BAB II Psa
BAB II Psa
BAB II Psa
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Polimer
Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari satuan berulang sederhana.
Nama ini diturunkan dari bahasa Yunani yaitu poly yang berarti banyak dan meros
yang berarti bagian atau satuan. Satuan berulang tersebut dikenal sebagai
monomer yang merupakan bahan dasar dari pembuatan polimer sehingga unit
berulang dari suatu polimer biasanya berasal dari monomer yang sama, namun
tidak menutup kemungkinan polimer terbentuk dari dua jenis monomer atau
Secara garis besar polimer dapat didefinisikan sebagai senyawa yang berbobot
molekul sederhana atau monomer secara kovalen atau polimerisasi (Cowd, 1991).
Ukuran polimer dinyatakan dengan istilah derajat polimerisasi (DP) yaitu jumlah
total dari satuan unit berulang dalam suatu rantai polimer. Berdasarkan jumlah
fasanya.
Polimer alam atau biopolimer merupakan polimer yang terbentuk melalui proses
alam. Contoh dari polimer ini yaitu, karet alam, wol, sutera, protein dan
polisakarida (pati, selulosa dan kitosan) (Cowd, 1991). Selain itu, semua dari
Polimer sintetik atau polimer buatan merupakan polimer yang biasanya dibuat
oleh pabrik melalui reaksi kimia dan tidak terdapat dialam. Plastik (polietilen,
Polimer adisi merupakan suatu polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi
pemutusan ikatan rangkap dari monomer yang memiliki ikatan rangkap serta
Polimerisasi jenis ini biasanya terjadi karena adanya suatu radikal bebas atau ion
Pada tahap inisiasi terbentuk pusat aktif oleh sutu inisiator. Secara iradiasi,
inisiasinya ialah radikal yang diperoleh dari proses iradiasi polimer induk.
Pada tahap propagasi pusat aktif berinteraksi dengan monomer secara adisi
RM2• + M RM3•
Pada tahap terakhir yaitu terminasi, terjadinya titik pemberhentian seluruh proses
polimerisasi. Dua rantai polimer yang tumbuh dan mempunyai radikal pada tiap
polimer yang terjadi antara gugus fungsi dari monomer-monomer yang sama atau
monomer yang berbeda membentuk molekul besar yang baru dan melepaskan
kondensasi yang dipaparkan oleh F.W Bilmeyer pada tahun 1984 dapat dilihat
pada tabel 1.
akan mencair/melunak dan setelah dalam keadaan dingin maka polimer jenis ini
Polimer termoset merupakan jenis polimer yang tidak mengikuti perubahan suhu.
Bila sekali pengerasan telah terjadi maka polimer jenis ini tidak dapat
jenis ini pun tidak dapat larut oleh pelarut tertentu karena adanya pengikatan
silang (struktur tiga dimensi). Contoh polimer termoset adalah bakelit, silikon,
Polimer linear merupakan polimer yang tersusun dengan satuan berulang yang
berikatan satu sama lainya membentuk rantai polimer yang panjang dan lurus.
Polimer jaringan atau tiga dimensi ini terbentuk karena beberapa rantai polimer
berikatan satu sama lain pada rantai utamanya. Apabila sambung silang (cross-
linking) terjadi ke berbagai arah maka akan membentuk tiga dimensi yang
disebut polimer jaringan. Jika derajat sambung silang (cross-link) cukup tinggi
maka polimer dapat menjadi kaku, titik leleh tinggi dan keras (Cowd, 1991).
Fasa amorf, bergantung pada suhu dan strukturnya, polimer amorf memberikan
perbedaan yang besar dalam sifat fisik dan pola perilaku mekaniknya. Selain itu
polimer amorf tidak akan memberikan pola kristalin pada X-ray Diffraction. Pada
suhu yang rendah polimer amorf bersifat glassy, keras dan rapuh. Dan ketika
transition glass (Tg) ditentukan ketika suhu dimana polimer menjadi semakin
lunak (rubber) yang disebabkan oleh serangan kalor. Model fasa amorf disajikan
pada Gambar 4.
12
Fasa kristalin, keadaan kristalin suatu polimer dapat ditentukan dengan X-ray
Diffraction dan menghadirkan keadaan transisi yang disebut transisi leleh (Tm).
Polimer kristalin dalam jumlah besar (bulk) biasanya tidak pernah sepenuhnya
dalam keadaan kristalin yang disebabkan karena rantainya yang panjang. Jika
suatu polimer memiliki fasa kristalin biasanya suhu transisi lelehnya lebih besar
dari pada suhu transition glass. Pada dasarnya pengembangan akan kristalinitas
suatu polimer bergantung pada keteraturan struktur dari polimer tersebut. Jadi
polimer maka dapat dikatakan polimer tersebut memiliki fasa kristalin namun
apabila suatu polimer memiliki struktur ataktik maka polimer tersebut memiliki
Nanosains merupakan salah satu dari banyak penelitian yang sangat penting
dalam bidang ilmu pengetahuan modern saat ini. Pada saat ini pengembangan
yang mampu memproduksi atau menciptakan suatu materi berukuran nano. Pada
umumnya suatu material dapat dinyatakan dalam skala nano apabila mempunyai
rentang ukuran dari 1 hingga 100 nm. Namun beberapa dari ilmuwan menyatakan
terobosan bagi perancang formula seperti ilmuwan dan ahli kimia untuk
mengatasi pengembangan produk obat yang sukar larut dalam air (Lee et al,
2008).
Material berukuran nanometer memiliki sejumlah sifat fisika dan kimia yang lebih
memberikan keuntungan besar karena ukuran dan sifat fisikokimia mereka yang
14
begitu unik dan tidak dimiliki oleh material berukuran besar. Beberapa dari sifat
Terdapat dua poin utama yang menjadikan nanopartikel memiliki sifat-sifat yang
berbeda dari material besarnya. Pertama, karena ukurannya yang sangat kecil,
nanopartikel memiliki nilai perbandingan yang besar antara luas permukaan dan
mempunyai ukuran nanometer maka hukum fisika kuantum sangat berlaku dalam
hal ini. Adapun beberapa sifat-sifat yang berubah pada partikel berukuran nano
dengan angka perbandingan luas permukaan dan volume memiliki perubahan sifat
seperti titik leleh, titik didih dan reaktivitas kimia dari partikel berukuran nano.
(Abdullah, 2008 ).
Muller dan Keck (2004) menjelaskan, bahwa ada beberapa syarat yang harus
sebanyak mungkin atau bersifat universal, memberikan hasil yang stabil secara
fisik, diformulasikan dengan bahan tambahan yang inert dan telah disetujui oleh
15
badan regulasi, dapat dilakukan dalam skala besar dan prosedur produksi
Secara garis besar terdapat dua metode dalam mensintesis partikel berukuran nano
yakni metode top down dan bottom up. Proses sintesis dengan metode top down
merupakan proses yang tidak melibatkan reaksi kimia. Proses yang terjadi yaitu
memecah partikel besar menjadi partikel berukuran nano. Metode yang termasuk
dalam top down antara lain mechanical milling, repeated quenching dan
berukuran nanometer. Metode yang termasuk dalam bottom up antara lain yaitu
wet chemical (sol gel dan presipitasi), aerosol based process, chemical vapour
synthesis.
Dari metode-metode tersebut, ada tiga metode utama yang paling sering
, PCA. Beberapa contoh dari teknik ini antara lain metode penguapan pelarut
Metode penguapan pelarut, dalam metode ini polimer dilarutkan dalam sebuah
pelarut organik diklorometana, kloroform atau etil asetat yang mana dapat
digunakan juga sebagai pelarut bagian hidrofobik pada obat. Campuran dari
polimer dan larutan obat kemudian diemulsikan dalam sebuah larutan encer
(O/W) atau water in oil (W/O). Setelah membentuk emulsi yang stabil pelarut
tipe dan konsentrasi dari stabiliser, laju kecepatan pengadukan, dan kosentrasi
dari polimer tersebut. Disisi lain, untuk mendapatkan ukuran partikel yang
lebih kecil, dapat juga diikuti dengan pengadukan yang cepat serta
ultrasonikasi.
penguapan pelarut. Dalam metode ini, pelarut yang larut dalam air bersamaan
dengan pelarut organik digunakan sebagai fasa minyak. Oleh karena difusi
spontan dari pergolakan antarmuka pelarut yang dibentuk antara dua fasa
pelarut yang larut dalam air tinggi maka pengurangan ukuran partikel akan
didapatkan.
