Konveksi Paksa Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah menciptakan alam seisinya
dan juga manusia dengan segala kebudayaannya dialah Tuhan yang telah memberikan
berbagai kemampuan dan intelektual kepada manusia untuk berkembang pola pikirnya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas dari matakuliah Perpindahan
Panas dan juga untuk menambah pengetahuan kita mengenai konsep perpindahan panas
konveksi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini terutama kepada Ir. Aida Syarief,M.T selaku dosen
pembimbing mata kuliah Perpindahan Panas.
. Semoga apa yang diberikan bisa bermanfaat bagi kita semua dan dicatat sebagai
amal ibadah oleh Allah SWT.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan.
Penulis berharap mudah mudahan proposal ini dapat berguna, khususnya bagi
mahasiswa jurusan Teknik Kimia program studi Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya,
dan seluruh mahasiswa yang membutuhkan lainnya.

Palembang, September 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang ......................................................................................................... 3

1.2

Permasalahan ........................................................................................................... 4

1.3

Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1

Tinjauan Pustaka..................................................................................................... 5

2.2

Laju Perpindahan Kalor.......................................................................................... 7

2.3

Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh............................................................ 10

2.3.1

Bilangan Reynold................................................................................................ 11

2.3.2

Bilangan Prandtl ................................................................................................ 12

2.3.3

Bilangan Nusselt ................................................................................................ 12

BAB III APLIKASI


3.

Aplikasi Perpindahan Panas...................................................................................... 18

BAB IV SOAL DAN PEMBAHASAN


4.1

Soal dan Pembahasan .................................................................... 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 22
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG
Perpindahan panas merupakan ilmu untuk mempelajari perpindahan energi
dalam bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau
material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan perpindahan
panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan panas. Maka ilmu
perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk mempelajari laju perpindahan panas
yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu.
Mekanisme perpindahan kalor dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Perpindahan panas secara konduksi
2. Perpindahan panas secara konveksi
3. Perpindahan panas secara radiasi
Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena
permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini
struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan
sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan
keseirnbangan termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu permukaan
bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan
adalah T dan suhu udara sekeliling adalah Ts dengan Tl>T2. Kini terdapat keadaan
suhu tidak seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya.
Proses perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah perpindahan kalor yang terjadi
secara alami atau pergerakan fluida yang terjadi akibat perbedaan massa jenis, contoh:
pemanasan air.
Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi dengan sengaja (dipaksakan), atau
disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer contoh:
pada sistem pendingin mesin mobil.
Sesuai dengan hukum Newton tentang pendinginan, diperlukan suatu harga
koefisien perpindahan panas konveksi (h). Harga h = k/, dimana k adalah
3

konduktivitas termal dan adalah ketebalan selaput fluida (film). Ketebalan selaput
fluida tergantung pada jenis aliran fluida dan aliran ini dipengaruhi oleh bilangan
Reynold.
Besarnya konveksi tergantung pada:
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada:

2.

a)

viscositas fluida

b)

kecepatan fluida

c)

perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida

d)

kapasitas panas fluida

e)

rapat massa fluida

f)

bentuk permukaan kontak

PERMASALAHAN
Dalam makalah ini ada beberapa point point yang menjadi pokok permasalahan
dalam perpindahan panas mengenai konveksi paksa yaitu :
a. Bagaimana mekanisme terjadinya perpindahan panas konveksi?
b. Bagaimana bilangan aliran fluida di dalam pipa?
c. Bagaimana aplikasi konveksi paksa dalam industri?

3.

TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai
perpindahan panas secara konveksi paksa didalam proses perpindahan panas, sehingga
pada akhirnya mahasiswa akan mampu :
1.
Menjelaskan mekanisme terjadinya perpindahan panas konveksi.
2.
Menjelaskan bilangan aliran fluida di dalam pipa
3.
Menghitung panas konveksi dan film koefisien pada aliran fluida
4.
Menghitung friksi aliran fluida di dalam pipa

BAB II
4

TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Pustaka
Konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikelpartikelnya. Perpindahan ini merupakan aliran panas yang melalui fluida (cair atau
gas) yang bergerak. Jadi konveksi dapat diartikan sebagai proses perpindahan kalor
dari satu bagian fluida kebagian lain fluida oleh pergerakan fluida itu sendiri.

