Perancangan Jembatan Komposit PDF
Perancangan Jembatan Komposit PDF
Perancangan Jembatan Komposit PDF
NIM : 12 28 42 82 0972
UNIVERSITAS WIDYAGAMA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 PERMASALAHAN
Dengan desain konvensional yang telah ada, keakuratan hasil perencanaan
kurang memadai, maka penyusun menganggap perlu untuk merencanakan
jembatan komposit ini dengan perencanaan 3 D yang terintegrasi. Permasalahan
yang timbul adalah :
Bagaimana merencanakan struktur bangunan atas jembatan sesuai syarat aman dan
ekonomis ?
1.6. NOTASI
WuDL = beban mati berfaktor
WuLL = beban hidup berfaktor
fc = mutu beton
fy = mutu baja
Ast = luas tulangan utama
Vu = gaya lintang berfaktor
Vn = gaya geser nominal
Vc = kekuatan geser tulangan
Av = luas tulangan sengkang
S = spasi/jarak sengkang
= diameter tulangan polos
D = diameter tulangan ulir
bf = lebar sayap profil baja
tf = tebal sayap profil baja
bw = tebal badan profil baja
tw = tebal badan profil baja
Ix = momen imersia
bE = lebar efektif pelat
C = gaya tekan
T = gaya tarik
ts = tebal pelat beton
Cc = gaya tekan pada beton
Cs = gaya tekan pada baja
Ts = gaya tarik pada baja
Mn = momen kapasitas penampang
Ec = Elastisitas beton
KAJIAN PUSTAKA
1. BERAT SENDIRI ( MS )
Berat sendiri ( self weight ) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan bersifat
tetap. Berat sendiri dihitung berdasarkan berat satuan ( unit weight ) seperti Tabel 1.
Tabel 1. Berat satuan untuk menghitung berat sendiri
Bahan / material Berat sat Bahan / material Berat sat
3 3
( kN/m ) ( kN/m )
Beton bertulang 25.0 Timb. tanah padat 17.2
Beton prategang 25.5 Kerikil dipadatkan 20.0
Beton 24.0 Aspal beton 22.0
Batu pasangan 23.5 Lapisan beraspal 22.0
Baja 77.0 Air murni 9.8
Besi tuang 71.0 Pasir basah 18.4
Besi tempa 75.5 Pasir kering 17.2
Timbal 111.0 Lempung lepas 12.5
Beton ringan 19.6 Kayu ringan 7.8
Neoprin 11.3 Kayu keras 11.0
2. BEBAN MATI TAMBAHAN ( MA )
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan direncanakan mampu
memikul beban tambahan yang berupa :
a. Aspal beton setebal 50 mm untuk pelapisan kembali di kemudian hari (overlay ).
b. Tambahan genangan air hujan setinggi 50 mm apabila saluran drainase tidak beker-
ja dengan baik.
3. TEKANAN TANAH ( TA )
Tekanan tanah lateral dihitung dihitung berdasarkan harga nominal dari berat tanah ws,
sudut gesek dalam , dan kohesi c dengan :
ws' = ws
' = tan-1 (KR * tan ) dengan faktor reduksi untuk ', KR = 0.7
c' = KcR * c dengan faktor reduksi untuk c', K cR = 1.0
Koefisien tekanan tanah aktif, Ka = tan2 ( 45 - ' / 2 )
Koefisien tekanan tanah pasif, Kp = tan 2( 45+ ' / 2 )
Pada bagian tanah di belakang dinding penahan yang dibebani lalu-lintas, harus diper-
hitungkan adanya beban tambahan yang setara dengan tanah setebal 0.60 m yang
berupa beban merata pada bagian tersebut.
Beban merata : q = 0.60 * Ws
1. BEBAN LALU-LINTAS
Beban lalu-lintas untuk perencanaan jembatan terdiri dari beban lajur "D" dan beban
truk "T". Beban lajur "D" digunakan untuk perhitungan yang mempunyai bentang se-
dang sampai panjang, sedang beban truk "T" digunakan untuk bentang pendek dan
lantai kendaraan. Lalu-lintas rencana mempunyai lebar 2.75 m.