2. Polymerization method
dan surfaktan yang ikut dalam proses polimerisasi dan mensuspensi ulang
partikel dalam surfaktan isotonik. Teknik ini telah dilaporkan untuk membuat
3. Ionic gelation
metode gelasi ionik. Metode ini melibatkan dua fasa cair, dimana salah
satunya ialah larutan polimer kitosan, sebuah kopolimer diblok seperti etilen
oksida atau propilen oksida dan polianion natrium tripoliposfat disisi lainnya.
Pada metode ini, gugus amino yang bermuatan positif dari kitosan berinteraksi
merupakan salah satu dari tiga polisakarida yang paling berlimpah di alam. Kitin
berada dalam urutan kedua setelah selulosa sebagai senyawa organik yang
berlimpah di bumi. Kitosan dikenal sebagai kitin yang terlarut, yang merupakan
18
produk alami dari proses deasetilasi kitin. Kitin diperkirakan diproduksi setiap
Biasanya, kitin diekstrak dari kulit kelompok crustacean seperti udang, kepiting,
dan cumi-cumi yang didapatkan dari limbah industri makanan. Kitin sendiri
mempuyai keunggulan seperti dapat terdegradasi secara alam, tidak beracun dan
Reaksi pada kitosan dianggap lebih serbaguna dibandingkan dengan selulosa. Hal
ini dikarenakan adanya kehadiran gugus NH2 pada kitosan. Fungsionalitas dari
reaksi dengan aldehid/keton (Schiff base), grafting, reaksi khelat logam, untuk
beracun, tidak beralergi dan biodegradable terhadap berbagai produk (Pillai et al,
2009 ).
kelarutan dan sifat reologi kitosan itu sendiri.. Umumnya kitosan yang
mempunyai berat molekul dan derajat asetilasi yang rendah mempunyai kelarutan
dan kecepatan degradasi yang luar biasa baik dibandingkan dengan kitosan
Tahapan proses sintesis kitosan, deasetilasi kitin dan struktur kitosan berturut-
Kitosan hanya dapat larut dalam larutan encer pada beberapa asam yang memiliki
pH dibawah pH 6 seperti asam asetat, asam format dan asam laktat. Kelarutan
kitosan meningkat seiring dengan rendahnya nilai pH. Hal ini karena pada pH
rendah gugus amino dari kitosan mendapatkan donor proton dari asam. Pada
kondisi ini, muatan permukaan kitosan positif yang dapat membuat kitosan
berinteraksi dengan muatan permukaan negatif. Namun jika kondisi pH lebih dari
6 maka gugus amine dari kitosan akan terdeprotonasi dan kehilangan muatannya
dengan kitin, hal ini dikarenakan adanya kehadiran gugus amino (NH2) pada
posisi C-2, sehingga membuat kitosan memiliki nilai pKa dalam rentang 6,2-7.
Oleh karena itu, kitosan memiliki beberapa sifat-sifat kimia seperti memilki gugus
amino yang reaktif, merupakan poliamina berantai lurus, memiliki gugus hidroksil
yang reaktif, dan dapat mengkhelat ion-ion logam transisi. Sedangkan sifat-sifat
biologi yang dimiliki kitosan ialah biokompatibel, aman dan tidak beracun,
berbagai bidang seperti bidang kedokteran, perlakuan dalam limbah air, kosmetik,
serat (berguna sebagai benang pembedahan, pembalut luka dan lain-lain). Kitosan
dari kitosan memampukan kitosan untuk melekat kuat pada serat dan mencegah
mampu mencegah pakaian dari bau busuk yang disebabkan oleh bakteri
(Chattopadhyay, 2010).
D. Nanopartikel Kitosan
Kitosan yang merupakan senyawa polimer turunan hasil dari deasetilasi kitin telah
berat molekul dan viskositas yang cukup tinggi pada kitosan, memberikan
dibatasi oleh berat molekulnya yang tinggi dan kelarutannya yang rendah dalam
kitosan dengan cara mengikat (linkaged) senyawa posfat, sulfat, sianat dan agen
22
lainnya, serta mendegradasi kitosan yang mempunyai berat molekul yang tinggi
menjadi kitosan dengan berat molekul yang rendah. Kitosan dengan berat molekul
yang rendah telah banyak dipreparasi oleh peneliti dengan cara depolimerisasi
Kitosan dengan berat molekul yang rendah memiliki keunggulan dalam hal
Hal ini yang menjadi aspek pertimbangan dalam mensintesis kitosan berukuran
fisika, mekanik dan kimia dari kitosan yang sebelumnya. Sifat–sifat tersebut
yang istimewa dalam desain dan teknik pada sistem penghantaran obat secara
secara berkelanjutan, baik dalam obat yang bersifat hidrofilik maupun hidrofobik.
Nanopartikel kitosan dapat dipreparasi dengan tiga metode antara lain metode
(K2S2O8) sebagai inisiator atau dengan radiasi sinar gamma (irradiation). Ukuran
partikel kitosan secara umum bergantung pada berat molekul dari kitosan yang
pembentukan ukuran partikel yang lebih kecil. Dalam ukuran partikel yang lebih
kecil (skala nano), sebuah obat dapat dienkapsulasi ke dalam matriks nanopartikel
tersebut. Hal ini yang menjadi dasar nanopartikel kitosan sangat bermanfat dalam
Sumber radiasi pengion yang banyak dipakai dalam industri adalah sinar gamma
dari isotop radioaktif dan mesin pemercepat elektron. Salah satu sumber sinar
gamma yang telah banyak digunakan ialah isotop Co-60. Adapun sumber radiasi
lain yang sering dipakai selain isotop Co-60 ialah isotop Cs-137. Co-60 dapat
mengemisikan sinar gamma dengan tingkat energi 1,17 dan 1,33 MeV, dan waktu
paruh (t1/2) 5,27 tahun. Untuk itu kalibrasi laju dosis harus dilakukan dalam selang
sisi lain, sumber radiasi Cs-137 mengemisikan sinar gamma dengan energi yang
lebih rendah dibandingkan Co-60, yakni sebesar 0,66 MeV dengan waktu paruh
30 tahun. Karena energinya yang rendah, Cs-137 sangat jarang sekali digunakan
24
dalam industri, dan lebih banyak digunakan untuk penelitian yang memerlukan
Sinar gamma (dinotasikan dengan γ) adalah sebuah bentuk energi dari radiasi
merupakan partikel atau foton berenergi sangat tinggi, tidak bermuatan dan
memiliki daya tembus yang sangat besar bila dibandingkan dengan radiasi atau
berinteraksi dengan bahan melalui tiga proses utama yaitu, absorpsi fotoelektrik,
positron. Ketiga proses tersebut merupakan efek hasil dari pemindaian detektor.
Efek Compton merupakan efek terkuat, karena tenaga yang digunakan untuk
melepas elektron lebih besar dari efek lainnya. Ketiga efek tersebut menghasilkan
sintilasi atau pancaran cahaya, dimana pancaran cahaya ini akan diteruskan ke
Elektron ini masih lemah maka harus dikuatkan lagi dayanya oleh pre-amplifier,
dan dikuatkan tinggi pulsa dengan amplifier. Lalu elektron tadi dimasukkan ke
PMT yang terdiri dari tegangan bertingkat dan banyak katoda, keluaran dari PMT
(Anonim, 2014).
25
perubahan nomor atom maupun nomor massa, karena radiasi yang dipancarkan
dapat terjadi bila energi inti atom tidak berada pada keadaan dasar (ground state),
atau sering dikatakan sebagai inti atom yang tereksitasi (exited state). Biasanya,
sedangkan 100 Bq Radioisotop Co-60 akan memancarkan 199 radiasi γ per detik
ke segala arah. Sedangkan untuk energi radiasi, sebagai contoh bila hanya
akan memancarkan dua jenis radiasi γ yaitu yang berenergi 1.173 keV dan 1.332
daerah eksitasi, karena daerah ini tidak stabil maka elektron cenderung untuk
kembali ke daerah asal dengan emisi sinar γ. Contoh peluruhan sinar gamma
60 60 *
27Co 28Ni + e + υe
60 * 60
28Ni 28Ni +γ
Sinar gamma yang dihasilkan sebesar 1,17 MeV dan 1,33 MeV.
dan terapi radiasi, serta mampu mendeteksi beberapa tipe kanker. Selain itu sinar
γ juga dapat digunakan untuk membunuh bakteri dan insekta pada bahan
Kalium persulfat atau yang biasa disebut dengan kalium peroksodisulfat (KPS)
merupakan suatu senyawa anorganik dengan rumus molekul K2S2O8. Senyawa ini
merupakan suatu garam berwarna putih berupa padatan kristalin yang mampu
Garam ini merupakan sebuah agen pengoksidasi yang kuat, umumnya digunakan
larutan dingin kalium bisulfat dalam larutan asam sulfat, dengan reaksi sebagai
berikut :
2 KHSO4 → K2S2O8 + H2
Garam ini selain berfungsi sebagai inisiator dalam reaksi polimerisasi, ia juga
garam ini biasa digunakan dalam mengoksidasi fenol. Selain itu garam ini dapat
Kalium persulfat merupakan suatu garam putih yang mempunyai berat molekul
270,33 g/mol dengan bentuk kristal yang sangat baik. Garam ini selain biasa
KPS mempunyai keuntungan yang istimewa karena sifatnya yang hanya sedikit
Karena sifatnya yang sedikit higroskopis, KPS harus disimpan dalam kondisi
yang kering, jauh dari sinar matari dan sumber panas apapun. Dalam aplikasinya
sebagai inisiator, KPS digunakan dalam sebuah emulsi atau polimerisasi dari
monomer akrilat, vinil asetat, vinil klorida dan lainya. Pada proses emulsi
esensial dalam formula bleaching serta berperan sebagai agen desizing dan agen
G. Karakterisasi
batasan pada mikroskop optik dan meningkatkan perbesaran dan resolusi jauh
SEM merupakan alat yang sangat kuat untuk menguji dan mengintepretasikan
mikro-struktur dari suatu material, dan digunakan secara luas pada material-
Prinsip dasar dari SEM didasarkan atas sebuah peristiwa interaksi antara sinar
elektron dengan spesimen padatan. Gambar atau foto yang dihasilkan oleh SEM
untuk membangkitkan sinar elektron pada sebuah vakum yang dihasilkan dalam
sebuah kamar dimana sampel disimpan untuk dianalisis. Sinar tersebut diarahkan
elektromagnetik.
sekunder yang dilepaskan oleh sampel. Elektron sekunder dideteksi oleh sebuah
kilat cahaya dideteksi dan diperkuat oleh sebuah photomultiplier tube. Dengan
Dalam prinsip pengukuran SEM dikenal ada dua jenis elektron, yaitu elektron
tinggi yang dipancarkan dari sebuah katoda (Pt, Ni, W) yang dipanaskan. Katoda
yang biasa digunakan adalah tungsten (W) atau lanthanum hexaboride (LaB6).
30
oleh atom pada permukaan. Atom akan membebaskan elektron sekunder setelah
ditembakkan oleh elektron primer. Elektron sekunder ini yang akan ditangkap
oleh detektor, dan mengubah sinyal tersebut menjadi suatu sinyal gambar.
Bahan konduktor yang biasa digunakan adalah perak, namun apabila dianalisis
dalam jangka waktu yang lama lebih baik menggunakan emas atau campuran
emas dan palladium. Hal ini dikarenakan emas merupakan logam yang bersifat
inert sehingga tidak turut bereaksi dengan sampel yang akan dianalisis (Mulder,
1996).
dan kecepatannya yang tinggi. FT-IR memiliki kemampuan secara luas yang telah
diaplikasikan dalam beberapa area yang sangat-sangat sulit dan hampir tidak
FT-IR merupakan suatu teknik yang berdasarkan atas vibrasi-vibrasi dari atom-
atom yang berada dalam sebuah molekul. Sebuah spektrum inframerah didapatkan
dengan melewatkan radiasi infra merah melalui sampel dan menentukan fraksi
apa yang terjadi saat melewatkan radiasi yang terabsorp dengan energi khusus.
Energi yang terdapat pada beberapa puncak dalam sebuah spektrum absorpsi
yang terbaca kita mampu mengetahui gugus fungsi apa saja yang terdapat pada
suatu senyawa.
32
frekuensi diserap oleh cuplikan tersebut dan frekuensi lainnya diteruskan atau
1990).
yang lebih besar daripada metode dispersi. Hal ini dikarenakan radiasi yang
masuk ke sistem detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah
Differential Thermal Analysis (DTA) merupakan salah satu teknik analisa termal
DTA digunakan untuk mengamati perubahan sifat termal dan fasa akibat
33
perubahan entalpi dari suatu material. Dari kurva DTA yang dihasilkan oleh suatu
material dapat digunakan sebagai finger print untuk digunakan dalam analisa
kualitatif. Metode ini memiliki kelebihan antara lain instrumen dapat digunakan
pada suhu tinggi, bentuk dan volume sampel yang dapat dianalisis bersifat
fleksibel, serta dapat menentukan suhu reaksi dan suhu transisi sampel.
pembanding sebagai hasil dari reaksi dekomposisi. Sampel adalah material yang
dan tidak aktif secara termal. Dengan menggunakan DTA, material akan
material ini diamati dalam bentuk kurva DTA sebagai fungsi temperatur yang
yang biasa digunakan untuk menentukan kestabilan termal material dan fraksi
komponen yang bersifat volatile dengan cara menghitung perubahan berat yang
Hasil dari pengukuran TGA biasanya ditampilkan dalam bentuk kurva TGA,
dimana persentese massa diplotkan terhadap fungsi suhu atau waktu. Perubahan
beberapa cara yang berbeda atau bereaksi dengan atmosfer sekitar. Dari hasil
tersebut, teknik analisa ini biasa digunakan untuk menentukan karakteristik suatu
material yang diserap, komponen organik maupun anorganik yang berada di dalam
dekomposisi yang terjadi terhadap kitosan awal. Bentuk dan skema alat TGA
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui ukuran dari suatu
partikel antara lain metode ayakan (Sieve analyses), laser diffraction (LAS),
electron microscope.
Sieve analysis (analisis ayakan) dalam dunia farmasi sangat sering digunakan
dalam bidang mikromeritik, yaitu ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan
teknologi partikel kecil. Metode yang paling umum digunakan adalah analisa
holografi. Alat yang sering digunakan biasanya SEM, TEM dan AFM.
Metode ini dinilai lebih akurat bila dibandingkan dengan metode analisa gambar
orde nanometer maupun submikron. Metode ini menjadi prinsip dasar dalam
intensitas yang dihamburkan ini yang akan dianalisis oleh komputer sebagai hasil
Contoh alat yang menggunakan metode LAS adalah Particle Size Analyzer (PSA).
Terdapat duah buah metode dalam pengukuran menggunakan antara lain metode
udara atau aliran udara yang berfungsi untuk melarutkan partikel dan
membawanya ke sensing zone. Metode ini baik digunakan untuk ukuran yang
beraglomerasi kecil.
Gambar 14. Alat Particle Size Analyzer (PSA) Fritsch Analysette 22.
basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode kering
aglomerasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel didispersikan ke dalam media
sehingga partikel tidak saling aglomerasi. Dengan demikian, ukuran partikel yang
37
terukur adalah ukuran dari single particle. Selain itu hasil pengukuran ditampilkan
partikel adalah :
PSA lebih akurat jika dibandingkan dengan pengukuran partikel dengan alat
lain seperti TEM ataupun SEM. Hal ini dikarenakan partikel dari sampel yang
akan diuji didispersikan ke dalam sebuah media sehingga ukuran partikel yang