Jalan Beton Dan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 73

jalan beton dan tulangannya

Ditulis pada 19 September 2010

32 Votes
Kelihatannya telah menjadi pemahaman umum, sebagaimana sering didengar bahwa yang
namanya konstruksi yang memakai material beton adalah identik sama dengan struktur beton
bertulang. Bahkan mahasiswa teknik sipilpun juga sering terkecoh tentang hal tersebut. Maklum,
dalam kuliah struktur beton selalu diungkapkan bahwa beton hanya kuat terhadap gaya tekan
dan tidak kuat terhadap tarik. Oleh karena itu agar dapat bekerja sebagai suatu balok dan kuat
memikul lentur maka harus dipasang tulangan baja sebagai konsekuensinya.
Itu benar, karena yang dibahas dalam kuliah struktur beton adalah material beton sebagai
komponen untuk struktur balok, struktur kolom atau slab (pondasi). Itu adalah materi struktur
beton I dan II di UPH, adapun struktur beton III adalah beton prategang.
Pada mata kuliah struktur beton di UPH yang dipegang oleh Prof. Harianto Hardjasaputra
bersama saya, maka dalam silabusnya tidak diajarkan tentang materi jalan beton. Padahal seperti
diketahui bahwa jalan beton sekarang relatif cukup populer digunakan di jalan-jalan di ibukota
maupun di daerah-daerah. Maklum, kesannya jalan beton tersebut lebih kuat, awet dan bebas
perawatan.

Gambar 1. Jl. Raya Tajur, typical jalan beton di tanah air


(sumber foto : My Setiawan Blog)
Alasan terakhir, yaitu bebas perawatan. Alasan itulah yang rasa-rasanya menjadi magnet
mengapa jalan tipe tersebut menjadi banyak dipilih akhir-akhir ini. Padahal sebenarnya jika tipe
jalan yang terdahulu, yaitu jalan aspal dibangun dengan baik, dilengkapai saluran drainasi yang
mencukupi dan sebagainya , maka diyakini akan sama juga kekuatannya dalam memikul beban
lalulintas yang ada, bahkan lebih enak (halus) dibanding jalan beton yang kadang jika
pembuatannya asal-asalan maka akan sangat terasa adanya siar-siar dilatasi di antaranya.
Pemahaman tentang jalan beton terlihat belum dikenal luas, maklum seperti alasan di atas, di
kuliah Struktur Beton yang mempunyai 7 SKS itupun, materi tersebut tidak dimasukkan di
silabusnya (itu di UPH lho, mungkin saja di tempat lain diberikan). Mungkin saja materi jalan
beton telah diberikan pada mata kuliah Perkerasan Jalan, tetapi mestinya fokusnya pada jalan dan
bukan struktur betonnya. Oleh karena itu sangat wajar jika ada pernyataan seperti ini keluar dari
pejabat yang tidak memahaminya.
Apalagi, tidak terlihat adanya ikatan besi yang menjadi tulang dari jalan beton. Padahal, di setiap
bangunan beton yang patah akan terlihat susunan besi yang menjadi pengikat struktur beton
secara keseluruhan.
Jangan menyalahkan alam atas amblesnya jalan itu. Saya menduga, faktor kelalaian dalam
desain atau proses pembangunan merupakan penyebab amblesnya Jalan RE Martadinata. Paling
tidak, ada kelalaian dalam mengantisipasi risiko, kata Sanusi yang pernah berprofesi sebagai
kontraktor.

Sanusi meminta Kementerian PU mengevaluasi semua infrastruktur yang dibangun di Jakarta


agar jangan mengalami kerusakan serupa.
(Sumber : Kompas Minggu, 19 September 2010)
Pernyataan anggota dewan yang pernah berprofesi sebagai kontraktor itu jika didengar oleh
teman-teman dengan latar belakang pengetahuan sebagaimana diungkapkan di atas, pastilah akan
di-amini. Apalagi awam yang mendengarnya. Akhirnya yang terjadi di masyarakat adalah opini
bahwa kesalahan desain atau pelaksanaanlah yang menyebabkan amblesnya jalan R.E Mardinata
tersebut.
Mungkin pendapat anggota dewan itu bisa benar, tetapi kalau melihat argumentasi yang
mendukung pernyataannya bahwa tidak terlihat adanya ikatan besi yang menjadi tulang dari
jalan beton. Maka rasa-rasanya pernyataannya itu masih terlalu dini, pernyataan itu terjadi
karena latar belakang pemikirannya adalah struktur beton bertulang gedung tinggi dan bukannya
jalan beton. Bagaimanapun cara kerja keduanya adalah tidak sama, meskipun memakai bahan
yang sama, yaitu beton.
Untuk itulah maka rasa-rasanya artikel tentang jalan beton dan tipe jalan yang lain perlu
diungkapkan agar kita bersama mampu belajar sehingga bisa memberi pernyataan yang baik dan
benar serta tidak membingungkan masyarakat awam.
Hal yang penting perlu dipahami, bahwa cara kerja struktur jalan beton adalah tidak sama
dengan cara kerja konstruksi slab beton bertulang yang digunakan pada bangunan gedung.
Meskipun sama-sama memakai material beton, sehingga awam yang melihatnya sepintas tidak
ada perbedaan, tetapi tidak berarti bahwa cara desain maupun pelaksanaannya akan sama juga.
Pada perkerasan jalan dikenal dua macam konstruksi, yaitu [1] fleksibel pavement (aspal) dan [2]
rigid pavement (beton). Pavement di sini adalah bagian dari konstruksi jalan yang langsung
menerima beban kendaraan di atasnya, atau tepatnya lapisan permukaan. Jika demikian berarti
ada yang namanya lapisan dalam dan lainnya, dalam hal ini adalah tanah atau batuan
dibawahnya.

Gambar 2. Lapisan perkerasan jalan


(sumber: Pavement Design Guide)
Perhatikan Gambar 1 di atas, pavement di sini adalah Surface couse, adapun di bawahnya masih
ada Base Course, juga ada Subbase dan baru tanah asli dibawahnya. Kesemuanya itu yang
membentuk konstruksi jalan. Jadi meskipun Surface Course utuh, sebagaimana terlihat pada
jalan RE Martadinata sebelum jebol, tetapi karena lapisan pendukung di bawahnya rusak (bisa

karena abrasi atau juga hal yang lain) maka keseluruhan jalan akan menjadi rusak. Lihat jebolnya
jalan RE Martadinata.
Dengan cara berpikir seperti itu, maka sebenarnya perkerasan jalan dengan aspal (fleksibel
pavement) mempunyai kekuatan yang sama dibanding perkerasan jalan dengan beton, khususnya
untuk memikul roda kendaraan yang berjalan. Kalau untuk kendaraan yang berhenti (parkir) atau
di daerah yang sering terjadi pengereman seperti di pintu tol maka rigid pavement akan lebih
baik.

Gambar 3. Typical konstruksi Rigid Pavement (Jalan Beton)


(sumber: Pavement Design Guide)
Sesuai dengan namanya, maka sebenarnya yang membedakan keduanya adalah karakteristik
kerja keduanya sebagaimana diperlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 4. Distribusi tegangan pada Rigid (kiri) dan Fleksibel (kanan)


(sumber Pavement Design Guide)
Dengan distribusi tegangan yang lebih merata pada konstruksi rigid pavement maka hanya
diperlukan sub-course yang relatif lebih tipis, dibanding konstruksi fleksibel pavement, yang
mana distribusi tegangannya relatif lebih terpusat. Tetapi yang jelas, jika keduanya di desain dan
dilaksanakan dengan baik untuk memikul suatu beban tertentu maka jelas hasilnya juga samasama baik.

Jadi kalaupun banyak jalan aspal yang rusak selama ini di Indonesia,maka itu disebabkan oleh
lapisan dasarnya yang rusak terlebih dahulu, umumnya itu dikarenakan ada penetrasi air akibat
tidak tersedianya saluran drainasi yang memadai pada jalan tersebut. Pengetahuan ini sebenarnya
telah dipahami oleh banyak insinyur kita, tetapi dalam prakteknya, lihat saja jalan-jalan di
Jakarta, ketika hujan lebat beberapa jam saja maka sudah dipastikan akan terjadi genangan air di
jalan-jalan. Air itulah yang menyebabkan kekuatan tanah dibawah jalan menjadi lembek,
ditambah beban berat diatasnya. Pastilah rusak itu jalannya. Maklum, implementasi teori dan
praktek memang tidak gampang.
Jalan beton dari sisi perilaku strukturnya memang terlihat lebih bagus, tegangan yang timbul
akibat beban yang sama relatif lebih kecil sehingga tidak diperlukan base-course yang tebal.
Meskipun demikian, karena rigid maka pengaruh shrinkage (kembang susut) karena thermal
menjadi dominan. Hal inilah yang menyebabkan dijumpai beberapa macam konstruksi jalan
beton. Idenya ada dua, yaitu:

jika jalan beton dibuat kontinyu (pemakaianya nyaman) maka untuk mengantisipasi
kembang-susut pada jalan tersebut harus dipasang tulangan baja sebagai tulangan susut.
Meskipun jumlahnya relatif kecil, khususnya jika dibandingkan konstruksi slab pada
bangunan gedung, tetapi penggunaan tulangan baja menyebabkan jalan beton ini menjadi
mahal dan tentu saja pengerjaannya akan lebih kompleks. Ingat, ini konstruksi jalan, yang
panjangnya relatif lebih panjang (besar) dibanding slab untuk kontruksi bangunan
gedung.

jalan beton di sekat-sekat dengan siar dilatasi. Jadi jalan beton dibuat atau terdiri dari
segment yang terpisah-terpisah. Dengan terpisah-terpisah ini maka resiko kerusakan
akibat faktor kembang susut menjadi teratasi tanpa perlu memasang tulangan susut. Ini
jelas akan lebih murah di banding sistem diatas. Masalah timbul, selain jalan ini menjadi
tidak nyaman (perlu konstruksi khusus agar rata) tetapi juga ada masalah jika terjadi
beban di atasnya, tegangan di tanah pada pinggiran segement menjadi besar, berbeda
dengan gambaran di atas. Untuk mengatasinya, agar segment sebelah dan sebelahnya
juga dapat bekerja maka kedua segment yang berdekatan dipasangi dowel.

