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2. Bentuk-bentuk metodologi :
Bentuk-bentuk metodologi latihan kader Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi adalah
sebagai berikut :
2.1 Ceramah
Metode ini dimaksudkan sebagai pendekatan penyajian materi yang bersifat satu arah dari
pemateri kepada peserta. Agar penyajian materi dapat berlangsung dengan efektif maka perlu
dilengkapi alat peraga yang tersedia secara kreatif, seperti papan tulis, white board, flip chart,
slide show, dan lain-lain, untuk lebih memperjelas maksud dari uraian ceramah.
2.2 Tanya jawab
Pada dasarnya metode ini merupakan tindak lanjut dari metode ceramah. Metode ini
mempunyai maksud ganda, yaitu untuk memupuk keberanian bagi peserta mengemukakan
pendapat dan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi pengkaderan sebagai
umpan balik.
2.3 Diskusi
Metode ini dipergunakan untuk menampiLKan kegiatan bertanya, berkomentar berpendapat
serta berargumentasi bagi peserta dalam proses latihan. Metode ini dapat diklasifikasikan
menurut sifat kegiatannya sebagai berikut :
Diskusi yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur, termasuk
memimpin dan mengarahkan diskusinya.
2.3.3 Buzz discussion
Dilaksanakan secara informal dalam waktu yang singkat di tengah-tengah proses pelatihan
dan diikuti oleh 2-6 orang peserta.
2.3.4 Case discussion
Dilakukan untuk membahas suatu kasus yang nyata dalam keseharian dengan analisis yang
terinci, guna memberikan saran atau rekomendasi sebagai aLKernatif pemecahan masalah.
2.3.5 Field work discussion
Dilakukan untuk membahas dan mengevaluasi hasil dari suatu perencanaan dan kerja di
lapangan oleh para peserta dengan membuat dan mendiskusikan rencana kerja yangtelah
ditentukan berikut proses kegiatan yang dilakukan.
2.3.6 Brainstorming (curah pendapat)
Diskusi intensif yang dilakukan secara bebas dan spontan, sebagai curah pendapat untuk
melahirkan gagasan-gagasan baru dalam rangka pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.
2.3.7 Free group discussion
Diskusi yang arah, tujuan, tema dan materinya bebas ditentukan sendiri oleh peserta.
Sementara peran instruktur hanya sebagai pengamat yang aktif.
2.3.8 Seminar
Diskusi yang dilakukan untuk membahas makalah yang disajikan (presentasi) peserta yang
ditugaskan. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan daya fikir kritis, melatih peserta
mengemukakan pendapat dan gagasan secara tertulis, serta mampu mengetengahkan dan
mempertahankan suatu argumen.
2.3.9 Metaplan
Diskusi dengan mnggunakan papan panel atau lembaran kertas untuk merumuskan secara
tertulis konstribusi pemikiran para peserta yang kemudian diklasifikasikan menurut aspek-aspek
yang diketahui dalam rangka mempercepat perumusan simpul.
24 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2.6. Simulasi
Metode ini dipergunakan untuk menciptakan suasana tertentu dari kenyataan hidup yang
sesungguhnya dalam bentuk permainan yang dilakukan oleh peserta melalui instrumen-
instrumen yang telah disiapkan. Permainan ini hendaknys mampu menumbuhkan kesadaran diri,
rasa simpati, kepekaan dan perubahan sikap, serta mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam aspek-aspek kepemimpinan komunikasi, kerjasama, kreativitas dan
tanggung jawab.
Diskusi mengenai masalah yang bersifat teknis operasional untuk menghasiLKan suatu
rumusan yang dapat digunakan untuk mewujudkan kerja nyata.
26 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Pemilihan dan penentuan metode pengkaderan disesuaikan dengan jenjang dan materi-materi pen
gkaderan yang akan disajikan. Gambaran tentang metode yang digunakan dalam pengkaderan se
suai menurut jenjangnya, adalah sebagai berikut :
27 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
D. BATASAN ISTILAH
1. Asas yaitu pendekatan tertentu yang dujadikan pegangan dalam pelaksanaan pengkaderan.
2. Fasilitas yaitu segala kemudahan yang bersifat material, prasarana dan sarana untuk
mensukseskan proses pengkaderan.
