Pembuatan Biodiesel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK CURAH

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat membuat biodiesek dari minyak curah.
2. Menganalisa kualitas produk yang dihasilkan.
3. Membedakan proses esterifikasi dan trans-esterifikasi pada pembuatan
biodiesel.

II.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan:
- Gelas kimia
- Corong pemisah
- Spatula
- Hot plate
- Neraca analitik
- Pipet ukur
- Bola karet
- Gelas ukur
- Termometer
- Stirrer
- Kaca arloji
- Pengaduk
- Erlenmeyer
- Biuret
- Pipet tetes
- Viskometer
- Piknometer
- Flash point tester

III.

Bahan yang digunakan


- Minyak curah
- KOH
- Metanol
- Aquadest

DASAR TEORI
Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif
bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti

minyak sayur atau lemak hewan. Senyawa utamanya adalah ester. Ester
mempunyai rumus bangun sebagai berikut :

Gambar 1. Rumus bangun ester


Biodiesel dapat dibuat dari transesterifikasi asam lemak. Asam lemak
dari minyak lemak nabati direaksikan dengan alkohol menghasilkan ester dan
produk samping berupa gliserin yang juga bernilai ekonomis cukup tinggi.
Biodiesel telah banyak digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar.
Bahan baku biodiesel yang dikembangkan bergantung pada sumber daya
alam yang dimiliki suatu negara, minyak kanola di Jerman dan Austria,
minyak kedelei di Amerika Serikat, minyak sawit di Malaysia, dan minyak
kelapa di Filipina Indonesia mempunyai banyak sekali tanaman penghasil
minyak lemak nabati, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar,
jarak, nyamplung, dan lain-lain.
Biodiesel merupakan monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai
panjang yang terkandung dalam minyak nabati/hewani untuk digunakan
sebagai alternatif yang tepat untuk bahan bakar yang terdiri dari metil ester
hasil trans-esterifikasi baik dari trialkil gliserida atau esterifikasi dari asam
lemak bebas.
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang
berbeda-beda sesuai dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman
dengan ALB tinggi, dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan
transesterifikasi. Sedangkan untuk minyak tanaman yang kandungan asam
lemak rendah dilakukan proses transesterifikasi. Proses esterifikasi dan
transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam lemak bebas dan trigliserida
dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi


ester. Esterifikasi mereaksikan lemak dengan alkohol.
RCOOH + CH3OH RCOOH3 + H2O
Asam lemak

Metanol

Metil Ester

Air

Transesterifikasi (alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida


menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol dengan produk samping
gliserol.

Faktor faktor yang mempengaruhi esterifikasi antara lain :

Waktu retensi
Pengadukan
Katalisator, biasanya katalisator memiliki berat 1-4% massa
Suhu reaksi

Tabel 1. Standar/Parameter Biodiesel


Standar Biodiesel
Karakteristik
(Menurut ASTM 06751)
Viskositas

1,9 5 mm3/s

Densitas

0,815 0,875 kg/l

Kadar ALB

0,74%

Kadar Air

max. 0,05 (% vol)

Flash Point

min. 130oC

Pour Point

8oC

Tabel 2. spesifikasi sifat fisika biodiesel dari minyak goreng segar,


minyak goreng bekas dan diesel (fosil)

Terdapat empat cara dalam pembuatan biodiesel yaitu, pencampuran


langsung minyak nabati dengan solar, mikroemulsi, termal cracking, dan
transesterifikasi. Teknologi proses yang digunakan dalam percobaan ini adalah
proses transesterifikasi. Transesterifikasi dilakukan terhadap minyak nabati
atau lemak hewan untuk menghasilkan biodiesel dan gliserol. Proses
transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini hal hal
yang mempengaruhi reaksi serta perolehan biodiesel melalui transesterifikasi
adalah (Freedman,1984):
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengaruh air dan asam lemak bebas


Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan minyak nabati
Pengaruh jenis alkohol
Pengaruh jenis katalis
Metanolisis Crude dan Refined Minyak nabati
Pengaruh temperatur

Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa


adanyakatalis, produk biodiesel yang diperoleh dapat mencapai maksimum,
tetapi reaksiya berjalan lambat (Mittlebatch,2004). Proses transesterifikasi
dapat menggunakan asam atau basa. Katalis yang paling banyak digunakan
adalah katalis basa seperti NaOH atau KOH karena dapat mempercepat reaksi.
Pada percobaan ini digunakan KOH sebagai katalis. Perbandingan antara
methanol : minyak dalam perbandingan molar adalah 4 : 1 dan 6 : 1. Pada
pembuatan biodiesel (metil ester) terdapat beberapa tahap pengerjan yaitu :
Penentuan jumlah katalis
Pembuatan katalis (sodium metoksida)
Reaksi Transesterifikasi
Pemisahan biodiesel dari gliserin
Pencucian (penetralan) dan pengeringan
Pengujian sifat fisik : densitas, viskositas, nilai kalor pembakaran dan
uji pembakaran.

Keunggulan Biodiesel :
1. Bilangan setana tinggi, yakni ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar
sifat antiknocking dalam ruang bakar pada saat solar dibakar,
2. Titik kilat tinggi, yakni temperatur terendah yang dapat menyebabkan uap
biodiesel dapat menyala, sehingga biodiesel lebih aman dari bahaya
kebakaran pada saat disimpan maupun pada saat didistribusikan dari pada
solar
3. Tidak mengandung sulfur dan benzen yang karsinogen serta dapat
diuraikan secara alami,
4. Mempunyai sifat lubrikasi mesin yang lebih baik dari pada solar,

5. Emisi pembakaran biodiesel lebih ramah lingkungan, yakni hasil


pembakaran lebih sempurna dari pada solar dan tidak menghasilkan gas
bakar yang bersifat karsinogenik,
6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai
komposisi Oleh karena itu, tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
7. Dapat mengurangi asap hitam dari gas buang mesin diesel secara
signifikan walaupun penambahan hanya 5%-10% volum biodiesel
kedalam solar.

Diagram Alir Proses Trans-esterifikasi

Proses Pencucian
Biodiesel yang diperoleh masih mengandung residu, antara lain sisa
katalis, soap stock (sisa sabun), methanol yang tidak bereaksi, dan sisa gliserol
yang tidak terpisah setelah pemisahan awal dengan corong pemisah.
Metode pencucian :
a. Water washing
1. Stir washing
Pencucian biodiesel menggunakan air yang disertai pengadukan
Mencampurkan air dengan biodiesel sehingga impurities terlepas
dari biodiesel dan larut dalam air
2. Bubble washing

Pencucian

dihasilkan oleh pompa aerator.


Gelembung udara timbul melalui air menuju biodiesel dilapisan

biodiesel

menggunakan

gelembung

udara

yang

atas membawa pula air di sekitarnya yang berfungsi mencuci


biodiesel di sekitar gelembung
b. Dry washing
Tidak membutuhkan air, melainkan adsorben untuk menyerap

impurities dalam biodiesel


Adsorben yang digunakan antara lain magnesium silica, zeolit, dan
resin

Pencucian biodiesel dilakukan dengan penambahan air hangat 60C


dengan volume yang sama dengan berat biodiesel yang dihasilkan, kemudian
diaduk diatas hot plate pada kecepatan 300 rpm. Setelah itu dilakukan
pemisahan air dengan bioethanol. Proses pencucian dilakukan berulang kali
(3-4 kali) hingga air pencucian berwarna bening. Kemudian biodiesel kembali
dipanaskan pada suhu 105C selama 2 jam untuk menghilangkan air yang
masih terperangkap dalam biodiesel, setelah hasil biodiesel ditimbang.
IV.

V.

