Laporan PKL Di Instalasi Kab - Gow, Sulawesi Selatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pendidikan tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting dari


pembangunan nasional di bidang kesehatan yang diharapkan untuk mendukung
upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Dalam hal ini,
pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk memperoleh tenaga yang
bermutu dan mampu mengembangkan tugas untuk mewujudkan perubahan,
pertumbuhan, dan pembaharuan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan bagi seluruh masyarakat.

Oleh karena itu, tenaga kesehatan di bidang farmasi dituntut untuk


terampil, terlatih, dan dapat mengembangkan kemampuan diri secara profesional
berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang segala upaya pembangunan di
bidang farmasi. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan khususnya di bidang
farmasi, maka dari segi kualitas dan kuantitasnya harus ditingkatkan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pengalaman kerja kepada
mahasiswa farmasi melalui latihan kerja yang disebut praktek klinik.

Praktek klinik merupakan cara terbaik untuk menerapkan pengetahuan dan


keterampilan yang telah diperoleh selama menjalani pendidikan di bangku
perkuliahan. Pelaksanaan praktek klinik ini merupakan sarana pengenalan
lapangan pekerjaan bagi seluruh peserta didik agar dapat melihat, menerima, dan
menyerap teknologi kesehatan yang telah ada di tengah masyarakat. Dengan kata
lain praktek klinik merupakan suatu orientasi bagi peserta didik sebelum langsung
bekerja di masyarakat. Kegiatan ini dapat digunakan sebagai sarana informasi di
dunia pendidikan khususnya di bidang kesehatan. Praktek klinik ini dapat
dilaksanakan di beberapa lahan farmasi salah satunya di Instalasi Sungguminasa,
Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

1
Instalasi atau UPTD ( Unit Pelaksanaan Teknis Daerah ) merupakan
Instalasi Farmasi dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Gowa yang adalah instalasi
farmasi milik Pemerintah Kabupaten Gowa. Keberadaan Instalasi ini sangat
berarti karena dapat memudahkan puskesmas Se-wilayah Gowa untuk
memperoleh perbekalan farmasi dan alat kesehatan untuk pelayanan kesehatan,
pencegahan, dan pemberantasan penyakit di wilayah kerja masing-masing
Puskesmas di seluruh Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hal tersebut, maka dilaksanakan praktek klinik di Instalasi


Gowa yang merupakan salah satu program mata kuliah semester VI Akademi
Farmasi Sandi Karsa Makassar.

I.2. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

I.2.1 Tujuan Umum

Tujuan dari pelaksanaan PKL ini adalah untuk mengetahui peranan


Farmasis di Instalasi Farmasi, khususnya Instalasi Farmasi Kabupaten Gowa.

I.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah memberikan bentuk


pengalaman nyata serta permasalahan yang dihadapi di lahan praktek kerja dan
menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesempatan dalam masyarakat
menyatukan teori yang didapatkan di bangku perkuliahan.

I.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat yang didapatkan adalah mahasiswa dapat meningkatkan


pemahaman tentang INSTALASI FARMASI khususnya di Instalasi Farmasi
Kabupaten Gowa.

2
I.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKL

Praktek kerja lapangan ini dilakukan pada tanggal 13 Maret s/d 24 Maret
2017, di Instalasi Farmasi Gowa, Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan.

3
BAB II

URAIAN UMUM

II.I Gudang Farmasi

Gudang Farmasi didirikan pada tahun 1981 berdasarkan keputusan


Menteri Kesehatan RI No. 610/MENKES/SK/1981 menetapkan bahwa Gudang
perbekalan Kesehatan di bidang Farmasi di Kabupaten Gowa merupakan unit
pelaksanaan dalam lingkungan Departemen Kesehatan sejak otonomi daerah
tahun 2002. Gudang Farmasi berada dibawah langsung oleh kepala Dinas
Kesehatan kabupaten/kota.

II.2 Tujuan Pembentukan Gudang Farmasi

Tujuan pembentukan Gudang Farmasi kabupaten/kota sebagaimana yang


tercantum No. 610/MENKES/SK/1981 tersebut diatas untuk memelihara mutu
obat dan alat kesehatan yang di perlukan dan untuk menunjang pelaksanaan upaya
kesehatan yang menyeluruh, terarah dan terpadu di tingkat kabupaten/kota Gowa.

II.3 Susunan Organisasi

Susunan organisasi Gudang farmasi di kabupaten/kota terdiri dari 2 tipe


yaitu:

a. Susunan Organisasi Gudang farmasi di kabupaten/kota tipe A:


1. Kepala Gudang
2. Tata Usaha
3. Sub seksi Penyimpanan dan Penyaluran
4. Sub seksi Pencatatan dan Evaluasi
b. Susunan Organisasi Gudang Farmasi di kabupaten/kota tipe B:
1. Kepala Gudang
2. Petugas Tata Usaha
3. Sub seksi Penyimpanan dan Penyaluran
4. Sub seksi Pencatatan dan Evaluasi

Pembagian gudang farmasi tersebut berdasarkan atas beban kerja, jumlah


institusi dan penduduk yang dilayani, jumlah proyek kesehatan yang dilaksanakan
serta intensitas tata hubungan antar instansi.

4
II.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPTD Kabupaten/Kota

Pengelolaan perbekalan farmasi di UPTD farmasi meliputi:

1. Perencanaan
2. Penerimaan
3. Penyimpanan
4. Pengadaan
5. Pengendalian Persediaan
6. Pengeluaran
7. Penghapusan
8. Pelaporan
9. Evaluasi kegiatan pengelolaan Obat

BAB III
URAIAN KHUSUS

III.I Pengertian UPTD Instalasi Farmasi


Berdasarkan peraturan Bupati Gowa No.14 tahun 2009, nama Gudang
Gowa berubah menjadi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) Instalasi Farmasi.
UPTD Instalasi Farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan pemeliharaan barang berupa obat, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan lainnya yang tujuannya digunakan untuk melaksanakan
program kesehatan di Kabupaten/kota yang bersangkutan.
III.2 Tugas dan Fungsi Instalasi farmasi

5
UPTD Instalasi farmasi di kabupaten/kota mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian
perbekalan farmasi serta peralatan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan
penyakit dan pembinaan kesehatan masyarakat sesuai petunjuk Kepala Dinas
Kesehatan kabupaten/kota.
Untuk melaksanakan tugas tersebut Instalasi Farmasi kabupaten/kota
mempunyai beberapa fungsi antara lain:
1. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian
obat, alat kesehatan dan perbekalan farmasi
2. Melakukan penyimpanan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan
mengenai persediaan penggunaan obat, alat kesehatan dan perbekalan
farmasi.
3. Melakukan pengamatan terhadap mutu dan khasiat obat secara umum baik
yang ada dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan
4. Melakukan urutan tata usaha keuangan, kepegawaian dan urusan dalam.

III.3 Struktur Organisasi UPTD Instalasi Farmasi Gowa

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi


(MenKes No.610/SK/XI/1981)

KABID SUMBER DAYA


KESEHATAN

(SDK)

KASI ALKES KASI SDM KASI


FARMASI

STAFF STAFF STAFF

6
GUDANG FARMASI
OBTRA
PERAPOTIKAN

BAB IV
PEMBAHASAN

Pengelolaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya di


UPTD pengelolaan obat Dinas Kesehatan kabupaten Gowa, yaitu:
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan
jumlah obat dalam rangka pengadaan, perencanaan, kebutuhan obat salah satu
aspek penting dalam penentuan pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan
akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian di unit-unit pelayanan kesehatan.
Karena pengadaan di biayai oleh sumber anggaran seperti bantuan PKD
(Pelayanan Kesehatan Dasar), JPKMM (Jaminan Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Miskin), program buffer stok serta sumber-sunber lain. Maka
koordinasi keterpaduan perencanaan dan pengadaan obat mutlak diperlukan agar
dapat dijamin ketersediaan obat dalam jumlah dan jenis yang tepat sesuai
kebutuhan demgan mutu terjamin dan tersebar merata.
Tujuan perencanaan Terpadu:
1. Menghindari terjadinya tumpah tindih anggaran
2. Keterpaduan dalam evaluasi perencanaan
3. Koordinasi antara penggunaan puskesmas dan penyediaan obat di gudang
farmasi
4. Memanfaatkan sumber anggaran secara benar
5. Pengendalian persediaan dan penggunaan obat

7
Tujuan perencanaan:

1. Merumuskan data perbelanjaan obat peranggaran belanja


2. Menyesuaikan perencanaan pengadaan dengan anggaran yamg tersedia
3. Menghitung anggaran yang akan datang
4. Melakukan estimasi kebutuhan obat periode akan datang dengan
menyesuaikan anggaran

Orang-orang yang terkait dalam perencanaan obat:


1. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota
2. Kepala Gudang farmasi
3. Kepala Puskesmas
4. Penyusun program daerah
5. Bappeda
6. Kepala sub dinas pelayanan kesehatan dinas kesehatan

Tahap-tahap perencanaan:

1. Evaluasi pemakaian dan penggunaan obat periode baru


a) Menghitung data penggunaan obat berdasarkan morbilitas, standar
terapi dan biayanya
b) Menghitung biaya obat berdasarkan data konsumsi
c) Menghitung deviasi biaya antara data morbilitas dan konsumsi
d) Menganalisa deviasi
e) Menetapkan keputusan
2. Proyeksi penggunaan berdasarkan konsumsi dua tahun terakhir
a) Menghitung estimasi periode akan datang dengan metode rata-rata
atau kenaikan presentase
b) Menghitung kebutuhan obat dalam tahun berjalan
3. Evaluasi dan proyeksi kebutuhan/persediaan obat untuk menghitung
perencanaan
4. Menyesuaikan anggaran obat yang tersedia
5. Alokasi dan anggaran obat pesumber untuk menentukan obat

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan obat di Gudang Farmasi:

1. Faktor Eksternal
a) Teknologi
b) Sosial budaya
c) Politik
d) Ekonomi

8
e) Peraturan Perundang-undangan
f) Pesaing
g) Penduduk
2. Faktor Internal
a) Rencana strategi
b) Anggaran
c) Estimasi produksi dan penjualan
d) Sistem marketing dan pasar
e) Pola penyakit

Pemilihan obat yang akan dibeli:

1. Pemilihan jenis obat


Sesuai dengan MenKes RI No.125/MENKES/SK/II/1998 tentang daftar
obat Esensial Nasional 1987 dan sesuai dengan peraturan MenKes
No.085/MENKES/PER/ 1989 maka Rumah sakit dan Dinas Kesehatan Daerah
Tingkat II diwajibkan menyediakan obat esensial dengan nama generik untuk
kebutuhan Rumah Sakit, Puskesmas dan Unit Pelaksanaan Teknis lainnya di
wilayahnya untuk UPTD atau Instalasi Farmasi kabupaten Gowa pelayanan
ditujukan untuk Puskesmas, Puskesmas pembantu, Bidan desa dan Rumah
Sakit Bersalin.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka disusun daftar jenis obat
untuk unit pelayanan kesehatan antara lain daftar PKD (Pelayanan Kesehatan
Dasar), JPKMM (Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin), buffer
stok dan daftar obat generik yang mengacu pada daftar obat Esensial Nasional.
2. Kriteria Pemilihan
Memilih obat dilakukan setelah mengetahui gambaran pada penyakit di
wilayah kerja masing-masing. Informasi yang perlu diperhatikan dalam
memilih obat antara lain:
1. Obat/daftar yang tersedia
2. Masalah logistik
3. Harga obat
4. Pola penggunan obat
3. Proses pemilihan jenis obat
Ada beberapa cara memilih obat yaitu ada yang dilakukan oleh seorang
petugas dan ada yang dilakukan oleh suatu komite khusus yang di bentuk untuk
melaksanakan pemilihan obat yaitu dibentuknya suatu komite yang terdiri dari
berbagai disiplin ilmu antara lain:

