LAP AKHIR SUSPENSI Fix Print
LAP AKHIR SUSPENSI Fix Print
LAP AKHIR SUSPENSI Fix Print
Disusun oleh :
I. TUJUAN
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dalam formulasi sediaan
suspensi dan melakukan kontrol kualitas (evaluasi) sediaan suspensi meliputi
menghitung derajat flokulasi, perbedaan metode pembuatan suspensi dan
pengaruh tipe alat terhadap stabilitas suspensi
d. Apabila dikendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah stuctured vehicle
4. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan dituang.
Syarat suspensi yang terdapat dalam Farmakope indonesia edisi IV adalah Zat
yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok
perlahan dan lahan endapan harus segera terdispersi kembali, kekentalan
suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
1. Metode Dispersi
2. Metode Presipetisi
Obat yang tidak larut dalam air,dilarutkan dengan pelarut-pelarut organik yang
bercampur dengan air,kemudian menambahkannya pada fase cair (Lachman et
al,1994)
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan
larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan
bahan pensuspensi.
MONOGRAFI ZAT
1.Sulfadiazine ( FI ed.5,1228)
• Pemerian : serbuk, putih sampai agak kuning, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, stabil diudara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya
perlahan-lahan menjadi gelap.
• Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam asam mineral
encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium
hidroksida dan dalam amonium hidroksida.
2. Sulfamerazine ( FI ed.5,1232)
• Pemerian : serbuk atau hablur, putih atau agak putih, kekuningan, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, rasa agak pahit, stabil diudara.
• Kelarutan : sangat sukar dalam air, agak sukar dalam aseton, sukar larut
dalam etanol, sangat sukar larut dalam eter dan kloroform.
3. Sufadimidine ( FI ed.5,1229 )
• Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, dan dalam eter, larut dalam
aseton, sukar larut dalam etanol.
• Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam eter.
5. Sirupus simplex
• Warna : tidakberwarna
• Rasa : manis
• Bau : tidakberbau
• Titiklebur : 1800
• Stabilitas : ditempatsejuk
• Khasiat : zatpengawet
Formula A B C D E
Sulfadiazine 6g 6g 6g 6g 6g
SLS 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg 60 mg
AlCl3 - 6 mg 12 mg 18 mg 30 mg
Aquadest 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml 60 ml
Tiap 300 Ml
R/ Sulfadiazina 10,2 g
Sulfamerazina 10,2 g
Sulfadimidina 10,2 g
Asam sitrat 12 g
Na-CMC 1,5 g
NaOH 6g
Sirup simpleks 90 mL
Etanol 3 mL
Aquadest ad 300 mL
R/ Sulfadiazina 14,028 g
Sulfamerazina 14,028 g
Sulfadimidina 14,028 g
Na-CMC 2,1 g
NaOH 8,4 g
Etanol 4,2 mL
Aquadest ad 420 mL
Uji Evaluasi
1. Uji organoleptis
2. Uji PH
3. Metode mikroskopik
4. Uji kekentalan
5. Redispersi
tabung reaksi berisi suspensi diputar 180 derajat dan dibalikkan ke posisi
semula. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna.
V. HASIL
Viskositas Suspensi I
Rotor Data Rpm Persent
1 203 mP.as 6 20,3 %
1 187,0 mP.as 12 37,4 %
1 163,8 mP.as 30 81,9 %
1 94,8 mP.as 60 94,8 %
Viskositas Suspensi II
Rotor Data Rpm Persent
1 17 mP.as 6 1,7 %
1 18,5 mP.as 12 3,7 %
1 18,6 mP.as 30 9,3 %
1 17,3 mP.as 60 17,3 %
Pada praktikum kali ini menggunakan metode presipitasi yaitu obat yang
tidak larut dalam air, dilarutkan dengan pelarut-pelarut organik yang bercampur
dengan air,kemudian menambahkannya pada fase cair (Lachman et al,1994).