Untitled

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT (IFRS)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

HARFINAH NH0520024
FIRGIN APRIYANI NH0520021
GUSTI KASMILA NH0520023
IKHSAN FAUZIH NH0520026
JUMIATI DATU NH0520032
LISAYANTI NH0520034
MEIZI SAMBA LANGI’ NH0520037

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Instalasi Farmasi rumah sakit”ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang instalasi farmasi rumah sakit bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu, selaku dosen matakuliah
farmasi rumah sakit yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar, 23 September

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
I.I Latar Belakang..............................................................................................4
I.II Rumusan Masalah.....................................................................................5
I.III Tujuan........................................................................................................5
I.IV Manfaat......................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Pengertian..................................................................................................6
B. Tugas, Tanggungjawab Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit........7
C. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit..................................8
D. Ruang Lingkup........................................................................................10
E. Central Sterilization Supply Department (Cssd).....................................19
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................20
A. Kesimpulan..........................................................................................20
B. Saran....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Instalasi farmasi merupakan satu-satunya bagian unit rumah sakit


yang bertanggung jawab penuh atas pengelolaan dan penyediaan seluruh
sediaan farmasi yang beredar di rumah sakit. dari perencanaan, pemilihan,
penetapan spesifikasi, pengadaan, pengendalian mutu, penyimpanan,
distribusi bagi penderita, pemantauan efek dan pemberian informasi.
Instalasi farmasi merupakan salah satu penunjang medis yang memiliki
peranan penting dalam kelancanran pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Menurut Quick (1997), pembelanjaan untuk mendapatkan obat
40% dari total anggaran rumah sakit, sehingga pengelolaan harus
dilakukan dengan efektif dan efisien agar pelayanan kesehatan tidak
terganggu dan pendapatan rumah juga dapat ditingkatkan. Selain sebagai
cost center, instalasi juga merupakan revenue center. Pengelolaan unit
farmasi dengan baik akan menyokong unit- unit lainnya, terutama unit
yang tidak berperan sebagai revenue center.Lebih dari 90% kesehatan
Rumah Sakit menggunakan perbekalan Farmasi (obat-obatan), bahan
kimia,radiologi, bahan alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran dan gas
medik).
Adanya pelayanan yang cepat, tepat dan informatif berarti
meningkatkan mutu pelayanan pada pasien. Untuk mengembangkan
institusi manajemen Rumah Sakit maka perlu diadakan pengendalian
sistem informasi yang memadai khususnya pada bagian Gudang Farmasi.
Pengolahan data dilakukan dengan cermat, cepat dan teratur. Sehingga
tidak menyebabkan lambatnya informasi data yang dihasilkan,
dikarenakan sistem pengolahan data terutama pada bagian Gudang
Farmasi yang masih manual. Dengan harapan pemanfaatan teknologi
informasi lebih optimal terutama pada sistem pengolahan data yang
terkomputerisasi yang nantinya dapat membantu pengolahan data yang
lebih kompleks sehingga informasi yang dihasilkan dapat mendukung
pihak manajemen Rumah Sakit.

I.IIRumusan Masalah

1. Apa pengertian instalasi farmasi rumah sakit ?


2. Apa Tugas, Tanggungjawab Dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah
Sakit?
3. Bagaimana Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit?
4. Bagaiamana Ruang Lingkup ?
5. Bagaimana Central Sterilization Supply Department (Cssd) ?

I.III Tujuan

1. Mengetahui pengertian instalasi farmasi rumah sakit


2. Mengetahui Tugas, Tanggungjawab Dan Fungsi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit
3. Mengetahui Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
4. Mengetahui Ruang Lingkup
5. Mengetahui Central Sterilization Supply Department (Cssd)

I.IV Manfaat

1. Agar siswa mengetahui gambaran umum instalasi farmasi dan


gudang farmasi

2. Agar siswa mengetahui fungsi instalasi farmasi

3. Agar mengetahui bagaimana cara pengolahan obat farmasi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah
sakit tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian
yang dimaksud adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi
(perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep,
pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan.
IFRS merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan produk yaitu sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan dan gas medis habis pakai serta pelayanan jasa yaitu farmasi
klinik (PIO, Konseling, Meso, Monitoring Terapi Obat, Reaksi Merugikan
Obat) bagi pasien atau keluarga pasien.
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah
pimpinan seorang Apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian,
yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan;
produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/sediaan farmasi; dispensing
obat berdasarkan resep bagi penderita rawat inap dan rawat jalan;
pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh
perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis .
Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana
fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit . Pelayanan kefarmasian adalah suatdu
pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi Farmasi harus memiliki
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja
dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi
Farmasi. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi
dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.