Untuk memberi gambaran tentang dua sistem pada rigid pavement itu maka akan disajikan detail
konstruksinya sbb (sumber Pavement Design Guide).

Gambar 5. Rigid pavement menerus dengan tulangan


Perhatikan, tulangan pada konstruksi rigid pavement di atas diletakkan di tengah, bukan ditepi
bawah atau atas dari slab. Ini tentu berbeda dibanding slab pondasi atau basement.
Bagaimanapun tugas tulangan di atas adalah untuk mengantisipasi kembang susut dan bukannya
penyebaran beban kendaraan di atasnya. Perhatikan juga gambaran crack yang kecil-kecil tetapi
merata pada slab di atas. Crack itu terjadi akibat kembang susut lho, bukan akibat beban. Jadi
jika ternyata tanah dibawahnya (base course) berkurang kekuatannya, mungkin karena memang
kondisinya demikian, maka tentu saja jalan beton tersebut akan menjadi rusak. Lihat saja jalan
tol ke Merak, meskipun sudah pakai jalan beton tetapi rusak juga, bahkan jalan beton itu kalau
rusak lebih susah lho memperbaiknya dibanding jalan aspal. Jadi jangan berpikir jika sudah
dibikin jalan beton lalu masalahnya menjadi hilang.
Selanjutnya ini tipe jalan beton yang boleh saja tidak memakai tulangan susut seperti diatas,
tetapi agar tetap menyatu jika ada beban kendaraan di pinggir segment maka dipasangi dengan
dowel.

Gambar 6. Rigid pavement tersegment dengan dowel.


Adanya segment-segment tersebut menyebabkan apabila pelaksanaannya tidak baik maka jika
dilalui menjadi tidak nyaman. Oleh karena itu dikembangkan suatu konstruksi lain yang
merupakan kombinasi ke dua cara di atas.

Gambar 7. Rigid pavement tersegment dengan tulangan dan dowel.

Konsep yang kombinasi mempunyai crack yang relatif sedikit, meskipun dalam hal ini dari segi
ekonomis belum tentu diperoleh penghematan yang signifikan. Tetapi yang jelas dengan segment
yang lebih panjang mestinya lebih nyaman, juga jika ada kerusakan base-course dibawahnya
maka ada segment menyebabkan perbaikannya relatif lebih mudah.
Moga-moga pengetahuan tentang jalan beton di atas sedikit membuka wawasan kita tentang
sesuatu sehingga setiap komentar yang timbul menjadi bermutu.

Semoga berguna.
Advertisements

Bagikan ini:

Surat elektronik

Entri ini ditulis dalam beton, engineering, teknik sipil oleh wir. Buat penanda ke permalink.

103 thoughts on jalan beton dan tulangannya

1.

calon anggota dpr pada 19 September 2010 pukul 08:14 berkata:

Rate This
pak wir, kadang kita harus ngomong keras dan meyakinkan. serta cepat. kalau teoritis kyk
gt, kelamaan. he he
Suka
Balas

wir pada 19 September 2010 pukul 09:31 berkata:

Rate This
ho, ho pantas mereka pada minta staf ahli khusus, sampai-sampai ada wacana
ruang kerjanya tidak cukup lagi sehingga perlu gedung baru. Aku bisa
memahaminya.

Suka
Balas

2.

Hasan Hamid pada 19 September 2010 pukul 11:26 berkata:

Rate This
wah makasih pak wir jadi tambah wawasan,
lha klo yang saya pelajari di kampus dengan jalan beton bertulang yang tulangannya di
taruh diatas itu disebut jalan pavement apa donk pak?
alasan di taruhnya tulangan diatas karena tanah subgarde bawah sudah di compact
sedemikian rupa agar mampu menahan beban diatasnya, dan yang akan terjadi jika ada
beban diatasnya adalah aksi dari rekasi yang terjadi, maka tulangan pada slab jalan
ditaruh diatas??
mohon pencerahannya pak wir dan di luruskan jika salah mengerti saya
Terima Kasih sebelumnya.
Suka
Balas

wir pada 22 September 2010 pukul 02:37 berkata:

Rate This
Jalan beton yang ada tulangannya di atas, itu khan seperti detail di Gambar 6. Jadi
sudah betul.
Tulangan di atas tersebut berfungsi sebagai tulangan kembang-susut (shrinkage)
akibat pengaruh thermal. Seperti diketahui thermal di Indonesia khan akibat sinar
matahari, bagian yang kena sinar matahari pada jalan beton tersebut khan
permukaan bagian atasnya, sedangkan permukaan bagian bawah di tanah khan
relatif lebih dingin, jadi akibatnya bagian permukaan atas jalan beton akan

mengembang (mengalamai tegangan tarik) terlebih dahulu. Jadi pada bagian


tersebut dipasangkanlah tulangan baja untuk mengantisipasi retak. Kalaupun retak
menjadi tersebar dan kecil-kecil.
Suka
Balas

Hasan Hamid pada 23 September 2010 pukul 11:27 berkata:

Rate This
oh.. makasi pak dan maaf saya gak liat jelas gambar 6.
berarti statment untuk menahan beban atau menahan reaksi tanah akibat
dari aksi diatasnya diberi tulangan juga masih perlu di sanggah, tentunya
banyak sekali konsep perkerasan jalan dengan beton ini yang membuat
banyak asumsi2 yang tetap masuk diakal sisi engineeer civil ya pak?
Suka
Balas

3.

Tfk Baja pada 19 September 2010 pukul 13:14 berkata:

Rate This
Yth Pak Wir.
Kejadian Jalan Beton Ambrol benar benar membuat malu departemen PU . Buat malu
seluruh Civil Engineer di Negeri ini, khususnya yang cari Makan di PU.
Masa sudah tahu Lapisan Pondasi merupakan Tanah yang rawan akan Abrasi dan Filtrasi
air laut kok ya nggak diambil sampling dengan Bor, diteliti di Lab Mekanika tanah,
selanjutnya dilakukan perencanaan dengan perkuatan Concrete Sheet Pile , diperbaiki
tanahnya dengan Geotextile dan Penggantian Material, Baru di Aplikasikan Concrete
Pavementnya. Goblok.adalah salah satu kata yang cukup halus utk Perencanaan PU.
Penyelesaiannya : Mentri , Kadis PU, Ka Perencanaannya , dipecat..baru ngomong soal
perbaikan yang lain. Masa memecat 3 orang saja Bangsa Besar ini tidak sanggup.
Pak Wir..saya juga mau dengar tanggapan Bapak mengenai ini , sebagai Rakyat yang
juga tahu sangat banyak mengenai hal Teknis.
Maju Terustapi jangan ke jurang.
Thanks Pak.
Tfk
Suka
Balas

tjatur pada 20 September 2010 pukul 22:51 berkata:

Rate This
Mas Tfk,

Sebetulnya Indonesia tidak kekurangan Civil Engineer yang pandai. Trust me!
Ahli Geoteknik dan Jalan Raya, bertebaran dimana-mana. Bila anda sempat
bertatap muka dengan pak Paulus Pramono (Unpar), pak Chaidir Makarim
(Untar), pak Azis (ITB), pak Hendro (mantan pimpro Jagorawi), pak Nono
(Litbang PU) dan banyak lagi, anda akan mengetahui intelektualitas mereka.
Ditambah, bila anda membaca uraian2 pak Wiryanto di blog ini, anda akan
memahami pula bahwa saat ini UPH telah memiliki ahli struktur yang mumpuni,
yang tidak ragu berbagai ilmu.
Yang kurang saat ini, adalah orang-orang yang concern terhadap hasil yang
bermutu tinggi. Juga menjadi kelangkaan, adalah orang orang yang memiliki
antusiasme tinggi terhadap ilmu yang mendasari profesi mereka. Saat ini segala
sesuatunya di-drive oleh prinsip ekonomi, sehingga prinsip lainnya terkalahkan.
Jadi sesuatu dikerjakan asal jadi. Dalam dunia konsultan teknik-pun hal ini
terjadi. Perencanan mendesain asal ada. Desainnya tidak applicable, tidak lengkap
dan ada pula yang secara filosifis desainnya keliru!
Suka
Balas

bambang pada 23 Juni 2016 pukul 18:36 berkata:

Rate This
yak betul pak prinsip ekonomi kal di daerah saya yang mempengaruhi,
karena banyak tenaga ahli atau tenaga lapangan yg berpengalaman
membuat jalan aspal maupun beton tetapi karena menginginkan
keuntungan yang banyak maka mereka mengakalinya dengan mengurangi
kadar fondasi dasar yg ada (pemadatan sirtu yang kurang/tidak sebanyak
dan sepadat yang memang diperlukan)
Suka
Balas

4.

wiradynamic pada 19 September 2010 pukul 18:20 berkata:

Rate This
Setuju dengan pak tfk baja..
Harus tegas..
menurut saya, apapun jenis konstruksinya, baik rigid ato fleksibel, selama dikerjakan
sesuai prosedur, tdk akan seperti ini..
Suka
Balas

adieb pada 23 Maret 2012 pukul 22:15 berkata:

Rate This
beda bosmakan.y skrg setiap negara sudah mengupayakan memakai rigid karna
keunggulan.y lebih dari pada fleksibel
Suka

Balas

5.