1.1. BEBAN LAJUR "D" ( TD )
Beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi merata (Uniformly Distributed Load), UDL dan
beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti terlihat pada Gambar 1.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L
yang dibebani seperti Gambar 2 atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8.0 kPa untuk L 30 m
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m
5.5 m
p kN/m
KEL
b
90 5.5 m q kPa 5.5 m
direction of traffic
UDL
100%
50%
10
6
q(kPa)
0
0 20 40 60 80 100
L (m)
40
30
DLA(%)
20
10
0
0 50 100 150 200
Bentang, L (m)
Untuk bentang menerus, digunakan panjang bentang ekivalen yang dinyatakan dengan
rumus : LE = ( Lav * Lmax )
Lav = panjang bentang rata-rata
Lmax = panjang bentang maksimum
Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang mempunyai susunan
dan beban as seperti pada Gambar 2. Faktor beban dinamis untuk pembebana truk di-
ambil, DLA = 0.3
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah me-
manjang, dan dianggap bekerja pada permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Gaya rem, TTB = 250 kN untuk Lt 80 m
Gaya rem, TTB = 250 + 2.5*(Lt - 80) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt 180 m
600
500
400
Gayarem(kN)
300
200
100
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Lt (m)
Trotoar pada jembatan jalan raya direncanakan mampu memikul beban hidup merata
seperti yang dilukiskan pada Gambar 5.
3
q(kPa)
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
A (m2)
1. PENGARUH TEMPERATUR ( ET )
Variasi temperatur rata-rata pada konstruksi jembatan yang digunakan untuk meng-
hitung pemuaian dan gaya yang terjadi akibat perbedaan temperatur diberikan pada
Tabel 2. Besarnya harga koefisien perpanjangan akibat suhu disajikan pada Tabel 3.
2. BEBAN ANGIN ( EW )
TEW = 0.0006*Cw*(Vw)2*Ab kN
2. BEBAN GEMPA ( EQ )
TEQ = Kh * I * Wt
Kh = C * S
TEQ = Gaya geser dasar total pada arah yang ditinjau (kN)
Kh = Koefisien beban gempa horisontal
I = Faktor kepentingan
Wt = Berat total bangunan yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
= PMS + PMA kN
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah
S = Faktor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan energi
gempa (daktilitas) dari struktur jembatan.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus :
T = 2 * * [ WTP / ( g * KP ) ]
3
KP = 3 * Ec * Ic / h
S = 3.0
Jika struktur dapat berperilaku daktail dan mengalami simpangan yang cukup besar,
sehingga mampu menyerap energi gempa yang besar, maka nilai faktor tipe struktur,
S = 1.0 * F 1.0
F = 1.25 - 0.025 * n
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi arah lateral yang ditinjau.
Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3 disajikan pada Tabel 6, atau dapat di-
lihat pada Gambar 5.
Kriteria kondisi tanah keras, sedang, dan lunak, untuk menentukan koefisien geser da-
sar diberikan pada Tabel 7. Faktor kepentingan ( I ) disajikan pada Tabel 8.
Tabel 6. Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa 3
T Nilai C untuk Tanah
( detik ) Keras Sedang Lunak
0.00 0.14 0.18 0.18
0.40 0.14 0.18 0.18
0.55 0.11 0.16 0.18
0.60 0.10 0.15 0.17
0.90 0.10 0.10 0.14
1.30 0.10 0.10 0.10
0.20 3.00 0.10 0.10 0.10
Tanah keras
0.15
Tanah sedang
Tanah lunak
Koefisiengeserdasar,C
0.10
0.05
0.00
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis dihitung dengan menggunakan
koefisien tekanan tanah dinamis ( KaG) sebagai berikut :
-1
= tan (Kh)
2 2
KaG = cos ( ' - ) / [ cos * { 1 + (sin ' *sin (' - ) ) / cos } ]
KaG = KaG - Ka
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan tanah dinamis :
2
TEQ = 1/2 * h * ws * KaG kN/m
Gaya gempa arah lateral akibat tekanan air dihitung sebagai berikut :
Gaya seret pada pilar akibat aliran air dihitung dengan rumus :
2
TEF = 0.5 * CD * Va * AD kN
CD = 1.04
Va = kecepatan aliran air rata-rata saat banjir dg periode ulang tertentu (m/det)
2
AD = luas proyeksi benda hanyutan tegak lurus arah aliran (m )
= b*h
h = kedalaman benda hanyutan ( diambil = 1.20 m di bawah muka air banjir )
b = lebar benda hanyutan
= setengah panjang bentang dan harus 20 m
3.3. TUMBUKAN DENGAN KAYU
TEF = M * Vs2 / d kN
D. AKSI-AKSI LAINNYA
Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung berdasarkan beban tetap dikalikan dgn
koefisien gesek untuk perletakan yang bersangkutan.