LANGKAH KERJA

Pembuatan Bidiesel
1. Perbandingan metanol 15% massa sample dan KOH 1% massa.
2. Mencampurkan metanol dan KOH.
3. Memanaskan sampai 70 dan diaduk dengan kecepatan 300
rpm.
4. Memasukkan campuran metanol dan KOH sedikit demi sedikit,
memanaskan campuran tersebutpada suhu 60 selama 1 jam.
5. Memasukkan campuran tersebut ke dalam corong pemisah sampai
terbentuk 2 lapisan.
6. Memcuci larutan ester dengan air panas pada suhu 70 dengan
volume 50% dari volume biodiesel.
7. Memisahkan campuran ester dan air.
8. Mendiamkannya selama 1 jam .
9. Mengukur jumlah biodiesel dan gliserol yang didapat.

Analisa biodiesel
1. Pengujian pH
- Menyiapkan kertas lakmus (pH meter).
- Memasukkan sampel biodiesel ke dalam geas kimia.
- Mencelupkan kertas lakmus ke dalam biodiesel.
- Mencocokkan kertas lakmus/pH meter dengan indikator pH.
2. Pengujian densitas
- Menimbang berat piknometer kosong.
- Menimbang berat piknometer+air (pada suhu 20 ).
- Menghitung volume piknometer.
- Menimbang piknometer+biodiesel.
- Menghitung berat biodiesel.
- Menghhitung densitas biodiesel.

VI.

DATA PENGAMATAN

Pembuatan Biodiesel
1. Variasi 1 (3:1)
Massa minyak curah
Massa metanol
Massa KOH

= 250 gr
= 30 gr
= 2,5 gr

No.
1.

2.

Perlakuan
Pengadukan minyak curah

Pengamatan
Minyak berwarna kuning

dengan kecepatan 300 rpm,

cerah.

suhu 70 .
Minyak berwarna kuning
Mencampur metanol dan KOH

3.

keruh.

pada suhu 60 sambi


terus diaduk selama 1 jam.
Campuran dimasukkan dalam

Terbentuk dua lapisan:


- Bagian atas = biodiesel
- Bagian bawah = gliserol

corong pisah dan didiamkan.


2. Variasi 2 ( 1:1)
Massa minyak curah
Massa metanol
Massa KOH

No.
1.

2.

= 250 gr
= 10 gr
= 2,5 gr

Perlakuan
Pengadukan minyak curah

Pengamatan
Minyak berwarna kuning

dengan kecepatan 300 rpm,

cerah.

suhu 70 .
Minyak berwarna kuning
Mencampur metanol dan KOH

3.

cerah.

pada suhu 60 sambi


terus diaduk selama 1 jam.
Campuran dimasukkan dalam
corong pisah dan didiamkan.

3. Variasi 3 (5:1)
Massa minyak curah
Massa metanol
Massa KOH

= 250 gr
= 50 gr
= 2,5 gr

Tidak terbentuk dua lapisan.


Hanya ada 1 lapisan berwarna
kuning kecoklatan.

No.
1.

2.

Perlakuan
Pengadukan minyak curah

Pengamatan
Minyak berwarna kuning

dengan kecepatan 300 rpm,

cerah.

suhu 70 .
Minyak berwarna kuning
Mencampur metanol dan KOH

keruh.

pada suhu 60 sambi

3.

terus diaduk selama 1 jam.


Campuran dimasukkan dalam

Terbentuk dua lapisan:


- Bagian atas = biodiesel
- Bagian bawah = gliserol

corong pisah dan didiamkan.


4. Variasi 4 (1:2)
Massa minyak curah
Massa metanol
Massa KOH
No.
1.

2.

= 250 gr
= 5 gr
= 2,5 gr

Perlakuan
Pengadukan minyak curah

Pengamatan
Minyak berwarna kuning

dengan kecepatan 300 rpm,

cerah.

suhu 70 .
Minyak berwarna kuning
Mencampur metanol dan KOH

keruh.

pada suhu 60 sambi

3.