3. Instruktur yaitu kader yang berperan sebagai pengelola pengkaderan
4. Instrumen yaitu seperangkat alat bantu yang dipergunakan dalam suatu pengkaderan (angket,
alat test dll).
5. Jadwal yaitu satuan waktu yang mengandung rangkaian penyampaiaan materi.
6. Pendekatan yaitu cara kerja yang teratur, terencana dan memiliki tujuan yang jelas.
7. Pengorganisasian yaitu penyelenggarana pengkaderan dalam satu kesatuan organisasi oleh
lembaga/unit yang berwenang
8. Proses yaitu Tahapan kegiatan yang teratur dari langkah awal sampai akhir.
9. Teknik yaitu Langkah konkret yangterperinci sebagai penjabaran dari pendekatan yang
ditetapka
28 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB IV
KURIKULUM PENGKADERAN
1. Tujuan Pengkaderan
Merupakan rumusan, sikap, pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa. Setiap jenjang pengkaderan mempunyai TIU dan TIK
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
TIU merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya komprehensif jangka panjang
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
TIK merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya lebih spesifik (kognitif, afektif dan
psikomotorik), yang bisa dievaluasi penyampaiannya dalam jangka waktu yang pendek.
2. Silabus Materi
Merupakan penjabaran materi yang tertarget dan dapat diketahui indikator keberhasilan yang
harus berorientasi yang relevansi kuat dengan tujuan.
3. Alur Pelatihan
Merupakan alur dari suatu pelatihan yang harus dilakukan untuk mencapai target, meliputi
pretest, proses, dan pasca.
29 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
30 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Seluruh poin 7 Stars Pharmacist yang telah disebutkan di atas tidak memiliki pertentangan
dengan potensi dasar yang dimiliki oleh anggota ISMAFARSI. Oleh karena itu, dapat digunakan
sebagai salah satu acuan pembentukan karakter calon farmasi masa depan melalui proses
kaderisasi ISMAFARSI yang tidak keluar dari aturan organisasi serta potensi dasar anggota
ISMAFARSI.
B. Matriks Kurikulum
A. MATERI POKOK
1. Materi wawasan ke-ISMAFARSI-an
Waktu : DIKONDISIKAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang eksistensi organisasi ISMAFARSI, serta
memiliki keterikatan terhadap ISMAFARSI
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
a. Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya ISMAFARSI
b. Peserta dapat menjelaskan visi dan misi ISMAFARSI
c. Peserta mengetahui nilai-nilai dasar organisasi ISMAFARSI dan menjadikannya sebagai
landasan berpikir, berprilaku dan bertindak.
Pokok Bahasan
a. Sejarah ISMAFARSI
b. Aturan Organisasi (AD/ART, GBHO)
c. Struktur organisasi
32 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
d. Kegiatan organisasi
e. Jaringan organisasi
f. Keterkaitan organisasi ISMAFARSI dengan dunia farmasi
Metode penyampaian
a. ceramah / presentasi
b. diskusi
c. brainstorming
d. dialog
Kualifikasi pemateri
CP ISMAFARSI di LEM, Ketua LEM atau Komisaris, Pengurus wilayah
Evaluasi
a. tanya jawab
b. penugasan dalam bentuk resume
Referensi
Buku panduan organisasi
2. Metode persidangan
Waktu : Dikondisikan
Tujuan Instruksional Umum
Peserta dapat Memahami metode Persidangan dan Keprotokolan dalam menjalankan
organisasi
Tujuan Instruksional Khusus
a. Peserta mengetahui Defenisi persidangan.
b. Peserta mengetahui Unsur-unsur metode persidangan.
c. Peserta mengetahui Tingkatan sidang.
d. Peserta mengetahui Model / bentuk persidangan.