B. TUGAS, TANGGUNGJAWAB DAN FUNGSI INSTALASI


FARMASI RUMAH SAKIT
1. Tugas IFRS
Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang
dimaksud adalah obat, bahan obat, gas medis dan alat kesehatan,
mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi
kegiatan pelayanan rawat jalan dan rawat inap. IFRS berperan sangat
sentral terhadap pelayanan di rumah sakit terutama pengelolaan dan
pengendalian sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan.
Berdasarkan Kemenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2014
tentang standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok
Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan Farmasi professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan
dan formularium rumah sakit.
2. Tanggung jawab
IFRS Mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan
terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan unit
pelayanan yang bersifat diagnosis dan terapi untuk kepentingan pasien
yang lebih baik.
3. Fungsi IFRS
IFRS berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. Unit
pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan yang bersifat manajemen
(nonklinik) adalah pelayanan yang tidak bersentuhan langsung dengan
pasien dan tenaga kesehatan lain. Pelayanan IFRS yang menyediakan
unsur logistik atau perbekalan kesehatan dan aspek administrasi. IFRS
yang berfungsi sebagai pelayanan nonmanajemen (klinik) pelayanan
yang bersentuhan langsung dengan pasien atau kesehatan lainnya.
Fungsi ini berorientasi pasien sehingga membutuhkan pemahaman
yang lebih luas tentang aspek yang berkaitan dengan penggunaan obat
dan penyakitnya serta menjunjung tinggi etika dan perilaku sebagai
unit yang menjalankan asuhan kefarmasian yang handal dan
profesional.
Fungsi Farmasi rumah sakit yang tertera pada kepmenkes No.
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di
Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan perbekalan farmasi
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
C. STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH
SAKIT
Panitia Farmasi Kepala IFRS
Terapi
Kepala Adm & TU

Litbang Diklat Distribusi Logistik Farmasi


Klinik
Penelitian Pendidikan Rawat Jalan Perlengkapan

Pengabmas Pelatihan ICU / ICCU Perencanaan Konseling


Pangadaan
IRD PIO

Kamar OK Gudang PTO

Bangsal Produksi EOP

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


1. Panitia Farmasi dan Terapi adalah salah satu bagian yang tidak
terpisahkan dari IFRS sehingga tidak mempunyai jalur fungsional
terhadap IFRS melainkan jalur koordinasi dan bertanggung jawab
kepada pimpinan rumah sakit. Tugas PFT adalah melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan dan pengelolaan sediaan
farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan di rumah sakit. Panitia
ini terdiri unsur tenaga kesehatan profesional (Dokter, Dokter Gigi,
Apoteker, Ners) sehingga kredibilitas dan akuntabilitas terhadap
monitoring dan evaluasi pelayanan dan pengelolaan sediaan farmasi
dan pengelolaan perbekalan kesehatan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Kepala IFRS adalah Apoteker yang bertanggung jawab secara
keseluruhan terhadap semua aspek penyelenggaraan pelayanan
kefarmasian dan pengelolaan sediaan farmasi dan pengelolaan
perbekalan kesehatan di rumah sakit.
3. Pimpinan dan Tenaga Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
berjuang, bekerja keras dan berkomunikasi efektif dengan semua
pihak agar pengembangan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang
baru itu dapat diterima oleh pimpinan dan staf medik rumah sakit.
4. Litbang mempunyai tugas memfasilitasi penelitian dan pengabdian
pada masyarakat.
5. Penelitian yang dilakukan di rumah sakit yaitu: Penelitian farmasetik,
termasuk pengembangan dan menguji bentuk sediaan baru. Formulasi,
metode pemberian (konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh
Drug Released System.
6. Diklat mempunyai tugas dalam memfasilitasi tenaga pendidikan
kesehatan dan nonkesehatan yang akan melaksanakan praktek kerja
sebagai tuntutan kurikulum dan melaksanakan pelatihan.
7. Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman di bidang kefarmasian atau bidang yang
berkaitan dengan kefarmasian secara kesinambungan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan di bidang
kefarmasian.
8. Pendidikan dan Pelatihan merupakan kegiatan pengembangan sumber
daya manusia Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk meningkatkan
potensi dan produktivitasnya secara optimal, serta melakukan
pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga farmasi untuk
mendapatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan di bidang
farmasi rumah sakit.
9. Distribusi mempunyai tugas bertanggung jawab terhadap alur
distribusi sediaan farmasi dan pengelolaan perbekalan kesehatan
(obat, bahan baku obat, alat kesehatan dan gas medis) kepada pasien
rawat jalan, IRD, ICU/ICCU, kamar operasi, bangsal atau ruangan.
10. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis,
terutama dalam karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil
Outcomes dari terapi obat dan regimen pengobatan.
11. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk
penelitian perilaku dan sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya
keuntungan cost-benefit dalam pelayanan farmasi.
12. Penelitian operasional operation research seperti studi waktu, gerakan,
dan evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada
sekarang.
13. Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di rumah sakit
pemerintah kelas A dan B (terutama rumah sakit pendidikan) dan
rumah sakit swasta sekelas, agar mulai meningkatkan mutu
perbekalan farmasi dan obat-obatan yang diproduksi serta
mengembangkan dan melaksanakan praktek farmasi klinik.
14. Logistik mempunyai tugas dalam hal menyiapkan dan memantau
perlengkapan perbekalan kesehatan, perencanaan dan pengadaan,
sistem penyimpanan di gudang, dan produksi obat dalam kapasitas
rumah sakit nonsteril dan aseptik.
15. Farmasi Klinik membidangi aspek yang menyangkut asuhan
kefarmasian terutama pemantauan terapi obat. Bidang ini membawahi
konseling pasien, pelayanan informasi obat dan evaluasi penggunaan
obat baik pasien di ruangan maupun pasien ambulatory.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup IFRS yaitu memberikan pelayanan farmasi berupa
pelayanan nonklinik dan klinik. Pelayanan nonklinik biasanya tidak secara
langsung dilakukan sebagai bagian terpadu, pelayanan ini sifatnya
administrasi atau manajerial seperti pengelolaan sediaan farmasi dan
pengelolaan perbekalan kesehatan dan interaksi profesional dengan tenaga
kesehatan lainnya. Pelayanan klinik mencakup fungsi IFRS yang
dilakukan dalam program rumah sakit yaitu Pelayanan obat di apotik/depo,
konseling pasien, pelayanan informasi obat, evaluasi penggunaan obat,
monitoring efek samping obat, pemantauan terapi obat.
I. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu siklus
kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan, dengan tujuan:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan.
c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi.
d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat
guna.
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi


Penyimpanan obat adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima
pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik
yang dapat merusak mutu obat .
1) Pengaturan tata ruang.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan obat-obatan, maka
diperlukan pengaturan ruang gudang dengan baik.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang
adalah sebagai berikut :
a) Kemudahan bergerak.
(1) Gudang menggunakan sistem satu lantai
(2) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat
(arah garis lurus, arus U atau arus L)
b) Sirkulasi udara yang baik
Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur hidup dari
obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan
memperbaiki kondisi kerja. Idealnya dalam gudang terdapat
AC. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin, apabila
kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi dan jendela.
c) Rak dan pallet
Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan
dapat meningkatkan sirkulasi udara dan gerakan stok obat.
Keuntungan penggunaan pallet :
(1) Sirkulasi udara dari bawah dan perlindungan terhadap
banjir
(2) Peningkatan efesiensi penanganan stok
(3) Dapat menampung obat lebih banyak
(4) Pallet lebih murah dari pada rakUntuk rak dapat dibuat
dari kayu, besi, sedang pallet dapat berupa papan, balok
batu bata.
d) Kondisi penyimpanan khusus.
(1) Vaksin merupakan “Cold Chain” khusus disimpan pada
kulkas dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya
aliran listrik
(2) Narkotika dan bahan berbahaya atau obat yang harganya
mahal dalam jumlah sedikit harus disimpan dalam lemari
khusus dan dan selalu terkunci.
(3) Bahan- bahan mudah terbakar meledak seperti alkohol
dan eter harus disimpan dalam lemari khusus, sebaiknya
disimpan dalam lemari khusus, terpisah dari gudang
induk .

2) Pengaturan penyimpanan obat.


Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, efek
farmakologi, FIFO, apabila tidak memungkinkan obat yang
sejenis dapat dikelompokkan untukmenjadi satu untuk
memudahkan pengendalian stok maka dilakukan
langkahlangkah sebagai berikut:
a) Penerapan sistem FIFO dan FEFO penyusunan dilakukan
dengan sisitem First Expired First Out (FEFO) artinya obat
lebih awal kadaluarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari
obat yang kadaluarsa kemudian, dan First In First Out
(FIFO) untuk masing-masing obat, artinya obat yang datang
pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang
datang kemudian. Hal ini sangat penting karena obat yang
sudah terlalu lama biasanya kekuatannya atau potensinya
berkurang.
b) Susun obat yang berjumlah besar diatas pallet atau diganjal
dengan kayu secara rapi dan teratur
c) Simpan obat yang dipengaruhi oleh temperatur, udara,
cahaya, dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai
d) Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas
dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan
e) Apabila sediaan obat cukup banyak maka biarkan obat tetap
dalam box masing-masing, ambil seperlunya dan susun
dalam satu dus bersama obat-obatan lainnya
f) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka
perlu dilakukan rotasi stok
g) Cairan dipisahkan dari padatan
h) Sera, vaksin, suppositoria disimpan dalam lemari pendingin
2. Pengelolaan Pembekalan Farmasi
Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004,
fungsi pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola
perbekalan farmasi dimulai dari pemilihan, perencanaan,
pengadaan, produksi, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
1) Pemilihan
Berikut proses kegiatan sejak meninjau masalah kesehatan
yang terjadi di rumah sakit, memeriksa pemilihan, bentuk dan
dosis, menentukan pilihan dengan memprioritaskan obat
esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui
standar obat.
2) Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, untuk mengetahui upaya
pengobatan dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang
telah ditentukan antara konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan berdasarkan
DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit,
ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik,
anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit,
sisa persediaan, data pemakaian periode yang lalu, dan
rencana pengembangan.
3) Pengadaan
Pengadaan adalah untuk mewujudkan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui, melalui pembelian secara tender
(oleh panitia pembelian barang farmasi) dan secara langsung
dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan,
melalui produksi/pembuatan sediaan farmasi (produksi steril
dan produksi non steril), dan melalui
sumbangan/droping/hibah.
4) Produksi
Produksi adalah kegiatan yang membuat, mengubah
bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau
nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah sediaan
farmasi dengan formula khusus, sediaan farmasi dengan
harga murah, sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih
kecil, sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran, sediaan
farmasi untuk penelitian, sediaan nutrisi parenteral,
rekonstruksi sediaan obat kanker.
5) Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan
farmasi yang telah dilakukan sesuai dengan aturan
kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinasi
atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi yaitu pabrik harus memiliki sertifikat analisis, barang
harus berasal dari distributor utama, harus memiliki lembar
data keselamatan bahan (MSDS), khusus untuk alat
kesehatan harus memiliki sertifikat asal, dan tanggal
kedaluwarsa minimal 2 tahun.
6) Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengaturan perbekalan
farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan menurut bentuk
sediaan dan jenisnya, suhu dan kestabilannya, mudah tidak
meledak/terbakar, dan tahan/tidaknya terhadap cahaya,
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

7) Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan yang mendistribusikan
perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu
dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan
serta untuk mendukung pelayanan medis. Sistem distribusi
dirancang dari dasar yang mudah untuk dicapai oleh pasien
dengan mempertimbangkan sebuah. Efisiensi dan efektifitas
sumber daya yang ada Metode sentralisasi atau desentralisasi
Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau
kombinasi.
II. Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan
kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan
farmasi klinik meliputi:
a.Pengkajian pelayanan dan resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi
termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep,
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat
(medication error). Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk
menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
b.Penelusuran riwayat penggunaan obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat
diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan
penggunaan obat pasien.

c.Pelayanan informasi obat (PIO)


PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang diberikan kepada dokter, apoteker, perawat,
profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah
sakit. Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi:
1. Menjawab pertanyaan.
2. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.
3. Menyediakan informasi bagi komite/subkomite farmasi dan
terapi.
4. Sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit.
5. Bersama dengan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah
Sakit (PKMRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien
rawat jalan dan rawat inap.
6. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya.
7. Melakukan penelitian.
d. Konseling
Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker
dengan pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis
untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien
mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga
pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan
kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk
swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan
keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan
risiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan
menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi.

e.Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga
kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung,
dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan
reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat
yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter,
pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat
dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas
permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan
kefarmasian di rumah (home pharmacy care). Sebelum
melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri
dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan
memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.
f. Pemantauan terapi obat (PTO)
PTO adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi
pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan
efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD.
g. Monitoring efek samping obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons
terhadap obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada
dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi
obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
h. Evaluasi penggunaan obat (EPO)
EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang
terstrukturi dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif.

i. Dispensing sediaan khusus


Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi
farmasi rumah sakit dengan tekhnik aseptik untuk menjamin
sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari
paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus
adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk,
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya, dan menghindari
terjadinya kesalahan pemberian obat.

E. CENTRAL STERILIZATION SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)


Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau instalasi
pusat pelayanan sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari
rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan,
sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi
steril. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatarbelakangi oleh:
1. Besarnya angka kematian akibat infeksi nasokomial.
2. Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi
manusia di lingkungan rumah sakit. Fungsi utama CSSD adalah
menyiapkan alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di
rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya adalah menerima,
memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan
peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan
perawatan pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses
pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan
pengemasan, member label, sterilisasi, sampai proses distribusi.
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat
steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain
meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan risiko
kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat
steril
BAB III

PENUTUP

F. Kesimpulan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di rumah
sakit tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang
ditujukan untuk keperluan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasian
yang dimaksud adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan,
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengelolaan perbekalan farmasi
(perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
pencatatan, pelaporan, pemusnahan/penghapusan), pelayanan resep,
pelayanan informasi obat, konseling, farmasi klinik di ruangan.
Tugas IFRS yaitu melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan
pengelolaan perbekalan kesehatan. Tanggung jawab IFRS adalah
mengembangkan pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan
baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan unit pelayanan yang bersifat
diagnosis dan terapi untuk kepentingan pasien yang lebih baik. IFRS
berfungsi sebagai unit pelayanan dan unit produksi. Unit pelayanan yang
dimaksud adalah pelayanan yang bersifat manajemen (nonklinik) dan
pelayanan farmasi klinik.
Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau instalasi
pusat pelayanan sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari
rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan,
sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi
steril.

G. Saran
Diharapkan dengan adanya berbagai macam pembahasan tentang
instalasi farmasi rumah sakit dapat membantu setiap kalangan untuk
menambah pengetahuan tentang keadaan atau bagaimana pengelolaan
farmasi di rumah sakit. Khususnya membantu muda mudi yang ingin tahu
banyak tentang instalasi farmasi rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pelayanan


Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2002. Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD),
Jakarta. Hassan WE. 1986.
Depkes RI, 2002a. Pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan.
Jakarta
Depkes RI, 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI, 2010b. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Direktorat Jendral Binakefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta : Kemenkes
RI.
Hospital Pharmacy, 5th editon, Lea dan Febger Philadelphina.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/menkes/sk/x/2004
Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Siregar Charles, J.P., Lia Amalia. 2003. Teori dan Penerapan Farmasi Rumah
Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.

Anda mungkin juga menyukai