Amdal Pasir Laut PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 376

REGULASI DAN PETUNJUK TEKNIS

PENYUSUNAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
( AMDAL )

KATA PENGANTAR

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan mukluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi: Perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan
hukum. Ini berarti kita boleh memanfaatkan lingkungan hidup tanpa
harus merusaknya.
Buku ini dibuat sebagai panduan, agar semua pihak dapat mengelola dan
melindungi lingkungan hidup sesuai regulasi yang ada.
Semoga kehadiran buku ini, dapat membawa manfat bagi kita semua,
sehingga kita tidak mewarisi generasi penerus dengan masalah
lingkungan.
Karawang 27 Juni 2016
Pramusaji

Drs.H.M.Solihin

Daftar isi

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang


Analisis Dampak Lingkungan.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 41 Tahun
200 Tentang Pedomen Pembentukan Komisi Penilai
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2013 Tentang Tatalaksana Penilaian dan Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup serta Penerbitan Izin
Lingkungan.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Penaatan Hukum Lingkungan

PENDAHULUAN
1. UMUM

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan


bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara,
pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi
sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.
Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada posisi silang antara dua benua
dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang menghasilkan
kondisi alam yang tinggi nilainya. Di samping itu Indonesia mempunyai garis
pantai terpanjang kedua di dunia dengan jumlah penduduk yang besar. Indonesia
mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang
melimpah. Kekayaan itu perlu dilindungi dan dikelola dalam suatu sistem
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terpadu dan terintegrasi
antara lingkungan laut, darat, dan udara berdasarkan wawasan Nusantara.
Indonesia juga berada pada posisi yang sangat rentan terhadap dampak perubahan
iklim. Dampak tersebut meliputi turunnya produksi pangan, terganggunya
ketersediaan air, tersebarnya hama dan penyakit tanaman serta penyakit manusia,
naiknya permukaan laut, tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan punahnya
keanekaragaman hayati.
Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak merata,
sedangkan kegiatan pembangunan membutuhkan sumber daya alam yang semakin
meningkat. Kegiatan pembangunan juga mengandung risiko terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan daya
dukung, daya tampung, dan produktivitas lingkungan hidup menurun yang pada
akhirnya menjadi beban sosial.
Lingkungan hidup Indonesia harus dilindungi dan dikelola dengan baik
berdasarkan asas tanggung jawab negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan.
Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup harus dapat memberikan kemanfaatan
ekonomi, sosial, dan budaya yang dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian,
demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap
kearifan lokal dan kearifan lingkungan.

Halaman 1

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya


suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan
konsekuen dari pusat sampai ke daerah.

Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan
hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Undang-Undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mewajibkan
Pemerintah dan pemerintah daerah untuk membuat kajian lingkungan hidup
strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Dengan perkataan lain, hasil KLHS harus
dijadikan dasar bagi kebijakan, rencana dan/atau program pembangunan dalam
suatu wilayah.
Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui, kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib
diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan
yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak
diperbolehkan lagi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup dan
mengubah gaya hidup manusia. Pemakaian produk berbasis kimia telah
meningkatkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun. Hal itu menuntut
dikembangkannya sistem pembuangan yang aman dengan risiko yang kecil bagi
lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat,
industrialisasi juga menimbulkan dampak, antara lain, dihasilkannya limbah
bahan berbahaya dan beracun, yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan
hidup dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.
Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya
perlu dilindungi dan dikelola dengan baik. Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus bebas dari buangan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
luar wilayah Indonesia.

Halaman 2

Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai konsekuensi dari


pembangunan, terus dikembangkan upaya pengendalian dampak secara dini.
Analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) adalah salah satu perangkat
preemtif pengelolaan lingkungan hidup yang terus diperkuat melalui
peningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan penyusunan amdal dengan
mempersyaratkan lisensi bagi penilai amdal dan diterapkannya sertifikasi bagi
penyusun dokumen amdal, serta dengan memperjelas sanksi hukum bagi
pelanggar di bidang amdal.
Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam memperoleh izin
lingkungan yang mutlak dimiliki sebelum diperoleh izin usaha.
Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu
dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan
dan perizinan. Dalam hal pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sudah
terjadi, perlu dilakukan upaya represif berupa penegakan hukum yang efektif,
konsekuen, dan konsisten terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
yang sudah terjadi.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan satu sistem hukum
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang jelas, tegas, dan
menyeluruh guna menjamin kepastian hukum sebagai landasan bagi perlindungan
dan pengelolaan sumber daya alam serta kegiatan pembangunan lain.
Undang-Undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga
mendayagunakan berbagai ketentuan hukum, baik hukum administrasi, hukum
perdata, maupun hukum pidana. Ketentuan hukum perdata meliputi penyelesaian
sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dan di dalam pengadilan.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di dalam pengadilan meliputi gugatan
perwakilan kelompok, hak gugat organisasi lingkungan, ataupun hak gugat
pemerintah. Melalui cara tersebut diharapkan selain akan menimbulkan efek jera
juga akan meningkatkan kesadaran seluruh pemangku kepentingan tentang betapa
pentingnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup demi kehidupan
generasi masa kini dan masa depan.
Penegakan hukum pidana dalam Undang-Undang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup memperkenalkan ancaman hukuman minimum di samping
maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu,
keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi.
Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum
remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya
terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak
berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini

Halaman 3

hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap
pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan.
Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan UndangUndang ini adalah adanya
penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang ini tentang prinsip-prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola
pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek
transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur:
a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;
b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup
strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrument ekonomi lingkungan
hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran
berbasis lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen
lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;
g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan
global;
h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi,
dan akses keadilan serta penguatan hakhak masyarakat dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup;
i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang lebih efektif dan responsif; dan
k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik
pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang luas kepada Menteri untuk
melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta melakukan koordinasi dengan instansi lain.
Melalui UndangUndang ini juga, Pemerintah memberi kewenangan yang sangat
luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di daerah masing-masing yang tidak diatur dalam Undang-

Halaman 4

Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Oleh karena itu, lembaga yang mempunyai beban kerja berdasarkan UndangUndang ini tidak cukup hanya suatu organisasi yang menetapkan dan melakukan
koordinasi pelaksanaan kebijakan, tetapi dibutuhkan suatu Organisasi dengan
portofolio menetapkan, melaksanakan, dan mengawasi kebijakan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, lembaga ini diharapkan juga
mempunyai ruang lingkup wewenang untuk mengawasi sumber daya alam untuk
kepentingan konservasi. Untuk menjamin terlaksananya tugas pokok dan fungsi
lembaga tersebut dibutuhkan dukungan pendanaan dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang memadai untuk Pemerintah dan anggaran pendapatan dan
belanja daerah yang memadai untuk pemerintah daerah.
1.1 Pengertian AMDAL
Pengertian Analisis Mengenai Dampak LIngkungan (AMDAL) menurut PP
Nomor 27 tahun 1999 pasal 1 adalah telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain
analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis apakah proyek
yang akan dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak, dan jika ya, maka
akan diberikan jalan alternatif pencegahannya atau suatu hasil studi mengenai
dampak suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan mempunyai dampak
peting terhadap lingkungan hidup.
1.2 Dasar Hukum Amdal
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Pasal 22
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup wajib memiliki amdal.
(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Halaman 5

Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan dasar
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
Pasal 25
Dokumen amdal memuat:
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
1.3 Alasan AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan, yaitu:
a. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian
b. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri
Komponen AMDAL terdiri dari
1. PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)
2. KA (Kerangka Acuan)
3. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
5. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan)
1.4 Beberapa peran AMDAL, yaitu:
1. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan. Apabila dampak lingkungan
yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataannya, ini dapat saja
terjadi kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik
proyeknya sesuai AMDAL
2. Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek. Bagian AMDAL yang
diharapkan oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya adalah sejauh mana
keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama sumber
daya yang diperlukan proyek tersebut seperti air, energi, manusia, dan
ancaman alam sekitar.
3. AMDAL sebagai dokumen penting. Laporan AMDAL merupakan dokumen
penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada
waktu penelitian proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa setelah
proyek dibangun.

Halaman 6

1.5 Tujuan AMDAL


Tujuan AMDAL adalah menduga kemungkinan terjadinya dampak dai suatu
rencana usaha dan atau kegiatan.
1.6 Kegunaan AMDAL, yaitu:
1. Sebagai bahan bagi perencanaan dan pengelola usaha dan pembangunan
wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari rencanausaha
dan atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan
5. Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari
suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
1.7 Langkah-langkah AMDAL, yaitu:
1. Usulan Proyek.
2. Penyaringan usulan proyek dengan PIL (Penyajian Informasi
Lingkungan).Bila usulan proyek sejak awal berpendapat bahawa usulan
proyeknya akan memiliki dampak penting, maka pemrakarsa bersama
instansi yang bertanggungjawab dapat langsung membuat AMDAL dengan
terlebih dahulu menyiapkan kerangka acuan. Jadi, dalam hal ini tidak
diperlukan PIL
3. Menyusun Kerangka Acuan
4. Membuat ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
5. Membuat RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan)
6. Implementasi Pembangunan Proyek dan Aktivitas Pengelolaan Lingkungan.
Hal-hal yang perlu dicermati dalam rona lingkungan hidup adalah sebagai berikut:
1. Wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan.
2. Kondisi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai sumber daya alam yang ada
di wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan, baik yang sudah ada dan
yang akan dimanfaatkan maupun yang masih dalam bentuk potensi.
1.8 Ruang Lingkup Studi dan Metode Analisa Data
a. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun AMDAL
b. Wilayah Studi. Lingkup wilayah studi mencakup pada penetapan wilayah
studi yang digariskan dalam kerangka acuan untuk AMDAL dan hasil
pengamatan di lapangan.
c. Pelingkupan Wilayah Studi. Lingkup wilayah studi AMDAL ditetapkan
berdasarkan pertimbangan batas-batas ruang, yaitu:
1. Batas Proyek : ruang dimana suatu rencana usaha dan atau kegiatan

Halaman 7

d.

e.

melakukan prakonstruksi, konstruksi dan operasi.


2. Batas Ekologis : ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha dan
atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air/udara), dimana
proses yang berlangsung diperkirakan akan mengalami perubahan
mendasar, termasuk dalam ruangan ini adalah ruang di sekitar rencana
usaha dan kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan atau kegiatan.
3. Batas Sosial : ruang di sekitar rencana dan atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan.
4. Batas Administratif : ruang dimana masyarakat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan UU yang
berlaku.
5. Batas Ruang Lingkup Studi AMDAL : ruang yang merupakan kesatuan
dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya disesuaikan dengan
kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber
data, seperti waktu, dana, tenaga, teknik, dan metode telaahan.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data.
Studi AMDAL dapat berjalan sesuai dengan alur dan pedoman yang telah
ditetapkan, sehingga akan menghasilkan studi yang sahih dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka studi AMDAL juga dalam
analisisnya perlu melakukanmetode pengumpulan dan analisis data yang
ilmiah pula.
Sistematika Penyusunan
AMDAL perlu disusun dengan sistimatik, sehingga dapat:
1. Langsung mengemukakan pendapat penting yang bermanfaat
bagipengambilan keputusan, perencanaan, dan pengelolaan rencana
usaha dan atau kegiatan.
2. Mudah dipahami isinya oleh semua pihak, termasuk masyarakat.
3. Memuat uraian singkat tentang rencana usaha dan segala dampak besar
dan pentingnya.

1.9 Perencanaan Usaha


Kegunaan dan keperluan mengapa rencana usaha dan atau kegiatan harus
dilaksanakan, yaitu:
1. Penentuan batas-batas lahan yang langsung akan digunakan.
2. Hubungan antara lokasi rencana usaha dan atau kegiatan dengan jarak dan
tersedianya sumber-sumber daya.
3. Alternatif usaha dan atau kegiatan berdasarkan hasil studi kelayakan.
4. Tata letak usaha dan atau kegiatan
5. Tahap pelaksanaan usaha dan atau kegiatan:
5.1 Tahap prakonstruksi/persiapan
5.2 Tahap konstruksi

Halaman 8

5.3 Tahap Operasi


5.4 Tahap Pasca Operasi
2. Lingkungan Hidup
Komponen Lingkungan Hidup:
1.
Fisik Kimia
1.1 Iklim, kualitas udara dan kebisingan
1.2 Fisiografi
1.3 Hidrologi
1.4 Hidrooseanografi
1.5 Ruang, lahan dan tanah
2.
Biologi
2.1 Flora
2.2 Fauna
3.
Sosial
3.1 Demografi
3.2 Ekonomi
3.3 Budaya
3.4 Kesehatan Masyarakat

Dalam melakukan AMDAL, perlu dijelaskan dampak besar dan penting


yang bakal timbul melalui perkiraan yang benar.
Hasil evaluasi mengenai hasil telaahan dampak besar dan penting dari
rencana usaha dan atau kegiatan ini selanjutnya menjadi masukan bagi
instansi yang bertanggung jawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan
hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan sebagaimana dimaksudkan
dalam PP Nomor 27 Tahun 1999.

2.1 Izin Lingkungan


Izin Lingkungan adalah: Izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 1 angka 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan)
Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan. (Pasal 40 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009), dengan demikian
seharusnyaizin lingkungan harus ada terlebih dulu sebelum penerbitan izin
usaha, dan ada ketentuan bahwa: Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan
yang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin
lingkungan dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda

Halaman 9

paling banyak tiga miliar rupiah. (Pasal 111 ayat (2) UU No. 32 tahun 2009)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP menjelaskan:
Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 40
(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.
(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin lingkungan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN
2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut

Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau


Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau
Kegiatan.
2.2 PROSEDUR PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin usaha atau kegiatan.

Halaman 10

Permohonan izin lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggungjawab


usaha dan/atau kegiatan selaku Pemrakarsa kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya bersamaan dengan pengajuan dokumen
Amdal (Andal/RKL/RPL) atau pemeriksaan UKL-UPL. Permohonan izin
lingkungan ini ketika disampaikan harus dilengkapi dengan dokumen Amdal atau
dokumen UKL-UPL, dokumen pendirian usaha atau kegiatan serta profil usaha.
Surat Keterangan Kelayakan/ketidaklayakan Lingkungan Hidup (Amdal) atau
Rekomendasi UKL-UPL menjadi bahan pertimbangan pejabat yang berwenang
(menteri, gubernur/bupati/walikota) dalam memberikan izin.
Pejabat yang berwenang setelah menerima permohonan izin lingkungan, wajib
mengumumkan kepada masyarakat luas (melalui media cetak dan elektronik).
Masyarakat yang terkena dampak akibat adanya usaha atau kegiatan wajib
memberikan masukan guna menjadi bahan pertimbangan (batas waktu selama 3
hari kerja sejak diumumkan).
Izin lingkungan paling sedikit memuat ; persyaratan dan kewajiban yang dimuat
dalam Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau rekomendasi UKL-UPL,
persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang,
berakhirnya izin lingkungan (izin lingkungan biasanya berakhir bersamaan
dengan izin usaha atau kegiatan). Dalam izin lingkungan itu ada point-point yang
harus ditaati seperti, dokumen Amdal/UKL-UPL itu harus dijadikan pedoman
dalam menjalankan usaha/kegiatan, tanah yang digunakan untuk kepentingan
usaha/kegiatan harus bebas sengketa,dll.
Setelah izin lingkungan diterbitkan oleh pejabat yang berwenang, wajib
diumumkan dengan cara yang mudah diketahui oleh masyarakat. Berarti dalam
tahapan memperoleh izin lingkungan ada 2 kali pengumuman ; pertama
pengumuman permohonan izin lingkungan oleh pejabat yang berwenang, kedua
pengumuman penerbitan izin lingkungan oleh pejabat yang berwenang.
Keterbukaan informasi dalam memberi izin bagi suatu usaha/kegiatan untuk
menjalankan kegiatannya itu penting, agar masyarakat yang terkena dampak itu
tahu dan juga turut memberi masukan. Masyarakat yang terkena dampak wajib
memberi masukan, karena dampak negatif dan positif dari suatu kegiatan akan
dirasakan oleh mereka, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Izin Lingkungan bukanlah izin tunggal untuk bisa langsung menjalankan
usaha/kegiatan, namun harus dilengkapi dengan izin-izin lainnya guna
memperoleh izin usaha.
Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
1. Penyusunan AMDAL dan UKL-UPL;

Halaman 11

2.
3.
4.

Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan


Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggungjawab
Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. dan disampaikan bersamaan
dengan pengajuan penilaian ANDAL dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKLUPL. serta harus dilengkapi dengan:
4.1 dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
4.2 dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
4.3 profil Usaha dan/atau Kegiatan. (Pasal 43 PP 27 tahun 2012)
2.3 MEKANISME PENGAJUAN UKL-UPL, AMDAL DAN IZIN
LINGKUNGAN
Mekanisme Awal Pengajuan Permohonan Dokumen Lingkungan:
1. Pemrakarsa mengajukan surat permohonan arahan dokumen lingkungan
hidup yang dilengkapi dengan gambaran rencana kegiatan termasuk
skala besaran kegiatan kepada Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat (selaku
Ketua Komisi Penilai Amdal Provinsi Jawa Barat);
2. Sekretariat Komisi Penilai Amdal Jawa Barat akan mengevaluasi dan
menetapkan dokumen lingkungan yang harus disusun;

1.
2.

3.

4.

5.
6.

7.

Jika Wajib AMDAL:


Pemrakarsa menunjuk perusahaan/jasa perorangan konsultan penyusun
Amdal yang telah teregristasi dan berkompetensi;
Pemrakarsa melaksanakan pengumuman rencana kegiatannya di media
massa dan papan pengumuman yang mudah dijangkau masyarakat
selama 10 (sepuluh) hari kerja;
Masyarakat dapat mengajukan saran, tanggapan dan pendapat
terhadap rencana kegiatan tersebut kepada Sekretariat Komisi
Penilai Amdal (KPA) Provinsi, Sekretariat Komisi Penilai Amdal
Kab/Kota dimana rencana kegiatan berlokasi, dan Pemrakarsa;
Dalam masa pengumuman, Pemrakarsa melakukan konsultasi
publik kepada masyarakat yang akan terkena dampak dan pada saat acara
konsultasi publik tersebut saran dan masukan masyarakat ditampung;
Setelah 10 hari kerja, Pemrakarsa dibantu konsultan menyusun draft
dokumen Kerangka Acuan Andal;
Pemrakarsa mengajukan permohonan penilaian Kerangka Acuan kepada
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat disertai 2 (dua) buah draft dokumen
Kerangka Acuan Andal (KA-Andal);
Sekretariat KPA melakukan pemeriksaan administrasi terhadap draft
dokumen KA- Andal, apabila tidak memenuhi ketentuan Sekretariat
menyerahkan kembali draft dokumen KA-Andal kepada Pemrakarsa untuk
diperbaiki;

Halaman 12

8.

9.
10.

11.
12.
13.

14.

15.
16.
17.

18.
19.

20.

21.

22.

Apabila telah memenuhi persyaratan administrasi, Sekretariat KPA


menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, konsultan, Tim Teknis,
Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen KAAndal sesuai jumlah undangan peserta rapat;
Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen KA-Andal yang dihadiri
Pemrakarsa, Konsultan, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila
diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen KA-Andal;
Risalah rapat disampaikan kepada Pemrakarsa/Konsultan melalui
surat resmi maksimal 4 (empat) hari setelah rapat;
Atas dasar berita acara dan risalah rapat, Pemrakarsa dibantu konsultan
berkewajiban memperbaiki dokumen 14 (empat belas) hari kerja sejak
risalah diterima;
Pemrakarsa mengajukan permohonan pembahasan dokumen perbaikan
KA-Andal kepada Sekretariat KPA dilengkapi dengan draft dokumen KAAndal hasil perbaikan;
Sekretariat KPA menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, konsultan,
Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen KAAndal sesuai jumlah undangan peserta rapat;
Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen KA-Andal yang dihadiri
Pemrakarsa, Konsultan, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila
diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen KA-Andal;
Apabila perbaikan yang harus dilakukan pemrakarsa/konsultan hanya
bersifat korektif dan bukan substantif maka koreksi hanya dilakukan oleh
Sekretariat KPA;
Bila penyempurnaan draft dokumen KA-Andal telah selesai dan
diserahkan ke sekretariat KPA maka Sekretariat membuat draft surat
kesepakatan KA-Andal dan diajukan ke Kepala BPLHD Provinsi Jawa
Barat selaku Ketua KPA Provinsi Jawa Barat;
Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat selaku Ketua KPA Provinsi
Jawa
Barat menandatangai surat kesepakatan KA-Andal rencana
usaha/kegiatan termaksud;
Waktu yang dibutuhkan sejak pengajuan permohonan penilaian KA-Andal
(sah secara administrasi) hingga terbitnya surat kesepakatan KA-Andal
maksimal adalah 30 (tiga puluh) hari kerja diluar waktu perbaikan oleh
pemrakarsa/dokumen;

Halaman 13

23.
24.

25.

26.

27.

28.
29.

30.
31.
32.

33.

34.
35.
36.

37.

Setelah terbitnya surat kesepakatan KA-Andal memulai penyusunan draft


dokumen Andal, RKL & RPL;
Setelah draft dokumen Andal, RKL & RPL tersusun, Pemrakarsa
mengajukan permohonan izin lingkungan ke BPPT Provinsi Jawa Barat
yang dilengkapi dengan draft dokumen Andal, RKL & RPL yang telah
tersusun;
BPPT Provinsi Jawa Barat setelah menerima surat permohonan izin
lingkungan selanjutnya mengumumkan permohonan izin lingkungan serta
mengajukan surat permohonan kajian teknis/penilaian dokumen ke BPLHD
Provinsi Jawa Barat (selaku Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat) disertai
draft dokumen Andal, RKL & RPL yang telah tersusun;
Sekretariat KPA melakukan pemeriksaan administrasi terhadap draft
dokumen Andal, RKL & RPL, apabila tidak memenuhi ketentuan
Sekretariat menyerahkan kembali draft dokumen Andal, RKL & RPL
kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki;
Apabila telah memenuhi persyaratan administrasi, Sekretariat KPA
menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, konsultan, Tim Teknis,
Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen Andal,
RKL & RPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL yang dihadiri
Pemrakarsa, Konsultan, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila
diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Risalah rapat disampaikan kepada Pemrakarsa/Konsultan melalui
surat resmi maksimal 4 (empat) hari setelah rapat
Atas dasar berita acara dan risalah rapat, Pemrakarsa dibantu konsultan
berkewajiban memperbaiki dokumen 14 (empat belas) hari kerja sejak
risalah diterima;
Pemrakarsa mengajukan permohonan pembahasan dokumen perbaikan
Andal, RKL & RPL kepada Sekretariat KPA dilengkapi dengan draft
dokumen Andal, RKL & RPL hasil perbaikan;
Sekretariat KPA menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, konsultan,
Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen Andal,
RKL & RPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL yang dihadiri
Pemrakarsa, Konsultan, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila
diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah

Halaman 14

36.

39.

40.
41.

42.
43.
44.

45.

46.
47.
48.

49.
50.

51.

hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Apabila perbaikan yang harus dilakukan pemrakarsa/konsultan hanya
bersifat korektif dan bukan substantif maka koreksi hanya dilakukan oleh
Sekretariat KPA;
Bila penyempurnaan draft dokumen KA-Andal telah dinyatakan layak
untuk dibahas di tingkat Komisi maka Sekretariat KPA menjadualkan dan
mengundang Pemrakarsa, konsultan, anggota Komisi Penilai Amdal
(termasuk unsur wakil masyarakat terkena dampak dan LSM serta tenaga
ahli bila diperlukan);
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen Andal,
RKL & RPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Komisi pembahasan
penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL yang dihadiri Pemrakarsa,
konsultan, anggota Komisi Penilai Amdal (termasuk unsur wakil
masyarakat terkena dampak dan LSM serta tenaga ahli bila diperlukan);
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Risalah rapat disampaikan kepada Pemrakarsa/Konsultan melalui
surat resmi maksimal 4 (empat) hari setelah rapat;
Atas dasar berita acara dan risalah rapat, Pemrakarsa dibantu konsultan
berkewajiban memperbaiki dokumen 14 (empat belas) hari kerja sejak
risalah diterima;
Pemrakarsa mengajukan permohonan pembahasan dokumen perbaikan
Andal, RKL & RPL kepada Sekretariat KPA dilengkapi dengan draft
dokumen Andal, RKL & RPL hasil perbaikan;
Sekretariat KPA menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, konsultan,
Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen Andal,
RKL & RPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL yang dihadiri
Pemrakarsa, Konsultan, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila
diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Apabila perbaikan yang harus dilakukan pemrakarsa/konsultan hanya
bersifat korektif dan bukan substantif maka koreksi hanya dilakukan oleh
Sekretariat KPA;
Bila penyempurnaan draft dokumen Andal, RKL & RPL telah selesai dan
diserahkan ke secretariat KPA, maka Sekretariat membuat draft surat
rekomendasi kelayakan/ketidaklayakan lingkungan (SKKLH) diajukan ke
Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat selaku Ketua KPA Provinsi Jawa
Barat;

Halaman 15

52.

53.

54.

1.

2.

3.

4.
5.

6.
7.
8.

9.

10.
11.

Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat selaku Ketua KPA Provinsi


Jawa Barat menandatangai surat rekomendasi kelayakan/ketidaklayakan
lingkungan rencana usaha/kegiatan termaksud;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat menyusun draft Surat Kelayakan
Lingkungan Hidup dan menyampaikannya ke BPPT Provinsi Jawa Barat
disertai rekomendasi kelayakan/ketidaklayakan lingkungan rencana
usaha/kegiatan termaksud;
Waktu yang dibutuhkan sejak pengajuan permohonan penilaian Andal,
RKL & RPL (sah secara administrasi) hingga terbitnya surat
rekomendasi kelayakan/ketidaklayakan lingkungan maksimal adalah 75
(tujuh puluh lima) hari kerja diluar waktu perbaikan oleh
pemrakarsa/dokumen;
Jika Wajib UKL-UPL:
Pemrakarsa mengajukan permohonan penilaian draft dokumen UKL-UPL
kepada Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat disertai 2 (dua) buah draft
dokumen UKL-UPL, pada tahap ini Pemrakarsa juga mengajukan
permohonan izin lingkungan ke BPPT Provinsi Jawa Barat;
Sekretariat KPA melakukan pemeriksaan administrasi terhadap draft
dokumen UKL- UPL, apabila tidak memenuhi ketentuan Sekretariat
menyerahkan kembali draft dokumen UKL-UPL kepada Pemrakarsa untuk
diperbaiki;
Apabila telah memenuhi persyaratan administrasi, Sekretariat KPA
menjadualkan dan mengundang rapat koordinasi yang dihadiri Pemrakarsa,
Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen UKLUPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
BPLHD Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Koordinasi pembahasan
penilaian draft dokumen UKL-UPL yang dihadiri Pemrakarsa, Tim Teknis,
Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen UKL-UPL;
Risalah rapat disampaikan kepada Pemrakarsa melalui surat resmi
maksimal 4 (empat) hari setelah rapat;
Atas dasar berita acara dan risalah rapat, Pemrakarsa dibantu
konsultan (bila pemrakarsa menggunakan jasa konsultan) berkewajiban
memperbaiki dokumen 14 (empat belas) hari kerja sejak risalah diterima;
Pemrakarsa mengajukan
permohonan pembahasan dokumen draft
dokumen UKL- UPL hasil perbaikan kepada Sekretariat KPA dilengkapi
dengan draft dokumen UKL- UPL hasil perbaikan;
Sekretariat KPA menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, Tim
Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen UKL-

Halaman 16

12.

13.
14.

15.

16.

17.

1.

2.
3.

4.
5.

UPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;


Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen UKL-UPL yang dihadiri
Pemrakarsa, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen UKL-UPL;
Apabila perbaikan yang harus dilakukan pemrakarsa/konsultan hanya
bersifat korektif dan bukan substantif maka koreksi hanya dilakukan oleh
Sekretariat KPA;
Bila penyempurnaan draft dokumen UKL-UPL telah selesai dan
diserahkan ke sekretariat KPA maka Sekretariat membuat draft surat
rekomendasi UKL-UPL yang diajukan ke Kepala BPLHD Provinsi Jawa
Barat selaku Ketua KPA Provinsi Jawa Barat;
Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat selaku Ketua KPA Provinsi
Jawa
Barat menandatangai surat rekomendasi UKL-UPL rencana
usaha/kegiatan termaksud;
Waktu yang dibutuhkan sejak pengajuan permohonan penilaian UKLUPL (sah secara administrasi) hingga terbitnya surat rekomendasi UKLUPL maksimal adalah 14 (empat belas) hari kerja diluar waktu perbaikan
oleh pemrakarsa/dokumen;
Ranah BPPT Provinsi Jawa Barat
(Surat Kelayakan Lingkungan
(Amdal) dan Izin Lingkungan)
Surat rekomendasi kelayakan/ketidaklayakan lingkungan dari KPA menjadi
salah satu syarat pengajuan SKKLH dan Izin Lingkungan bagi Rencana
Usaha dan/Atau Kegiatan Wajib Amdal;
Surat rekomendasi UKL-UPL menjadi salah satu syarat pengajuan Izin
Lingkungan bagi Rencana Usaha dan/Atau Kegiatan Wajib UKL-UPL;
BPPT Provinsi Jawa Barat mengumumkan rencana permohonan izin
lingkungan dari Pemrakarsa pada website BPPT dan papan pengumuman
resmi;
BPPT Provinsi Jawa Barat selanjutnya melaksanakan proses SKKLH
dan Izin Lingkungan kepada Gubernur Jawa Barat;
BPPT Provinsi Jawa Barat mengumumkan permohonan izin lingkungan
serta izin lingkungan yang telah diterbitkan pada website BPPT dan papan
pengumuman resmi;

Halaman 17

Halaman 18

Halaman 19

Halaman 20

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PENERBITAN IJIN LINGKUNGAN
I.

II

PERMOHONAN IJIN LINGKUNGAN BARU


1. PEMOHON MENGAJUKAN IZIN LINGKUNGAN
Disampaikan bersamaan dengan pengajuan penilaian Andal dan RKLRPL atau penilaian/pemeriksaan UKL-UPL
A. SKKLH ATAU REKOMENDASI UKL UPL
B. PROFIL USAHA DAN/ KEGIATAN
C. DOKUMEN PENDIRIAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
2. BLHD MELAKUKAN PENGUMUMAN PERMOHONAN IZIN
LINGKUNGAN
A. MELALUI MULTIMEDIA
B. DI LOKASI
Lamanya Pengumuman : Andal RKL RPL : 5 hari; UKL UPL: 2
hari.
Lamanya Penerimaan Saran Pendapat dan Tanggapan: Andal
RKL RPL: 10 hari ; UKL UPL: 3 hari
3. GUBERNUR/BUPATI / KEPALA BLHD MENERBITKAN IZIN
LINGKUNGAN
Bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.
A. MUATAN IZIN LINGKUNGAN
B. PENGUMUMAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN (selama
5 hari melalui media massa dan/atau multimedia)
PERMOHONAN PERUBAHAN IJIN LINGKUNGAN
1. PEMOHON
MENGAJUKAN
PERUBAHAN
DOKUMEN
LINGKUNGAN
A. PERUBAHAN SKKLH MELALUI (1) AMDAL BARU, ATAU
(2) ADENDUM ANDAL & RKL RPL
B. ATAU REKOMENDASI UKL UPL
2.
3.

4.

PEMOHON MENGAJUKAN PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN


BLHD MELAKUKAN PENGUMUMAN PERMOHONAN IZIN
LINGKUNGAN
A. MELALUI MEDIA
B. DI LOKASI
BUPATI / KEPALA BLHD MENERBITKAN IZIN LINGKUNGAN

Halaman 21

A.
B.

MUATAN IZIN LINGKUNGAN


PENGUMUMAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN

III LAIN-LAIN
A. MEKANISME PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN HIDUP
B. PERUBAHAN KEPEMILIKAN DAN IZIN LINGKUNGAN
C. KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN LINGKUNGAN
1.

PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN

Permohonan Izin Lingkungan


Permohon izin lingkungan
disampaikan bersamaan
dengan pengajuan
penilaian Andal dan RKLRPL atau Pemeriksaan
UKL-UPL

Permohonan
tertulis
Penanggung Jawab
Usaha/Kegiatan

Persyaratan
1. Dokumen Amdal atau
formulir UKL-UPL;
2. Dokumen pendirian
usaha dan/atau kegiatan,
dan
3. Profil usaha dan/atau
kegiatan

Menteri
Gubernur
Bupati/
Walikota

Sumber: Pasal 42-43 PP 27/2012 Izin Lingkungan

2.

PENGUMUMAN PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN

Halaman 22

Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan


Saran, Pendapat & Tanggapan
10 hari: Andal &
RKL-RPL

Menteri
Gubernur
Bupati/
Walikota

Sumber:
Pasal 45-46
PP 27/2012 Izin
Lingkungan

3.

3 hari: UKL-UPL

Pengumuman
Multimedia & Papan Pengumuman

Paling lama 5
(lima) hari
kerja terhitung

Paling lama 2
(Tiga) hari
kerja terhitung

sejak dokumen
persyaratan
administratif serta

sejak dokumen
persyaratan
administratif serta
UKL-UPL yang
dimohonkan
dinyatakan lengkap

Andal dan RKL-RPL


yang dimohonkan
dinyatakan lengkap

Masyarakat

PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN

Penerbitan Izin Lingkungan Hidup


AMDAL
SK Kelayakan LH dari Menteri

Izin lingkungan dari Menteri

SK Kelayakan LH dari gubernur

Izin lingkungan dari gubernur

SK Kelayakan LH dari bupati/


walikota

Izin lingkungan dari bupati/


walikota

UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri

Izin lingkungan dari Menteri

Rekomendasi dari gubernur

Izin lingkungan dari gubernur

Rekomendasi dari bupati/


walikota

Izin lingkungan dari bupati/


walikota

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota bersamaan


dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL
Sumber: Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan

4.

MUATA IZIN LINGKUNGAN

Muatan Izin Lingkungan


Izin lingkungan hidup sebagaimana dimaksud panda

Halaman 23

1. Persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam keputusan kelayakan


lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL;
2. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh menteri, Gubernur atau
Bupati/Walikota; dan
3. Berakhirnya Izin Lingkungan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pemrakarsa wajib
memiliki izin PPLH, izin lingkungan tersebut mencantumkan jumlah dan jenis
izin PPLH.
Izin lingkungan hidup berakhir bersamaan dengan berakhirnya izin usaha
dan/atau kegiatan Maksudnya adalah: Izin lingkungan berlaku selama usaha dan
/atau kegiatan tetap berlangsung.
5. PENGUMUMAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN

Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan


Saran, Pendapat & Tanggapan
10 hari: Andal &
RKL-RPL

Menteri
Gubernur
Bupati/
Walikota

Sumber:
Pasal 45-46
PP 27/2012 Izin
Lingkungan

3 hari: UKL-UPL

Pengumuman
Multimedia & Papan Pengumuman

Paling lama 5
(lima) hari
kerja terhitung

Paling lama 2
(Tiga) hari
kerja terhitung

sejak dokumen
persyaratan
administratif serta

sejak dokumen
persyaratan
administratif serta
UKL-UPL yang
dimohonkan
dinyatakan lengkap

Andal dan RKL-RPL


yang dimohonkan
dinyatakan lengkap

Masyarakat

6. PERUBAHAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN


6.1 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan permohonan
perubahan izin lingkungan, apabila usaha dan/atau kegiatan yang telah
memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk dilakukan perubahan
6.2 Perubahan usaha dan/atau kegiatan yang dialami meliputi:
a. Perubahan Kepemilikan usaha dan/atau kegiatan
b. Perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
c. Perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup harus

Halaman 24

memenuhi kriteri:
(1) adanya perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup;
(2) penambahan kapasitas produksi;
(3) perubahan spesifikasi teknik yang mempengaruhi lingkungan;
(4) perubahan sarana usaha;
(5) perluasan lahan dan bangunan usaha;
(6) perubahan waktu atau durasi operasi usaha;
(7) kegiatan didalam kawasan yang belum tercakup didalam izin
lingkungan kawasan;
(8) terjadinya kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka
peningkatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
dan/atau
(9) terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat
peristiwa alam atau karena akibat lain sebelum dan pada waktu
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan;
(10) Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan
berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup dan/atau
audit lingkungan hidup yang diwajibkan; dan/atau
(11) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya
7. MEKANISME PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN HIDUP

Mekanisme perubahan Izin Lingkungan Hidup


Penanggung
Jawab Usaha
dan/atau Kegiatan
Wajib AMDAL

Penerbitan perubahan keputusan


kelayakan lingkungan hidup
dilakukan melalui:
1. Amdal baru;
2. Adendum Andal dan RKL-RPL;
atau
Perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan dan Rekomendasi UKL-UPL

Penanggung
Jawab Usaha
dan/atau Kegiatan
Wajib UKL-UPL

Penerbitan perubahan
rekomendasi UKL-UPL dilakukan
melalui penyusunan dan
pemeriksaan UKL-UPL baru.

Penerbitan perubahan
izin dilakukan bersamaan
dengan penerbitan
perubahan keputusan
kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi
UKL-UPL

Perubahan
IZIN
LINGKUNGAN

Sebelum mengajukan permohonan perubahan izin penanggung jawab usaha dan/atau


kegiatan wajib mengajukan permohonan perubahan keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi UKL-UPL
Sumber: Pasal 50 ayat (3) s/d ayat (7) PP 27/2012 Izin Lingkungan

8. PERUBAHAN KEPEMILIKAN DAN IZIN LINGKUNGAN


8.1 Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan usaha, Menteri, gubernur, dan

Halaman 25

bupati/walikota sesuai kewenangannya dapat langsung menerbitkan


perubahan izin
8.2 Dalam hal terjadi perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan menyampaikan laporan
perubahan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota;
8.3 Berdasarkan laporan perubahan tersebut, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangangan menerbitkan perubahan izin
lingkungan
9. KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN LINGKUNGAN

Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan

Pemegang izin lingkungan berkewajiban untuk:


a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat
dalam izin lingkungan;
b. membuat dan menyampaikan laporan
pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungan kepada
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan
c. Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan
fungsi lingkungan hidup sesuai ketentuan PUU;

Laporan disampaikan secara berkala setiap 6


(enam) bulan

Sumber: Pasal 53 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Halaman 26

DIAGRAM
ALIR
PENERBITAN
BAGI USAHA/KEGIATAN WAJIB AMDAL
MULAI PENYUSUNAN
LINGKUNGAN

Pemrakarsa

AMDAL

IZIN

SAMPAI

LINGKUNGAN

PENERBITAN

IZIN

BLHD
BPPT
BLHD

Komisi Penilai
AMDAL/BPLHD

Penilaian ANDAL,
RKL-RPL

Rekomendasi Komisi
(Draft SKKLH)
Pemeriksaan
Kelengkapan
Berkas
75 HK

Pengumuman

Penerbitan SKKLH
& Ijin Lingkungan
Izin Lingkungan
diterima

Pengumuman
Izin Lingkungan

Catatan : SKKLH : Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (Layak atau Tidak Layak)

Halaman 27

DIAGRAM
ALIR
PENERBITAN
IZIN
BAGI USAHA/KEGIATAN WAJIB UKL UPL

LINGKUNGAN

MULAI PENYUSUNAN UKL UPL SAMPAI PENERBITAN IZIN


LINGKUNGAN
WAJIB UKL-UPL

Pemrakarsa

Komisi Penilai
AMDAL/BPLHD

Permohonan
Pemeriksaan UKL/UPL
& Izin Lingkungan

BPPT
BLHD

Pencatatan
administrasi

Pemeriksaan
UKL-UPL

Rekomendasi
UKL-UPL

Pemeriksaan
Kelengkapan
Berkas

259

Pengumuman

Penerbitan Ijin
Lingkungan
Izin Lingkungan
diterima

Pengumuman
Izin Lingkungan

Halaman 28

FORMULIR PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN


(MEMAKAI KOP PERUSAHAAN)

Nomor
:
Lampiran :
Prihal
:

Kepada Yth
Gubernur Jawa Barat
u.p.
Kepala
BPMPT
Provinsi Jawa Barat
di
Bandung

Dengan ini kami mengajukan permohonan izin lingkungan dengan


data-data sebagai berikut :
A. Keterangan tentang Pemohon
1. Nama
Pemohon
2. Alamat

3. Nomor
Telp/HP
4. Alamat e-mail
B. Keterangan tentang Perusahaan
1. Nama
Perusahaan
2. Alamat
Perusahaan
3. Lokasi
Usaha/Kegiata
n
4. Nomor
Telp/Fax.
5. Alamat e-mail
6. Nomor
/
Tanggal Akte
Pendirian
7. NPWP
8. Izin-izin yang Jenis Izin
No. Persetujuan
diperoleh
1).
Fatwa :

Halaman 29

Rencana
dan
Pengarahan
Lokasi
2).Izin Lokasi
3).
Dokumen
Lingkungan
(Amdal,
UKL
UPL)
4). IMB
5). SIUP
6). HO

:
:
:
:
:

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatiannya diucapkan


terima kasih.
Karawang ,.
Nama,
tanda
tangan
pemohon,
dan
stampel
parusahaan
(.)

Halaman 30

Analisis Dampak Lingkungan


1. Pendahuluan;
2. Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Memiliki Amdal
3. Keterkaitan Amdal dan UKL-UPL dengan Sistem
Perizinan
4. Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta
Penerbitan Izin Lingkungan
5. Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta
penerbitan Izin Lingkungan
6. Perubahan Izin Lingkungan
7. Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan dan
Pengawasan Izin Lingkungan;

Beberapa Perbedaan Filosos Mendasar


PP/27 1999 dengan PP/27 2012
No

PP 27 Tahuh 1999 tentang


Amdal

1. Durasi penilaian amdal sekitar180


hari kerja ,dokumen Amdal terdiri
atas 5 dokumen

PP No27/201 .2 tentang Izin


Lingkungan
Kemajuan Mendasarnya adalah Streamlining
Proses Amdal
Durasi penilaian amdal sekitar 125 hari kerja ,
dokumen amdal terdiri atas 3 dokumen

2. Penilaian amdal oleh komisi penilai


amdal cenderung mereduksi makna
amdal sebagai kajian ilmiah

Kemajuan Mendasarnya adalah


Mengembalikan Kaidah Amdal sebagai
Kajian Ilmiah
Dengan memperkuat peran dan kompetensi
tim teknis dalam penilaian amdal

3. Terdapat kesulitan terhadap upaya


penegakan hukum atas pelanggar
Amdal &UKL-UPL) Kajian
Lingkungan Hidup (mengingat amdal
&UKL-UPL adalah bukan keputusan
TUN

Kemajuan Mendasarnya adalah Memberikan


Ruang Penegakan Hukum atas Pelanggar
Amdal-UK-UPL
Dengan skema izin lingkungan yang
merupakan keputusan TUN yang enforceable
dan memiliki konsekuensi hukum atas
pelanggarannya sesuai dengan yang diatur
dalam UU 32/2009
Halaman 31

No

PP 27 Tahun 1999 tentang


Amdal

4.

Terdapat ruang untuk


keterlibatan masyarakat

5.

Amdal dan UKL-UPL masih


dipandang sebagai instrumen
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang bersifat
dibuat bagus ,tidak dibuat tidak
apa-apa

PP No .27/2012 tentang Izin


Lingkungan
Kemajuan Mendasarnya adalah
Memperkuat Akses Partisipasi
Masyarakat
Dengan terdapat 3 kali pengumuman
dalam tahap perencanaan suatu usaha
dan/atau kegiatan, maka ruang
masyarakat untuk memberikan saran ,
tanggapan dan pendapat akan lebih
luas
Kemajuan Mendasarnya adalah
Mengubah Mindset Seluruh Pemangku
Kepentingan
Dengan terbitnya PP ini maka banyak
konsekuensi hukum yang dapat
diterapkan kepada pemerintah ,
pemerintah daerah ,dan pemrakarsa
apabila terlibat dalam pelanggaran
amdal & UKL-UPL

Instrumen Pencegahan Pencemaran dan/atau


Kerusakan Lingkungan Hidup) UU(32/2009
KLHS

Tata ruang

i PUU berbasis LH

Baku mutu LH c

Kriteria baku
kerusakan LH d
AMDAL

UKL-UPL

Perizinan

Instrumen
ekonomi LH

Anggaran
berbasis LH

k Analisis risiko LH
l
Lingkungan

Audit LH

m Instrumen lain

sesuai kebutuhan

Amdal bukansebagai alat serbaguna yang dapat menyelesaikan segala persoalan


lingkungan hidup .Efektivitas amdal sangat ditentukan oleh pengembangan berbagai
instrument lingkungan hidup lainnya
Sumber:Pasal 14 UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Halaman 32

Esensi Dasar Amdal & UKL-UPL dalam PP27/2012


Amdal dan UKL: - UPL: Dokumen LH yang menyediakan informasi yang
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan (i.e .Penerbitan Izin
Lingkungan ,Kredit Perbankan ,dokumen lelang untuk Proyek KPS dalam kaitannya dengan
Penjaminan Investasi D
, ue Diligence ,pengawasan lingkungan )

Pengambil Keputusan
Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan

AMDAL atau UKL-UPL=


Menyediakan Informasi

Izin Lingkungan

Informasi yang disajikan dalam Amdal atau UKL-UPL :

Dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/ atau


kegiatan ,dan
Langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi,sosial dan
institusi ,pemantauan lingkungannya serta komitmen pemr akarsa

Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta Penerbitan SKKL &Izin Lingkungan
Pemrakarsa
1
Pengumuman
dan
Konsultasi
Publik
2
Penyusunan
Kerangka
Acuan )KA(

SPT dari
Pengumuman =
10 hari Kerja

3
Pengajuan
Penilaian
Kerangka
Acuan
Penyusunan 7
ANDAL dan
RKL-RPL

8
Pengajuan Permohonan Izin
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan
RKL-RPL
Satu surat
permohonan
Catatan :Waktu penilaian dak termasuk
waktu perbaikan dokumen oleh
10
pemrakarsa

Sekretariat KPA ,Tim Teknis dan Komisi


Penilai Amdal

Menteri ,gubernur ,atau


bupati/walikota

Catatan :Keputusan disampaikan kepada Pemrakarsa


Paling lambat 5 hari kerja
setelah diterbitkan

Penilaian Kerangka Acuan


30 hari kerja
5

4
Penilaian
KA oleh
Sekretariat
KPA

Penilaian
KA oleh
Tim Teknis

6
Penerbitan
Persetujuan
KA oleh Ketua
KPA

Penilaian ANDAL dan RKL-RPL


75 hari kerja ,termasuk 10 hari kerja SPT Pengumuman

Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
Sekretariat
KPA

11
Penilaian
ANDAL &
RKL oleh
Tim Teknis

Pengumuman Permohonan
Izin Lingkungan

15

14a

Pengumuman Izin
Lingkungan

Penerbitan :
1. Keputusan
Kelayakan
Lingkungan ;dan
2. izin Lingkungan

Layak
Lingkungan

10 hari
kerja

12
Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
oleh KPA
Rekomendasi
KPA
13

14b

Keputusan
Ketidaklayakan LH
Tidak Layak
Lingkungan

Halaman 33

Penyusunan Dokumen Amdal


Tahap Perencanaan
1

Rencana
Umum

Studi
Kelayakan

Disain
Rinci

Pra Kontruksi
dan Konstruksi

Operasi

Amdal disusun oleh pemrakarsa padatahap perencanaan suatu usaha


dan/atau kegiatan

KA 1
ANDAL 2
RKL-RPL 3

Dokumen AMDAL

Lokasi rencana usaha


dan/atau kegiatan wajib
sesuai dengan rencana tata
ruang

Tidak sesuai dengan


rencana tata ruang ,
dokumen Amdal
tidak dapat dinilai
dan wajib
dikembalikan
kepada pemrakarsa

Sumber :Pasal 4-5 PP 27/2012 Izin Lingkungan


PP 27/99 :Amdal Bagian dari studi Kelayakan Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan) pasal 2 ayat 1 ) dan
kesesuaian dengan RTRW dan/atau Rencana Tata Ruang Kawasan) pasal 16 ayat 4

KERANGKA PENYUSUNAN DOKUMEN AMDAL


PENGUMUMAN
KONSULTASI PUBLIK

AMDAL
Prakiraan = Besaran & sifat
penting dampak untuk setiap
DPH

DAMPAK
POTENSIAL

RENCANA
KEGIATAN

DAMPAK
POTENSIAL

KOMPONEN KEGIATAN

DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK

IDENTIFIKASI
DAMPAK
POTENSIAL

DAMPAK
POTENSIAL

EVALUASI
DAMPAK
POTENSIAL

DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK

DAMPAK
PENTING

P+

PRAKIRAAN
DAN
EVALUASI
DAMPAK

RONA
LINGKUNGAN

DAMPAK
POTENSIAL

HIPOTETIK 2

DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK

DAMPAK
PENTING

HIPOTETIK 3

E
DAMPAK
POTENSIAL

Surat Persetujuan KA

PELINGKUPAN

Dokumen
KERANGKA ACUAN) KA(

RENCANA
PENGELOLAAN DAMPAK
LINGKUNGAN

DAMPAK
PENTING

D
KOMPONEN LINGKUNGAN

PENILAIAN
KELAYAKAN
LINGKUNGAN

HIPOTETIK 1

DAMPAK
POTENSIAL

P-

TP+

Dampak Pen ng
Dampak
lingkungan
lainnya

Evaluasi = telaahan terhadap


keterkaitan dan interaksi seluruh
DPH
karekterisk dampak
Surat Kelayakan Lingkungan
lingkungan
ANALISIS

Dokumen
ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN) ANDAL(

PERENCANAAN
PENGENDALIAN

Dokumen
RKL-RPL

Halaman 34

Muatan KERANGKA ACUAN

Konsep Muatan KERANGKA ACUAN

dalam Peraturan MENLH No .Tahun 2006 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen Amdal

dalam Peraturan MENLH No .16 Tahun 2012 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
1.2 .Tujuan dan Manfaat
1.3 .Peraturan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Pelaksana Studi )pemrakarsa &tim penyusun
dok Amdal ,tenaga ahli dan asisten penyusun(

BAB II RUANG LINGKUP STUDI


2.1 .Lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang
ditelaah dan alternatif komponen rencana usaha
dan/atau kegiatan (status ,TR ,Rencana
Usaha/Kegiatan disekitar.)
2.2 .Lingkup rona lingkungan hidup awal
2.3 .Pelingkupan ( identikasi ,evaluasi dan klasikasi
& prioritas ,DPH & wilayah studi )
BAB III METODE STUDI
3.1 .Metode pengumpulan dan analisis data
3.2 .Metode Prakiraan Dampak
3.3 .Metode Evaluasi Dampak
BAB IV PELAKSANA STUDI
4.1 .Pemrakarsa
4.2 .Penyusun Studi Amdal
4.3 Biaya Studi
4.4 .Waktu Studi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Muatan ANDAL
dalam Peraturan MENLH No. 8Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Amdal
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
1.2 .Tujuan dan Manfaat
1.3 .Peraturan
BAB II RENCANA USAHA/KEGIATAN
2.1 .Identitas pemrakrasa dan penyusun Amdal
2.2 .Uraian rencana usaha/kegiatan
2.3 .Alternatif-alternatif yang dikaji dalam Andal
2.4 .Keterkaitan rencana usaha/kegiatan dengan kegiatan
lain disekitarnya
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
BAB IV RUANG LINGKUP STUDI
4.1 .Dampak penting yang ditelaah;
4.2 .Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING
6.1 .Telaahan terhadap dampak penting;
6.2 .Pemilihan alternatif terbaik;
6.3 .Telaahan sebagai dasar pengelolaan;
6.4 .Rekomendasi penilaian kelayakan LH
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PELINGKUPAN
Status studi amdal ,Deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan fokus pada kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
beserta alternatif ,termasuk pengelolaan LH
yang sudah ada/tersedia;
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal
)environmental setting :(Komponen lingkungan
terkena dampak dan usaha/kegiatan disekitar
lokasi rencana usaha/kegiatan beserta dampak
lingkungannya;
Hasil pelibatan masyarakat
Dampak penting hipotetik (DPH)
Batas wilayah studi dan batas waktu kajian
METODE STUDI
Metode pengumpulan dan analisi data;
Metode prakiraan dampak penting dan
Metode evaluasi secara holitistik terhadap
dampak lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Konsep Muatan ANDAL


dalam Peraturan MENLH No .08Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
PENDAHULUAN
Ringkasan deskripsi rencana usaha dan/atau
kegiatan;
Ringkasan dampak penting yang ditelaah/dikaji
Batas wilayah studi dan batas waktu kajian
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP
AWAL
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING DAN
Besaran dan sifat penting dampak untuk masingmasing DPH;
EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP
DAMPAK LINGKUNGAN
Telaahan secara keseluruhan dan keterkaitan
serta interaksinya atas dampak lingkungan yang
diperkiraakan terjadi untuk menentukan
karekteristik dampak lingkungan secara total
terhadap lingkungan;
Arahan pengelolaan dampak lingkungan;
Kesimpulan kelayakan lingkungan dari
pemrakarsa
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Halaman 35

Muatan RKL dan RPL

Konsep Muatan RKL-RPL

dalam Peraturan MENLH No .Tahun 2006 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen Amdal

dalam Rancangan Peraturan MENLH No1 .6 Tahun


2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan
PENDAHULUAN

RKL
PERNYATAAN PELAKSANAAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PENDEKATAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB III RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
3.1 .Dampak penting dan sumber dampak penting
3.2 .Tolok ukur dampak
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RKL
BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN


HIDUP
Matrik/tabel untuk dampak lingkungan
)dampak penting hasil kajian Andal dan
dampak lingkungan lainnya);
Peta lokasi pengelolaan LH sesuai dengan
kaidah kartograf
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP
Matrik/tabel untuk pemantauan dampak
lingkungn )dampak penting hasil kajian Andal
dan dampak lingkungan lainnya);
Peta lokasi pemantauan LH sesuai dengan
kaidah kartogra
JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG
DIBUTUHKAN

BAB II RENCANA PEMANTAUAN


LINGKUNGAN HIDUP

PERNYATAAN PELAKSANAAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Dampak-Dampak Lingkungan yang tercantum dalam RKL-RPL


Prakiraan dan Evaluasi )ANDAL(

Komponen
Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Hidup

Pelingkupan (KA)
Dampak
Potensial

Dampak
Pen ng

DPH
Prakiraan

Kegiatan
Lain
disekitarnya

Evaluasi
Dampak
Potensial

Saran ,Pendapat
danTanggapan
)SPT (
Masyarakat

Dampak
Tidak
Pen ng

DTPH
Tidak
Dikelola dan
Dipantau

Tidak
Dikelola dan
Dipantau

Evaluasi
Holis k

Arahan
RKL-RPL

Dikelola dan
Dipantau

RKL & RPL

keterangan
Dikelola dan
Dipantau
Penekanan Dalam
Revisi Pedoman
Penyusunan dan
Penilaian Amdal

Halaman 36

Pengecualian Jenis Usaha/Kegiatan Wajib Amdal


Usaha dan/atau Kegiatan

Dalam PP 27/1999:Amdal Kawasan


RKL-RPL Rinci
(pasal 4) , Ketentuan Amdal dan RDTR belum diatur

Dampak Penting
Lingkungan Hidup
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
LH dikecualikandari kewajiban memiliki Amdal apabila:
1
lokasi rencana
usaha dan/atau
kegiatannya berada
di kawasan yang
telah memiliki Amdal
kawasan

lokasi rencana usaha dan/atau 2


kegiatannya berada pada
kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detail tata ruang
kabupaten/kota dan rencana tata
ruang kawasan strategis
kabupaten/kota

UKL/UPL

usaha dan/atau
kegiatannya
dilakukan dalam
rangka tanggap
darurat bencana

Sumber :Pasal 13 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Pengikutsertaan Masyarakat dalam Amdal


Pemrakarsa ,dalam menyusun dokumen Amdal
mengikutsertakan masyarakat:

1 terkena dampak;
2 Pemerhati lingkungan hidup
3 Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal

10 HARI ]SPT
Pengumuman[

Pemrakarsa

1 Pengumuman
2 Konsultasi Publik

Pengikutsertaan
masyarakat dilakukan
sebelum penyusunan
dokumen kerangka
acuan

Saran ,pendapat ,dan tanggapan disampaikan secara tertu lis kepada


pemrakarsa ,Menteri ,gubernur ,dan/atau bupati/walik ota
Sumber :Pasal 9 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Peraturan MENLH No1 .7 Tahun 2012

Halaman 37

Penyusun Dokumen Amdal


Pemrakarsa

Penyusun dari
Pemrakarsa
sendiri

Menyusun Dokumen
Amdal
Pihak Lain:

DILARANG!
PNS di Instansi Lingkungan Hidup
)Pusat ,Provinsi dan
Kabupaten/Kota ,(Kecuali
ber ndak sebagai pemrakarsa

2 Penyusun
Perorangan
3 Penyusun yang
tergabung
dalam LPJP

Sumber :Pasal 10-12 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Dalam PP 27/1999:Ketentuan ini tidak diatuar secara detail :
Amdal disusun oleh pemrakarsa (pasal 14 dan pasal 17),
kualikasi penyusun amdal ) pasal 30 ,(tidak ada aturan yang
melarang PNS LH menyusun dok.Amdal

Persyaratan Penting!
Penyusunan dokumen
Amdal wajib memiliki
sertikat kompetensi
penyusun Amdal

11.