4. Peletakan gelagar tersebut haruslah secara hati-hati dan tepat berada pada tumpuan.
5. Setelah pemindahan gelagar yang pertama, dilanjutkan dengan
gelagar yang kedua. Setelah gelagar kedua tersebut diletakkan pada
tempatnya, kedua gelagar tersebut segera disambung dengan diafragma.
Penyambungan dengan diafragma dimulai dari yang ujung gelagar. Demikian
seterusnya sampai dengan gelagar yang terakhir.
2. Pekerjaan pembesian
a. Pekerjaan pembesian atau penulangan terdiri dari pemotongan,
pembengkokan dan perangkaian tulangan tersebut.
b. Pemotongan dan pembengkokan tulangan dilakukan di barak kerja
harus sesuai dengan gambar kerja.
c. Perangkaian tulangan dilakukan langsung di atas gelagar.
3. Pengecoran
a. Sebelum dilakukan pengecoran, tulangan dicek dahulu posisi dan
keadaannya juga pemberian decking untuk tebal selimutnya.
b. Sesaat sebelum pengecoran hendaknya ready mix dicek terhadap
nilai slump terlebih dahulu. Jika sudah sesuai maka dapat dilakukan pengecoran.
c. Pegecoran untuk tempat yang jauh dari truk molen digunakan pompa.
Sandaran Girder
Deck slab Diafragma
1,48 1,48 1,48 1,48 1,48
Diketahui
KETERANGAN SIMBOL NILAI SATUAN
Tebal slap lantai jembatan h 0,2 m
Tebal lapisan aspal ta 0,1 m
Tebal genangan air hujan th 0,05 m
Jarak antara girder baja s 1,48 m
Lebar Jalur Lalu-lintas b1 7,4 m
Lebar trotoar b2 0,8 m
Lebar total Jembatan b 9 m
Panjang bentang jembatan L 20 m
Mutu baja Bj 37
Tegangan leleh baja fy 240 Mpa
Tegangan dasar Fs =Fy/1.5 160 Mpa
Modulus elastis baja, Es 210000 Mpa
Untuk baja tulangan dengan > 12 mm : U 39
Tegangan leleh baja, Fy = U*10 390 Mpa
Untuk baja tulangan dengan > 12 mm : U 24
Tegangan leleh baja, Fy = U*10 240 Mpa
Mutu Beton K 300
Kuat tekan beton, fc' 24,9 Mpa
Modulus elastis beton Ec = 4700fc' 23453 Mpa
Angka Poisson 0,2
Modulus Geser G=Ec/[2*(1+)] 9772,1 Mpa
Koefisien Muai Panjang untuk beton 1,E-05 Mpa
Spesific Grafity
Berat baja ws 77,0 kN/m3
berat beton bertulang wc 25,0 kN/m3
berat beton tidak bertulang w'c 24,0 kN/m3
Berat Lapisan Aspal wa 22,0 kN/m3
ha
TEW
h
h/2
PEW
X
QMS
Slab (tebal ts)
5,000 kN/m
0.2 m
PTT 130,00 kN
QMS
PEW 1,008 kN 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m
T 12,5 C
QMA
1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m
P TT P TT
PEW PEW
1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m
?T ?T
1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m 1.48 m
a. Momen Slab
c. Kombinasi - 2
Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka waktu > 5 tahun),nilai:
= 2,0
= /(1+ 50* p) = 1,2428
Lendutan jangka panjang akibat rangkak dan susut
g = *5/ 384*Q* Lx4 /(Ec* Ie) = 0,070
P TT
P TT
a
ta
b h
u V
V b
a u
a
800
H2 = 1.5 kN/m
400
H1 = 0,75 kN/m
b2
P = 20 kN
q= 5 kPa
H2 = 1,5 kN/m
No Jenis Beban Gaya kN Lengan (m) Momen (kNm)