Tidak terbentuk dua lapisan,

terus diaduk selama 1 jam.

etapi terdapat gumpalan-

Campuran dimasukkan dalam

gumpalan.

corong pisah dan didiamkan.

Produk
Variasi
(1) 3:1

Minyak
(gr)
250

Metanol
(gr)
30

Biodiesel
(ml)
245

Gliserol
(ml)
41,5

(2) 1:1

250

10

(3) 5:1

250

60

246

31

(4) 1:2

250

Analisa Biodiesel
Variasi

Parameter nilai kalor


(kJ/kg)
39,449

pH

(1) 3:1

Densitas
(gr/ml)
0,8485

(3) 5:1

0,8842

41,170

% Konversi
Variasi 1 (3:1)
massa biodiesel
= massaaminyak curah 100
=

245
100
250

= 98%

Variasi 3 (5:1)
massa biodiesel
= massaaminyak curah 100
=

246
100
250

= 98,4%

% Kesalahan
Variasi 1 (3:1)
teori praktek
100
=
teori
=

247245
100
247

= 0,8%

Variasi 3 (5:1)
teori praktek
100
=
teori

=
VII.
VIII.

247,6246
100
247,6

= 0,64%
PERHITUNGAN

IX.

ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu mengenai pembuatan
biodiesel dari minyak curah dimana biodiesel itu merupakan bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan, idak mempunyai efek terhadap kesehatan
yang dapat dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dan dapat
menurunkan emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel. Sebuah proses
dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi
ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati
proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sisat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dan minyak bumi, dan dapat
menggantiannya dengan banyak kasus. Namun, biodiesel lebih sering
digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan
bakardiesel petrol murni ultra rendah belerang yang renddah pelumas.
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan
alkohol membentuk metil ester asam lemak (FAME) dan gliserol sebagai
produk sampping. Persamaan umum reaksi transesterifikasi ditunjukkan
seperti di bawah ini:

R1, R2, R3 adalah rantai karbon asam lemak jenuh maupunasam lemak tak
jenuh. Dalam penggunaannya, miyak mengalami perubahan kimia akibat
oksidasi dan hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
minyak tersebut. Melalui proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai
menjadi senyawa-senyawa lain, salah satunya asam lemak. Kandungan asam
lemak bebas inilah yang kemudian akan diesterifikasi dengan metanol untuk
mengasilkan

biodiesel.

Sedangkan

kandungan

trigliseridanya

ditranssterifikasi dengan metanol, yang jiga menghasilkan biodiesel dan


gliserol.
Pada percobaan yang telah dilakukan, ada 4 variasi perbandingan
antara metanol dan minyak yang digunakan yaiu, 3:1, 1:1, 5:1, dan 1:2.
Percobaan yang berhasil adalah pada variasi perbandingan 3:1 dan 5:1.
Pembuatan biodiesel ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pertama
suhu, dimana kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur
reaksi. Pada percobaan reaksi dijalankan pada suhu 60

pada tekanan

atmosfe. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan enaikan


temperatur. Kemudian waktu reaksi, dimana semakin lama waktu reaksi
maka semakin banyak produk yang dihasilkan karena iini akan memberikan
kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun setelah
kesetimbangan tercapai, tambahan tambahan waktu reaksi tidak akan
mempengaruhi reaksi. Pada percobaan yang telah dilakukan igunkan KOH
sebagai katalis. KOH terseebut berrfungsi untuk menurunkan energi aktivasi
sehingga kecepatan reaksi menjadi lebih tinggi pada suatu kondisi tertentu.
Semakin banyak katalis maka energi aktivasi suatu reaksi akan semakin
kecil, akibatnya produk akan semakin banyak terbentuk. Faktor selanjutnya
adalah

pengadukan.