Pendidikan dan pelatihan


penyusunan Amdal ;dan

22.

Uji kompetensi

Konsep Muatan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup )SKKL(
Keputusan kelayakan paling sedikit memuat:
1) Dasar pertimbangan kelayakan lingkungan ;
2) Peraturan perundangan dan kronologi penilaian yang menjadi dasar
pertimbangan keputusan ;
3) Pernyataan penetapan kelayakan lingkungan;
4) Lingkup rencana kegiatan ;
5) Kewajiban pemrakarsa;
6) Kewajiban pihak lain ;
7) Jumlah dan jenis izin PPLHnya;
8) Jumlah dan jenis perizinan lainnya (bila ada);
9) Masa berlakunya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan hidup yang
menyatakan bahwa Keputusan Kelayakan dimaksud berlaku
sepanjang tidak ada perubahan atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dideskripsikan dalam dokumen amdal ;dan
10) Tanggal penetapan mulai berlakunya Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup.
Sumber :Draft Revisi Permenlh No .05/2008

Halaman 38

Konsep Muatan Keputusan Ketidaklayakan


Lingkungan Hidup
Keputusan ketidaklayakan lingkungan paling sedikit
memuat:
1)

Dasar pertimbangan kelayakan lingkungan ;

2)

Peraturan perundangan dan kronologi penilaian


yang menjadi dasar pertimbangan keputusan;

3)

Pernyataan penetapan ketidaklayakan lingkungan

4)

Tanggal penerbitan keputusan ketidaklayakan


lingkungan

Sumber :Draft Revisi Permenlh No .05/2008

Penerbitan Izin Lingkungan Hidup


AMDAL
SK Kelayakan LH dari Menteri

Izin lingkungan dari Menteri

SK Kelayakan LH dari gubernur

Izin lingkungan dari gubernur

SK Kelayakan LH dari bupa /


walikota

Izin lingkungan dari bupa /


walikota

UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri

Izin lingkungan dari Menteri

Rekomendasi dari gubernur

Izin lingkungan dari gubernur

Rekomendasi dari bupa /


walikota

Izin lingkungan dari bupa /


walikota

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri ,gubernur ,atau bupa /walikota bersamaan
dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL
Sumber :Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Halaman 39

Konsep Muatan Izin Lingkungan

Konsep dasar muatan izin ,termasuk izin


lingkungan pada dasarnya harus memuat
bu r-bu r sebagai berikut:
Iden tas Pemrakarsa/Pemegang Izin;
Persyaratan
Kewajiban
Hal-hal Lain
Masa berlakunya Izin Lingkungan

Contoh Struktur/Format Izin Lingkungan


KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDOENSIA
NO. TAHUN 2012
TENTANG
IZIN LINGKUNGAN ATAS .
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :

Mengingat :

Memperha kan:

Menetapkan :

amerupakan usaha dan/atau


kegiaran wajib memiliki Analis Mengenai Dampak
Lingkungan )Amdal(
b . wajib diterbitkannyaizin lingkungan
c .
1. UU 32/2009
2. PP 27/2012
3. dst
1.
2
MEMUTUSKAN
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGANPHIDU
REPUBLIK INDONESIA TENTANG IZIN LINGKUNGAN

KESATU :
Dst
KETIGABELAS :
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 201. . 2
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
Ttd
BALTASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas
Inar Ichsana Ishak
Keputusan Menteri ini disampaikan kepada Yth:.
1.

Menimbang:Wajib amdal ,wajib


izin lingkungan ,penetapan izin
lingkungan
Mengingat :PUU i.e .UU 32/2009 ,
PP No .27/2010 ,Peraturan
MENLH No .5/2012
Memperhatikan :i.e .SKKL atau
Rekemendasi UKL-UPL
MEMUTUSKAN
Menetapkan :Keputusan MENLH
tentang Izin Lingkungan usaha
dan/atau kegiatan]
Nama usaha
dan/atau kegiatan
KESATU
KEDUA
..dst
KETIGABELAS
Halaman 40

Contoh Struktur/Format Izin Lingkungan


Menimbang:Wajib amdal ,wajib izin lingkungan ,penetapan izin lingkungan
Mengingat :PUU i.e .UU 32/2009 ,PP No .27/2010 ,Peraturan MENLH No .
5/2012
Memperhatikan :i.e .SKKL atau Rekemendasi UKL-UPL
Memutuskan Menetapkan :Keputusan MENLH tentang Izin Lingkungan
usaha dan/atau kegiatan]
Nama usaha dan/atau kegiatan
Kesatu :Memberikan izin lingkungan kepada :nama perusahaan ,jenis
usaha dan/atau kegiatan ,penanggung jawab ,alamat ,lokasi kegiatan
SKKL dan/atau
Kedua :ruang lingkup kegiatan dalam izin lingkungan
keputusan lain ,atau Rekomendasi UKL-UPL
Ketiga:Izin PPLH dan Izin Usaha dan/atau izin lainnya yang terkait
dengan kegiatan;
Keempat :instansi pemberi izin wajib memperhatikan izin lingkungan
sebagai syarat penerbitan izin dalam pelaksanaan kegiatan sebm
agaania
dimasksud dalam diktum ketiga;
dalam RKL-RPL (lampiran) atau formulir UKL-UPL
Kelima: Kewajiban
Keenam :Pengelolaan dampak dengan pendekata teknologi ,sosial dan
institusi;
Ketujuh :penerbitan izin sebagaimana dalam diktum KETIGA wajib
mencantumkan segala persyaratan dan kewajiban yang tercantumladm
a
lampiran I dan lampiran II Keputusan Izin Lingkungan

Contoh Struktur/Format Izin Lingkungan - Lanjutan


Kedelapan :masa berlakunya izin lingkungan
Kesembilan :mengajukan permohonan perubahan izin
lingkungan apabila berencana akan melakukan perubahan h
ua
sa
dan/atau kegiatan;
Kesepuluh :penyampaikan laporan persyaratan dan kewajiban
izin lingkungan;
Kesebelas :penyampaikan laporan persyaratan dan kewajiban
izin lingkungan di luar komponen sik ,kimia dan biologi kepada
instansi lain yang membidangi;
Keduabelas :Ada dampak LH diluar dampak penting yang
dikelola
melaporkan kepada instansi terkait sebagaimana
diktum 10 dan 11;
Ketigabelas :Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan
Lampiran-Lampiran:
Lampiran RKL ,Lampiran RPL ,Pendekatan RKL ;atau
Lampiran UKL-UPL
Halaman 41

Proses Penyusunan dan Pemeriksaan


UKL-UPL serta Penerbitan Izin
Lingkungan

Penyusunan UKL-UPL
Tahap Perencanaan
1

Rencana
Umum

Studi
Kelayakan

3
Disain
Rinci

4
Konstruksi

5
Operasi

UKL-UPLdisusun oleh pemrakarsa pada tahap perencanaan


suatu usaha dan/atau kegiatan
11. Identitas pemrakarsa;
22. Rencana usaha dan/atau
kegiatan;

33.
44.
Formulir UKL-UPL

Dampak lingkungan yang


akan terjadi; dan
Program pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
hidup.

1. Lokasi sesuai dengan


rencana tata ruang .
2. Tidak sesuai :tidak dapat
diperiksa dan dikembalikan

Sumber :Pasal 14-15 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Dalam PP 27/1999:UKL-UPL hanya diatur dalam pasal 3 ayat 4, ayat 6, dan tidak diatur
secara detail/rinci

Halaman 42

Penyusunan UKL-UPL
Pasal 15 PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Penyusunan
UKL-UPL

Pengisian
Formulir UKL-UPL

Formulir
UKL-UPL ,
BUKAN
Mini Dokumen
Amdal

Muatan Formulir UKL-UPL


a. Identitas Pemrakarsa;
b. Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan (nama rencana ,lokasi ,skala usaha

Matrik/Tabel
Peta
)Jika diperlukan(

dan/atau kegiatan)

c. Dampak Lingkungan yang


terjadi
d. Program Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup

Catatan:Terkait dengan
program pengelolaan dan
pemantauan lingkungn
hidup ,juga harus
dicantumkan jumlah dan
jenis izin PPLH

Penyusunan & Pemeriksaan UKL-UPL


UKL-UPLdisusun oleh pemrakarsapada
tahap perencanaan suatu usaha dan/atau
kegiatan
Pemrakarsa

Formulir UKL-UPL

Tidak ada persyaratan sertikasi


kompetensi ,
Tidak ada persayaratan LPJP
UKL-UPL diperiksa oleh Menteri ,gubernur
atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannganya;
Tidak memerlukan komisi seperti Komisi
Penilai Amdal;
Tidak ada persyaratan lisensi

Halaman 43

Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbi tan SKKL & Izin Lingkungan

Pemrakarsa

Penyusunan
UKL-UPL

Menteri ,gubernur ,atau bupati/walikota

Permohonan Izin Lingkungan


dan Pemeriksaan UKL/UPL
Pemeriksaan Administrasi
Pengumuman Permohonan Izin
Lingkungan

Pemrakarsa
Pemeriksaan UKL/UPL
Catatan: Jangka waktu
Pemeriksaan Teknis UKLUPL :14 Hari Kerja ,
termasuk pengumuman
permohonan izin lingkungan
DAN
tidak termasuk perbaikan /
penyempurnaan

Penerbitan Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL &
Izin Lingkungan
Pengumuman Izin Lingkungan

Pemeriksaan
UKL-UPL dan
Penerbitan
Rekomendasi
UKL-UPL dapat
dilakukan oleh:
a. Pejabat yang
ditunjuk oleh
Menteri;
b. Kepala
Instansi LH
Provinsi ;atau
c. Kepala
Instansi LH
Kab/Kota.
Pasal 40 PP 27/2012

Penerbitan Rekomendasi UKL-UPL


MENTERI
GUBERNUR
Bupati/Walikota

Pemeriksaan
Teknis
UKL-UPL
Sumber :Pasal 38 PP 27/2012
Izin Lingkungan

DalamPP 27/1999 :Ketentuan terkait hal


ini tidak diatur/tidak ada

Menerbitkan
Rekomendasi
UKL-UPL
Muatan Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL
1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya
1 persetujuan UKL-UPL;
2.
2
3.
3

Peryataan persetujuan UKL-UPL


persyaratan dan kewajiban pemrakarsa
sesuai dengan yang tercantum dalam RKLRPL.

1.
4 jumlah dan jenis izin PPLH yang
diwajibkan( Jika wajib memiliki izin
PPLH)
Halaman 44

Konsep Muatan Rekomendasi Persetujuan


UKL-UPL
1)

Dasar pertimbangan diterbitkannya Rekomendasi persetujuan UKL-UPL:

2)

Peraturan perundangan dan kronologi yang menjadi dasa r pertimbangan


diterbitkannya Rekomendasi persetujuan UKL-UPL;

3)

Pernyataan penetapan persetujuan UKL-UPL

4)

Pernyataan bahwa lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan


dilakukan adalah sesuai dengan yang dituangkan dalam deskripsi kegiatan
pada formulir UKL-UPL

5)

Kewajiban pemrakarsa

6)

Kewajiban pihak lain

7)

Jumlah dan jenis izin PPLHnya

8)

Jumlah dan jenis perizinan lainya

9)

Masa berlakunya rekomendasi UKL-UPL yang menyatakan bahwa


rekomendasi dimaksud berlaku sepanjang tidak ada perubahan atas rencana
usaha dan/atau kegiatan yang dideskripsikan dalam formulir UKL, UPL; dan

10)

Tanggal Penetapan mulai berlakunya rekomendasi UKLL-UP

Sumber :Draft Revisi Permenlh No .05/2008

Konsep Muatan Rekomendasi Penolakan


UKL-UPL
1) Dasar pertimbangan diterbitkannya
Rekomendasi penolakan UKL-UPL:
2) Peraturan perundangan dan kronologi yang
menjadi dasar pertimbangan diterbitkannya
Rekomendasi penolakan UKL-UPL;
3) Pernyataan penetapan penolakan UKL-UPL ;
dan
4) Tanggal Penetapan mulai berlakunya
rekomendasi penolakan UKL-UPL
Sumber :Draft Revisi Permenlh No .05/2008

Halaman 45

Penerbitan Izin Lingkungan Hidup Untuk Rencana


Usaha dan/atau Kegiatan Wajib UKL-UPL

UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri

Izin lingkungan dari Menteri

Rekomendasi dari gubernur

Izin lingkungan dari gubernur

Rekomendasi dari bupa /


walikota

Izin lingkungan dari bupa /


walikota

Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri ,gubernur ,atau bupati/walikota


bersamaan dengan diterbitkannya rekomendasi persetujuan UKL-UPL

Sumber :Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan

DalamPP 27/1999 :Ketentuan terkait hal


ini tidak diatur/tidak ada

Konsep Muatan Izin Lingkungan

Konsep dasar muatan izin ,termasuk izin


lingkungan pada dasarnya harus memuat
bu r-bu r sebagai berikut:
Iden tas Pemrakarsa/Pemegang Izin;
Persyaratan
Kewajiban
Hal-hal Lain
Masa berlakunya Izin Lingkungan
Halaman 46

Perubahan Izin Lingkungan

Perubahan Izin Lingkungan


Penerbitan Perubahan Izin Lingkungan
Perubahan SKKL atau
Rekomendasi UKL-UPL

Laporan
Perubahan

Perubahan
Pengelolaan &
Pemantauan
Lingkungan

Perubahan
Kepemilikan

Perubahan yang
Berpengaruh
terhadap LH
9)Kriteria(

Amdal
Baru

Adendum
Andal &
RKL-RPL

UKLUPL
Baru

c
d

Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan ,
apabila usaha dan/atau kegiatan yang telah
memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan

Perubahan Dampak /Resiko


LH) ERA/Audit LH[

Rencana Usaha/Kegiatan tidak


dilaksanakan setelah 3 Tahun Izin
Lingkungan diterbitkan
Sumber :Pasal 50-51 PP No .27 Tahun 2012

Halaman 47

Perubahan Berpengaruh terhadap Lingkungan Hidup

Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Alat-alat Produksi
Kapasitas Produksi
Spesikasi teknik
Sarana Usaha dan/atau
kegiatan
Perluasan Lahan dan
Bangunan
Waktu dan Durasi Operasi
Usaha dan/atau Kegiatan
dalam Kawasan yang belum
dilingkup
Perubahan Kebijakan
Pemerintah
Perubahan LH yang
mendasar akibat peristiwa
alam atau akibat lain

Kata kunci B
ERPENGARUH
Hanya
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan
yang BERPENGARUHterhadap lingkungan
yang wajib mengajukan perubahan izin
lingkungan.

Kriteria
Perubahan
yang lebih
detail

b
Adendum
Andal &
RKL-RPL

AMDAL
BARU

Denisi;
Besaran/
Skala
dll

UKL-UPL
BARU

Sumber : Pasal 50 ayat )2 (huruf )c ,(ayat )4 (dan


ayat )8 (PP No .27 Tahun 2012

Konsep Tata Laksana Perubahan Izin Lingkungan


Usaha dan/atau
Kegiatan

MENTERI
GUBERNUR
Bupati/Walikota

Permohonan
Perubahan
Izin
Lingkungan

Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan

Penerbitan
Perubahan
Izin
Lingkungan

Rencana Perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan

Perubahan SKKL
atau Rekomendasi
UKL-UPL

Amdal
Baru

Kriteria
Detail

Assessment

Adendum
Andal &
RKL-RPL

UKLUPL
Baru

Menteri ,Gubernur atau Bupati/Walikota


Instansi Lingkungan Hidup;
Assessment dilakukan oleh Instansi LH bersama dengan Tim Teknis KPA
Halaman 48

Kewajiban Pemegang Izin


Lingkungan dan Pengawasan
Lingkungan Hidup

Izin Lingkungan bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah


memiliki dokumen Lingkungan sebelum PP 27/2012
diterbitkan

Dokumen lingkungan yang


telah mendapat persetujuan
sebelum berlakunya PP ini ,
dinyatakan tetap berlaku dan
dipersamakan sebagai izin
lingkungan
Sumber :Pasal 73 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Halaman 49

Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan

Pemegang izin lingkungan berkewajiban untuk:


a. menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat
dalam izin lingkungan ;
b. membuat dan menyampaikan laporan
pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungankepada
Menteri ,gubernur ,atau bupati/walikota ;dan
c. Menyediakan dana penjamin untuk pemulihan
fungsi lingkungan hidup sesuai ketentuan
PUU- ; (diberlakukan jika sudah ada PP
yang mengatur tentang dana penjaminan)

Laporan disampaikan secara berkala setiap 6


(enam) bulan
DalamPP 27/1999 :Ketentuan terkait hal

Sumber :Pasal 53 PP 27/2012 Izin Lingkungan

ini tidak diatur/tidak ada

Mekanisme dan Frekuensi Pelaporan Pelaksanaan Izin Lnigkungan


Persyaratan dan
kewajiban yang dimuat
dalam izin
lingkungan ,termasuk
RKL-RPL dalam
Dokumen Amdal dan
dalam Formulir UKLUPL ,serta izin PPLH

Pemrakarsa

Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan

Masyarakat/Publik

Instansi yang membidangi


usaha/kegiatan ybs.
Instansi yang ditugasi
mengelola LH di Pusat ,
Provinsi ,Kab/Kota
Frekuensi
6 (enam (bulan
sekali

Pelaporan:
Buku
File elektronik i.e .CD
Buku Laporan atau
sistem informasi
elektronik i.e .Website

Pasal 68 UU 32/2009 :setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban (a)
memberikan informasi yang terkait dengan PPLH secara benar ,akurat ,terbuka dan tepat waktu...
Pasal 65 ayat) 2 (UU 32/2009 :setiap orang berhak mendapatkan.... akses informasi... atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat
Halaman 50

Sistematika Laporan Pelaksanaan Izin Lingkungan


1 BAB I PENDAHULUAN
A. Identitas
Perusahaan/Pemegang Izin
Lingkungan
B. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan
C. Deskripsi Kegiatan
D. Perkembangan Lingkungan
Sekitar

3 BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan mengenai efektivitas


pengelolaan lingkungan hidup dan
kendala-kendala yang dihadapi;
Kesimpulan mengenai kesesuaian
hasil pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan
dengan rencana pengelolaan dan
pemantauan dalam dokumen
RKL-RPL atau dalam Formulir
UKL-UPL

BAB II PELAKSANAAN DAN


EVALUASI
A. Pelaksanaan Persyaratan dan
Kewajiban yang tercantum dalam
Izin Lingkungan;
B. Evaluasi
1. Evaluasi Kecendrungan
2. Evaluasi Tingkat Kritis
3. Evaluasi Penaatan

Sanksi Administratif
Pasal 53 :Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan) :a (menatiapersyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan) ,b (membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungankepada Menteri ,gubernur ,atau bupati/walikota ;dan ) c (Menyediakan dana
penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup se suai ketentuan PUU .Laporan disampaikan secara
berkala setiap 6 (enam) bulan

Pemegang izin yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi administratif
yang meliputi:
teguran tertulis;
paksaan pemerintah;
pembekuan izin lingkungan ;atau
pencabutan izin lingkungan

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) di terapkan oleh Menteri ,gubernur ,atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
Sumber :Pasal 71 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Halaman 51

PP No 27 .Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan

)Sumber :M. Askary ,2010(

Proposal Kegiatan

Wajib AMDAL
Pengumuman &
konsultasi masyarakat
Penyusunan KA-ANDAL
Pemeriksaan Administrasi
Penilaian KA-ANDAL

Wajib UKL/UPL

Izin pembuangan air limbah


Izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke
tanah] land applica on[
Izin penyimpanan sementara LB3
Izin pengumpulan LB3
Izin pengangkutan LB3
Izin pemanfaatan LB3
Izin pengolahan LB3
Izin penimbunan LB3
Izin pembuangan air limbah ke laut
Izin dumping ke laut
Izin reinjeksi ke dalam formasi
Izin ven ng ke udara

Penyusunan ANDAL & RKL-RPL,


Permohonan Penilaian
ANDAL & RKL-RPL

Permohonan Izin Lingkungan


]Persyaratan Adm & Teknis[

Permohonan
Pemeriksaan UKL/UPL

Pemeriksaan Administrasi

Pemeriksaan Administrasi

Pemeriksaan Administrasi

Pengumuman
Penilaian ANDAL & RKL-RPL
Tidak
Layak

SKKLH

Pemeriksaan UKL/UPL
Rekomendasi UKL-UPL

Halaman 52

Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Memiliki Izin Lingkungan

Usaha
dan/atau
Kegiatan
Wajib AMDAL

IZIN
LINGKUNGAN

Wajib Memiliki
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Wajib UKL/UPL

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang


wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan
Sumber :Pasal 2 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Proses Izin Lingkungan


Penyusunan Amdal
&UKL-UPL
1

Penilaian Amdal &


Pemeriksaan UKL-UPL

Permohonan &
Penerbitan Izin
Lingkungan

Izin
Lingkungan
Sumber :Pasal 2 PP 27/2012 Izin Lingkungan

46

Halaman 53

Penyusunan UKL-UPL
Tahap Perencanaan
1

Rencana
Umum

Studi
Kelayakan

3
Disain
Rinci

4
Konstruksi

5
Operasi

UKL-UPLdisusun olehpemrakarsapadatahap perencanaan


suatu usaha dan/atau kegiatan
11. Identitas pemrakarsa;
22. Rencana usaha dan/atau
kegiatan;

33.
44.
Formulir UKL-UPL

Dampak lingkungan yang


akan terjadi; dan
Program pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
hidup.

1.Lokasi sesuai dengan


rencana tata ruang .
2.Tidak sesuai :tidak dapat
dinilai dan dikembalikan

Sumber :Pasal 14-15 PP 27/2012 Izin Lingkungan

Peraturan MENLH terkait LPJP &


Sistem Kompetensi Amdal
Peraturan MENLH terkait dengan Mandat PP No .27 Tahun 2012
yang menjadi tanggung jawab unit kerja lain di KLH) Asdep
Stanstek Deputi VII MENLH adalah:
Tata Cara dan persyaratan untuk mendirikan LPJP Do kumen
Amdal (Pasal 10 ayat 3);
Sertikasi kompetensi penyusun Amdal ,penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan penyusun Amdal ,lembaga sertikasi
penyusun Amdal(Pasal 11 (ayat 6);
Saat ini ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan MENLH No.7
Tahun 2010 tentang Sertikasi Kompetensi Penyusunan Dokumen
Amdal dan Persyaratan LPK Penyusun Dokumen Amdal . Terkait
dengan ketentuan tersebut ,Asdep Stanteks juga merencanakan
untuk melakukan revisi Peraturan MENLH No .7 Tahun 2010
tersebut .

Halaman 54

PB 4

AMDAL ,UKL dan UPL

AMDAL ,UKL ,UPL


PP 27 tahun 1999
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan atau kegiatan .

AMDAL SEBAGAI SALAH SATU ALAT BAGI


PENGAMBIL KEPUTUSAN

Halaman 55

BEBERAPA ISTILAH
Amdal:

AnalisisMengenai
MengenaiDampak
DampakLingkungan
Lingkungan
Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
Analisis

suatuanalisis
analisismengenai
mengenaidampak
dampak
suatu
analisis
mengenai
dampak
suatu
lingkungandari
darisuatu
suatuproyek
proyekyang
yang
lingkungan
dari
suatu
proyek
yang
lingkungan
meliputievaluasi
evaluasidan
danpendugaan
pendugaan
meliputi
evaluasi
dan
pendugaan
meliputi
dampakproyek
proyekterhadap
terhadaplingkungan
lingkungan,,,
dampak
proyek
terhadap
lingkungan
dampak
yangterdiri
terdiridari
dari:::PIL
PIL,KA
,KA,Andal
,Andal,RKL
,RKL
yang
terdiri
dari
PIL
,KA
,Andal
,RKL
yang
danRPL
RPL
dan
RPL
dan

Andal: Analisis Dampak Lingkungan

Environmental Impact Analysis


Environmental Impact Assessment
telaahan secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu kegiatan yang
direncanakan

Impact :

effect/ pengaruh / dampak/ benturan


Dampak adalah setiap perubahan yang
terjadi dalam lingkungan akibat adanya
aktivitas manusia

Halaman 56

PIL:

Penyajian Informasi Lingkungan adalah


suatu proses untuk memperkirakan
kemungkinan terjadinya dampak yang akan
digunakan untuk menetapkan apakah proyek
yang diusulkan perlu Andal atau tidak

PEL:

Penyajian Evaluasi Lingkungan adalah suatu


aktivitas penelaahan seperti PIL yang
dilakukan pada proyek yang sudah berjalan.

SEL:

Studi Evaluasi Lingkungan adalah analisis


dampak lingkungan yang dilakukan pada
proyek yang sudah berjalan.

RKL:

Rencana Pengelolaan Lingkungan ,bagian dari


Amdal suatu proyek ,berisi rencana aktivitas
pengelolaan lingkungan yang disusun
berdasarkan hasil studi Andal

RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan ,merupakan


bagian yang sangat penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup .Untuk mengetahui apakah
pendugaan dampak yang tercantum dalam
Andal benar terjadi dan aktivitas pengelolaan
lingkungan yang telah dilakukan sesuai / tidak
dengan yang diharapkan.

Halaman 57

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan


dapat mencapai sasaran

Maka AMDAL dijadikan sebagai salah satu


syarat perijinan suatu usaha /kegiatan
KA-ANDAL )Dokumen Kerangka Acuan
Analisis Dampak Lingkungan
(
ANDAL )Dokumen Analisis Dampak
Lingkungan (

AMDAL

RKL )Dokumen Rencana Pengelolaan


Lingkungan(
RPL )Dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (

KA-ANDAL

ANDAL

Memuat potensi dampak penting ,wilayah studi dan


arahan kedalaman studi ANDAL,RKL dan RPL

Memuat Rona lingkungan ,Prakiraan Dampak ,


Evaluasi Dampak dan sebagai bahan masukan
untuk keputusan kelayakan lingkungan

RKL
Memuat arahan untuk pengelolaan dampak
penting ,disusun berdasarkan hasil studi Andal ,
merupakan bagian dari laporan Studi Amdal

RPL
Memuat berbagai rencana pemantauan
terhadap berbagai komponen lingkungan yang
telah dikelola akibat terkena dampak suatu
kegiatan

Halaman 58

HAL HAL YANG DIKAJI DALAM PROSES AMDAL

ASPEK :
FISIK KIMIA
EKOLOGI /BIOLOGI

ASPEK SOSIAL EKONOMI


SOSIAL BUDAYA
KESEHATAN MASYARAKAT

Mengapa perlu AMDAL ?


1 .Adanya Undang- undang dan Peraturan Pemerintah

Tanpa adanya Undang-undang ,Peraturan


Pemerintah ,Pedoman-pedoman ,Baku Mutu ,maka
dasar hukum pelaksanaan Amdal tidak ada.
2. Amdal harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak
rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan
ideal ,tetapi kesadaran mengenai masalah ini tidak
mudah ditanamkan pada setiap orang terutama para
pemrakarsa proyek

Halaman 59

Siapa yang dilibatkan dalam proses Amdal ?


Orang atau badan hukum yang bertanggung jawab
atas rencana suatu kegiatan,hrs mengetahui bgm
dampak yg mempengaruhi kelangsungan proyek

1. PEMRAKARSA
2. PELAKSANA

Harus mengetahui penempatan lokasi kegiatan


yg seharusnya &upaya mengurangi dampak

3. PEJABAT PEMERINTAH

Perlu mengetahui implikasi dampak


terhadap kegiatan lain

4 .PERENCANA REGIONAL

Harus mengatahui pengaruh


dampak terhadap pemb.wilayah
&tataguna tanah

5. MASYARAKAT SETEMPAT ATAU WAKILNYA


Masyarakat terkena dampak

6 .POLITIKUS

Masyarakat pemerhati

Harus mengetahui siapa yang


terkena dampak ,bentuk dampak,isue
yang perlu mendapat perhatian

KEGUNAAN AMDAL
1 .PEMERINTAH
Sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan
lingkungan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.

Merupakan bahan masukan dalam perencanaan


pembangunan wilayah.
Untuk mencegah agar potensi sumber daya alam di sekitar
lokasi proyek tidak rusak dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup

Halaman 60

2 .MASYARAKAT
Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk berpartisipasi.
Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi
dan manfaat serta kerugian akibat adanya suatu
kegiatan.

Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam


hubungan dengan usaha dan atau kegiatan di
dalam menjaga dan mengelola kualitas
lingkungan.

3 .PEMRAKARSA
Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan
yang akan dihadapi pada masa yang akan datang
Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan
sasaran proyek.

Sebagai pedoman untuk pelaksanaan


pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

Halaman 61

Secara umum kegunaan AMDAL adalah :


Memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha ,
berikut dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
Menampung aspirasi ,pengetahuan dan pendapat penduduk
khususnya dalam masalah lingkungan ,dengan akan didirikannya
rencana usaha tersebut.
Menampung informasi setempat yang berguna bagi pemrakarsa
dan masyarakat dalam mengantisipasi dampak dan mengelola
lingkungan.
Melalui partisipasi masyarakat dalam proses Amdal ,diharapkan di
masa mendatang masyarakat juga akan turut serta secara aktif
dalam pengambilan keputusan mengenai kelayakan lingkungan
suatu rencana usaha dan atau kegiatan.

PROSEDUR AMDAL
Proses penapisan )screening (wajib AMDAL
Proses seleksi apakah suatu kegiatan wajib AMDAL atau tidak
Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat
Pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan Keputusan
Kepala BAPEDAL No.8/2000 ,menanggapi masukan,konsultasi
pada masyarakat sebelum menyusun KA-ANDAL

Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL )scoping(


proses penentuan lingkup permasalahan yang akan dikaji
dalam studi ANDAL .Proses penilaian oleh Komisi penilai
AMDAL ,lama waktu penilaian 75 hari

Penyusunan dan penilaian ANDAL ,RKL ,RPL


proses penyusunan ANDAL,RKL dan RPL dilakukan dengan
mengacu pada KA- ANDAL yang telah disepakati hasil penilaian
komisi AMDAL .Proses penilaian ANDAL,RKL,RPL adalah 75 hari

Halaman 62

UKL dan UPL


UKL )Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (
UPL )Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (

Adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan


dan pemantauan lingkungan hidup oleh
penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak
wajib melakukan AMDAL
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86
tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL


harus melaksanakan UKL dan UPL
Kewajiban UKL-UPL berlaku bagi kegiatan yang
tidak wajib AMDAL dan dampak kegiatan mudah
dikelola dengan teknologi yang tersedia
Merupakan perangkat pengelolaan lingkungan
hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar
untuk menerbitkan ijin melakukan kegiatan

Halaman 63

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan


seperti AMDAL

Identitas pemrakarsa
Rencana Usaha dan/atau kegiatan
Dampak Lingkungan yang akan terjadi
Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :


Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan
lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang
berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota

Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan


lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang
berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan
lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan
untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi
atau lintas batas negara

Halaman 64

Kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL


a .Kegiatan penggunaan dan transformasi lahan
Contoh :proyek transmigrasi ,irigasi ,pembuatan perkebunan ,
tambak udang dll.

b .Kegiatan pengambilan sumberdaya alam


Contoh :pertambangan )emas ,batubara ,tembaga dll ,(.
eksploitasi hutan )HPH.(

c .Kegiatan pembinaan sumberdaya alam


Contoh :Reklamasi lahan ,reboisasi hutan ,pengendalian banjir.

d .Kegiatan pertanian
Contoh :pencetakan sawah ,peternakan ,perikanan )kolam ,air deras ,(
perkebunan.

e .Kegiatan industri
Contoh :pendirian pabrik pupuk ,semen ,tapioka ,mobil,
kertas ,baja ,makanan ternak. ,

f .Kegiatan transportasi
Contoh :pembuatan jalan baru seperti jalan tol dan jalan layang,
pembuatan pelabuhan baik udara ,ferry ,perikanan ,dan
sebagainya.

g. Kegiatan pengadaan energi


Contoh :pembuatan PLTA ,PLTU ,PLTD ,PLTN ,dll.

h. Kegiatan pariwisata
Contoh :pembuatan tempat rekreasi ,lapangan golf ,
taman hiburan ,dll

Halaman 65

KOMISI PENILAI AMDAL


Sebagaimana disebut dalam Kep-MENLH 41/2000 tentang Pedoman
Pembentukan Komisi Penilai Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota, Tim Teknis terdiri atas para ahli dari instansi teknis yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dan Bapedalda
Kabupaten/Kota atau instansi lain yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota, serta ahli lain dengan bidang ilmu
yang terkait. Tim Teknis dipimpin oleh seorang ketua yang dirangkap oleh
sekretaris komisi penilai AMDAL. Tim teknis bertugas untuk melakukan
penilaian dokumen AMDAL dari aspek teknis yang meliputi:

kesesuaian dengan pedoman umum dan/atau pedoman teknis di bidang


analisis mengenai dampak lingkungan hidup;
kesesuaian peraturan perundangan di bidang teknis;
ketepatan dan kesahihan data, metode dan analisis;
kelayakan desain, teknologi dan proses produksi yang digunakan.

Pembentukan Tim Te knis ini didasarkan atas pertimbangan efisiensi proses


AMDAL. Masalah-masalah teknis diselesaikan oleh Tim Teknis secara tuntas,
sehingga dalam rapat penilaian oleh Komisi AMDAL yang dibahas hanyalah
masalah kebijakan dan diharapkan tidak ada lagi pembicaraan mengenai
masalah teknis.
Pengertian Komisi Penilai AMDAL
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang tugasnya melakukan penilain
dokumen AMDAL. Komisi Penilai mempunyai kedudukan di instansi yang
tugasnya sebagai pengendali lingkungan. Komisi Penilai di tingkat daerah
dibentuk oleh gubernur sedangkan Komisi Penilai di tingkat pusat dibentuk oleh
menteri.
Sebutan Komisi Penilai di tingkat pusat yaitu Komisi Penilai Pusat, sedangkan
Sebutan Komisi Penilai di tingkat daerah yaitu Komisi Penilai Daerah. Komisi
penilai di tingkat pusat mempunyai kedudukan di Kementrian Lingkungan
Hidup, komisi penilai di tingkat provinsi mempunyai kedudukan di Bapedalda
atau instansi yang mengelola lingkungan hidup provinsi, dan di tingkat kota/
kabupaten mempunyai kedudukan di Bapedalda atau instansi yang mengelola
lingkungan hidup kota/ kabupaten. Komisi Penilai Pusat berwenang menilai
hasil analisis dampak lingkungan hidup bagi jenis usaha atau kegiatan yang
bersifat strategis atau menyangkut ketahanan dan keamanan negara, berlokasi
meliputi lebih dari satu wilayah provinsi, berlokasi di wilayah yang setatusnya

Halaman 66

belum jelas dengan negara lain, berlokasi di wilayah ruang lautan, atau berlokasi
di lintas batas negara.
Unsur pemerintah yang lain yang memiliki kepentingan dan warga atau
masyarakat yang kena dampak diusahakan terwakili pada Komisi Penilai ini.
Susunan keanggotaan dan kinerja Komisi Penilai AMDAL diatur dalam
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sedangkan keanggotaan pada
Komisi Penilai AMDAL di tingkat kota/kabupaten dan provinsi yang
menetapkan adalah bupati/walikota dan gubernur. Yang membantu Komisi
Penilai yaitu tim teknis yang tugasnya memberi pertimbangan teknis atas
komponen dokumen AMDAL. Berikut ini adalah Tim teknis tersebut yang
terdiri atas:
Instansi yang mempunyai tugas untuk mengendalikan lingkungan.
Instansi teknis yang menguasai atau membidangi kegiatan maupun usaha
yang terkait.
Instansi yang berlatar belakang bidang ilmu yang ada kaitannya.
TUGAS TIM TEKNIS KOMISI PENILAI AMDAL
Tim teknis mempunyai tugas, antara lain:
1. Menilai secara teknis dan melakukan kendali mutu atas KA, Andal, dan
RKL-RPL beserta perbaikannya melalui:
1.1
Uji tahap proyek;
Uji tahap proyek yang dimaksudkan adalah bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan masih berada pada tahap
perencanaan (studi kelayakan atau DED). Dalam hal amdal disusun
pada tahap DED maka memiliki konsekuensi bahwa informasi
mengenai deskripsi kegiatan harus lebih rinci dan RKL-RPLnya
lebih implementatif. serta lokasinya harus sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah (RTRW) setempat yang berlaku dan sudah
ditetapkan.
1.2
Uji kualitas dokumen;
1.2.1 Uji Konsistensi
Uji konsistensi secara umum adalah menilai konsistensi penyusunan
dokumen Amdal maupun pelaksanaan kajian Amdalnya. Secara
rinci, uji konsistensi meliputi:
1) konsistensi antara dampak penting hipotetik dari hasil
pelingkupan (termasuk parameter yang akan dikaji) dengan
metode studi yang akan digunakan;
2) konsistensi antara dampak penting hipotetik (termasuk
parameter yang dikaji) dengan metode prakiraan dampak, rona
lingkungan awal, prakiraan besaran dampak, sifat penting
dampak, evaluasi secara holistik serta rencana pengelolaan dan

Halaman 67

pemantauan lingkungan hidup; dan


3) konsistensi dampak lingkungan (termasuk parameternya) yang
akan dikelola yang tertera pada KA dan Andal dengan yang
tertera dalam RKL-RPL.
1.2.2 Uji Keharusan
Uji keharusan secara umum dimaksudkan untuk menilai bahwa
suatu dokumen Amdal telah memenuhi aspek-aspek yang harus ada
dalam suatu dokumen Amdal, Secara rinci dokumen amdal wajib
berisi:
1) proses pelingkupan, dengan hasil berupa dampak penting
hipotetik, batas wilayah studi dan batas waktu kajian yang
dilengkapi dengan metode studi;
2) dampak penting, prakiraan besaran dampak dan prakiraan sifat
penting dampak;
3) evaluasi holistik termasuk penentuan kelayakan lingkungan
hidup; dan
4) dampak yang dikelola dan dipantau dan rencana pengelolaan
dan pemantauan dampak dimaksud.
1.2.3 Uji kedalaman
Uji kedalaman yang dimaksudkan adalah menilai bahwa
penyusunan amdal dilakukan dengan menggunakan data dan
metodologi yang sahih serta sesuai dengan kaidah ilmiah dalam
pelaksanaan dan perumusan hasil studi Amdal. Uji kedalaman
dilakukan oleh seseorang dengan keahlian di bidang tertentu.
1.2.4 Uji relevansi
Uji relevansi dilakukan untuk memastikan:
1) kesesuaian antara arahan upaya pengelolaan lingkungan hidup
dengan dampak lingkungan yang timbul;
2) kesesuaian antara arahan upaya pemantauan lingkungan hidup
dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan dampak
lingkungan yang timbul;
3) kesesuaian antara bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan
bentuk pemantauan lingkungan dengan dampak lingkungan
yang timbul;
4) kesesuaian antara lokasi pengelolaan dengan lokasi timbulnya
dampak;
5) kesesuaian antara periode pengelolaan dengan waktu terjadinya
dampak; dan
6) ketepatan institusi yang melakukan pengawasan dan institusi
yang menerima laporan, dengan dampak lingkungan yang
dikelola dan dipantau.

Halaman 68

1.3

2.
3.

Telaahan terhadap kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan atas


rencana usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil kajian yang
tercantum dalam Andal dan RKL-RPL dan kriteria kelayakan
lingkungan;
Menyampaikan hasil penilaian KA, Andal, dan RKL-RPL kepada ketua
KPA; dan
Menyampaikan hasil telaahan terhadap kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan rencana usaha dan/atau kegiatan dan hal-hal teknis yang harus
diperhatikan oleh anggota KPA dalam memberikan rekomendasi
kelayakan atau ketidaklayakan.

PROSES PENILAIAN DOKUMEN AMDAL


Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, maka setiap usaha
dan/atau kegiatan wajib AMDAL sebelum melakukan aktifitas dilapangan harus
menyusun dokumen AMDAL sebagai salah satu persyaratan untuk
mengeluarkan izin lainnya sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan dilokasi
kegiatan:
1. Dokumen AMDAL Terdiri Dari:
1.1 Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL),
1.2 Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL),
1.3 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
1.4 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
2. Tahapan Penyusunan Dokumen AMDAL
2.1 Tahap Pra-AMDAL
Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDALDA Nomor 08 Tahun 2000
tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses
AMDAL setiap usaha dan/atau kegiatan sebelum menyusun dokumen
AMDAL, terlebih dahulu diumumkan kepada masyarakat dengan melalui
: (1) Media cetak, berupa bukti asli pengumuman dari surat kabar; (2)
Media elektronik, berupa surat pernyataan dari kantor station televisi atau
radio yang menyatakan bahwa pemrakarsa telah melakukan pengumuman;
(3) Lokasi kegiatan, berupa bukti asli pengumuman (poster/leaflet) dan
surat dari instansi yang berwenang (misal : Kepala Desa/Lurah) yang
menyatakan bahwa pemrakarsa telah melakukan pengumuman.
2.2 PROSES PENILAIAN DOKUMEN KA-ANDAL
Dalam proses penilaian dokumen KA-ANDAL dilakukan bertahap antara
lain (1) Penerimaan dokumen KA-ANDAL, (2) Melakukan evaluasi
dokumen KA-ANDAL tentang kelengkapan administrasi untuk
mengetahui dokumen KA-ANDAL tersebut layak untuk dinilai), (3)
Penilaian Dokumen KA-ANDAL oleh Tim Teknis/Komisi Penilai

Halaman 69

AMDAL, (4) Pembuatan SK KA-ANDAL apabila semua rangkaian


pelaksanaan penilaian dokumen KA-ANDAL telah dilaksanakan dan
memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan dibidang
AMDAL.
2.3 PROSES PENILAIAN DOKUMEN ANDAL, RKL DAN RPL
Dalam proses penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL dilakukan
beberapa tahap antara lain : (1) Penerimaan dokumen ANDAL, RKL dan
RPL; (2) Melakukan evaluasi dokumen ANDAL, RKL dan RPL tentang
kelengkapan administrasi untuk mengetahui dokumen ANDAL, RKL dan
RPL tersebut layak untuk dinilai; (3) Penilaian Dokumen ANDAL, RKL
dan RPL oleh Tim Teknis/Komisi Penilai AMDAL; (4) Membuat
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup apabila semua rangkaian
pelaksanaan penilaian dokumen ANDAL, RKL dan RPL telah
dilaksanakan dan memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundangundangan dibidang AMDAL.
2.4 PRODUK AKHIR DARI PROSES AMDAL
Produk akhir dari proses penilaian dokumen AMDAL adalah
dikeluarkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup (SKKL). Dalam
proses penilaian AMDAL, sebelum akhir dari semua rangkaian kegiatan
AMDAL yang perlu diperhatikan adalah (1) Izin prinsip dari yang
berwenang berupa izin prinsip kegiatan dan izin prinsip lokasi, sebagai
dasar untuk dilakukan penyusunan dokumen AMDAL suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan; (2) Keputusan Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) sebagai dasar untuk menyusun
dokumen ANDAL, RKL dan RPL; (3) Rekomendasi kepala instansi
lingkungan hidup yang menyatakan bahwa proses penilaian AMDAL telah
dilakukan sesuai aturan yang berlaku dan hasil proses penilaian AMDAL,
sebagai dasar untuk dikeluarkannya SKKL.
3. KEWENANGAN PENILAIAN AMDAL
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05
Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup telah diatur tentang kewenangan penilaian
AMDAL, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hal ini
pemerintah propinsi dan kabupaten/kota. Kabupaten/kota yang belum
memiliki lisensi atau lisensinya dicabut, untuk sementara penilaian
dokumen AMDAL diselenggarakan oleh komisi penilai AMDAL propinsi
dan keputusan atas kelayakan lingkungan hidup diterbitkan oleh gubernur.
Selanjutnya komisi penilai kabupaten/kota yang telah memiliki lisensi
namun belum mampu menyelenggarakan penilaian dokumen AMDAL
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tertentu yang menjadi
kewenangannya atas permintaan bupati/walikota untuk sementara
penilaian dokumen AMDAL diselenggarakan oleh komisi penilai

Halaman 70

AMDAL propinsi dan keputusan atas kelayakan lingkungan hidup tetap


diterbitkan oleh bupati/walikota.
Bagi kabupaten/kota yang belum memiliki lisensi dapat mengajukan
permohonan rekomendasi lisensi kepada gubernur melalui instansi
lingkungan hidup propinsi dengan mengacu kepada Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 2010 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
Teknik Penilaian Dokumen AMDAL
Tujuan studi ini adalah dihasilkannya seperangkat kriteria dan teknik penilaian
dokumen AMDAL, sebagai pelengkap terhadap Kepmen LH Nomor 2 Tahun
2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL. Adapun hasil pekerjaannya
adalah laporan tentang kriteria dan teknik penilaian dokumen AMDAL.
Teknik Penilaian AMDAL
Dokumen AMDAL terdiri dari:
1. K.A. ANDAL: Ruang lingkup kajian AMDAL yang merupakan hasil
pelingkupan
2. ANDAL: Telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan
penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan
3. RKL: Upaya penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan
4. RPL: Upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak besar dan penting akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan
5. Ringkasan Eksekutif
Teknik Penilaian AMDAL
Uji Administratif
Uji Fase Kegiatan Proyek
Uji Mutu:
Aspek Keharusan
Aspek Konsistensi
Aspek Relevansi
Aspek Kedalaman

Uji Administratif
Antara lain:
Dalam K.A. Andal
Perijinan yang diperlukan (sesuai dg R.K.)
Surat Keputusan/Dok yg dipersyaratkan utk ijin Lokasi
Peta terkait

Halaman 71

Tata ruang
Tata guna lahan
Rencana lokasi
Topografi, Geologi
Batas Wilayah Studi
Rencana Lokasi Pengambilan Sampel
Riwayat Hidup (CV) Penyusun AMDAL
Dan lain-lain (tergantung RK dan Aturan KPA)

Uji Fase Kegiatan Proyek


Antara lain:
Tahap Kegiatan Proyek
Tahap prakonstruksi
Tahap konstruksi
Tahap operasi
Tahap pasca operasi
Kajian Alternatif
Alternatif lokasi proyek , jalur pipa/transmisi, akses jalan masuk, fasilitas
pendukung, dll.
Alternatif teknologi, proses, kapasitas produk, dll.
Alternatif bahan baku
Uji Mutu
Aspek keharusan: Kesesuaian dengan pedoman teknis, peraturan dan baku mutu
Contoh:
Sistematika K.A Andal apakah telah sesuai dengan Permen LH No 8 Th 2006.
1. Pendahuluan
2. Ruang lingkup studi
3. Metode studi
4. Pelaksana studi
Aspek Konsistensi:
Contoh:
1. Jenis Dampak Hipotetis dengan:
2. Metode Pengumpulan & Analisis Data
3. Skala Kualitas Lingkungan (K.L.)
4. Metode Prakiraan K.L. yg akan datang
Aspek Relevansi
Pelingkupan: Relevansi antara jenis dampak dengan jenis kegiatan
Metode: Relevansi antara metode pengambilan data, analisis data dengan
jenis dampak

Halaman 72

Aspek Kedalaman
Pada Metode Prakiraan Besar dan Penting Dampak
Metode yg digunakan apakah menggunakan formal/analogi?
Apakah ada simulasi pemodelan ?
Skala Kualitas Lingkungan apakah ada Referensi Baku ?
Kepentingan Dampak apakah komprehensif ?
Dan lain-lain
Sistematika K.A. ANDAL
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan & Manfaat
1.3 Peraturan
2. Ruang Lingkup
2.1 Lingkup R.K. & Alternatif
2.2 Lingkup RLA
2.3 Pelingkupan
2.4 Proses
2.5 Hasil: Dampak Hipotetis, Batas Wilayah
3. Metode Studi
3.1 Pengumpulan & Analisis Data
3.2 Prakiraan Dampak Penting
3.3 Evaluasi Dampak Penting
4. Pelaksana Studi
4.1 Pemrakarsa
4.2 Penyusun
4.3 Biaya studi (% tase distribusi)
4.4 Waktu studi
5. DAFTAR PUSTAKA
6. LAMPIRAN:
6.1 Perijinan terkait, penjelasan rinci proses pelingkupan, pengumuman studi
AMDAL, butir-butir penting hasil konsultasi dan diskusi dengan pihakpihak yang terlibat (masyarakat berkepentingan) dan pengolahan data
hasil konsultasi, foto-foto rona lingkungan hidup.
6.2 CV personil penyusun AMDAL dan surat pernyataan bahwa personil
tersebut benar-benar melakukan penyusunan dan ditandatangani di atas
materai, serta copy sertifikat pelatihan AMDAL.
6.3 Peta (Lokasi, BWS, Rencana Pengambilan sampel)

Halaman 73

Sistematika K.A.ANDAL berdasarkan PERMEN LH NO. 08 TH 2006.


1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Peraturan
2. Ruang Lingkup
2.1 Rencana Kegiatan dan alternatif
2.2 Rona Lingk. Awal
2.3 Pelingkupan
2.4 Batas Wilayah Studi dan batas waktu kajian
3. Metode Studi
3.1 Pengumpulan dan analisis data
3.2 Prakiraan Dampak
3.3 Evaluasi Dampak
4. Pelaksanan Studi
4.1 Pemrakarsa
4.2 Penyusun
4.3 Biaya studi
4.4 Waktu studi
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran
6.1 Perijinan
6.2 Peta
6.3 Hasil Konsultasi Masy.
6.4 Foto Rona Lingk Awal
6.5 CV
Sistematika ANDAL (PERMEN. LH No 8 Th.2006)
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.3 Peraturan
2. Rencana Kegiatan
2.1 Pemrakarsa
2.2 Uraian Rencana Kegiatan
2.3 Alternatip (lokasi, tata letak, dll.)
2.4 Keterkaitan RK dg Kegiatan sekitar
3. Rona Lingkungan Hidup
3.1 Uraian kondisi komponen lingk yang potensial terkena dampak

Halaman 74

3.2
4.1.
4.1
4.2
5.
5.1
5.2
5.3
6.
6.1
6.2
6.3
6.4
7.
8.
8.1
8.2
8.3

Kondisi kualitatip & kuantitatip


Ruang Lingkup Studi
Dampak penting yang ditelaah
Wilayah studi dan waktu kajian
Prakiraan Dampak Penting
Prakiraan Dpk. Setiap tahap RK (PK-K-O-PO)
Menggunakan metode formal atau nonformal (bila terpaksa)
Penentuan sifat penting dampak.
Evaluasi Dampak
Holistik
Metode (Leopold, Lohani & Thanh, Sorensen, Battelle, Fisher & Davies,
Overlay )
Pemilihan alternatip
Rekomendasi kelayakan lingk
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Ijin terkait
peta
diagram, dll

AMDAL adalah kependekan dari Analisis Mengenai Dampak Linkungan.


Menurut PP No.27 Tahun 1999 Pasal 1 Butir 1, AMDAL adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan\atau
kegiatan tersebut haruslah di telaah secara cermat dan mendalam tentang
dampak yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
AMDAL bertujuan untuk menjamin bahwa pertimbangan lingkungan telah
diikutsertakan dalam proses perencanaan pembuatan program dan pengambilan
keputusan mengenai dampak usaha dan\atau kegiatan. Dengan adanya AMDAL,
setiap usaha dan\atau kegiatan mendapatkan jaminan operasi secara
berkelanjutan tanpa merusak lingkungan hidup. AMDAL berperan dalam proses
pembangunan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan proyek yang akan
dibangun.
Di dalam AMDAL, termuat komponen dokumen yang diperlukan. Dokumen
tersebut berupa:
1. Dokumen Kerangka Acuan AMDAL (KA-AMDAL)
2. Dokumen AMDAL
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Halaman 75

4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)


Diantara dokumen tersebut, ANDAL, RKL, dan RPL diajukan bersama-sama
untuk dinilai oleh Komisi Penilai. AMDAL di prakarsai oleh orang atau badan
usaha yang mempunyai rencana untuk melakukan usaha dan\atau kegiatan,
yaitui investor. Tujuan dari pemrakarsa adalah menyusun ANDAL, RKL, dan
RPL dan menentukan penyusun AMDAL yaitu konsultan AMDAL yang
diminta jasanya oleh sang investor.
Proses AMDAL melibatkan beberapa pihak seperti Komisi Penilai AMDAL dan
Tim Teknis, Pemrakarsa atau investor dan masyarakat yang berkepentingan /
terkena dampak. Penilaian AMDAL dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL
dibantu dengan tim teknis. Penilaian ini biasanya memakan waktu sekitar 75
hari. Komisi Penilaian AMDAL di tingkat pusat dibentuk oleh Menteri yang
berkedudukan di Kementrian Lingkungan Hidup. Sedangkan Komisi Penilaian
AMDAL di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dibentuk oleh pejabat
yang berkedudukan di Bapedalda.
Terdapat prosedur dalam pembuatan/pengajuan AMDAL. Pertama adalah
melakukan proses screening atau proses seleksi kegiatan wajib AMDAL. Yang
kedua, melakukan proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Selanjutnya
akan terjadi penyusunan dan penilaian KA-AMDAL (scoping). Terakhir adalah
melakukan penyusunan dan penilaian AMDAL, RKL, dan RPL. Dalam
prosedur, terdapat beberapa tahapan dalam pembuatan AMDAL. Tahaptahapnya seperti berikut:
1. Persiapan .Dalam tahap ini, tujuannya adaah untuk efektivitas dan efisiensi
proses pelaksanaan selanjutnya. Kegiatannya adalah menyusun jadwal
kegiatan, jadwal pelingkupan, surat menyurat dan persiapan penyusunan
KA-AMDAL.
2. Pelingkupan. Tahap ini merupakan proses untuk mengidentiikasi dampak
penting yang terkait dengan adanya usaha dan\atau kegiatan.
3. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat.
4. Penyusunan KA-AMDAL.
5. Penyusunan AMDAL, RKL, dan RPL.
6. Diskusi dan asistensi.
7. Legalisasi dokumen oleh instansi yang berwenang.
Berdasarkan jenis kegiatannya, AMDAL memiliki jenis pendekatan studi dalam
beberapa kegiatan, seperti:
1. Pendekatan AMDAL kegiatan tunggal (satu instansi). Contoh :
pembangunan Sekolah, Jalan Tol, Rumah Sakit, PLTU, Masjid Agung,

Halaman 76

Lapangan golf, dan sebagainya.


2. Pendekatan AMDALkegiatan terpadu/multisektor (sistem terpadu lebih dari
satu instansi). Contoh : pembangunan permukiman terpadu, industri, taman,
dan sebagainya.
3. Pendekatan AMDAL kegiatan dalam kawasan (pengembangan wilayah)
4. Pendekatan AMDAL kegiatan regional (kewenangan lebih dari sati
instansi). Contoh : reklamasi pantai yang melibatkan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dan Banten.
Berdasarkan ulasan diatas, fungsi penting AMDAL adalah:
1. Sebagai
acuan
untuk
mengambil
keputusan
tentang
penyelenggaraan/pemberian izin usaha dan\atau kegiatan.
2. Sebagai bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah ataupun indutri.
3. Mencegah rusaknya potensi Sumber Daya Alam di sekitar lokasi.
4. Menjaga kelestarian lingkungan.
5. Membantu masyarakat untuk mengetahui rencana pembangunan di
daerahnya, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi.
6. Sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.