33 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
3. 7 Stars Pharmacist
Waktu : Dikondisikan
Tujuan Instruksional Umum
Peserta dapat memahami urgensi dan makna dari 7 Stars Pharmacist
Tujuan Instruksional Khusus
a. Peserta mengetahui Definisi 7 Stars Pharmacist.
b. Peserta mengetahui Urgensi dari setiap poin dalam 7 Stars Pharmacist.
c. Peserta dapat memaknai Urgensi dari pentingnya menyiapkan farmasis masa depan
berdasarkan pada 7 Stars Pharmacicst.
Pokok Bahasan
e. Pengertian
f. Poin-poin dalam 7 Stars Pharmacist
g. Urgensi 7 Stars Pharmacist
34 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Metode Penyampaian
Ceramah/diskusi/presentasi
Kualifikasi Pemateri
Dekan Fakultas Farmasi LEM terkait
Evaluasi
Penugasan berupa resume maupun makalah
Referensi
Essential Medicines and Health Products Information: Portal A World Health Organization
resource dan referensi lainnya yang mendukung.
i. Proker SEO
Metode penyampaian
a. ceramah / presentasi
b. diskusi
c. brainstorming
d. dialog
Kualifikasi pemateri
Pengurus wilayah/pengurus pusat
Evaluasi
a. tanya jawab
b. penugasan dalam bentuk resume
Referensi
SA Eksternal dan SEO
B. MATERI TAMBAHAN
1. Materi Keorganisasian
Waktu : DIKONDISIKAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Peserta mengetahui organisasi sebagai sistem, kelengkapan organisasi, penentuan kinerja
organisasi dan pertumbuhan / masalah-masalah organisasi
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Peserta berorganisasi dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan organisasi yang baku
Pokok Bahasan
e. pengertian
f. hakekat, fungsi dan struktur organisasi
g. organisasi dan manajemen
h. sistem organisasi modern
36 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Metode Penyampaian
Ceramah/diskusi/presentasi
Kualifikasi Pemateri
Aktifis mahasiswa
Evaluasi
Brainstorming
Penugasan
Referensi
-
Brainstorming
Penugasan
Referensi
-
38 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Peserta dapat memahami aspek teori dan praktek pengambilan keputusan organisasi dan
memecahkan permasalahan dalam organisasi serta mengembangkan model-model
kepemimpinan.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
- Peserta dapat memahami peranan kepemimpinan dalam mengatasi permasalahan dan
konflik dalam organisasi.
- Peserta dapat menguasai teori pengambilan keputusan dan mampu menerapkan baik dalam
organisasi profesional maupun organisasi kemasyarakatan.
Pokok Bahasan
- pengambilan keputusan dalam kepemimpinan dan manajemen organisasi
- konflik/permasalahan organisasi
- perananan kepemimpinan dalam organisasi
-Strategi pemecahan konflik dalam organisasi
Metode penyampaian
Ceramah/diskusi/presentasi, dialog, studi kasus
Kualifikasi pemateri
Aktifis mahasiswa/LSM
Evaluasi
-Resusitasi
-Penugasan
Referensi
-
39 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
40 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Pokok Materi
2. Advokasi
Waktu : 120 menit
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
41 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Peserta mampu memanajemen sebuah wacana agar menjadi wacana public yang mampu
memengaruhi psikologi massa dan mengimplementasikan dalam aksi nyata kepada
masyarakat
Pokok Bahasan
a. Teori dan konsep wacana
b. Tujuan manajemen wacana public
c. Ruang manajemen wacana public
d. Pengertian psikologi massa dan manajemen aksi
e. tingkah laku massa
f. komunikasi massa
g. perencanaan dan pelaksanaan aksi
Metode penyampaian
Ceramah/diskusi/presentasi
Kualifikasi pemateri
Aktifis mahasiswa
Evaluasi
Brainstorming
Penugasan
Referensi
-
c. Konsolidasi kepemimpinan
d. Kaderisasi, kristalisasi dan komunikasi kepemimpinan
e. Membangun kepemimpinan
Metode penyampaian
Ceramah/diskusi/presentasi
Kualifikasi pemateri
Aktifis mahasiswa
Evaluasi
Brainstorming