Gambar 1. Skema Perpindahan Panas Konveksi


Proses perpindahan kalor secara konveksi dibedakan menjadi dua yaitu
konveksi alamiah dan konveksi paksa. Konveksi alamiah adalah perpindahan kalor
yang terjadi secara alami atau pergerakan fluida yang terjadi akibat perbedaan massa
jenis, contoh: pemanasan air. Bagian fluida yang menerima kalor/dipanasi memuai
dan massa jenisnya menjadi lebih kecil, sehingga bergerak ke atas. Kemudian
tempatnya akan digantikan oleh bagian fluida dingin yang jatuh ke bawah karena
massanya jenisnya lebih besar. Pada pemanasan air, massa jenis air yang dipanasi
mengecil sehingga air yang panas naik digantikan air yang massa jenisnya lebih besar.
Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi dengan sengaja (dipaksakan), atau
disebabkan oleh gaya dari luar, seperti kipas, pompa, atau angin di atmosfer contoh:
pada sistem pendingin mesin mobil.

Gambar 2. Skema konveksi paksa


Contoh peristiwa konveksi diantaranya:
(1).Lampu minyak dan sirkulasi udara diruang tamu
(2).Cerobong asap pabrik dan cerobong asap dapur
(3). Terjadinya angin darat maupun angin laut
Dalam mempelajari dasar konveksi dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 3. Konveksi paksa pada aliran fluida dalam pipa

Pipa di atas mengalami konveksi paksa pada bagian dalam dan luar pipa. Pada
bagian dalam pipa mengalir fluida panas dan pada bagian luar mengalir fluida dingin.
Tahanan pada bagian dalam adalah Ri dan luar Ro sedangkan temperature bagian
6

dalam dinyatakan dengan Tp dan diluar pipa Tw. Dalam keadaan steady, panas yang
terjadi :

q=

Ai ( Titp ) Ao ( tw )
=
Ri
Ro

Ti adalah temperature fluida panas didalam dan to adalah temperature fluida


dingin. Dengan mengganti symbol tahanan dengan hi dan ho, maka:
q = hi. Ai. to
kebalikan dari tahanan perpindahan panas memiliki dimensi :
Btu/(hr)(ft2)(fo dari beda tekanan) dan disebut individual film
coefisient.
2. Laju Perpindahan kalor

Untuk menyatakan laju perpindahan panas dinyatakan sebagai fluks kalor.


Perhitungannya didasarkan atas luas perpindahan panas sehingga fluks kalor
didefenisikan sebagai laju perpindahan panas persatuan luas dengan satuan Btu / jam s
atau Watt / m2 atas dasar luas bidang tempat berlangsung-nya aliran kalor.
Selanjutnya, fluks kalor dihubungkan dengan perbedaan temperature yang
ditentukan melalui koefisien perpindahan panas konveksi (konduktans konveksi) h
yang didefenisikan sebagai berikut :
q
h T
A

Tw > T

q = - h A (Tw- T
7

Keterangan :
q

= laju perpindahan panas (Kj/det atau W)

= koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 . oC)

A = luas permukaan(ft2 atau m2)


Tw = temperatur dinding (oC,oF, K)

T = temperatur sekeliling (oC,oF, K)


Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika,
sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif ( + ). Jika h dan

t diketahui, maka

q
A

dapat dihitung. A merupakan luasan dan ada beberapa rumus

untuk luasan yaitu :


a. Pada plat datar (A = P x L)
b. Pada silinder (Ar = 2rL)
Untuk sebuah tahanan termal dalam peristiwa konveksi didefinisikan sebagai
berikut :