Pada

reaksi

transesterifikasi

reaktan

awalnya

membentuk sistim cairan dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi antara
fase-fase yang berlangsung lambat. Seiring dengan terbentuknya metil ester
ia bertindak sebagai pelarut tunggal yang dipakai bersama oleh reaktan dan
sistim dengan fase tunggalpun terbentuk. Dampak pengadukan ini sangat
signifikan selama reaksi. Setelah sistim tunggal terbentuk maka pengadukan
menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi.
Pengaddukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi
yang bagus. Pengadukan yang teapt akan mengurangi hambatan antar
massa. Pada percobaan ini pengadukan dilakukan pada 300 rpm.
Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan biodiesel untuk
ariasi 3:1 sebanyak 245 ml dan gliserol sebanyak 41,5 ml sedangkan untuk
variasi 5:1 didapatkan biodiesel sebanyak 246 ml dan gliserol sebanyak 31

ml. Dari data tersebut, diketahui bahwa variasi perbandingan 5:1


menghasilkan biodiesel paling banyak.
Pada produk biodiesel yang dihasilkan dilakukan analisa berupa
densitas, nilai kalor dan pH untuk memastian apakah biodiesel tersebut
secara umum dengan membandingkannya terhadap SNI biodiesel. Pada
SNI, range densitas biodiesel adalah 0,86-0,89 gr/ml. Densitas addalah
massa jenis yaitu pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin
tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Densitas merupakan salah satu parameter yang menentukan
kualitas dari biodiesel

yang diihasilkan. Pada biodiesel variasi 3:1

didapatkan densitas sebesar 0,8458 gr/ml dan untuk variasi 5:1 didapatkan
densitas sebesar 0,8842gr/m. Ini berarti biodiesel yang dihasilkaan cukup
baikkarena densitasnya masuk dalam range SNI biodiesel.
Berdasarkan teori diketahui nilai kalor untuk biodiesel dengan
densitas 0,8458 gr/ml sebesar 79,449 kj/g dan biodiesel dengan densitas
0,8842 gr/ml memiliki nilai kalor sebesar 41,170 kj/g. Nilai kalor adalah
energi kalor yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar dengan terjadinya
reaksi atau proses pembakaran. Nilai kalor digunakan untuk mengetahui
panas yang dapat dihasilkan oleh biodiesel sebagai bahan bakar. Semakin
tinggi nilai kalor yang dihasilkan oleh biodiesel maka semakin baik mutu
dan kualitasnya. Nilai kalor juga dipengaruhi oleh besarnya kadar air yang
ada dalam biodiesel. Dari perhitungan didapatkan % konversi biodiesel
untuk variasi 3:1 sebesar 98% dan variasi 5:1 sebesar 98,4%. Dan untuk %
kesalahan variasi 3:1 adalah 0,8% dan variasi 5:1 sebesar 0,64%.
X.

XI.

KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan, tidak mempunyai efek terhadaap kesehatan yang dapat
dipakai sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dapat menurunkan

emisi bila dibandingkan dengan minyak diesel.


Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi antara trigliserida dengan
alkohol (biasanya metanol) membentuk metil ester asam lemak

(FAME) dan gliserol sebagai produk samping.


Faktor yang mempengaruhi proses transesterifikasi adalah:
1. Suhu
2. Waaktu reaksi
3. Katalis
4. Pengadukan
5. Perbandingan reaktan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat :
Variasi 3:1
- Biodiesel = 245 ml
- Gliserol
= 41,5 ml
- Densitas
= 0,8458 gr/ml
- Nilai kalor = 39,449 kj/gr
- pH
=7
Variasi 5:1
- Biodiesel = 246 ml
- Gliserol
= 31 ml
- Densitas
= 0,8842 gr/ml
- Nilai kalor = 41,170 kj/gr
- pH
=7

DAFTAR PUSTAKA
Zurohaina.2016.Penuntun Praktikum Teknologi Biomassa. Palembang:POLSRI.
Desmafiani, Gita.2013.Artikel Pengertian Biodiesel.(Online)
Athief, Kurnia.2015.Laporan Biodiesel. (Online). (Cicaktulen.blogspot.co.id.2015
/02/Laporan-biodiesel.10.html)
https://www.academia.edu/8817687/laporan-biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai