Teori Mai
Teori Mai
Teori Mai
sederhana. Pada Kromatografi lapis tipis dan kromatografi kertas serupa dalam hal
fase diamnya berupa lapisan tipis dan fase geraknya mengalir karena kerja kapiler.
Perbedaannya dalam sifat dan fungsi fase diam. Pada KLT, fase cair lapisan tipis
(tebal 0,1-2 mm) yang terdiri dari bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan
penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tapi dapat pula terbuat dari pelat
polimer atau logam. Lapisan melekat kepada permukaan dengan bantuan bahan
Pada KLT, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan
pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan
kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi,
partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara
KLT dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan
harga Rf yang identik dan ukuran hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan baku
pembanding pada lempeng yang sama. Perbandingan visual ukuran bercak yang
Titik tempat campuran ditotolkan pada ujung pelat atau lembaran disebut titik
awal dengan cara menempatkan cuplikan itu disana disebut penotolan. Garis depan
pelarut adalah bagian atas fase gerak atau pelarut ketika ia bergerak melalui
dinyatakan dengan harga Rf. Angka ini diperoleh dengan membagi jarak yang
ditempuh oleh bercak linarut dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan pelarut.
Keduanya diukur dari titk awal dan harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1
Ada dua metode kuantitasi analit dalam KLT (cocok untuk bahan anti
melibatkan pergerakan analit dari lempeng, diikuti dengan tahap kuantitasi. Masing-
tersendiri dalam KLT kuantitatif. Teknik ini terutama ditekankan pada densitometri .
(Munson, 1991)
Pelaksanaan KLT
1. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam
dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT
dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penjerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi (Gandjar &
Rohman, 2007).
2. Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-
coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana
ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini
dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara
optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase
gerak :
Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti
juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar
seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan
meningkatkan harga Rf secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
3. Penotolan Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5
l. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 l, maka penotolan
harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan
(Gandjar & Rohman, 2007).
4. Pengembangan
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak
sedikit mungkin, akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian
lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya
bejana dilapisi dengan kertas saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung dari
kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh (Gandjar &
Rohman, 2007).
5. Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia yang
biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui
cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat
digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif
dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk
senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas (Gandjar &
Rohman, 2007).