R=

1
h

Dimana :
R = tahanan termal konvektif
h = konduktan konvektif

Tabel Nilai Kira - Kira Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi

Koefisien pindah panas digunakan dalam perhitungan pindah panas konveksi


atau perubahan fase antara cair dan padat. Koefisien pindah panas dimanfaatkan
dalam ilmu termodinamika dan mekanika serta teknik kimia.

h=

Q
A T dimana :

= panas yang masuk atau panas yang keluar, W

= koefisien pindah panas, W/(m2K)

= luas permukaan pindah panas, m2

= perbedaan temperatur antara permukaan padat dengan luas permukaan

kontak dengan fluida, K

Dari

persamaan

di atas, koefisien

pindah

panas

adalah

koefisien

proporsionalitas antara fluks panas, Q/(A delta t), dan perbedaan temperatur, T, yang
menjadi penggerak utama perpindahan panas.
Satuan SI dari koefisien pindah panas adalah watt per meter persegi-kelvin ,
W/(m2K). Koefisien pindah panas berkebalikan dengan insulasi termal.
Pada kasus pindah panas pada pipa yang melingkar, fluks panas bergantung
pada diameter dalam dan diameter luar dari pipa, atau tebalnya. Namun jika tebal pipa
sangat tipis jika dibandingkan dengan diameter dalamnya, maka perhitungannya:
hwall =

k
x

di maka k adalah konduktivitas termal dari material dinding dan x adalah ketebalan
dinding. Penggunaan asumsi ini bukan berarti mengasumsikan bahwa ketebalan
dinding diabaikan, namun diasumsikan bahwa perpindahan panas adalah linier pada
satu garis, tidak tersebar dari satu titik di pusat pipa ke segala arah penampang
melintang pipa.
Jika asumsi di atas tidak berlaku, maka koefisien pindah panas dapat dihitung dengan
menggunakan:
hwall =

2k
d i ln ( do /di ) di mana di adalah diameter dalam dan do adalah diameter luar.

3. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh


Hubungan fluks kalor dengan gaya pendorong ialah sebanding. Dalam aliran
kalor gaya dorong adalah Th-Tc. Th adalah temperature rata-rata untuk fluida panas
dan Tc adalah temperature rata-rata untuk fluida dingin, sehingga hubungan tersebut
dapat didefinisikan sebagai berikut:
q
U (Th Tc ) U .T
A

10

Keterangan:

q
A

= fluks kalor

U = koefisien perpindahan panas menyeluruh


Th = temperature rata-rata fluida panas
Tc = temperature rata-rata fluida dingin

t = perbedaan temperatur

Panas yang dipindahkan pada peristiwa konveksi dapat berupa panas laten dan
panas sensible. Panas laten adalah panas yang menyertai proses perubahan fasa,
sedang panas sensible adalah panas yang berkaitan dengan kenaikan atau penurunan
temperatur tanpa perubahan fasa.
Rumus Empiris untuk aliran dalam pipa/tabung
q
m, Cp
Aliran
1
Tb1

2
Tb2

Besarnya perpindahan kalor yang terjadi pada suatu penampang/saluran yang


berbentuk pipa/tabung dapat dinyatakan dengan beda suhu limbak (bulk temperature):
q = m.Cp(Tb2 Tb1) = h.A(Tw Tb)
m = .Um.A
Rumusan konveksi paksa erat hubungannya dengan angka Reynolds (Re), Prandtl
(Pr), Nusselt (Nu). Ketiga bilangan ini membentuk persamaan:
Nud = C . Redm . Prn
Ket :

= Bilangan Nusselt
= Bilangan Reynold
= Bilangan Prandtl
= 0,4 (Pemanasan)
0,3 (Pendinginan)
Dimana C, m, dan n adalah konstanta yang harus ditentukan dari percobaan.