1 Beban horizontal pada realing (H1) 0,75 1,190 0,8925
2 Beban horisontal pada kerb (H2) 1,5 0,4 0,6
3 Beban vertikal terpusan (P) 20 0,75 15
4 Beban vertikal merata (q*b2) 7,5 0,75 5,625
Momen akibat beban hidup pada pedestrian MTP = 22,1175
4.3.3 MOMEN ULTIMEIT RENCANA SLAB TROTOAR
Faktor beban ultimeit untuk berat sendiri peKMS = 1,3
Faktor beban ultimeit untuk beban hidu pede KTP = 2,0
Momen akibat berat sendiri pedestrian MMS = 6,83 kNM
Momen akibat beban hiduppedestrian MTP = 22,1175 kNM
Momen ultimeit rencana slab trotoar MU = KMS*MMS+KTP*MTP
MU = 53,116495 kNm
20000
L/d = = 28,57
700
1.25*b/tf = 18,75
L/d > 1.25*b/tf (OK)
700
d / tw = = 54
13
d / tw < 75 (Ok)
L1 = L / 5 = 4000 mm
c1 =L1*d / (b*tf) = 466,6666667
c2 =0.63*Es / Fs = 826,875 216,7 576,9 48
Karena, 250 < c1 <c2 maka : 0,3755869 18,028
Tegangan kip dihitung dengan rumus :
Fskip = fs- ( c1- 250 ) / ( c2-250 ) * 0.3 * fs = 141,972 Mpa
Lebar efektif slab beton ditentukan dari nilai terkecil berikut ini :
20000
L/5 = = 4000 mm
5
S = 1480 mm
12*h = 12 x 200 = 2400 mm
Diambil lebar efektif slab beton, Be = 1000 mm
Jarak sisi atas profil baja terhadap garis netral, yts = d - ybs = 700 - 606,82
= 93,18 mm
Jarak sisi atas slab beton thd. grs. netral, ytc = h + yts = 200 + 93,18
= 293,18 mm
Beban hidup sebelum komposit, merupakan beban hidup pekerja pada saat pelaksanaan konstruksi,
dan diambil
qL = 2 kN/m2
Q L = s * qL = 2,96 kN/m
Total beban pada girder sebelum komposit, Qt= QD+ QL = 11,549 kN/m
6
Tegangan lentur yang terjadi, f = M * 10 /Wx = 115,954
< Fskip = 141,972
AMAN (OK)
Beban kendaraan yg berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti pada Gambar.
UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang total L yg
dibebani lalu-lintas atau dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
q = 8 kPa untuk L 30 m
q = 8.0 *( 0.5 + 15 / L ) kPa untuk L > 30 m
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sbg gaya dalam arah memanjang
dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m dari permukaan lantai jembatan. Besarnya gaya
rem tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut :
Gaya rem, TTB = 250 kN untuk Lt 80 m
Gaya rem, TTB = 250 + 2,5 * ( Lt - 80 ) kN untuk 80 < Lt < 180 m
Gaya rem, TTB = 500 kN untuk Lt 180 m
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan dengan tinggi
2.00 m di atas lantai jembatan h = 2m
Jarak antara roda kendaraan x = 1,75 m
Transfer beban angin ke lantai jembatan, QEW = [ 1/2 * h / x * TEW ]
= 1,008 kN/m
Gaya gempa vertikal pada balok dihitung dengan menggunakan percepatan vertikal ke
bawah sebesar 0.1*g dengan g = percepatan grafitasi.
Gaya gempa vertikal rencana : T EW= 0.10 * Wt
Wt = Berat total struktur yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan.