Penugasan
Referensi
-
Dinas Kesehatan
Pengkaji IPE pada program HPEQ
Evaluasi
Brainstorming
Referensi
45 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Materi Tambahan
Peserta dapat membuat sebuah karya tulis Ilmiah dan mampu berkompetensi dalam setiap
event yang dilaksanakan baik oleh interen organisasi atau dari eksteren organisasi
Pokok Bahasan
- Pengertian karya tulis ilmiah
- Aturan dan sistematika penyusunan karya tulis ilmiah
- pokok-pokok penilaian pada karya tulis ilmiah
Metode penyampaian
d. ceramah
e. Diskusi/ tanya jawab
Kualifikasi pemateri
Aktifis mahasiswa / trainer, dosen
Evaluasi
a. tanya jawab
b. Penugasan pembuatan karya tulis
Referensi
-
Prasyarat : membuat makalah mengenai analisis kritis mengenai isu kefarmasian terkini dan
solusi terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan
kemanan yang dapat dilakukan ISMAFARSI untuk menanganinya
Evaluasi : 1. Orasi/pemaparan artikel/opini mengenai isu kefarmasian terkini dan solusi yang
dapat dilakukan organisasi farmasi dan kesehatan baik mahasiswa maupun non
untuk menanganinya ditinjuan dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan kemanan.
2. Evaluasi oleh praktisi tentang kegiatan yang diaplikasikan di lapangan (diskusi
terbuka, materi penjaminan mutu keprofesian manajemen massa, pengabdian
kepada masyarakat dan hasil entrepreneurship).
48 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Pokok Materi
A. Realitas Bangsa
1. Orasi Terbuka
Waktu : 120 menit
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Kader matang dan aplikatif menyampaikan aspirasi yang telah dirancang dan
mempengaruhi audience.
b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )
Kader mempunyaai kepercayaan diri dan cerdas dalam menyampaikan aspirasi.
c. Teknis pelaksanaan
Tulisan yang dibawa olah peserta masing-masing disampaikan dengan orasi dan
didiskusikan secara solutif.
2. Diskusi Terbuka
Waktu : 60 menit
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Kader matang dan aplikatif menyampaikan aspirasi yang telah dirancang dan
memahami langkah yang harus ditempuh
b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )
Kader dapat menganalisis dan memberikan solusi permasalahan yang ada, khususnya
masalah kesehatan di Indonesia terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, dan kemanan serta melakukan pergerakan yang nyata sebagai partisipasi nyata
ISMAFARSI dalam pembangunan bangsa.
c. Teknis Pelaksanaan
Pakar yang berhubungan dengan pembahasan yang ada diundang untuk berdiskusi
secara terbuka dan kader ISMAFARSI menyampaikan aspirasi untuk kemajuan orananisasi
dan kesehatan Indonesia melalui teknik yang telah didapatkan pada jenjang pengkaderan
sebelumnya.
49 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Waktu:Dikondisikan
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Kader matang dan aplikatif dalam menyampaikan kondisi kekinian ISMAFARSI yang
telah dirancang dan memahami langkah yang harus ditempuh
b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )
Kader dapat menganalisis dan memberi solusi terhadap kondisi tersebut, sehingga
nantinya dapat melanjutkan roda kepemimpinan ISMAFARSI
c. Teknis pelaksanaan
Peserta menganalisis kondisi ISMAFARSI yang telah diberikan oleh pengurus
ISMAFARSI dan peserta membuat rancangan strategis dan grand design mengenai
permasalahan tersebut, yang nantinya akan menjadi rancangan tindak lanjut untuk
51 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
C. FOLLOW UP
Dalam rangka mewujudkan pengkaderan ISMAFARSI yang ideal tentu membutuhkan
proses yang berkelanjutan dan sistematik. Kelemahan pengkaderan ISMAFARSI selama ini
adalah kegiatan pengkaderan yang berlangsung secara bertahap (gradual), tidak ada proses yang
sistematik untuk menindaklanjuti kegiatan pengakaderan yang telah dilakukan.
Materi-materi yang disampaikan pada kegiatan follow up adalah materi-materi yang
diturunkan dalam Latihan Kepemimpinan ISMAFARSI. Materi ini dapat bersifat mengulang
kembali materi yang telah disampaikan, melanjutkan materi yang belum diturunkan atau
memperluas/memperdalam materi tersebut dengan membahas materi -materi yang terkait dengan
materi pokok (membahas referensi materi yang dianjurkan), serta melaksanakan tindakan nyata
yang menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa, khusunya permasalahan kefarmasian.
Bentuk penyampaian materi dari follow up Pengkaderan ISMAFARSI terdiri atas berbagai
model penyampaian. Model penyamapaian materi follow up pengkaderan ISMAFARSI adalah
sebagai berikut:
tertentu dan didampingi satu atau lebih panitia sebagai fasilitator. Peran fasilitator adalah bukan
pihak pemberi ceramah tetapi mengelolah forum agar antar peserta bisa tercipta pola interaksi
yang dinamis dan hidup untuk memperbincankan persoalan yang telah ditentukan. Dengan
demikian imajinasi peserta akan berkembang dan pada akhirnya akan memberikan sesuatu yang
baru, gagasan baru, atau pemecahan baru terhadap suatu persoalan secara mandiri.
3. Bedah kasus, bedah buku, bedah film,dll.
Bedah kasus merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan kasus tertentu
dimasyarakat yang relevan dengan topik atau tema pembicaraan. Teknisnya sebelum memasuki
pokok materi, fasilitator melemparkan sebuah kasus tertentu, bisa secara lisan langsung atau
dengan tulisan mengenai kasus tersebut, kemudian peserta diberi kesempatan beberapa saat
untuk mendiskusikannya.
Bedah buku merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan judul buku tertentu
yang dikupas secara mendalam untuk menemukan dan memahami makna dan pokok-pokok
permasalahan yang disampaikan dalam buku tersebut.
Bedah film merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan tema tertentu yang
ada dalam sebuah film. Untuk kegiatan bedah film sebelum dilakukan interaksi antarpeserta
maka terlebih dahulu dilakukan pemutaran film sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam
topik diskusi
Pada dasarnya metode penyampaian di atas bersifat fleksibel. Karena itu beberapa
metode di atas dapat dilaksanakan secara konfiguratif dengan tetap mempertimbangkan relevansi
atau sinkronisasi diantara masing-masing metode tersebut. Karenanya setiap pengkader
ISMAFARSI atau narasumber dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan mampu melakukan
improvisasi yang dinamis dan antisipatif dalam mengelola sebuah forum, sehingga tujuan dan
target materi berhasil disampaikan secara maksimal dengan melibatkan peserta seefektif
mungkin.
53 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
1. Kepanitiaan
Untuk mengimplementasikan hasil pelatihan kepemimpinan, maka di utamakan
keikutsertaan secara aktif anggota dan kader pada setiap kepanitian dan kegiatan organisasi baik
itu ditingkat LEM dan/atau komisariat, wilayah, dan nasional.
Dapat menjalin silaturahmi dan hubungan kekeluargaan yang kuat antara seluruh lulusan
kaderisasi tahap lanjutan.
Memastikan ilmu yang didapatkan selama kaderisasi tahap lanjutan dapat bermanfaat bagi
organisasi, keprofesian, dan atau masyarakat.
Sebagai kader yang telah mengikuti tahap kaderisasi hingga tahap lanjutan, maka
diharapkan seluruh kader dapat berkreasi dan menyusun program kegiatan secara nasional yang
akan dilaksanakan, sehingga batasan follow up yang diberikan adalah sejalan dengan AD/ART
dan GBHO. Beberapa contoh follow up yang dapat dilakukan adalah:
55 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
56 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
BAB V
LAMPIRAN
1. SOP LK I
2. Seluruh Komisariat berhak untuk menentukan tanggal pelaksanaan LK I
3. seluruh komisariat wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK I di komisariatnya
masing-masing kepada koordinator wilayah maupun staf ahli wilayah terkait selambat-
lambatnya 2 bulan sebelum pelaksanaan.
4. Seluruh koordinator wilayah wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK I pada
setiap komisariat kepada staf ahli Professional Development Nasional selambat-
lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan
5. Seluruh TOR yang akan dikirimkan kepada seluruh pembicara wajib dikirimkan ke
email [email protected] 1 minggu sebelum dikirimkan kepada pembicara.
6. Pengembalian TOR apabila terdapat revisi wajib dikirimkan ulang oleh staf ahli
Professional Development selambat-lambatnya 2 hari setelah pengiriman.
7. Laporan kegiatan LK I wajib dikirimkan komisariat kepada masing-masing koordinator
wilayah selambat-lambatnya 1 bulan setelah pelaksanaan.
8. Laporan Kegiatan LK I wajib dikirimkan ke email [email protected] oleh
koordinator wilayah selambat-lambatnya 5 minggu setelah pelaksanaan.
9. Seluruh laporan kegiatan diwajibkan melampirkan follow up yang diberikan kepada kader
disertai target akhir yang akan dicapai dan limit waktu pengerjaan
10. Seluruh kegiatan, baik acara maupun bentuk follow up wajib dibuat press release yang
kemudian akan dipublikasikan melalui web ISMAFARSI. Press release selambat-
lambatnya 2 minggu setelah kegiatan berakhir.
11. Apabila terdapat hal-hal yang menjadi perselisihan dapat dilakukan diskusi antara
komisariat, koordinator wilayah, staf ahli wilayah terkait, dan staf ahli profesional
development nasional dengan sepengetahuan sekjend.
57 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
2. SOP LK II
1. Seluruh wilayah berhak menentukan waktu pelaksanaan LK II
2. Seluruh koordinator wilayah wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK II kepada
staf ahli Professional Development Nasional selambat-lambatnya 3 bulan sebelum
pelaksanaan
3. Koordinator wilayah berhak menentukan SC yang akan mendampingi konsep, kegiatan,
dan follow up acara yang kemudian akan berkoordinasi bersama koordinator wilayah
kepada staf ahli nasional Professional Development
4. Proposal acara wajib dikirimkan ke email [email protected] selambat-lambatnya 1
bulan sebelum acara pelaksanaan
5. Seluruh TOR yang akan dikirimkan kepada seluruh pembicara wajib dikirimkan ke email
[email protected] 1 minggu sebelum dikirimkan kepada pembicara.
6. Pengembalian TOR apabila terdapat revisi wajib dikirimkan ulang oleh staf ahli
Professional Development selambat-lambatnya 2 hari setelah pengiriman.
7. Bentuk dan konsep follow up yang akan digunakan pada pelaksanaan LK II wajib
dikoordinasikan oleh staf ahli wilayah terkait dan koordinator wilayah kepada staf ahli
nasional Professional Development.
8. Laporan kegiatan LK II wajib dikirimkan koordinator wilayah ke email
[email protected] selambat-lambatnya 1 bulan setelah pelaksanaan.
9. Seluruh laporan kegiatan diwajibkan melampirkan follow up yang diberikan kepada kader
disertai target akhir yang akan dicapai dan limit waktu pengerjaan
10. Seluruh kegiatan, baik acara maupun bentuk follow up wajib dibuat press release yang
kemudian akan dipublikasikan melalui web ISMAFARSI. Press release
selambatlambatnya 2 minggu setelah kegiatan berakhir.
11. Apabila terdapat hal-hal yang menjadi perselisihan dapat dilakukan diskusi antara
komisariat, koordinator wilayah, staf ahli wilayah terkait, dan staf ahli profesional
development nasional dengan sepengetahuan sekjend.
58 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
59 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
Maka, tata cara persidangan merupakan suatu metode atau pola pengambilan keputusan
dalam suatu pertemuan formal yang dilakukan lebih dari dua orang melalui
musyawarah. Keputusan atau kebijakan dalam persidangan berlaku bagi seluruh
anggota organisasi sesuai dengan konstitusi organisasi.
d. Bentuk Sidang
- Bentuk lingkaran
- Bentuk U
- Bentuk sejajar
61 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
63 | P a g e
BUKU PANDUAN KADERISASI
IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA
PENUTUP
64 | P a g e