M.Arif pada 20 September 2010 pukul 08:33 berkata:

Rate This
Menurut saya, perkerasan Jalan beton memang baik, dan penulangan baik atas maupun
bawah semua dibutuhkan, karena tanah yang tertekan akan menyebar dan menyebabkan
tanah lain disebelahnya tertekan ke atas, sehingga jalan beton mengalami tekanan ke
bawah dan keatas, sehingga dibutuhkan tulangan atas dan bawah
Suka
Balas

wir pada 20 September 2010 pukul 08:58 berkata:

Rate This
Masih perlunya tulangan atas dan bawah, itu menunjukkan bahwa anda masih
mengganggap bahwa jalan beton berperilaku sama seperti halnya slab pondasi
atau basement, yaitu bahwa pelat beton tersebut bekerja seperti balok biasa

(simple beam). Beban dialihkan ketumpuan melalui aksi lentur pelat, padahal
sebenarnya tidak persis seperti itu, dibawah pelat beton telah ada tumpuan elastis,
yaitu base-course. Semakin baik tanahnya maka akibat beban di atas langsung
diterima tanah dibawahnya tanpa mengakibatkan lentur pada pelat. Baru jika
base-course tidak kuat, yaitu mengalami deformasi maka dia akan bekerja sebaga
tumpuan elastis bagi pelat, pelat mengambil alih mendistribusikan ke tanah
disekitar tanah yang berdeformasi tersebut. Intinya, tanah semakin baik, maka
pada pelat hanya bekerja gaya aksial tekan saja.
Penjelasan saya diatas mungkin kurang dipahami dengan baik, karena terlalu
panjang dengan kata-kata. Coba anda bayangkan cara pemasangan lantai tegel
atau keramik dirumah. Jika lapisan bawah cukup kuat, tidak turun, maka tegel
tanpa tulangan tersebut akan dapat memikul beban roda kendaraan yang cukup
berat. Tetapi jika dibawahnya ada rongga dsb-nya, maka tegel tersebut akhirnya
akan rusak jika dibebani mobil. Bayangkan tegel khan hanya beberapa mm, koq
kuat. Begitu cara kerjanya. Oleh karena itu jalan beton tidak disebut slab, tetapi
pavement.
Suka
Balas

Hasan Hamid pada 21 September 2010 pukul 12:24 berkata:

Rate This
lalu bagaimana dengan statement saya diatas pak tentang jalan yang hanya
di beri tulangan diatas saja?
jika salah mohonn koreksi agar saya tidak nyasar hehe..
Terima Kasih sebelumnya.
Suka
Balas

6.

Purbo pada 20 September 2010 pukul 09:54 berkata:

Rate This
Memang awam sih tahunya beton isinya mesti tulangan, maklum saja karena
masyarakat lebih akrab sama beton di bangunan dan jembatan (balok/kolom/slab).
Jadi kayaknya bisa lebih baik kalo bisa ditulis di artikel/kolom koran ya Pak terutama
penjelasan analogi dengan tegel/keramik, dijamin pasti jelas dan ringkas.
Suka
Balas

7.

Jani Hutagalung pada 20 September 2010 pukul 10:19 berkata:

Rate This
Semoga kambing hitam tidak terlalu banyak disembelih pada setiap permasalahan
kegagalan konstruksi. Cukuplah pada awal pelaksanaan kambingnya dimakan rame2, lalu

besteknya dibaca. Kalau ada yg perlu diantisipasi/ditambahi , usulkan sebagai pelaku


konstruksi yang antisipatif.
Semoga pelaku konstruksi semakin matang.dan siap untuk disantap! (oleh yg
haus/lapar teknologi aplikasi tentunya.)
JH
Suka
Balas

8.

Riaditya pada 20 September 2010 pukul 12:26 berkata:

Rate This
Maaf pak Wir
Kalo saya baca dari apa yang baru saja bapak tulis mengenai Rigid Pavement maupun
Flexible Pavement, isinya banyak masih perlu dipertanyakan. Bisa jadi kalau ada orang2
yang ahli perkerasan jalan yang kebetulan membaca tulisan ini malah meragukan tulisan
bapak yang notabene ahli dalam Ilmu Ketekniksipilan.
Contonya ini : Masih perlunya tulangan atas dan bawah, itu menunjukkan bahwa anda
masih mengganggap bahwa jalan beton berperilaku sama seperti halnya slab pondasi atau
basement, yaitu bahwa pelat beton tersebut bekerja seperti balok biasa (simple beam)
Sebenarnya tulangan atas dan bawah tetap diperlukan pak Wir, tergantung perkerasan
Rigid apa yang digunakan. ada yang hanya menggunakan dowel saja, ada juga yang
menggunakan dowel + tulangan atas dan bawah yang tadi disebutkan bahkan juga ada
yang menggunakan perkerasan Rigid Pratekan. Itu semua bergantung dengan beban
kendaraan, biaya dan kondisi tanah dasar.

Saya saran sebaiknya tetap membuat tulisan mengenai struktur engineering saja pak,
takutnya nanti hanya membuat orang menjadi salah paham apalagi kalo yang membaca
adalah mahasiswa yang baru saja belajar perkerasan jalan..
Suka
Balas

wir pada 20 September 2010 pukul 12:45 berkata:

Rate This
@Riaditya,
Jika ada yang diragukan pada penjelasan saya di atas, monggo saja diskusi. Saya
yakin jika ada ahli lain yang mau memberi masukan maka artikel pada blog ini
akan menjadi semakin berbobot.
Bahkan jika ada yang meragukan tulisan saya yang lainpun, ya monggo saja.
Selama ini saya menulis apa-apa yang saya ketahui saja dan tentu saja saya yakini
kebenarannya. Ingat apa yang saya tulis di atas masih dapat dijelaskan dengan
ilmu mekanika yang saya pelajari dan tidak sekedar asbun. O ya, kalau membaca
tulisan saya jangan sepotong-sepotong, penjelasan berikutnya adalah argumentasi
dari penyataan tersebut.
Apakah berarti itu mutlak, harus benar selalu. Ya seperti halnya ilmu pengetahuan
itu sendiri, jika kemudian ada kebenaran lain karena didukung oleh argumentasi
yang kokoh, maka tentu perlu penyesuaian.
Itu semua kalau dikerjakan dengan passion, tanpa pamrih dan nothing to loose,
maka akan luar biasa. Itu pertumbuhan namanya. Tanpa berani menyatakan dan
bersikap, kita tidak tahu pada posisi apa kita sekarang. Merasanya sudah ada di
puncak, tetapi ternyata hanya di puncak perbukitan, bukan puncak gunung yang
sesungguhnya. Itu namanya terlena.
Suka

Balas

tjatur pada 20 September 2010 pukul 23:32 berkata:

Rate This
Pak Wir dan seluruh peserta diskusi,
Kebetulan saya pernah ikutan mengurus jalan tol. Dalam hemat saya, rigid
pavement bisa bertulang atau plain. Template desain rigid pavement jalan
tol yang dibangun periode tahun 90 an biasanya diawali dengan lean
concrete tebal 10 cm (K-BO), kemudian surface tebal 27 cm (K-300)
dilengkapi dowel (besi polos 25 mm) dan tie bar besi ulir diam. 16.
Namun di AASHTO tahun 1993 terdapat prosedur perhitungan rigid
pavement dengan besi beton. Tampaknya keputusan memilih
menggunakan tulangan atau tidak, terletak pada allowable cracks yang
dipengaruhi perbedaan suhu ekstrimum.
trims
Suka
Balas

9.

Jani Hutagalung pada 20 September 2010 pukul 15:04 berkata:

Rate This
(dari Pak Aditya ke Pak Wir):
Sebenarnya tulangan atas dan bawah tetap diperlukan pak Wir, tergantung
perkerasan Rigid apa yang digunakan. ada yang hanya menggunakan dowel saja,
ada juga yang menggunakan dowel + tulangan atas dan bawah yang tadi
disebutkan bahkan juga ada yang menggunakan perkerasan Rigid Pratekan. Itu
semua bergantung dengan beban kendaraan, biaya dan kondisi tanah dasar.
Pak Aditya, Pak Wir menerangkan pada skop umum (bukan khusus), sama seperti
pasangan dinding bata yang hanya1/2 bata istilah sekarang yang cukup untuk memikul
beban yang ada. Adakah yang 1 bata? Tentu ada. Adakah Rigid pavement yang presterssed? Tentu saja ada, namun itu hanya perlakuan khusus yang dapat saja digantikan
oleh bentuk optional dari konstruksi lain dengan alasan tertentu.
Maaf, nimbrung.. (Filosofi: Mobil pak Wir saya sebut berwarna merah, walaupun
rodanya berwarna hitam dan pelaknya silver..hehehe)
Selamat mendidik Masyarakat Teknik
Suka
Balas

teguh pada 18 Maret 2012 pukul 23:45 berkata:

Rate This
mr jani mhn maaf , kl anda umpamakan pavement dgn bata saya rasa kurang tepat
, krn ada pernyataan ahli teknik bahwa dinding penyekat bata bukan di
peruntukan untuk memikul beban , secara fungsi adalah untuk memisahkan

ruangan , lain halnya dengan pernyataan p.wir yg mengumpamakan dengan tegel


yg mempunyai prinsip yg sama dgn pavement .smga komen sy tdk salah amien
wasalam
Suka
Balas

10.

wir pada 20 September 2010 pukul 15:25 berkata:

Rate This
@Jani
Ha, ha, betul juga.
Agar saya tidak berhenti di tempat seperti di atas mestinya Pak Riaditya mengajukan
pertanyaan sbb : Pak Wir, prakteknya koq banyak jalan beton yang memakai tulangan
dua lapis.
Sederhana pertanyaannya, tetapi sebenarnya nggak sederhana, karena yang diajukan
adalah fakta empiris dibandingkan dengan penjelasan teoritis saya di atas. Ingat adanya
fakta empiris yang diajukan berarti seperti mengajukan suatu kebenaran, yang meskipun
mungkin terbatas berlakunya. Jadi untuk itu saya harus mengajukan argumentasi
tambahan agar argumentasi saya sebelumnya tetap berlaku. Jadi ada tambahan uraian
yang harus disampaikan (bergerak lagi, maju).
Adanya tulangan dua lapis pada jalan beton menunjukkan bahwa kondisinya konservatif.
Lebih aman dibanding tanpa tulangan beton.
Lebih aman terhadap apa ? Tentu saja terhadap berbagai kondisi yang mungkin terjadi,
maklum jalan khan mencangkup suatu luasan yang besar dari suatu kondisi tanah, yang
mana telah diketahui bahwa memprediksi kondisi tanah adalah gampang-gampang susah.
Mengandung resiko. Jadi diberikannya tulangan ganda tadi adalah untuk mengantisipasi

resiko. Resiko akan terhindar terjadinya crack akibat kembang susut, sekaligus terhindar
terjadinya retak akibat lentur yang terjadi akibat adanya deformasi tanah yang bersifat
lokal. Kalau deformasinya bersifat global, meskipun turun 1 m tetapi merata disemua
tempat, maka jalan beton tanpa tulanganpun tetap tenang-tenang saja (tak perlu
dikuatirkan). Ini juga argumentasi yang mematahkan penjelasan ahli geodesi yang
menyatakan bahwa ambrolnya jalan RE Martadinata adalah akibat penurunan 60 cm tiap
10 tahun di atas.
Keputusan di atas adalah keputusan praktis, tetapi bukan berarti teori yang saya
sampaikan di atas adalah salah. Itulah mengapa ilmu kita di sebut engineering dan tidak
sekedar science.
Suka
Balas

11.