2
Wtc = 13721848 mm
2
Wts = 43173910 mm
2
Wbs = 6629626,1 mm
n = 8,9540963
6
Tegangan pada sisi atas beton, ftc = M * 10 / ( n * Wtc )
6
Tegangan pada sisi atas baja, fts = M * 10 / Wts
Tegangan pada sisi bawah baja, fbs = M * 106 / Wbs
Tegangan yang terjadi pada sisi atas beton atas baja bawah baja
Momen ftc fts fbs
No Jenis Beban
M (kNm) (Mpa) (Mpa) (Mpa)
1. Berat sendiri (MS) 341,95 2,7831 7,9203 51,5791
2. Beban Mati tambahan (MA) 134,5 1,0947 3,1153 20,2877
3. Beban lajur "D" (TD) 708 5,7623 16,3988 106,7934
4. Gaya rem (TB) 53,5795 0,4361 1,2410 8,0818
5. Beban angin (EW) 50,4 0,4102 1,1674 7,6022
6. Beban gempa (EQ) 47,645 0,3878 1,1036 7,1867
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ) 9,5290
KOMBINASI - 2 125%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB)
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 216,1700
KOMBINASI - 3 140%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ)
Vmax = 221,5280
KOMBINASI - 4 150%
Gaya Geser
No Jenis Beban
V (kN)
1. Berat sendiri (MS) 68,3900
2. Beban Mati tambahan (MA) 26,9000
3. Beban lajur "D" (TD) 110,8000
4. Gaya rem (TB) 5,3580
5. Beban angin (EW) 10,0800
6. Beban gempa (EQ) 9,5290
Vmax = 231,0570
700.300.13.20
Data teknis
Gelagar 700.300.13.20
- Berat sendiri = 166 kg/m
305 - Tinggi tampang = 700 mm
- Lebar sayap = 300 mm
- Tebal badan = 20 mm
- Tebal web = 13 mm
- Luas tampang = 211,5 cm2
- Momen inersia (I) = 172000 cm4
- Momen tahanan (Wx) = 4980 cm3
- Tegangan ijin profil ( ijin) = 1600 kg/cm2
- Tegangan ijin baut = 1600 kg/cm2
Momen kapasirtas profil = ijin . Wx
= 7968000 kgcm
1. Perencanaan sambungan
- Alat sambungan dengan baut 17/8" = 4,7 cm
- Pelat sambungan pada flens
Tebal = 5 cm
b' = 20 cm
- Pelat sambungan pada web
Tebal = 5 cm
b' = 75 cm
2. Tegangan pada baut
Menurut PPBBI, mei 1984, tegangan-tegangan yang diijinkan dalam
menghitung kekuatan baut adalah sebagai berikut :
a. Tegangan geser
= 9,6 kN/cm2
b. Tegangan tumpu
tp = 1.5 x ijin, untuk S1 2d
= 24 kN/cm2
tp = 1.2 x ijin, untuk 1,5d S1 2d
= 19,2 kN/cm2
Menurut PPBBI, mei, 1984, ukuran maksimal dari diameter lubang paku
keling/baut ditambah 1 mm. Jadi diameter baut yang diperhitungkan adalah :
- Pada badan (web)
D = 4 cm
- Pada sayap (flens)
D = 4 cm
x2 = 6480
y2 = 6480
Perhitungan sambungan
- Beban-beban yang bekerja
berat sendiri profil = 30,6 kg/m
muatan thd konstruksi= 100 kg/m
Beban total = 130,6 kg/m
- Momen maksimum
M max = 1/8 x Wd x L^2
M max = 36,731 kgm
- Gaya lintang (D)
D = 1/2 x beban total x jarak antar gelagar
D = 97,95 kg
- Pemasangan baut menurut PPBBI - 1984
2,5 d s 7d
3,25 s 9,1
Diambil = 9 cm
2,5 d u 7d
3,25 u 9,1
Diambil = 9 cm
1,2 d S1 3d
1,56 S1 3,9
Diambil = 3 cm
- Kontrol alat penyambung
Tp 0.7 tw
Tp 1,68
Diambil Tp = 1,8 cm
- Gaya horizontal pada sambungan (Tm) adalah kopel dari momen
yang bekerja
Tm = M max / L
Tm = 408,125 kg
- Gaya yang ditahan oleh baut akibat gaya lintang (Td)
Td = D / baut
Td = 24,488 kg/cm2