11

Nud
Red
Pr
n

1. Bilangan Reynold
Bilangan tak berdimensi yang mengukur rasio gaya inersia dari fluida dengan
viskositas. Digunakan untuk menentukan kriteria aliran laminar dan turbulen.
R e d=

m d

Ket:

Red
m

= bilangan Reynold
= laju aliran udara (m/s)
= massa jenis (kg/m3)
= diameter (m)
= viskositas fluida (kg/m.s)

Batasan:
-

Aliran Laminar (Re 2300)


Aliran Turbulen (Re 2300) [1].

2. Bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl merupakan bilangan yang digunakan sebagai perbandingan
viskositas kinematik fluida terhadap difusivitas termal fluida.
c p .
v

k
a
Pr = =
Dimana:
v = viskositas kinematik
a = difusivitas termal (m2/s)
= viskositas dinamik (kg/m.s)
Cp = koefisien panas gas (kJ/kg.C) [6].
Untuk aliran dalam pipa, seperti halnya aliran melewati plat datar profil kecepatan
serupa dengan profil suhu untuk fluida yang mempunyai bilangan Prandtl satu.

3. Bilangan Nusselt
a. Aliran laminar berkembang penuh
1
3

D
Nu d=1,86 (d x Pr)
L
Batasan
Ket:

Red.Pr

( )( )

D
>10
L

Nud= bilangan Nusselt


= viskositas dinamik (kg/m.s)
w= viskositas dinding (kg/m.s)
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m) [6].

b. Aliran turbulen berkembang penuh


12

1
3

1
3

Berdasar Sneider & Tate:


1

Nud=0,027 d0,8 Pr 3

0,14

( )

Ket: Nud = bilangan Nusselt


= viskositas dinamik (kg/m.s)
w= viskositas dinding (kg/m.s) [1].
c. Aliran turbulen berkembang penuh pada tabung licin
Nud = 0,023. Red0,8.Prn
Batasan :
n = 0,4 (Pemanasan)
n = 0,3 (Pendingin)
0,6 < Pr < 100 (untuk aliran turbulen yang tidak berkembang sepenuhnya didalam
tabung licin dan dengan beda suhu moderat antara dinding fluida) [6].

Perpindahan panas dengan konveksi di dalam aliran laminar membahas 3


macam perpindahan panas:
1. Perpindahan Panas Aliran Laminar ke Pelat Rata

Gambar 4. Perpindahan panas aliran laminar ke pelat datar


Kecepatan fluida yang mendatangi plat, dan pada tepi lapisan batas , serta diluar
lapisan batas OA adalah Vo.
Suhu fluida yang mendatangi plat, dan pada tepi lapisan batas termal, serta diluar
lapisan batas termal OB adalah T

Sifat-sifat fluida berikut ini adalah konstan dan tidak bergantung pada suhu : densitas

, konduktivitas k, kalor spesifik cp, dan viskositas

Hubungan persamaan untuk kondisi diatas:

13

hx . X

0,332
3

xo

3/ 4

(1)

Keterangan:

.3

Cp Vo .
.
k

(2)

(3)

hx

= konduktif konvektif pada arah x

= jarak dari tepi depan

= konduktivitas termal

xo

= jarak antara lapisan hidrodinamik dengan lapisan termal

(1)

= dikenal sebagai angka Nusselt (NNu,x)

(2)

= dikenal sebagai angka Prandtl (NPr)

(3)

= dikenal sebagai angka Reynolds (NRe,x)

Bila pelat dipanaskan secara keseluruhan dan xo=0, maka penyusunan kembali
persamaan tersebut:

0,332 N Pr . N Re, x
NNu,x =

2. Perpindahan Panas Aliran Laminar didalam tabung

Gambar 5. Perpindahan panas aliran laminar didalam tabung


Hubungan persamaannya adalah:
14

N FO

.tT
4k .tT
4kL

2
2
r m Cp. .D
Cp. .D 2 .V

Keterangan:

NFO

= angka Fourier

rm

= jari-jari tabung (m, cm, ft)

tT

= total waktu pemanasan dan pendinginan (sekon, menit, jam)

