Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin
Isolasi Dan Identifikasi Senyawa Tanin
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman
tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Salah satu keanekaragaman
hayati yang terdapat di Indonesia adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Belimbing wuluh tumbuh hampir di seluruh daerah, namun belum dibudidayakan
secara khusus (Abdul, 2008).
Tanaman belimbing wuluh dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari. Bagian yang dapat digunakan diantaranya bunga, buah, daun dan batangnya.
Bunga belimbing wuluh digunakan sebagai obat batuk dan sariawan. Buah
belimbing wuluh selain digunakan sebagai bumbu masak juga dapat digunakan
sebagai obat menurunkan tekanan darah tinggi, gusi berdarah, jerawat dan batuk.
Daun belimbing wuluh selain digunakan sebagai penyedap rasa juga dapat
digunakan sebagai obat batuk, obat kompres pada sakit gondokan dan obat
rematik, antidiare, sedangkan batang belimbing wuluh dapat digunakan sebagai
obat sakit perut (Atang, 2009). Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang
dapat dimanfaatkan sebagai obat adalah tanin.
D. PROSEDUR
1. Penyiapan contoh
Serbuk daun belimbing wuluh ditimbang sebanyak 50 gram kemudian
direndam dengan 400 mL pelarut aseton : air (7:3) dengan penambahan 3 mL
asam askorbat 10 mM. Ekstrak tanin dipekatkan dengan menggunakan vakum
rotary evaporator dan pemanasan di atas waterbath pada suhu 40-50 C. Cairan
hasil ekstrak kemudian diekstraksi dengan kloroform (4x25 mL) menggunakan
corong pisah sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan
dan lapisan air 1 (atas) diekstraksi dengan etil asetat (1x25 mL) dan terbentuk 2
lapisan. Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2 (bawah)
dipekatkan dengan vacum rotary evaporator.
2. Pemisahan Senyawa Tanin
a. KLT Analitik
Pada pemisahan dengan KLT analitik digunakan plat silika G 60 F254 yang
sudah diaktifkan dengan pemanasan dalam oven pada suhu 100 C selama 10
(Nuraini, 2002), etil asetat : metanol : asam asetat (6:14:1) dengan pendeteksi
aluminium klorida 5 % (Olivina, 2005), n-butanol : asam asetat : air (4:1:5)
(Sudarwanti, 2004), metanol : etil asetat (4:1) dengan pendeteksi AlCl 3 1 %
(Lidyawati, 2006), etil asetat : kloroform : asam asetat 10 % (15:5:2). Setelah
gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi dihentikan. Noda yang
terbentuk masing-masing diukur harga Rf nya, selanjutnya dengan memperhatikan
bentuk noda pada berbagai larutan pengembang ditentukan perbandingan larutan
pengembang yang paling baik untuk keperluan preparatif. Noda yang terbentuk
diperiksa dengan lampu UV-Vis pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.
b. KLT Preparatif
Pada pemisahan dengan KLT preparatif digunakan plat silika G 60 F 254
dengan ukuran 10 cm x 20 cm. Ekstrak pekat hasil ekstraksi dilarutkan dengan
aseton-air, kemudian ditotolkan sepanjang plat pada jarak 1 cm dari garis bawah
dan 1 cm dari garis tepi. Selanjutnya dielusi dengan menggunakan eluen n-butanol
: asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang memberikan pemisahan terbaik pada KLT
analitik. Setelah gerakan larutan pengembang sampai pada garis batas, elusi
dihentikan. Noda yang terbentuk masing-masing diukur harga Rf nya. Noda-noda
diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm.
3. Identifikasi Senyawa Tanin
a. Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Vis
Isolat-isolat yang diperoleh dari hasil KLT preparatif, dilarutkan dengan
aseton : air dan disentrifuge kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis
merk Shimadzu. Masing-masing isolat sebanyak 2 mL dimasukkan dalam kuvet
dan diamati spektrumnya pada bilangan gelombang 200-800 nm.
Identifikasi dilanjutkan dengan penambahan pereaksi geser NaOH 2 M,
AlCl3 5 %, AlCl3 5 %/HCl, NaOAc, NaOAc/H3BO3. Kemudian diamati
pergeseran puncak serapannya. Tahapan kerja penggunaan pereaksi geser adalah
sebagai berikut:
a. Isolat yang dapat diamati pada panjang gelombang 200-800 nm, direkam dan
dicatat spektrum yang dihasilkan.
b. Isolat dari tahap 1 ditambah 3 tetes NaOH 2 M kemudian dikocok hingga
homogen dan diamati spektrum yang dihasilkan. Sampel didiamkan selama 5
menit dan diamati spectrum yang dihasilkan.
c. Isolat dari tahap 1 kemudian ditambah 6 tetes pereaksi AlCl 3 5 % dalam
metanol kemudian dicampur hingga homogen dan diamati spektrumnya. Sampel
ditambah denga 3 tetes HCl kemudian dicampur hingga homogen dan diamati
spektrumnya.
d. Isolat dari tahap 1 ditambah serbuk natrium asetat kurang lebih 250 mg.
Campuran dikocok sampai homogen menggunakan fortex dan diamati lagi
spektrumnya. Selanjutnya larutan ini ditambah asam borat kurang lebih 150 mg
dikocok sampai homogen dan diamati spektrumnya.
b. Identifikasi Gugus fungsi Senyawa Tanin dengan Spektrofotometer FT-IR
Isolat hasil KLT preparatif yang diduga senyawa tanin diidentifikasi dengan
menggunakan spektrofotometer FTIR. 0,2 g pelet KBr ditambahkan dengan satu