Halaman 77

TEKNIK
PENILAIAN
DOKUMEN AMDAL

ASISTEN DEPUTI URUSAN KAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN


GEDUNG A LANTAI 6, Jln. DI PANJAITAN KAV. 24
JAKARTA 13410 INDONESIA
TELEPON: 62-21-85904925/85906168 FAX: 62-21-85906168
E-mail: [email protected]

Teknik Penilaian Dokumen AMDAL

Halaman 78

I. PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan instrumen
pengendalian dampak lingkungan yang tergolong tertua di Indonesia (1982).
Bahkan hingga saat ini AMDAL masih dikenal meluas di berbagai lapisan dan
golongan masyarakat.
Instrumen ini dengan cepat dikenal karena
disosialisasikan secara aktif melalui jalur pendidikan non-formal (Kursus Dasar,
Penyusun dan Penilai AMDAL) maupun secara tidak langsung melalui jalur
penilaian dokumen AMDAL. Dibentuknya Komisi Pusat dan Daerah untuk
penilaian AMDAL, dan adanya persyaratan-persyaratan perijinan yang terkait
dengan AMDAL, secara tidak langsung telah mendorong banyaknya pihak,
khususnya aparatur pemerintah, yang mengenal istilah AMDAL.
Namun setelah lebih 15 tahun AMDAL berjalan di Indonesia (terhitung sejak
pertama kalinya ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang AMDAL, yakni
PP Nomor 29 Tahun 1986), banyak pihak merasa bahwa AMDAL belum
menjadi instrumen yang efektif untuk pengendalian (terutama pencegahan)
dampak lingkungan. Bahkan akhirnya AMDAL banyak dipandang sebagai
cost center ketimbang sebagai kontributor untuk cost saving.
Salah satu faktor yang turut andil dalam hal tersebut adalah rendahnya mutu
penilaian dokumen AMDAL. Mutu penilaian dokumen AMDAL boleh dikatakan
dipengaruhi oleh empat faktor, yakni: (a) kompetensi teknis anggota Komisi
Penilai AMDAL; (b) integritas anggota Komisi Penilai; (c) tersedianya panduan
penilaian dokumen AMDAL; (d) akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL.
Dari empat faktor tersebut integritas penilai merupakan faktor moral yang sulit
dioperasionalkan ketika menempatkan seseorang untuk duduk di dalam
keanggotaan Komisi Penilai AMDAL. Namun demikian, faktor ini dapat efektif
dikontrol dan ditegakkan melalui tiga faktor yang lainnya, yakni peningkatan
terus menerus kompetensi teknis anggota, tersedianya panduan, prosedur dan
kriteria penilaian dokumen AMDAL yang efektif untuk digunakan, dan
akuntabilitas proses penilaian AMDAL. Tiga faktor ini merupakan faktor yang
dapat terus ditingkatkan, dikembangkan dan difasilitasi oleh pemerintah agar
mutu penilaian AMDAL meningkat secara bertahap.
Berlatar-belakang dari konsideran tersebut, studi ini diselenggarakan dengan
maksud untuk meningkatkan mutu penilaian AMDAL melalui pembuatan
prosedur dan kriteria penilaian dokumen AMDAL.

2.

Tujuan
Tujuan studi ini adalah dihasilkannya seperangkat kriteria dan teknik penilaian
dokumen AMDAL, sebagai pelengkap terhadap Kepmen LH Nomor 2 Tahun
2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.
Adapun hasil
pekerjaannya adalah laporan tentang kriteria dan teknik penilaian dokumen
AMDAL.

Halaman 79

II. KRITERIA, PRINSIP & TEKNIK PENILAIAN AMDAL

1.

Prinsip Pengujian
Mengingat kriteria dan teknik pengujian ini akan digunakan oleh berbagai
kalangan secara meluas, maka kriteria dan teknik uji yang dihasilkan dalam
studi ini harus memenuhi beberapa prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:

2.

1)

Prinsip Praktis
Mengingat banyak pihak yang telah mengetahui AMDAL dan pernah
mengikuti Kursus AMDAL, maka Pedoman ini disusun dengan sangat
mempertimbangkan unsur kepraktisan untuk para penggunanya (kalangan
pakar, akademisi, aparatur pemerintah, konsultan, kalangan LSM dan
masyarakat).

2)

Prinsip Logis dan Sistematis


Mengingat dokumen AMDAL pada dasarnya disusun menurut kaedahkaedah ilmiah, maka kriteria dan teknik uji yang dimuat dalam panduan ini
dikembangkan berdasarkan prinsip logis dan sistematis. Dua prinsip yang
digunakan sebagai fondasi kaedah keilmuan.

3)

Prinsip Akuntabel
Mengingat hasil penilaian dokumen AMDAL harus dapat dipertanggungjawabkan dihadapan publik, maka akuntabilitas menjadi prinsip penting
yang dikembangkan dalam panduan penilaian ini.
Siapapun yang
menggunakan panduan ini akan dapat mempertanggungkan hasil
penilaiannya karena Panduan ini dikembangkan secara praktis, logis dan
sistematis.

Kriteria dan Teknik Penilaian


Melalui metode historis empiris yang telah diutarakan dan hasil review
terhadap berbagai dokumen AMDAL yang telah disetujui serta arsip-arsip
notulensi Sidang Komisi Penilai AMDAL, Tim studi pada akhirnya dapat
merumuskan seperangkat kriteria uji untuk penilaian dokumen AMDAL (KA,
ANDAL, RKL dan RPL) yang bersifat praktis, logis-sistematis dan dapat
dipertanggung-jawabkan (akuntabel), yaitu:
1. Uji Administratif
2. Uji Fase Kegiatan Proyek
3. Uji Mutu
3.1.
Uji Mutu Aspek Konsistensi
3.2.
Uji Mutu Aspek Keharusan
3.3.
Uji Mutu Aspek Relevansi
3.4.
Uji Mutu Aspek Kedalaman

Halaman 80

Enam kriteria uji tersebut pada dasarnya terkelompok atas tiga aspek, yakni Uji
Administratif, Uji Fase Kegiatan Proyek dan Uji Mutu. Uji Mutu, yang terdiri
atas 4 macam uji, merupakan pilar utama penilaian dokumen AMDAL.
Enam kriteria uji tersebut secara sengaja disusun berjenjang (hierarkis),
dengan maksud sekaligus menunjukkan teknik penilaian yang digunakan.
Pengujian dimulai dari Uji Administratif kemudian ke tahap Uji Fase Kegiatan
Proyek dan selanjutnya tahap Uji Mutu. Uji Mutu juga diawali dari Uji
Konsistensi kemudian secara bertahap naik ke tahap Uji Keharusan, Uji
Relevansi dan hingga kemudian Uji Kedalaman. Jadi pengujian dimulai dari
taraf yang amat mudah (Uji Administratif) hingga ke taraf uji yang memerlukan
kompetensi keilmuan tertentu (Uji Kedalaman). Pada Gambar 2 dilustrasikan
jenjang uji dimaksud

Uji Administratif

umum,
mudah

Uji Fase Kegiatan Proyek


Uji Konsistensi
Uji Keharusan
Uji Relevansi
Uji Kedalaman

spesifik,
spesialis

Gambar 2. Kriteria & Jenjang Uji

3.

Persyaratan Pengguna
Ada beberapa hal persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pengguna agar
Pedoman penilaian dokumen AMDAL ini dapat berdaya-guna tinggi, yakni:
1)

Penilai dokumen AMDAL telah memahami dan menguasai konsep-konsep


penting dalam penyusunan AMDAL,

2)

Penilai dokumen AMDAL memahami benar maksud-maksud yang


terkandung di dalam setiap kriteria penilaian dokumen AMDAL,

3)

Proses penilaian dilakukan secara berjenjang, dimulai dari Uji Administratif


lalu ke Uji Fase Kegiatan Proyek dan kemudian secara berurutan ke Uji
Mutu Aspek Konsistensi, Keharusan, Relevansi dan terakhir Uji
Kedalaman.

4)

Jenjang penilaian yang tertinggi, yakni Uji Relevansi dan Uji Kedalaman,
harus dilakukan oleh Penilai yang berkompeten di bidang keilmuan

Halaman 81

tertentu dan/atau yang telah berpengalaman dalam penilaian/penyusunan


AMDAL.
5)

4.

Setiap hasil penilaian harus direkam atau didokumentasikan dengan rapi,


mudah ditelusuri dan terlindung dari kerusakan atau hilang.

Landasan Hukum Penilaian Dokumen AMDAL


Aspek Komisi Penilai
Ada empat peraturan perundangan yang mengatur penilai dokumen AMDAL,
khususnya tentang Komisi Penilai AMDAL, yakni:
1)

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, khususnya


Pasal 8 sampai 13 tentang Komisi Penilai AMDAL, dan Pasal 14 Pasal
23 tentang Tata Laksana.

2)

Keputusan Menteri Negara LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata


Kerja Komisi Penilai AMDAL.

3)

Keputusan Menteri Negara LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman


Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota.

4)

Keputusan Menteri Negara LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan


Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim Teknis AMDAL Pusat.

Aspek Penilaian Subtansi AMDAL


Adapun peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai
landasan hukum untuk penilaian substansi dokumen AMDAL adalah sebagai
berikut:
1)

Keputusan Menteri Negara LH No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan


Penilaian Dokumen AMDAL.

2)

Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman


Mengenai Ukuran Dampak Penting.

3)

Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman


Penyusunan AMDAL.

4)

Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan


Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL

5)

Keputusan Menteri Negara LH No. 4 Tahun 2000 tentang Panduan


Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.

6)

Keputusan Kepala Bapedal No. 299/BAPEDAL/11/96 tentang Pedoman


Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

7)

Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian


Aspek Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL.

Halaman 82

III. PEDOMAN PENILAIAN AMDAL


1. Uji Administratif

1.1.

Latar Belakang
Kelengkapan administrasi merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyusunan dokumen AMDAL. Oleh karena itu pemeriksaan
terhadap kelengkapan administrasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
memeriksa kandungan isi dokumen. Dokumen AMDAL dengan demikian
dinyatakan siap dan layak untuk dinilai kandungan isinya apabila telah
memenuhi persyaratan administrasi. Apabila persyaratan administrasi belum
lengkap, maka pemrakarsa harus melengkapinya sesuai dengan peraturanperundangan yang digariskan oleh instansi yang berwenang.

1.2.

Persoalan Yang Sering Dihadapi


Beberapa dokumen administrasi/perizinan yang diminta oleh Komisi Penilai
untuk dilampirkan dalam dokumen KA atau ANDAL, RKL dan RPL, ada yang
bertentangan dengan hahekat AMDAL sebagai bagian dari Studi Kelayakan.
Dengan kata lain, dokumen administrasi/perizinan yang diminta oleh Komisi
Penilai baru dapat dipenuhi bila Proyek memasuki tahap konstruksi
(melampaui tahap studi kelayakan).

1.3.

Bahan Uji
A. Landasan Hukum

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan


Penilaian Dokumen AMDAL (khususnya Bab II-A dan Bab III-A tentang
kelengkapan administrasi).
Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL.

B. Prosedur Uji
1. Periksa apakah dokumen KA telah dilengkapi dengan persyaratan
administrasi, antara lain:
a. Dokumen perijinan yang diperlukan sesuai dengan rencana
usaha/kegiatan.
b. Surat keputusan atau dokumen-dokumen lain yang dipersyaratkan
untuk izin lokasi sesuai dengan peruntukannya.
c. Peta-peta terkait, seperti antara lain: peta tata ruang, tata guna tanah,
peta wilayah studi, peta rencana lokasi, peta geologi, peta topografi,
dan lain-lain.

Halaman 83

d. Daftar keahlian/riwayat hidup para penyusun AMDAL beserta sertifikasi


kursus AMDAL yang pernah diikuti.
Apabila belum lengkap, maka pemrakarsa diminta untuk melengkapinya
sesuai dengan peraturan-perundangan yang berlaku. Apabila sudah
lengkap, maka selanjutnya periksa kebenaran data dan informasi yang
terkandung didalamnya.
2. Periksa apakah dokumen ANDAL telah dilengkapi dengan persyaratan
administrasi, antara lain:
a. Dokumen KA yang telah disetujui oleh instansi yang bertanggung
jawab.
b. Konsep atau Draft dokumen ANDAL dilengkapi dengan Draft dokumen
RKL, RPL, Ringkasan Eksekutif, dan Lampiran dalam jumlah sesuai
dengan yang digariskan oleh Komisi Penilai AMDAL.
c. Persyaratan administrasi lainnya sesuai yang digariskan oleh Komisi
Penilai AMDAL.
Apabila belum lengkap, maka pemrakarsa diminta untuk melengkapinya
sesuai dengan peraturan-perundangan yang berlaku. Apabila sudah
lengkap, maka selanjutnya periksa kebenaran data dan informasi yang
terkandung didalamnya.

Halaman 84

2. Uji Fase Kegiatan Proyek

2.1.

2.2.

2.3.

Latar Belakang

AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan suatu rencana


usaha/kegiatan (ayat 1 Pasal 2 PP No. 27 Tahun 1999). Implikasi dari
ketentuan ini adalah, AMDAL harus dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan atas kelayakan alternatif rencana usaha atau
kegiatan (proyek) dari sudut lingkungan.

AMDAL yang disusun pada saat studi kelayakan membawa implikasi


penting: pengambilan keputusan dilakukan dengan menilai alternatif
kegiatan/usaha (alternatif lokasi atau alternatif teknologi atau alternatif
bahan baku) yang paling layak dari segi lingkungan hidup.

Beberapa manfaat dilakukannya studi AMDAL pada tahap studi kelayakan:


Pencegahan dampak lingkungan dapat dilakukan dengan lebih efektif,
Ruang pengambilan keputusan untuk menolak atau menyetujui suatu
alternatif rencana usaha/kegiatan dari segi lingkungan, masih lebar
atau masih fleksibel.

Lokasi usaha/kegiatan harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang


Wilayah (RUTRW) atau kebijakan lainnya yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Kota, atau Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Propinsi.

Persoalan Yang Sering Dihadapi

Penyusun AMDAL tidak memahami hakekat AMDAL sebagai bagian dari


studi kelayakan, sehingga tidak memahami pentingnya dilakukan evaluasi
terhadap alternatif rencana usaha/kegiatan (alternatif lokasi, alternatif
teknologi atau alternatif sumberdaya yang akan digunakan).

Sebagian besar studi AMDAL di Indonesia dilakukan pada tahap desain


rinci (atau detailed design), bahkan tidak jarang dijumpai AMDAL disusun
pada saat proyek tengah berada pada tahap konstruksi. Akibat dari hal ini,
AMDAL yang berfungsi untuk mencegah timbulnya dampak penting negatif
di kemudian hari, menjadi rendah efektivitasnya.

Bahan Uji
A. Landasan Hukum

Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan (khususnya Ayat 1 Pasal 2).
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan
Penilaian Dokumen AMDAL.
Keputusan Kepala Bapedal No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan AMDAL.

Halaman 85

B. Prosedur Uji
1. Periksa pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan dari dokumen KA dan ANDAL,
apakah proyek tengah berada pada tahap studi kelayakan atau tidak.
Sebagai indikasi bahwa proyek tengah berada pada tahap studi
kelayakan adalah:
a. Pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan dipaparkan alternatif kegiatan
proyek yang berupa:
Alternatif lokasi proyek (misal alternatif lokasi kegiatan, atau
alternatif jalur pipa, atau alternatif jalan penghubung, atau
alternatif lokasi fasilitas pendukung kegiatan), dan/atau
Alternatif teknologi proses yang digunakan, atau alternatif
kapasitas produksi, dan/atau
Alternatif bahan baku yang digunakan, atau alternatif lain dari
rencana usaha/kegiatan yang akan dilakukan.
b. Pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan alternatif-alternatif tersebut
disajikan dalam bentuk uraian/deskripsi, dan/atau dengan dukungan
tabel, atau peta atau diagram.

2. Apabila pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan sama sekali tidak ditemukan


data atau informasi yang menunjukkan alternatif rencana usaha/kegiatan,
maka verifikasikan temuan ini langsung kepada Pemrakarsa proyek.
a. Bila Pemrakarsa menyatakan bahwa proyek tengah berada pada fase
studi kelayakan, maka minta kepada yang bersangkutan agar
melengkapi Bab Rencana Usaha/Kegiatan dengan alternatif rencana
usaha/kegiatan sebagaimana dikandung maksud pada butir penilaian 1.
di atas.
b. Bila Pemrakarsa menyatakan bahwa proyek telah melewati fase studi
kelayakan (fase desain rinci atau fase konstruksi atau bahkan fase
operasi), maka minta kepada yang bersangkutan agar posisi
pembangunan proyek pada saat penyusunan AMDAL dicantumkan
pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan.
3. Periksa pula pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan, apakah proyek telah
berada di lokasi yang sesuai dengan peruntukan tata ruang wilayah
setempat. Bila kegiatan proyek ternyata berada di kawasan lindung, maka
minta kepada Pemrakarsa proyek untuk mengubah lokasi kegiatan proyek
agar sesuai dengan tata ruang yang digariskan.

Halaman 86

3. Uji Mutu:
Aspek Konsistensi

3.1.

Latar Belakang

3.2.

Dokumen AMDAL merupakan dokumen ilmiah, sehingga harus memenuhi


kaedah-kaedah logis dan sistematis.
Harus ada konsistensi dalam hal komponen atau parameter dampak
penting lingkungan yang ditelaah dalam dokumen KA, ANDAL, RKL dan
RPL.

Persoalan Yang Sering Dihadapi


Komponen atau parameter dampak penting lingkungan yang ditelaah pada
dokumen ANDAL tidak konsisten dengan yang tertuang dalam dokumen KA.

3.3.

Bahan Uji
A. Landasan Hukum

KepMen LH No. 2/2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL


KepKa Bapedal No. 9/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL

B. Prosedur Uji
Uji Konsistensi berikut ini terutama ditujukan untuk menilai mutu dokumen
ANDAL. Ada dua jenis konsistensi yang dinilai. Pertama, konsistensi isi kajian
antara dokumen ANDAL dan KA. Kedua, konsistensi isi kajian antar Bab dalam
dokumen ANDAL
1. Bandingkan komponen dampak penting yang tercantum di dalam dokumen
KA dengan yang tercantum di dalam dokumen ANDAL.
2. Bandingkan komponen dampak penting yang tercantum di dalam Bab
Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak dari dokumen ANDAL.
Uji konsistensi dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Ambil dokumen KA yang telah disetujui dan bandingkan dengan
dokumen ANDAL yang tengah saudara nilai dalam hal komponen
dampak penting yang ditelaah, dengan cara:
2) Buat format penilaian konsistensi seperti pada contoh Tabel 1.
3) Pada kolom 1 Tabel, cantumkan daftar komponen atau parameter
lingkungan hidup yang menurut hasil pelingkupan diidentifikasi
berpotensi terkena dampak penting. Daftar komponen atau

Halaman 87

parameter dampak penting lingkungan ini dikutip sepenuhnya dari


Bab Ruang Lingkup Studi, dokumen KA.
4) Pada kolom 2 Tabel, cantumkan daftar komponen atau parameter
dampak penting lingkungan yang ditelaah dalam dokumen ANDAL.
Daftar ini dikutip sepenuhnya dari Bab Metode Studi, dokumen
ANDAL.
5) Periksa apakah jumlah dan jenis komponen atau parameter dampak
penting lingkungan pada kolom 2 konsisten dengan kolom 1, dan
berikan penilaian sebagai berikut:
a. Bila jumlah dan jenis komponen dampak penting lingkungan
yang tercantum pada kolom 2 identik dengan kolom 1, maka
dokumen ANDAL mempunyai konsistensi yang tinggi dengan
dokumen KA yang telah disetujui. Kesimpulan: dokumen ANDAL
dapat memasuki tahap uji selanjutnya.
b. Bila jumlah dan jenis komponen dampak penting lingkungan
yang tercantum pada kolom 2 menunjukkan sebagai berikut:
Seluruh jenis komponen dampak penting lingkungan pada
kolom 1 sepenuhnya tercantum pada kolom 2, plus
(ditambah dengan)
Beberapa jenis komponen dampak penting lingkungan lain
yang tidak tercantum dalam kolom 1. Atau dengan kata lain
jumlah dan jenis komponen dampak penting yang ditelaah
dalam dokumen ANDAL lebih banyak dari yang digariskan
dalam KA (berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data
lapangan).
Maka kesimpulannya: dokumen ANDAL mempunyai konsistensi
yang tinggi dengan dokumen KA yang telah disetujui. Dokumen
ANDAL dapat memasuki tahap uji selanjutnya.
6) Pada kolom 3 Tabel, cantumkan jenis komponen atau parameter
dampak lingkungan yang tercantum pada Bab Prakiraan Dampak
Penting. Setiap komponen dampak penting yang tercantum pada
kolom 3 ini ditelaah besar dampak dan sifat penting dampaknya
pada Bab Prakiraan Dampak Penting.
7) Periksa apakah jumlah dan jenis komponen dampak penting
lingkungan pada kolom 3 konsisten dengan kolom 2 dan kolom 1,
dengan cara penilaian sebagai berikut:
a. Bila jumlah dan jenis komponen dampak penting lingkungan
yang tercantum pada kolom 3 identik dengan kolom 2 dan kolom
1, maka dokumen ANDAL disusun dengan konsistensi yang
tinggi baik dengan dokumen KA maupun antar Bab dalam
dokumen ANDAL.
Kesimpulan: dokumen ANDAL dapat memasuki tahap uji
selanjutnya.
b. Bila jumlah dan jenis komponen dampak penting lingkungan
yang tercantum pada kolom 3 berbeda dengan yang terdapat
pada kolom 2 (dan terlebih berbeda lagi dengan kolom 1), maka
dokumen ANDAL yang dinilai tidak memiliki konsistensi, baik
dengan dokumen KA maupun antar Bab dalam dokumen ANDAL.
Kesimpulan: dokumen ANDAL harus diperbaiki.

Halaman 88

8) Pada kolom 4 Tabel, cantumkan semua komponen atau parameter


dampak penting lingkungan yang ditelaah dalam Bab Evaluasi
Dampak Penting Lingkungan untuk keperluan pengambilan
keputusan atas kelayakan lingkungan dari usaha/kegiatan. Daftar ini
dibuat dengan merujuk pada seluruh jenis komponen dampak
penting lingkungan yang terdapat dalam matrik dan/atau bagan alir
dampak.
9) Periksa apakah jumlah dan jenis komponen dampak penting
lingkungan pada kolom 4 konsisten dengan kolom 3, kolom 2 dan
kolom 1, dengan prosedur penilaian sebagai berikut:
a. Bila jumlah dan jenis komponen dampak penting lingkungan
yang tercantum pada kolom 4 identik dengan kolom 3, kolom 2
dan kolom 1, maka dokumen ANDAL disusun dengan konsistensi
yang sangat tinggi baik dengan dokumen KA maupun antar Bab
dalam dokumen ANDAL.
Kesimpulan: dokumen ANDAL dapat memasuki tahap uji
selanjutnya.
b. Bila jumlah dan jenis komponen dampak penting lingkungan
yang tercantum pada kolom 4 berbeda dengan yang terdapat
pada kolom 3, kolom 2 dan/atau kolom 1, maka dokumen
ANDAL yang dinilai tidak memiliki konsistensi, baik dengan
dokumen KA maupun antar Bab dalam dokumen ANDAL.
Kesimpulan: dokumen ANDAL harus diperbaiki kembali.

3. Bila proyek berada pada tahap studi kelayakan, maka uji konsistensi
dilakukan dengan pendekatan serupa. Sebagai ilustrasi, lihat Tabel 2.

Halaman 89

Tabel 1. Contoh Uji Konsistensi


Dokumen KA

Dokumen ANDAL

Komponen atau
parameter lingkungan
yang diidentifikasi
berpotensi terkena
dampak penting

Komponen atau
parameter lingkungan
yang berpotensi terkena
dampak penting.
Tercantum dalam Bab
Metode Studi

Komponen atau
parameter dampak
lingkungan yang
diprakirakan besar
dampak dan sifat
penting dampak.

Komponen atau
parameter dampak
lingkungan yang
dievaluasi untuk
keperluan kelayakan
lingkungan.

(Kolom 1)

(kolom 2)

(kolom 3)

(kolom 4)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kualitas udara
Kualitas air laut
Arus laut
Vegetasi darat
Vegetasi pantai
Satwa langka
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10. Hak ulayat
11. Interaksi sosial

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kualitas udara
Kualitas air laut
Arus laut
Vegetasi darat
Vegetasi pantai
Satwa langka
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10.Hak ulayat
11.Interaksi sosial

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kualitas udara
Kualitas air laut
Arus laut
Vegetasi darat
Vegetasi pantai
Satwa langka
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10. Hak ulayat
11. Interaksi sosial

Dipetik dari Bab


Ruang Lingkup Studi
Dokumen KA

Dipetik dari Bab


Metode Studi,
Dokumen ANDAL

Dipetik dari Bab


Prakiraan Dampak
Penting, ANDAL

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bentang alam
Kualitas air laut
Arus laut
Sedimentasi
Vegetasi pantai
Biota sungai
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10. Hak ulayat
11. Interaksi sosial
12. Pendapatan
Dipetik dari Bab
Evaluasi Dampak
Lingkungan, ANDAL

Contoh:
Kesimpulan: dokumen ANDAL harus diperbaiki, karena:
Dokumen ANDAL disusun konsisten dengan dokumen KA
hanya sampai pada Bab Prakiraan Dampak Lingkungan
(lihat kolom 1, 2 dan 3).
Evaluasi kelayakan lingkungan yang termuat pada Bab
Evaluasi Dampak Lingkungan, tidak dilakukan berdasarkan
komponen dampak penting lingkungan yang identik dengan
yang dianalisis pada Bab Prakiraan Dampak (ada 4
komponen lingkungan yang berbeda)

Halaman 90

Tabel 2. Contoh Uji Konsistensi Proyek berada pada Tahap Studi Kelayakan
Dokumen KA

Dokumen ANDAL

(Kolom 1)

(kolom 2)

(kolom 3)

(kolom 4)
Evaluasi holistik:

Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Vegetasi darat
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
11. Interaksi sosial

Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Vegetasi darat
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
11. Interaksi sosial

Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Produksi padi
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
11. Konflik sosial

Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Produksi padi
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
15. Konflik sosial

&

&

&

vs

Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas air sungai
2. Transportasi
sungai
3. Satwa langka
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
13. Sikap thd proyek

Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas air sungai
2. Transportasi
sungai
3. Satwa langka
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
13. Sikap thd proyek

Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas udara
2. Transportasi
sungai
3. Tangkapan ikan
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
13. Sikap thd proyek

Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas udara
2. Sarana angkutan
3. Tangkapan ikan
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
17. Sikap thd proyek

Dipetik dari Bab


Prakiraan Dampak,
Dokumen ANDAL

Dipetik dari Bab


Evaluasi Dampak,
Dokumen ANDAL

Dipetik dari Bab


Ruang Lingkup
Studi Dokumen KA

Dipetik dari Bab


Metode Studi,
Dokumen ANDAL

Contoh:
Kesimpulan: dokumen ANDAL harus diperbaiki, karena:
Bab Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak (ANDAL)
disusun tidak konsisten dengan dokumen KA (lihat jenis &
jumlah dampak penting di kolom 1, 3 dan 4).
Evaluasi kelayakan lingkungan yang termuat pada Bab
Evaluasi Dampak Lingkungan, tidak dilakukan berdasarkan
komponen dampak penting lingkungan yang identik dengan
yang dianalisis pada Bab Prakiraan Dampak (ada banyak
komponen lingkungan yang berbeda, bandingkan kolom 3
dan 4)

Halaman 91

4. Uji Mutu:
Aspek Keharusan

4.1.

4.2.

Latar Belakang

Pelingkupan merupakan proses terpenting dalam penyusunan dokumen


KA, karena melalui proses ini diidentifikasi potensi dampak penting
lingkungan yang relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi
ANDAL. Proses pelingkupan ini amat menentukan lingkup wilayah studi
dan kedalaman studi ANDAL.

Prakiraan besar dampak dan sifat penting dampak merupakan salah satu
kajian yang harus dilakukan dalam penyusunan ANDAL. Kajian ini dimuat
dalam Bab Prakiraan Dampak Lingkungan.

Evaluasi dampak lingkungan merupakan puncak kajian penyusunan


ANDAL, sebab hasil telaahan yang termuat pada Bab Evaluasi Dampak
Lingkungan ini digunakan untuk pengambilan keputusan atas kelayakan
lingkungan dari rencana usaha/kegiatan.

Persoalan Yang Sering Dihadapi

Sering dijumpai di dalam dokumen KA tidak dicantumkan secara tegas dan


gamblang daftar komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak
penting yang harus ditelaah dalam ANDAL. Atau dengan kata lain tidak
ada daftar komponen dampak penting lingkungan. Umumnya di dalam
dokumen KA hanya dicantumkan daftar komponen lingkungan yang akan
ditelaah dalam studi ANDAL.

Masih cukup banyak dijumpai prakiraan besar dampak lingkungan


dilakukan dengan cara membanding kondisi lingkungan pada saat sebelum
dan sesudah proyek (before and after project), dan bukan dengan cara
membanding kondisi lingkungan pada saat dengan dan tanpa proyek (with
and without project).

Penentuan sifat penting dampak tidak dilakukan berdasarkan Keputusan


Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.

Sering dijumpai penyusun ANDAL tidak mengetahui perbedaan dasar


antara prakiraan dampak lingkungan dan evaluasi dampak lingkungan.
Sebagai akibatnya, isi kedua Bab ini tidak berbeda satu sama lain.

Halaman 92

b. Tidak mencantumkan secara tegas isu pokok lingkungan yang


merupakan hasil proses pemusatan dampak penting (focusing).
3. Periksa pada Bab Prakiraan Dampak Penting dari dokumen ANDAL,
apakah setiap komponen atau paramater dampak penting lingkungan yang
ditelaah dalam bab ini:
a. Telah diprakirakan besar dampak (magnitude of impact) yang akan
timbul dengan cara menganalisis perbedaan kondisi lingkungan dengan
proyek dan tanpa proyek.
b. Telah ditetapkan sifat penting dari besar dampak yang timbul dengan
mengacu pada KepKa Bapedal No. 056/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting.
Dokumen ANDAL dengan demikian harus diperbaiki apabila dalam Bab
Prakiraan Dampak dijumpai:
a. Tidak dilakukan prakiraan besar dampak untuk setiap komponen
dampak penting hipotetik.
Catatan:
Untuk diketahui, dalam Bab ini harus dilakukan telaahan terhadap
besar dampak (magnitude of impact), bukan prakiraan terhadap
dampak besar (big magnitude of impact).

b. Tidak dilakukan telaahan sifat penting dari besar dampak yang timbul
dengan menggunakan KepKa Bapedal No. 056/1994 sebagai acuan.
Catatan:
Telaahan sifat penting dilakukan untuk setiap komponen dampak
penting lingkungan hipotetik.

4. Periksa pada Bab Evaluasi Dampak Lingkungan dalam dokumen ANDAL,


apakah telaahan yang dilakukan telah memenuhi syarat berikut:
a. Telah dilakukan kajian secara holistik terhadap berbagai komponen
dampak penting lingkungan.
Komponen dampak penting yang
dimaksud disini adalah yang dikaji dalam Bab Prakiraan Dampak
Penting.
b. Telah dilakukan evaluasi dampak lingkungan untuk keperluan
pengambilan keputusan atas kelayakan lingkungan dengan merujuk
pada kriteria yang tercantum pada pasal 22 PP No. 27/1999.
c. Untuk proyek yang berada pada fase studi kelayakan: evaluasi dampak
lingkungan telah dilakukan dengan menilai alternatif kegiatan proyek
yang paling layak dipandang dari segi lingkungan.
Dokumen ANDAL dengan demikian harus diperbaiki apabila dalam Bab
Evaluasi Dampak Lingkungan dijumpai:
a. Evaluasi dampak lingkungan dilakukan secara parsial seperti pada Bab
Prakiraan Dampak Penting.
b. Tidak dilakukan evaluasi untuk keperluan pengambilan keputusan
kelayakan lingkungan dari proyek.
c. Untuk proyek yang berada pada fase studi kelayakan: tidak dilakukan
evaluasi untuk menilai alternatif kegiatan yang paling layak dari segi
lingkungan.

Halaman 93

5. Uji Mutu:
Aspek Relevansi

5.1.

5.2.

5.3.

Latar Belakang

Dokumen AMDAL merupakan dokumen ilmiah, sehingga harus memenuhi


kaedah-kaedah logik dan sistematik.

Parameter lingkungan hidup yang akan dikelola (disajikan dalam dokumen


RKL) dan dipantau (disajikan dalam dokumen RPL) harus relevan dengan
yang ditelaah dalam dokumen ANDAL.

Persoalan Yang Sering Dihadapi

Beberapa komponen dampak penting lingkungan yang dikelola (dimuat


dalam dokumen RKL) dan yang dipantau (dimuat dalam dokumen RPL)
tidak relevan dengan yang ditelaah dalam dokumen ANDAL.

Semua komponen dampak penting lingkungan yang ditelaah dalam


dokumen ANDAL dikelola dan rumusan pengelolaannya dimuat dalam
dokumen RKL.

Semua komponen dampak penting lingkungan yang ditelaah dalam


dokumen ANDAL dipantau dan rumusan pemantauannya dimuat dalam
dokumen RPL.

Bahan Uji
A. Landasan Hukum

KepMen LH No. 2/2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL


KepKa Bapedal No. 9/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL

B. Prosedur Uji
1. Periksa pada Bab Evaluasi Dampak Penting dalam dokumen ANDAL,
apakah hasil evaluasi memuat arahan dampak lingkungan penting yang
harus dikelola.
2. Periksa pada dokumen RKL, apakah program pengelolaan lingkungan
yang dimuat dalam Bab Rencana Pengelolaan Lingkungan, berciri:
a. Relevan dengan yang direkomendasikan oleh dokumen ANDAL
(termuat dalam Bab Evaluasi Dampak Lingkungan).

Halaman 94

b. Program pengelolaan lingkungan difokuskan pada penanganan


komponen dampak penting yang banyak menimbulkan dampak turunan
(dampak sekunder, tersier, dan selanjutnya). Atau dengan kata lain
pada komponen dampak penting yang strategis untuk dikelola (impact
management).
Catatan:
Penelusuran mata rantai dampak primer, sekunder, dan selanjutnya
dapat dilihat pada bagan alir dampak yang umumnya dimuat pada
Bab Evaluasi Dampak Lingkungan (ANDAL).

c. Program pengelolaan lingkungan difokuskan pada perbaikan atau


modifikasi teknologi proses produksi dan/atau pada langkah-langkah
manajemen untuk minimisasi limbah/emisi dan kerusakan lingkungan
dengan menerapkan prinsip 4 R (reduce, recycle, reuse and recovery).
d. Program pengelolaan lingkungan difokuskan pada pencegahan
timbulnya dampak penting negatif terhadap kesehatan masyarakat
sekitar proyek dan konflik sosial dengan penduduk sekitar.
e. Program pengelolaan lingkungan yang dimuat dalam RKL (termasuk
RPL) akan berpengaruh positif pada penghematan biaya produksi
secara keseluruhan.
Dokumen RKL dengan demikian harus diperbaiki apabila
pengelolaan lingkungan yang dirumuskan berciri:

program

a. Tidak atau kurang difokuskan pada program atau langkah-langkah


untuk mencegah dan menangani dampak lingkungan sebagaimana
dimaksud pada butir 2a sampai 2d.
b. Tidak tergolong sebagai komponen dampak penting yang ditelaah
dalam Bab Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak dari dokumen
ANDAL.
c. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan (termasuk dalam hal ini
pemantauan lingkungan) secara totalitas tidak membantu terjadinya
penurunan biaya produksi, malahan menambah beban biaya produksi.
3. Periksa pada dokumen RPL, apakah program pemantauan lingkungan
yang dimuat dalam dokumen ini berciri sebagai berikut:
a. Memantau komponen atau parameter lingkungan yang merupakan
indikator sensitif bagi kinerja program pengelolaan lingkungan yang
dijalankan.
b. Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai bukti untuk melindungi
pemrakarsa dari gugatan (claim) pencemaran/perusakan lingkungan.
c. Dilaksanakan dengan prinsip efektif biaya.
Dokumen RPL dengan demikian harus diperbaiki
program pemantauan lingkungan yang dirumuskan berciri:

apabila

a. Tidak memenuhi ciri-ciri sebagaimana tercantum dalam butir 3a., 3b.


dan/atau 3c.
b. Tidak tergolong sebagai komponen dampak penting yang ditelaah
dalam Bab Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak dari dokumen
ANDAL.

Halaman 95

6. Uji Mutu:
Aspek Kedalaman

6.1.

6.2.

6.3.

Latar Belakang

Studi AMDAL merupakan telaahan mendalam atas dampak penting yang


timbul akibat adanya kegiatan proyek, sehingga data yang dikumpulkan
harus memenuhi kaedah sahih dan akuntabel.

Dalam Studi ANDAL, kondisi rona lingkungan hidup, kajian prakiraan besar
dampak, sifat penting dampak dan evaluasi dampak lingkungan harus
dilakukan dengan menggunakan metode yang sahih, reliabel dan dapat
dipertanggung-jawabkan (akuntabel).

Persoalan Yang Sering Dihadapi

Metode pengumpulan dan analisis data yang digunakan untuk deskripsi


rona lingkungan hidup acapkali tidak sahih (tidak mengukur apa yang
seharusnya diukur)

Metode prakiraan dampak yang digunakan acapkali tidak atau kurang


mampu menggambarkan fenomena yang akan terjadi karena
menggunakan asumsi-asumsi atau koefisien teknis yang tidak sesuai
dengan kondisi lingkungan di sekitar proyek yang dikaji.

Metode evaluasi dampak yang digunakan tidak sahih karena menggunakan


cara-cara amalgamasi (melebur nilai atau unit satuan dari berbagai
komponen lingkungan yang berbeda ke dalam satu nilai atau unit satuan
tertentu) yang salah.

Bahan Uji
A. Landasan Hukum

KepMen LH No. 2/2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL


KepKa Bapedal No. 9/2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL
Kepka Bapedal No. 056/1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Penting.

Halaman 96

B. Prosedur Uji
1. Periksa apakah di dalam penyusunan ANDAL digunakan metode yang
sahih untuk:
a. Mengumpulkan dan menganalisis data (untuk keperluan Bab Rona
Lingkungan Hidup, ANDAL).
b. Memprakirakan besar dampak yang akan timbul (untuk keperluan Bab
Prakiraan Dampak, ANDAL)
Catatan:
Untuk diketahui, pemeriksaan terhadap kesahihan metode-metode
tersebut harus dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi
di bidang tersebut.

Dokumen ANDAL dengan demikian perlu diperbaiki, bila salah satu kondisi
di bawah ini terjadi:
a. Metode yang digunakan untuk pengumpulan dan analisis data
komponen lingkungan tertentu ternyata tidak sahih.
b. Metode yang digunakan untuk prakiraan besar dampak komponen
lingkungan tertentu ternyata tidak sahih.
2. Periksa apakah dalam Bab Evaluasi Dampak Lingkungan, ANDAL,
digunakan metode yang sahih untuk keperluan evaluasi dampak
lingkungan secara holistik.
Untuk proyek yang tengah berada pada studi kelayakan, sebagaimana
disyaratkan oleh peraturan perundangan yang berlaku, maka periksa
sejauh mana digunakan metode yang sahih untuk mengevaluasi alternatif
kegiatan yang paling layak dari segi lingkungan.
Dokumen ANDAL dengan demikian perlu diperbaiki, bila metode evaluasi
dampak lingkungan yang digunakan ternyata tidak sahih atau tidak dapat
diterima secara ilmiah.
Catatan

Dalam proses evaluasi dampak yang menggunakan metode matrik,


acapkali dijumpai kesalahan dalam
proses amalgamasi. Yang
dimaksud dengan proses amalgamasi disini adalah proses melebur
atau menyatukan unit satuan yang semula berbeda-beda (contoh:
ppm, ton/ha/tahun, Rp/bulan, jumlah penduduk/km2) menjadi
satuan dampak yang sama. Kesalahan dijumpai karena besar
dampak (yang semula mempunyai unit satuan yang berbeda-beda)
ditransformasi menjadi skor dampak (1, 2, 3 dan seterusnya).

Halaman 97

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:

a. bahwa lingkungan hidupyang baik dan sehat merupakan


hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan;
c. bahwa semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesiatelah
membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara
Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d. bahwa kualitas lingkungan hidup yang semakin
menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang sungguh- sungguh dan konsisten oleh semua
pemangku kepentingan;
e. Bahwa pemanasan global yang semakin meningkat
mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah
penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu
perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
f. bahwa agar lebih menjamin kepastian hukum dan
memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang
untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap
keseluruhan
ekosistem, perlu dilakukan pembaruan
terhadap Undang- Undang Nomor 23 Tahun
1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
g. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf
e,dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undangtentang
Halaman 98

Mengingat:

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;


Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), serta Pasal 33
ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan
perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
2. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis
dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
3. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan
untuk
menjamin
keutuhan lingkungan
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.
4. Perencanaan Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup yang
selanjutnya disingkat RPPLH adalah perencanaan tertulis yag memuat
potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungandan
pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.
5. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
6. Pelestarian fungsi lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.

Halaman 99

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup


untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antarkeduanya.
Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya hayati dan nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.
Kajian
lingkungan
hidup
strategis,
yang selanjutnya disingkat
KLHS, adalah rangkaian analisis
yang
sistematis,
menyeluruh,
dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut
Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan
yang
direncanakan
pada
lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan
hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan
pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak
penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk
hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas
perubahan sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan
fungsinya.
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,
dan/atau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup.
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak
langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang
melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber day alam untuk
menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana serta kesinambungan
Halaman 100

19.

20.
21.

22.
23.

24.

25.

26.
27.

28.

29.

30.

31.

ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai


serta keanekaragamannya.
Perubahan iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas
manusia
sehingga
menyebabkan
perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa
perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang
dapat dibandingkan.
Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3
adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung,
dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Limbah bahan berbahaya dan beracun, yang selanjutnya disebut Limbah
B3, adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan,
dan/atau penimbunan.
Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan,
dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi,
waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan
hidup tertentu.
Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara dua pihak atau lebih
yang timbul dari kegiatan yang
berpotensi
dan/atau
telah
berdampak pada lingkungan hidup.
Dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang perorganisasi
dan terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya berkaitan
dengan lingkungan hidup.
Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan
terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri iklim,
tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan
alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola
lingkungan hidup secara lestari.
Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara
turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya
ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan
lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata
ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
Halaman 101

32. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
33. Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong Pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap
orang ke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup.
34. Ancaman serius adalah ancaman yang berdampak luas terhadap lingkungan
hidup dan menimbulkan keresahan masyarakat.
35. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
36. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.
37. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
38. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
39. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan
asas:
1. tanggung jawab negara;
2. kelestarian dan keberlanjutan;
3. keserasian dan keseimbangan; d. keterpaduan;
4. manfaat;
5. kehati-hatian;
6. keadilan;
7. ekoregion;
8. keanekaragaman hayati;
9. pencemar membayar;
10. partisipatif;
11. kearifan lokal;
12. tata kelola pemerintahan yang baik; dan n. otonomi daerah.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
Halaman 102

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

melindungi wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia dari
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem;
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
mencapai keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan lingkungan
hidup;
menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa
depan;
menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;
mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
mengantisipasi isu lingkungan global.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.
BAB III
PERENCANAAN
Pasal 5
Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
melalui tahapan:
a. inventarisasi lingkungan hidup;
b. penetapan wilayah ekoregion; dan
c. penyusunan RPPLH.
Bagian Kesatu
Inventarisasi Lingkungan Hidup
Pasal 6
(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a terdiri atas inventarisasi lingkungan hidup:
a. tingkat nasional;
b. tingkat pulau/kepulauan; dan c. tingkat wilayah ekoregion
(2) Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk memperoleh data dan
informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi:
Halaman 103

a.
b.
c.
d.
e
f

potensi dan ketersediaan;


jenis yang dimanfaatkan
bentuk penguasaan;
pengetahuan pengelolaan;
bentuk kerusakan; dan
konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.

Bagian Kedua
Penetapan Wilayah Ekoregion
Pasal 7
(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1) huruf a dan huruf b menjadi
dasar
dalam
penetapan
wilayah ekoregion dan dilaksanakan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan instansi terkait.
(2) Penetapan wilayah ekoregion sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan:
a. karakteristik bentang alam;
b. daerah aliran sungai;
c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Pasal 8
Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dilakukan untuk menentukan daya
dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam.
Bagian Ketiga Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Pasal 9
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas:
a. RPPLH nasional;
b. RPPLH provinsi; dan
c. RPPLH kabupaten/kota.
(2) RPPLH nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
a
disusun berdasarkan inventarisasi nasional.
(3) RPPLH provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun
berdasarkan:
a. RPPLH nasional;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan c. inventarisasi tingkat
ekoregion.
(4) RPPLH
kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Halaman 104

huruf c disusun berdasarkan:


a. RPPLH provinsi;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan c. inventarisasi tingkat
ekoregion.
Pasal 10
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 disusun oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Penyusunan
RPPLH
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
memperhatikan:
a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;
b. sebaran penduduk;
c sebaran potensi sumber daya alam;
d. kearifan lokal;
e. aspirasi masyarakat; dan f. perubahan iklim.
(3) RPPLH diatur dengan:
a. peraturan pemerintah untuk RPPLH nasional;
b. peraturan daerah provinsi untuk RPPLH provinsi; dan
c. peraturan daerah kabupaten/kota untuk RPPLH kabupaten/kota.
(4) RPPLH memuat rencana tentang:
a. pemanfaatan
dan/atau
pencadangan sumber daya alam;
b. . pemeliharaan
dan
perlindungan
kualitas dan/atau fungsi
lingkungan hidup;
c. pengendalian,
pemantauan,
serta pendayagunaan dan
pelestarian sumber daya alam; dan
d. adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
(5) RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam rencana
pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka
menengah.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6, penetapan ekoregion sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 dan Pasal 8, serta RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan
Pasal 10 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB IV
PEMANFAATAN
Pasal 12
(1) Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH.
(2) Dalam hal RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersusun,
pemanfaatan sumber daya
alam dilaksanakan berdasarkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan:
a. keberlanjutan
proses
dan
fungsi lingkungan hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
Halaman 105

c. keselamatan,
mutu
hidup,
dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
nasional dan pulau/kepulauan;
b. gubernur untuk daya dukung dan daya tampung
lingkungan
hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau
c. bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam peraturan pemerintah.
BAB V
PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.
(3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan
sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.
Bagian Kedua
Pencegahan
Pasal 14
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas:
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
Halaman 106

k. analisis risiko lingkungan hidup;


l. audit lingkungan hidup; dan
m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
Paragraf 1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Pasal 15
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk
memastikan bahwa prinsip
pembangunan
berkelanjutan
telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ke dalam penyusunan atau
evaluasi:
a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencanarincinya, rencana
pembangunan jangka panjang
(RPJP),
dan
rencana
pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota; dan
b. kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.
(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:
a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program
terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
b. perumusan alternatif
penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program; dan
c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang
mengintegrasikan
prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Pasal 16
KLHS memuat kajian antara lain:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
c. kinerja layanan/jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Pasal 17
(1) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) menjadi
dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam
suatu wilayah.
Halaman 107

(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan
bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui,
a. kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut
wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan
b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
Pasal 18
(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan
dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan KLHS
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 2
Tata Ruang
Pasal 19
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
keselamatan
masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada
KLHS.
(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
Paragraf 3
Baku Mutu Lingkungan Hidup
Pasal 20
(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku
mutu lingkungan hidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan
g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah
ke
media
lingkungan hidup dengan persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf g diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Halaman 108

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf f diatur dalam peraturan
menteri.
Paragraf 4
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 21
(1) Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, ditetapkan
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku
kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.
(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan;
d. kriteria baku kerusakan mangrove;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. kriteria baku kerusakan gambut;
g. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
h. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada
paramater antara lain:
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.
(5) KetentuaN lebih lanjut mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Paragraf 5
Amdal
Pasal 22
(1) Setiap usaha berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki amdal.
(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
Halaman 109

e. sifat kumulatif dampak;


f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria
lain
sesuai
dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Pasal 23
(1) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial
dapat
menimbulkan pencemaran
dan/atau
kerusakan lingkungan
hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d. d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi
dengan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan dasar
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
Pasal 25
Dokumen amdal memuat:
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;

Halaman 110

e.
f.

evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan


kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Pasal 26
(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh
pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian
informasi yang
transparan
dan
lengkap
serta diberitahukan
sebelum kegiatan dilaksanakan.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. yang terkena dampak;
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat
mengajukan
keberatan terhadap dokumen amdal.
Pasal 27
Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada pihak lain.
Pasal 28
(1) Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan
Pasal 27 wajib
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penguasaan metodologi penyusunan amdal;
b. kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak
serta pengambilan keputusan; dan
c. Kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
(3) Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun amdal
yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
kriteria
kompetensi
penyusun amdal diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 29
(1) Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Halaman 111

Pasal 30
(1) Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 terdiri atas wakil dari unsur:
a. instansi lingkungan hidup;
b. instansi teknis terkait;
c. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
d. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang
timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
e. wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
f. organisasi lingkungan hidup.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim
teknis yang terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis dan
sekretariat yang dibentuk untuk itu.
(3) Pakar independen dan sekretariat sebagaimana
dimaksud pada ayat
(3) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 31
Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 32
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi
usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang
berdampak
penting terhadap lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
fasilitasi, biaya, dan/atau penyusunan amdal.
(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi
lemah
diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
sampai dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 6
UKL-UPL
Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib
memiliki UKL-UPL.
(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.
Halaman 112

Pasal 35
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a. Tidak termasuk dalam kategori berdampak penting
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup diatur dengan
peraturan Menteri.
Paragraf 7
Perizinan
Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKLUPL wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud panda ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 37
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila
permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat
dibatalkan apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
tercantum
dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 38

Halaman 113

Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2), izin


lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata usaha negara.
Pasal 39
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
wajib mengumumkan setiap permohonan dan keputusan izin lingkungan.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
cara yang mudah diketahui oleh masyarakat.
Pasal 40
(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan
dibatalkan.
(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin
lingkungan.
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
sampai dengan Pasal 40 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 8
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
Pasal 42
(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib mengembangkan dan menerapkan
instrumen
ekonomi lingkungan hidup.
(2) Instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;
b. pendanaan lingkungan hidup; dan c. insentif dan/atau disinsentif.
Pasal 43
(1) Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi:
a. neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup;
b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto
yang mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakan
lingkungan hidup;
c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah; dan
d. internalisasi biaya lingkungan hidup.
(2) Instrumen pendanaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (2) huruf b meliputi:
a. dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;
Halaman 114

b. dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan


lingkungan hidup; dan
c. dana amanah/bantuan untuk konservasi.
(3) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat
(2) huruf c antara lain diterapkan dalam bentuk:
a. pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup;
b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan hidup;
c. pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah
lingkungan hidup;
d. pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah dan/atau
emisi;
e. pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup;
f. pengembangan asuransi lingkungan hidup;
g. pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup; dan
h. sistem
penghargaan
kinerja
di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen ekonomi lingkungan
hidup
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ayat (1) sampai
dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 9
Peraturan Perundang-undangan Berbasis Lingkungan Hidup
Pasal 44
Setiap penyusunan peraturan perundang- undangan pada tingkat nasional dan
daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang ini.
Paragraf 10
Anggaran Berbasis Lingkungan Hidup
Pasal 45
(1) Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia serta
pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah wajib
mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
a. kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
b. program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.
(2) Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus
lingkungan hidup yang memadai untuk diberikan kepada daerah yang
memiliki kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang baik.
Pasal 46
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, dalam rangka
pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah mengalami
pencemaran dan/atau kerusakan pada saat undang-undang ini ditetapkan,
Halaman 115

Pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran untuk


pemulihan lingkungan hidup.
Paragraf 11
Analisis Risiko Lingkungan Hidup
Pasal 47
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan
kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib
melakukan analisis risiko lingkungan hidup.
(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengkajian risiko;
b. pengelolaan risiko; dan/atau c. komunikasi risiko.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai analisis risiko lingkungan
hidup
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 12
Audit Lingkungan Hidup
Pasal 48
Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kinerja
lingkungan hidup.
Pasal 49
(1) Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
a. usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap
lingkungan hidup; dan/atau
b. penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang
menunjukkan ketidaktaatan
terhadap
peraturan perundangundangan.
(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melaksanakan audit
lingkungan hidup.
(3) Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadap kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi dilakukan secara berkala.
Pasal 50
(1) Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1), Menteri dapat
melaksanakan atau menugasi pihak ketiga yang independen untuk
melaksanakan audit lingkungan hidup atas beban biaya penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
(2) Menteri mengumumkan hasil audit lingkungan hidup.
Pasal 51
Halaman 116

(1) (1) Audit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48


dan Pasal 49 dilaksanakan oleh auditor lingkungan hidup.
(2) Auditor lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup.
(3) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi auditor lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi kemampuan:
a. memahami prinsip, metodologi, dan tata laksana audit lingkungan
hidup;
b. melakukan audit lingkungan hidup yang meliputi
tahapan
perencanaan, pelaksanaan, pengambilan kesimpulan, dan pelaporan;
dan
c. merumuskan rekomendasi langkah perbaikan sebagai tindak lanjut
audit lingkungan hidup.
(4) Sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi auditor
lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai audit lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Penanggulangan
Pasal 53
(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
(2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. Pemberian informasi peringatan pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup kepada masyarakat.
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanggulanganpencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pemulihan
Pasal 54

Halaman 117

(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan


lingkungan hidup wajib melakukan
pemulihan
fungsi lingkungan
hidup.
(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tahapan:
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b. remediasi;
c. rehabilitasi;
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemulihan fungsi lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 55
(1) Pemegang izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
ayat (1) wajib menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan fungsi
lingkungan hidup.
(2) Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah yang ditunjuk oleh
Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota
sesuai dengan
kewenangannya.
(3) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi
lingkungan hidup dengan menggunakan dana penjaminan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 56
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal
55 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
BAB VI
PEMELIHARAAN
Pasal 57
(1) Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya:
a. konservasi sumber daya alam;
b. pencadangan sumber daya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi atmosfer.
(2) Konservasi sumber daya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi kegiatan:
a. perlindungan sumber daya alam;
b. pengawetan sumber daya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam.
Halaman 118

(3) Pencadangan
sumber
daya
alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan sumber daya alam yang tidak dapat dikelola
dalam jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan asam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi dan pencadangan sumber daya
alam serta pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BERACUN

SERTA

Bagian Kesatu
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pasal 58
(1) Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menghasilkan,
mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah,
dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pasal 59
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah
kedaluwarsa, pengelolaannya
mengikuti
ketentuan pengelolaan
limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban
yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.
(6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur
dalam
Peraturan Pemerintah.

Halaman 119

Bagian Ketiga
Dumpin
Pasal 60
Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin.
Pasal 61
(1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 hanya dapat
dilakukan dengan izin
dari
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
di lokasi yang telah ditentukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
dumping
limbah atau bahan diatur
dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI
Pasal 62
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan
sistem
informasi lingkungan
hidup
untuk
mendukung pelaksanaan dan
pengembangan kebijakan perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan
hidup.
(2) Sistem
informasi
lingkungan
hidup dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi dan wajib
dipublikasikan
kepada masyarakat.
(3) Sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi
mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan
informasi lingkungan hidup lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi lingkungan hidup
diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB IX
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 63
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah
bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH
nasional;
d. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai KLHS;
e. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai amdal
dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan
emisi gas rumah kaca;
Halaman 120

g.
h.

mengembangkan standar kerja sama;


mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
i. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam
hayati dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik,
dan keimanan hayati produk rekayasa genetik;
j. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;
k. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai B3, limbah,
serta limbah B3;
l. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai perlindungan
lingkungan laut;
m. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas batas negara;
n. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;
o. Melakukan pembinaan dan pengawasan
ketaatan
penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundang- undangan;
p. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian
perselisihan antardaerah serta penyelesaian sengketa;
r. Mengembangkan dan melaksanakan kebijaka pengelolaan pengaduan
masyarakat;
s. menetapkan standar pelayanan minimal;
t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan
hak
masyarakat
hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
u mengelola informasi lingkungan hidup nasional;
v. mengoordinasikan,
mengembangkan,
dan
menyosialisasikan
pemanfaatan teknologi ramah lingkungan hidup;
w. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
x. mengembangkan sarana dan standar laboratorium lingkungan
hidup;
y. menerbitkan izin lingkungan;
z. menetapkan wilayah ekoregion; dan
aa. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup
(2) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
pemerintah
provinsi bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi;
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH provinsi;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL;
Halaman 121

e.

menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas


rumah kaca pada tingkat provinsi;
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;
g. mengoordinasikan dan melaksanakan pengendalian
pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;
h. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten
/kota;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan
dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
j. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
k. Mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama
dan
penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota serta penyelesaian
sengketa;
l. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan
kepada
kabupaten /kota di bidang program dan kegiatan;
m. melaksanakan standar pelayanan minimal;
n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum
adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup pada tingkat provinsi;
o. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi;
p. Pengembangan dan penyosialisasikan teknologi ramah lingkungan
hidup;
q. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
r. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi; dan
s. melakukan
penegakan
hukum lingkungan hidup pada tingkat
provinsi.
(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah
Kabupaten/Kota bertugas dan berwenang:
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
RPPLH
kabupaten/kota;
d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL;
e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas
rumah kaca pada tingkat kabupaten/kota;
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;
g. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;
h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan
Halaman 122

dan peraturan perundang- undangan;


j. melaksanakan standar pelayanan minimal;
k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan
keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan
hak
masyarakat
hukum adat yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota;
l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
m. mengembangkan
dan
melaksanakan kebijakan sistem informasi
lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;
n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;
o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan
p. Melakukan penegakan hukum lingkungan hidup panda tingkat
kabupaten/kota.
Pasal 64
Tugas dan wewenang Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(1) dilaksanakan dan/atau dikoordinasikan oleh Menteri.
BAB X
HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 65
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
(2) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup akses
informasi, akses partisifasi, akses keadilan, dalam memenuhi hak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(3) Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan
terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup.
(4) Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(5) Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 66
Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun digugat secara perdata.
Bagian Kedua
Kewajiban
Halaman 123

Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 69
(1) Setiap orang dilarang:
a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
perundangundangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara
Kesatuan
Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin
lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun
amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan
dengan sungguh- sungguh kearifan lokal di daerah masing- masing.
BAB XI
PERAN MASYARAKAT
Pasal 70
(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang
sama dan
seluasluasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Halaman 124

(2) Peran masyarakat dapat berupa:


a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c Penyampaian informasi dan/atau laporan.
(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup;
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarak dan kemitraan;
c. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. Menumbuhkembangkan ketanggap segeraan masyarakat
untuk
melakukan pengawasan sosial; dan
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan
local
dalam
rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
BAB XII
PENGAWASAN DAN SANKSI ADMINISTRATIF
Bagian Kesatu
Pengawasan
Pasal 71
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan atas
ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat
mendelegasikan
kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi
teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat
fungsional.
Pasal 72
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap izin lingkungan.
Pasal 73
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah
daerah jika Pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Halaman 125

Pasal 74
(1) Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
71 ayat (3) berwenang:
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang
diperlukan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret;
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;
h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas
lingkungan
hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri
sipil.
(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi
pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup.
Pasal 75
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan pejabat pengawas
lingkungan hidup dan tata cara pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 ayat (3), Pasal 73, dan Pasal 74 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin lingkungan.
Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara
sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Halaman 126

Pasal 78
Sanksi administrative sebagaiman dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana.
Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf
d dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah.
Pasal 80
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf
b berupa:
a. penghentian Sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang atau alat yang
berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f. penghentian Sementara seluruh kegiatan; atau
g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran
dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului
teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas
jika
tidak
segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.
Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan
sanksi paksaan pemerintah.
Pasal 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang dilakukannya.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang
atau
dapat
menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup
akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang

Halaman 127

dilakukannya atas
kegiatan.

beban

biaya penanggung jawab usaha dan/atau

Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 84
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan.
(2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka
rela oleh para pihak yang bersengketa.
(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
apabila upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 85
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan
untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
terhadap
lingkungan hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak
pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat
digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
Pasal 86
(1) Masyarakat dapat membentak jasa lembaga penyedia penyelesaian
sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berepihak.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan
lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak.

Halaman 128

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga penyedia


jasa
penyelesaian
sengketa lingkungan hidup diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Melalui Pengadilan
Paragraf 1
Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan
Pasal 87
(1) Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan
perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian panda orang lain atau
lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan
tertentu.
(2) Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan, pengubahan sifat dan
bentuk usaha, dan/ata kegiatan dari suatubadan usaha yang melanggar
hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum dan/atau kewajiban badan
usaha tersebut.
(3) Pengadilan dapat menetapkan pembayaran uang paksa terhadap setiap
hariketerlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan.
(4) Besarnya uang paksa diputuskan berdasarkan peraturan perundangundangan.
Paragraf 2
Tanggung Jawab Mutlak
Pasal 88
Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan
B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan
ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas
kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.
Paragraf 3
Tenggat Kedaluwarsa untuk Pengajuan Gugatan
Pasal 89
(1) Tenggat
kedaluwarsa
untuk
mengajukan gugatan ke pengadilan
mengikuti tenggang waktu sebagaimana diatur dalam ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata dan dihitung sejak diketahui adanya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(2) Ketentuan mengenai tenggat kedaluwarsa tidak berlaku
terhadap
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
usaha dan/atau kegiatan yang menggunakan dan/atau mengelola B3 serta
menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3.
Paragraf 4
Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Halaman 129

Pasal 90
(1) Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang
bertanggung
jawab
di bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi
dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan
kerugian lingkungan hidup.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Paragraf 5
Hak Gugat Masyarakat
Pasal 91
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok
untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat
apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau
peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan
anggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf 6
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Pasal 92
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3) Organisasi
lingkungan
hidup
dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan didalam anggarandasarnya bahwa Organisasi tersebut
didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah
melaksanakan
kegiatan
nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.
Paragraf 7
Gugatan Administratif
Pasal 93
(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha
Halaman 130

negara apabila:
a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen amdal;
b. Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin
lingkungan
kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen UKL- UPL; dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
(2) Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara
mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.
BAB XIV
PENYIDIKAN DAN PEMBUKTIAN
Bagian Kesatu
Penyidikan
Pasal 94
(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat
pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang
perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
hidup
diberi wewenang sebagai
penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup.
(2) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau
keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan
dengan peristiwatindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidangperlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
e. melakukan pemeriksaandi
tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti, pembukuan,catatan, dan dokumen lain;
f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
h. menghentikan penyidikan;
Halaman 131

(3)

(4)

(5)

(6)

i. memasuki tempat tertentu, memotret, dan/atau membuat rekaman


audio visual;
j. melakukan penggeledahan terhadap badan, pakaian, ruangan, dan/atau
tempat lain yang diduga merupakan tempat dilakukannya tindak
pidana; dan/atau
k. menangkap dan menahan pelaku tindak pidana.
Dalam melakukan penangkapan dan penahanan
sebagaimana dimaksud
panda ayat (2) huruf k, penyidik pejabat pegawai negeri sipil berkoordinasi
dengan penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia.
Dalam hal penyidik pejabat pegawai negeri sipil melakukan penyidikan,
penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan kepada penyidik
pejabat polisi Negara Republik Indonesia dan penyidik pejabat polisi
Negara Republik Indonesia
memberikan
bantuan guna kelancaran
penyidikan.
Penyidik pejabat pegawai negeri sipil memberitahukan dimulainya
penyidikan kepada penuntut umum dengan tembusan kepada penyidik
pejabat polisi Negara Republik Indonesia.
Hasil penyidikan yang telah dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil
disampaikan kepada penuntut umum.

Pasal 95
(1) Dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana
lingkungan hidup, dapat dilakukan penegakan hukum terpadu antara
penyidik pegawai negeri sipil, kepolisian,
dan
kejaksaan
di
bawah koordinasi Menteri.
(2) Ketentuan lebihlanjut mengenai peleksanaan penegakan hukum terpadu
diatur dengan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pembuktian
Pasal 96
Alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana lingkungan hidup terdiri
atas:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa; dan/atau
f. alat bukti lain, termasuk alat bukti yang diatur dala peraturan perundangundangan.

Halaman 132

BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 97
Tindak pidana dalam undang-undang ini merupakan kejahatan.
Pasal 98
i.
setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air,
baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
ii.
Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
dan
paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
iii.
Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Pasal 99
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut,
atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan
paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah).
Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Halaman 133

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada


ayat
(1)
hanya
dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan
tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali.
Pasal 101
Setiap orang yang
melepaskan dan/atau mengedarkan produk rekayasa
genetik
ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan atau izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69 ayat (1) huruf g, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah).
Pasal 102
Setiap
orang
yang
melakukan
pengelolaan limbah B3 tanpa izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 103
Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 104
Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal
60, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 105
Setiap orang yang memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar
rupiah).
Pasal 106
Setiap orang yang memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d,
Halaman 134

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
Pasal 107
Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
perundangundangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Pasal 108
Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00
(tiga
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 109
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 110
Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi
penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf i,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 111
(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan
tanpa dilengkapi
dengan amdal atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00
(tiga
miliar rupiah).
(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan izin
usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin
lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Halaman 135

Pasal 112
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan
terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan
perundang- undangan dan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 113
Setiap orang yang
memberikan
informasi palsu,
menyesatkan,
menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan
yang tidak benar yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan
penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf j
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 114
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 115
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau
menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dan/atau
pejabat penyidik pegawai negeri sipil dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Pasal 116
(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh,
untuk,
atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan
kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut
atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut.
(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
panda ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja
atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja
badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak
pidana tersebut dilakukan
secara sendiri atau bersama- sama.

Halaman 136

Pasal 117
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman
pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan
sepertiga.
Pasal 118
Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1)
huruf a, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh
pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional.
Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap
badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
Pasal 120
(1) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, jaksa berkoordinasi dengan
instansi yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk melaksanakan eksekusi.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
huruf e, Pemerintah berwenang untuk mengelola badan usaha
yang dijatuhi sanksi penempatan di bawah pengampuan untuk
melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 121
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 2
(dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen
amdal
wajib
menyelesaikan audit lingkungan hidup.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 2
(dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL wajib membuat
dokumen pengelolaan lingkungan hidup.

Halaman 137

Pasal 122
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 1
(satu) tahun, setiap penyusun
amdal
wajib
memiliki sertifikat
kompetensi penyusun amdal.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 1
(satu) tahun, setiap auditor lingkungan hidup wajib memiliki sertifikat
kompetensi auditor lingkungan hidup.
Pasal 123
Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang telah dikeluarkan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
diintegrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak
Undang-Undang ini ditetapkan.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 124
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.
Pasal 125
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 126
Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan dalam Undang-Undang ini
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang- Undang ini
diberlakukan.
Pasal 127
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2009
Halaman 138

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd


DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2009
MENTERI HUKUM DAN
INDONESIA,

HAK

ASASI

MANUSIA

REPUBLIK

ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR
140

Salinan sesuai dengan aslinya


SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Perekonomian dan Industri,

Setio Sapto Nugroho

Halaman 139

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 27 TAHUN 2012
TENTANG
IZIN LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33, Pasal 41,


dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Izin Lingkungan;

Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2009
tentang
Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IZIN LINGKUNGAN.


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat
memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian mengenai
dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi
proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan.
4. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas
yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona
lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan hidup.

Halaman 140

5. Dampak Penting adalah perubahan lingkungan hidup


yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh suatu Usaha
dan/atau Kegiatan.
6. Kerangka Acuan adalah ruang lingkup kajian analisis
dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil
pelingkupan.
7. Analisis Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disebut Andal, adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu rencana Usaha
dan/atau Kegiatan.
8. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disebut RKL, adalah upaya penanganan dampak terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana
Usaha dan/atau Kegiatan.
9. Rencana
Pemantauan
Lingkungan
Hidup,
yang
selanjutnya disebut RPL, adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat
dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
10. Keputusan
Kelayakan
Lingkungan
Hidup
adalah
keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup
dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan Amdal.
11. Rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan terhadap
suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL.
12. Pemrakarsa adalah setiap orang atau instansi pemerintah
yang bertanggung jawab atas suatu Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan dilaksanakan.
13. Izin Usaha dan/atau Kegiatan adalah izin yang diterbitkan
oleh instansi teknis untuk melakukan Usaha dan/atau
Kegiatan.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Pasal 2
(1)

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki


Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan.

(2)

Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi:
a. penyusunan Amdal dan UKL-UPL;
b. penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan
c. permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan.
BAB II
PENYUSUNAN AMDAL DAN UKL-UPL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3

(1)

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak


penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
Amdal.

(2)

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak termasuk


dalam kriteria wajib Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL.
Halaman 141

Bagian Kedua
Penyusunan Dokumen Amdal
Pasal 4
(1)
(2)
(3)

Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)


disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan
suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib sesuai dengan rencana
tata ruang.
Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dokumen
Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan
kepada Pemrakarsa.
Pasal 5

(1)

Penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal


4 ayat (1) dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang
terdiri atas:
a. Kerangka Acuan;
b. Andal; dan
c. RKL-RPL.

(2)

Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL.
Pasal 6

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan


dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 7
Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat
menyusun petunjuk teknis penyusunan dokumen Amdal
berdasarkan
pedoman
penyusunan
dokumen
Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 8
(1)

Dalam menyusun dokumen Amdal, Pemrakarsa wajib


menggunakan pendekatan studi:
a. tunggal;
b. terpadu; atau
c. kawasan.

(2)

Pendekatan studi tunggal sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a dilakukan apabila Pemrakarsa
merencanakan untuk melakukan 1 (satu) jenis Usaha
dan/atau Kegiatan yang kewenangan pembinaan
dan/atau pengawasannya berada di bawah 1 (satu)
kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
satuan kerja pemerintah provinsi, atau satuan kerja
pemerintah kabupaten/kota.

(3)

Pendekatan studi terpadu sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b dilakukan apabila Pemrakarsa
merencanakan untuk melakukan lebih dari 1 (satu) jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang perencanaan dan
pengelolaannya saling terkait dalam satu kesatuan
hamparan
ekosistem
serta
pembinaan
dan/atau
pengawasannya berada di bawah lebih dari 1 (satu)
kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
satuan kerja pemerintah provinsi, atau satuan kerja
pemerintah kabupaten/kota.

Halaman 142

(4)

Pendekatan studi kawasan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c dilakukan apabila Pemrakarsa
merencanakan untuk melakukan lebih dari 1 (satu)
Usaha dan/atau Kegiatan yang perencanaan dan
pengelolaannya saling terkait, terletak dalam satu
kesatuan zona rencana pengembangan kawasan, yang
pengelolaannya dilakukan oleh pengelola kawasan.
Pasal 9

(1)

Pemrakarsa,
dalam
menyusun
dokumen
Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, mengikutsertakan
masyarakat:
a. yang terkena dampak;
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal.
(2)

Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana


pada ayat (1) dilakukan melalui:

dimaksud

a. pengumuman rencana Usaha dan/atau Kegiatan; dan


b. konsultasi publik.
(3)

Pengikutsertaan masyarakat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan sebelum penyusunan dokumen
Kerangka Acuan.

(4)

Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam


jangka waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak pengumuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berhak
mengajukan saran, pendapat, dan tanggapan terhadap
rencana Usaha dan/atau Kegiatan.

(5)

Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) disampaikan secara tertulis kepada
Pemrakarsa
dan
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota.

(6)

Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
cara
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan Amdal
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 10

(1)

Pemrakarsa dalam menyusun dokumen Amdal dapat


dilakukan sendiri atau meminta bantuan kepada pihak
lain.

(2)

Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


penyusun Amdal:
a. perorangan; atau
b. yang tergabung dalam lembaga
penyusunan dokumen Amdal.

(3)

(1)

penyedia

jasa

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan


persyaratan untuk mendirikan lembaga penyedia jasa
penyusunan dokumen Amdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 11
Penyusunan dokumen Amdal wajib dilakukan oleh
penyusun Amdal yang memiliki sertifikat kompetensi
penyusun Amdal.

Halaman 143

(2)

Sertifikat kompetensi penyusun Amdal sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui uji kompetensi.

(3)

Untuk mengikuti uji kompetensi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), setiap orang harus mengikuti pendidikan
dan pelatihan penyusunan Amdal dan dinyatakan lulus.

(4)

Pendidikan
dan
pelatihan
penyusunan
Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan
oleh lembaga pelatihan kompetensi di bidang Amdal.

(5)

Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan


penerbitan sertifikat kompetensi dilaksanakan oleh
lembaga sertifikasi kompetensi penyusun Amdal yang
ditunjuk oleh Menteri.

(6)

Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi


penyusun Amdal, penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan penyusunan Amdal, serta lembaga sertifikasi
kompetensi penyusun Amdal diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 12

(1)

Pegawai negeri sipil yang bekerja pada instansi


lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota
dilarang menjadi penyusun Amdal.

(2)

Dalam hal instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi,


atau kabupaten/kota bertindak sebagai Pemrakarsa,
pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menjadi penyusun Amdal.
Pasal 13

(1)

(2)

(3)

Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting


terhadap lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban
menyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
apabila:
a.

lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada


di kawasan yang telah memiliki Amdal kawasan;

b.

lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada


pada kabupaten/kota yang telah memiliki rencana
detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana
tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota; atau

c.

Usaha dan/atau Kegiatannya dilakukan


rangka tanggap darurat bencana.

dalam

Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf a dan huruf b, wajib menyusun UKL-UPL
berdasarkan:
a.

dokumen RKL-RPL kawasan; atau

b.

rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau


rencana
tata
ruang
kawasan
strategis
kabupaten/kota.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengecualian untuk


Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri.

Halaman 144

Bagian Ketiga
Penyusunan UKL-UPL
Pasal 14
(1)

UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2)


disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu
Usaha dan/atau Kegiatan.

(2)

Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib sesuai dengan rencana tata
ruang.

(3)

Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak


sesuai dengan rencana tata ruang, UKL-UPL tidak dapat
diperiksa dan wajib dikembalikan kepada Pemrakarsa.
Pasal 15

(1)

Penyusunan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 14 ayat (1) dilakukan melalui pengisian formulir
UKL-UPL dengan format yang ditentukan oleh Menteri.

(2)

Format sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling


sedikit memuat:
a. identitas pemrakarsa;
b. rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. dampak lingkungan yang akan terjadi; dan
d. program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.
Pasal 16

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan UKLUPL diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 17
Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat
menyusun
petunjuk
teknis
penyusunan
UKL-UPL
berdasarkan pedoman penyusunan UKL-UPL yang diatur
dengan Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16.
Pasal 18
Dalam hal:
a.

Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan lebih dari 1


(satu) Usaha dan/atau Kegiatan dan perencanaan serta
pengelolaannya saling terkait dan berlokasi di dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem; dan/atau

b.

pembinaan dan/atau pengawasan terhadap Usaha


dan/atau Kegiatan dilakukan oleh lebih dari 1 (satu)
kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian,
satuan kerja pemerintah provinsi, atau satuan kerja
pemerintah kabupaten/kota;

pemrakarsa hanya menyusun 1 (satu) UKL-UPL.


Pasal 19
(1)

Pegawai negeri sipil yang bekerja pada instansi


lingkungan hidup Pusat, provinsi, atau kabupaten/kota
dilarang menjadi penyusun UKL-UPL.

(2)

Dalam hal instansi lingkungan hidup Pusat, provinsi,


atau kabupaten/kota bertindak sebagai Pemrakarsa,
pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menjadi penyusun UKL-UPL.

Halaman 145

BAB III
PENILAIAN AMDAL DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL
Bagian Kesatu
Kerangka Acuan

Pasal 20
(1)

Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


ayat (1) huruf a disusun oleh Pemrakarsa sebelum
penyusunan Andal dan RKL-RPL.

(2)

Kerangka Acuan yang telah disusun


dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada:

sebagaimana

a. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal


Pusat, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal Pusat;
b. gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal
provinsi, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal provinsi; atau
c. bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai
Amdal kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.
(3)

Berdasarkan pengajuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2), sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi
Kerangka Acuan.
Pasal 21

(1)

Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20


yang telah dinyatakan lengkap secara administrasi,
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal.

(2)

Untuk melakukan penilaian sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis
untuk menilai Kerangka Acuan.

(3)

Tim teknis dalam melakukan penilaian, melibatkan


Pemrakarsa untuk menyepakati Kerangka Acuan.

(4)

Tim teknis menyampaikan hasil penilaian Kerangka


Acuan kepada Komisi Penilai Amdal.

(5)

Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan


bahwa Kerangka Acuan perlu diperbaiki, tim teknis
menyampaikan dokumen tersebut kepada Komisi Penilai
Amdal untuk dikembalikan kepada Pemrakarsa.
Pasal 22

(1)

Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan Kerangka


Acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (5)
kepada Komisi Penilai Amdal.

(2)

Kerangka Acuan yang telah diperbaiki sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dinilai oleh tim teknis.

(3)

Tim teknis menyampaikan hasil penilaian akhir Kerangka


Acuan kepada Komisi Penilai Amdal.
Pasal 23

Jangka waktu penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal


21 dan/atau Pasal 22 dilakukan paling lama 30 (tigapuluh)
hari kerja terhitung sejak Kerangka Acuan diterima dan
dinyatakan lengkap secara administrasi.

Halaman 146

Pasal 24
Dalam hal hasil penilaian tim teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (4) atau Pasal 22 ayat (3) menyatakan
Kerangka Acuan dapat disepakati, Komisi Penilai Amdal
menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan.
Pasal 25
(1)

Kerangka Acuan tidak berlaku apabila:


a. perbaikan Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) tidak disampaikan kembali
oleh Pemrakarsa paling lama 3 (tiga) tahun terhitung
sejak dikembalikannya Kerangka Acuan kepada
Pemrakarsa oleh Komisi Penilai Amdal; atau
b. Pemrakarsa tidak menyusun Andal dan RKL-RPL
dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak
diterbitkannya persetujuan Kerangka Acuan.
(2) Dalam hal Kerangka Acuan tidak berlaku sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Pemrakarsa wajib mengajukan
kembali Kerangka Acuan sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
Pasal 26
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Kerangka
Acuan diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Kedua
Andal dan RKL-RPL
Pasal 27
Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan:
a. Kerangka Acuan yang telah diterbitkan persetujuannya;
atau
b. konsep Kerangka Acuan, dalam hal jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 telah terlampaui
dan Komisi Penilai Amdal belum menerbitkan persetujuan
Kerangka Acuan.
Pasal 28

(1)

Andal dan RKL-RPL yang telah disusun sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 27 diajukan kepada:
a. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal
Pusat, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal Pusat;
b. gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal
provinsi, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh
Komisi Penilai Amdal provinsi; atau
c. bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai
Amdal kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang
dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

(2)

Berdasarkan pengajuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi
dokumen Andal dan RKL-RPL.

(3)

Komisi Penilai Amdal melakukan penilaian Andal dan


RKL-RPL sesuai dengan kewenangannya.

Halaman 147

(4)

Komisi Penilai Amdal menugaskan tim teknis untuk


menilai dokumen Andal dan RKL-RPL yang telah
dinyatakan lengkap secara administrasi oleh sekretariat
Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2).

(5)

Tim teknis menyampaikan hasil penilaian atas dokumen


Andal dan RKL-RPL kepada Komisi Penilai Amdal.
Pasal 29

(1)

Komisi Penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal


dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (5), menyelenggarakan rapat Komisi Penilai Amdal.

(2)

Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil


penilaian Andal dan RKL-RPL kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.

(3)

Rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
a. rekomendasi kelayakan lingkungan; atau
b. rekomendasi ketidaklayakan lingkungan.

(4)

Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


ditetapkan berdasarkan pertimbangan paling sedikit
meliputi:
a. prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat
penting dampak dari aspek biogeofisik kimia, sosial,
ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi,
operasi, dan pascaoperasi Usaha dan/atau Kegiatan;
b. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh
Dampak Penting hipotetik sebagai sebuah kesatuan
yang saling terkait dan saling memengaruhi, sehingga
diketahui perimbangan Dampak Penting yang bersifat
positif dengan yang bersifat negatif; dan
c. kemampuan Pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang
bertanggung jawab dalam menanggulangi Dampak
Penting yang bersifat negatif yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan,
dengan
pendekatan
teknologi,
sosial,
dan
kelembagaan.
(5) Dalam hal rapat Komisi Penilai Amdal menyatakan
bahwa dokumen Andal dan RKL-RPL perlu diperbaiki,
Komisi Penilai Amdal mengembalikan dokumen Andal
dan RKL-RPL kepada Pemrakarsa untuk diperbaiki.
Pasal 30
(1)

Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan dokumen


Andal
dan
RKL-RPL
sesuai
dengan
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).

(2)

Berdasarkan dokumen Andal dan RKL-RPL yang telah


diperbaiki sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Komisi
Penilai Amdal melakukan penilaian akhir terhadap
dokumen Andal dan RKL-RPL.

(3)

Komisi Penilai Amdal menyampaikan hasil penilaian


akhir berupa rekomendasi hasil penilaian akhir kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
kewenangannya.

Halaman 148

Pasal 31

Jangka waktu penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal


28, Pasal 29, dan/atau Pasal 30 dilakukan paling lama 75
(tujuhpuluh lima) hari kerja, terhitung sejak dokumen Andal
dan RKL-RPL dinyatakan lengkap.
Pasal 32
(1)

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berdasarkan


rekomendasi penilaian atau penilaian akhir dari Komisi
Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
atau Pasal 30, menetapkan keputusan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup.

(2)

Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau


ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil
penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal.
Pasal 33

(1)

Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:
a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan;
b. pernyataan kelayakan lingkungan;
c. persyaratan dan kewajiban
dengan RKL-RPL; dan

Pemrakarsa

sesuai

d. kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak terkait


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (4) huruf
c.
(2)

Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan


Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 34

Keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) paling sedikit memuat:
a. dasar pertimbangan dikeluarkannya penetapan; dan
b. pernyataan ketidaklayakan lingkungan.
Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Andal
dan RKL-RPL diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
UKL-UPL
Pasal 36
(1)

Formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal


15 ayat (1) yang telah diisi oleh Pemrakarsa disampaikan
kepada:
a.

Menteri, untuk
berlokasi:

Usaha

dan/atau

Kegiatan

yang

1. di lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;


2. di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;

Halaman 149

3. di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut


diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan
Indonesia dengan negara lain.
b.

Republik

gubernur, untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang


berlokasi:
1. di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota
dalam 1 (satu) provinsi;
2. di lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari
garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan.

c.

bupati/walikota, untuk Usaha dan/atau Kegiatan


yang berlokasi pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota
dan di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari
wilayah laut kewenangan provinsi.

(2)

Menteri, gubernur, atau bupati/walikota melakukan


pemeriksaan kelengkapan administrasi formulir UKLUPL.

(3)

Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi


formulir UKL-UPL dinyatakan tidak lengkap, Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota mengembalikan UKLUPL kepada Pemrakarsa untuk dilengkapi.

(4)

Apabila hasil pemeriksaan kelengkapan administrasi


formulir
UKL-UPL
dinyatakan
lengkap,
Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota melakukan pemeriksaan
UKL-UPL.

(5)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


dilakukan dalam jangka waktu 14 (empatbelas) hari sejak
formulir
UKL-UPL
dinyatakan
lengkap
secara
administrasi.
Pasal 37

(1)

Berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal
36
ayat
(4),
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota menerbitkan Rekomendasi UKL-UPL.

(2)

Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


berupa:
a. persetujuan; atau
b. penolakan.
Pasal 38

(1)

Rekomendasi berupa persetujuan UKL-UPL sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, paling sedikit
memuat:
a. dasar pertimbangan dikeluarkannya persetujuan UKLUPL;
b. pernyataan persetujuan UKL-UPL; dan
c. persyaratan dan kewajiban Pemrakarsa sesuai dengan
yang tercantum dalam UKL-UPL.

(2)

Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan


Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, Rekomendasi UKL-UPL
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
harus
mencantumkan jumlah dan jenis izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Halaman 150

Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan UKL-UPL dan
penerbitan Rekomendasi UKL-UPL diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB IV
PERMOHONAN DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Permohonan Izin Lingkungan
Pasal 42
(1)

Permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis


oleh penanggungjawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku
Pemrakarsa
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2)

Permohonan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) disampaikan bersamaan dengan pengajuan
penilaian Andal dan RKL-RPL atau pemeriksaan UKLUPL.
Pasal 43
Permohonan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (1), harus dilengkapi dengan:
a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;
b. dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan
c. profil Usaha dan/atau Kegiatan.
Pasal 44
Setelah menerima permohonan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 43, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota wajib mengumumkan permohonan Izin
Lingkungan.
Pasal 45
(1)

Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44


untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal
dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

(2)

Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman
di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima)
hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan RKL-RPL
yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.

(3)

Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan


tanggapan
terhadap
pengumuman
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama
10 (sepuluh) hari kerja sejak diumumkan.

(4)

Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dapat disampaikan melalui wakil
masyarakat yang terkena dampak dan/atau organisasi
masyarakat yang menjadi anggota Komisi Penilai Amdal.
Pasal 46

(1)

Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44


untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL
dilakukan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

(2)

Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman
di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 2 (dua)
hari kerja terhitung sejak formulir UKL-UPL yang
diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi.
Halaman 151

(3)

Masyarakat dapat memberikan saran, pendapat, dan


tanggapan
terhadap
pengumuman
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) hari kerja sejak diumumkan.

(4)

Saran, pendapat, dan tanggapan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) dapat disampaikan kepada Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya.
Bagian Kedua
Penerbitan Izin Lingkungan
Pasal 47

(1)

Izin Lingkungan diterbitkan oleh:


a. Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan
oleh Menteri;
b. gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan
oleh gubernur; dan
c. bupati/walikota,
untuk
Keputusan
Kelayakan
Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL yang
diterbitkan oleh bupati/walikota.

(2)

Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota:
a. setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin
Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44;
dan
b. dilakukan
bersamaan
dengan
diterbitkannya
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL.
Pasal 48

(1)

Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


47 ayat (1) paling sedikit memuat:
a. persyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL;
b. persyaratan dan kewajiban yang ditetapkan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota; dan
c. berakhirnya Izin Lingkungan.

(2)

Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan


Pemrakarsa wajib memiliki izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, Izin
Lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencantumkan
jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(3)

Izin Lingkungan berakhir bersamaan dengan berakhirnya


izin Usaha dan/atau Kegiatan.

Halaman 152

Pasal 49
(1)

Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri,


gubernur, atau bupati/walikota wajib diumumkan
melalui media massa dan/atau multimedia.

(2)

Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak
diterbitkan.
Pasal 50

(1)

Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan wajib


mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan,
apabila Usaha dan/atau Kegiatan yang telah memperoleh
Izin
Lingkungan
direncanakan
untuk
dilakukan
perubahan.

(2)

Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan


dimaksud pada ayat (1) meliputi:

sebagaimana

a. perubahan kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan;


b. perubahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup yang memenuhi kriteria:
1. perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi
yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup;
2. penambahan kapasitas produksi;
3. perubahan spesifikasi teknik yang memengaruhi
lingkungan;
4. perubahan sarana Usaha dan/atau Kegiatan;
5. perluasan lahan dan bangunan Usaha dan/atau
Kegiatan;
6. perubahan waktu atau durasi operasi Usaha
dan/atau Kegiatan;
7. Usaha dan/atau Kegiatan di dalam kawasan yang
belum tercakup di dalam Izin Lingkungan;
8. terjadinya perubahan kebijakan pemerintah yang
ditujukan
dalam
rangka
peningkatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
dan/atau
9. terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar akibat peristiwa alam atau karena
akibat lain, sebelum dan pada waktu Usaha
dan/atau
Kegiatan
yang
bersangkutan
dilaksanakan;
d. terdapat perubahan dampak dan/atau risiko
terhadap lingkungan hidup berdasarkan hasil kajian
analisis risiko lingkungan hidup dan/atau audit
lingkungan hidup yang diwajibkan; dan/atau
e. tidak dilaksanakannya rencana Usaha dan/atau
Kegiatan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan.

Halaman 153

(3) Sebelum mengajukan permohonan perubahan Izin


Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c, huruf d, dan huruf e, penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan wajib mengajukan permohonan
perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau
Rekomendasi UKL-UPL.
(4) Penerbitan perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan
Hidup dilakukan melalui:
a. penyusunan dan penilaian dokumen Amdal baru;
atau
b. penyampaian dan penilaian terhadap adendum Andal
dan RKL-RPL.
(5) Penerbitan perubahan Rekomendasi UKL-UPL dilakukan
melalui penyusunan dan pemeriksaan UKL-UPL baru.
(6) Penerbitan
perubahan
Rekomendasi
UKL-UPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dalam
hal perubahan Usaha dan/atau Kegiatan tidak termasuk
dalam kriteria wajib Amdal.
(7) Penerbitan
perubahan
Izin
Lingkungan
dilakukan
bersamaan dengan penerbitan perubahan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup atau Rekomendasi UKL-UPL.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria perubahan


Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan tata cara perubahan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup, perubahan Rekomendasi UKL-UPL,
dan penerbitan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 51
(1)

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan Usaha


dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50 ayat (2) huruf a, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya menerbitkan
perubahan Izin Lingkungan.

(2)

Dalam
hal
terjadi
perubahan
pengelolaan
dan
pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (2) huruf b, penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan menyampaikan laporan
perubahan
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota.

(3)

Berdasarkan laporan perubahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai kewenangannya menerbitkan perubahan Izin
Lingkungan.
Pasal 52

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan Izin


Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sampai
dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri.

Halaman 154

Bagian Ketiga
Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan
Pasal 53
(1)

Pemegang Izin Lingkungan berkewajiban:


a.

b.

c.

(2)

menaati persyaratan dan kewajiban yang dimuat


dalam Izin Lingkungan dan izin perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan
terhadap persyaratan dan kewajiban dalam Izin
Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota; dan
menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan
fungsi lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


disampaikan secara berkala setiap 6 (enam) bulan.
BAB V
KOMISI PENILAI AMDAL
Pasal 54

(1)

Komisi Penilai Amdal dibentuk oleh Menteri, gubernur,


atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

(2)

Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) terdiri atas:
a. Komisi Penilai Amdal Pusat;
b. Komisi Penilai Amdal provinsi; dan
c. Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

(3)

Komisi Penilai Amdal Pusat sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf a menilai dokumen Amdal untuk Usaha
dan/atau Kegiatan yang:
a. bersifat strategis nasional; dan/atau
b. berlokasi:

(4)

1.

di lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;

2.

di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia


yang sedang dalam sengketa dengan negara lain;

3.

di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut


diukur dari garis pantai ke arah laut lepas;
dan/atau

4.

di lintas batas Negara Kesatuan


Indonesia dengan negara lain.

Republik

Komisi Penilai Amdal provinsi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf b menilai dokumen Amdal untuk
Usaha dan/atau Kegiatan yang:
a. bersifat strategis provinsi; dan/atau
b. berlokasi:

Halaman 155

(5)

1.

di lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota


dalam 1 (satu) provinsi;

2.

di lintas kabupaten/kota; dan/atau

3.

di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari


garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan.

Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf c menilai dokumen Amdal
untuk Usaha dan/atau Kegiatan yang:
a. bersifat strategis kabupaten/kota dan tidak strategis;
dan/atau
b. di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu pertiga) dari
wilayah laut kewenangan provinsi.

(6)

Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang bersifat strategis


nasional,
strategis
provinsi,
atau
strategis
kabupaten/kota, serta tidak strategis sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a, ayat (4) huruf a, dan
ayat (5) huruf a ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 55

(1)

Komisi Penilai Amdal Pusat menilai dokumen Amdal yang


disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu atau
kawasan, jika terdapat Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3), ayat (4),
dan/atau ayat (5).

(2)

Komisi Penilai Amdal provinsi menilai dokumen Amdal


yang disusun dengan menggunakan pendekatan terpadu
atau kawasan, jika terdapat Usaha dan/atau Kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4) dan ayat
(5).
Pasal 56

(1)

Susunan Komisi Penilai Amdal terdiri atas:


a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.

(2)

Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a dan huruf b, berasal dari:
a. instansi lingkungan hidup Pusat, untuk Komisi
Penilai Amdal Pusat;
b. instansi lingkungan hidup provinsi, untuk Komisi
Penilai Amdal provinsi; dan
c. instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, untuk
Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota.

(3)

Anggota Komisi Penilai Amdal terdiri atas:


a. untuk Komisi Penilai Amdal Pusat, beranggotakan
unsur dari:
1.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang penataan ruang;

2.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
Halaman 156

3.
4.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang dalam negeri;
instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan;

5.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang pertahanan;

6.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang penanaman modal;

7.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang pertanahan;

8.

instansi Pusat yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan;

9.

instansi Pusat yang membidangi Usaha dan/atau


Kegiatan;

10. instansi Pusat yang terkait dengan dampak Usaha


dan/atau Kegiatan;
11. wakil pemerintah provinsi yang bersangkutan;
12. wakil
pemerintah
bersangkutan;

kabupaten/kota

13. ahli di bidang perlindungan


lingkungan hidup;

dan

yang

pengelolaan

14. ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana Usaha


dan/atau Kegiatan;

15. ahli di bidang yang berkaitan dengan dampak


dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
16. organisasi lingkungan hidup;
17. masyarakat terkena dampak; dan/atau
18. unsur lain sesuai kebutuhan.
b. untuk Komisi Penilai Amdal provinsi, beranggotakan
unsur dari:
1.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang provinsi;

2.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup provinsi;

3.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal
provinsi;

4.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang pertanahan provinsi;

5.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang pertahanan provinsi;

6.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang kesehatan provinsi;

7.

instansi
Pusat
dan/atau
membidangi Usaha dan/atau
bersangkutan;

daerah
Kegiatan

yang
yang

Halaman 157

8.

wakil instansi Pusat, instansi provinsi, dan/atau


kabupaten/kota yang urusan pemerintahannya
terkait dengan dampak Usaha dan/atau
Kegiatan;

9.

wakil
pemerintah
bersangkutan;

kabupaten/kota

yang

10. pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi


yang bersangkutan;
11. ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana
Usaha dan/atau Kegiatan;
12. ahli di bidang yang berkaitan dengan dampak
dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
13. organisasi lingkungan hidup;
14. masyarakat terkena dampak; dan/atau
15. unsur lain sesuai kebutuhan.
c. untuk Komisi Penilai Amdal
beranggotakan unsur dari:

kabupaten/kota,

1.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang
kabupaten/kota;

2.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota;

3.

instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal
kabupaten/kota;

4.

instansi
yang
pemerintahan
kabupaten/kota;

menyelenggarakan
urusan
di
bidang
pertanahan

5.

instansi
yang
pemerintahan
kabupaten/kota;

menyelenggarakan
urusan
di
bidang
pertahanan

6.

instansi
yang
pemerintahan
kabupaten/kota;

menyelenggarakan
urusan
di
bidang
kesehatan

7.

wakil instansi Pusat, instansi provinsi, dan/atau


kabupaten/kota yang urusan pemerintahannya
terkait dengan dampak Usaha dan/atau
Kegiatan;

8.

ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana


Usaha dan/atau Kegiatan;

9.

ahli di bidang yang berkaitan dengan dampak


dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan;

10. wakil dari organisasi lingkungan yang terkait


dengan
Usaha
dan/atau
Kegiatan
yang
bersangkutan;
11. masyarakat terkena dampak; dan
12. unsur lain sesuai kebutuhan.

Halaman 158

Pasal 57

(1)

Dalam hal instansi lingkungan hidup kabupaten/kota


bertindak sebagai Pemrakarsa dan kewenangan penilaian
Amdalnya berada di kabupaten/kota yang bersangkutan,
penilaian Amdal terhadap Usaha dan/atau Kegiatan
tersebut dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal provinsi.

(2)

Dalam hal instansi lingkungan hidup provinsi bertindak


sebagai Pemrakarsa dan kewenangan penilaian Amdalnya
berada di provinsi yang bersangkutan, penilaian Amdal
terhadap Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dilakukan
oleh Komisi Penilai Amdal Pusat.
Pasal 58

(1)

Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri,


gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya.

(2)

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara lisensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Menteri.
Pasal 59

Komisi Penilai Amdal dibantu oleh:


a.

tim teknis Komisi Penilai Amdal yang selanjutnya disebut


tim teknis; dan

b.

sekretariat Komisi Penilai Amdal.


Pasal 60

(1)

Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 huruf


a terdiri atas:
a. ahli dari instansi teknis yang membidangi Usaha
dan/atau Kegiatan yang bersangkutan dan instansi
lingkungan hidup; dan
b. ahli lain dan bidang ilmu yang terkait.

(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan


tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 61

(1)

Sekretariat Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 59 huruf b mempunyai tugas di bidang
kesekretariatan, perlengkapan, penyediaan informasi
pendukung, dan tugas lain yang diberikan oleh Komisi
Penilai Amdal.

(2)

Sekretariat Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dipimpin oleh kepala sekretariat yang
dijabat oleh pejabat setingkat eselon III ex officio pada
instansi lingkungan hidup Pusat dan pejabat setingkat
eselon IV ex officio pada instansi lingkungan hidup
provinsi dan kabupaten/kota.

Halaman 159

Pasal 62
Anggota Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 dan anggota tim teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 dilarang melakukan penilaian terhadap
dokumen Amdal yang disusunnya.
Pasal 63
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja Komisi Penilai
Amdal Pusat, Komisi Penilai Amdal provinsi, dan Komisi
Penilai Amdal kabupaten/kota diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB VI
PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA
Bagian Kesatu
Pembinaan terhadap Penatalaksanaan Amdal dan UKL-UPL
Pasal 64
(1)

Instansi lingkungan hidup Pusat melakukan pembinaan


terhadap:
a. Komisi Penilai Amdal provinsi dan Komisi Penilai
Amdal kabupaten/kota; dan
b. instansi lingkungan hidup provinsi dan kabupaten/
kota.

(2)

Instansi
lingkungan
pembinaan terhadap:

hidup

provinsi

melakukan

a. Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota; dan


b. instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.
(3)

Pembinaan sebagaimana dimaksud


dilakukan paling sedikit melalui:

pada

ayat

(1)

a. pendidikan dan pelatihan Amdal;


b. bimbingan teknis UKL-UPL; dan
c. penetapan
kriteria.

norma,

standar,

prosedur,

dan/atau

Pasal 65
(1)

Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
membantu
penyusunan Amdal atau UKL-UPL bagi Usaha dan/atau
Kegiatan golongan ekonomi lemah yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup.

(2)

Penyusunan Amdal atau UKL-UPL bagi Usaha dan/atau


Kegiatan
golongan
ekonomi
lemah
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh instansi yang
membidangi Usaha dan/atau Kegiatan.

(3)

Dalam hal Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berada di bawah pembinaan atau
pengawasan lebih dari 1 (satu) instansi yang membidangi
Usaha dan/atau Kegiatan, penyusunan Amdal atau UKLUPL bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan,
dilakukan oleh instansi yang membidangi Usaha
dan/atau Kegiatan yang bersifat dominan.

Halaman 160

Bagian Kedua
Evaluasi Kinerja
Pasal 66
(1)

Instansi lingkungan hidup Pusat melakukan evaluasi


kinerja terhadap penatalaksanaan:
a. Amdal yang dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal
provinsi
dan/atau
Komisi
Penilai
Amdal
kabupaten/kota; dan
b. UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup provinsi dan/atau instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota.

(2)

Instansi lingkungan hidup provinsi melakukan evaluasi


kinerja terhadap penatalaksanaan:
a. Amdal yang dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal
kabupaten/kota; dan
b. UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup kabupaten/kota.

(3)

Evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) paling sedikit dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan/atau
kriteria di bidang Amdal dan UKL-UPL;
b. kinerja
Komisi
Penilai
kabupaten/kota; dan

Amdal

provinsi

dan

c. kinerja pemeriksa UKL-UPL di instansi lingkungan


hidup provinsi dan kabupaten/kota.
Pasal 67
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan
evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
sampai dengan Pasal 66 diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 68
Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL didanai oleh
Pemrakarsa, kecuali untuk Usaha dan/atau Kegiatan bagi
golongan ekonomi lemah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 ayat (1).
Pasal 69
(1)

Dana kegiatan:
a. penilaian Amdal yang dilakukan oleh komisi Penilai
Amdal, tim teknis, dan sekretariat Komisi Penilai
Amdal; atau
b. pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi
lingkungan
hidup
pusat,
provinsi,
atau
kabupaten/kota
dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Halaman 161

(2)

Jasa penilaian dokumen Amdal dan pemeriksaan UKLUPL yang dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal dan tim
teknis dibebankan kepada Pemrakarsa sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 70

Dana pembinaan dan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh


instansi
lingkungan
hidup
Pusat,
provinsi,
dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64
sampai dengan Pasal 66 dialokasikan dari anggaran instansi
lingkungan hidup Pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
BAB VIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 71
(1)

Pemegang Izin Lingkungan yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dikenakan sanksi
administratif yang meliputi:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan Izin Lingkungan; atau
d. pencabutan Izin Lingkungan.

(2)

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat


(1)
diterapkan
oleh
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 72

Penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 71 ayat (2) didasarkan atas:
a.

efektivitas dan efisiensi terhadap pelestarian fungsi


lingkungan hidup;

b.

tingkat atau berat ringannya jenis pelanggaran yang


dilakukan oleh pemegang Izin Lingkungan;

c.

tingkat ketaatan pemegang Izin Lingkungan terhadap


pemenuhan perintah atau kewajiban yang ditentukan
dalam izin lingkungan;

d.

riwayat ketaatan pemegang Izin Lingkungan; dan/atau

e.

tingkat pengaruh atau implikasi pelanggaran yang


dilakukan oleh pemegang Izin Lingkungan pada
lingkungan hidup.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73

Dokumen lingkungan yang telah mendapat persetujuan


sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan
tetap berlaku dan dipersamakan sebagai Izin Lingkungan.

Halaman 162

Pasal 74
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3838) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 75
Peraturan Pemerintah
diundangkan.

ini

mulai

berlaku

pada

tanggal

Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Februari 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 48

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Perekonomian,

SETIO SAPTO NUGROHO

Halaman 163

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 2012
TENTANG
IZIN LINGKUNGAN
I. UMUM
Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus
diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (4) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan
sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia
saat ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
pengunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijak.
Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga
pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah
lingkungan (environmentally sound).
Proses pembangunan yang
diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan
datang.
Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk Usaha
dan/atau Kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut
dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian
dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini
mungkin.
Perangkat atau instrumen yang dapat digunakan untuk
melakukan hal tersebut adalah Amdal dan UKL-UPL. Pasal 22 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap Usaha dan/atau Kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal.
Amdal tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek biogeofisik dan kimia
saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan
masyarakat. Sedangkan untuk setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup diwajibkan untuk memiliki UKL-UPL. Pelaksanaan Amdal dan UKLUPL harus lebih sederhana dan bermutu, serta menuntut profesionalisme,
akuntabilitas, dan integritas semua pihak terkait, agar instrumen ini dapat
digunakan sebagai perangkat pengambilan keputusan yang efektif.

Amdal dan UKL-UPL juga merupakan salah satu syarat untuk


mendapatkan Izin Lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau
permeriksaan UKL-UPL merupakan satu kesatuan dengan proses
permohonan dan penerbitkan Izin Lingkungan. Dengan dimasukkannya
Amdal dan UKL-UPL dalam proses perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan,
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
mendapatkan informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak
lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana Usaha dan/atau
Kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya, baik dari aspek
teknologi, sosial, dan kelembagaan.
Berdasarkan informasi tersebut,
pengambil keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan apakah
suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut layak, tidak layak,
disetujui, atau ditolak, dan Izin lLngkungannya dapat diterbitkan.
Masyarakat juga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan
penerbitan Izin Lingkungan.

Halaman 164

Tujuan diterbitkannya Izin Lingkungan antara lain u n t u k


memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan
berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian Usaha dan/atau
Kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan
kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antarinstansi dalam
penyelenggaraan
perizinan untuk Usaha dan/atau Kegiatan, dan
memberikan kepastian hukum dalam Usaha dan/atau Kegiatan.

Halaman 165

Peraturan Pemerintah No 27 .Tahun 1999


Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup

Oleh
Nomor

:
:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


27 TAHUN 1999 (27/1999)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
a.
bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan hidup sebagai upaya sadar dan berencana mengelola
sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejaht eraan dan mutu hidup,
perlu dijaga keserasian antar berbagai usaha dan/atau kegiatan;
b.

bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya menimbulkan


dampak terhadap lingkungan hidup yang perlu dianalisis sejak awal
perencanaannya ,sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan
pengembangan dampak positif dapat dipersiapkan sedini mungkin;

c.

bahwa analisis mengenai dampak lingkungan hidup diperlukan bagi


proses pengambilan keputusan tentang pelaksanaan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup;

d.

bahwa dengan diundangkannya Undang-undang 23 Tahun1997


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ,perlu dilakukan penyesuaian
terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan;

e.

bahwa berdasarkan hal tersebut di atas ,dipandang perlu menetapkan


Peraturan Pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup;

Mengingat

1.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar;1945

2.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan


Hidup) Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor ,68 Tambahan Lembaran
Negara Nomor;(3699

Halaman 166

M E M U T U S K A N:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup) AMDAL (adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan;
2. Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang
sangat
me ndasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan ;
3. Kerangka acuan adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan ;
4. Analisis dampak lingkungan hidup) ANDAL (adalah telaahan secara
cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan;
5. Rencana pengelolaan lingkungan hidup) RKL (adalah upaya penanganan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
6. Rencana pemantauan lingkungan hidup) RPL (adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
7. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggun g jawab
atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan;
8. Instansi yang berwenang adalah instansi yang berwenang memberikan
keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan;
9. Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang ber wenang
memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup dengan pengertian
bahwa kewenangan di tingkat pusat berada pada Kepala instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan di tingkat daerah berada
pada Gubernur;
10. Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan adalah instansi yang
membina secara teknis usaha dan/atau kegiatan dimaksud;
11. Komisi penilai adalah komisi yang bertugas menilai dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan dengan pengertian di tingkat pusat oleh
komisis penilai pusat dan di tingkat daerah oleh komisi penilai daerah;
12. Menteri adalah Menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup;
13. Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan adalah instansi
yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan;
14. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau Gubernur
Kepala Daerah Istimewa atau Gubernur Kepala daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
Halaman 167

Pasal2
(1) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian kegiatan
studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan.
(2) Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup digunakan sebagai
bahan perencanaan pembangunan wilayah.
(3) Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat
dilakukan melalui pendekatan studi terhadap usaha dan/atau kegiatan
tunggal ,terpadu atau kegiatan dalam kawasan.
Pasal3
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak
terbaharui;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan ,pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup ,serta
kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam ,lingkungan buatan ,serta lingkungan sosial dan budaya ;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlin dungan
cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan ,jenis hewan ,dan jenis jasad
renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h. penerpan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup;
i. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi ,dan atau mempengaruhi
pertahan negara.
(2) Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup
ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar dan memperhatikan saran
dan pendapat Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait.
(3) Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(2)dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam) 5 lima (tahu n.
(4) Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
yang pembinaannya berada pada instansi yang membidang i usaha
dan/atau kegiatan.

Halaman 168

(5) Pejabat dari instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan wajib mencantumkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dalam izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada yat (5) ditetapkan oleh instansi yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan setelah mempertimbangkan
masukan dari instansi yang bertanggung jawab.

Pasal 4
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang
sudah dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan tidak diwajibkan
membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup lagi.
(2) Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup
dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan
hidup kawasan.

Pasal5

(1)

Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau


kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain:
a .jumlah manusia yang akan terkena dampak;
b .luas wilayah persebaran dampak;
c .intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d .banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
e .sifatnya kumulatif dampak;
f. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible (dampak.

(2)

Pedoman mengenai penentuan dampak besar dan penting


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan .

Pasal6
(1) Analisis mengenai dampak lingkunga hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) tidak perlu dibuat bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan untuk menanggulangi suatu keadaan darurat.
(2) Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang membidangi usaha dan/aytau kegiatan yang bersangkutan
menetapkan telah terjadinya suatu keadaan darurat.
Halaman 169

Pasal7
(1) Analisis mengenai damapk lingkungan hidup merupakan syarat yang
harus
dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
(2) Pemohon izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pemrakarsa kepada pejabat yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
wajib melampirkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) yang
diberikan instansi yang bertanggung jawab.
(3) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat(2)
mencantumkan syarat dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam
rencana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup
sebagai ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
diterbitkannya .
(4) Kententuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh
pemrakarsa ,dalam menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.

BAB II
KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI
DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
Pasal8
(1) Komisi penilai dibentuk:
a. di tingkat pusat : oleh Menteri;
b. di tingkat daerah : oleh Gubernur.
(2) Komisi penilai sebagaiman dimaksud pada ayat
a) di tingkat pusat berkedudukan di
mengendalikan dampak lingkungan.
b) di tingkat daerah berkedudukan di
mengendalikan dampak lingkungan Daerah
(3)

: (1)
instansi

yang

ditugasi

instansi yang
Tingkat I.

ditugasi

Komisi penilai menilai kerangka acuan ,analisis dampak lingkungan


hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan
lingkungan hidup.

(4) Dalam menjalankan tugasnya ,Komisi Penilai sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dibantu oleh tim teknis yang bertugas memberikan
pertimbangan teknis atas kerangka acuan ,analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan
lingkungan hidup.
(5)

Dalam menjalankan tugasnya ,komisi penilai pusat sebagaimana


dimaksd pada ayat (1) huruf a dibantu oleh tim teknis dari masing masing sektor.
Halaman 170

(6)

(7)

(8)

Komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyerahkan hasil


penilaiannya kepada instansi yang bertanggung jawab untuk dijadikan
dasar keputusan atas kerangka acuan ,analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,rencana pemantauan
lingkungan hidup.
Ketentuan mengenai tata kerja komisi penilai dimaksud ,baik pusat
maupun daerah ,ditetapkan oleh Menteri , setelah mendengar dan
memperhatikan saran/pendapat Menteri Dalam Negeri dan Menteri lain
dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait.
Ketentuan mengenai tata kerja tim teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) ditetapkan lebih lanjut oleh Komisi Penilai Pusat.

Pasal9
(1) Komisi penilai pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf
a terdiri atas unsur-unsur instansi yang ditugasi mengelola lingkungan
hidup ,instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan,
Departemen Dalam Negeri ,instansi yang ditugasi bidang kesehatan,
instansi yang ditugasi bidang pertahanan keamanan ,instansi yang
ditugasi bidang penanaman modal ,instansi yang ditugasi bidang
pertanahan ,instansi yang ditugasi bidang ilmu pengetahuan ,depatemen
dan/atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membidangi usaha
dan/atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait ,wakil
Propinsi
Daerah
Tingkat
I
yang
bersangkutan
,Wakil
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan ,ahli
dibidang lingkungan hidup ,ahli dibidang yang berkaitan ,organisasi
lingkungan hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang
dikaji ,wakil masyarakat terkena dampak ,serta anggota lain yang
dipandang perlu .
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota komisi penilai pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal10
(1) Komisi peilai daerah sebagaimana dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b terdiri
atas unsur-unsur : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I,
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan ,instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan Daerah Tingkat I ,instansi
yang ditugasi bidang penanaman modal daerah ,instansi yang ditugasi
bidang pertanahan di daerah ,instansi yang ditugasi bidang pertahanan
keamanan daerah ,instansi yang ditugasi bidang kesehatan Daerah
Tingkat I ,wakil instansi pusat dan/atau daerah yang membidangi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan ,wakil instansi terkait di Propinsi
Daerah Tingkat I ,wakil Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang
bersangkutan ,pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi daerah
yang bersangkutan ,ahli di bidang lingkungan hidup ,ahli dibidang yang
berkaitan ,organisasi lingkungan hidup di daerah ,organisasi lingkungan
hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang dikaji ,warga
masyarakat yang terkena dampak ,serta anggota lain yang dipandang
perlu.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota komisi penilai daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.
Halaman 171

Pasal11
(1) Komisi penilai pusat berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak
lingkungan hidup bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi
kriteria :
a.
usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis dan/atau menyangkut
ketahanan dan keamanan negara;
b.
usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya meliputi lebih dari satu
wilayah propinsi daerah tingkat I;
c.
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan
negara lain;
d.
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah ruang lautan ;
e.
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di lintas batas negara
kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.
(2) Komisi penilai daerah berwenang menilai analisis mengenai dampak
lingkungan hidup bagi jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang diluar
kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat.(1)
Pasal12
(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (4) terdiri atas para
ahli dari instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan dan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan ,serta ahli lain dengan bidang ilmu yang terkait.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota tim teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri untuk
komisi penilai pusat ,dan oleh Gubernur untuk komisi penilai daerah
tingkat I .
Pasal13
Dalam melaksanakan tugasnya ,komisi penilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat ,(1) wajib memperhatikan kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup ,rencana pengembangan wilayah ,rencana tata ruang
wilayah dan kepentingan pertahan -an keamanan.
BAB III
TATA LAKSANA
Bagian Pertama

Kerangka Acuan
Pasal14
(1) Kerangka acuan sebagai dasar pembuatan analisis dampak lingkungan
hidup disusun oleh pemrakarsa.
(2)

Kerangka acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun


berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Halaman 172

Pasal15
(1)

Kerangka acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat(1)


disampaikan oleh pemrakarsa kepada instansi yang bertanggung
jawab ,dengan ketentuan:
a. di tingkat pusat : kepada Kepala instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan melalui komisi penilai pusat;
b. di tingkat daerah : kepada Gubernur melalui komisi penilai daerah
tingkat I.

(2)

Komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan


tanda bukti penerimaan kepada pemrakarsa dengan menuliskan hari
dan tanggal diterimanya kerangka acuan pembuatan analisis dampak
lingkungan hidup.
Pasal16

(1) Kerangka acuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dinilai oleh


komisi penilai bersama dengan pemrakarsa untuk menyepakati ruang
lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang akan
dilaksanakan.
(2) Keputusan atas penilaian kerangka acuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib diberikan oleh instansi yang bertanggung jawab dalam
jangka waktu
selambat -lambatnya) 75 tujuh puluh lima (hari kerja
terhitung sejak tanggal diterimanya kerangka acuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat.(2)
(3) Apabila instansi yang bertanggung jawab tidak menerbitkan keputusan
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ,(2) maka
instansi yang bertanggung jawab dianggap menerima kerangka acuan
dimaksud.
(4) Instansi yang bertanggung jawab wajib menolak kerangka acuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila rencana lokasi
dilaksanakannya usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata
ruang kawasan.

Bagian Kedua
Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup
Pasal17
(1)

(2)

Pemrakarsa menyusun analisis dampak lingkungan hidup ,rencana


pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan
hidup ,berdasarkan kerangka acuan yang telah mendapatkan
keputusan dari instansi yang bertanggung jawab.
Penyusunan analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan
lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup,
berpedoman pada pedoman penyusunan analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengeloaan lingkungan hidup ,dan rencana
pemantauan lingkungan hidup yang ditetapkan oleh Kepala instansi
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Halaman 173

Pasal18
(1) Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup ,diajukan oleh
pemrakarsa kepada:
a .di tingkat pusat : Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan melalui komisi penilai pusat;
b. di tingkat daerah : Gubernur melalui komisi penilai daerah
tingkat I.
(2) Komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat1) (wajib memberikan
tanda bukti penerimaan kepada pemrakarsa dengan menuliskan hari dan
tanggal diterimanya analisis dampak lingkungan hidup ,rencana
pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat.(1)
Pasal19
(1) Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup dinilai:
a. di tingkat pusat : oleh komisi penilai pusat;
b. di tingkat daerah : oleh komisi penilai daerah
( 2) Instansi yang bertanggung jawab menerbitkan keputusan kelayakan
lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil
penilaian analisis dampak lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat.(1)
(3) Dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib dicantumkan dasar pertimbangan dikeluarkannya
keputusan itu ,dan pertimbangan terhadap saran ,pendapat ,dan
tanggapan yang diajukan oleh warga masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat.(1)
Pasal20
(1)

Instansi yang bertanggung jawab menerbitkan keputusan kelayakan


lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat ,(2) dalam jangka waktu sel ambatlambatnya) 75 tujuh puluh lima (hari kerja terhitung sejak tanggal
diterimanya dokumen analisis dampak lingkungan hidup ,rencana
pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat.(2)

(2)

Apabila instansi yang bertanggung jawab tidak menerbitkan keputusan


dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) maka
rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dianggap layak
lingkungan.

Halaman 174

Pasal21
(1)

Instansi yang bertanggung jawab mengembalikan analisis dampak


lingkungan hidup ,rencana pegelolaan lingkungan hidup ,dan rencana
pemantauan lingkungan hidup kepada pemrakarsa untuk diperbaiki
apabila kualitas analisis dampak lingkungan hidup ,rencana
pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan
hidup tidak sesuai dengan pedoman penyusunan analisis dampak
lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana
pemantauan lingkungan hidup.

(2)

Perbaikan analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan


lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup diajukan
kembali kepada instansi yang bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal ,17 Pasal ,18 Pasal ,19 dan Pasal.20

(3)

Penilaian atas analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan


lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup serta
pemberian keputusan kelayakan lingkungan hidup atas usaha dan/atau
kegiatan dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 19 dan Pasal
20.

Pasal22
(1)

Apabila hasil penilaian komisi penilai menyimpulkan bahwa:


a. dampak besar dan penting negatif yang akan ditimbulkan oleh
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak dapat
ditanggulangi oleh teknologi yang tersedia ,atau
b. biaya penanggulangan dampak besar dan penting negatif lebih
besar dari pada manfaat dampak besar dan penting positif yang
akan
ditimbulkan
oleh
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
bersangkutan ,maka instansi yang bertanggung jawab memberikan
keputusan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan tidak layak lingkungan.

(2)

Instansi yang berwenang menolak permohonan izin melakukan usaha


dan/atau kegiatan yang bersangkutan apabila instansi yang
bertanggung jawab memberikan keputusan sebagaimana dimaks ud
pada ayat .(1)
Pasal23

Salinan analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pegelolaan lingkungan


hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup ,serta salinan keputusan
kelayakan lingkungan hidup ,serta salinan keputusan kelayakan lingkungan
hidup suatu usaha dan/atau kegiatan disampaikan oleh:
a. di tingkat pusat : instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan kepada instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan ,instansi terkait yang
berkepentingan ,Gubernur dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II yang bersangkutan.
b. di tingkat daerah : Gubernur kepada Menteri ,Kepala instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan ,instansi yang berwenang
menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan ,
dan instansi yang terkait.
Halaman 175

Bagian Ketiga
Kadaluwarsa dan batalnya keputusan hasil Analisis Dampak
Lingkungan Hidup ,Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup


Pasal24
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
dinyatakan kadaluwarsa atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini,
apabila rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu) 3 tiga (tahun sejak ditertibkannya keputusan kelayakan
tersebut.
(2) Apabila keputusan kelayakan lingkungan hidup dinyatakan kadaluwarsa
sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) maka untuk melaksanakan
rencana usaha dan/atau kegiatannya ,pemrakarasa wajib mengajukan
kembali permohonan persetujuan atas analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup kepada instansi yang bertanggung jawab.
(3) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) instansi
yang bertanggung jawab memutuskan:
a. Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang pernah
disetujui dapat sepenuhnya dipergunakan kembali ;atau
b. Pemrakarsa wajib membuat analisis mengenai dampak lingkungan
hidup baru sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal25
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
menjadi batal atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini apabila
pemrakarsa memindahkan lokasi usaha dan/atau kegiatan.
(2) Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/atau kegiatan di
lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) pemrakarsa wajib
membuat analisis mengenai mengenai dampak lingkungan hidup baru
seseuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal26
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
menjadi batal atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini apabila
pemrakarsa mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas
dan/atau bahan baku dan/atau bahan penolong.
(2) Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) maka pemrakarsa wajib
Halaman 176

membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup baru sesuai


dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal27
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
menjadi batal atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini apabila terjadi
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat peristiwa
alam atau karena akibat lain sebelum dan pada waktu usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan.
(2) Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) maka pemrakarsa wajib
membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup baru sesuai
dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini .
BAB IV
PEMBINAAN
(1)

(2)

Pasal 28
Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan melakukan
pembinaan teknis terhadap komisi penilai pusat dan daerah.
Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan melakukan
pembinaan teknis pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari izin.
Pasal29

(1) Pendidikan ,pelatihan ,dan pengembangan di bidang analisis mengenai


dampak lingkungan hidup dilakukan dengan koordinasi instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
(2) Lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang analisis mengenai dampak
lingkungan hidup diselenggarakan dengan koordinasi dari instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dengan memperhatikan
sistem akreditasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal30
Kualikasi penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup dengan
pemberian lisensi/sertikasi dan peraturannya ditetapkan oleh Kepala
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal31
Penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi usaha dan/atau
kegiatan golongan ekonomi lemah dibantu pemerintah ,dan ditetapkan lebih
lanjut oleh Menteri setelah memperhatikan saran dan pendapat instansi yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Halaman 177

BAB V
PENGAWASAN
Pasal32
(1)

Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan wajib menyampaikan laporan


pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan ,instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan dan Gubernur.

(2)

Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan melakukan:


a. pengawasan dan pengevaluasian penerapan peraturan perundangundangan di bidang analisis mengenai dampak lingkungan hidup;
b. pengujian laporan yang disampaikan oleh pemrakarsa usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat;(1)
c. penyampaian laporan pengawasan dan evaluasi hasilnya kepada
Menteri secara berkala ,sekurang-kurangnya) 2 dua (kali dalam (1)
satu tahun, dengan tembusan kepada instansi yang berwenang
menerbitkan izin dan Gubernur.

BAB VI
KETERBUKAAN INFORMASI DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal33

(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal3


ayat (2) wajib diumumkan terlebih dahulu kepada masyarakat sebelum
pemrakarsa menyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
instansi yang bertanggung jawab dan pemrakarsa.
(3) Dalam jangka waktu) 30 tiga puluh (hari kerja sejak diumumkannya
rencana usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1)
warga masyarakat yang berkepentingan berhak mengajukan saran,
pendapat ,dan tanggapan tentang akan dilaksanakannya rencana usaha
dan/atau kegiatan.
(4) Saran ,pendapat ,dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat(3)
diajukan secara tertulis kepada instansi yang bertanggung jawab.
(5) Saran ,pendapat ,dan tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat(3)
wajib dipertimbangkan dan dikaji dalam analisis mengenai dampak
lingkungan hidup.
(6) Tata cara dan bentuk pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat
,(1)serta tatacara penyampaian saran ,pendapat ,dan tanggapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala instansi
yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

Halaman 178

Pasal34
(1) Waraga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses
penyusunan kerangka acuan ,penlaian kerangka acuan ,analisis dampak
lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup dan renacana
pemantauan lingkungan hidup
(2) Bentuk dan tata cara keterlibatan warga masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal35
(1)

Semua dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup ,saran,


pendapat ,dan tanggapan warga masyarakat yang berkaitan,
kesimpulan komisi penilai ,dan keputusan kelayakan lingkungan hidup
dari usaha dan/atau kegiatan bersifat terbuka untuk umum.

(2)

Instansi yang bertanggung jawab menyerahkan dokumen sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) kepada suatu lembaga dokumentasi dan/atau
kearsipan.
BAB VII
PEMBIAYAAN
Pasal36

Biaya pelaksanaan kegiatan komisi penilai dan tim teknis analisis mengenai
dampak lingkungan hidup dibebankan:
a. di tingkat pusat : pada anggaran instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan;
b. di tingkat daerah ; pada anggaran instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan daerah tingkat I.
Pasal37
Biaya penyusunan dan penilaian kerangka acuan ,analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan
lingkungan hidup di bebankan kepada pemrakarsa.
Pasal38
(1) Biaya pembinaan teknis dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) dibebankan pada anggaran
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
(2) Biaya pengumuman yang dilakukan oleh instansi yang betanggung
jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) dibebankan pada
anggaran instansi yang bertanggung jawab.
(3) Biaya pembinaan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal28
ayat (2) dibebankan pada anggaran instansi yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Halaman 179

BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal39
Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup suatu usaha dan/atau
kegiatan yang pada saat diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini:
a. sedang dalam proses penilaian oleh komisi penilai analisis mengenai
dampak lingkungan hidup yang bersangkutan ;atau
b. sudah diajukan kepada instansi yang membidangi usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan ,tetap dinilai oleh komisi penilai instansi
yang bersangkutan ,dan harus selesai paling lambat) 6 enam (bulan sejak
Peraturan Pemerintah ini berlaku secara efektif.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal40
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua peraturan perundangundangan tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang telah
ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan Peratauran Pemerintah ini.

Pasal41
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini ,maka Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
)Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor ,84 Tambahan lembaran Negara
Nomor (3538 dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 42
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku efektif) 18 delapan belas (bulan sejak
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya ,memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Mei1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Mei1999
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
AKBAR TANDJUNG
Halaman 180

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP

I .UMUM
Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat .Proses pelaksanaan
pembangunan di satu pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk
yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi ,tetapi dilain pihak
ketersediaan sumber daya alam bersifat terbatas .Kegiatan pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan permintaan atas
sumber daya alam ,sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam.
Oleh karena itu ,pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan
harus disertai dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup .Dengan
demikian ,pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan adalah pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup .
Terlestarikannya fungsi lingkungan hidup yang merupakan tujuan
pengelolaan
lingkungan
hidup
menjadi
tumpuan
terlanjutkannya
pembangunan berkelanjutan .Oleh karena itu ,sejak awal perencanaan usaha
dan/atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan rona lingkungan
hidup akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan hidup yang baru ,baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan ,yang timbul sebagai akibat
diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan pembangunan .Pasal15
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup menetapkan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
Dengan dimasukkannya analisis mengenai dampak lingkungan hidup ke
dalam proses perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan ,maka pengambil
keputusan akan memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam
mengenai berbagai aspek usaha dan/atau kegiatan tersebut ,sehingga dapat
diambil keputusan optimal dari berbagai alternatif yang tersedia. Analisis
mengenai dampak lingkungan hidup merupakan salah satu alat bagi
pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin
ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.

Halaman 181

Terlestarikannya fungsi lingkungan hidup yang menjadi tumpuan


terlanjutkannya pembangunan merupakan kepentingan seluruh masyarakat.
Diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan akan mengubah rona
lingkungan hidup ,sedangkan perubahan ini pada gilirannya akan
menimbulkan dampak terhadap masyarakat .Oleh karena itu ,keterlibatan
warga masyarakat yang akan terkena dampak menjadi penting dalam proses
analisis mengenai dampak lingkungan hidup .Undang-undang Nomor23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan hak setiap
orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup .Peran
masyarakat itu meliputi peran dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini
berarti bahwa warga masyarakat wajib dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan atas analisis mengenai dampak lingkungan hidup .Keterlibatan
warga masyarakat itu merupakan pelaksanaan asas keterbukaan .Dengan
keterlibatan warga masyarakat itu akan membantu dalam mengidentikasi
persoalan dampak lingkungan hidup secara dini dan lengkap ,menampung
aspirasi dan kearifan pengetahuan lokal dari masyarakat yang seringkali
justru menjadi kunci penyelesaian persoalan dampak lingkungan yang
timbul.
Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup .Sebagai bagian dari
studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan ,analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan .Hal itu merupakan konsekuensi dari kewajiban setiap orang untuk
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi
pencemaran
dan
perusakan
lingkungan
hidup.
Konsekuensinya adalah bahwa syarat dan kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup harus dicantumkan sebagai ketentuan dalam
izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

II .PASAL DEMI PASAL


Pasal1

Angka(2)
Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna dari arti
dampak penting.

Halaman 182

Pasal2
Ayat(1)
Studi kelayakan pada umumnya meliputi analisis dari aspek teknis
dan aspek ekonomis-nansial .Dengan ayat ini ,maka studi kelayakan
bagi usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup meliputi komponen analisis teknis ,
analisis ekonomis-nansial ,dan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup .Oleh karena itu ,analisis mengenai dampak lingkungan hidup
sudah harus disusun dan mendapatkan keputusan dari instansi yang
bertanggung jawab sebelum kegiatan konstruksi usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan.
Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat digunakan
sebagai masukan bagi penyusunan kebijaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup ,di samping dapat digunakan sebagai masukan bagi
perencanaan pembangunan wilayah.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup khususnya dokumen
rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup juga merupakan dasar dalam sistem manajemen
lingkungan) Environmental Management System (usaha dan/atau
kegiatan.
Ayat(2)
Karena analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan
bagian dari studi kelayakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berlokasi pada ekosistem tertentu ,maka hasil analisis mengenai
dampak lingkungan hidup tersebut sangat penting untuk dijadikan
sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Ayat(3)
Usaha dan/atau kegiatan tunggal adalah hanya satu jenis usaha
dan/atau kegiatan yang kewenangan pembinaannya di bawah satu
instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan.

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup usaha dan/atau kegiatan


terpadu/multisektor adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan
penting usaha dan/atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup dan melibatkan lebih dari satu instansi
yang membidangi kegiatan dimaksud.
Kriteria usaha dan/atau kegiatan terpadu meliputi :
a. berbagai usaha dan/atau kegiatan tersebut mempunyai keterkaitan
dalam hal perencanaan ,pengelolaan ,dan proses produksinya;
b. usaha dan/atau kegiatan tersebut berada dalam kesatuan
hamparan ekosistem;

Halaman 183

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup usaha dan/atau kegiatan


kawasan adalah hasil kajian mengenai dampak besar dan penting
usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup dalam satu
kesatuan hamparan ekosistem zona pengembangan wilayah/kawasan
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata
ruang kawasan.
Kriteria
usaha
dan/atau
kegiatan
di
zona
pengembangan
wilayah/kawasan meliputi:
a . berbagai
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
saling
terkait
perencanaannya antar satu dengan yang lainnya;
b . berbagai
usaha
dan/atau
kegiatan
tersebut
terletak
dalam/merupakan satu kesatuan zona rencana pengembangan
wilayah/kawasan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dan/atau rencana tata ruang kawasan:
c . usaha dan/atau kegiatan tersebut terletak pada kesatuan
hamparan ekosistem.

Pasal3
Ayat(1)
Usaha dan/atau kegiatan yang dimaksud dalam ayat ini merupakan
kategori usaha dan/atau kegiatan yang berdasarkan pengalaman dan
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
potensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup .Dengan demikian penyebutan kategori usaha dan/atau
kegiatan tersebut tidak bersifat limitatif dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .Penyebutan
tersebut bersifat alternatif ,sebagai contoh seperti usaha dan/atau
kegiatan:
a. pembuatan jalan ,bendungan ,jalan kereta api dan pembukaan
hutan;
b. kegiatan pertambangan dan eksploitasi hutan;
c. pemanfaatan tanah yang tidak diikuti dengan usaha konservasi
dan penggunaan energi yang tidak diikuti dengan teknologi yang
dapat mengesienkan pemakaiannya;
d. kegiatan yang menimbulkan perubahan atau pergeseran struktur
tata nilai ,pandangan dan/atau cara hidup masyarakat setempat;
e. kegiatan yang proses dan hasilnya menimbulkan pencemaran,
kerusakan kawasan konservasi alam ,atau pencemaran benda
cagar budaya;
f. introduksi suatu jenis tumbuh-tumbuhan baru atau jasad renik
)mikro organisme (yang dapat menimbulkan jenis penyakit baru
terhadap tanaman ,introduksi suatu jenis hewan baru dapat
mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada;
g. penggunaan bahan hayati dan non hayati mencakup pula
pengertian pengubahan;
h. penerapan teknologi yang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan.
Halaman 184

Ayat(3)
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang .Oleh karena itu ,
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup ,yang mendasarkan diri pada ilmu
pengetahuan dan teknologi ,perlu ditinjau kembali.
Pasal5
Ayat(1)
Kriteria yang menentukan adanya dampak besar dan penting dalam
ayat ini ditetapkan berdasarkan tingkat ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada .Oleh karena itu kriteria ini dapat berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ,sehingga
tidak bersifat limitatif.
Pasal6
Ayat(1)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan atau kondisi
yang sedemikian rupa ,sehingga mengharuskan dilaksanakannya
tindakan segera yang mengandung resiko terhadap lingkungan hidup
demi kepentingan umum ,misalnya pertahanan negara atau
penanggulangan bencana alam .Keadaan darurat ini tidak sama
dengan keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Undangundang keadaan darurat.

Ayat(2)
Keadaan darurat yang tidak memerlukan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup ,misalnya pembangunan bendungan/dam untuk
menahan bencana lahar ,ditetapkan oleh menteri yang membidangi
usaha dan/atau kegiatan dimaksud.
Pasal7
Ayat(1)
Untuk melakukan suatu usaha dan/atau kegiatan terdapat satu izin
yang bersifat dominan ,tanpa izin tersebut seseorang tidak dapat
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang dimaksud .Misalnya izin
usaha industri di bidang perindustrian ,kuasa pertambangan di bidang
pertambangan ,izin penambangan daerah di bidang penambangan
bahan galian golongan C ,izin hak pengusahaan hutan di bidang
kehutanan ,izin hak guna usaha pertanian di bidang pertanian.
Sedangkan keputusan kelayakan lingkungan hidup adalah persyaratan
yang diwajibkan untuk dapat menerbitkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan.
Ayat(2)
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian dari
proses perizinan melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Izin merupakan suatu instrumen yuridis preventif .Oleh karena itu,
keputusan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan hasil penilaian
analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup ,sebagaimana telah
diterbitkan oleh instansi yang bertanggung jawab wajib dilampirkan
pada permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Halaman 185

Pasal10
Ayat(1)
Wakil dari instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
hidup di komisi penilai daerah dapat berarti wakil dari instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan wilayah dengan maksud
agar terdapat keterpaduan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup ,khususnya pengendalian dampak lingkungan hidup dengan
kebijaksanaan dan program pengendalian dampak lingkungan hidup
di daerah .Pengangkatan para ahli dari pusat studi lingkungan hidup
perguruan tinggi sebagai anggota komisi penilai daerah adalah untuk
memantapkan kualitas hasil kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup dalam penilaian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup .Adanya wakil yang ditunjuk dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah ,dan instansi yang ditugasi di
bidang pertanahan di daerah dimaksudkan untuk menjamin
keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup secara lintas sektor yang
ada di daerah .Adapun wakil yang ditunjuk dari bidang kesehatan di
daerah dikarenakan pada akhirnya dampak semua kegiatan selalu
berakhir pada aspek kesehatan .
Duduknya wakil organisasi lingkungan hidup dalam komisi penilai
merupakan aktualisasi hak warga masyarakat untuk berperan dalam
proses pengambilan keputusan .
Organisasi lingkungan hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji adalah lembaga swadaya masyarakat.
Duduknya wakil masyarakat terkena dampak suatu usaha dan/atau
kegiatan diharapkan dapat memberikan masukan tentang aspirasi
masyarakat yang terkena dampak akibat dari usaha dan/atau
kegiatan tersebut.
Duduknya wakil instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan
yang bersangkutan adalah untuk memberikan penilaian secara teknis
usaha dan/atau kegiatan yang dinilai.
Pasal11
Ayat(1)
Huruf (a)
Usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis dan/atau kegiatan yang
menyangkut ketahanan dan keamanan negara misalnya:
pembangkit listrik tenaga nuklir ,pembangkit listrik tenaga air,
pembangkit listrik tenaga uap/panas bumi ,eksploitasi minyak dan
gas ,kilang minyak ,penambangan uranium ,industri petrokimia,
industri pesawat terbang ,industri kapal ,industri senjata ,industri
bahan peledak ,industri baja ,industri alat-alat berat ,industri
telekomunikasi
,pembangunan
bendungan
,bandar
udara,
pelabuhan dan rencana usaha dan/atau kegiatan lainnya yang
menurut instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan
dianggap strategis.
Halaman 186

Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang bersifat strategis ini


menjadi bagian dari usaha dan/atau kegiatan terpadu/multisektor ,
maka penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup
menjadi wewenang komisi penilai analisis mengenai dampak
lingkungan hidup pusat.
Huruf (c)
Usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa
dengan negara lain misalnya : rencana usaha dan/atau kegiatan
yang berlokasi di Pulau Sipadan ,Ligitan dan Celah Timor

Pasal14
Ayat(1)
Kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan hidup
merupakan pegangan yang diperlukan dalam penyusunan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup .Berdasarkan hasil pelingkupan,
yaitu proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan
dengan dampak besar dan penting ,kerangka acuan terutama
memuat komponen-komponen aspek usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
serta komponen-komponen parameter lingkungan hidup yang akan
terkena dampak besar dan penting .
Pasal16

Ayat(2)
Penetapan jangka waktu selama) 75 tujuh puluh lima (hari kerja
dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada pemrakarsa.
Jangka waktu selama) 75 tujuh puluh lima (hari kerja ini meliputi
proses penyampaian dokumen kerangka acuan ke instansi yang
bertanggung jawab melalui komisi penilai ,penilaian secara teknis,
konsultasi dengan warga masyarakat yang berkepentingan ,penilaian
oleh komisi penilai ,sampai ditetapkannya keputusan.

Ayat(4)
Menolak untuk memberikan keputusan atas kerangka acuan adalah
untuk melindungi kepentingan umum.
Kerangka acuan merupakan dasar bagi penyusunan analisis dampak
lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan
rencana pemantauan lingkungan hidup .Kerangka acuan yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah akan menghasilkan
analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang baik pula,
demikian pula sebaliknya .Sedangkan kewajiban untuk membuat
analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi usaha dan/atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting adalah untuk
melindungi fungsi lingkungan hidup .Perlindungan fungsi lingkungan
hidup merupakan kepentingan umum.

Halaman 187

Yang dimaksud dengan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan


adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang te lah ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah ,Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi
Daerah Tingkat I yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Tingkat I , dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kotamadya
Daerah Tingkat II yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Tingkat II.
Yang dimaksud dengan rencana tata ruang kawasan yang ditetapkan
adalah baik rencana tata ruang kawasan tertentu yang telah
ditetapkan dengan Keputusan Presiden maupun rencana tata ruang
kawasan perdesaan atau rencana tata ruang kawasan perkotaan
sebagai
bagian
dari
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Tingkat II .Termasuk dalam pengertian
rencana tata ruang kawasan adalah rencana rinci tata ruang di
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang meliputi rencana
terperinci)
detail
(tata
ruang
kawasan
di
wilayah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
Dari analisis dampak lingkungan hidup dapat diketahui dampak besar
dan penting yang akan ditimbulkan oleh usaha dan/atau kegiatan
terhadap lingkungan hidup .Dengan mengetahui dampak besar dan
penting itu dapat ditentukan:
a . cara mengendalikan dampak besar dan penting negatif dan
mengembangkan dampak besar dan penting positif ,yang
dicantumkan dalam rencana pengelolaan dampak lingkungan
hidup ,dan
b .cara memantau dampak besar dan penting tersebut ,yang
dicantumkan dalam rencana pemantauan lingkungan hidup.
Apa yang dicantumkan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup merupakan syarat dan
kewajiban yang harus dilakukan pemrakarsa apabila hendak
melaksanakan usaha dan/atau kegiatannya.
Oleh karena itu ,hasil penilaian atas analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana
pemantauan lingkungan hidup oleh komisi penilai analisis mengenai
dampak lingkungan hidup menjadi dasar bagi instansi yang
bertanggung jawab dalam memberikan keputusan kepada instansi
yang berwenang.
Pasal20
Ayat(1)
Penetapan jangka waktu selama) 75 tujuh puluh lima (hari kerja
dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada pemrakarsa.
Jangka waktu selama) 75 tujuh puluh lima (hari kerja ini meliputi
proses penyampaian dokumen analisis dampak lingkungan hidup,
rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan
lingkungan hidup ke instansi yang bertanggung jawab melalui komisi
penilai ,penilaian secara teknis ,konsultasi dengan warga masyarakat
yang berkepentingan ,penilaian oleh komisi penilai ,sampai dengan
diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup.
Halaman 188

Pasal24
Ayat(1)
Sejalan dengan cepatnya pengembangan pembangunan wilayah,
dalam jangka waktu) 3 tiga (tahun kemungkinan besar telah terjadi
perubahan rona lingkungan hidup ,sehingga rona lingkungan hidup
yang semula dipakai sebagai dasar penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup tidak cocok lagi digunakan untuk
memprakirakan dampak lingkungan hidup rencana usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan.
Pasal26
Ayat(1)
Perubahan desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau
bahan baku dan/atau bahan penolong bagi usaha dan/atau kegiatan
akan menimbulkan dampak besar dan penting yang berbeda .Oleh
karena itu ,keputusan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan hasil
penilaian analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan
lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang
telah diterbitkan menjadi batal.
Terjadinya perubahan lingkungan hidup secara mendasar berarti
hilangnya atau berubahnya rona lingkungan hidup awal yang menjadi
dasar penyusunan analisis dampak lingkungan hidup. Keadaan ini
menimbulkan konsekuensi batalnya keputusan kelayakan lingkungan
hidup berdasarkan hasil penilaian analisis dampak lingkungan hidup,
rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan
lingkungan hidup.

Pasal31
Bantuan yang dimaksud untuk golongan ekonomi lemah dapat berupa
biaya penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau tenaga
ahli untuk penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau
bantuan lainnya .Bantuan diberikan oleh instansi yang membidangi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Pasal33
Ayat(1)
Pengumuman merupakan hak setiap orang atas informasi lingkungan
hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
Ayat(2)
Pengumuman oleh instansi yang bertanggung jawab dapat dilakukan ,
misalnya ,melalui media cetak dan/atau media elektronik.
Sedangkan pengumuman oleh pemrakarsa dapat dilakukan dengan
memasang papan pengumuman di lokasi akan diselenggarakannya
usaha dan/atau kegiatan.
Halaman 189

Ayat(4)
Saran ,pendapat dan tanggapan secara tertulis diperlukan agar
terdokumentasi.
Ayat(5)
Semua saran dan pendapat yang diajukan oleh warga masyarakat
harus tercermin dalam penyusunan kerangka acuan ,dikaji dalam
analisis dampak lingkungan hidup dan diberikan alternatif
pemecahannya dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
rencana pemantauan lingkungan hidup.
Ayat(6)
Dalam pengumuman akan diselenggarakannya usaha dan/atau
kegiatan diberitahukan sekurang-kurangnya ,antara lain : tentang apa
yang akan dihasilkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan ,jenis dan volume limbah yang dihasilkan serta cara
penanganannya ,kemungkinan dampak lingkungan hidup yang akan
ditimbulkan.
Pasal37
Biaya penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
hidup antara lain mencakup biaya untuk mendatangkan wakil-wakil
masyarakat dan para ahli yang terlibat dalam penilaian mengenai analisis
dampak lingkungan hidup ,menjadi tanggungan pemrakarsa.

Halaman 190

Halaman 191

Halaman 192

Halaman 193

Halaman 194

Halaman 195

Halaman 196

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TATA LAKSANA
PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang:

Mengingat:

Menetapkan:

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26, Pasal


35, Pasal 41, Pasal 52, dan Pasal 63 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup tentang Tata Laksana Penilaian dan
Pemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup serta
Penerbitan Izin Lingkungan;
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5285);

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
2. Kerangka Acuan yang selanjutnya disingkat KA adalah ruang lingkup
kajian analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil
pelingkupan.
Halaman 197

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.
10.

11.

12.

13.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut Andal


adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
RKL adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha
dan/atau Kegiatan.
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat SPPL, adalah pernyataan
kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.
Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
Komisi Penilai Amdal, yang selanjutnya disingkat KPA adalah komisi
yang bertugas menilai dokumen Amdal.
Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota adalah instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota.
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi adalah instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup provinsi.
Instansi
Lingkungan
Hidup
Pusat
adalah
instansi
yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pusat.
Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan memberikan pedoman mengenai:
a. penyelenggaraan KPA;
b. penatalaksanaan penilaian Amdal dan penerbitan Izin Lingkungan;
c. penatalaksanaan pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan
Lingkungan;

Izin

Halaman 198

d.

penatalaksanaan SPPL;
pendanaan penilaian Amdal, pemeriksaan UKL-UPL, dan penerbitan
Izin Lingkungan.

BAB II
KPA
Bagian Kesatu
Pembentukan Susunan Keanggotaan dan Tugas KPA, Sekretariat, dan Tim
Teknis
Pasal 3
(1) Dokumen Amdal dinilai oleh KPA yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
(2) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. KPA pusat yang dibentuk oleh Menteri;
b. KPA provinsi yang dibentuk oleh gubernur; atau
c. KPA kabupaten/kota yang dibentuk oleh bupati/walikota.
(3) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki lisensi dari
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(4) Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan berdasarkan
persyaratan dan tata cara lisensi yang diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 4
(1) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(2) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b berasal dari:
a. Instansi Lingkungan Hidup Pusat, untuk KPA pusat;
b. Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, untuk KPA provinsi; dan
c. Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, untuk KPA
kabupaten/kota.
(3) Ketua KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat oleh:
a. pejabat setingkat eselon I yang membidangi Amdal di Instansi
Lingkungan Hidup Pusat, untuk KPA pusat;
b. pejabat setingkat eselon II di Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
untuk KPA provinsi; atau
c. pejabat setingkat eselon II di Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota, untuk KPA kabupaten/kota.
(4) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dijabat oleh:
a. pejabat setingkat eselon II yang membidangi Amdal di Instansi
Lingkungan Hidup Pusat, untuk KPA pusat;
b. pejabat setingkat eselon III yang membidangi Amdal di Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, untuk KPA provinsi; atau
c. pejabat setingkat eselon III yang membidangi Amdal di Instansi
Halaman 199

Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, untuk KPA kabupaten/kota.


(5) Susunan anggota KPA pusat, KPA provinsi, dan KPA kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c mengacu pada ketentuan
dalam peraturan perundang undangan mengenai Izin Lingkungan.
(6) Anggota KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang berasal dari
instansi pusat, instansi provinsi, dan/atau kabupaten/kota, wajib memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan yang dibuktikan melalui
penugasan resmi dari instansi yang diwakilinya dalam rapat KPA.
Pasal 5
KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dibantu oleh:
a. tim teknis KPA yang selanjutnya disebut tim teknis; dan
b. sekretariat KPA.
Pasal 6
(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dibentuk oleh:
a. Menteri, untuk tim teknis pada KPA pusat.
b. gubernur, untuk tim teknis pada KPA provinsi; atau
c. bupati/walikota, untuk tim teknis panda KPA kabupaten/kota,
(2) Pembentukan tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dilakukan oleh:
a. pejabat yang ditunjuk oleh Menteri;
b. kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi; atau
c. kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
(3) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. ketua merangkap anggota yang secara ex-officio dijabat oleh
sekretaris KPA; dan
b. anggota, yang terdiri atas:
1. ahli dari instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan;
2. ahli di bidang lingkungan hidup dari instansi lingkungan hidup;
dan
3. ahli di bidang yang berkaitan dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan dan dampak lingkungan dari rencana usaha dan/atau
kegiatan.
(4) Instansi Lingkungan Hidup Pusat menjadi anggota tim teknis pada KPA
provinsi dan kabupaten/kota.
(5) Dalam melakukan proses penilaian Amdal, ketua KPA menentukan dan
menugaskan anggota tim teknis sesuai dengan rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan untuk dilakukan penilaian dokuman Amdalnya.
(6) Anggota tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dapat
menjadi anggota KPA.

Halaman 200

Pasal 7
(1) Sekretariat KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
berkedudukan di:
a. unit kerja eselon II yang membidangi Amdal di Instansi Lingkungan
Hidup Pusat, untuk sekretariat KPA pusat;
b. unit kerja eselon III yang membidangi Amdal di Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi, untuk sekretariat KPA provinsi;
c. unit kerja eselon III yang membidangi Amdal di Instansi Lingkungan
Hidup Kabupaten/Kota, untuk sekretariat KPA kabupaten/kota.
(2) Sekretariat KPA terdiri atas:
a. Kepala sekretariat KPA yang dijabat oleh pejabat setingkat eselon III
ex-officio pada Instansi Lingkungan Hidup Pusat dan pejabat setingkat
eselon IV ex-officio pada Instansi Lingkungan Hidup Provinsi dan
Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota; dan
b. anggota sekretariat KPA yang terdiri atas staf pada instansi lingkungan
hidup.
(3) Anggota sekretariat KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dapat melibatkan staf pada unit kerja yang membidangi pelayanan publik.
(4) Kepala sekretariat KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
bertanggung jawab kepada ketua KPA.

Pasal 8
Persyaratan dan kriteria keanggotan KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
sampai dengan Pasal 7 diatur dalam Peraturan Menteri mengenai persyaratan
dan tata cara lisensi KPA.
Bagian Kedua
Tugas KPA, Tim Teknis, dan Sekretariat
Pasal 9
(1) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) mempunyai tugas
memberikan rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya berdasarkan hasil penilaian terhadap kajian yang
tercantum dalam Andal dan RKL-RPL.
(2) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a mempunyai
tugas melakukan dan menyampaikan hasil penilaian aspek teknis dan
kualitas KA, Andal, dan RKL-RPL kepada KPA.
(3) Sekretariat KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
mempunyai tugas menyelenggarakan proses kesekretariatan serta
melakukan penilaian administrasi atas dokumen Amdal dan permohonan
Izin Lingkungan.

Halaman 201

(4) Perincian tugas KPA, tim teknis, dan sekretariat KPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Kewenangan Penilaian Amdal
Pasal 10
(1) KPA pusat menilai KA, Andal, dan RKL-RPL untuk jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
dan/atau
b. sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, Lampiran IV, dan
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini apabila berlokasi di:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang dalam
sengketa dengan negara lain;
3. wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas; dan/atau
4. lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara
lain.
(2) KPA provinsi berwenang menilai KA, Andal, dan RKL-RPL bagi jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan
Menteri ini; dan/atau
b. sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan Lampiran V Peraturan
Menteri ini apabila berlokasi di:
1. lebih dari satu wilayah kabupaten/kota;
2. lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
(3) KPA kabupaten/kota berwenang menilai KA, Andal, dan RKL-RPL bagi
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan
Menteri ini;
b. berlokasi di wilayah kabupaten/kota;
c. di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut
kewenangan provinsi; dan/atau
d. tidak bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
Peraturan Menteri ini.
(4) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. wajib memiliki Amdal yang karena lokasinya berada di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung; dan

Halaman 202

b. di luar yang tercantum dalam Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV,
dan Lampiran V Peraturan Menteri ini, kewenangan penilaian Amdal
dilakukan oleh KPA berdasarkan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, ayat (2) huruf b, dan ayat (3) huruf b.
Pasal 11
(1) Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang penyusunan Amdalnya
menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan serta kewenangan
penilaiannya berada di:
a. KPA pusat, KPA provinsi, dan KPA kabupaten/kota;
b. KPA pusat dan KPA provinsi; atau
c. KPA pusat dan KPA kabupaten/kota,
Penilaian Amdalnya dilakukan oleh KPA pusat.
(2) Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang penyusunan Amdalnya:
a. menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan; dan
b. kewenangan penilaiannya berada di KPA provinsi dan KPA
kabupaten/kota,
penilaian Amdalnya dilakukan KPA Provinsi.
BAB III
TATA LAKSANA PENILAIAN DOKUMEN AMDAL DAN PENERBITAN
IZIN LINGKUNGAN
Pasal 12
(1) Dokumen Amdal dinilai oleh KPA:
a. sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal
11; dan
b. yang memiliki lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3).
(2) Penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan tahapan:
a. penerimaan dan penilaian KA secara administratif;
b. penilaian KA secara teknis;
c. persetujuan KA;
d. penerimaan dan penilaian permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan
RKL-RPL secara administratif;
e. penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis;
f. penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
a. hidup berdasarkan Andal dan RKL-RPL;
g. penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup.
(3) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Halaman 203

Pasal 13
(1) Jangka waktu penilaian KA sampai dengan diterbitkannya surat
persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf c, dilakukan paling lama 30 (tigapuluh) hari kerja terhitung
sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
(2) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL sampai dengan
disampaikannya hasil rekomendasi penilaian kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (2) huruf d sampai dengan huruf g, dilakukan paling lama 75
(tujuhpuluh lima) hari kerja terhitung sejak Andal dan RKL-RPL diterima
dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
Pasal 14
(1) Berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf d sampai dengan huruf g, Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai kewenangannya menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan, jika
rencanausaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak lingkungan hidup;
atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, jika rencana usaha
dan/ataukegiatan dinyatakan tidak layak lingkungan hidup.
(2) Penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan secara bersamaan dengan penerbitan keputusan kelayakan
lingkungan hidup.
Pasal 15
Keputusan kelayakan lingkungan hidup atau keputusan ketidaklayakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ditetapkan dengan
kriteria, antara lain:
a. rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sertasumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
c. kepentingan pertahanan keamanan;
d. prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi usaha dan/atau kegiatan;
e. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi
sehinggadiketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif
dengan yang bersifat negatif;
f. kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab
dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan
dari usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan
teknologi, sosial, dan kelembagaan;
Halaman 204

g.
h.

i.

j.

rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau


pandangan masyarakat (emic view);
rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau
mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap
usahadan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan; dan
tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan
daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.

Pasal 16
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf a, paling sedikit memuat:
a. tanggal penetapan lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. rencana pengelolaan dan pemantauan dampak yang akan dilakukan
oleh pemrakarsa dan pihak lain;
d. pernyataan penetapan kelayakan lingkungan;
e. dasar pertimbangan kelayakan lingkungan;
f. jumlah dan jenis Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang diperlukan; dan
g. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.
(2) Keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf b, paling sedikit memuat:
a. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. rencana pengelolaan dan pemantauan dampak yang akan dilakukan
oleh pemrakarsa dan pihak lain;
d. pernyataan penetapan ketidaklayakan lingkungan;
e. dasar pertimbangan ketidaklayakan lingkungan; dan
f. tanggal penetapan Surat Keputusan Ketidaklayakan Lingkungan
Hidup.
Pasal 17
(1) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a
paling sedikit memuat:
a. dasar diterbitkannya Izin Lingkungan, berupa surat keputusan
kelayakan lingkungan;
b. identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris,
meliputi:
Halaman 205

c.
d.

e.

f.

g.

h.

1. nama usaha dan/atau kegiatan;


2. jenis usaha dan/atau kegiatan;
3. nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan jabatan;
4. alamat kantor; dan
5. lokasi kegiatan;
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
persyaratan pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
1. persyaratan sebagaimana tercantum dalam RKL-RPL;
2. memperoleh Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang diperlukan; dan
3. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
kewajiban pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
1. memenuhi persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan RKLRPL dan peraturan perundang-undangan;
2. menyampaikan laporan pelaksanaan persyaratan dan kewajiban
yang dimuat dalam Izin Lingkungan selama 6 (enam) bulan sekali;
3. mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan apabila
direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap deskripsi
rencana usaha dan/atau kegiatannya; dan
4. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
hal-hal lain, antara lain:
1. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang Izin Lingkungan
dapat dikenakan sanksi administratif apabila ditemukan
pelanggaran sebagaimana tercantum dalam Pasal 71 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
2. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin Lingkungan ini dapat
dibatalkan apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran
sebagaimana tercantum dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang izin lingkungan
wajib memberikan akses kepada pejabat pengawas lingkungan
hidup untuk melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 74 Undang-Undang 32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
masa berlaku Izin Lingkungan, yang menjelaskan bahwa Izin
Lingkungan ini berlaku selama usaha dan/atau kegiatan berlangsung
sepanjang tidak ada perubahan atas usaha dan/atau kegiatan dimaksud;
dan
penetapan mulai berlakunya Izin Lingkungan.
Halaman 206

(2) Izin Lingkungan yang telah diterbitkan wajib diumumkan melalui


mediamassa dan/atau multimedia paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan.
(3) Tata cara pengumuman Izin Lingkungan diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan.

Pasal 18
(1) KPA provinsi yang tidak memiliki lisensi, penilaian dokumen Amdal yang
menjadi kewenangannya dilakukan oleh KPA pusat.
(2) Penilaian dokumen Amdal oleh KPA pusat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diselenggarakan di wilayah provinsi yang bersangkutan.
(3) KPA pusat dalam penyelenggaraan penilaian dokumen Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melibatkan wakil dari instansi
lingkungan hidup dan instansi lain yang terkait dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan dokumen Amdalnya dari pemerintah
provinsi yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), gubernur menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.

Pasal 19
(1) KPA Kabupaten/kota yang tidak memiliki lisensi, penilaian
a. dokumen Amdal yang menjadi kewenangannya dilakukan
b. oleh KPA provinsi.
(2) Penilaian dokumen Amdal oleh KPA provinsi sebagaimana
a. dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan di wilayah
b. kabupaten/kota yang bersangkutan.
(3) KPA provinsi dalam penyelenggaraan penilaian dokumen
a. Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
b. melibatkan wakil dari instansi lingkungan hidup dan
c. instansi lain yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan
d. yang diajukan dokumen Amdalnya dari pemerintah kabupaten/kota
yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bupati/walikota menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 20
Tata cara pengajuan dan penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 dan Pasal 19 dilakukan sesuai dengan Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Halaman 207

Pasal 21
(1) Provinsi hasil pemekaran yang belum memiliki KPA provinsi berlisensi,
penilaian dokumen Amdal yang menjadi kewenangannya dilakukan oleh
KPA provinsi induk.
(2) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), gubernur provinsi hasil pemekaran menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 22
(1) Kabupaten/kota hasil pemekaran yang belum memiliki KPA
kabupaten/kota berlisensi, penilaian dokumen Amdal yang menjadi
kewenangannya dilakukan oleh KPA kabupaten/kota induk.
(2) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bupati/walikota kabupaten/kota hasil pemekaran menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.

BAB IV
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN PENERBITAN IZIN
LINGKUNGAN
Pasal 23
Formulir UKL-UPL yang telah diisi oleh pemrakarsa diperiksa oleh:
a. Menteri, untuk usaha dan/atau yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. di wilayah Negara Republik Indonesia yang sedang dalam sengketa
dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis pantai
ke arah laut lepas; dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain;
b. gubernur, untuk usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
2. di lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan; atau
c. bupati/walikota, apabila usaha dan/atau kegiatan berlokasi pada 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota dan/atau di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per
tiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi.
Pasal 24
(1) Pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan
dengan tahapan:
a. penerimaan dan pemeriksaan administrasi permohonan Izin
Lingkungan dan UKL-UPL;
Halaman 208

b. pemeriksaan substansi UKL-UPL


(2) Tahapan penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
dilakukan oleh unit kerja yang bertanggungjawab di bidang pelayanan
publik.
(3) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b tercantum dalam
Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 25
Jangka waktu pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
dilakukan paling lama 14 (empatbelas) hari kerja sejak formulir UKL-UPL
dinyatakan lengkap secara administrasi.
Pasal 26
(1) Berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
menerbitkan:
a. rekomendasi persetujuan UKL-UPL dan Izin Lingkungan, jika rencana
usaha dan/atau kegiatan dinyatakan disetujui; atau
b. rekomendasi penolakan UKL-UPL, jika rencana usaha dan/atau
kegiatan dinyatakan tidak disetujui.
(3) Penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan secara bersamaan dengan penerbitan rekomendasi persetujuan
UKL-UPL.
(4) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan
kewenangan pemeriksaan, penerbitan rekomendasi UKL-UPL, dan
penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada:
a. pejabat yang ditunjuk oleh Menteri;
b. kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi; atau
c. kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
Pasal 27
(1) Pemeriksaan formulir UKL-UPL untuk menentukan persetujuan atau
penolakan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
paling sedikit wajib mempertimbangkan:
a. rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundangundangan;
c. kepentingan pertahanan keamanan;
d. kemampuan pemrakarsa yang bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak negatif yang akan ditimbulkan dari usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan;
e. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial
atau pandangan masyarakat (emic view);
Halaman 209

f.

rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau


mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance);
g. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana
lokasi usaha dan/atau kegiatan; dan
h. tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud.
(2) Pemeriksaan formulir UKL-UPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh instansi lingkungan hidup dengan melibatkan:
a. instansi yang membidangi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan;
b. instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penataan ruang.
(3) Rekomendasi persetujuan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) huruf a paling sedikit memuat:
a. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. upaya pengelolaan dan pemantauan dampak yang akan dilakukan
oleh pemrakarsa dan pihak lain;
d. pernyataan persetujuan UKL-UPL;
e. dasar pertimbangan persetujuan persetujuan UKL-UPL;
f. jumlah dan jenis izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang diperlukan; dan
g. tanggal penetapan rekomendasi UKL-UPL.
(4) Rekomendasi penolakan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (1) huruf b paling sedikit memuat:
a. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. upaya pengelolaan dan pemantauan dampak yang akan dilakukan
oleh pemrakarsa dan pihak lain;
d. pernyataan penolakan UKL-UPL;
e. dasar pertimbangan penolakan UKL-UPL;
f. tanggal penetapan rekomendasi penolakan UKL-UPL.
Pasal 28
(1) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a
paling sedikit memuat:
a. dasar diterbitkannya Izin Lingkungan berupa rekomendasi
persetujuan UKL-UPL;
Halaman 210

b.

c.
d.

e.

f.

identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris,


meliputi:
1. nama usaha dan/atau kegiatan;
2. jenis usaha dan/atau kegiatan;
3. nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan jabatan;
4. alamat kantor; dan
5. lokasi kegiatan;
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan;
persyaratan pemegang Izin Lingkungan, antara lain:
1. persyaratan sebagaimana tercantum dalam UKL-UPL;
2. memperoleh Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang diperlukan; dan
3. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
kewajiban pemegang Izin Lingkungan antara lain:
1. memenuhi persyaratan, standar, dan baku mutu lingkungan
dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
2. menyampaikan laporan pelaksanaan persyaratan dan kewajiban
yang dimuat dalam Izin Lingkungan selama 6 (enam) bulan
sekali;
3. mengajukan permohonan perubahan Izin Lingkungan apabila
direncanakan untuk melakukan perubahan terhadap lingkup
deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatannya; dan
4. kewajiban lain yang ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
kepentingan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
hal-hal lain, antara lain:
1. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang Izin Lingkungan
dapat dikenakan sanksi administratif apabila ditemukan
pelanggaran sebagaimana tercantum dalam Pasal 71 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
2. pernyataan yang menyatakan bahwa Izin Lingkungan ini dapat
dibatalkanapabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran
sebagaimana diatur dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. pernyataan yang menyatakan bahwa pemegang izin lingkungan
wajib memberikan akses kepada pejabat pengawas lingkungan
hidup untuk melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangan
sebagaimana tercantum dalam Pasal 74 Undang-Undang 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;

Halaman 211

g.

masa berlaku Izin Lingkungan, yang menjelaskan bahwa Izin


Lingkungan ini berlaku selama usaha dan/atau kegiatan berlangsung
sepanjang tidak ada perubahan atas usaha dan/atau kegiatan
dimaksud; dan
h. penetapan mulai berlakunya Izin Lingkungan. (2) Izin Lingkungan
yang telah diterbitkan wajib diumumkan melalui media massa
dan/atau multimedia paling lama 5 (lima) hari kerja sejak
diterbitkannya Izin Lingkungan.
(2) Tata cara pengumuman Izin Lingkungan diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan.
BAB V
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN FORMULIR SPPL
Pasal 29
(1) SPPL disusun dan ditandatangani oleh pemrakarsa.
(2) SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada instansi
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya untuk dilakukan
verifikasi.
(3) berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), instansi
lingkungan hidup:
a. memberikan tanda bukti pendaftaran SPPL jika usaha dan/atau
kegiatan merupakan usaha dan/atau kegiatan yang wajib membuat
SPPL; atau
b. menolak SPPL jika usaha dan/atau kegiatan merupakan usaha dan/atau
kegiatan wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL.
(5) Tanda bukti pendaftaran SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a mencantumkan nomor pendaftaran dan tanggal penerimaan SPPL.
BAB VI
PENDANAAN
Pasal 30
(1) Dana kegiatan:
a. penilaian Amdal yang dilakukan oleh KPA, tim teknis, dan sekretariat
KPA; atau
b. pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan oleh Instansi Lingkungan
Hidup Pusat, Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, dialokasikan dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dana kegiatan untuk penilaian Amdal dan UKL-UPL yang dialokasikan
dari APBN atau APBD, antara lain mencakup:
a. biaya administrasi persuratan antara lain:
1. penggandaan surat undangan;
Halaman 212

2. pengiriman dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL;


3. pengiriman surat undangan; dan
4. pengiriman surat keputusan;
b. biaya pengecekan kebenaran atau kesesuaian atas hasil perbaikan
dokumen Amdal oleh sekretariat dan tim teknis dan formulir UKLUPL oleh instansi lingkungan hidup;
c. biaya pengumuman permohonan Izin Lingkungan;
d. biaya pengumuman penerbitan Izin Lingkungan;
e. administrasi penerbitan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan,
dan penerbitan Izin Lingkungannya; dan
f. administrasi penerbitan rekomendasi UKL-UPL, dan penerbitan Izin
Lingkungannya.
(3) Dana kegiatan untuk penilaian Amdal dan UKL-UPL sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dibebankan kepada pemrakarsa sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Jasa penilaian dokumen Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL yang
dilakukan oleh KPA dan tim teknis dibebankan kepada pemrakarsa sesuai
dengan standar biaya umum (SBU) nasional atau daerah yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 31
(1) Dana jasa penilaian untuk dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (4), mencakup komponen biaya untuk penilaian Amdal dan
penerbitan Izin Lingkungan yang meliputi:
a. honorarium:
1. KPA, yang meliputi ketua, sekretaris, dan anggota;
2. tim teknis; dan
3. anggota sekretariat;
b. penggandaan dokumen Amdal dalam kegiatan persiapan rapat tim
teknis dan rapat KPA;
c. Pelaksanaan rapat tim teknis dan Rapat KPA, yang meliputi:
1. biaya penyelenggaraan rapat;
2. biaya transportasi lokal peserta rapat tim teknis dan rapat KPA
serta anggota sekretariat;
3. biaya transportasi peserta rapat tim teknis dan rapat KPA serta
anggota sekretariat KPA dari luar kota ke lokasi dilaksanakannya
rapat;
4. biaya akomodasi peserta rapat tim teknis dan rapat KPA serta
sekretariat KPA dari luar kota ke lokasi dilaksanakannya rapat; dan
5. uang harian peserta rapat tim teknis dan rapat KPA;
d. penggandaan dokumen Amdal final pada tahap pasca rapat tim teknis
dan rapat KPA.
(2) Dana jasa pemeriksaan formulir UKL-UPL dan penerbitan Izin
Lingkungan, mencakup komponen biaya untuk pemeriksaan formulir
UKL-UPL dan penerbitan Izin Lingkungan yang meliputi:
Halaman 213

a. Honorarium pemeriksa UKL-UPL;


b. penggandaan formulir UKL-UPL pada tahap persiapan rapat
koordinasi pemeriksaan UKL-UPL:
c. pelaksanaan rapat koordinasi pemeriksaan UKL-UPL, jika diperlukan
koordinasi antara lain:
1. biaya penyelenggaraan rapat;
2. biaya transportasi lokal peserta rapat;
3. biaya transportasi perserta rapat dari luar kota lokasi
dilaksanakannya rapat;
4. biaya akomodasi peserta rapat dari luar kota lokasi
dilaksanakannya rapat; dan
5. uang harian peserta rapat;
d. penggandaan formulir UKL-UPL yang telah disetujui pada tahap pasca
pemeriksaan formulir UKL-UPL.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
Proses penilaian dokumen Amdal dan pemeriksan UKL-UPL yang sedang
berlangsung sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap dilakukan sesuai
dengan pedoman dan peraturan yang berlaku sebelumnya sampai
diterbitkannya:
a. Keputusan Kelayakan Lingkungan dan Izin Lingkungannya; atau
b. Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL dan Izin Lingkungannya.
Pasal 33
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan kelayakan
lingkungan hidup dan Izin Lingkungan yang diterbitkan oleh gubernur atau
bupati/walikota berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal yang
diselenggarakan oleh KPA provinsi bagi KPA kabupaten/kota yang belum
memiliki lisensi atau lisensinya dicabut sebelum diterbitkannya Peraturan
Menteri ini, dinyatakan sah dan tetap berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2008 tentang
Tata Kerja Komisi Penilai Amdal;
b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009
tentang Pedoman Penilaian Dokumen Amdal; dan

Halaman 214

c.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010


tentangUpaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup dan Surat Penyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 35
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Oktober 2013
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1256
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

Halaman 215

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN

TUGAS KPA, TIM TEKNIS, DAN SEKRETARIAT KPA


A. TUGAS KPA
KPA mempunyai tugas memberikan rekomendasi kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai kewenangannya berdasarkan hasil penilaian
terhadap kajian yang tercantum dalam Andal dan RKL-RPL.
B. TUGAS KETUA KPA
Ketua KPA mempunyai tugas antara lain:
1. menugaskan tim teknis untuk melakukan penilaian KA, Andal, dan
RKL-RPL;
2. menerbitkan persetujuan KA;
3. memimpin sidang KPA untuk menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan atas rencana usaha dan/atau kegiatan;
4. menandatangani dan menyampaikan hasil penilaian akhir berupa
rekomendasi hasil penilaian akhir mengenai kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup berdasarkan penilaian terhadap hasil
kajian yang tercantum dalam Andal dan RKL-RPL kepada:
a. Menteri untuk KPA pusat;
b. gubernur untuk KPA provinsi; dan
c. bupati/walikota untuk KPA kabupaten/kota.
C. TUGAS SEKRETARIS KPA
Sekretaris KPA bertugas:
1. sebagai ketua tim teknis;
2. membantu tugas ketua KPA dalam melakukan koordinasi proses
penilaian KA, Andal, dan RKL-RPL;
3. menyusun rumusan konsep persetujuan KA;
4. menyusun rumusan hasil penilaian secara teknis atas Andal dalam
bentuk berita acara rapat tim teknis mengenai hasil penilaian Andal,
dan RKL-RPL yang dilakukan oleh tim teknis;
5. mewakili ketua KPA untuk memimpin sidang KPA dalam hal ketua KPA
berhalangan;
6. menyampaikan hasil penilaian teknis atas Andal, RKL-RPL kepada KPA,
dalam hal ketua KPA tidak berhalangan untuk memimpin sidang KPA;
7. menyusun rumusan hasil penilaian Andal dalam bentuk berita acara
rapat KPA mengenai hasil penilaian Andal dan RKL-RPL yang dilakukan
KPA;
8. merumuskan konsep rekomendasi kelayakan atau keputusan
ketidaklayakan lingkungan hidup;
9. merumuskan konsep surat keputusan kelayakan atau keputusan
ketidaklayakan lingkungan hidup; dan

Halaman 216

10. merumuskan konsep Izin Lingkungan yang diberikan atas keputusan


kelayakan lingkungan hidup.
D. TUGAS ANGGOTA KPA
Anggota anggota KPA bertugas memberikan penilaian terhadap kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas rencana usaha dan/atau
kegiatan, berdasarkan:
1. kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari
instansi Pemerintah;
2. kebijakan pembangunan daerah dan pengembangan wilayah, bagi
anggota yang berasal dari pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota;
3. pertimbangan sesuai kaidah ilmu pengetahuan dan bidang
keahliannya, bagi anggota yang bertindak sebagai ahli;
4. kepentingan lingkungan hidup, bagi anggota yang berasal dari
organisasi lingkungan atau lembaga swadaya masyarakat; dan
5. aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi anggota yang berasal dari
wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari rencana usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
E. TUGAS TIM TEKNIS
Tim teknis mempunyai tugas, antara lain:
1. menilai secara teknis dan melakukan kendali mutu atas KA, Andal, dan
RKL-RPL beserta perbaikannya melalui:
a. uji tahap proyek;
b. uji kualitas dokumen; dan
c. telaahan terhadap kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan atas
rencana usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil kajian yang
tercantum dalam Andal dan RKL-RPL dan kriteria kelayakan
lingkungan;
2. menyampaikan hasil penilaian KA, Andal, dan RKL-RPL kepada ketua
KPA; dan
3. menyampaikan hasil telaahan terhadap kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan rencana usaha dan/atau kegiatan dan hal-hal teknis yang
harus diperhatikan oleh anggota KPA dalam memberikan rekomendasi
kelayakan atau ketidaklayakan.
F. TUGAS SEKRETARIAT KPA
Sekretariat KPA mempunyai tugas, antara lain:
1. menerima KA, Andal, dan RKL-RPL yang diajukan untuk dilakukan
penilaian dan menerima permohonan izin lingkungan serta memberikan
tanda terima atas dokumen dimaksud;
2. melakukan kendali mutu atas KA, Andal, dan RKL-RPL yang diajukan
untuk dinilai melalui uji administrasi;
3. memberikan
pernyataan
tertulis
tentang
kelengkapan
atau
ketidaklengkapan administrasi atas KA, Andal, dan RKL-RPL yang
diajukan untuk dinilai untuk dapat diproses lebih lanjut;
4. menerima KA, Andal, dan RKL-RPL hasil perbaikan untuk disampaikan
kembali kepada tim teknis;
5. tugas di bidang kesekretariatan, perlengkapan, penyediaan informasi
pendukung dalam penyelenggaran rapat tim teknis dan rapat KPA;
6. memberikan informasi status penilaian KA, Andal, dan RKL-RPL; dan
7. tugas lain yang diberikan oleh KPA.

Halaman 217

Dalam hal terdapat anggota sekretariat yang berasal dari unit kerja yang
membidangi pelayanan publik, tugas penerimaan dokumen Amdal atau
permohonan Izin Lingkungan dapat dilakukan oleh unit kerja yang
membidangi pelayanan publik.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

Halaman 218

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA LAKSANA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN
DOKUMEN
LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN

JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERSIFAT STRATEGIS


YANG MERUPAKAN KEWENANGAN MENTERI YANG PENILAIAN AMDALNYA
DILAKUKAN OLEH KPA PUSAT
A. BIDANG PERTAHANAN
No.
1.
2.
3.

Jenis Kegiatan
Pembangunan pangkalan Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut.
Pembangunan pangkalan Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Udara.
Pembangunan pusat latihan tempur.

B. BIDANG PERHUBUNGAN
No.
1.

2.

Jenis Kegiatan
Pembangunan pelabuhan utama atau pelabuhan pengumpul
dengan dilengkapi salah satu fasilitas berikut:
a. dermaga dengan bentuk konstruksi sheet pile atau open
pile;
b. dermaga dengan konstruksi masif;
c. penahan gelombang atau talud dan/atau pemecah
gelombang (break water); dan
d. fasilitas terapung (floating facility).
Pembangunan bandar udara internasional untuk fixed wing
beserta fasilitasnya.

C. BIDANG TEKNOLOGI SATELIT


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis Kegiatan
Pembangunan dan pengoperasian bandar antariksa.
Pembangunan fasilitas peluncuran roket di darat dan
tujuan lainnya.
Pembangunan fasilitas pembuatan propelan roket.
Pabrik roket.
Pembangunan fasilitas uji static dan fasilitas peluncuran
roket.

D. BIDANG PERINDUSTRIAN
No.
1.
2.
3.

Jenis Kegiatan
Industri propelan.
Industri amunisi.
Industri bahan peledak.

1
Halaman 219

E. BIDANG SUMBER DAYA ENERGI DAN MINERAL


No.
1.

2.

3.

Jenis Kegiatan
Mineral dan batubara, yaitu:
a. eksploitasi atau operasi produksi mineral logam dan
mineral bukan logam atau mineral batuan dan batubara
yang berlokasi di kawasan hutan lindung;
b. pengolahan dan pemurnian mineral radioaktif;
c. eksploitasi atau operasi produksi mineral radioaktif;
d. Melakukan penempatan tailing di bawah laut.
Minyak dan gas bumi, yaitu:
a. eksploitasi minyak dan gas bumi serta pengembangan
produksi di darat dan di laut;
b. pipanisasi minyak bumi, gas bumi, dan bahan bakar
minyak di laut;
c. pembangunan kilang:
1) Liquefied Petroleum Gas (LPG);
2) Liquefied Natural Gas (LNG); dan
3) minyak bumi.
d. terminal regasifikasi LNG darat atau laut.
e. kilang minyak pelumas (termasuk fasilitas penunjang).
f. pengembangan lapangan Coal Bed Methane (CBM) atau
gas metana batubara pada tahap eksploitasi dan
pengembangan produksi yang mencakup:
a. pemboran sumur produksi;
b. pembangunan fasilitas produksi dan fasilitas
pendukung;
c. kegiatan operasi produksi; dan
d. pasca operasi.
Energi baru dan terbarukan, yaitu:
Panas bumi tahap eksploitasi yang berlokasi di dalam
kawasan hutan lindung yang diperbolehkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. BIDANG PENGEMBANGAN NUKLIR


No.
1.

2.

3.

4.

Jenis Kegiatan
Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, yang
meliputi:
a. reaktor daya; dan
b. reaktor non daya.
Pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non
reaktor, yang meliputi kegiatan:
a. pengayaan bahan nuklir, konversi bahan nuklir,
dan/atau permurnian bahan nuklir;
b. pengolahan ulang bahan bakar nuklir bekas;
c. penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas; dan
d. penyimpanan lestari.
Pembangunan dan pengoperasian instalasi pengelolaan
limbah radioaktif, yang meliputi kegiatan konstruksi dan
operasi tahap pengolahan limbah radioaktif tingkat rendah
dan sedang dan penyimpanan atau disposal limbah
radioaktif tingkat rendah dan sedang.
Produksi radioisotop.

2
Halaman 220

G. BIDANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN


No.
1.

Jenis Kegiatan
Industri jasa pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun yang melakukan kombinasi 2 (dua) atau lebih
kegiatan meliputi:
a. pemanfaatan;
b. pengolahan; dan/atau
c. penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun.
2. Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun:
a. pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun secara
termal menggunakan insinerator, kecuali mengolah
limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan
sendiri dan berasal dari 1 (satu) lokasi kegiatan;
b. pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun secara
biologis yaitu composting, biopile, landfarming, bioventing,
biosparging, bioslurping, alternate electron acceptors,
dan/atau fitoremediasi, sebagai kegiatan utama yaitu
jasa pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. injeksi dan/atau reinjeksi limbah bahan berbahaya dan
beracun ke dalam formasi.
3.
Penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan
landfill kelas 1, kelas 2, dan/atau kelas 3.
Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

3
Halaman 221

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG MERUPAKAN KEWENANGAN GUBERNUR YANG PENILAIAN AMDALNYA
DILAKUKAN OLEH KPA PROVINSI
A. BIDANG KEHUTANAN
Jenis Kegiatan
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, yaitu:
1. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dari Hutan Alam (HA)
2. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dari Hutan Tanaman
(HT)
B. BIDANG PERHUBUNGAN
No.
Jenis Kegiatan
1. Pembangunan pelabuhan:
a. pengumpan regional; atau
b. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang berada dalam
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul,
atau pelabuhan pengumpan regional;
yang dilengkapi salah satu fasilitas berikut:
a. dermaga dengan bentuk konstruksi sheet pile atau open pile;
b. dermaga dengan konstruksi masif;
c. penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah gelombang (break
water); atau
d. fasilitas terapung (floating facility).
2. Pembangunan bandar udara domestik atau bandar udara pengumpul
(hub) untuk fixed wing beserta fasilitasnya.
C. BIDANG PERINDUSTRIAN
No.
1.
2.

Jenis Kegiatan
Industri pulp atau industri pulp dan kertas yang terintegrasi dengan
hutan tanaman industri.
Industri petrokimia hulu.

D. BIDANG PEKERJAAN UMUM


Jenis Kegiatan
Pembangunan bendungan, waduk, atau jenis tampungan air lainnya.

1
Halaman 222

E. BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


No.
Jenis Kegiatan
1. Mineral dan Batubara
a. Pengolahan dan pemurnian:
1) mineral logam;
2) mineral bukan logam;
3) batuan; dan
4) batubara.
b. Penambangan di laut.
2. Ketenagalistrikan
Pembangunan PLTA dengan skema bendungan.
F. BIDANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Jenis Kegiatan
Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun:
1. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun sebagai bahan
bakar sintetis pada kiln di industri semen, kecuali pemanfaatan limbah
bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan sendiri dan berasal dari
1 (satu) lokasi kegiatan.
2. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun dalam bentuk
pembuatan bahan bakar sintetis (fuel blending) dari limbah bahan
berbahaya dan beracun.
3. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun sebagai material
alternatif pada industri semen, kecuali pemanfaatan yang hanya
menggunakan fly ash.
4. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun oli bekas sebagai
bahan baku industri daur ulang pelumas (lubricant), termasuk sebagai
bahan baku pembuatan base oil.
5. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun pelarut bekas
(used solvents) untuk industri daur ulang pelarut (solvents).
6. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun aki bekas melalui
proses peleburan timbal (Pb).
7. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun baterai dan/atau
aki kering bekas dengan pembentukan ingot.
8. Pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun katalis bekas
dalam bentuk daur ulang (recycle) dan/atau perolehan kembali
(recovery).
Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

BALTHASAR KAMBUAYA
2
Halaman 223

Rosa Vivien Ratnawati

LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN

JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERSIFAT STRATEGIS


YANG MERUPAKAN KEWENANGAN BUPATI/WALIKOTA YANG PENILAIAN
AMDALNYA DILAKUKAN OLEH KPA KABUPATEN/KOTA
A. BIDANG MULTISEKTOR
Jenis Kegiatan
Reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
B. BIDANG PERHUBUNGAN
Jenis Kegiatan
pembangunan pelabuhan:
1. pengumpan lokal;
2. terminal khusus; atau
3. terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang berada dalam
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKp) pelabuhan pengumpan lokal;
dengan dilengkapi salah satu fasilitas berikut:
1. dermaga dengan bentuk konstruksi sheet pile atau open pile;
2. dermaga dengan konstruksi masif;
3. penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah gelombang (break
water); atau
4. fasilitas Terapung (Floating Facility).
C. BIDANG PERINDUSTRIAN
No.
Jenis Kegiatan
1.
Industri semen yaitu yang dibuat melalui produksi klinker.
2.
Kawasan Industri termasuk komplek industri yang terintegrasi.
3.
Industri galangan kapal dengan sistem graving dock.
4.
Industri peleburan timah hitam.
D. BIDANG PEKERJAAN UMUM
Jenis Kegiatan
Pembangunan dan/atau peningkatan jalan tol yang membutuhkan
pengadaan lahan di luar rumija atau ruang milik jalan.
E. BIDANG SUMBER DAYA ENERGI DAN MINERAL
No.
Jenis Kegiatan
1.
Mineral dan batubara yaitu eksploitasi (Operasi Produksi) Mineral
Logam dan Batubara yang berlokasi di luar kawasan hutan lindung
2.
ketenagalistrikan yaitu:
a. pembangunan jaringan transmisi:
1) saluran udara tegangan tinggi;
2) saluran kabel tegangan tinggi;
3) kabel laut tegangan tinggi.
1
Halaman 224

No.

3.

Jenis Kegiatan
b. pembangunan:
1) PLTD, PLTG, PLTU, atau PLTGU;
2) PLTP di luar kawasan hutan lindung;
3) PLT Sampah (PLTSa) dengan proses methane harvesting;
4) pembangkit listrik dari jenis lain antara lain PLT Surya,
Angin, Biomassa atau gambut, atau PLT Bayu.
c. Pembangunan PLTA dengan aliran langsung.
energi baru dan terbarukan yaitu:
a. Panas bumi tahap eksploitasi yang berlokasi di luar kawasan
hutan lindung.
b. Pembangunan kilang biofuel.

Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

2
Halaman 225

LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN

JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG MERUPAKAN


KEWENANGAN BUPATI/WALIKOTA YANG PENILAIAN AMDALNYA DILAKUKAN
OLEH KPA KABUPATEN/KOTA
A. BIDANG MULTISEKTOR
No.
Jenis Kegiatan
1.
Pemotongan bukit dan pengurugan lahan.
2.
Pengambilan air bersih dari danau, sungai, mata air, atau sumber air
permukaan lainnya.
3.
Pengambilan air bawah tanah yaitu sumur tanah dangkal dan sumur
tanah dalam.
4.
Pembangunan bangunan gedung.
B. BIDANG PERTANIAN
No.
Jenis Kegiatan
1.
Budidaya tanaman pangan dengan atau tanpa unit pengolahannya.
2.
Budidaya tanaman hortikultura.
3.
Budidaya tanaman perkebunan:
a. semusim dengan atau tanpa unit pengolahannya:
1) dalam kawasan budidaya non kehutanan; dan
2) dalam kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK);
b. tahunan dengan atau tanpa unit pengolahannya:
1) dalam kawasan budidaya non kehutanan; dan
2) dalam kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK).
C. BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN
Jenis Kegiatan
Usaha budidaya perikanan
1. Budidaya tambak udang atau ikan tingkat teknologi maju dan madya
dengan atau tanpa unit pengolahannya.
2. Usaha budidaya perikanan terapung yaitu jaring apung dan pen
system di air tawar atau danau dan di laut.
D. BIDANG PERHUBUNGAN
No.
Jenis Kegiatan
1.
Pembangunan jalur kereta api dengan atau tanpa stasiunnya:
a. pada permukaan tanah (at-grade);
b. di bawah permukaan tanah (underground); dan
c. di atas permukaan tanah (elevated).
2.
Pembangunan terminal penumpang dan terminal barang transportasi
jalan.

1
Halaman 226

No.
Jenis Kegiatan
3.
Pengerukan perairan yaitu:
a. pengerukan perairan dengan capital dredging;
b. pengerukan perairan sungai dan/atau laut dengan capital
dredging yang memotong batu, yang bukan termasuk material
karang; dan
c. penempatan hasil keruk di laut.
E. BIDANG PERINDUSTRIAN
Jenis Kegiatan
Kegiatan industri yang tercantum dalam huruf H, angka 8 pada Lampiran
I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
F. BIDANG PEKERJAAN UMUM
No.
1.

2.
3.
4.
5.

6.

7.

8.
9.

Jenis Kegiatan
Daerah Irigasi:
a. pembangunan baru;
b. peningkatan; dan
c. pencetakan sawah.
Pengembangan rawa yaitu reklamasi rawa untuk kepentingan
irigasi.
Pembangunan pengaman pantai dan perbaikan muara sungai.
Normalisasi sungai yaitu termasuk sodetan dan pembuatan kanal
banjir.
Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran yang
membutuhkan pengadaan lahan yaitu di luar rumija.
a. pembangunan subway atau underpass, terowongan atau tunnel,
dan jalan layang atau flyover;
b. pembangunan jembatan.
Persampahan yaitu:
a. pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
domestik pembuangan dengan sistem controlled landfill atau
sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya;
b. TPA di daerah pasang surut;
c. pembangunan transfer station;
d. pembangunan instalasi pengolahan sampah terpadu;
e. pengolahan menggunakan insinerator; dan
f. composting plant.
Air limbah domestik yaitu:
a. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
termasuk fasilitas penunjangnya;
b. pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah
domestik termasuk fasilitas penunjangnya; dan
c. pembangunan sistem perpipaan air limbah.
Pembangunan saluran drainase primer dan/atau sekunder di
permukiman.
Jaringan air bersih di kota besar atau metropolitan:
a. pembangunan jaringan distribusi; dan
b. pembangunan jaringan transmisi.

2
Halaman 227

G. BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN


Jenis Kegiatan
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan pengelola
tertentu:
1. kota metropolitan;
2. kota besar;
3. kota sedang dan kecil; dan/atau
4. untuk keperluan settlement transmigrasi.
H. BIDANG SUMBER DAYA ENERGI DAN MINERAL
Jenis Kegiatan
Mineral dan batubara yaitu eksploitasi atau operasi produksi mineral
bukan logam atau mineral batuan.
I.

BIDANG PARIWISATA
No.
1.
2.
3.

Jenis Kegiatan
Kawasan pariwisata.
Taman rekreasi.
Lapangan golf yaitu tidak termasuk driving range.

Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

3
Halaman 228

LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL


A. UMUM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, proses Izin Lingkungan diintegrasikan dalam proses penilaian
Amdal. Penilaian Amdal dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. penerimaan dan Penilaian KA secara administratif;
2. penilaian KA secara teknis;
3. persetujuan KA;
4. penerimaan dan penilaian permohonan Izin Lingkungan dan dokumen
Andal dan RKL-RPL secara administratif;
5. penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis;
6. penilaian
kelayakan
atau
ketidaklayakan
lingkungan
hidup
berdasarkan Andal dan RKL-RPL; dan
7. penyampaian
rekomendasi
hasil
penilaian
kelayakan
atau
ketidaklayakan lingkungan hidup.
B. PENERIMAAN DAN PENILAIAN KA SECARA ADMINISTRATIF
1. Penerimaan KA
a. KA yang dinilai oleh:
1) KPA pusat, diajukan oleh pemrakarsa kepada Menteri melalui
sekretariat KPA pusat;
2) KPA provinsi, diajukan oleh pemrakarsa kepada gubernur
melalui sekretariat KPA provinsi; dan
3) KPA kabupaten/kota, diajukan oleh pemrakarsa kepada
bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota.
b. KA yang diajukan disampaikan dalam bentuk cetak (hardcopy) dan
file elektronik (softcopy).
c. Sekretariat KPA memberikan tanda bukti penerimaan KA kepada
pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal penerimaan KA.
d. Sekretariat KPA melakukan uji administrasi KA berdasarkan
panduan uji administrasi KA (panduan 01).
e. Berdasarkan hasil uji administrasi, sekretariat KPA memberikan
pernyataan tertulis mengenai kelengkapan atau ketidaklengkapan
administrasi KA.
f. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya
dapat diberikan apabila:
1) uji administrasi menyimpulkan bahwa KA yang disampaikan
lengkap secara administrasi; dan
2) KA yang sudah dinyatakan lengkap telah diserahkan kepada
sekretariat KPA sesuai jumlah kebutuhan untuk rapat tim
teknis.

1
Halaman 229

g. Sekretariat KPA menyampaikan informasi KA yang telah dinyatakan


lengkap sesuai dengan persyaratan administrasi kepada ketua KPA
dan menyiapkan surat penugasan penilaian secara teknis KA dari
ketua KPA kepada tim teknis;
h. Sekretariat KPA mulai mencatat kronologis proses penilaian KA dan
memulai perhitungan jangka waktu penilaian KA sejak pernyataan
tertulis mengenai kelengkapan administrasi telah diberikan kepada
pemrakarsa.
2. Penyiapan Rapat Tim Teknis
a. Sekretariat menyiapkan rapat tim teknis guna menilai KA, melalui
antara lain:
1) membuat daftar undangan tim teknis yang akan dilibatkan
dalam penilaian;
2) mengirimkan KA kepada seluruh anggota tim teknis dan
memberikan tanda bukti penerimaan KA oleh anggota tim
teknis; dan
3) meminta masukan tertulis dari anggota tim teknis yang
berhalangan hadir dalam rapat tim teknis.
b. KA yang telah diberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan
administrasi wajib diterima oleh seluruh anggota tim teknis paling
sedikit 10 (sepuluh) hari kerja dari tanggal yang tercantum dalam
surat pengantar pengiriman dokumen sebelum rapat tim teknis
dilakukan.
C. PENILAIAN KA SECARA TEKNIS
1. Penilaian Mandiri oleh Tim Teknis
a. Ketua KPA menugaskan tim teknis untuk menilai KA.
b. Anggota tim teknis melakukan penilaian KA secara mandiri
terhitung sejak diterimanya KA oleh anggota tim teknis sebelum
dilaksanakannya rapat tim teknis.
c. Penilaian KA, dilakukan melalui:
1. uji tahap proyek; dan
2. uji kualitas dokumen.
d. Uji tahap proyek meliputi penilaian terhadap:
1) kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
rencana tata ruang yang berlaku;
2) kesesuaian rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
persyaratan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan; dan
3) tahapan rencana usaha dan/atau kegiatan pada saat studi
Amdal disusun.
e. Uji tahap proyek dilakukan berdasarkan panduan uji tahap proyek
(panduan 03).
f. Uji kualitas KA, dilakukan melalui:
1) uji konsistensi;
2) uji keharusan; dan
3) uji kedalaman.
g. Uji kualitas KA dilakukan berdasarkan panduan uji kualitas
dokumen Amdal bagian KA (panduan 04-bagian KA).
h. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk tertulis dan disampaikan
kepada sekretariat KPA dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file
elektronik (softcopy) paling lambat 2 (dua) hari sebelum rapat tim
teknis.
i. Sekretariat mendokumentasikan dan menyiapkan hasil penilaian
sebagai bahan rapat tim teknis.
2
Halaman 230

2. Penyelenggaraan Rapat Tim Teknis


a. Rapat tim teknis dipimpin oleh ketua tim teknis, dan dihadiri oleh:
1) anggota tim teknis;
2) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
3) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen Amdal, jika
pemrakarsa tidak menyusun sendiri dokumen amdalnya;
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Amdal.
b. Rapat tim teknis, dapat melibatkan wakil instansi Pusat, instansi
provinsi, dan/atau kabupaten/kota yang urusan pemerintahannya
terkait dengan dampak Usaha dan/atau Kegiatan
c. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun tidak hadir.
d. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
e. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat tim
teknis dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang ditunjuk oleh
ketua tim teknis melalui surat penunjukkan.
f. Dalam rapat tim teknis, pemrakarsa menyampaikan paparan atas
KA yang diajukan untuk dilakukan penilaian.
g. Rapat tim teknis:
1) membahas hasil penilaian mandiri yang telah dilakukan oleh
anggota tim teknis dan memberikan saran, pendapat dan
masukan guna penyempurnaan KA yang diajukan untuk
dilakukan penilaian; dan
2) menyepakati lingkup kajian dalam Andal.
h. Semua saran, pendapat, dan masukan dari seluruh anggota tim
teknis wajib dicatat oleh anggota sekretariat dan dituangkan dalam
berita acara rapat penilaian.
i. Tim teknis menyampaikan hasil penilaian KA kepada ketua KPA.
j. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan bahwa KA perlu
diperbaiki, tim teknis menyampaikan KA tersebut kepada ketua KPA
melalui sekretariat KPA untuk dikembalikan kepada pemrakarsa.
3. Perbaikan KA
a. Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan KA kepada:
1) Menteri melalui sekretariat KPA pusat;
2) gubernur melalui sekretariat KPA provinsi; atau
3) bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota.
b. Sekretariat KPA menyampaikan perbaikan KA kepada setiap anggota
tim teknis.
c. Setiap anggota tim teknis melakukan verifikasi kebenaran atau
kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah dicantumkan dalam KA.
d. Hasil verifikasi dibahas dalam rapat tim teknis.
e. Rapat tim teknis dilakukan untuk melakukan verifikasi kebenaran
atau kesesuaian kembali untuk memastikan bahwa seluruh
perbaikan yang dicantumkan dalam dokumen telah lengkap, benar,
dan sesuai.
4. Jangka Waktu Penilaian KA
Jangka waktu penilaian KA sampai dengan diterbitkannya surat
persetujuan dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
3
Halaman 231

D. PERSETUJUAN KA
1. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menyatakan KA dapat disepakati,
ketua KPA menerbitkan persetujuan KA.
2. Surat persetujuan KA beserta KA disampaikan oleh ketua KPA kepada
pemrakarsa ditembuskan kepada anggota KPA.
3. Masyarakat dapat memiliki akses terhadap surat persetujuan KA
beserta KA.
E. TIDAK BERLAKUNYA KA
1. KA yang telah diberikan persetujuan dinyatakan tidak berlaku apabila
pemrakarsa tidak menyusun Andal dan RKL-RPL dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya persetujuan KA.
2. Dalam hal KA dinyatakan tidak berlaku, pemrakarsa wajib mengajukan
kembali KA untuk dinilai oleh Tim Teknis
3. Proses penilaian yang dilakukan oleh tim teknis diawali dengan
pembahasan kondisi rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana
kegiatan setelah 3 (tiga) tahun.
4. Dalam hal hasil pembahasan yang dilakukan oleh tim teknis
menyatakan bahwa kondisi rona lingkungan hidup awal dan deskripsi
rencana kegiatan telah berubah, pemrakarsa wajib menyusun KA baru.
5. Dalam hal kondisi rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana
kegiatan dinyatakan tidak berubah, Ketua KPA menerbitkan
persetujuan KA kembali.
F. PENERIMAAN DAN PENILAIAN PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN, ANDAL,
DAN RKL-RPL SECARA ADMINISTRATIF
1. Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan:
a. KA yang telah diterbitkan persetujuannya; atau
b. konsep KA, dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan telah terlampaui dan ketua KPA belum menerbitkan
persetujuan KA.
2. Permohonan Izin Lingkungan, penilaian Andal, dan RKL-RPL diajukan
oleh pemrakarsa (penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan) secara
tertulis dalam satu surat permohonan kepada:
a. Menteri melalui sekretariat KPA pusat untuk KA yang telah disetujui
oleh KPA pusat;
b. gubernur melalui sekretariat KPA provinsi untuk KA yang telah
disetujui oleh KPA provinsi; dan
c. bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota untuk KA
yang telah disetujui oleh KPA kabupaten/kota.
3. Dalam surat permohonan Izin Lingkungan, penilaian Andal, dan RKLRPL, dilengkapi dengan:
a. KA yang telah disetujui dan Andal dan RKL-RPL yang telah disusun
b. dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan
c. profil usaha dan/atau kegiatan.
4. Sekretariat KPA memberikan tanda bukti penerimaan permohonan Izin
Lingkungan dan Andal dan RKL-RPL yang akan dinilai kepada
pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal penerimaan
permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL.
5. Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan Izin
Lingkungan yang meliputi:
a. verifikasi dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan;
4
Halaman 232

b. verifikasi profil usaha dan/atau kegiatan; dan


c. uji administrasi Andal dan RKL-RPL berdasarkan panduan uji
administrasi permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL
(panduan 02).
6. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, sekretariat KPA
memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan atau
ketidaklengkapan uji administrasi permohonan Izin Lingkungan, Andal,
dan RKL-RPL.
7. Dalam hal permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL
dinyatakan tidak lengkap, maka Sekretariat KPA mengembalikan
permohonan Izin Lingkungan dan KA yang telah disetujui, Andal, dan
RKL-RPL kepada pemrakarsa.
8. Dalam hal permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL
dinyatakan lengkap, maka sekretariat KPA memberikan pernyatan
tertulis perihal kelengkapan persyaratan permohonan Izin Lingkungan,
Andal, dan RKL-RPL kepada pemrakarsa.
9. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya dapat
diberikan apabila:
a. uji administrasi menyimpulkan bahwa Andal dan RKL-RPL yang
disampaikan lengkap secara administrasi; dan
b. Andal dan RKL-RPL yang sudah dinyatakan lengkap telah
diserahkan kepada sekretariat KPA sesuai jumlah kebutuhan untuk
rapat tim teknis.
10. Sekretariat KPA menyampaikan informasi perihal kelengkapan
persyaratan permohonan Izin Lingkungan kepada ketua KPA.
11. Sekretariat KPA mulai mencatat kronologis proses penerbitan Izin
Lingkungan dan proses penilaian Andal dan RKL-RPL dan memulai
perhitungan jangka waktu proses penerbitan Izin Lingkungan dan
proses penilaian Andal dan RKL-RPL sejak diterbitkannya pernyataan
tertulis mengenai kelengkapan administrasi permohonan Izin
Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL.
G. PENILAIAN ANDAL DAN RKL-RPL SECARA TEKNIS
1. Persiapan Rapat Tim Teknis
a. Sekretariat KPA menyiapkan rapat tim teknis guna menilai Andal
dan RKL-RPL, melalui antara lain:
1) membuat daftar undangan tim teknis yang akan dilibatkan
dalam penilaian Andal dan RKL-RPL;
2) meminta Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk dilakukan
penilaian kepada pemrakarsa;
3) mengirimkan Andal dan RKL-RPL kepada seluruh anggota tim
teknis dan memberikan tanda bukti penerimaan Andal dan RKLRPL oleh anggota teknis; dan
4) meminta masukan tertulis dari anggota tim teknis yang
berhalangan hadir dalam rapat tim teknis penilaian Andal dan
RKL-RPL.
b. Andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh anggota tim teknis
paling sedikit 10 (sepuluh) hari kerja dari tanggal yang tercantum
dalam surat pengantar pengiriman Andal dan RKL-RPL sebelum
rapat tim teknis dilakukan.
2. Pengumuman Permohonan Izin Lingkungan
a. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya
mengumumkan permohonan Izin Lingkungan yang telah dinyatakan
lengkap.
5
Halaman 233

b. Tata cara pengumuman permohonan Izin Lingkungan dan


penyampaian saran, pendapat, dan tanggapan atas pengumuman
permohonan dimaksud diatur dalam ketentuan peraturan
perundangan.
3. Penilaian Mandiri Andal, RKL-RPL oleh Tim Teknis
a. Berdasarkan
informasi
perihal
kelengkapan
persyaratan
permohonan Izin Lingkungan, Ketua KPA menugaskan tim teknis
untuk menilai Andal dan RKL-RPL.
b. Anggota tim teknis melakukan penilaian Andal dan RKL-RPL secara
mandiri sebelum dilaksanakannya rapat tim teknis.
c. Penilaian Andal dan RKL-RPL, dilakukan melalui:
1) uji tahap proyek;
2) uji kualitas dokumen; dan
3) telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
d. Uji tahap proyek untuk memastikan rencana kegiatan pada tahap
studi kelayakan atau rencana detail rinci (Detailed Engineering
Design/DED).
e. Uji tahap proyek dilakukan berdasarkan Panduan Uji Tahap Proyek
Andal dan RKL-RPL (panduan 03).
f. Uji kualitas Andal dan RKL-RPL, terdiri atas uji:
1) konsistensi;
2) keharusan;
3) relevansi; dan
4) kedalaman.
g. Uji kualitas Andal dan RKL-RPL dilakukan berdasarkan panduan uji
kualitas dokumen Amdal bagian Andal, RKL-RPL (panduan 04
bagian Andal dan RKL-RPL).
h. Telahaan atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria kelayakan.
i. Hasil penilaian dituangkan dalam bentuk tertulis dan disampaikan
kepada sekretariat KPA dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file
elektronik (softcopy) paling lambat 2 (dua) hari sebelum rapat tim
teknis.
4. Penyelenggaraan rapat tim teknis Penilaian Andal dan RKL-RPL
a. Setelah melakukan penilaian mandiri, tim teknis melakukan rapat
tim teknis.
b. Rapat tim teknis wajib dilakukan setelah berakhirnya jangka waktu
penerimaan saran, pendapat dan tanggapan masyarakat (SPT) atas
permohonan Izin Lingkungan.
c. Rapat tim teknis dipimpin oleh ketua tim teknis, dan wajib dihadiri
oleh:
1) anggota tim teknis;
2) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
3) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen amdal, jika
pemrakarsa tidak menyusun sendiri dokumen amdalnya; dan
4) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Amdal.
d. Rapat tim teknis dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun dokumen Amdal tidak hadir.
e. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
6
Halaman 234

f.

Dalam hal tenaga ahli yang membantu tim penyusun Amdal


berhalangan hadir dalam rapat tim teknis penilaian Andal dan RKLRPL, ketua tim penyusun Amdal wajib bertanggung jawab atas
segala pertanyaan dari tim teknis yang terkait dengan bidang yang
menjadi tanggung jawab tenaga ahli.
g. Dalam hal ketua tim teknis berhalangan hadir, maka rapat tim
teknis dapat dipimpin oleh anggota tim teknis yang ditunjuk oleh
ketua tim teknis melalui surat penunjukan.
h. Dalam rapat tim teknis, pemrakarsa menyampaikan paparan atas
Andal dan RKL-RPL yang diajukan untuk dilakukan penilaian.
i. Terhadap paparan dari pemrakarsa, tim teknis melakukan
pembahasan atas dua pokok bahasan yaitu pembahasan penilaian
Andal dan pembahasan penilaian RKL-RPL.
j. Semua saran, pendapat, dan masukan dari seluruh anggota tim
teknis wajib dalam rapat tim teknis, dicatat oleh sekretariat KPA
dan dituangkan dalam berita acara penilaian Andal dan berita acara
penilaian RKL-RPL dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file
elektronik (softcopy).
5. Tindak Lanjut Rapat Tim Teknis Penilaian Andal dan RKL-RPL
a. Tim teknis menyampaikan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL
dalam bentuk berita acara penilaian Andal dan RKL-RPL kepada
ketua KPA.
b. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menunjukkan bahwa Andal
dan RKL-RPL perlu diperbaiki, tim teknis menyampaikan Andal dan
RKL-RPL tersebut kepada ketua KPA melalui sekretariat KPA untuk
dikembalikan kepada pemrakarsa.
c. Pemrakarsa menyampaikan kembali perbaikan Andal dan RKL-RPL
kepada:
a) Menteri melalui sekretariat KPA pusat;
b) gubernur melalui sekretariat KPA provinsi; atau
c) bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota.
d. Sekretariat KPA menyampaikan perbaikan Andal dan RKL-RPL
kepada setiap anggota tim teknis.
e. Setiap anggota tim teknis melakukan pengecekan kebenaran atau
kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah dicantumkan dalam
Andal dan RKL-RPL.
f. Hasil pengecekan dibahas dalam rapat tim teknis.
g. Rapat tim teknis dilakukan untuk melakukan pengecekan
kebenaran/kesesuaian kembali untuk memastikan bahwa seluruh
perbaikan yang dicantumkan dalam dokumen telah lengkap, benar,
dan sesuai.
6. Hasil Penilaian Akhir Aspek Teknis dari Andal-RKL-RPL
a. Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil penilaian akhir aspek
teknis dari Andal dan RKL-RPL, antara lain:
1) kualitas Andal dan RKL-RPL telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) telahaan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup atas
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan Amdalnya
untuk dinilai; dan
3) hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait dengan proses
pengambilan keputusan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup.
b. Tim teknis menuangkan hasil penilaian akhir aspek teknis dalam
bentuk berita acara hasil penilaian akhir aspek teknis Andal dan
RKL-RPL.
7
Halaman 235

c. Tim teknis menyampaikan berita acara hasil penilaian akhir aspek


teknis Andal dan RKL-RPL kepada ketua KPA.
H. PENILAIAN KELAYAKAN ATAU KETIDAKLAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
BERDASARKAN ANDAL DAN RKL-RPL
1. Persiapan Rapat KPA
a. Andal dan RKL-RPL yang telah selesai dinilai oleh tim teknis
disampaikan kepada sekretariat KPA.
b. Sekretariat KPA menyampaikan Andal dan RKL-RPL kepada Ketua
KPA.
c. Berdasarkan Andal dan RKL-RPL yang disampaikan, Ketua KPA
menyelenggarakan rapat KPA.
d. Andal dan RKL-RPL wajib diterima oleh seluruh anggota KPA paling
sedikit 10 (sepuluh) hari kerja sebelum rapat KPA dilakukan.
2. Penyelenggaraan Rapat KPA
a. Rapat KPA dipimpin oleh ketua KPA, dan wajib dihadiri oleh:
1) anggota KPA yang diundang, yang wajib mendapat mandat dari
institusi yang diwakilinya untuk melakukan pengambilan
keputusan yang dibuktikan melalui surat penugasan dari
instansi yang bersangkutan sebagai anggota KPA;
2) anggota tim teknis;
3) pemrakarsa atau wakil yang ditunjuk oleh pemrakarsa yang
memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan, yang
dibuktikan dengan surat penunjukkan;
4) ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen amdal, jika
pemrakarsa tidak menyusun sendiri dokumen Amdalnya; dan
5) tenaga ahli yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang
membantu tim penyusun Amdal.
b. Rapat KPA dapat dibatalkan oleh pimpinan rapat apabila
pemrakarsa dan/atau tim penyusun dokumen Amdal tidak hadir.
c. Dalam hal salah satu anggota tim penyusun berhalangan hadir,
wajib dibuktikan dengan surat pernyataan disertai alasan
ketidakhadirannya.
d. Anggota KPA yang berhalangan hadir dalam rapat KPA, wajib
memberikan tanggapan atas kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diajukan untuk dinilai Amdalnya secara tertulis paling lama 1 (satu)
hari kerja sebelum rapat KPA dilaksanakan.
e. Masukan tertulis, disampaikan di hadapan rapat KPA oleh ketua
KPA.
f. Dalam hal ketua KPA berhalangan hadir, maka rapat KPA dapat
dipimpin oleh sekretaris KPA.
g. Rapat KPA diawali dengan penyampaian paparan atas Andal dan
dokumen RKL-RPL oleh pemrakarsa.
h. Rapat KPA dilanjutkan dengan penyampaian hasil penilaian aspek
teknis dari Andal dan RKL-RPL oleh ketua tim teknis.
i. Dalam hal ketua tim teknis berperan sebagai pimpinan rapat KPA,
maka ketua tim teknis menunjuk wakil dari tim teknis untuk
menyampaikan penyampaian dimaksud.
j. Anggota KPA kemudian memberikan penilaian secara lisan dan
tertulis atas kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan yang diajukan untuk dilakukan
penilaian Andal dan RKL-RPLnya, sesuai dengan kewenangan,
8
Halaman 236

kapasitas, dan keahliannya.


k. Dalam menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup, anggota KPA wajib mempertimbangkan kriteria kelayakan
lingkungan hidup.
l. Semua tanggapan dari seluruh anggota KPA wajib dicatat oleh
sekretariat KPA dan dituangkan dalam berita acara rapat KPA.
m. Berita acara paling sedikit berisi:
1) informasi kronologi pelaksanaan penilaian Amdal;
2) informasi kronologi berisi antara lain:
a) kronologi pelaksanaan rapat tim teknis dan KPA;
b) riwayat persuratan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan yaitu persuratan yang dapat bersifat dukungan
maupun keberatan terhadap rencana kegiatan;
3) rumusan saran pendapat tanggapan masyarakat (SPT) atas
pengumuman permohonan Izin Lingkungan untuk digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
untuk penerbitan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; dan
4) kesimpulan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup
atas rencana usaha dan/atau kegiatan, dengan berdasarkan
kepada kriteria kelayakan lingkungan hidup dan persyaratan
lain yang harus diperhatikan dalam surat keputusan kelayakan
lingkungan hidup maupun Izin Lingkungan.
n. Kesimpulan, dapat berupa:
1) rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah dinyatakan
layak lingkungan hidup;
2) rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah dinyatakan
tidak layak lingkungan hidup; atau
3) rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah dinyatakan
layak lingkungan hidup namun terdapat beberapa hal yang
perlu
dipertimbangkan
oleh
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota selaku pengambil keputusan.
I.

SKEMA PENERAPAN PROSES PENILAIAN ANDAL DAN RKL-RPL


Proses penilaian Andal dan RKL-RPL dapat dilakukan melalui tiga skema,
yaitu:
1. Skema I, yang terdiri dari:
a. Proses penilaian aspek teknis (melalui rapat tim teknis); dan
b. Penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan (melalui rapat
KPA),
yang dilakukan terpisah.
Skema I dilakukan sesuai dengan proses penilaian Andal dan RKL-RPL
sebagaimana tercantum pada huruf G dan huruf H di atas.
2. Skema II, yang terdiri dari:
a. Rapat tim teknis; dan
b. Rapat KPA
yang dilakukan secara terpisah dan perbaikan dokumen dilakukan
setelah rapat KPA.
Skema II tersebut hanya dapat dilakukan dengan syarat bahwa hasil
rapat tim teknis menunjukkan tidak diperlukannya perbaikan yang
sifatnya mendasar dan dokumen Andal dan RKL-RPL tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

9
Halaman 237

3. Skema III, yang dilakukan dengan cara menggabungkan rapat tim


teknis dengan rapat KPA.
Dalam hal hasil rapat gabungan tersebut menyimpulkan bahwa
diperlukan perbaikan yang mendasar sebagai bahan pertimbangan
untuk pengambilan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan maka diperlukan rapat KPA ulang.
Atas pertimbangan efisiensi, efektivitas waktu, dan ketersediaan
sumber daya penilaian, Ketua KPA dapat memilih skema II atau skema
III untuk digunakan dalam proses penilaian Andal dan RKL-RPL dengan
tetap menjamin tercapainya kualitas hasil kajian yang tercakup dalam
dokumen Andal dan RKL-RPL yang valid dan representatif sebagai
bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan.
J. PENYAMPAIAN REKOMENDASI HASIL PENILAIAN DARI KPA KEPADA
PENGAMBIL KEPUTUSAN
1. Berdasarkan berita acara rapat KPA, sekretaris KPA kemudian
merumuskan rekomendasi hasil penilaian akhir terhadap Andal, RKLRPL yang kemudian disampaikan kepada Ketua KPA;
2. Ketua KPA menyampaikan rekomendasi hasil penilaian akhir yang
dilengkapi dengan:
a. konsep surat keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin
Lingkungan, dalam hal rekomendasi hasil penilaian akhir
menyatakan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan adalah
dinyatakan layak lingkungan hidup; atau
b. konsep surat keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, dalam
hal rekomendasi hasil penilaian akhir menyatakan bahwa rencana
usaha dan/atau kegiatan adalah dinyatakan tidak layak lingkungan
hidup,
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
kewenangannya.
3. Berdasarkan rekomendasi hasil penilaian akhir tersebut, maka Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya kemudian
menerbitkan:
a. keputusan kelayakan dan Izin Lingkungan; atau
b. ketidaklayakan lingkungan hidup.
4. Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian
akhir dari KPA melalui ketua KPA.

10
Halaman 238

BAGAN ALIR MEKANISME DAN TATA CARA PENGAJUAN DAN PENILAIAN


DOKUMEN AMDAL SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGANNYA
A. MEKANISME PENILAIAN KA
Pengumuman dan
konsultasi Publik

Durasi
penerimaan
SPT: 10 hari

Penyusunan
Kerangka Acuan
(KA)
pemrakarsa wajib
menyusun KA baru
berubah

Pengajuan Penilaian
KA
Kepada:
1. Menteri melalui
secretariat KPA Pusat
2. Gubernur melalui
secretariat KPA Prov
3. Bupati/walikota melalui
secretariat KPA Kab/Kota
sesuai kewenangannya

Sekretariat:
1. Memberikan
tanda bukti
penerimaan
2. Melakukan uji
administrasi

Keleng
kapan

kondisi rona
lingkungan
hidup awal
dan deskripsi
rencana
kegiatan

Tidak
berubah

KA yang telah
diperbaiki dapat terus
dilanjutkan untuk
dinilai oleh tim teknis

tim teknis
pembahasan kondisi
rona lingkungan
hidup awal dan
deskripsi rencana
kegiatan setelah 3
(tiga) tahun.

Tidak

Setelah 3 tahun,
pemrakarsa
mengajukan kembali
perbaikan KA dinilai
oleh tim teknis

Ya

Sekretariat
memberikan
pernyataan
kelengkapan
administrasi

Sekretariat
memberikan
pernyataan
ketidaklengkapan
administrasi

KA dinyatakan tidak
berlaku

Lebih dari 3
Tahun

Sekretariat
menyiapkan
rapat tim teknis

Dikembalikan ke
pemrakarsa untuk
diperbaiki

Tim teknis
melakukan
penilaian
mandiri
(melalui uji
tahap proyek
dan uji kualitas
dokumen)

Sekretariat
mendokumentasikan
dan menyimpulkan
hasil penilaian
mandiri sebagai
bahan rapat tim
teknis

Penyampaian
Kembali
Perbaikan KA

Kurang
dari 3
Tahun

dibahas dalam
rapat tim teknis
kembali untuk
melakukan
verifikasi
kebenaran/kesesua
ian kembali untuk
memastikan bahwa
seluruh perbaikan
yang dicantumkan
dalam dokumen
telah lengkap,
benar dan sesuai.

Tim teknis melakukan rapat tim teknis untuk:


1. Membahas hasil penilaian mandiri
2. Menyepakati lingkup kajian dalam Andal

Sekretariat
menyampaikan
perbaikan KA kepada
setiap anggota tim
teknis

Setiap anggota tim


teknis melakukan
verifikasi kebenaran/
kesesuaian atas
hasil perbaikan yang
telah dicantumkan
dalam KA

KA
Perlu
diperbaiki

Dinyatakan
tidak dapat
diterima

Dapat
diterima

Ketua KPA
menerbitkan
persetujuan KA

Pemrakarsa
Menyusun
Andal, RKLRPL

Dinyatakan
dapat diterima

Perbaikan
KA

Pengajuan Permohonan
Izin Lingkungan dan
Penilaian Andal, RKLRPL

11
Halaman 239

B. MEKANISME PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN, PENILAIAN ANDAL, DAN


RKL-RPL
Pengajuan Permohonan
Izin Lingkungan dan
Penilaian Andal, RKLRPL

Sekretariat:
1. Memberikan tanda
bukti penerimaan
2. Melakukan uji
administrasi.

Dalam satu permohonan


Kepada:
1. Menteri melalui seketariat
KPA pusat;
2. gubernur melalui
sekretariat KPA provinsi;
3. bupati/walikota melalui
sekretariat KPA
kabupaten/kota,
sesuai kewenangannya.

Tidak

Keleng
kapan

Ya

pemrakarsa tidak menyampaikan


kembali perbaikan Andal, RKL-RPL
paling lama 3 (tiga) tahun

Sekretariat memberikan
pernyataan
ketidaklengkapan
administrasi

Sekretariat memberikan
pernyataan kelengkapan
administrasi

Menteri, gubernur atau


bupati/walikota sesuai
kewenangannya
mengumumkan
permohonan izin
lingkungan

Dikembalikan ke
pemrakarsa untuk
diperbaiki

Lebih
dari 3
Tahun
Kurang dari 3
Tahun

Sekretariat
menyampaikan
perbaikan dokumen
Andal, RKL-RPL
kepada setiap anggota
tim teknis

Sekretariat menyiapkan
rapat tim teknis

Sekretariat
mendokumentasikan
dan menyimpulkan
hasil penilaian mandiri
sebagai bahan rapat tim
teknis

dibahas dalam rapat tim


teknis kembali untuk
melakukan verifikasi
kebenaran/kesesuaian
kembali untuk
memastikan bahwa
seluruh perbaikan yang
dicantumkan dalam
dokumen telah lengkap,
benar dan sesuai.

Setiap anggota tim


teknis melakukan
verifikasi kebenaran/
kesesuaian atas hasil
perbaikan yang telah
dicantumkan dalam
dokumen Andal, RKLRPL

Tim teknis melakukan


rapat tim teknis untuk:
1. Membahas hasil
penilaian mandiri
2. pembahasan
penilaian Andal dan
3. pembahasan
penilaian RKL-RPL

Dinyatakan
tidak dapat
diterima

Dokumen
Perbaikan
Andal, RKLRPL

Dinyatakan dapat
diterima

Andal, RKL-RPL
yang telah selesai
dinilai oleh tim
teknis disampaikan
kepada sekretariat
KPA

Perlu
diperbaiki
Andal,
RKL-RPL

Sekretariat
menyiapkan rapat
KPA

KPA melakukan rapat


untuk memberikan
penilaian secara lisan dan
tertulis atas kelayakan
atau ketidaklayakan
lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
untuk dilakukan
penilaian Andal dan RKLRPLnya, sesuai dengan
kewenangan, kapasitas
dan keahliannya

Sekretaris KPA
merumuskan
rekomendasi hasil
penilaian akhir
terhadap Andal,
RKL-RPL

Dapat
diterima

Rapat tim teknis wajib merumuskan hasil


penilaian akhir aspek teknis dari dokumen
Andal dan RKL-RPL, antara lain:
1) Kualitas Andal dan RKL-RPL telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan
sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
2) Kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan amdalnya untuk
dinilai; dan
3) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan terkait
dengan proses pengambilan keputusan atas
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup

Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
tidak Dapat
Dilaksanakan

Penyampaian
Kembali
Andal, RKLRPL

Ketua KPA menyampaikan


rekomendasi hasil penilaian
akhir kepada Menteri,
gubernur, bupati/walikota
sesuai kewenangannya

rekomendasi
hasil penilaian
akhir

Tidak
layak

Menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai


kewenangannya menerbitkan ketidaklayakan
lingkungan hidup

Layak

Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai
kewenangannya
menerbitkan:
a. keputusan kelayakan
lingkungan hidup dan
b. izin lingkungan
catatan: Izin lingkungan
diterbitkan bersamaan
dengan diterbitkannya
keputusan kelayakan
lingkungan hidup

Izin lingkungan yang telah diterbitkan


diumumkan oleh Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya

12
Halaman 240

PANDUAN PENILAIAN AMDAL


Pada prinsipnya, terdapat dua objek penilaian Amdal, yaitu dokumen Amdal
dan rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Dengan prinsip ini
maka terdapat konsekuensi bahwa penilaian Amdal harus menghasilkan
kesimpulan bahwa:
1. dokumen Amdal yang telah dinilai adalah valid dan representatif
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kaidah ilmiah untuk
dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan Amdalnya untuk dinilai; dan
2. rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan untuk dinilai adalah
layak lingkungan atau tidak layak lingkungan.
Berikut adalah gambaran umum mengenai skema tahapan penilaian Amdal
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penilaian sehingga
dapat menghasilkan dua output (keluaran) di atas.
Pemrakarsa

KA atau Andal
dan RKL-RPL

Uji Administrasi
[gunakan format
dalam panduan 01
dan panduan 02)

Sesuai
persyaratan
administrasi

Tidak

Ya

Sesuai dengan RTRW


yang berlaku dan
sudah ditetapkan dan
peta Inpres 06/2013
atau revisinya

Tidak

Ditolak

Ya

Uji Tahap Proyek


(gunakan dalam
panduan 03)

Usaha dan/atau
kegiatan sedang
dan/atau telah
dilakukan konstruksi
dan/atau operasi
dan/atau pasca operasi?

Ya
Ditolak

Tidak
Uji Kualitas
[gunakan
panduan 04]

1.
2.
3.
4.

Lakukan
Lakukan
Lakukan
Lakukan

uji
uji
uji
uji

Dokumen sesuai
dengan persyaratan
kualitas dokumen
Amdal?

konsistensi
keharusan
kedalaman
relevansi

Tidak

Masukan
untuk
perbaikan
dokumen

Ya

Dokumen dijadikan lampiran SK


Persetujuan KA atau SK Kelayakan
LingkunganHidup and Izin Lingkungan
atau SK Ketidaklayakan Lingkungan

Ya

Rencana usaha
dan/atau kegiatan
disepakati KA-nya
atau layak
lingkungan hidup?

Tidak
Ditolak

13
Halaman 241

Keterangan Skema:
Dalam hal suatu KA atau Andal dan RKL-RPL tidak sesuai dengan persyaratan
administrasi, maka dokumen tersebut wajib dikembalikan kepada pemrakarsa
untuk dilengkapi dan terhadap dokumen tersebut tidak dapat dilanjutkan
proses penilaian dokumennya dalam rapat tim teknis atau rapat KPA.
Dokumen yang memenuhi persyaratan administrasi selanjutnya dapat
dilanjutkan untuk dilakukan penilaian dalam rapat tim teknis atau rapat KPA.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana
tata ruang, maka dokumen KA tidak dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan.
Di samping itu, penyusun dokumen Amdal melakukan analisis spasial
kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta indikatif
penundaan izin baru (PIPIB) yang tercantum dalam Intruksi Presiden Nomor 6
Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, atau peraturan
perubahannya maupun terbitnya ketentuan baru yang mengatur mengenai hal
ini.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam PIPIB, kecuali
untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan seperti yang tercantum
dalam Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut, maka KA tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut.
Untuk mengetahui bahwa dokumen Amdal yang dinilai adalah valid dan
representatif maka dapat digunakan tiga uji sebagai berikut:
1. Uji administrasi dokumen Amdal
Dokumen Amdal yang diajukan pemrakarsa harus memenuhi persyaratan
administrasi sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Uji tahap proyek
Uji tahap proyek yang dimaksudkan adalah bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan masih berada pada tahap perencanaan
(studi kelayakan atau DED). Dalam hal amdal disusun pada tahap DED
maka memiliki konsekuensi bahwa informasi mengenai deskripsi kegiatan
harus lebih rinci dan RKL-RPLnya lebih implementatif. serta lokasinya
harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat yang
berlaku dan sudah ditetapkan.
3. Uji kualitas dokumen Amdal meliputi:
a. Uji Konsistensi
Uji konsistensi secara umum adalah menilai konsistensi penyusunan
dokumen Amdal maupun pelaksanaan kajian Amdalnya. Secara rinci,
uji konsistensi meliputi:
1) konsistensi antara dampak penting hipotetik dari hasil pelingkupan
(termasuk parameter yang akan dikaji) dengan metode studi yang
akan digunakan;
2) konsistensi antara dampak penting hipotetik (termasuk parameter
yang dikaji) dengan metode prakiraan dampak, rona lingkungan
awal, prakiraan besaran dampak, sifat penting dampak, evaluasi
secara holistik serta rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup; dan
3) konsistensi dampak lingkungan (termasuk parameternya) yang akan
dikelola yang tertera pada KA dan Andal dengan yang tertera dalam
RKL-RPL.

14
Halaman 242

b. Uji Keharusan
Uji keharusan secara umum dimaksudkan untuk menilai bahwa suatu
dokumen Amdal telah memenuhi aspek-aspek yang harus ada dalam
suatu dokumen Amdal, Secara rinci dokumen amdal wajib berisi:
1) proses pelingkupan, dengan hasil berupa dampak penting hipotetik,
batas wilayah studi dan batas waktu kajian yang dilengkapi dengan
metode studi;
2) dampak penting, prakiraan besaran dampak dan prakiraan sifat
penting dampak;
3) evaluasi holistik termasuk penentuan kelayakan lingkungan hidup;
dan
4) dampak yang dikelola dan dipantau dan rencana pengelolaan dan
pemantauan dampak dimaksud.
c. Uji kedalaman
Uji kedalaman yang dimaksudkan adalah menilai bahwa penyusunan
amdal dilakukan dengan menggunakan data dan metodologi yang sahih
serta sesuai dengan kaidah ilmiah dalam pelaksanaan dan perumusan
hasil studi Amdal. Uji kedalaman dilakukan oleh seseorang dengan
keahlian di bidang tertentu.
d. Uji relevansi
Uji relevansi dilakukan untuk memastikan:
1) kesesuaian antara arahan upaya pengelolaan lingkungan hidup
dengan dampak lingkungan yang timbul;
2) kesesuaian antara arahan upaya pemantauan lingkungan hidup
dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan dampak
lingkungan yang timbul;
3) kesesuaian antara bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan
bentuk pemantauan lingkungan dengan dampak lingkungan yang
timbul;
4) kesesuaian antara lokasi pengelolaan dengan lokasi timbulnya
dampak;
5) kesesuaian antara periode pengelolaan dengan waktu terjadinya
dampak; dan
6) ketepatan institusi yang melakukan pengawasan dan institusi yang
menerima laporan, dengan dampak lingkungan yang dikelola dan
dipantau.
Berikut ini adalah beberapa panduan yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan:
1. uji administrasi KA (panduan 01);
2. uji administrasi Permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL
(panduan 02);
3. uji tahap proyek (panduan 03);
4. uji kualitas dokumen Amdal (panduan 04); dan
5. panduan penilaian amdal rinci (panduan 05).
Catatan:
Panduan 05 merupakan alat bantu tambahan dalam melakukan uji kedalaman
yang merupakan bagian dari uji kualitas dokumen Amdal.
A. PANDUAN UJI ADMINISTRASI KA (PANDUAN 01)
Sekretariat KPA melakukan uji administrasi KA berdasarkan format uji
administrasi sebagaimana tercantum di bawah ini.