= diameter tabung (m, cm, ft)

= kecepatan fluida (m/s, ft/s)

= panjang lintasan tabung (m, ft )

Hubungan Angka Fourier dengan Angka Graetz dan Angka Pecklet


* Angka Graetz
O

N Gz

m Cp

kL

Keterangan:

dimana:

VD 2
4

NGz = angka Graetz


o

= laju aliran massa

*Angka Pecklet

N Pe N Re .N Pr

=
Keterangan:
15

D.V . Cp

.V .Cp.D D.V
k

.Cp

= defasivitas termal

NPe = angka Peclet

Jadi, hubungan ketiga angka tersebut adalah:


N Gz

N Pe
4L
N Fo

3. Perpindahan Panas Aliran Berkembang Penuh


Distribusi temperatur didefinisikan sebagai berikut:
Tw Tb
0,81904.e 3,65 / NGz 0,09760.e 22,31 / N Gz 0,01896.e 53 / N Gz .....
Tw Ta

Koefisien perpindahan panas individual (hi) ialah nilai rata-rata di sepanjang pipa itu
dan untuk kasus dimana suhu dinding konstan, dihitung sebagai berikut:
O

m Cp(Tb Ta ) mCp Tw Ta
hi

ln

D.L Tw Tb
D.L TL

TL

Tw Ta (Tw Tb)
Tw Ta

Tw Tb

ln

Dimana
Keterangan:

Tw = temperature dinding
Tb = temperature keluar
Ta = temperature masuk

Perpindahan panas dengan konveksi di dalam aliran turbulen


Persamaan empirik
Hubungan empirik untuk tabung dengan menggunakan persamaan SIEDER-STATE:

16

DG
hi.D

0,023
k

N Nu 0,023 N Re
Keterangan:

0 ,8

0 ,8

Cp.

.w

0 ,14

atau

N Pr 13 v 0,14

G = kecepatan massa fluida

= pada Tw
= faktor korelasi viskositas

Untuk mencari nilai


pada temperatur Tw).
Untuk Pemanasan : Tw = T +

harus dicari terlebih dahulu Tw(karena

adalah harga

Ti

Untuk Pendinginan:

Tw = T - Ti

1
hi

T
1 Di

ho
hi Do

Ti
tabung.

ho adalah perpindahan panas individu pada permukaan

Perbedaan konveksi alamiah dengan konveksi paksa

17

BAB III
APLIKASI PERPINDAHAN PANAS
Contoh konveksi Paksa:
1.

Sistem suplai air panas


Prinsip kerja : Air panas di dalam ketel naik ke bagian atas tangki penyimpan. Air
dingin di dalam tangki utama kemudian turun menuju ke ketel untuk dipanaskan.
Tangki utama dihubungkan ke suplai air dingin oleh katup yang dikendalikan oleh
pelampung. Jika ketinggian air di dalam tangki utama berada di bawah ketinggian
minimum tertentu, maka pelampung akan membuka katup suplai air. Pipa luapan
berfungsi mengalirkan luapan air panas yang dihasilkan ke dalam tangki utama.

18

Gambar 6. konveksi air dalam suplai air panas


2. Lemari es
Prinsip kerja : Udara dingin pada kompartemen pendingin bergerak ke bawah, dan
tempatnya digantikan oleh udara hangat yang naik dari bagian bawah dan didinginkan
oleh pipa-pipa pendingin. Pergerakan udara ini menghasilkan arus konveksi alamiah
udara. Arus konveksi udara ini akan mendinginkan semua makanan yang disimpan di
dalam lemari es.

Gambar 7. Sistem konveksi udara pada lemari es


BAB IV
SOAL DAN PEMBAHASAN
Soal 1. Udara dingin pada temperatur 10C dipaksakan melalui plat tipis yang memiliki
temperatur 40C. Koefisien perpindahan kalor (h) = 30 W/(m2. C).Tentukan laju aliran dari
plat ke udara melalui plat dengan luas permukaan A = 2 m2.
Penyelesaian
Diberikan: Tf = 10C, Tw = 40C, dan h = 30 W/(m2.C).