Andri pada 20 September 2010 pukul 16:42 berkata:

Rate This
@Riaditya,
Seharusnya bapak juga memberikan argumentasi dan penjelasan atas keraguan bapak.
Bapak meragukan tulisan Pak wir tapi penjelasan dan argumentasi bapak cuma secuil.
Bandingkan dengan penjelasan yang diberikan oleh Pak wir. Terus terang secara prinsip
mekanika Pak wir sudah menjelaskannya dengan sangat gamblang.
Jadi saya harap bapak dapat menjelaskan keraguan bapak berdasarkan data2 dan prinsip
mekanika yang kita pelajari sebagai civil engineer sehingga kami dapat menilai mana
yang lebih berbobot bukan hanya meragukan tapi tidak memberikan penjelasan dan
argumentasi yang cukup.
Suka

Balas

12.

Junpieter Gultom pada 21 September 2010 pukul 11:16 berkata:

Rate This
Pembahasan ini sangat menarik saat ini, kalau boleh berpendapat saya lebih setuju jika
beton tetap memakai tulangan. Walaupun untuk rigid pavement diperbolehkan untuk
tidak. Namun kembali lagi beton sangat lemah untuk lentur sehingga kalau dasarnya
amblas pasti dia patah. Untung saat ini tidak ada korban maka argumen bapak2 ttg tidak
perlu tulangan itu boleh2 saja coba kalau ada truk lewat diatasnya dan amblas.
Saya teringat satu prinsip beton: tulangan meleleh sebelum beton hancur,, setidaknya bila
ada tulangan maka ada pemberitahuan awal tentang kegagalan struktur dan tidak
langsung amblas. Semoga kita sebagai engineer civil lebih hati2 dalam menentukan
struktur atas, sebaiknya lihat dulu dan hitung bawahnya baru mulai bangun, jangan selalu
jadi dukun, habis lebih bnyak dukun saat ini diduni teknik sipil :))
Suka
Balas

13.

M.Arif pada 21 September 2010 pukul 11:38 berkata:

Rate This
Forum ini sangat memberikan pencerahan bagi berbagai permasalahan yang terjadi,
karena memang jika berhubungan dengan alam para Engineer pasti memilih kondisi yg
seaman mungkin, maju terus Pak Wir dan Rekan rekan Diskusi
Suka
Balas

14.

parhyang pada 21 September 2010 pukul 14:05 berkata:

Rate This
tidak terjadinya aksi lentur, namun disisi lain ada asumsi yg real yaitu tumpuan elastis.
jadi menurut saya pasti ada aksi lentur (plate on elastic fondation), tinggal seberapa besar
ini tergantung dari: lapis perkerasan, beban roda kendaraan dan tebal pelat.
terkadang tidak perlu diberi tulangan atau hanya minimum untuk susut sja ini karena
lentur yg terjadi kecil M_u < M_cr. Cara lainnya yaitu menggunakan pelat yg lebih tebal
untuk mempertahankan kondisi ini.
Suka
Balas

15.

Frangky pada 21 September 2010 pukul 15:22 berkata:

Rate This
Forum yang sangat baik dan untuk saling membangun , maka untuk menghindari proses
terjadinya crack yang cepat dalam struktur beton baik cor maupun yg bertulang, maka
saya akan ikut membantu memecahkan solusi tersebut.
Saya menjual fiber ( serat ) sintetis yang digunakan untuk membuat ikatan dalam mixture
beton menjadi jauh lebih kuat, sehingga meningkatkan kualitas dari beton yg di hasilkan.
Dapat di gunakan dalam kontruksi, jalan tol, jalan raya maupun run way.
Kalau berkenan hub saya di email; [email protected].
Contoh produk akan saya berikan jika diperlukan untuk lab test.
Salam
Suka
Balas

16.

kok jd ajang jualan pada 22 September 2010 pukul 18:32 berkata:

Rate This
pemadatan tanah adalah sangat penting, oleh karena itu sy juga menyewakan stamper.

Suka
Balas

17.

penasehat pada 23 September 2010 pukul 10:17 berkata:

Rate This
sepengetahuan saya (yang masih dangkal) pak wir, permasalahan utama jenis perkerasan
kaku seperti yang bapak terangkan diatas ada 2.
1. retak (akibat kembang susut / perbedaan kondisi thermal permukaan beton dan dasar
beton)
2. sambungan antar jalan beton yang tidak baik pengerjaannya.
untuk no 1 sudah diterangkan dengan lebih mendetail oleh pak wir.
untuk no 2, perihal sambungan, akan saya coba sedikit jelaskan, mohon koreksinya.
pada sambungan perkerasan kaku, sering sekali ditemukan adanya celah (1-10 mm).
adanya celah ini sebagian besar disengaja oleh pihak pelaksanan untuk (katanya)
mengantisipasi kembang susut. padahal keberadaan celah ini bisa menjadi fatal. saat
hujan, air yang masuk kelapisan base coarse akan mengakibatkan munculnya fenomena
pumping (terpompanya butiran halus). pumping yang terjadi dalam waktu lama akan
mengakibatkan munculnya rongga2 pada lapisan base coarse di sekitar sambungan. bila
suatu saat terjadi beban tinggi, dan tidak ada penopang pada beton di daerah tumpuan,
beton tsb bisa dipastikan akan mengalami patah.

Suka
Balas

wir pada 23 September 2010 pukul 10:25 berkata:

Rate This
Yah betul. Ketika pada tepi atau sambungan tanah dibawahnya mengalami
pelemahan (deformasi) maka jika dipasang tulangan susut di sisi atas akan bekerja
sebagai tulangan kantilever pada pelat. Ingat, base course bagian tengah masih
utuh sedangkan yang pinggir turun, jadi bagian pinggir seakan-akan
menggantung.
Jadi intinya, adanya tulangan (bertambah mahal) memang akan menambah faktor
aman. Jadi jangan mentang-mentang secara teori tidak perlu tulangan lalu ketika
ada engineering judgement untuk dipasang tulangan , eh di korupsi. Khan gawat
itu.
Suka
Balas

18.

hananto pada 23 September 2010 pukul 19:53 berkata:

Rate This
mas wir.bagaimana hubungan antara nilai CBR di subbase dengan rigid pavement?
berapakah persyaratan minimum untuk CBR subbase sebelum kita puoring concrete?
Suka
Balas

19.

Nano pada 24 September 2010 pukul 03:45 berkata:

Rate This
pasti kontraktornya yang banyak makan duit nih ya pak ya?
Suka
Balas

20.

martua siagian pada 28 September 2010 pukul 09:36 berkata:

Rate This
Bila sudah terjun di proyek, apalagi masuk pada proses tender n pemenangan tender..
Nah disini Biang awalnya kehancuran, orang pasti ngerti n tau Proyek ini bakal hancur
atau tidak dengan umur rencana jalan tidak tercapai.. kenapa ??.. Fee.. Fulussss
man yang didahulukan ndak usah diterangkan pasti udah pada ngerti nich. ~^~
Suka
Balas
21. Ping balik: namaku disebut | The works of Wiryanto Dewobroto

22.

dzaka pada 22 Oktober 2010 pukul 08:12 berkata:

Rate This
kalo saya perhatikan dan tidak salah kebanyakan jalan tol memakai beton yang ada pada
gambar 6, nah sering terjadi retak namun penyebab utamanya apa mungkin thermal?
maksudnya kembang susut apa yah pak wir???trus saya mau tanya lagi pak wir kalo
penyebab rusaknya joint sealent yang terdapat di sambungan antar beton kira2 kenapa y
pak??terima kasih
Suka
Balas

23.

deanz pada 7 November 2010 pukul 05:25 berkata:

Rate This
Kalo menurut saya, pembangunan sekarang adalah pembangunan frustasi tanpa
memperhatikan lagi pengguna. Dulu jalan aspal dibuat agar pengguna merasa nyaman
berkendara dengan alas yg lembut dan ramah sama ban mobil. Tapi sekarang dgn alasan
kemudahan, perawatan yg minim n tahan lama???mereka (pemerintah) rame2 membuat
jalan beton. Padahal mau dgn aspal ataupun beton sama aj kalo yg bikin n ownernya ga
punya nurani, mau apapun bahannya pasti cepat rusak kalo mengutamakan setoran n
entertainment dalam proyek. Sekarang jalan2 beton yg masih lumayan baru banyak jg yg
rusak n lebih parah akibatnya daripada jalan aspal (karena sifat beton yg kaku), jadi nanti
mau diganti apalagi???
Suka
Balas

24.

adrian pada 10 November 2010 pukul 18:36 berkata:

Rate This
@penasehat
pemotongan rigid pavement tuch memang disengaja untuk memberikan kesempatan
beton mengembang dan menyusut jadi untuk mencegah masuknya air dari sela-sela

siar muai ini dilakukan penutupan celah siar dengan menggunakan aspal pen 60 dengan
bahan tambahan dengan bahan tambah bersifat elastomer atau plastomer (ASTM D-5078)

just..opinion.!
kalo menurut saya banyak kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan kaku (rigid
pavement) bukan cuma karena cuma fulusssss. para pekerja (kuli) kita hampir sebagian
besar merupakan orang-orang yang belum mempunyai sertifikasi keahlian (sebagai kuli)
kebanyakan teman-teman pekerja yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan tidak
benar-benar mengetahui kegunaan dowel, tie bar dan curring, so..
kadang kalanya dalam pelaksanaan tidak dilakukan slump test pada setiap truck mixer
yang datang.
Ataupun dalam perencanaan untuk jalan yang dinilai skala kecil ada anggapan tidak
perlu dilakukan penyelidikan terhadap lapisan tanah pondasi.. kira2 rekan-rekan
pasti setuju jika mau bangun rumah tinggal 1 lantai tidak perlu penyelidikan tanah seperti
kalo membangun apartemen, dan ternyata setelah terjadi kerusakan karena turunya
pondasi baru diselidiki ternyata tanah keras sebagai tempat berdirinya pondasi berada
diatas bekas timbunan sampah..
Jadi please.. kita harus melihatnya secara bijak jangan cuma mencela seperti
perwakilan kita yang digedung yang terhormat.
Suka
Balas