9
1. Dokter
2. Perawat
3. Apotek
4. Asisten Apoteker
5. Petugas administrasi
6. Petugas kesehatan lainnya

Keuntungan dibentuknya komite yaitu untuk mencegah keputusan yang


sifatnya subjektif. Pemilihan dapat dilakukan ditingkat pusat, provinsi dan
Kabupaten.

Untuk menentukan jumlah obat, diperlukan data dan informasi yang


lengkap, akurat dan terpercaya. Pencatatan, pelaporan dan pengelolaan data
obat yang berkaitan dengan perencanaan yang diarahkan untuk mendukung
metode perhitungan kebutuhan obat.

Metode untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat ditiap unit pelayanan


kesehatan lazimnya digunakan:

1. Metode Konsumsi
Metode konsumsi didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya. Langkah pelaksanaan perhitungan rencana kebutuhan obat
menurut pola konsumsi sebagai berikut:
a) Pengumpulan dan pengelolaan data
b) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
c) Perhitungan perkiraan kebutuhan obat
2. Metode Epidemiologi
Metode Epidemiologi didasarkan pada data jumlah kunjungan, frekuensi
penyakit dan standar pengobatan yang ada.
Langkah-langkah pokok dalam metode ini sebagai berikut:
a) Pengumpulan dan pengelolaan data
Menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani
Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi
penyakit
b) Menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan untuk
pendaftaran
c) Menghitung perkiraan kebutuhan obat
d) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia

10
Pengadaan adalah suatu proses untuk mengadakan obat yang
dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan. Tujuan dari pengadaan yaitu
tersedianya obat dengan jenis dan jumlah yang tepat (dengan mutu yang
tinggi dan dapat diperoleh pada waktu yang tepat).

Pengadaan merupakan suatu siklus yang memerlukan langkah-


langkah yang berurutan, langkah-langkah dalam siklus tersebut adalah:

a) Memilih metode pengadaan


b) Memilih pemasok
c) Menyiapkan dokumen kontrak
d) Memantau status pesanan
e) Penerimaan dan pemeriksaan obat
Penerimaan dan pengecekkan adalah suatu rangkaian kegiatan
dalam menerima obat dari pemasok maupun dari UPTD atau Instalasi
Farmasi kabupaten/kota dari suatu unit pelayanan kesehatan kepada unit
pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka memenuhi pesanan atau
permintaan obat dari yang bersangkutan. Obat yang diterima baik jenis dan
jumlahnya harus sesuai dokumen yang menyertai.
Kegiatan permintaan dan pemeriksaan obat:
a) Penyusunan rencana penerimaan obat
b) Pemeriksaan penerimaan obat
c) Berita acara dan penerimaan obat
d) Pencatatan harian obat

Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan dengan cara


menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman.

a) Tersedia ruangan atau tempat penyimpanan dan peralatan yang


cukup
b) Sirkulasi udara
c) Suhu ruangan harus sesuai jenis obat
d) Tersedia alat penandaan kebakaran

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penyimpanan


obat :

1) Pengaturan tata udara dan penyusunan stock obat

11
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan,
pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka diperhatikan tata ruang
gudang dengan baik.
2) Pengawasan mutu
Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami perubahan
baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu obat dapat
diamati secara visual. Tanda-tanda perubahan mutu obat adalah sebagai
berikut :
a. Tablet
1. Terjadi perubahan warna, bau dan rasa
2. Kerusakan berupa noda, bintik-bintik, pecah, retak atau benda-
benda asing
3. Kaleng/botol rusak
b. Tablet salut
1. Pecah-pecah
2. Basah dan lengket satu dengan yang lainnya
3. Kaleng/botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
c. Kapsul
1. Perubahan warna isi kapsul
2. Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lainnya.
d. Cairan
1. Menjadi keruh atau timbul endapan
2. Konsistensi berubah
3. Warna atau rasa berubah
e. Salep
1. Warna berubah
2. Pot rusak atau bocor

f. Injeksi
1. Kebocoran wadah
2. Terdapat partikel asing pada injeksi
3. Warna larutan berubah
4. Larutan yang seharusnya kering tampak keruh atau ada
endapan

Pengendalian persediaan merupakan serangkaian kegiatan untuk memastikan


tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan. Masalah utama dalam pengendalian pengawasan persediaan
adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara besarnya manfaat yang diperoleh
dari penyediaan obat dengan biaya yang dikeluarkan.

12
Kegiatan pengendalian pengawasan persediaan dilakukan melalui pengadaan
dan pendistribusian obat dan ditunjang dengan kegiatan pencatatan dan pelaporan.
Kegiatan pengendalian antara lain adalah menetapkan:

1. Titik pesanan/waktu pengadaan


2. Tingkat persediaan dapar/penyangga
3. Jumlah pesanan/persediaan maksimum
4. Pemakaian rata-rata
5. Frekuensi pengiriman
6. Jumlah pengiriman obat ke Puskesmas dan Rumah Sakit

Pengeluaran barang dilakukan atas LPLPO yang dibuat oleh puskesmas lalu
dikirim ke gudang farmasi. Gudang farmasi lalu menyusun obat-obatan apa saja
yang dibutuhkan oleh puskesmas, kemudian Kepala Dinas menandatangani
setelah menyetujui dan mengembalikannya ke UPTD instalasi farmasi untuk
mengeluarkan barang, lalu dikirim ke puskesmas yang membutuhkan secara tetapi
dalam keadaan mendesak dapat secara lisan yang harus diikuti dengan peneguhan
tertulis.

Barang yang dikirimkan harus dibernilai/harga tetapi, jika ternyata persediaan


tidak mencukupi atau tidak sesuai sehingga dilaksanakan, maka bendaharawan
wajib melaporkan kepada petugas yang bersangkutan.

Pada umumnya barang yang telah dikeluarlan oleh gudang digunakan untuk
keperluan pelayanan kesehatan di puskesmas. Puskesmas sebagai tempat
pelayanan kesehatan masyarakat dapat meminta obat sebagai persediaan di
puskesmas yang bersangkutan dengan cara panjar maupun sebagai jata bulanan
bagi puskesmas.

Panjar merupakan pengeluaran obat dari UPTD Instalasi farmasi atas


permintaan tertulis dari puskesmas dengan persetujuan kepala UPTD Instalasi
Farmasi. Permintaan obat dapat dilakukan pada pertengahan bulan atau akhir
bulan jika puskesmas yang bersangkutan kekurangan/kekosongan obat di gudang
puskesmas, sedangkan jata bulanan bagi puskesmas diberikan oleh Gudang
Farmasi setelah melihat laporan pemakaian dan permintaan obat dari puskesmas.

13
Barang yang telah dikeluarkan dari gudang dicatat oleh pencatatan dan evaluasi
pada buku harian pengeluaran barang. Buku harian memuat semua catatan
pengeluaran baik mengenai barang-barangnya maupun dokumen tersebut. Buku
harian tersebut setiap harinya ditutup dan dibubuhi paraf atau tandatangan Kepala
UPTD Instalasi Farmasi.

Penghapusan merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka pembebasan


barang/obat-obatan milik kekayaan Negara dan pertanggung jawaban berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas penghapusan:

1. Penghapusan pertanggung jawaban para petugas terhadap barang atau


obat-obatan
2. Menghindari pembiayaan
3. Menghindari kerugian Negara akibat hancurnya barang tersebut
4. Menjaga keselamatan kerja dan pengotoran lingkungan
5. Sebagai sumber dana bagi Negara
I. Menteri kesehatan mengeluarkan surat keputusan penghapusan barang.
Dalam surat keputusan ini ditentukan cara-cara penghapusan yaitu dengan
Penghapusan dengan cara pemusnahan. Kepala Dinas Kesehatan
membentuk panitia pemusnahan, dengan tugas-tugas antara lain:
1. Menentukan cara-cara pemusnahan (dibakar,dikubur dll)
2. Menyiapkan pengangkutan barang-barang ke tempat pemusnahan
3. Menyiapkan lokasi pemusnahan dengan izin pemerintah/kepolisian
setempat
4. Mengundang pemerintah/kepolisian setempat untuk menyaksikan
pemusnahan
5. Membuat berita acara pemusnahan
II. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada Kepala Dinas
Kesehatan. Kegiatan pelaporan di UPTD Gowa meliputi:
1. Laporan mutasi barang
Sub seksi pencatatan dan evaluasi mempersiapkan atau membuat
laporan mutasi barang berdasarkan data-data penerimaan dan
pengeluaran barang. Laporan mutasi barang adalah laporan berkala
mengenai mutasi barang yang dilakukan per triwulan yang memuat

14
jumlah penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan di UPTD Instalasi
Farmasi, kecuali Narkotik yang dilakukan tiap bulan
2. Laporan pencatatan barang akhir tahun anggaran
Sub seksi pencatatan dan evaluasi mempersiapkan atau membuat
pencatatan barang akhir tahun. Laporan pencatatan barang akhir tahun
anggaran dibuat pada setiap tahun anggaran yang memuat jumlah
penerimaan dan pengeluaran selama 1 tahun anggaran dan sisa
persediaan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
Untuk mengevaluasi harus mengadakan pembinaan supervisi dan
pengelolaan obat yang meliputi seluruh kegiatan yang menyangkut
pengelolaan obat yang meliputi:

a) Perencanaan pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi kegiatan penataan dan pengaturan
undang-undang semua kegiatan untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien.
b) Perencanaan pengawasan dan pengendalian
1. Pengawasan dan pengendalian adalah kegiatan yang
ditujukan untuk memantau semua kegiatan yang
dilaksanakan kemudian mengevaluasi dan harus ada
hasilnya
2. Supervisi pengelolaan obat adalah super kualitas yang
sangat tinggi baik berupa kedudukan, kemampuan dan
peranannya.
Jadi, pengertian supervisi ada 4, yaitu:
a. Proses pembinaan kerja untuk meningkatkan prestasi
petugas dan untuk mencapai tujuan organisasi
b. Sebagai kegiatan atau prosedur pengawasan dan
pengendalian
c. Kegiatan pengumpulan dan analisa data hasil
pelaksanaan pengawasan
d. Supervisi dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi
staf secara berkesinambungan
3. Tahap kegiatan supervisi yaitu:
a. Menentukan pelaksanaannya (perorang)

15
b. Menentukan aspek atau fungsi pengelolaan obat yang
akan dilakukan
c. Menentukan metode
d. Menentukan waktu dan frekuensi
e. Menyusun daftar pertanyaan kegiatan
f. Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. UPTD Instalasi Farmasi adalah tempat penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pendistribusian barang persediaan berupa obat dan
alat kesehatan.

16
2. Praktek klinik merupakan cara terbaik untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh selama
menjalani pendidikan di bangku perkuliahan. Pelaksanaan praktek
klinik ini merupakan sarana pengenalan lapangan pekerjaan bagi
seluruh peserta didik agar dapat melihat, menerima dan menyerap
teknologi kesehatan yang telah ada di tengah masyarakat.
V.2 Saran
1. Kami sebagai Mahasiswa/i dalam melakukan Praktek Kerja
Lapangan tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan bimbingan.
2. Kerja sama antara para staff perlu dipertahankan bahkan
ditingkatkan agar hal yang diinginkan tercapai.
3. Kebersihan gudang harus lebih diperhatikan.

17

Anda mungkin juga menyukai