19

Kemudian aliran kalor yang melalui luasan A = 2 m2 menjadi:

Soal 2.
Udara atmosfir pada temperatur 10C melaju dengan kecepatan

m/s

melalui

tabung

berdiameter luar (outside diameter = OD) 1 cm dan panjang 5 m dimana bagian permukaan
dipertahankan pada temperature 110C, sebagaimana di ilustrasikan pada gambar dibawah.
Tentukan laju aliran kalor dari permukaan tabung ke udara atmosfir.
Penyelesaian:

Perpindahan kalor pada luasan A yang berada di bagian permukaan luar tabung
A = p.D.L
= p x 0,01 m x 5 m
= 0,05 p = 0,157 m2
Untuk konveksi paksa yang melewati diameter tabung D = 0,01 m dengan Vm = 5 m/s,
koefisien perpindahan kalor diantara permukaan luar dengan udara atmosfir seperti
20

ditunjukkan dalam table 1.1 dimana h = 85 W/(m2.C). Persamaan 1.3 digunakan untuk
menghitung fluks kalor, diketahui Tf = 10 C, Tw = 110C, dan h = 85 W/
(m2.C), sehingga q diperoleh dengan :
q = h (Tw - Tf)
= 85 W/(m2.C) x (110 - 10) C = 8500 W/m2

Laju aliran kalor yang melewati A = 0,05 p m2 menjadi :


Q = q.A
= 8500 W/m2 x 0,05 p m2
= 1335,18 W = 1,335 kW

BAB V
KESIMPULAN
Perpindahan panas konveksi merupakan perpindahaan energi dari benda-benda
padat dan fluida yang bergerak. Besarnya konveksi tergantung pada:
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada:

21

a)

viscositas fluida

b)

kecepatan fluida

c)

perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida

d)

kapasitas panas fluida

e)

rapat massa fluida

f)

Re

bentuk permukaan kontak

.U m d

Konveksi paksa adalah konveksi yang terjadi dengan sengaja

(dipaksakan). Konveksi paksa dapat terjadi dalam aliran laminer dan turbulen. Untuk
mengetahui apakah alirannya laminar atau turbulen

pada konveksi paksa maka

dibutuhkan bilangan Reynold

Konveksi paksa tanpa perubahan fase di dalam aliran laminer dapat terjadi pada 3 jenis,
yaitu:
1. Pada pelat rata atau datar
2. Pada tabung
3. Pada aliran berkembang

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Koefisien_pindah_panas
http://elektindo.com/link/aplikasi-konveksi-paksa
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19614/4/Chapter%20II.pdf
http://canbelajar.blogspot.com/2011/03/konveksi-alamiah-vs-konveksi-paksa.html
http://www.scribd.com/doc/50259128/7/Konveksi-Paksa
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090507010213AAFOK5G
http://www.4shared.com/office/1orrTxi6/perpindahan_panas_konveksi_pak.html
http://tekim.undip.ac.id/images/download/PERPINDAHAN_PANAS.pdf
22

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=menghitung%20panas%20konveksi
%20dan%20%20film%20koefisien%20pada%20aliran
%20fluida&source=web&cd=3&ved=0CDkQFjAC&url=http://radiks.files.wordpres
s.com/2010/09/tugas-otk-ii-kelompok-6-perpindahanpanas.docx&ei=QxtjT4LzFYyqrAel0v28Bw&usg=AFQjCNFeIRgfuC1NQi8orL48Yhg
drMvv5g
http://www.scribd.com/doc/49015811/tgas-papp
http://rezdy.blogsome.com/2008/12/06/konveksi/
http://fisikaxh3.blogspot.com/2008/03/konveksi-kegiatan-68-hal-138.html

23

Anda mungkin juga menyukai