25.

penasehat pada 13 November 2010 pukul 07:52 berkata:

Rate This
@ Adrian

Memang benar pak, pada ekspansion joint harus di sealent dengan bahan2 tertentu, salah
satunya yang bapak sebutkan diatas, aspal pen 60. Tidak hanya itu, pada beberapa
jembatan yang saya temui, sambungan tersebut ada yang di tutup oleh besi dengan
berbagai rupa. Nah, disini sering kali dilupakan kejadian paling sering terjadi yaitu ketika
2 bahan berbeda harus dipaksakan untuk bekerja bersama-sama, bagian paling rawan
adalah pada sambungan antara kedua bahan tsb. (durabilitas bahan)
Saya juga tidak sekdar bicara seperti anggota dewan yang mulia pak (rupanya pemikiran
kita ttg anggota DPR sama.. ^^). Saat ini saya punya beberapa ide yang masih harus
diteliti lebih jauh dalam rangka mengantisipasi kelemahan utama beton pada sambungan
(ekspansion joint), yang mana ide ini mungkin bisa jauh lebih murah daripada
meletakkan tulangan atas pada beton bagian tepi. Hanya memang, saya tidak punya
tempat dan resource yang bisa menampung ide2 saya sehingga hanya mampu saya
tuangkan kedalam buku catatan saya saja.
Suka
Balas

sumanto pada 19 Mei 2011 pukul 07:27 berkata:

Rate This
ijin ikutan ,saya mau tanya dalam pekerjaan Rigid pavement,pemasangan dowel
yang diletakan pada tatakan (seperti besi sloof 20cmx 15cm) apakah sloof tsb
berfungsi hanya sebagai tatakan saja atau ada perhitungan atau pengaruh pada
konstruksi betonya?baik dowel yg longitudinal atau cross joint.trima kasih
Suka
Balas

26.

denden pada 14 November 2010 pukul 11:33 berkata:

Rate This
Untuk skill labor/labor sebenarnya mereka bagus2 n engineernya jg ga kalah kelas lah
dengan negara lain. Cuma kembali ke mental negara Indonesia yg dah begitu kuat
karakter selagi bisa n target fulus nya yg menjadikan kualitas proyek2 pemerintah di
Indonesia menjadi sampah..
Para pekerja atau supervisor tdk melakukan urutan2 kerja seperti slump test, aspal pen,
ikatan rebar, curing dll karena tidak dikasih kesempatan/material dari atasan/kantor nya.
Saya sering mendapat keluhan dari akar bawah kontraktor karena hal2 tsb diatas tp
mereka tidak berdaya karena kekuatan GHAIB yg sudah turun-temurun terjadi di
PROYEK2 INDONESIA..Saran saya, mending kerja sama asing sekalian/luar negeri
daripada cape hati dgn kelakuan JURAGAN2 PROYEK..:)
Suka
Balas

27.

mishil pada 19 Januari 2011 pukul 13:46 berkata:

Rate This
saya mau tanya apabisa sambungan pada perkersan rigid bisa sivarisikan dan apa sudah
ada orang yg memvariasikan tepat pada sambungan memajang????
Suka
Balas

28.

bambang pada 22 Januari 2011 pukul 12:05 berkata:

Rate This
Pak Wir Ysh,
Tulisan dan pembahasan diatas terlalu berat bagi saya, pasalnya kami dapat bantuan Kota
berupa pasir 18m3, split 18m3 untuk buat jalan beton di kampung.
Kira-kira jadi berapa meter pak dan kurangnya material apa lagi.
Bagaimana kontruksi sederhanya saja, jalan yang akan di beton bekas jalan aspal yang
rusak.
Ditunggu jabawannya. Terimakasih.
Suka
Balas

29.

Nara PP pada 11 Maret 2011 pukul 07:52 berkata:

Rate This
Pak wir,,saya mw nanya, apakah ada syarat khusus jarak perkerasan (baik rigid maupun
fleksibel pavement) dari muka air tertinggi?Soalnya saya lagi re-construction jalan di
daerah Banjarmasin yang selalu rusak karena muka air tertingginya sangat tinggi, kirakira hanya 20-30 cm dari muka aspal eksisting,,,makasih
Suka
Balas

30.

PRABOWO pada 15 April 2011 pukul 15:04 berkata:

Rate This
bagaimana merencanakan pondasi gedung (bangunan sederahana) diatas bekas TPA
sampah, dimana sebagian besar sampah merupakan sampah plastik/bekas tas plastik.
menurut pengecekan kami kondisi lahan spt: apabila ditekan maka akan membal, apabila
dipasang cerucuk juga membal, jika digali maka semakin dalam semakin lunak karena
kandungan air lindi masih banyak (kedalaman sampah lebih dari 10 m), faktor penurunan
tanah belum diketahui, apakah harus dipasang geomembrane.
tolong saya dibantu.
Suka
Balas

wir pada 15 April 2011 pukul 19:21 berkata:

Rate This
Apa pengertian sederhana yang kamu maksud. Ini tentu sangat relatif sifatnya.
Bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, dan kelihatannya anda
keberatan jika memakai sistem pondasi dalam lebih dari 10 m.
Wah serba salah. Ingat tidak kata pepatah ada harga ada rupa. Memang untuk
sesuatu yang bagus hasilnya, maka harga umumnya juga mengikuti. Tetapi jika
dipaksa, dan harus dibangun di atas tanah seperti itu, maka langkah pertama
adalah harus berani menerima resiko. Bagaimanapun juga, jika bikin pondasi di
atas bekas TPA sampah, pakai pondasi dangkal, maka jelas resiko konsolidasi
(penurunan jangka panjang) pasti akan terjadi.
Dengan memahami konsep rekayasa, maka resiko itu dapat dikurangi dampaknya,
misal
[1] bikin bangunan yang relatif ringan, kalau bisa pakai kayu, pakai kayu,jangan
dari batu atau beton. Atap dari genteng diganti dengan seng.
[2] pondasi atau bidang kontak dengan permukaan tanah dibuat besar dan kaku,
juga bentuknya yang sesolid mungkin. Jadi kalaupun nanti terjadi penurunan
maka keseluruhan pondasi dapat bersama-sama turun. Ingat yang bikin rusak
bangunan itu bukan penurunan tanah, tetapi perbedaan penurunan dari tiap
strukturnya. Karena ada penurunan, maka tentu perlu dipersiapkan ketinggian
yang cukup jika turun, maka tidak kemasukan air.
Ya saya kira begitu pak. Pakai geomembrane pun pasti akan tetap beresiko terjadi
penurunan. Kalau nggak mau ambil resiko tersebut maka langkah yang dapat
dilakukan adalah pindah tempat yang lebih baik, bukan bekas TPA. Jika terpaksa
maka pakai pondasi tiang sampai tanah keras. Itupun beresiko tiang bisa patah
jika ternyata TPA itu beresiko sliding, khususnya jika dulu adalah lereng. Jadi jika
sampahnya itu inorganik khan susah untuk kembali menjadi tanah.
Saya kira begitu pak, tapi ingat, nasehat di atas hanya berlaku untuk orang yang
berani mengambil resiko. Langkah lainnya, adalah berdoa.

Suka
Balas
31. Ping balik: Jalan Beton dan Tulangannya Forum OJT/Magang PT ARUN LNG

32.

agung pada 13 Juli 2011 pukul 12:07 berkata:

Rate This
pak wir saya ada beberapa pertanyaan :
1. apa dasar menentukan tebal slab beton pada jalan kereta
2. bagaimana perhitungannya
sebelumnya terimakasih pak wir.
Suka
Balas

33.

yudhi pada 5 Agustus 2011 pukul 11:30 berkata:

Rate This
Pak wir, apa pengaruh jika kita mengurangi jumlah, diameter dan panjang desain
tulangan pada rigid pavement?
Suka
Balas

34.

faqikh pada 8 Oktober 2011 pukul 08:40 berkata:

Rate This
Pak wir, saya mau nanya tentang jalan betonisasi. Bila jalan kabupaten dgn mutu beton
K-225 tanpa tulangan, sedangkan jalan propinsi dgn mutu beton K-350 dengan tulangan.
Adakah peraturan menteri pu/peraturan dirjen bina marga yang menyebutkan hal tsb
diatas ? Mohon penjelasannya
Terimakasih
Faqikh Pemkab Srageb
Suka
Balas
35. Ping balik: Jalan Aspal dan Jalan Beton Life's Beautiful

36.

jaka pada 20 November 2011 pukul 16:30 berkata:

Rate This
untuk mendapatkan alat pemadat ( vibrator) dan penghampar campuran beton pekerjaan
rigidnya
Suka
Balas

37.

samad pada 11 Desember 2011 pukul 19:03 berkata:

Rate This
pa wir numpang pendapat.. jalan yang tanahnya tidak stabil baik itu tanah yang
terpengaruh abrasi air laut maupun tanah rawa sebaiknya bukan jalan beton tapi jembatan
beton (file slab)
Suka
Balas

38.

deo pada 13 Desember 2011 pukul 18:55 berkata:

Rate This
pak wir saya mau tanya.untuk jalan beton di tempat saya dipakai tulangan dowel dan
Tie bas dengan perletakan seperti huruf H untuk setiap segmennya (tiap segmen
sepanjang 6meter), dowel arah melebar 5meter, tie bar arah panjang 6 metermenurut
bapak benarkah perletakan tersebut, dan mohon pencerahannya.makasih
Suka
Balas

39.

philip pada 13 Januari 2012 pukul 10:32 berkata:

Rate This
siang pak, salam kenal sy philip. sy mau menanyakan apakah pergitungan jalan beton/
rigid dapat memakai program SAP 2000. trm ksh

Suka
Balas

40.

Novi Rahmayanti pada 9 Februari 2012 pukul 08:56 berkata:

Rate This
tuliasan pak wir di blog selalu menarik.gimana caranya bisa nulis bagus kyk pak wir ya?
apalagi sudah turun surat mendikbud yang menyatakan syarat kelulusan mahasiswa harus
membuat tulisan ilmiah yang dimuat di jurnal (kerja keras belajar nulis biar cepat
lulus).hehehehe
oya pak wir saya mau bertanya tentang aluminium.mohon pencerahannya ya pak dan
teman2 yang mampir ke blog ini. saya masih kesulitan mengetahui tegangan tarik
,tegangan ultimit, modulus elastisitas serta sifat fisik dan mekanik dari aluminium murni
pak.nilainya berapa ya? atau saya bisa baca di astm seri berapa pak?oiya pak,klo
aluminium yang dijual dipasaran itu aluminium murni atau sudah campuran ya pak
(aluminium pejal dan bentuk pipa yang biasa dipakai untuk pintu/kusen/gerobak
pedagang
). klo grafik tegangan tarik aluminium sama dengan baja tulangan fy

400 Mpa gak ya?trus kira2 buku/ jurnal/ code apa aja yang bahas tentang aluminium yang
bisa dipakai sebagai pengganti baja tulangan untuk struktur balok atau pelat..mohon
bantuannya ya pak. matur nuwun
Suka
Balas

wir pada 9 Februari 2012 pukul 11:08 berkata:

Rate This
aluminium untuk baja tulangan, kayaknya nggak bisa ya, selain karakteristik
lelehnya kurang baik juga kelihatannya aluminium akan bereaksi secara negatif
dengan adukan beton. Tapi secara detail aku belum menyelidikinya.
tentang aluminium sendiri ini info yang aku dapat :
Pure aluminium is a weak material with little strength for structural engineering
applications. However, pure aluminium can be strengthened by alloying and
subsequent treatment. The most commonly used alloying elements are copper,
magnesium, manganese, lithium and zinc. Guidance on the aluminium alloy
designation can be found in the British Standards BS EN 573 for wrought
aluminium alloys and in BS EN 1780 for cast aluminium alloys.
5xxx series, magnesium alloys, EN- AW-5xxx
This NHT alloy has a good combination of high strength and excellent resistance
to corrosion. Its application is mainly in structural use and it has good weldability.
Tensile strengths can exceed 300 N/mm. Typical products are sheet, plate and
sheet- metal fabrications with uses for vessels, vehicles, ships and chemical plant.
6xxx series, magnesium silicon alloys, EN- AW-6xxx
Containing magnesium and silicon these alloys have good all-round properties i.e.
excellent extrudabtility, good resistance to corrosion
combined with high strength. Tensile strength is in the region of 300 N/mm^2
with a proof stress of 250 N/mm^2. This material is weaker than mild steel and
less ductile. This group includes the 6082 alloy which is widely used for building
structures.
7xxx series, zinc alloys, EN- AW-7xxx
This series of zinc alloys display the highest strength of aluminium alloys. In the
T6 condition it reaches a tensile strength of approximately 550580 N/mm. Its
mechanical properties are greatly improved compared to the 6xxx series alloys
and HAZ softening at welds is less severe than for 6xxx series alloy. But again
there are similar drawbacks to the 2xxx series such as: lesser resistance to
corrosion, unsuitability for arc welding, an extrudability less than that of the 6xxx

series and difculty in fabrication. Thus, the 7xxx, which is mainly used in
military or other specialised applications, requires a high degree of expertise to
produce it and greater experience is needed to fabricate it.
For structural design BS 8118, and the new Eurocode 9 give guidance if and what
protection of the material used is necessary and advised.
Reff: Ulrich Mller.(2011). Introduction to Structural Aluminium Design,
Whittles Publishing, Scotland, UK
Suka
Balas

41.

VEMBRI AFFIANO pada 9 Februari 2012 pukul 12:38 berkata:

Rate This
Yth. Bp. Wiryanto
Setelah membaca artikel diatas ada beberapa pertanyaan dimana untuk pemasangan
dowel pada longitudinal joint. Pertanyaan saya yaitu:
1. Pemasangan dowel tersebut dipasang pada jarak berapa?
2. Berbicara tentang di pasaran apakah material dowel tersebut dapat ditemui/dibeli
dimana?
3. Dowel berbahan material apa (maklum baru dengar ttg material ini)?
Kalau hal ini bisa mengatasi jalan-jalan yang rusak, saya akan mendesain dan mencoba
untuk aplikasi di lapangan. Demikian, terimakasih.
Suka
Balas

42.

Rizki pada 23 Februari 2012 pukul 01:25 berkata:

Rate This
Permisi Paksaya ingin bertnya
tugas akhir saya mengenai pengembangan model life cycle cost aset infrastruktur jalan
raya. Saya jur t.industri
berd. literatur yg saya baca konsep ini kebanyakan membandingkan antara aspal dgn
betonhasilnya beton selalu mmlki biaya minimum slm siklus hidupnya
namun stlah saya mencari infrmasi dilapangan trnyata kemampuan 2 jenis perkerasan ini
berbeda. Beton lebih cocok apabila jalan trsb dilalui oleh kendraan dgn muatan yg relatif
berat. Jadi menurut saya konsep life cycle cost tidak dapat diterapkan dalam pengambilan
keputusan jenis perkerasan jalan.
yang ingin saya tanyakan Pak, kira2 dalam hal yang bagaimanakah konsep life cycle cost
ini bisa diterapkan dalam infrastruktur jalan?
Mohon bantuannya Pak. Terima Kasih
Suka
Balas

43.

teguh pada 18 Maret 2012 pukul 20:59 berkata:

Rate This
hebaaaaaaaaaaaaaaaaat
Suka
Balas

44.

Andrew J Sihite pada 16 April 2012 pukul 23:16 berkata:

Rate This
salam pak wir, saya termasuk pengemar buku2 bapak thanx buat artikel2nya yg sangat
bermanfaat,,,
Suka
Balas

45.

angga rudi pada 27 April 2012 pukul 22:54 berkata:

Rate This
Makasih banget pak Wir,,, !!
atas semua informasinya ,,,
pengetahuan nya sangat bermanfaat dan membantu saya untuk menyelesaikan skrpsi saya
,,,
## matur Nuwon pak
Suka
Balas

46.

iwan pada 7 Mei 2012 pukul 22:23 berkata:

Rate This
Di Jakarta banyak dibuat jalan beton tanpa tulangan, dipakai slum rendah 3 cm 5 cm,
beton K 350, (dipakai sambungan dan dowel) dan tidak ada masalah.
Misalnya
jalan tol Cawang Tebet, tebal beton 30 cm
jalan Pondok Pinang Pejompongan, tebal beton 25 cm.
Suka
Balas

47.

Johanes Y pada 19 Juni 2012 pukul 08:57 berkata:

Rate This
Jalan beton juga cepat rusak selain asal-asalan dalam pelaksanaan juga karena
pencurian kuantitas. Disuatu tempat saya lihat lapis base/sub-base sengaja dibuat
cembung shg tepi terlihat sesuai dgn desain tapi tebal tengah tinggal setengahnya. Entah
pintar siapa di lapangan kontraktor apa konsultan pengawas
Suka
Balas

48.

farrah pada 9 Juli 2012 pukul 18:11 berkata:

Rate This
pak, saya mau nanya:
1. apa beda base coure A dan base Course B?
2. apa saja komposisi base course A dan base course B? split ukuran berapa?

3. untuk uji lab, berapa presentase masing-masing komposisiuntuk 1/2 dan 2/3 agar kurva
S tercapai?
4. berapa volume material yang perlu diambil sebagai benda tas lab, untuk base dan sub
base?
terimakasih sebelum nya pak..

Suka
Balas
49. Ping balik: my study | blitza85

50.

Trizno pada 19 Oktober 2012 pukul 10:44 berkata:

Rate This
Mau nanya Sistem penulangan dowell pak?
Suka
Balas

51.

benny mansjur pada 6 November 2012 pukul 09:55 berkata:

Rate This
Bagaimana dengan jalan beton yang tidak memakai sambungan tulangan baik logitudinal
maupun tulangan dowel.., karna untuk jalan di beberapa kabupaten yg menghubungkan
antar desa sudah menerapkan jalan beton namun tidak mamakai tulangan seperti yang
dijalaskan diatas.., hal pertimbangan dpuk setempat bahwa traffic tidak sebesar di kota,
dan jalan hanya lebar 4 M, sehingga dlm pelaksanaan tidak dipasang tulangan logitudinal
hanya pada pengecoran dilakukan segmentasi jarak per-5 M, dicut sedalam 0.25-0.30H
beton sebagai
Suka
Balas

samad pada 16 Desember 2012 pukul 17:01 berkata:

Rate This
tidak hanya jalan kabupaten pa ben.di jalan nasional juga skg lagi trend
khususnya utk pelebaran jalan dilakukan pengecoran beton utk menggantikan
Lapis pondasi agregat.dan di atasnya dilapisi dg aspal.bagaimana ini pa wir
dasar teorinya hal ini..apakah lebih efisien menggantikan lapis pondasi agregat
dg cor beton, tks
Suka
Balas

52.

Jun Harefa pada 27 Februari 2013 pukul 02:21 berkata:

Rate This
silahkan kunjungi kami, sapa tw bsa membantu anda
http://sipilworld.blogspot.com/
Suka
Balas

53.

deddy pada 11 April 2013 pukul 16:46 berkata:

Rate This
Sekarang ini banyak galangan kapal yang menggunakan perkerasan rigid seperti jalan
raya kalo di jalan raya menentukan tebal perkerasan berdasarkan data lalu lintas dan di
plotkan ke tabel/diagram /// kalo untuk digalangan kapal bgmana pak mohon
pencerahannya.

Suka
Balas
54. Ping balik: konstruksi lantai galangan kapal | The works of Wiryanto Dewobroto

55.

jack pada 16 April 2013 pukul 11:16 berkata:

Rate This
Selamat siang pak
Saya mau nanya, kami di perumahan mau urunan bangun jalan Panjang 100 m, lebar 6 m,
rencana menggunakan rigit tanpa tulangan yang perlu ditambahkan bahwa jalan
perumahan ini sudah ada sebelumnya (lapisan bawah) pakai sirtu dan asphalt lama tp sdh
rusak. Bila menggunkan Mutu K225 kira kira T=10 CM bisa gak pak atau amannya di
t=.???. mobil yg lewat cuma beban dibawah 3 Ton itupun tdk rutin. terima kasih atas
balasannya. atau kl bl ada saran mhn di balas.
Suka
Balas

56.

victor pada 13 Juli 2013 pukul 05:49 berkata:

Rate This
Terima kasih atas informasi dari Pak Wir dan rekan-rekan diskusi. Salam sukses buat
semuanya
Suka
Balas

57.

berra pada 29 Juli 2013 pukul 07:36 berkata:

Rate This
Pa boleh saya minta referensinya,saya mau jadiin tugas akhir
Suka
Balas

58.

Hasim Rifai pada 18 Agustus 2013 pukul 13:08 berkata:

Rate This
Selamat siang pak Wir .
Saya baru baca tulisan Bapak, saya setuju dengan Bapak. saya memang bukan ahli
konstruksi jalan tp sy orang lapangan Pak, sudah bekerja dibidang jalan mulai tahun 1985
an sampai saat ini dan sekarang kebetulan lg menangani pembuatan jalan beton di salah
satu perumahan di Banjarmasin. Saya kasih komentar umum aja pak, menurut sy Pak,
umumnya kerusakan jalan sering terjadi saat ini belum tentu akibat kesalahan disain
maupun pelaksanaan. tapi kebanyakan karena faktor sarana penunjangnya yg tidak
memadai. apalagi proyek pemerintah (proyek jalan), kebanyakan karena faktor
keterbatasan dana sehingga yang fokus ditangani hanya bagian perkerasanya saja
sementara sarana drainase (saluran dan gorong-gorong), bahu jalan sering diabaikan/tidak
terawat jadi jangan salahkan air kalau suka nongkrong dijalan dikala musim hujan. Dan
akibatnya . . . . disana sini jalan berlubang.
Oh. . . ya pak. mau tanya kalo jalan beton untuk beban sampai 60 ton dengan tebal beton
25 cm (mutu K-300) atau sebaiknya tebal berapa ? dan tulangan dowel dan tie bar
diameter brp ? dan jarak nya brp ? serta tulangan susut nya sebaiknya menggunakan
wiremesh diameter brp ? dan sebaiknya berapa lapis ?. Kondisi existing tanah rawa
gambut dengan urugan tanah tebal rata-rata 1,2 m + sub base dan base 15 cm. Terima
Kasih.
Suka
Balas

59.

Didi spd pada 27 September 2013 pukul 14:36 berkata:

Rate This

Kepada yth
Bpk/ibu
D tempat.
Bagi perusahaan yang bpak/ibu pimpin membutuhkan tenaga kerja saya selaku jasa
borong upah siap untuk membantu pelaksanakan pekerjaan dengan item yang saya kuasai
yaitu.
Pengecoran jalan rigid
Pemasangan saluran/pondasi/ u-dict
Pengaspalan
Pemasangan paving block
Pemasangan pager panel
Dll
Apabila bapak/ibu berminat menjalin kerja sama nya bisa hub nomer.
085280020095
Atas nama : didi spd
Trimakasih.
Suka
Balas

60.

Irfan pada 17 Desember 2013 pukul 05:45 berkata:

Rate This
Mohon petunjuk pak wir, crack terjadi akibat kembang susut bukan akibat beban.
Apakah jika jalan tersebut extrimnya tidak dilalui kendaraan sama sekali tetap saja pasti
terjadi crack? Mohn pencerahan ya.. Tks
Suka

Balas

wir pada 17 Desember 2013 pukul 08:10 berkata:

Rate This
Betul dik. Itu disebutnya sebagai pengaruh thermal. Tergantung dari kondisi
thermal yang diterima oleh struktur, jika merata maka mengembangnya juga
merata, arah longitudinal. Jika pada kondisi mengembang itu tidak ada yang
menahan (bebas) dan masih dalam batas tegangan tariknya maka tentu tidak akan
menimbulkan masalah, Itulah mengapa pada beton, yang lemah terhadap tarik,
maka diperlukan pemasangan tulangan baja terhadap susut.
Untuk suatu area yang luas, adalah sulit untuk mendapatkan kondisi mengembang
yang merata. Biasanya ada bagian yang mengalami panas terlebih dahulu
terhadap yang lain. Jika kondisi itu terjadi, maka bagian yang belum mengembang
akan menjadi restraint atau penahan. Pada kondisi tersebut akan timbul gayagaya internal yang mana jika tegangan tarik yang ditimbulkannya melampaui
tegangan ijinnya akan menimbulkan crack.
Untuk menghindari crack maka tentunya jika dipasang tulangan susut yang cukup
maka tentu tidak perlu dikuatirkan. Hanya saja, untuk struktur yang mempunyai
cakupan yang luas, seperti jalan beton, maka jika digunakan tulangan susut yang
banyak tentu akan mahal. Untuk mengantisipasi maka digunakan konsep
pavement (prinsip kerjanya seperti tegel) bukan seperti lantai gedung bertingkat.
Untuk itu, tiap jarak tertentu jalan betonnya di potong-potong sehingga punya
ruang bebas untuk berdeformasi. Adapun untuk mengatasi beban di atasnya, agar
struktur pavement tersebut bisa tetap menerus dipasangkanlah dowel di bagian
pinggirnya agar tetap menerus (ke dua pavement yang terpotong dapat bekerja
bersama).
Suka
Balas

61.

mirwansyah pada 23 Januari 2014 pukul 22:07 berkata:

Rate This
Terimakasih banyak Pak Wiryanto Dewobroto. Tulisan ini menjadikan saya lebih paham
ttg jalan dgn konstruksi beton.
Suka
Balas

62.

Achoels pada 4 Februari 2014 pukul 14:29 berkata:

Rate This
Reblogged this on Achoels and commented:
http://metro.news.viva.co.id/news/read/478238-dinas-putahun-ini-semua-jalan-dijakarta-pakai-beton
Drainase, boss Drainase.

Suka
Balas

63.

irwanhasanudin pada 19 Februari 2014 pukul 15:07 berkata:

Rate This
Salam Kenal Pak, saya mau tanya tentang mutu beton yang biasa digunakan untuk rigid
jalan tol? apakah ada ketentuan atau acuan yang bersangkutan untuk mutu beton yang
digunakan.
terimakasih banyak.
Suka
Balas

64.

lysna pada 22 Mei 2014 pukul 13:09 berkata:

Rate This

Kalau perkerasan rabat beton itu istilah bahasa inggrisnya apa ya pak?
Suka
Balas

65.

Colisa Silaban pada 6 Oktober 2014 pukul 22:43 berkata:

Rate This
minta tanggapannya Pak Wir : proyek beton jalan ada mengunakan paralon kecil, setelah
kering pembetonan (pengecoran) tersebut maka besi dowel akan dimasukkan ke paralon
tersebut, yg menjadi pertanyaannya apakah itu di sahkan atau kenakalan para proyek.
trims
Suka
Balas

66.

billy pada 7 Oktober 2014 pukul 22:05 berkata:

Rate This
Salam dan terima kasih untuk Pak Wir dan seluruh anggota blog, banyak informasi baik
dari sini.
Saya setuju dgn pernyataan bahwa kita perlu mengkaji problem teknik sipil dgn lebih
komprehensif dan bahkan terkait dgn hal-hal dan bidang ilmu lain.
Pak Wir dll benar bahwa jalan terlalu luas dan kompleks dan masing-masing pihak
melihat dari kacamatanya sendiri.
Kalo boleh share, selain yg disebutkan di atas, pemadatan dan penyiapan subgrade dan
curing pun perlu perhatian serius. Selain menggunakan dowell bar utk transverse joint
boleh dgn menambah tebal tepi rigid pavement atau menggunakan male-female joint yg
jadul :). Ada pakar pavement yg blg expansion joint lebih banyak masalah daripada
gunanya, ada usulan solusi dgn mengecor jalan saat suhu dianggap tertinggi, supaya tak
perlu exp joint. Shrinkage reinforcement bukan utk mencegah retak tapi menahan retak
agar tak menyebar (Pak Wir menjelaskan crack concrete dgn baik).
Apabila berfungsi sbg kantilever rasanya kebetulan bukan peruntukkan. Dan
penggunaan tul lentur kadang memang diperuntukkan dan menjadi advantage rigid
pavement tentu saja dgn konsekuensi biaya konstruksi tapi dgn harapan umur dan
performa yg lebih baik.
Sbg informasi di rigid pavement ada dowell bar utk transverse joint, tie bar utk
longitudinal joint, expansion joint agar ada ruang muai susut dan contraction joint dimana
plat beton sengaja dipotong atau crack buatan utk release thermal shrinkage stress atau
agar tidak crack nggak karuan.
Semoga bermanfaat dan Teknik Sipil Indonesia makin maju.
Suka
Balas

67.

billy pada 7 Oktober 2014 pukul 22:48 berkata:

Rate This
Nambah lagi boleh Pak Wir

Kalo ada yg tanya disain dudukan dowell, itu sama saja dgn spacer block atau kaki
ayam pada beton bertulang.
Salah satu ujung dowell bar memang didisain utk free movement, jadi kalo ada pipa
pendek yg sedikit lebih besar dari dowell bar dan diisi grease memang spt itu
peruntukkannya :).
Mengenai kerusakan joint seal yg berujung rusaknya jalan akibat pumping effect, itu
memang boleh dibenarkan.
Sbg org Teknik Sipil kita harus menyadari bahwa ciptaan Tuhan dikaruniai mekanisme
sendiri utk berkembang dan memperbaiki diri, tapi ciptaan manusia perlu perhatian dan
pemeliharaan dari penciptanya utk tetap survive dan berfungsi sesuai disain;
termasuklah joint seal dll.
GBU all.. Majulah Indonesia kita semua
Suka
Balas

68.

iwan pada 12 Oktober 2014 pukul 20:30 berkata:

Rate This
pak wir
untuk struktur yang cakupanya luasnya 20 m x 14m dengan menggunakan K 350 ,
gimana proses pengerjaannya ?
1. berapa luasan yang baik untuk tiap potongan ? apakah 4m x 5m atau apakah
memungkinakan tiap potongan ber ukuran 4m x 14 m ?

2. apakah tiap potongan bisa di kerjakan secara bersamaan dengan munggunakan tripleks
3mm sebagai pemisah antar potongan
mohon petunjuknya..?
Suka
Balas

69.

Nancy pada 6 November 2014 pukul 08:41 berkata:

Rate This
Pak Wir,
mohon juga pencerahan, saya ada pembuatan struktur RAMP atau landasan miring untuk
alat berat yaitu CRANE, saya sudah hitung structur nya dan aman, bagaimana dengan
Base nya? krn akan saya letakkan pada tanah asli yang cenderung lunak, luas tapak nya
6X1m untuk satu tapak, dia ada 2 tapak. kiri & kanan. apakah luas tapak dari ramp tsb,
cukup untuk menahan beban maksimum pada natural soil. konsen saya juga Pada kondisi
tanah min CBR berapa ramp ini tidak ambles. Struktur bisa kuat, tapi kalau ramp ambles
ke dalam tanah nanti alat yang mau naik ke low-buoy bisa terguling. Apakah perlu
dibagian bawah ramp ini dilapisi pelat agar luas tampangnya bertambah? mohon
pencerahannya pak.sy mau share gambar tapi gak bisa pak wir
Suka
Balas

wir pada 7 November 2014 pukul 05:00 berkata:

Rate This
Hallo Nancy,
Meskipun sudah punya hitungan di atas kertas, tapi saya bisa merasakan adanya
kekuatiran akan desain anda. Jika itu terjadi maka langkah berikutnya adalah
mencari jawab akan kekuatiran tersebut. Bertanya kepada saya merupakan suatu
upaya, tetapi saya yakin tidak merubah hasil, hanya sekedar terhibur sesaat.
Langkah yang tepat adalah melakukan uji test bagian tanah yang menjadi sumber
kekuatiran tersebut. Tetapi jika itu dianggap mahal, atau tidak praktis karena
posisi tanah bisa berubah-rubah, maka satu-satunya jalan antisipasilah dengan
faktor keamanan yang lebih tinggi. Seperti misalnya, di bawah landasan dipasang
pelat baja yang cukup besar, sehingga ketika dianggap ada gaya reaksi maka dapat
disebarkan ke tanah dengan tegangan tanah yang relatif kecil, misal P/A < 0.5
kg/cm2. Nah itu misalnya, suatu nilai yang dianggap cukup konservatif.
Anggapan tersebut dicoba diaplikasikan di lapangan, dicoba, jika tidak terbukti
kekuatiran yang dimaksud terjadi, maka bisa dipertahankan, mungkin bisa
dikurangi lagi, tetapi jika kurang, revisi lagi. Ini teknik namanya trial-and-error.
Suatu strategi engineering tanpa ilmu yang tinggi, cukup dengan ilmu titen,
memperhatikan dan menduga, terbukti atau tidak, jika tidak sesuai , revisi lagi,
begitu seterusnya. Semoga bisa menjawab.
Suka
Balas

70.

deris pada 2 Desember 2014 pukul 19:03 berkata:

Rate This
untuk rigid K350 besar slump yang pas itu brapa ya pak,boleh kah slump 6?
Suka
Balas

71.

sudarmono pada 28 Januari 2015 pukul 12:45 berkata:

Rate This
pak gambar gaya tegangan distribusi beban pada perkerasan kaku dan fleksibel dalam
bentuk 1 dimensi dengan beban di lambangkan (p) garis vertikan, sketsa gambarnya
seperti apa pak..
Mohon penjelasan dan contoh gambar sketsanya di link di email saya pak
[email protected].. terimakasih sebelumnya.
Suka
Balas

72.

PRAS pada 18 Februari 2015 pukul 09:09 berkata:

Rate This
PAK WIR KALO KONSTRUKSI BETON TULANGAN UNTUK KE PERTANIAN
BAGUSNYA KONSTRUKSI SEPERTI APA
Suka
Balas

73.

syahru pada 14 Maret 2015 pukul 23:10 berkata:

Rate This
Kalo Mau Belajar jadi pengusaha pembangun jalan raya Belajar magang Dari siapa
yaa.thk salam dahsyat
Suka
Balas

74.

Afret Nobel, ST pada 8 April 2015 pukul 22:41 berkata:

Rate This
Saya pernah belajar hal yang paling prinsip dari jalan, yaitu jangan sampai tergenang air
maka jalan akan awet.
Suka
Balas

75.

Machrus pada 11 April 2015 pukul 10:34 berkata:

Rate This
pak wir. di tabel SNI untuk beton mutu K 125 menampilkan koefisien bahan semen
(ukuran 50 kg) 5,520 untuk pasir 0, 591 untuk kris 0,749. air 0,250 tapi ketika
dipraktekken kenapa tidak mencapai 1 m3.
Suka
Balas

76.

handokoaji pada 18 April 2015 pukul 22:31 berkata:

Rate This
Salam pak wir
Menarik sekali artikelnya, saya bukan orang sipil tapi saya konstruksi mesin. Sebenarnya
secara logika apa yang pak wir sampaikan, menurut saya sudah sangat diterima akal dan
teknis. Beton bertugas menahan gaya tekan, Sementara besi menahan gaya tarik juga
lentur. Agar gaya tarik/lentur berkurang maka lakukan pemadatan tanah dengan baik.
sehingga kebutuhan besi juga berkurang. Kalo dihitung lebih hemat melakukan
pemadatan tanah. Ketimbang harus menambah besi untuk gaya lentur. Saya juga seorang
QS. Saya kaget melihat sebuah perencanaan membuat gambar konstruksi jalan
menggunakan tulangan dia. 25, eeee kualitas betonnya K250. Maka saya penasaran
searching di google ketemu deh artikel ini. Mudah sebenarnya memahami nya. Terima
kasih pak wiryanto.
Suka
Balas

wir pada 19 April 2015 pukul 04:59 berkata:

Rate This
@Handoko Aji,
Terima kasih atas apresiasinya pak. Jika Bapak mudah memahami artikel sipil di
atas, maka kelihatannya Bapak perlu juga membaca tulisan saya tentang Struktur

Baja. Itu saya kira lebih dekat ke orang konstruksi mesin. Lebih seru lagi lho pak,
mungkin ini bisa menjadi yang pertama kali orang Indonesia menulis setebal apa
yang saya buat. Jika tertarik langsung di :
https://wiryanto.wordpress.com/2015/04/18/buku-struktur-baja-nya-telah-jadi/
Suka
Balas

77.

handokoaji pada 21 April 2015 pukul 23:21 berkata:

Rate This
Saya harus memilikinya, memang sesuai dengan ilmu yang saya geluti, banyak orang
terkecoh dengan kata mesin. Konst mesin mempeljari statika dan dinamika. Saya agak
kesulitan memahami bukunya William t. Segui steel design, tapi itu juga bukunya
bagus sekali mengenai design baja. Mudah-mudahan bukunya pak wir ini, saya jadi lebih
mudah untuk memahami. Trims
Suka
Balas

78.

ardi winata pada 6 Oktober 2015 pukul 12:01 berkata:

Rate This
mohon bantuannya pak wirr
apa alasan yang tepat mengapa kita menggunakan tulangan baja diameter 39 untuk dowel
terima kasih
Suka
Balas

79.

griffe pada 7 Januari 2016 pukul 14:52 berkata:

Rate This
Salam sejahtera
Saya sangat terbantu dengan buku-buku bapak, susah sekali mancari buku yang
menjelaskan prinsip2 tidak hanya rumusan saja, buku struktur baja bapak kualitas kertas
bagus, tapi berat sekali pak, saya suka baca sambil pergi , apakah bisa ada versi
digitalnya
Saya ingin menanyakan untuk posisi pelat beton terhadap balok, yang biasa posisi pelat
ada di atas balok
Apabila posisi pelat diletakkan di tengah atau bagian bawah balok, bagaimana pengaruh
terhadap kekuatan balok beton?
Pelat difungsikan untuk menahan berat air

Thanks
Suka
Balas

wir pada 7 Januari 2016 pukul 18:02 berkata:

Rate This
Posisi pelat di bagian bawah balok, maka [1] balok tidak bisa memanfaatkan
luasan pelat sebagai elemen desak, sehingga jumlah tulangan tarik perlu dicheck
untuk menghindari penampang overreinforced; [2] jika posisi pelat terlalu bawah,
maka perlu dicheck distribusi gaya pelat ke balok, yang biasanya cukup
mengandalkan kapasitas tumpu maka bisa-bisa perlu tulangan tarik untuk
menumpu pelat tersebut. Logikanya, jika di atas balok, maka pelat cukup
diletakkan maka sudah stabil, jika ekstrim di bawah maka perlu pengangkuran ke
balok agar pelat masih bisa bertahan (tidak jatuh).
Suka
Balas

80.

Reza Pradana Soesilo pada 27 Januari 2016 pukul 16:00 berkata:

Rate This
Assalamu alaikum Pak wir.
Saya ingin menanyakan, untuk jenis tanah berlempung itu lebih baik menggunakan rigid
pavement atau flexible pavement ya?
Suka
Balas

81.

Reza Pradana Soesilo pada 27 Januari 2016 pukul 16:08 berkata:

Rate This
Assalamu alaikum Pak.
Saya mau menanyakan, untuk kondisi tanah lempung, itu sebaiknya menggunakan
perkerasan kaku atau fleksibel ya?
Terimakasih.
Suka
Balas

82.

Bayu pada 14 Oktober 2016 pukul 00:22 berkata:

Rate This
Mohon izin penawaran untuk pembaca Pak Wir,
Barangkali ada diantara pembaca butuh informasi tambahan mengenai Produk Joint
Sealent Asphaltic Plug mengisi celah sambungan perkerasan.
http://aspalsealent.wixsite.com/asphalticplug
http://joint-sealent-aspal.blogspot.co.id/
Produk Sarjana Indonesia dan telah lulus uji Lab PU serta telah diaplikasikan pada jalan
Tol Cipularang dengan keunggulan harga kompetitif dan kualitas terjamin.
Thanks & Regards
[email protected]
Suka
Balas

83.

Bambang Archcane pada 15 Oktober 2016 pukul 09:38 berkata:

Rate This

Baik infonya buat referensi di daerah.

Anda mungkin juga menyukai