Percobaan 3.1 Fix
Percobaan 3.1 Fix
Percobaan 3.1 Fix
DISUSUN OLEH :
Dipipet 1 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
1 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
502,6 ppm = 10 ml . N2
502,6 ppm
N2 = 10 = 50,26 ppm
25,13 mg
- Larutan Uji = 0,05 L = 502,6 mg/L (ppm)
Dipipet 1 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
1 ml . 502,2 ppm = 10 ml . N2
502,2 ppm = 10 ml . N2
502,2 ppm
N2 = 10 = 50,22 ppm
4. Perhitungan Konsentrasi
- Dipipet 0,2 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
0,2 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
502,2 ppm = 10 ml . N2
N2 = 10,052 ppm
- Dipipet 0,4 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
0,4 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
201,04 ppm = 10 ml . N2
N2 = 20,104 ppm
- Dipipet 0,6 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
0,6 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
301.56 ppm = 10 ml . N2
N2 = 30,156 ppm
- Dipipet 0,8 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
0,8 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
402,08 ppm = 10 ml . N2
N2 = 40,208 ppm
- Dipipet 1 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
1 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
502,6 ppm = 10 ml . N2
N2 = 50,26 ppm
- Dipipet 1,2 ml di ad 10 ml
V1 . N1 = V2 . N2
1,2 ml . 502,6 ppm = 10 ml . N2
603,12 ppm = 10 ml . N2
N2 = 60,312 ppm
Konsentrasi (ppm)
24970442
= 30,156
24366450
= 30,90
x
% = 50,22 100
30,90
= 100
50,22
= 61, 529 %
VI. Pembahasan
Sementara untuk prinsip kerja dari alat KCKT sendiri yaitu ketika suatu
sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom maka sampel tersebut
kemudian akan terurai dan terpisah menjadi senyawa-senyawa kimia (analit)
sesuai dengan perbedaan afinitasnya. Hasil pemisahan tersebut kemudian akan
dideteksi oleh detector (spektrofotometer UV, fluorometer atau indeks bias) pada
panjang gelombang tertentu, hasil yang muncul dari detektor tersebut selanjutnya
dicatat oleh recorder yang biasanya dapat ditampilkan menggunakan integrator
atau menggunakan personal computer (PC) yang terhubung online dengan alat
HPLC tersebut (Day, R.A., A.L Underwood, 2002hal 394).
Fase gerak yang digunakan dalam percobaan ini yaitu campuran antara
air : metanol dengan perbandingan (3:1), campuran antara air : metanol
merupakan pelarut universal sehingga digunakan sebagai fase gerak. Adanya
struktur dari metanol yang memiliki gugus OH dan metil berdeketan sehingga
menjadikan metanol bersifat semipolar, bila digunakan sebagai fase gerak metanol
dapat mengelusi senyawa polar maupun nonpolar. Metanol memenuhi persyaratan
sebagai fase gerak yaitu murni, tidak terdapat kontaminan, tidak bereaksi dengan
wadah (packing) dan dapat diperoleh dengan harga murah. Air merupakan pelarut
universal yang bersifat polar, tidak toksik dan dapat diperoleh dengan harga
murah. Sehingga dikombinasikan dengan metanol untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang efisien.
Pada percobaan ini juga digunakan fase diam yaitu ODS (okta desil silika)
atau C18karena parasetamol bersifat polar sedangkan ODS bersifat non polar
sehingga senyawa parasetamol tidak akan tertahan didalam fase diam tetapi akan
terelusi dan ikut keluar bersama dengan fase gerak yang bersifat polar yaitu air :
metanol (3 : 1) sehingga parasetamol mampu dipisahkan.Okta desil silika (ODS)
merupakan kolom berisi silika memiliki jumlah C yang banyak sehingga
mengakibatkan sifat fase diam ini cenderung bersifat non polar. ODS merupakan
fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa
dari tingkat kepolaran yang rendah, sedang maupun tinggi.
Detektor yang digunakan pada percobaan ini yaitu detektor UV 243 nm,
karena parasetamol memiliki gugus kromofor yang dapat menyerap sinar UV
sehingga dapat terbaca oleh detektor UV. Panjang gelombang yang digunakan
yaitu 243 nm karena ini merupakan panjang gelombang maksimal yang dimiliki
oleh parasetamol, kepekaannya juga maksimal dan memenuhi hukum Lambert-
Beer.
Pada analisis kualitatif setelah larutan standar dan larutan uji diinjeksikan
kedalam alat KCKT kemudian dibandingkan hasil dari kromagram pada masing-
masing larutan tersebut, didapat hasil data kromatogram dari larutan uji sebagai
berikut:
2. Adanyakontaminasiselamapengerjaandilakukan.
VII. Kesmpilan
Berdasarkan hasil percobaan yaitu untuk analisa kualitatif dari hasil kedua
kromatogram tersebut dapat dilihat keduanya menunjukkan kromatogram
yang sama. Puncak yang terbentuk terjadi pada waktu retensi 3.127 untuk
larutan uji dan 3.323 untuk larutan standar, waktu retensi tersebut mendekati
sama. Sementara untuk analisa secara kuantitatif dari hasil pengamatan
dengam menggunakan metode kurva kalibrasi diperoleh kadar parasetamol
sebesar 60,523% dan kadar parasetamol sebesar 61,529% dengan
menggunakan metode one point. Jika dilihat dari kadar yang dihasilkan dari
kedua metode tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mutu dari bahan baku
parasetamol tersebut tidak baik karena kadarnya tidak memenuhi syarat yang
terdapat dalam FI Edisi V.
Hayun, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman. 2006. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Ahmad, M., dan Suherman. 1991. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Airlangga
University Press. Surabaya. Hal 312
Gandjar, G.H., dan Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta: hal.120, 164.