15
Halaman 243

Berdasarkan hasil uji administrasi, sekretariat KPA memberikan


pernyataan tertulis mengenai:
1. kelengkapan administrasi, jika semua persyaratan kelengkapan
administrasi telah terpenuhi; dan
2. ketidaklengkapan administrasi, jika ada salah satu persyaratan
kelengkapan administrasi tidak terpenuhi.
Tidak
Ada

No.

Kelengkapan Administrasi

1.

Periksa ada tidaknya bukti


formal bahwa rencana
lokasi usaha dan/atau
kegiatan telah sesuai
dengan rencana tata ruang
yang berlaku.

Kolom ini diisi dengan


keterangan atau
penjelasan yang
dianggap perlu,
misalnya:
1. kesimpulan adanya
bukti adalah dengan
dilampirkannya overlay
lokasi rencana
kegiatan dengan peta
tata ruang yang
berlaku pada lampiran
.... dalam dokumen;
2. kesesuaian tata ruang
ditunjukkan dengan
adanya surat dari
Badan Koordinasi
Perencanaan Tata
Ruang Nasional
(BKPTRN), atau
instansi lain yang
bertanggung jawab di
bidang penataan
ruang; dan/atau
3. referensi bukti lainnya.

2.

Periksa adanya bukti


formal yang menyatakan
bahwa jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan secara
prinsip dapat dilakukan.

Kolom ini diisi dengan


keterangan bahwa
kesimpulan adanya bukti
formal tersebut didukung
dengan adanya kopi
bukti tersebut pada
lampiran dalam
dokumen.

3.

Jika penyusunan amdal


dilakukan oleh LPJP, maka
periksa ada tidaknya tanda
bukti registrasi kompetensi
bagi lembaga penyedia jasa
penyusunan (LPJP)
dokumen Amdal.
Jika penyusunan amdal
dilakukan oleh penyusun
perorangan, maka periksa
ada tidaknya tanda bukti
registrasi bagi penyusun

Catatan:
Registrasi penyusun
Amdal perorangan hanya
dapat dilakukan jika
perubahan Peraturan
Menteri Lingkungan
Hidup nomor 07 Tahun
2010 tentang Sertifikasi
Kompetensi Penyusun
Dokumen Amdal dan
Persyaratan Lembaga
Pelataihan Kompetensi

Ada

Keterangan

16
Halaman 244

No.

Kelengkapan Administrasi
perorangan.

4.

Ada

Tidak
Ada

Keterangan
Penyusun Dokumen
Amdal telah diterbitkan

Periksa ada tidaknya tanda


bukti sertifikasi
kompetensi penyusun
Amdal.
Catatan:
Dalam setiap tim
penyusun dokumen Amdal
wajib diketuai oleh 1 (satu)
orang dengan sertifikat
kompetensi berkualifikasi
ketua tim, dan 2 (dua)
orang anggota tim dengan
sertifikat kompetensi
berkualifikasi ketua
dan/atau anggota tim.

5.

Periksa kesesuaian petapeta yang disampaikan


dengan kaidah kartografi
(antara lain legenda, arah,
skala, koordinat, sumber,
notasi dan/atau warna)
dan informatif.
Catatan:
Peta yang disampaikan
harus sesuai dengan
kebutuhan rencana usaha
dan/atau kegiatan

6.

Periksa apakah di dalam


KA sudah terdapat bukti
dokumentasi pengumuman
dan rangkuman hasil
saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat
(SPT) yang menjadi
kewajiban pemrakarsa
sesuai dengan peraturan
yang mengatur tentang
keterlibatan masyarakat
dalam proses Amdal dan
Izin Lingkungan.

7.

Periksa apakah di dalam


KA sudah terdapat bukti
telah dilakukannya
konsultasi dan/atau
diskusi dengan
masyarakat dan
rangkuman hasil saran,
17
Halaman 245

No.

Kelengkapan Administrasi

Ada

Tidak
Ada

Keterangan

pendapat dan tanggapan


masyarakat (SPT) yang
menjadi kewajiban
pemrakarsa sesuai dengan
peraturan yang mengatur
tentang keterlibatan
masyarakat dalam proses
Amdal dan Izin
Lingkungan.
Catatan:
a. tidak perlu ada
lampiran daftar hadir
yang ditandatangani;
b. bukti yang dapat
dilampirkan antara lain:
1. foto yang bisa
diverifikasi;
2. resume hasil
konsultasi/diskusi;
dan/atau
3. bukti lainnya.
8.

Periksa apakah di dalam


KA dilampirkan:
1. daftar riwayat hidup
(ijazah terakhir dan
riwayat pekerjaan yang
terkait dengan Amdal);
dan
2. surat pernyataan yang
menyatakan bahwa
ketua dan masingmasing anggota tim
benar-benar menyusun
dokumen Amdal
dimaksud yang
ditandatangani di atas
kertas bermaterai?

9.

Periksa apakah di dalam


KA telah disusun sesuai
dengan ketentuan yang
diatur dalam pedoman
penyusunan dokumen
Amdal (untuk sub
pedoman penyusunan KA)?

10. Periksa apakah dalam KA


juga dilampirkan foto-foto
rona lingkungan hidup
yang dapat
menggambarkan tapak
proyek.
18
Halaman 246

No.

Kelengkapan Administrasi

Ada

Tidak
Ada

Keterangan

Catatan:
Foto-foto ini tidak wajib
dilampirkan, namun dapat
disertakan sesuai dengan
kebutuhan.
B. PANDUAN UJI ADMINISTRASI PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN, ANDAL
DAN RKL-RPL (PANDUAN 02)
Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan Izin Lingkungan,
Andal, dan RKL-RPL berdasarkan format uji administrasi sebagaimana
tercantum di bawah ini.
Berdasarkan hasil uji administrasi, sekretariat KPA memberikan
pernyataan tertulis mengenai:
1. kelengkapan administrasi, jika semua persyaratan kelengkapan
administrasi telah terpenuhi; dan
2. ketidaklengkapan administrasi, jika ada salah satu persyaratan
kelengkapan administrasi tidak terpenuhi.
No.

Kelengkapan Administrasi

1.

Permohonan Izin Lingkungan


a. Dokumen Pendirian Usaha atau
Kegiatan
b. Profil Usaha atau Kegiatan
c. Dokumen Amdal
1) KA dan SK persetujuan atau
konsep KA beserta pernyataan
kelengkapan administrasi
2) Draft Andal
3) Draft RKL-RPL

2.

Dokumen Andal
a. Data dan informasi rinci mengenai
rona lingkungan hidup, antara
lain berupa tabel, data, grafik, foto
rona lingkungan hidup, jika
diperlukan.
b. Ringkasan dasar-dasar teori,
asumsi-asumsi yang digunakan,
tata cara, rincian proses, dan hasil
perhitungan yang digunakan
dalam prakiraan dampak.
c. Ringkasan dasar-dasar teori,
asumsi-asumsi yang digunakan,
tata cara, rincian proses dan hasil
perhitungan yang digunakan
dalam evaluasi secara holistik
terhadap dampak lingkungan.
d. Data dan informasi lain yang
dianggap perlu dan relevan
(persyaratan kelengkapan

Ada

Tidak
ada

Keterangan

19
Halaman 247

No.

Kelengkapan Administrasi

e.

3.

Ada

Tidak
ada

Keterangan

administrasi ini sifatnya tidak


wajib, bilamana tidak tersedia
tidak memepengaruhi
kelengkapan administrasi).
Muatan Andal sudah sesuai
dengan pedoman penyusunan.
Muatan tersebut adalah:
1) pendahuluan;
2) deskripsi rinci rona lingkungan
hidup awal;
3) prakiraan dampak penting;
4) evaluasi secara holistik
terhadap dampak lingkungan;
5) daftar pustaka; dan
6) lampiran.

RKL-RPL
a. Muatan RKL-RPL sudah sesuai
pedoman penyusunan.
Muatan tersebut adalah:
1) pendahuluan;
2) rencana pengelolaan
lingkungan hidup;
3) rencana pemantauan
lingkungan hidup;
4) jumlah dan jenis izin PPLH
yang dibutuhkan;
5) pernyataan dan komitmen
pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam RKL-RPL;
6) daftar pustaka; dan
7) lampiran.
b. Matriks atau Tabel Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
1) dampak lingkungan;
2) sumber dampak;
3) indikator keberhasilan
pengelolaan lingkungan hidup;
4) bentuk pengelolaan
lingkungan hidup;
5) lokasi pengelolaan lingkungan
hidup;
6) periode pengelolaan
lingkungan hidup; dan
7) institusi pengelolaan
lingkungan hidup.
c. Peta pengelolaan lingkungan
hidup.
d. Matriks atau Tabel Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
20
Halaman 248

No.

Kelengkapan Administrasi

e.

Ada

Tidak
ada

Keterangan

1) Dampak yang dipantau;


2) Bentuk pemantauan
lingkungan hidup;
3) Institusi pemantau lingkungan
hidup.
Peta pemantauan lingkungan
hidup.

C. PANDUAN UJI TAHAP PROYEK (PANDUAN 03)


Tim teknis melakukan uji tahap proyek berdasarkan format uji tahap
proyek sebagaimana tercantum di bawah ini. Dalam hal hasil penilaian tim
teknis menunjukkan bahwa KA, Andal, dan RKL-RPL perlu diperbaiki, tim
teknis menyampaikan dokumen tersebut kepada Ketua KPA melalui
sekretariat KPA untuk dikembalikan kepada pemrakarsa.
No.

Aspek yang diuji

1.

Apakah lokasi rencana


usaha dan/atau kegiatan
sudah sesuai dengan
rencana tata ruang.

2.

Periksa apakah dokumen


Amdal yang disampaikan
untuk usaha dan/atau
kegiatan yang masih
dalam tahap perencanaan
atau tidak?

Ya

Tidak

Keterangan
Tim Teknis wajib menilai
kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan
denan rencana tata ruang
dan kesesuaian dengan
peta indikatif penundaan
izin baru (PIPIB) yang
tercantum dalam Intruksi
Presiden Nomor 10 Tahun
2011 tentang Penundaan
Pemberian Izin Baru dan
Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Alam Primer
dan Lahan Gambut, atau
peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal ini.

Catatan:
Apabila usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
untuk dinilai dokumen
Amdalnya telah dilakukan
pra konstruksi,
konstruksi, operasi
dan/atau pasca operasi,
maka usaha dan/atau
21
Halaman 249

No.

Aspek yang diuji

Ya

Tidak

Keterangan

kegiatan tersebut wajib


ditolak dokumen
Amdalnya serta tidak
dapat dilakukan penilaian
di KPA.
Terhadap usaha
dan/atau kegiatan
tersebut dilakukan
mekanisme lainnya
sesuai peraturan
perundangan yang
berlaku.
Selain dua pertanyaan sebagaimana dimaksud di atas, uji tahap proyek
juga dilakukan untuk mengetahui apakah penyusunan amdal dilakukan
pada tahap studi kelayakan atau pada tahap Detailed Engineering Design
(DED).
Apabila rencana usaha dan/atau kegiatan dilaksanakan masih dalam
tahap studi kelayakan, maka deskripsi kegiatan mungkin belum terlalu
rinci.
Namun apabila rencana usaha dan/atau kegiatan sudah dalam tahap
desain teknis rinci (DED) maka deskripsi kegiatannya harus rinci.
Deskripsi rinci dimaksud tidak termasuk formula, paten atau hal-hal yang
terkait dengan rahasia perusahaan, tetapi hanya hal-hal yang terkait
dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak
lingkungan.
D. PANDUAN UJI KUALITAS DOKUMEN AMDAL (PANDUAN 04)
Tim teknis melakukan uji kualitas dokumen KA, Andal, dan RKL-RPL
berdasarkan format uji kualitas dokumen KA, Andal, dan RKL-RPL
sebagaimana tercantum di bawah ini. Dalam hal hasil penilaian tim teknis
menunjukkan bahwa KA, Andal, dan RKL-RPL perlu diperbaiki, tim teknis
menyampaikan dokumen tersebut kepada Ketua KPA melalui sekretariat
KPA untuk dikembalikan kepada pemrakarsa. Uji kualitas dokumen
bertujuan untuk memastikan bahwa dokumen Amdal adalah valid dan
representatif berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kaidah
ilmiah untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dari rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan amdalnya untuk dinilai.
Pada prinsipnya uji kualitas dokumen Amdal meliputi:
1. Uji Konsistensi;
2. Uji Keharusan;
3. Uji Kedalaman; dan
4. Uji Relevansi.

22
Halaman 250

Secara ringkas, keempat uji di atas dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa form sebagai berikut:
Format Panduan Uji Kualitas Dokumen Amdal
Kerangka Acuan (KA)

No

Dampak
Penting
Hipotetik

Metode
Analisa Data

Metode
Prakiraan
Besaran
Dampak
Penting

Metode
Prakiraan Sifat
Penting
Dampak

Metode
Evaluasi
Secara
Holistik

Rona
Lingkungan
Awal

Besaran

Sifat
Penting

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

.....................
.....................
...................

......................
......................
.................

....................
....................
...............

......................
......................
.................

.......................
.......................
...............

....................
....................
...............

......................
......................
.................

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

.....................
.....................
...................

......................
......................
.................

....................
....................
..............

......................
......................
.................

.......................
.......................
...............

.....................
.....................
...................

......................
......................
.................

....................
....................
...............

......................
......................
.................

Catatan:

Catatan:

Catatan:

.....................
.....................
...................

......................
......................
.................

....................
....................
..............

(DPH beserta
parameternya)

Metode
Pengumpulan
Data

(1)

(2)

1.

2.

Andal, RKL RPL


Prakiraan Dampak
Evaluasi
Dampak Secara
Holistik

RKL

RPL

Jenis Izin PPLH


yang diperlukan

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

....................
....................
...............

..................
..................
............

.........................
.........................
...........

....................
....................
..............

......................
......................
.................

.........................
.........................
...........

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

....................
....................
.............

......................
......................
.................

....................
....................
.............

..................
..................
...........

.........................
.........................
...........

....................
....................
............

......................
......................
.................

.........................
.........................
...........

.......................
.......................
...............

....................
....................
...............

......................
......................
.................

....................
....................
...............

..................
..................
............

.........................
.........................
...........

....................
....................
..............

......................
......................
.................

.........................
.........................
...........

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

......................
......................
.................

.......................
.......................
...............

....................
....................
.............

......................
......................
.................

....................
....................
.............

..................
..................
...........

.........................
.........................
...........

....................
....................
............

......................
......................
.................

.........................
.........................
...........

.
.
.
dst.

23
Halaman 251

Keterangan:
1. Kolom (2)
a. Dipetik dari bagian dampak penting hipotetik dalam dokumen KA atau
pada kolom pelingkupan pada matrik proses pelingkupan.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi metode studi yang digunakan (metode pengumpulan dan
analisis data, metode prakiraan besaran dampak, metode prakiraan
sifat penting dampak dan metode evaluasi dampak.
2. Kolom (3)
a. Metode pengumpulan data diisi dengan data primer atau sekunder.
b. Dipetik dari Bagian Metode Studi Sub Bagian Metode Pengumpulan dan
Analisis Data pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode pengumpulan data yang digunakan
dengan dampak penting hipotetik (DPH) yang akan diprakirakan.
3. Kolom (4)
a. Standar lab, kualitatif, atau kuantitatif
b. Dipetik dari bagian metode studi sub bagian metode pengumpulan dan
analisis data pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode analisis data yang digunakan dengan
DPH yang akan diprakirakan.
4. Kolom (5)
a. Perhitungan, matematis, modelling, Penilaian Ahli, atau Literatur
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan dampak penting pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode prakiraan besaran dampak yang
digunakan dengan DPH yang akan diprakirakan.
5. Kolom (6)
a. Dapat menggunakan kriteria dampak penting pada UU Nomor 32
Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Pasal 22 Ayat (2) atau Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor 056 Tahun 1994 atau revisinya.
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan sifat penting pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode prakiraan sifat penting dampak yang
digunakan dengan DPH yang akan diprakirakan.
6. Kolom (7)
a. Dipetik dari sub bagian metode studi sub bagian metode evaluasi secara
holistik pada KA.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi, dan kedalaman metode evaluasi secara holistik yang
digunakan.
7. Kolom (8)
a. Uraian mengenai rona lingkungan hidup secara rinci dan mendalam di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Dapat dipetik dari bagian deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
kemutakhiran dan relevansi data dan informasi mengenai rona
lingkungan hidup awal.
8. Kolom (9)
a. Dipetik dari bagian prakiraan dampak pada dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai apakah analisis
yang disampaikan dalam bagian ini telah memastikan prakiraan
besaran dampak menggunakan metode prakiraan besaran dampak
24
Halaman 252

yang sahih sebagaimana termaktub dalam dokumen KA dan dilakukan


sesuai dengan kaidah prakiraan besaran dampak.
9. Kolom (10)
a. Dipetik dari bagian prakiraan pada dampak dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai apakah analisis
yang disampaikan dalam bagian ini telah memastikan prakiraan sifat
penting dampak menggunakan metode prakiraan sifat penting dampak
dan dilakukan sesuai dengan kaidah prakiraan sifat penting dampak
sebagaimana termaktub dalam dokumen KA
10. Kolom (11)
a. Dipetik dari bagian evaluasi secara holistik terhadap dampak
lingkungan pada dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan dan
kedalaman analisis mengenai:
1) hasil telaahan keterkaitan dan interaksi DPH;
2) telahaan yang menjadi dasar perumusan arahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang menjadi dasar bagi
penyusunan RKL-RPL yang lebih detil atau rinci dan operasional;
3) kesimpulan kelayakan lingkungan hidup atas rencana usaha
dan/atau kegiatan yang dikaji, dengan mempertimbangkan kriteria
kelayakan.
11. Kolom (12)
a. Dipetik dari matriks rencana pengelolaan lingkungan hidup dokumen
RKL.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai:
1) apakah setiap rumusan bentuk pengelolaan lingkungan hidup
terhadap setiap dampak lingkungan telah sesuai dengan kaidah
pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar untuk kegiatan
yang dimaksud
2) apakah setiap bentuk pengelolaan lingkungan hidup memastikan
upaya tersebut dapat mengurangi atau menanggulangi dampak
penting negatif dan meningkatkan dampak penting positif
12. Kolom (13)
a. Dipetik dari matriks rencana pemantauan lingkungan hidup dokumen
RKL.
b. Catatan diisi dengan catatan/komentar mengenai:
1) apakah setiap rumusan bentuk pemantauan lingkungan hidup
terhadap dampak lingkungan dilakukan sesuai dengan kaidah
pemantauan lingkungan hidup yang baik dan benar untuk kegiatan
yang dimaksud;
2) frekuensi pemantauan untuk masing-masing dampak lingkungan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan untuk melakukan pemantauan
terhadap masing-masing dampak lingkungan.
13. Kolom (14)
a. Dipetik dari RKL-RPL.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai kesesuaian hasil
identifikasi jenis Izin PPLH yang diperlukan oleh pemrakarsa.

25
Halaman 253

Contoh tabel yang sudah diisi:

No

(1)
1.

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
(2)
Penurunan
kualitas air
sungai akibat
pembuangan
limbah cair
dari industri
kelapa sawit

Metode
Pengumpulan
Data
(3)
a. SNI
6989.57:200
8 (untuk
parameter
kualitas air
sungai untuk
parameter:
1) BOD5
2) COD
3) TSS
4) Minyak
dan Lemak
5) pH
b. Data
sekunder
atau primer
untuk data
terkait
sungai:
1) Panjang,
lebar, dan
kedalaman
2) Kecepatan
arus
3) Debit
4) dll.
c. Data
sekunder
dari hasil
studi
kelayakan
teknis untuk
data volume
limbah cair
kelapa sawit
yang akan
dibuang ke
sungai

Kerangka Acuan (KA)


Metode
Metode
Prakiraan
Metode
Prakiraan Sifat
Besaran
Analisa Data
Penting
Dampak
Dampak
Penting
(4)
(5)
(6)
6 kriteria
a. SNI 06Menghitung
dampak
2530-1991 perubahan
penting pada
b. SNI 06konsentrasi
Keputusan
6989.15polutan di
2004
suatu rentang Kepala Bapedal
056/1994
c. SNI 06waktu
6989.03(dC/dt)
2004
menggunakan
d. SNI 06persamaan:
6989.102004
e. SNI 066989.11Digunakan
2004
pula model
neraca massa
yaitu:

Andal, RKL RPL


Metode
Evaluasi
Secara
Holistik
(7)
Matrik
Leopold yang
dimodifikasi

Prakiraan Dampak
Rona
Lingkungan
Awal
(8)

a. Kualitas
air sungai
untuk
parameter:
1) BOD5,
[4,1
ppm]
2) COD,
[32
ppm]
3) TSS,
[299
ppm]
4) Minyak
dan
Lemak,
[nihil]
5) pH [6,6]
b. Data
terkait
sungai
Data fisik
sungai
tidak ada
c. Volume
limbah
cair kelapa
sawit yang
akan
dibuang ke
sungai
Data
proyeksi
volume
limbah
cair tidak
ada

Besaran
(9)
Dalam
prakiraan
besaran
dampak
disampaikan
perubahan
kualitas air
sungai:
1) BOD5,[4,1
5,7
ppm]
2) COD, [152
174
ppm]
3) TSS, [299
313
ppm]
4) Minyak
dan
Lemak,
[nihil
0,07 ppm]
5) pH [6,6
6,6]

Sifat
Penting
(10)
Dalam
dokumen
hanya
disebutkan
dampak
bersifat
penting,
tanpa ada
penjelasan
dan
justifikasi
dasar
penetapan
pentingnya
dampak
tersebut

Evaluasi
Dampak Secara
Holistik
(11)
Evaluasi
dampak
menggunakan
matrik Leopold
yang
dimodifikasi,
tetapi tidak
dijelaskan
sumber angkaangka indeks
yang digunakan
dalam matrik
tersebut. Dalam
dokumen hanya
diberikan
penjelasan
bahwa besaran
dampak dibagi
menjadi:
kecil = 1,
sedang = 3,
besar = 5,
tidak penting =
1
penting sedang
= 3, dan
sangat penting =
5.

RKL

RPL

(12)
Pengelolaan
limbah cair
operasi
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
akan
dilakukan
dengan IPAL
(instalasi
pengolahan
air limbah)
sesuai
dengan baku
mutu
pengelolaan
limbah cair
untuk
industri
kelapa sawit

(13)
Pemantauan
akan
dilakukan di
hulu dan di
hilir titik
pembuangan
air limbah
dan pada
outlet
pembuangan
limbah cair di
sungai untuk
parameter:
1) BOD5,
2) COD,
3) TSS,
4) Minyak dan
Lemak,
5) pH

Jenis Izin PPLH


yang diperlukan
(14)
Memerlukan izin
pembuangan
limbah cair ke
sungai

Pemantauan
dilakukan
sebulan 1
(satu) kali.
Peta dan titik
pemantauan
terlampir.

26
Halaman 254

No

2.

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Metode
Pengumpulan
Data

Catatan:

Catatan:

Penurunan
kualitas
udara
ambient
akibat
pembakaran
cangkang
kosong dari
industri
kelapa sawit

Tidak
disebutkan
parameter atau
data yang
dikumpulkan,
dan metode
pengumpulan
data untuk
kualitas udara
ambien untuk
parameter:
1) debu;
2) Sox;
3) Nox.

Kerangka Acuan (KA)


Metode
Metode
Prakiraan
Metode
Prakiraan Sifat
Besaran
Analisa Data
Penting
Dampak
Dampak
Penting
Catatan:
Catatan:
Catatan:

Tidak
disebutkan
parameter
atau data
yang
dianalisis,
dan metode
analisis data

Metode
Gaussian
untuk
memprediksi
persebaran
emisi

6 kriteria
dampak
penting

Andal, RKL RPL


Metode
Evaluasi
Secara
Holistik
Catatan:
Indeks
besaran dan
sifat penting
dampak
(magnitude
and
importance)
yang
digunakan
dalam
matriks
Leopold
termodifikasi
harus
dinyatakan
secara jelas
berikut
landasan
ilmiahnya

Prakiraan Dampak
Rona
Lingkungan
Awal
Catatan:
Prakiraan
besaran
dampak tidak
menggunakan
prinsip
prakiraan
besaran
dampak, yaitu
membandingk
an perubahan
kualitas
lingkungan
dengan dan
tanpa proyek
(with vs
without
project).

Besaran
Catatan:

Sifat
Penting
Catatan:

Evaluasi
Dampak Secara
Holistik
Catatan:

RKL

Catatan:

RPL

Catatan:
Dalam
dokumen
tidak
disebutkan
parameter
biologis yang
dipantau,
sedangkan ini
penting untuk
memantau
perubahan
kualitas air
sungai

Jenis Izin PPLH


yang diperlukan
Catatan:

Matrik
Leopold yang
dimodifikasi

Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode

27
Halaman 255

No

Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)

Metode
Pengumpulan
Data

Kerangka Acuan (KA)


Metode
Metode
Prakiraan
Metode
Prakiraan Sifat
Besaran
Analisa Data
Penting
Dampak
Dampak
Penting

Andal, RKL RPL


Metode
Evaluasi
Secara
Holistik

Prakiraan Dampak
Rona
Lingkungan
Awal

Besaran

Sifat
Penting

Evaluasi
Dampak Secara
Holistik

RKL

RPL

Catatan:

Catatan:

Jenis Izin PPLH


yang diperlukan

pengumpulan
data terkait
angin:
1) Arah angin;
2) Kecepatan
angin;
3) Kelembaban;
4) dll
Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
pengumpulan
data Kecepatan
dan konsentrasi
pencemar yang
akan
diemisikan dari
pembakaran
cangkang
kosong dari
industri kelapa
sawit
Catatan:
Dalam
dokumen
tidak jelas
paramater
emisi akibat
pembakaran
cangkang
kosong

Catatan:
Parameter dan
data tersebut di
atas tidak
termaktub
dalam dokumen

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

Catatan:

28
Halaman 256

E. PANDUAN PENILAIAN AMDAL RINCI (PANDUAN 05)


Panduan penilaian amdal rinci ini adalah alat bantu bagi Tim Teknis dan
anggota KPA untuk memberikan gambaran untuk mempermudah
pengambilan keputusan:
1. persetujuan KA atau penolakan KA; dan
2. rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup.
Dalam hal hasil panduan penilaian amdal rinci ini memberikan kesimpulan
bahwa seluruh pertanyaan tersebut mendapatkan jawaban ya, hal ini
bukan berarti bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan yang dinilai
amdalnya pasti layak lingkungan.
Keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup merupakan
wewenang penuh dari Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
PANDUAN PENILAIAN RINCI DOKUMEN KA
No.
1.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah dokumen KA
terdiri atas muatan
dokumen sesuai dengan
Lampiran I Peraturan
Menteri LH Nomor 16
Tahun 2012?

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak

(terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Pelingkupan
c. Metode Studi
d. Daftar Pustaka
e. Lampiran)
2.

Apakah dalam muatan


Pendahuluan telah
disajikan informasi
mengenai latar belakang
dilaksanakannya
rencana usaha dan/atau
kegiatan?

Ya
Tidak

(Perhatikan bahwa
informasi mengenai latar
belakang ini wajib berisi
uraian tentang:
a. Justifikasi
dilaksanakannya
rencana usaha
dan/atau kegiatan,
termasuk penjelasan
mengenai
persetujuan prinsip
yang menyatakan
bahwa jenis usaha
kegiatan tersebut
secara prinsip dapat
dilakukan dari pihak
yang berwenang.
Bukti formal atas
persetujuan prinsip
tersebut wajib

29
Halaman 257

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

No.

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

dilampirkan;
b. alasan mengapa
rencana usaha
dan/atau kegiatan
ini wajib memiliki
Amdal dan
pendekatan studi
yang digunakan
(tunggal, terpadu,
atau kawasan); dan
c.

3.

alasan mengapa
rencana usaha
dan/atau kegiatan
ini dinilai oleh KPA
Pusat, Provinsi, atau
Kabupaten/Kota)

Apakah dalam muatan


Pendahuluan telah
disajikan informasi
mengenai tujuan
dilaksanakannya
rencana usaha dan/atau
kegiatan?

Ya
Tidak

(Perhatikan bahwa
informasi mengenai
tujuan ini wajib berisi
uraian tentang:
a. uraian umum
maupun rinci
mengenai tujuan
dilaksanakannya
rencana usaha
dan/atau kegiatan;
dan
b. justifikasi manfaat
dari rencana
kegiatan kepada
masyarakat sekitar
dan peranannya
terhadap
pembangunan
nasional dan daerah)
4.

Apakah dalam muatan


Pendahuluan telah
disajikan informasi
mengenai Pelaksana
Studi Amdal?
(Perhatikan bahwa
informasi mengenai
Pelaksana ini wajib
berisi uraian tentang:
a. Siapa yang bertindak
sebagai pemrakarsa
dan penanggung
jawab rencana usaha
dan/atau kegiatan;
dan
b. Siapa yang bertindak

Ya
Tidak
Rincian Bagian a. Pemrakarsa
Ya
Tidak
Rincian Bagian b. Pelaksana
Studi Amdal
a. Adakah deskripsi rinci
pelaksana studi amdal?
Ya
Tidak
b. Apakah terdapat keterangan
yang menjelasakan bahwa
penyusunan amdal
dilakukan sendiri oleh

Catatan:
a. Pada bagian b
dalam muatan ini
perlu
dicantumkan
lebih dulu
pernyataan
apakah
penyusunan
dokumen amdal
dilakukan sendiri
oleh pemrakarsa
atau meminta
bantuan kepada
pihak lain.
b. Apabila
pemrakarsa

30
Halaman 258

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
sebagai pelaksana
studi amdal yang
terdiri dari tim
penyusun dokumen
amdal, tenaga ahli
dan asisten
penyusun dokumen
amdal.

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan


pemrakarsa atau meminta
bantuan pihak lain?
Ya
Tidak
c. Apakah yang bertindak
sebagai tim penyusun terdiri
atas:
a) Ketua Tim, yang
memiliki sertifikat
kompetensi penyusun
Amdal Ketua Tim
Penyusun Amdal (KTPA);
b) Anggota Tim, minimal
dua orang yang memiliki
sertifikat kompetensi
penyusun Amdal
Anggota Tim Penyusun
Amdal (ATPA)?
(dengan dibuktikan pada
lampiran)
Ya
Tidak

Keterangan
meminta bantuan
kepada pihak lain,
harus
dicantumkan
apakah penyusun
amdal perorangan
atau yang
tergabung dalam
lembaga penyedia
jasa penyusunan
dokumen amdal.

(untuk pertanyaan ini, wajib


dicek kembali apakah
sertifikat yang dilampirkan
masih berlaku, pada
website:
www.kompetensilingkungan
.menlh.go.id dan
www.amdal.intakindo.org)
d. Apakah terdapat tenaga ahli
sebagai bagian dari
pelaksana studi amdal?
Ya
Tidak
e. Apabila penyusunan amdal
dilakukan dengan meminta
bantuan pihak lain, apakah
ada penjelasan mengenai
jenis pihak dimaksud?
(penyusun perorangan atau
LPJP/lembaga penyedia jasa
penyusunan)?
Ya
Tidak
f.

Apabila penyusunan amdal


dibantu oleh penyusun
perorangan, apakah telah
dilampirkan pula:
a) Tanda Bukti Registrasi
Penyusun Perorangan;
dan
b) Keputusan
Pembentukan Tim
Pelaksana Studi amdal
oleh pemrakarsa
Ya
Tidak

31
Halaman 259

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

(untuk pertanyaan ini, wajib


dicek kembali apakah tanda
bukti registrasi yang
dilampirkan masih berlaku,
pada website:
www.kompetensilingkungan
.menlh.go.id dan
www.amdal.intakindo.org)
g. Apabila penyusunan amdal
dibantu oleh LPJP, apakah
telah disampaikan pula
informasi mengenai nama
dan alamat lengkap
embaga/perusahaan
disertai nomor tanda bukti
registrasi kompetensi (dan
dilampiri dengan kopi tanda
bukti registrasi)?
Ya
Tidak
(untuk pertanyaan ini, wajib
dicek kembali apakah tanda
bukti registrasi yang
dilampirkan masih berlaku,
pada website:
www.kompetensilingkungan
.menlh.go.id dan
www.amdal.intakindo.org)
h. Apakah tenaga ahli yang
terlibat dalam penyusunan
amdal telah
mencukupi/relevan dengan
dampak penting hipotetik
yang menjadi kesimpulan
dari proses pelingkupan?
Ya
Tidak
5.

Apakah dalam muatan


Pelingkupan telah
disajikan informasi
mengenai Deskripsi rinci
atas rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
akan dikaji?
(Perhatikan bahwa
informasi mengenai
deskripsi rinci rencana
kegiatan ini wajib berisi
uraian tentang:
a. Status studi amdal,
apakah dilaksanakan
secara terintegrasi,
bersamaan atau
setelah studi
kelayakan teknis dan
ekonomis. Uraian ini
diperlukan sebagai
dasar untuk
menentukan
kedalaman informasi

Ya
Tidak
Rincian Bagian b. Kesesuaian
dengan rencana tata ruang
a. Adakah analisis spasial
yang menguraikan secara
singkat dan menyimpulkan
kesesuaian tapak proyek
dengan tata ruang?
(apakah seluruh tapak
proyek sesuai dengan tata
ruang, atau ada sebagian
yang tidak sesuai, atau
seluruhnya tidak sesuai)
Ya
Tidak
(catatan: Dalam hal masih
ada hambatan atau keraguraguan terkait informasi
kesesuaian dengan RTRW,
maka pemrakarsa dapat

32
Halaman 260

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
yang diperlukan
dalam kajian amdal.
b. Kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
dengan rencana tata
ruang sesuai
ketentuan peraturan
perundangan.
c. Deskripsi rencana
usaha dan/atau
kegiatan dengan
fokus kepada
komponenkomponen kegiatan
yang berpotensi
menyebabkan
dampak lingkungan
berdasarkan tahapan
kegiatan, termasuk
alternatifnya (jika
terdapat alternatifalternatif terhadap
rencana usaha
dan/atau kegiatan)
dan pengelolaan
lingkungan hidup
yang sudah
disiapkan/direncana
kan sejak awal
sebagai bagian dari
rencana kegiatan
(terintegrasi dalam
desain rencana
usaha dan/atau
kegiatan).

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

meminta bukti formal/fatwa


dari instansi yang
bertanggung jawab di
bidang penataan ruang
seperti BKPTRN atau
BKPRD, dan bukti ini wajib
dilampirkan)
b. Adakah analisis spasial
yang menguraikan secara
singkat dan menyimpulkan
kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan
dengan peta indikatif
penundaan izin baru (PIPIB)
yang tercantum dalam
Inpres Nomor 6 Tahun
2013, atau peraturan
revisinya?
Ya
Tidak
Rincian Bagian c. Deskripsi
Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan
a. Apakah dalam muatan
deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan telah
disampaikan deskripsi rinci
per tahapan kegiatan?
(termasuk di dalamnya
deskripsi kegiatan utama,
kegiatan pendukung,
beserta skala dan
besarannya)
Contoh:
Dapat digunakan sebagian
dari form informasi awal
rencana kegiatan
sebagaimana tercantum
dalam lampiran V
PERMENLH 05/2012
tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan
Wajib Amdal

b. Jika terdapat alternatifalternatif terhadap rencana


usaha dan/atau kegiatan,
apakah telah disampaikan

33
Halaman 261

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

pula informasi rinci


mengenai
bentuk-bentuk alternatif
yang digunakan, antara lain
alternatif lokasi,
penggunaan alat-alat
produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik, sarana
usaha dan/atau kegiatan,
tata letak bangunan, waktu,
durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya?
Ya
Tidak
c. Jika terdapat alternatif,
apakah telah disampaikan
penjelasan kerangka kerja
proses pemilihan alternatif
tersebut?
Ya
Tidak
(catatan: penjelasan
dimaksud terdiri atas:
1) Penjelasan dasar
pemikiran dalam
penentuan faktor-faktor
yang dipertimbangkan
dalam mengkaji
alternatif.
2) Penjelasan prosedur
yang akan digunakan
untuk melakukan
pemilihan terhadap
alternatif-alternatif yang
tersedia, termasuk cara
identifikasi, prakiraan
dan dasar pemikiran
yang digunakan untuk
memberikan
pembobotan, skala atau
peringkat serta caracara untuk
mengintepretasikan
hasilnya.
3) Penjelasan alternatifalternatif yang telah
dipilih yang akan dikaji
lebih lanjut dalam
Andal.
4) Pencantuman pustakapustaka yang akan atau
sudah digunakan
sebagai sumber
informasi dalam
pemilihan alternatif)
6.

Apakah dalam muatan


Pelingkupan telah
disajikan informasi
mengenai Deskripsi rona
lingkungan hidup awal
(environmental setting)?

Ya
Tidak
Rincian bagian a Komponen
Lingkungan Terkena Dampak:
a. Apakah informasi mengenai
komponen lingkungan

34
Halaman 262

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
(Perhatikan bahwa
informasi mengenai
Deskripsi rona
lingkungan hidup awal
ini wajib berisi uraian
tentang:
a. Komponen
lingkungan terkena
dampak
(komponen/features
lingkungan yang ada
disekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
serta kondisi
lingkungannya)
b. Usaha dan/atau
kegiatan yang ada di
sekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang diusulkan
beserta dampak yang
ditimbulkannya
terhadap lingkungan
hidup)

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

terkena dampak telah


menyampaikan mengenai
komponen/features
lingkungan yang ada
disekitar lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan
serta kondisi lingkungannya
yang pada dasarnya paling
sedikit memuat:
1) komponen geo-fisikkimia, seperti sumber
daya geologi, tanah, air
permukaan, air bawah
tanah, udara,
kebisingan, dan lain
sebagainya;
2) komponen biologi,
seperti vegetasi/flora,
fauna, tipe ekosistem,
keberadaan spesies
langka dan/atau
endemik serta
habitatnya, dan lain
sebagainya;
3) komponen sosioekonomi-budaya,
seperti tingkat
pendapatan, demografi,
mata pencaharian,
budaya setempat, situs
arkeologi, situs budaya
dan lain sebagainya;
4) komponen kesehatan
masyarakat, seperti
perubahan tingkat
kesehatan masyarakat
Ya
Tidak
b. Apabila terdapat alternatifalternatif lokasi rencana
kegiatan, apakah
disampaikan pula deskripsi
rona lingkungan hidup awal
untuk setiap alternatif
lokasi?
Ya
Tidak
Rincian bagian b Usaha
dan/atau Kegiatan lain yang
Ada di Sekitar
a. Apakah terdapat penjelasan
yang memberikan gambaran
utuh tentang kegiatankegiatan lain (yang sudah
ada di sekitar lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan) yang
memanfaatkan sumberdaya
alam dan mempengaruhi
lingkungan setempat?
Ya
Tidak

35
Halaman 263

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

b. Apakah terdapat
permasalahan tumpang
tindih lahan dengan
kegiatan-kegiatan lain yang
sudah ada di lokasi rencana
kegiatan?
Ya
Tidak
(catatan: dalam hal terdapat
permasalahan tumpang
tindih lahan, sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu
di luar mekanisme amdal,
sebelum proses amdal dapat
dilanjutkan)
7.

Apakah dalam muatan


Pelingkupan telah
disajikan informasi
mengenai Analisis Hasil
pelibatan masyarakat?

Ya
Tidak
Rincian bagian analisis hasil
pelibatan masyarakat:
a. Apakah dalam bagian ini
terdapat uraian hasil proses
pelibatan masyarakat yang
diperlukan dalam proses
pelingkupan?
Ya
Tidak
(Perlu diingat bahwa saran,
pendapat dan tanggapan
yang diterima dari
masyarakat harus diolah
sebelum digunakan sebagai
input proses pelingkupan)
b. Apakah dilampirkan pula
Bukti pengumuman dan
hasil pelaksanaan
konsultasi publik?
Ya
Tidak
c. Apakah bukti pengumuman
dan hasil konsultasi publik
telah sesuai dengan
ketentuan yang diatur
dalam PERMENLH 17/2012
tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat
dalam Amdal dan Izin
Lingkungan?
Ya
Tidak
d. Apakah terdapat
kesimpulan mengenai hal
kunci (keypoints) yang
harus menjadi perhatian
bagi pengambil keputusan,
yaitu informasi apa yang
dibutuhkan oleh pengambil
keputusan terkait dengan
hasil pelibatan masyarakat?

36
Halaman 264

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak
(catatan:
beberapa contoh
kesimpulan hal kunci ini
antara lain:
1) Informasi deskriptif
tentang keadaan
lingkungan sekitar (ada
hutan bakau atau
banyak pabrik
membuang limbah ke
sungai X).
2) Nilai-nilai lokal terkait
dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
3) Kebiasaan adat
setempat terkait dengan
rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
4) Aspirasi masyarakat
terkait dengan rencana
usaha dan/atau
kegiatan yang
diusulkan, antara lain
kekhawatiran tentang
perubahan lingkungan
yang mungkin terjadi
(jangan sampai kita
kekurangan air atau
tidak senang adanya
tenaga kerja dari luar);
dan harapan tentang
perbaikan lingkungan
atau kesejahteraan
akibat adanya rencana
kegiatan (minta
disediakan air bersih
atau minta pemuda
setempat
diperkerjakan))
8.

Apakah dalam muatan


Pelingkupan telah
disajikan uraian
mengenai Proses
Penentuan Dampak
Penting Hipotetik (DPH)?

Ya
Tidak
Rincian bagian proses
penentuan DPH:
a. Apakah terdapat proses
identifikasi dampak
potensial beserta uraian
analisisnya?
Ya
Tidak
b. Apakah terdapat hasil
identifikasi dampak
potensial berupa daftar
dampak potensial?
Ya
Tidak
c. Apakah seluruh dampak

37
Halaman 265

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

potensial yang mungkin


timbul atas adanya rencana
usaha dan/atau kegiatan
telah diidentifikasi?
Ya
Tidak
(catatan: Pada tahapan ini
hanya diinventarisasi
dampak potensial yang
mungkin akan timbul tanpa
memperhatikan
besar/kecilnya dampak,
atau penting tidaknya
dampak. Dengan demikian
pada tahap ini belum ada
upaya untuk menilai
apakah dampak potensial
tersebut merupakan
dampak penting atau tidak)
d. Apakah terdapat proses
evaluasi dampak potensial
beserta uraian analisisnya
untuk setiap dampak
potensial yang dievaluasi?
Ya
Tidak
e. Apakah dalam proses
evaluasi dampak potensial
telah dijelaskan mengenai
dasar penentuan bagaimana
suatu dampak potensial
dapat disimpulkan menjadi
dampak penting hipotetik
(DPH) atau tidak?
Ya
Tidak
f.

Apakah dalam melakukan


evaluasi dampak potensial
juga digunakan kriteria
yaitu dengan menguji
apakah pihak pemrakarsa
telah berencana untuk
mengelola dampak tersebut
dengan cara-cara yang
mengacu pada Standar
Operasional Prosedur (SOP)
tertentu, pengelolaan yang
menjadi bagian dari rencana
kegiatan, panduan teknis
tertentu yang diterbitkan
pemerintah dan/atau
standar internasional, dan
lain sebagainya?
Ya
Tidak

g. Apakah dalam proses


evaluasi dampak potensial
telah dijelaskan alasanalasan dengan dasar
argumentasi yang kuat

38
Halaman 266

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

terhadap setiap dampak


potensial yang tidak dikaji
lebih lanjut dalam Andal
(tidak menjadi DPH)?
Ya
Tidak
h. Apakah terdapat daftar
kesimpulan dampak
penting hipotetik (DPH)
sebagai keluaran dari proses
penentuan DPH?
Ya
Tidak
i.

9.

Apakah dalam muatan


Pelingkupan telah
disajikan penjelasan
mengenai Proses
penentuan Batas
Wilayah Studi dan Batas
Waktu Kajian?

Apakah seluruh DPH yang


disimpulkan relevan dengan
dan merepresentasikan
input-input proses
pelingkupan yaitu:
a. Deskripsi kegiatan
b. Deskripsi rona
lingkungan hidup awal
c. Hasil Pelibatan
Masyarakat?
Ya
Tidak

Ya
Tidak
Rincian bagian proses
penentuan batas wilayah studi:
a. Apakah dalam bagian ini
disampaikan mengenai
proses penentuan batas
terluar dari hasil tumpang
susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis,
sosial dan administratif
setelah mempertimbangkan
kendala teknis yang
dihadapi?
Ya
Tidak
b. Apakah dalam bagian ini
disajikan penentuan
masing-masing batas
wilayah (proyek, ekologis,
sosial dan administratif)
yang dilengkapi dengan
justifikasi ilmiah yang kuat?
Ya
Tidak
c. Apakah bagian ini juga
dilengkapi dengan peta
batas wilayah studi yang
merupakan hasil tumpang
susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis,
sosial dan administratif?
Ya
Tidak

Halaman 267

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

(catatan: peta batas wilayah


studi dan 4 peta unsur
pembentuknya tidak harus
dalam peta terpisah
maupun dalam satu peta
gabungan, melainkan
disesuaikan dengan
kebutuhan dengan
menekankan pada tampilan
yang informatif, sesuai
dengan kaidah kartografi
dan bermanfaat bagi proses
pengambilan keputusan)
Rincian bagian proses
penentuan batas waktu kajian:
a. Apakah terdapat
uraian/penjelasan yang
menyimpulkan mengenai
batas waktu kajian untuk
setiap DPH?
Ya
Tidak
(catatan: Setiap dampak
penting hipotetik yang dikaji
memiliki batas waktu kajian
tersendiri. Penentuan batas
waktu kajian ini selanjutnya
digunakan sebagai dasar
untuk melakukan
penentuan perubahan rona
lingkungan tanpa adanya
rencana usaha dan/atau
kegiatan atau dengan
adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan)
b. Apakah dalam bagian ini
telah disampaikan
justifikasi penentuan batas
waktu kajian untuk setiap
DPH?
Ya
Tidak
c. Apakah batas waktu kajian
yang disampaikan relevan
dengan input-input
pelingkupan (deskripsi
kegiatan, deksripsi rona
lingkungan, dan hasil
pelibatan masyarakat)?
Ya
Tidak
10.

Apakah dalam muatan


Pelingkupan juga
dilengkapi dengan tabel
ringkasan proses
pelingkupan?

Ya
Tidak
(catatan: contoh tabel ringkasan
proses pelingkupan terdapat
pada Lampiran I PERMENLH
16/2012)

Halaman 268

No.
11.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah dalam muatan
Metode Studi telah
disajikan penjelasan dan
informasi mengenai:
a. Metode
pengumpulan dan
analisis data yang
akan digunakan
b. Metode prakiraan
dampak penting
yang akan
digunakan
c. Metode evaluasi
secara holistik
terhadap dampak
lingkungan?

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak
Rincian bagian metode
pengumpulan dan analisis data:
a. Apakah pada bagian ini
telah dicantumkan secara
jelas metode yang
digunakan dalam proses
pengumpulan data berikut
dengan jenis peralatan,
instrumen, dan tingkat
ketelitian alat yang
digunakan dalam
pengumpulan data?
Ya
Tidak
b. Apakah pada bagian ini
telah diuraikan metode yang
digunakan untuk
menganalisis data hasil
pengukuran dengan
mencantumkan jenis
peralatan, instrumen, dan
rumus yang digunakan
dalam proses analisis data?
Ya
Tidak
(catatan: metode pengumpulan
dan analisis data wajib
disajikan untuk setiap DPH
yang akan dikaji dalam Andal)
c. Apakah pada bagian ini
menjelaskan jumlah dan
lokasi pengambilan sampel?
Ya
Tidak
d. Apakah pada bagian ini
menjelaskan alasan
Penetapan Titik Sampling?
Ya
Tidak
e. Apakah pada bagian ini
disampaikan peta titik
sampling yang di-overlaykan dengan batas wilayah
studi (batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, batas
administrasi)?
Ya
Tidak
f.

Untuk aspek sosial,


ekonomi, budaya dan
kesehatan,
a) Apakah menjelaskan
jumlah responden?
b) Apakah menjelaskan
justifikasi penetapan
jumlah responden?
c) Apakah metode yang

Halaman 269

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

digunakan?
Ya
Tidak
g. Apakah Parameter yang
dikumpulkan dan dianalisis
datanya sesuai dengan
dampak penting hipotetik?
Ya
Tidak
h. Apakah Metode/alat yang
digunakan sesuai dengan
parameter yang dianalisis?
Ya
Tidak
Rincian bagian Metode
prakiraan dampak penting yang
akan digunakan:
a. Apakah pada bagian ini
telah diuraikan metode
prakiraan dampak penting
yang digunakan untuk
memprakirakan besaran
dan sifat penting dampak
dalam studi Andal untuk
masing-masing DPH?
Ya
Tidak
b. Untuk prakiraan dampak
dengan menggunakan
metode kuantitatif, apakah
Benar dapat digunakan
untuk DPH yang dapat
dikuantifikasikan?
Ya
Tidak
c. Apabila menggunakan
metode analogi, apakah
menjelaskan kegiatan yang
dianalogikan dan lokasi
kegiatan tersebut?
Ya
Tidak
d. Terkait angka 3 di atas,
apakah kegiatan dan lokasi
tersebut dapat
dianalogikan?
Ya
Tidak
e. Apabila menggunakan
metode penilaian ahli,
apakah tenaga ahli tersebut
sesuai dengan keahliannya?
Ya
Tidak
f.

Untuk penentuan sifat


penting dampak, apakah
menggunakan kriteria
penentuan dampak penting
pada:

Halaman 270

No.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

a. KEPKABAPEDAL
056/1994;
b. UU 32/2009;
c. PP 27/2012; atau
d. Kriteria lain?
Ya
Tidak
g. Terkait dengan nomor 6 di
atas, apabila menggunakan
kriteria lain, apakah
menjelaskan kriterianya?
Ya
Tidak
Rincian bagian Metode evaluasi
secara holistik terhadap
dampak lingkungan
a. Apakah pada bagian ini
telah diuraikan metode yang
akan digunakan dalam
studi Andal untuk
mengevaluasi keterkaitan
dan interaksi dampak
lingkungan yang
diprakirakan timbul
(seluruh dampak penting
hipotetik) secara
keseluruhan dalam rangka:
a) penentuan karakteristik
dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan
secara total terhadap
lingkungan hidup; dan
b) menentukan kelayakan
atau ketidaklayakan
lingkungan hidup?
Ya
Tidak
b. Jika pada bagian ini
disampaikan akan
digunakan metode matriks
evaluasi holistik, apakah
disampaikan nama metode
dan cara penggunaan
metodenya (Leopold, Lohani
Than, Fisher Davis, dll)?
Ya
Tidak
c. Jika pada bagian ini
disampaikan bahwa akan
digunakan metode evaluasi
holistik berupa matriks
evaluasi, Apakah telah
dijelaskan pula indeks skala
kualitas lingkungan untuk
masing-masing komponen
lingkungan (termasuk tiap
parameter)?
Ya
Tidak
d. Terkait dengan angka 3 di
atas, Apakah telah

Halaman 271

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

No.

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

dijelaskan pula referensi


yang digunakan untuk
indeks skala kualitas
lingkungan?
Ya
Tidak
12.

Apakah dalam muatan


Metode Studi telah
dilengkapi pula dengan
tabel ringkasan metode
studi?

Ya
Tidak
(catatan: contoh tabel ringkasan
proses metode studi terdapat
pada Lampiran I Permen LH
16/2012)

13.

Apakah dalam muatan


Daftar Pustaka telah
diuraikan pustaka atau
literatur yang digunakan
untuk keperluan
penyusunan dokumen
KA?

Ya
Tidak

14.

Apakah dalam muatan


Daftar Pustaka
disampaikan pustaka
atau literatur yang
relevan atau sesuai
dengan uraian dalam
dokumen KA?

Ya
Tidak

15.

Apakah penulisan
muatan Daftar Pustaka
sesuai dengan kaidah
penulisan kepustakaan
ilmiah yang mutakhir?

Ya
Tidak

16.

Apakah dalam muatan


Lampiran telah
dilampirkan informasi
tambahan sebagai
berikut:
a. Bukti Formal yang
menyatakan bahwa
jenis usaha kegiatan
tersebut secara
prinsip dapat
dilakukan;

Ya
Tidak

b.

copy sertifikat
kompetensi
penyusun Amdal;

Ya
Tidak

c.

copy tanda registrasi


lembaga penyedia
jasa penyusunan
(LPJP) Amdal untuk
dokumen Amdal
yang disusun oleh
LPJP atau tanda
registrasi penyusun
perorangan, untuk
dokumen amdal
yang disusun oleh
tim penyusun
perorangan;

Ya
Tidak

Halaman 272

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

No.

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

d.

Keputusan
Pembentukan Tim
Pelaksana Studi
Amdal, untuk
dokumen amdal
yang disusun oleh
tim penyusun
perorangan;

Ya
Tidak

e.

biodata singkat
personil penyusun
Amdal;

Ya
Tidak

f.

surat pernyataan
bahwa personil
tersebut benarbenar melakukan
penyusunan dan
ditandatangani di
atas materai;

Ya
Tidak

g.

Informasi detail lain


mengenai rencana
kegiatan (jika
dianggap perlu);

Ya
Tidak

h.

bukti formal bahwa


rencana lokasi
Usaha dan/atau
Kegiatan telah
sesuai dengan
rencana tata ruang
yang berlaku
(kesesuaian tata
ruang ditunjukkan
dengan adanya
surat dari Badan
Koordinasi
Perencanaan Tata
Ruang Nasional
(BKPTRN), atau
instansi lain yang
bertanggung jawab
di bidang penataan
ruang);

Ya
Tidak

i.

Data dan informasi


mengenai rona
lingkungan hidup,
antara lain berupa
tabel, data, grafik,
foto rona lingkungan
hidup, jika
diperlukan;

Ya
Tidak

j.

Bukti pengumuman
studi Amdal;

Ya
Tidak

k.

Butir-butir penting
hasil pelibatan
masyarakat yang
antara lain dapat
berupa:
1) hasil konsultasi
publik;
2) diskusi dengan
pihak-pihak

Ya
Tidak

Keterangan

Halaman 273

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

No.

Hasil Penilaian/ Pemeriksaan

Keterangan

yang terlibat;
dan
3) pengolahan data
hasil konsultasi
publik; dan
l.

Data dan informasi


lain yang dianggap
perlu

Ya
Tidak

Halaman 274

PENILAIAN RINCI ANDAL


No.
1.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah dokumen Andal
terdiri atas muatan
dokumen sesuai dengan
Lampiran II Peraturan
Menteri LH Nomor 16
Tahun 2012?

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak

(terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Deskripsi Rinci Rona
Lingkungan Hidup
Awal
c. Prakiraan Dampak
Penting
d. Evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan
e. Daftar Pustaka
f. Lampiran)
2.

Apakah dalam muatan


Pendahuluan telah
disajikan informasi
mengenai:
a. ringkasan deskripsi
rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak
penting hipotetik
yang ditelaah/dikaji;
c. batas wilayah studi
dan Batas waktu
kajian

Ya
Tidak

3.

Apakah dalam sub


muatan ringkasan
deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan telah
menguraikan secara
singkat mengenai
deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan
dengan fokus pada
komponen-komponen
kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak
lingkungan, berikut
alternatif-alternatif dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut jika
ada?

Ya
Tidak

Catatan:
perlu diingat bahwa
uraian ini disampaikan
dengan mengacu pada
proses pelingkupan yang
tercantum dalam
dokumen KA
4.

Apakah dalam sub


muatan Ringkasan
Dampak Penting

Ya
Tidak

Halaman 275

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

Hipotetik yang Ditelaah


telah diuraikan secara
singkat mengenai daftar
dampak penting
hipotetik (DPH) yang
akan dikaji dalam
dokumen Andal
mengacu pada hasil
pelingkupan dalam
dokumen KA?
Catatan:
Uraian singkat tersebut
agar dilengkapi dengan
bagan alir proses
pelingkupan
5.

Apakah dalam sub


muatan Batas wilayah
studi dan batas waktu
kajian, telah diuraikan
mengenai:
a. wilayah studi dan
menampilkannya
dalam bentuk peta
atau data informasi
spasial batas wilayah
studi yang dapat
menggambarkan
batas wilayah proyek,
ekologis, sosial dan
administratif dengan
mengacu pada hasil
pelingkupan dalam
dokumen KA
b. batas waktu kajian
yang akan digunakan
dalam melakukan
prakiraan setiap
dampak penting
hipotetik yang akan
dikaji dalam Andal
dengan mengacu
pada batas waktu
kajiaan hasil
pelingkupan?

Ya
Tidak

6.

Apakah dalam muatan


Deskripsi Rinci Rona
Lingkungan Hidup Awal
telah disajikan informasi
mengenai rona
lingkungan hidup
(environmental setting)
secara rinci dan
mendalam di lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, yang
mencakup:
a. Komponen
lingkungan terkena
dampak dari rencana
usaha dan/atau
kegiatan

Ya
Tidak
Catatan:
a. Uraian rona lingkungan
hidup awal pada dasarnya
memuat data dan informasi
dalam wilayah studi yang
relevan dengan dampak
penting yang akan dikaji
dan proses pengambilan
keputusan atas rencana
usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan.
b. Data dan informasi rinci
terkait dengan rona
lingkungan hidup dimaksud

Halaman 276

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa
(komponen/features
lingkungan yang ada
disekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
serta kondisi
lingkungannya); dan
b. Usaha dan/atau
kegiatan yang ada di
sekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang diusulkan
beserta dampak yang
ditimbulkannya
terhadap lingkungan
hidup?

7.

Apakah dalam sub


muatan mengenai
Komponen lingkungan
terkena dampak dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan telah memuat
informasi mengenai
komponen lingkungan
yang paling sedikit
mencakup:
a. komponen geo-fisikkimia, seperti sumber
daya geologi, tanah,
air permukaan, air
bawah tanah, udara,
kebisingan, dan lain
sebagainya.
b. komponen biologi,
seperti vegetasi/flora,
fauna, tipe
ekosistem,
keberadaan spesies
langka dan/atau
endemik serta
habitatnya, dan lain
sebagainya.
c. komponen sosioekonomi-budaya,
seperti tingkat
pendapatan,
demografi, mata
pencaharian, budaya
setempat, situs
arkeologi, situs
budaya dan lain
sebagainya.

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

dapat disampaikan dalam


lampiran.
c. Dalam hal terdapat
beberapa alternatif lokasi,
maka uraian rona
lingkungan hidup awal
tersebut dilakukan untuk
masing-masing alternatif
lokasi tersebut.
d. Uraian rona lingkungan
hidup sedapat mungkin
agar menggunakan data
runtun waktu (time series).
e. komponen lingkungan
hidup yang memiliki arti
ekologis dan ekonomis perlu
mendapat perhatian.
f. Uraian rona lingkungan
hidup awal tersebut juga
dapat dilengkapi dengan
peta yang sesuai dengan
kaidah kartografi dan/atau
label dengan skala memadai
dan bila perlu dapat
dilengkapi dengan diagram,
gambar, grafik atau foto
sesuai dengan kebutuhan.
Ya
Tidak

Halaman 277

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

d. komponen kesehatan
masyarakat, seperti
perubahan tingkat
kesehatan
masyarakat
8.

9.

10.

Apakah dalam sub


muatan mengenai Usaha
dan/atau kegiatan yang
ada di sekitar lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan telah
memberikan gambaran
utuh tentang kegiatankegiatan lain (yang
sudah ada di sekitar
lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan) yang
memanfaatkan sumber
daya alam dan
mempengaruhi
lingkungan setempat?

Apakah dalam muatan


mengenai Prakiraan
Dampak Penting telah
disajikan proses analisis
dampak lingkungan yang
menghasilkan informasi
mengenai:
a. besaran dampak dan
b. sifat penting dampak
untuk setiap dampak
penting hipotetik (DPH)
yang dikaji?

Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan
memperhatikan
penggunaan data runtun

Ya
Tidak
Catatan:
a. Pada bagian ini penyusun
dokumen Amdal juga harus
menguraikan kondisi
kualitatif dan kuantitatif
berbagai sumberdaya alam
yang ada di wilayah studi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, baik yang sudah
atau yang akan
dimanfaatkan maupun yang
masih dalam bentuk
potensi.
b. Penyajian kondisi sumber
daya alam ini perlu
dikemukakan dalam peta
dan/atau label dengan skala
memadai dan bila perlu
harus dilengkapi dengan
diagram, gambar, grafik
atau foto sesuai dengan
kebutuhan.
Ya
Tidak
Catatan:
a. dalam bagian ini, penyusun
dokumen Amdal
menguraikan hasil
prakiraan secara cermat
mengenai besaran dan sifat
penting dampak untuk
setiap dampak penting
hipotetik (DPH) yang dikaji.
b. Perhitungan dan analisis
prakiraan dampak penting
hipotetik tersebut
menggunakan metode
prakiraan dampak yang
tercantum dan disetujui
dalam kerangka acuan.
c. Ringkasan dasar-dasar
teori, asumsi-asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil
perhitungan-perhitungan
yang digunakan dalam
prakiraan dampak, dapat
dilampirkan sebagai bukti.
Ya
Tidak

Halaman 278

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

waktu (time series) yang


menunjukkan
perubahan kualitas
lingkungan dari waktu
ke waktu.
11.

Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan
cermat mengenai
besaran dampak penting
dari aspek biogeofisikkimia, sosial, ekonomi,
budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pascaoperasi usaha
dan/atau kegiatan
sesuai dengan jenis
rencana usaha dan/atau
kegiatannya?

Ya
Tidak

12.

Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan cara:
a. menganalisis
perbedaan antara
kondisi kualitas
lingkungan hidup
yang diprakirakan
dengan adanya
usaha dan/atau
kegiatan, dan kondisi
kualitas lingkungan
hidup yang
diprakirakan tanpa
adanya usaha
dan/atau kegiatan;
b. dalam batas waktu
kajian yang telah
ditetapkan; dan
c. dengan
menggunakan
metode prakiraan
dampak yang
disetujui dalam KA?

Ya
Tidak

13.

Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan telah
memperhatikan dampak
yang bersifat langsung
dan/atau tidak
langsung?

Ya
Tidak

Perlu diingat bahwa


terdapat mekanisme
aliran dampak pada
berbagai komponen
lingkungan hidup yang
perlu diperhatikan,
antara lain sebagai
berikut:

Catatan:
Dampak langsung adalah
dampak yang ditimbulkan
secara langsung oleh adanya
usaha dan/atau
kegiatan,sedangkan dampak
tidak langsung adalah dampak
yang timbul sebagai akibat
berubahnya suatu komponen
lingkungan hidup dan/atau
usaha atau kegiatan primer
oleh adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan

Halaman 279

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

a. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
b. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi;
c. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturutturut terhadap
komponen geofisikkimia dan biologi;
d. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturutturut terhadap
komponen biologi,
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
e. dampak penting
berlangsung saling
berantai di antara
komponen sosial,
ekonomi, budaya dan
kesehatan
masyarakat dan
geofisik-kimia dan
biologi itu sendiri;
f. dampak penting pada
huruf a sampai
dengan huruf e yang
telah diutarakan
selanjutnya
menimbulkan
dampak balik pada

Halaman 280

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

rencana usaha
dan/atau kegiatan.
14.

Apakah prakiraan
dampak penting
dilakukan untuk
masing-masing
alternatif, apabila
rencana usaha dan/atau
kegiatan masih berada
pada tahap pemilihan
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan?

Ya
Tidak

(beberapa contoh
alternatif yang mungkin
ada misalnya: alternatif
lokasi, penggunaan alatalat produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik,
sarana usaha dan/atau
kegiatan, tata letak
bangunan, waktu dan
durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya)
15.

Apakah prakiraan
dampak penting
dilakukan dengan
mengutamakan
penggunaan metodemetode formal secara
matematis, terutama
untuk dampak-dampak
penting hipotetik yang
dapat dikuantifikasikan?

Ya
Tidak

Perlu diingat bahwa


penggunaan metode non
formal hanya dilakukan
bilamana dalam
melakukan analisis
tersebut tidak tersedia
formula-formula
matematis atau hanya
dapat didekati dengan
metode non formal.
16.

Apakah yang
diprakirakan dampaknya
konsisten dengan
Dampak Penting
Hipotetik (termasuk
sumber dampaknya)?

Ya
Tidak

17.

Apakah dalam muatan


Evaluasi secara holistik
terhadap dampak
lingkungan telah
dilakukan proses
evaluasi holistik dengan:
a. menguraikan hasil
evaluasi atau
telaahan keterkaitan

Ya
Tidak

Halaman 281

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

dan interaksi seluruh


dampak penting
hipotetik (DPH)
dalam rangka
penentuan
karakteristik dampak
rencana usaha
dan/atau kegiatan
secara total terhadap
lingkungan hidup;
b. menggunakan
metode evaluasi
dampak yang
tercantum dan
disetujui dalam
kerangka acuan; dan
c. dilakukan evaluasi
untuk masingmasing alternatif,
apabila rencana
usaha dan/atau
kegiatan masih
berada pada
pemilihan alternatif
18.

Jika kajian Andal


memberikan beberapa
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan, apakah dalam
muatan evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan
telah diuraikan dan
diberikan rekomendasi
pilihan alternatif terbaik
serta dasar
pertimbangan pemilihan
alternatif terbaik
tersebut?

Ya
Tidak

19.

Apakah dalam muatan


Evaluasi secara holistik
terhadap dampak
lingkungan telah
menghasilkan
kesimpulan mengenai:
a. Bentuk hubungan
keterkaitan dan
interaksi DPH
beserta
karakteristiknya
antara lain seperti
frekuensi terjadi
dampak, durasi dan
intensitas dampak,
yang pada akhirnya
dapat digunakan
untuk menentukan
sifat penting dan
besaran dari
dampak-dampak
yang telah
berinteraksi pada

Ya
Tidak

Halaman 282

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

ruang dan waktu


yang sama.
b. Komponenkomponen rencana
usaha dan/atau
kegiatan yang paling
banyak
menimbulkan
dampak lingkungan.
c. Area-area yang perlu
mendapat perhatian
penting (area of
concerns) beserta
luasannya (lokal,
regional, nasional,
atau bahkan
international lintas
batas negara), antara
lain sebagai contoh
seperti:
1) area yang
mendapat
paparan dari
beberapa dampak
sekaligus dan
banyak dihuni
oleh berbagai
kelompok
masyarakat;
2) area yang
rentan/rawan
bencana yang
paling banyak
terkena berbagai
dampak
lingkungan;
dan/atau
3) kombinasi dari
area
sebagaimana
dimaksud pada
angka 1) dan
angka 2) atau
lainnya.
20.

Apakah dalam muatan


evaluasi secara holistik
terhadap dampak
lingkungan, penyusun
dokumen Amdal telah
melakukan telahaan atas
berbagai opsi
pengelolaan dampak
lingkungan yang
mungkin dilakukan?

Ya
Tidak

Catatan:
Telahaan dimaksud
dilakukan dengan cara
meninjau dari
ketersediaan opsi
pengelolaan terbaik (best
available technology),
kemampuan pemrakarsa

Halaman 283

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

untuk melakukan opsi


pengelolaan terbaik (best
achievable technology)
dan relevansi opsi
pengelolaan yang
tersedia dengan kondisi
local.
21.

Apakah dalam muatan


evaluasi secara holistik
terhadap dampak
lingkungan telah
disajikan rumusan
arahan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan
hidup yang menjadi
dasar bagi penyusunan
RKL-RPL yang lebih
detail/rinci dan
operasional?

Ya
Tidak
Catatan:
Perlu diingat bahwa arahan
pengelolaan dilakukan terhadap
seluruh komponen kegiatan
yang menimbulkan dampak,
baik komponen kegiatan yang
paling banyak memberikan
dampak turunan (dampak yang
bersifat strategis) maupun
komponen kegiatan yang tidak
banyak memberikan dampak
turunan. Arahan pemantauan
dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk
digunakan sebagai indikator
untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan
(trendline) dan tingkat kritis
(critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.

22.

Apakah dalam muatan


evaluasi secara holistik
terhadap dampak
lingkungan,
pemrakarsa/penyusun
Amdal dapat
menyimpulkan atau
memberikan pernyataan
kelayakan lingkungan
hidup atas rencana
usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji,
dengan
mempertimbangkan
kriteria kelayakan
lingkungan hidup?

Ya
Tidak

23.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa rencana tata
ruang sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan?

Ya
Tidak

Catatan:
a. Perlu diingat bahwa
penyusun amdal

Pertanyaaan rincian nomor 23:


a. Apakah lokasi tapak
proyek rencana usaha
dan/atau kegiatan telah
sesuai dengan RTRW yang
berlaku sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan?;
Ya
Tidak
Catatan:
1) Telahaan mengenai
benar tidaknya

Halaman 284

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

harus:
1) Menyimpulkan
kesesuaian tapak
proyek dengan
tata ruang
apakah seluruh
tapak proyek
sesuai dengan
tata ruang, atau
ada sebagian
yang tidak
sesuai, atau
seluruhnya tidak
sesuai
(Dalam hal masih
ada hambatan
atau keraguraguan terkait
informasi
kesesuaian
dengan RTRW,
maka
pemrakarsa
dapat meminta
bukti
formal/fatwa dari
instansi yang
bertanggung
jawab di bidang
penataan ruang
seperti BKPTRN
atau BKPRD.
Bukti-bukti yang
mendukung
kesesuaian
dengan tata
ruang wajib
dilampirkan);
2) Menyimpulkan
berdasarkan
analisis spasial
mengenai
kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau
kegiatan dengan
peta indikatif
penundaan izin
baru (PIPIB) yang
tercantum dalam
Inpres Nomor 10
Tahun 2011,
atau peraturan
revisinya
maupun
terbitnya
ketentuan baru
yang mengatur
mengenai hal ini
24.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/ketidaklayaka

b.

Keterangan

kesesuaian tata ruang


dilakukan oleh
anggota KPA atau tim
teknis dari instansi
yang bertanggung
jawab mengenai
penataan ruang;
2) Perlu diperhatikan
berbagai peraturan
perundangan terkait
penataan ruang
seperti: UU 26/2007;
PP 26/2008; KEPPRES
04/2009; PERMENPU
16/2009; PERMENPU
20/2011; dan lainlain.
Apakah jika terdapat
sebagian tapak proyek
yang tidak sesuai dengan
RTRW yang berlaku, telah
terdapat meminta bukti
formal/fatwa dari instansi
yang bertanggung jawab di
bidang penataan ruang
bahwa lokasi dimaksud
adalah sesuai dengan
RTRW yang berlaku?
Ya
Tidak

Ya
Tidak

Halaman 285

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa kebijakan di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam (PPLH dan SDA)
yang diatur dalam
peraturan perundangundangan?

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

Pertanyaaan rincian nomor 24:


Apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan adalah
diperbolehkan untuk
dilakukan pada rencana
lokasi tapak proyek sesuai
ketentuan peraturan
perundangan?
Ya
Tidak

a.

Catatan:
Perlu diingat bahwa
kebijakan di bidang
PPLH dan SDA sangat
banyak, variatif dan
spesifik. Sehingga setiap
anggota KPA maupun
tim teknis memiliki
peran penting untuk
melakukan telahaan
mengenai benar tidaknya
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan
adalah diperbolehkan
berdasarkan seluruh
ketentuan peraturan
perundang-undangan
mengenai PPLH dan SDA

b.

Sebagai contoh:
1) Dalam PP 24 tahun
2010 Penggunaaan
Kawasan Hutan, telah
diatur bahwa hanya
ada 12 kegiatan yang
dibolehkan di kawasan
hutan lindung;
2) Dalam PP 28 tahun
2011 tentang Kawasan
Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian
Alam, terdapat
beberapa kegiatan
yang dibolehkan
dilakukan di kawasan
tersebut;
3) Dalam UU 26/2007
tentang Penataan
Ruang dan Keppres 32
Tahun 1990 telah
diatur bahwa suatu
area hanya dapat
dikatakan sebagai
kawasan lindung jika
memenuhi kriteria dan
telah ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan
perundangan;
4) Berbagai peraturan
perundangan lainnya
yang mengatur caracara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
Apakah seluruh kajian
dalam Andal dan RKL-RPL
menunjukkan bahwa
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan
adalah tidak bertentangan
dengan kebijakan di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam (PPLH dan SDA) yang
diatur dalam peraturan
perundang-undangan? ;

Halaman 286

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak
Catatan:
1) Dalam PP 38/2011
tentang Sungai, telah
diatur berbagai
ketentuan mengenai
tata cara perizinan
untuk melakukan
pengambilan barang
tambang di sungai;
pemanfaatan ruas
bekas sungai dan lain
sebagainya;
2) Berbagai peraturan
perundangan lainnya
yang mengatur caracara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
25.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Kepentingan
pertahanan keamanan
negara?

Ya
Tidak
Pertanyaaan rincian nomor 25:
Apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan tidak menggangu
kepentingan pertahanan dan
keamanan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan?
Ya
Tidak
Catatan:
Perlu diingat bahwa informasi
mengenai hal ini harus hadir
dari anggota KPA yang
merupakan wakil dari instansi
yang bertanggung jawab
terhadap pertahanan dan
keamanan negara, sebagai
contoh:
Terdapat beberapa wilayah laut
NKRI yang merupakan zona
latihan militer, atau zona lain
terkait kepentingan pertahanan
dan keamanan negara

26.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Prakiraan secara

Ya
Tidak
Pertanyaaan rincian nomor 26:
a. Apakah setiap dampak yang
diprakirakan telah
menyajikan prakiraan
besaran dan sifat
pentingnya?

Halaman 287

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa
cermat mengenai
besaran dan sifat
penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia,
sosial, ekonomi, budaya,
tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pasca operasi Usaha
dan/atau Kegiatan?

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak
Sebagai contoh:

atau

b. Apakah dalam menentukan


kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
telah mempertimbangkan
hasil prakiraan cermat
mengenai besaran dan sifat
penting dari keseluruhan
dampak yang diprakirakan
timbul?
Ya
Tidak
Contoh dampak spesifik
pada pembangunan
struktur di pesisir pantai:

27.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Hasil evaluasi
secara holistik terhadap
seluruh dampak penting
sebagai sebuah kesatuan
yang saling terkait dan
saling mempengaruhi
sehingga diketahui
perimbangan dampak

Ya
Tidak
Pertanyaaan rincian nomor 27:
Apakah hasil evaluasi holistik
digunakan sebagai salah satu
acuan dalam menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan?
Ya
Tidak

Halaman 288

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

No.

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

penting yang bersifat


positif dengan yang
bersifat negatif?
Catatan:
Perimbangan dampak
penting positif dengan
dampak penting negatif
berarti bahwa dapat
disajikan daftar dampak
positif dan dampak
negatif beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauan
lingkungannya sehingga
dapat menjadi referensi
bagi KPA untuk
menentukan kesimpulan
kelayakan atau
ketidaklayakan dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai.
Sebagai contoh daftar
tersebut:
NO

DAMPAK
POSITIF

1.

Peningkata
n
pendapatan
dari
kesempata
n bekerja
pada tahap
konstruksi

2.

Dst..

ARAHAN
PENGELOL
AAN DAN
PEMANTAU
AN
DAMPAK
POSITIF
Mempriorit
askan
warga lokal
dalam
proses
rekrutmen
tenaga
kerja pada
tahap
konstruksi

DAMPAK
NEGATIF

Penurun
an
kualitas
air
sungai
akibat air
limbah
tambang
untuk
paramete
r pH, Fe,
Mn dan
TSS

ARAHAN
PENGELOL
AAN DAN
PEMANTAU
AN
DAMPAK
NEGATIF
Membuat
kolam
pengendap
an

Dengan daftar
perimbangan ini dapat
diketahui apakah arahan
pengelolaan untuk
masing-masing dampak
adalah tepat sasaran,
seperti contoh di atas,
KPA dapat:
a. Mengetahui
bauran/komposisi
dampak positif dan
dampak negatif yang
ditimbulkan dari
rencana usaha
dan/atau kegiatan,
beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauannya
sehingga dapat
disimpulkan apakah
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang dinilai adalah
layak lingkungan
atau tidak; dan
b. mengklarifikasi
efektifitas arahan
pengelolaan dan
pemantauan, sebagai
contoh: apakah

Halaman 289

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

hanya dengan
membuat kolam
pengendapan benarbenar dapat
mengendalikan
dampak berupa
memburuknya
kualitas air untuk
parameter pH, Fe,
Mn dan TSS atau
tidak.
28.

29.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/ketidaklayaka
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Kemampuan
pemrakarsa dan/atau
pihak terkait yang
bertanggung jawab
dalam menanggulanggi
dampak penting negatif
yang akan ditimbulkan
dari Usaha dan/atau
Kegiatan yang
direncanakan dengan
pendekatan teknologi,
sosial, dan
kelembagaan?

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/
ketidaklayakan

Ya
Tidak
Catatan:
Sebagai contoh, untuk rencana
kegiatan pembangunan dan
pengoperasian bendungan,
pasti akan timbul dampak
berupa erosi dan sedimentasi
yang nantinya akan
berpengaruh terhadap masa
layan/umur bendungan itu
sendiri.

Namun demikian, pengendalian


terhadap dampak ini tidak
mungkin menjadi tanggung
jawab pemrakarsa sendiri saja
(ada beberapa lokasi, terutama
yang di hulu sungai yang di
luar ruang kendali pemrakarsa
untuk mengendalikan
dampaknya)
Sehingga untuk lokasi tersebut
sesungguhnya adalah tanggung
jawab pemerintah atau
pemerintah daerah yang
memiliki ruang kendali
dampaknya.
Untuk kasus seperti ini, maka
kesimpulan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai wajib
mempertimbangkan pula
kemampuan pihak terkait
(dalam kasus bendungan,
adalah pemerintah atau
pemerintah daerah) untuk
mengendalikan dampak erosi
dan sedimentasi, khususnya
pada lokasi di hilir sungai yang
dibendung.
Ya
Tidak
Sebagai contoh:

Halaman 290

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

lingkungan hidup dari


rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Rencana usaha
dan/atau kegiatan tidak
menganggu nilai-nilai
sosial atau pandangan
masyarakat (emic view)?

Terdapat kasus rencana


kegiatan berupa pembangunan
SUTT yang pada suatu lokasi
akan melewati suatu situs
tempat ibadah yang sakral bagi
masyarakat local.
Dalam kasus ini pada akhirnya
diputuskan bahwa rencana
kegiatan tersebut adalah tidak
layak lingkungan.

Keterangan

Catatan:
Jika terjadi gangguan yang
tidak bisa dielakkan, maka
pemrakarsa dan KPA juga dapat
merumuskan bentuk RKL yang
kreatif dan tepat sasaran untuk
mengendalikan dampak
gangguan tersebut.
Sebagai contoh lain:
Perubahan alur pelayaran yang
diusulkan, karena alur awal
akan melewati batu karang
yang suci bagi masyarakat.

Halaman 291

No.
30.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah terdapat analisis
mengenai kesimpulan
kelayakan/
ketidaklayakan
lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Rencana usaha
dan/atau kegiatan tidak
akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu
entitas ekologis yang
merupakan:
1. entitas dan/atau
spesies kunci (key
species);
2. memiliki nilai penting
secara ekologis
(ecological
importance);
3. memiliki nilai penting
secara ekonomi
(economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting
secara ilmiah
(scientific importance)?

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

Ya
Tidak

Catatan:
Sebagai contoh, jalur migrasi
elang yang memiliki fungsi
ekologis penting dapat dijadikan
pertimbangan utama untuk
menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan,
atau direkomendasikan untuk
mengubah desain rencana
kegiatan atau dirumuskan RKLRPL yang tepat untuk tetap
mengakomodir migrasi spesies
yang memiliki arti penting
secara ekologis tersebut.

Contoh lain:

Kawasan gumuk pasir di


selatan Yogyakarta adalah
entitas ekologis yang memiliki
arti penting secara ilmiah,
karena tidak ditemukan di
tempat lain di Indonesia,
sehingga jika direncanakan
terdapat usaha dan/atau
kegiatan yang akan menganggu
entitas ini, maka harus
dipertimbangkan dengan
matang untuk memutuskan
kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungannya
31.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/
ketidaklayakan
lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Rencana usaha
dan/atau kegiatan tidak
menimbulkan gangguan

Ya
Tidak
Catatan:
Kriteria ini dimaksudkan untuk
memberikan ruang penilaian
bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai harus
tidak memberikan gangguan
terhadap kegiatan yang telah
ada di lokasi maupun di sekitar
tapak proyek, sebagai contoh:

Halaman 292

No.

Hal yang
Dinilai/Diperiksa
terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang
telah ada di sekitar
rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan?

32.

Apakah terdapat analisis


mengenai kesimpulan
kelayakan/
ketidaklayakan
lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Tidak
dilampauinya daya
dukung dan daya
tampung lingkungan
hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan
daya dukung dan daya
tampung lingkungan
dimaksud.

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

tidak diperkenankan ada


rencana kegiatan pertambangan
yang tapak proyeknya tumpang
tindih dengan kegiatan
perkebunan sawit yang telah
ada/eksis terlebih dahulu di
lokasi yang sama.
Ya
Tidak
Catatan:
Kriteria ini hanya bisa
diterapkan jika telah ada
perhitungan daya dukung dan
daya tampung lingkungan yang
merupakan tanggung jawab
pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.

33.

Apakah dalam Andal


juga dilengkapi dengan
tabel ringkasan analisis
dampak?

Ya
Tidak
(catatan: contoh tabel ringkasan
analisis dampak terdapat pada
Lampiran II PERMENLH
16/2012)

34.

Apakah dalam muatan


Daftar Pustaka telah
diuraikan pustaka atau
literatur yang digunakan
untuk keperluan
penyusunan dokumen
Andal?

Ya
Tidak

35.

Apakah dalam muatan


Daftar Pustaka
disampaikan pustaka
atau literatur yang
relevan atau sesuai
dengan uraian dalam
dokumen Andal?

Ya
Tidak

36.

Apakah penulisan
muatan Daftar Pustaka
sesuai dengan kaidah
penulisan kepustakaan
ilmiah yang mutakhir?

Ya
Tidak

37.

Apakah dalam muatan


Lampiran telah
dilampirkan informasi
tambahan sebagai
berikut:
a. Surat Persetujuan
Kesepakatan
Kerangka Acuan

Ya
Tidak

65
Halaman 293

Hal yang
Dinilai/Diperiksa

No.

b.

c.

d.

e.

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

atau Pernyataan
Kelengkapan
Administrasi
Dokumen Kerangka
Acuan.
Data dan informasi
rinci mengenai rona
lingkungan hidup,
antara lain berupa
tabel, data, grafik,
foto rona lingkungan
hidup, jika
diperlukan.
Ringkasan dasardasar teori, asumsiasumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitunganperhitungan yang
digunakan dalam
prakiraan dampak.
Ringkasan dasardasar teori, asumsiasumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitunganperhitungan yang
digunakan dalam
evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan.
Data dan informasi
lain yang dianggap
perlu atau relevan

66
Halaman 294

PANDUAN PENILAIAN RINCI RKL-RPL


NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

1.

Apakah dokumen RKLRPL terdiri atas muatan


dokumen sesuai
dengan Lampiran III
PERMEN 16/2012?
(terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Rencana
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
c. Rencana
Pemantauan
Lingkungan Hidup
d. Jumlah dan Jenis
Izin PPLH yang
Dibutuhkan
e. Pernyataan
komitmen
pelaksanaan RKLRPL
f. Daftar Pustaka
g. Lampiran)

Ya
Tidak

2.

Apakah dalam muatan


Pendahuluan telah
disajikan informasi
mengenai:
a. Pernyataan tentang
maksud dan tujuan
pelaksanaan RKLRPL secara umum
dan jelas;
b. Pernyataan
kebijakan
lingkungan dari
pemrakarsa;
Catatan:
(pada bagian ini
harus diuraikan
dengan singkat
mengenai komitmen
pemrakarsa usaha
dan/atau kegiatan
untuk:
1) memenuhi
(melaksanakan)
ketentuan
peraturan
perundangundangan di
bidang
lingkungan yang
relevan;
2) melakukan
penyempurnaan
pengelolaan dan
pemantauan
lingkungan
hidup secara
berkelanjutan;
dan

Ya
Tidak

Keterangan

67
Halaman 295

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

NO.

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

3) melakukan
pelatihan bagi
karyawannya di
bidang
pengelolaan
lingkungan
hidup)
3.

Apakah dalam muatan


Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup
telah disampaikan
bentuk-bentuk
pengelolaan lingkungan
hidup yang dilakukan
atas dampak yang
ditimbulkan dalam
rangka untuk
menghindari,
mencegah,
meminimisasi dan/atau
mengendalikan dampak
negatif dan
meningkatkan dampak
positif (dalam bentuk
matriks/tabel)?

Ya
Tidak

4.

Apakah matriks/tabel
Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL)
yang disampaikan telah
mencakup elemenelemen sebagai berikut:
a. Dampak
lingkungan
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
b. Sumber dampak
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
c. Indikator
keberhasilan
pengelolaan
lingkungan hidup.

Ya
Tidak

d.

e.
f.

g.

5.

(catatan:
a. contoh matriks/tabel
Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup terdapat
pada Lampiran III
PERMENLH 16/2012
b. referensi rinci mengenai
cara menyusun
matriks/tabel RKL terdapat
pada Lampiran III
PERMENLH 16/2012))

Bentuk
Pengelolaan
lingkungan hidup.
Lokasi pengelolaan
lingkungan hidup.
Periode
pengelolaan
lingkungan hidup.
Institusi
pengelolaan
lingkungan hidup
(PLH)?

Apakah dalam kolom


Dampak lingkungan

Ya
Tidak

68
Halaman 296

NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

pada matriks/tabel RKL


telah diuraikan
mengenai dampakdampak lingkungan
hidup yang terjadi
akibat adanya rencana
usaha dan/atau
kegiatan secara singkat
dan jelas?
6.

Apakah dampakdampak lingkungan


hidup yang
disampaikan
konsisten/relevan
dengan hasil
pelingkupan pada KA
dan hasil kajian pada
Andal?

Ya
Tidak

7.

Apakah dalam kolom


sumber dampak pada
matriks/tabel RKL telah
diuraikan mengenai
komponen kegiatan
penyebab dampak
secara singkat?

Ya
Tidak

8.

Apakah sumber
dampaknya
konsisten/relevan
dengan penjelasan
sebelumnya pada KA
dan Andal?

Ya
Tidak

9.

Apakah dalam kolom


Indikator keberhasilan
pengelolaan lingkungan
hidup pada
matriks/tabel RKL telah
dijelaskan mengenai
indikator keberhasilan
dari pengelolaan
lingkungan hidup yang
dilakukan untuk
mengendalikan dampak
lingkungan hidup?

Ya
Tidak
(catatan: contoh indikator
keberhasilan terdapat pada
lampiran III PERMENLH
16/2012)

10.

Apakah Indikator
keberhasilan
pengelolaan lingkungan
hidup
konsisten/relevan
dengan dampak dan
sumber dampaknya?

Ya
Tidak

11.

Apakah dalam kolom


Bentuk Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RKL telah
diuraikan secara rinci
upaya-upaya
pengelolaan lingkungan
hidup yang akan
dilakukan?

Ya
Tidak
(catatan: beberapa contoh
bentuk pengelolaan yang dapat
menjadi referensi terdapat pada
lampiran III PERMENLH
16/2012)

69
Halaman 297

NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

12.

Apakah Bentuk
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?

Ya
Tidak

13.

Apakah dalam kolom


Lokasi pengelolaan
lingkungan hidup pada
matriks/tabel RKL telah
diuraikan mengenai
rencana lokasi kegiatan
bentuk pengelolaan
lingkungan hidup
dengan memperhatikan
sifat persebaran
dampak yang dikelola?

Ya
Tidak

Keterangan

(catatan: elemen ini wajib


didukung pula dengan dengan
peta lokasi pengelolaan, sketsa,
dan/atau gambar dengan skala
yang memadai. Peta yang
disertakan harus memenuhi
kaidah-kaidah kartografi)

14.

Apakah Lokasi
pengelolaan lingkungan
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?

Ya
Tidak

15.

Apakah dalam kolom


Periode pengelolaan
lingkungan hidup pada
matriks/tabel RKL telah
diuraikan secara
singkat mengenai
rencana tentang kapan
dan berapa lama
kegiatan pengelolaan
lingkungan
dilaksanakan?

Ya
Tidak
(catatan: uraian ini harus
memperhatikan sifat dampak
penting dan dampak
lingkungan lainnya yang
dikelola (lama berlangsung,
sifat kumulatif, dan berbalik
tidaknya dampak))

16.

Apakah Periode
pengelolaan lingkungan
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?

Ya
Tidak

17.

Apakah dalam kolom


Institusi pengelolaan
lingkungan hidup (PLH)
pada matriks/tabel RKL
telah dicantumkan
institusi dan/atau
kelembagaan yang akan
berurusan,
berkepentingan, dan
berkaitan dengan
kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup,
sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku
baik di tingkat nasional
maupun daerah pada
setiap rencana
pengelolaan lingkungan
hidup?

Ya
Tidak

70
Halaman 298

NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

18.

Apakah Institusi
pengelolaan lingkungan
hidup (PLH) relevan
dengan dampak,
sumber dampak dan
bentuk
pengelolaannya?

Ya
Tidak

19.

Apakah dalam muatan


Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup
telah disampaikan
secara singkat dan jelas
rencana pemantauan
untuk dampak yang
ditimbulkan dalam
bentuk matrik atau
tabel?

Ya
Tidak

20.

Apakah matriks/tabel
Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL)
yang disampaikan telah
mencakup elemenelemen sebagai berikut:
a. Dampak yang
dipantau, yang
terdiri dari: jenis
dampak yang
terjadi, komponen
lingkungan yang
terkena dampak,
dan
indikator/parameter
yang dipantau dan
sumber dampak.
b. Bentuk
pemantauan
lingkungan hidup
yang terdiri dari
metode
pengumpulan dan
analisis data, lokasi
pemantauan, waktu
dan frekuensi
pemantauan.
c. Institusi pemantau
lingkungan hidup,
yang terdiri dari
pelaksana
pemantauan,
pengawas
pemantauan dan
penerima laporan
pemantauan?

Ya
Tidak

21.

Apakah dalam kolom


Dampak Lingkungan
Yang Dipantau pada
matriks/tabel RPL telah
diuraikan secara
singkat dan jelas
mengenai:
a. Jenis dampak

Keterangan

(catatan: contoh matriks/tabel


Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup terdapat
pada Lampiran III PERMENLH
16/2012)

Ya
Tidak

71
Halaman 299

NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

lingkungan hidup
yang dipantau.
b. Indikator/
parameter
pemantauan.
c. Sumber dampak
lingkungan?
22.

Apakah dampakdampak lingkungan


hidup yang
disampaikan
konsisten/relevan
dengan hasil
pelingkupan pada KA
dan hasil kajian pada
Andal?

Ya
Tidak

23.

Apakah sumber
dampaknya
konsisten/relevan
penjelasan sebelumnya
pada KA dan Andal?

Ya
Tidak

24.

Apakah dalam kolom


Bentuk Pemantauan
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RPL telah
diuraikan secara
singkat mengenai
metode yang akan
digunakan untuk
memantau
indikator/parameter
dampak lingkungan
(dampak penting dan
dampak lingkungan
lainnya)?

Ya
Tidak

(catatan: referensi rinci


mengenai cara menyusun
matriks/tabel RPL terdapat
pada Lampiran III PERMENLH
16/2012)

Catatan:
Bentuk Pemantauan
dimaksud mencakup
elemen-elemen:
a. Metode
pengumpulan dan
analisis data (Perlu
diperhatikan bahwa
metode
pengumpulan dan
analisis data sejauh
mungkin konsisten
dengan metode yang
digunakan disaat
penyusunan Andal);
b. Lokasi pemantauan
lingkungan hidup
(Perlu diperhatikan
bahwa pada bagian
ini perlu didukung
dengan gambaran
lokasi pemantauan
yang tepat disertai
dengan peta lokasi
pemantauan
berskala yang

72
Halaman 300

NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

memadai dan
menunjukkan
lokasi pemantauan
dimaksud)
c. Waktu dan
frekuensi
pemantauan (Perlu
diperhatikan bahwa
pada bagian ini
perlu diuraikan
tentang jangka
waktu atau lama
periode pemantauan
berikut dengan
frekuensinya per
satuan waktu)
25.

Apakah seluruh elemen


Bentuk Pemantauan
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?

Ya
Tidak

26.

Apakah dalam kolom


Institusi Pemantauan
Lingkungan Hidup pada
matriks/tabel RPL telah
dicantumkan secara
singkat mengenai
institusi atau
kelembagaan yang akan
berurusan,
berkepentingan, dan
berkaitan dengan
kegiatan pemantauan
lingkungan hidup,
sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku
baik ditingkat nasional
maupun daerah pada
setiap rencana
pemantauan
lingkungan hidup?

Ya
Tidak
(Catatan: institusi pemantau
lingkungan hidup yang perlu
diutarakan meliputi:
a. Pelaksana pemantauan
lingkungan hidup;
b. Pengawas pemantauan
lingkungan hidup
c. Penerima laporan hasil
pemantauan lingkungan
hidup)

27.

Apakah Institusi
pemantauan
lingkungan hidup (PLH)
relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?

Ya
Tidak

28.

Apakah dalam muatan


Jumlah dan Jenis Izin
PPLH yang Dibutuhkan
telah disampaikan
mengenai identifikasi
dan rumusan daftar
jumlah dan jenis izin
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup yang dibutuhkan
berdasarkan rencana

Ya
Tidak
Catatan:
Bagian ini hanya dapat diisi
dalam hal rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diajukan memerlukan izin PPLH

73
Halaman 301

NO.

Hal Yang
Dinilai/Diperiksa

Hasil Penilaian/Pemeriksaan

Keterangan

pengelolaan lingkungan
hidup?
29.

Apakah dalam muatan


Pernyataan komitmen
pelaksanaan RKL-RPL
telah disampaikan
pernyataan dari
pemraksarsa untuk
melaksanakan RKL-RPL
yang ditandatangani di
atas kertas bermaterai?

Ya
Tidak

30.

Apakah dalam muatan


daftar pustaka telah
disampaikan mengenai
sumber data dan
informasi yang
digunakan dalam
penyusunan RKL-RPL?

Ya
Tidak

31.

Catatan:
Bahan-bahan pustaka tersebut
agar ditulis dengan berpedoman
pada tata cara penulisan
pustaka.

Apakah dalam muatan


lampiran telah
disampaikan data dan
informasi lain yang
dianggap perlu atau
relevan?

Ya
Tidak

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

74
Halaman 302

LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
TATA CARA PENGAJUAN DAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL
A. BAGI KPA PROVINSI YANG TIDAK BERLISENSI
Pengajuan penilaian
Amdal sesuai
kewenangannya ke KPA
provinsi

Penilaian wajib dilakukan


dengan melibatkan wakil
dari instansi lingkungan
hidup dan instansi lain
yang terkait dengan
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
dokumen Amdalnya dari
pemerintah provinsi yang
bersangkutan

KPA provinsi yang tidak


memiliki lisensi atau
lisensinya dicabut

Disampaikan kepada
KPA pusat untuk
dinilai

Dilakukan penilaian
Amdal oleh KPA pusat

Rekomendasi penilaian
dari KPA pusat

Gubernur menertibkan:
a. SK kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
hidup.
b. Izin Lingkungan atau tidak
menerbitkan Izin Lingkungan.
Berdasarkan rekomendasi penilaian
dari KPA pusat

1
Halaman 303

B. BAGI KPA KABUPATEN/KOTA YANG TIDAK BERLISENSI


Pengajuan penilaian
Amdal sesuai
kewenangannya ke KPA
kabupaten/kota

Penilaian wajib dilakukan


dengan melibatkan wakil
dari instansi lingkungan
hidup dan instansi lain
yang terkait dengan
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
dokumen Amdalnya dari
pemerintah provinsi yang
bersangkutan

KPA kabupaten/kota
yang tidak memiliki
lisensi atau lisensinya
dicabut

Disampaikan kepada
KPA provinsi untuk
dinilai

Dilakukan penilaian
Amdal oleh KPA

Rekomendasi penilaian
dari KPA provinsi

Bupati/walikota menertibkan:
a. SK kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
hidup.
b. Izin Lingkungan atau tidak
menerbitkan Izin Lingkungan.
Berdasarkan rekomendasi penilaian
dari KPA provinsi

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

2
Halaman 304

LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
TAHAPAN PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN PENILAIAN PERMOHONAN IZIN
LINGKUNGAN
A. UMUM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, proses Izin Lingkungan juga diintegrasikan dalam proses
pemeriksaan UKL-UPL. Pemeriksaan UKL-UPL dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. penerimaan
dan
pemeriksaan
administrasi
permohonan
Izin
Lingkungan dan UKL-UPL;
2. pemeriksaan substansi UKL-UPL.
B. PENERIMAAN DAN PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERMOHONAN IZIN
LINGKUNGAN DAN UKL-UPL
1. Permohonan
Izin
Lingkungan
diajukan
oleh
pemrakarsa
(penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan) secara tertulis dengan
dilampirkan dengan formulir UKL-UPL yang telah diisi oleh pemrakarsa,
dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan, profil usaha dan/atau
kegiatan kepada:
a. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk usaha dan/atau
kegiatan yang diperiksa oleh Menteri;
b. gubernur melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi untuk
usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh gubernur; atau
c. bupati/walikota melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa
oleh bupati/walikota.
2. Formulir UKL-UPL wajib disampaikan dalam bentuk cetakan (hardcopy)
dan file elektronik (softcopy).
3. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota memberikan tanda
bukti penerimaan permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKL-UPL
yang akan diperiksa kepada pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan
tanggal penerimaan permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKLUPL.
4. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan uji
administrasi terhadap permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKLUPL yang telah diisi.
5. Uji administrasi dilakukan berdasarkan panduan uji administrasi
Permohonan Izin Lingkungan dan UKL-UPL (panduan 01).
6. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, pejabat yang ditunjuk,
kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota memberikan pernyataan tertulis
1
Halaman 305

mengenai kelengkapan atau ketidaklengkapan uji administrasi


permohonan Izin Lingkungan dan UKL-UPL.
7. Dalam hal permohonan Izin Lingkungan dan UKL-UPL dinyatakan tidak
lengkap, maka pejabat yang ditunjuk, kepala instansi lingkungan hidup
provinsi, atau kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
mengembalikan permohonan Izin Lingkungan dan UKL-UPL kepada
pemrakarsa.
8. Dalam hal permohonan Izin Lingkungan dan UKL-UPL dinyatakan
lengkap, maka pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan
Hidup
Provinsi,
atau
kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
Kabupaten/Kota memberikan pernyatan tertulis perihal kelengkapan
persyaratan permohonan Izin Lingkungan
dan UKL-UPL kepada
pemrakarsa.
9. Pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi hanya dapat
diberikan apabila:
a. uji administrasi menyimpulkan bahwa permohonan Izin Lingkungan
dan prmeriksaan UKL-UPL yang disampaikan lengkap secara
administrasi; dan
b. UKL-UPL yang sudah dinyatakan lengkap telah diserahkan kepada
pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
atau kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota sesuai
jumlah kebutuhan untuk rapat koordinasi pemeriksaan substansi
formulir UKL-UPL.
10. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota mulai mencatat
kronologis proses penerbitan Izin Lingkungan dan pemeriksaan
substansi formulir UKL-UPL dan memulai perhitungan jangka waktu
proses penerbitan Izin Lingkungan dan proses pemeriksaan substansi
formulir UKL-UPL.
11. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
Kabupaten/Kota
sesuai
kewenangannya mengumumkan permohonan Izin Lingkungan.
12. Tata cara pengumuman permohonan Izin Lingkungan dan penyampaian
saran, pendapat dan tanggapan diatur sesuai ketentuan peraturan
perundangan.
C. PEMERIKSAAN SUBSTANSI UKL-UPL
1. Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL dilakukan setelah jangka
waktu paling lama pemberian saran, pendapat, dan tanggapan
masyarakat telah berakhir.
2. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan
pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL paling lama 14 (empatbelas)
hari kerja sejak formulir UKL-UPL dinyatakan lengkap secara
administrasi.
3. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota menyelenggarakan
rapat koordinasi dengan instansi terkait untuk memeriksa substansi
formulir UKL-UPL yang disampaikan.
4. Formulir UKL-UPL yang disampaikan wajib diterima oleh instansi
terkait paling sedikit 1 (satu) hari kerja sebelum rapat koordinasi
dilakukan.
5. Rapat koordinasi dapat melibatkan pemrakarsa.
6. Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL dilakukan dilakukan
2
Halaman 306

berdasarkan Panduan Pemeriksaan Substansi Formulir UKL-UPL


(panduan 02).
7. Dalam hal hasil pemeriksaan memutuskan bahwa formulir UKL-UPL
yang telah diisi tersebut memerlukan perbaikan, maka:
a. dalam rapat koordinasi, dilakukan perbaikan atas isian formulir
tersebut guna memastikan hal-hal yang memerlukan perbaikan
telah dicantumkan dalam formulir UKL-UPL dimaksud; atau
b. pemrakarsa wajib memperbaiki formulir UKL-UPL sesuai dengan
hasil masukan rapat koordinasi.
8. Dalam hal pemrakarsa memerlukan waktu untuk memperbaiki formulir
UKL-UPL, pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup
Provinsi, atau kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota
mengembalikan formulir UKL-UPL dimaksud kepada pemrakarsa.
9. Hasil perbaikan wajib disampaikan kembali oleh pemrakarsa kepada:
a. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk usaha dan/atau
kegiatan yang diperiksa oleh Menteri;
b. gubernur melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi untuk
usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh gubernur; atau
c. bupati/walikota melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa
oleh bupati/walikota.
10. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan
pengecekan kebenaran atau kesesuaian atas hasil perbaikan yang telah
dicantumkan dalam UKL-UPL yang telah diperbaiki beserta
pemeriksaan kembali substansi untuk menentukan persetujuan atau
penolakan UKL-UPL.
11. Pemeriksaan substansi untuk menentukan persetujuan atau penolakan
UKL-UPL paling sedikit wajib mempertimbangkan:
a. rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan;
b. kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya alam yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
c. kepentingan pertahanan keamanan;
d. kemampuan
pemrakarsa
yang
bertanggung
jawab
dalam
menanggulanggi dampak negatif yang akan ditimbulkan dari usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan;
e. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial
atau pandangan masyarakat (emic view);
f. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu entitas ekologis yang merupakan:
1. entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2. memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3. memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance);
g. rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar
rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan; dan
h. tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal
terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan
dimaksud.

3
Halaman 307

BAGAN ALIR PENGAJUAN DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL BERSERTA


PENERBITAN IZIN LINGKUNGANNYA
Pengisian Formulir UKL-UPL oleh Pemrakarsa
(Ref: PERMENLH 16/2012)

Pengajuan Permohonan Izin


Lingkungan dan Pemeriksaan
UKL-UPL
Kepada:
1. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh Menteri.
2. Gubernur melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi
untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh
gubernur.
3. Bupati/walikota melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota untuk rencana usaha dan/atau kegiatan
yang diperiksa oleh bupati/walikota.

pemrakarsa
memperbaiki
isian formulir
UKL-UPL

Dikembalikan
kepada
pemrakarsa
untuk
diperbaiki

Diajukan kembali ke
instansi pemeriksa

1.
2.

memberikan
pernyataan
ketidaklengkapan
adiministrasi

Instansi Pemeriksa:
memberikan tanda bukti
penerimaan
melakukan uji
administrasi

Tidak
Kelengkapan

Ya
memberikan
pernyataan
kelengkapan
adiministrasi

Pejabat yang ditunjuk, kepala


instansi lingkungan hidup
provinsi, kepala instansi
lingkungan hidup
kabupaten/kota sesuai
kewenangannya
mengumumkan permohonan
izin lingkungan

Pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL


melalui rapat koordinasi

pemrakarsa
memperbaiki isian
formulir UKL-UPL

(dilakukan setelah jangka waktu maksimal


pemberian saran, pendapat, dan tanggapan
masyarakat telah berakhir)

UKL-UPL telah disusun


sesuai dengan pedoman
penysuua UKL-UPL
(PERMENLH 16/2012)

Tidak

Dikembalikan
kepada pemrakarsa
untuk diperbaiki

Ya

Substansi UKL-UPL
dapat disetujui

Penerbitan
Rekomendasi
Persetujuan
UKL-UPL dan
Izin Lingkungan

Ya

Substansi
sesuai
dengan
kriteria

Tidak

Substansi UKLUPL dapat tidak


disetujui

Penerbitan
Rekomendasi
Penolakkan
UKL-UPL

4
Halaman 308

PANDUAN 01:
PANDUAN UJI ADMINISTRASI PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN DAN UKLUPL
Uji administrasi permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKL-UPL
dilakukan oleh:
a. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk untuk usaha dan/atau
kegiatan yang diperiksa oleh Menteri;
b. gubernur melalui kepala instansi lingkungan hidup provinsi untuk usaha
dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh gubernur; dan
c. bupati/walikota melalui kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota
untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh bupati/walikota.
berdasarkan format uji administrasi sebagaimana tercantum di bawah ini,
Berdasarkan pemeriksaan kelengkapan permohonan izin lingkungan tersebut,
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, kepala instansi lingkungan hidup provinsi,
kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota memberikan pernyataan
tertulis mengenai:
a. kelengkapan
administrasi,
jika
semua
persyaratan
kelengkapan
administrasi telah terpenuhi; atau
b. Ketidaklengkapan administrasi, jika ada salah satu persyaratan
kelengkapan administrasi tidak terpenuhi.
No.

Kelengkapan Administrasi

Permohonan Izin Lingkungan


1. Dokumen Pendirian Usaha atau
Kegiatan
2. Profil Usaha atau Kegiatan
3. Formulir UKL-UPL

Formulir UKL-UPL
1. Periksa ada tidaknya bukti
formal bahwa rencana lokasi
usaha dan/atau kegiatan telah
sesuai dengan rencana tata
ruang yang berlaku

Ada

Tidak
Ada

Keterangan

(kolom ini diisi


dengan keterangan
atau penjelasan
yang dianggap
perlu, misalnya:
a. kesimpulan
adanya bukti
adalah dengan
dilampirkannya
overlay lokasi
rencana
kegiatan dengan
peta tata ruang
yang berlaku
pada lampiran
.... dalam
dokumen;
b. kesesuaian tata
ruang
ditunjukkan
dengan adanya
surat dari Badan
Koordinasi

Halaman 309

No.

Kelengkapan Administrasi

Ada

Tidak
Ada

Keterangan
Perencanaan
Tata Ruang
Nasional
(BKPTRN), atau
instansi lain
yang
bertanggung
jawab di bidang
penataan
ruang);
dan/atau
c. referensi bukti
lainnya)

2. Periksa apakah Formulir UKLUPL yang disampaikan untuk


usaha dan/atau kegiatan yang
masih dalam tahap perencanaan
atau tidak?
Catatan:
Apabila usaha dan/atau kegiatan
yang diajukan untuk diperiksa
formulir UKL-UPL nya telah
dilakukan pra konstruksi,
konstruksi, operasi dan/atau
pasca operasi, maka usaha
dan/atau kegiatan tersebut wajib
ditolak formulir UKL-UPL nya
serta tidak dapat dilakukan
pemeriksaan UKL-UPL.
Terhadap usaha dan/atau
kegiatan tersebut dilakukan
mekanisme lainnya sesuai
peraturan perundangan yang
berlaku
3. Periksa adanya bukti formal yang
menyatakan bahwa jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan secara
prinsip dapat dilakukan.

(kolom ini diisi


dengan keterangan
bahwa kesimpulan
adanya bukti
formal tersebut
didukung dengan
adanya kopi bukti
tersebut pada
lampiran ... dalam
dokumen)

4. Data dan informasi lain yang


dianggap perlu dan
relevan(persyaratan kelengkapan
administrasi ini sifatnya tidak
wajib, bilamana tidak tersedia
tidak memepengaruhi
kelengkapan administrasi)

Halaman 310

No.

Kelengkapan Administrasi

Ada

Tidak
Ada

Keterangan

5. Muatan formulir UKL-UPL sudah


sesuai dengan pedoman
penyusunan formulir UKL-UPL.
Muatan tersebut adalah:
a. identitas pemrakarsa;
b. rencana usaha dan/atau
kegiatan;
c. dampak lingkungan yang
akan terjadi, dan program
pengelolaan serta
pemantauan lingkungan;
d. jumlah dan jenis izin PPLH
yang dibutuhkan;
e. pernyataan komitmen
pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan
yang tercantum dalam
formulir UKL-UPL;
f. daftar pustaka; dan
g. lampiran.
6. Matriks atau tabel UKL-UPL
memuat elemen-elemen:
a. dampak lingkungan yang
terjadi, yang terdiri atas;
1) sumber dampak;
2) jenis dampak;
3) besaran dampak;
b. upaya pengelolaan
lingkungan hidup, yang
terdiri dari;
1) bentuk upaya pengelolaan
lingkungan hidup;
2) lokasi pengelolaan
lingkungan hidup;
3) periode pengelolaan
lingkungan hidup;
c. upaya pemantauan
lingkungan hidup, yang
terdiri dari;
1) bentuk upaya pemantauan
lingkungan hidup;
2) lokasi pemantauan
lingkungan hidup;
3) periode pemantauan
lingkungan hidup;
d. institusi pengelolaan
lingkungan hidup.
7. Peta pengelolaan lingkungan
hidup.
8. Matriks atau tabel rencana
pementauan lingkungan hidup
memuat elemen-elemen:
7

Halaman 311

No.

Kelengkapan Administrasi

Ada

Tidak
Ada

Keterangan

a. dampak yang dipantau;


b. bentuk pemantauan
lingkungan hidup;
c. institusi pemantau
lingkungan hidup.
9. Peta pemantauan lingkungan
hidup.

PANDUAN 02:
PANDUAN PEMERIKSAAN SUBSTANSI FORMULIR UKL-UPL
Berdasarkan pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL, pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, kepala instansi
lingkungan hidup kabupaten/kota membuat rangkuman hasil pemeriksaan
substansi formulir UKL-UPL dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum di bawah ini:

No.

Kriteria Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL

1.

Rencana tata ruang sesuai


ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.

Kebijakan di bidang
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam
peraturan perundangundangan.

3.

Kepentingan pertahanan
keamanan.

4.

kemampuan pemrakarsa
yang bertanggung jawab
dalam menanggulanggi
dampak negatif yang akan

Hasil
Pemeriksaan

Keterangan
Pemeriksa UKL-UPL
wajib menilai
kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
denan rencana tata
ruang dan kesesuaian
dengan peta indikatif
penundaan izin baru
(PIPIB) yang tercantum
dalam Inpres Nomor 6
Tahun 2013, atau
peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal
ini.

Halaman 312

No.

Kriteria Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL

Hasil
Pemeriksaan

Keterangan

ditimbulkan dari usaha


dan/atau kegiatan yang
direncanakan.
5.

Rencana usaha dan/atau


kegiatan tidak menganggu
nilai-nilai
sosial
atau
pandangan masyarakat (emic
view).

6.

Rencana usaha dan/atau


kegiatan
tidak
akan
mempengaruhi
dan/atau
mengganggu entitas ekologis
yang merupakan:
a. entitas dan/atau spesies
kunci (key species);
b. memiliki nilai penting
secara ekologis (ecological
importance);
c. memiliki nilai penting
secara ekonomi (economic
importance); dan/atau
d. memiliki nilai penting
secara ilmiah (scientific
importance).

7.

Rencana usaha dan/atau


kegiatan tidak menimbulkan
gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah
berada di sekitar rencana
lokasi
usaha
dan/atau
kegiatan.

8.

Tidak dilampauinya daya


dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal terdapat
perhitungan daya dukung
dan
daya
tampung
lingkungan dimaksud.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP


REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,

Rosa Vivien Ratnawati

Halaman 313

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA BARAT,
Menimbang : a. bahwa perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan dan
pengawasan merupakan komponen penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup, agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan
hidup di Jawa Barat yang disebabkan oleh perilaku masyarakat dan
pelaku usaha dan/atau kegiatan yang cenderung tidak mentaati
Hukum Lingkungan;

Mengingat

b. bahwa Hukum Lingkungan merupakan bentuk nyata perlindungan


hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dalam rangka
pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
c. bahwa pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana tercermin dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, belum memberikan bentuk yang
jelas mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang Pemerintah
Daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, b, dan c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Penaatan Hukum Lingkungan;
: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli
1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang
Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai
Ibukota Negara Kesatuan Republik lndonesia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

Halaman 314

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber


Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3419);
5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4412);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor
69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2009 tentang Pengesahan
Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants (Konvensi
Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten)
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5020);
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 5059);
11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910);

Halaman 315

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3838);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3853);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
di Luar Pengadilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3982);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan
dengan Kebakaran Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4076);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pernerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);

Halaman 316

24. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi


Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;
25. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Investasi Gas Rumah Kaca Nasional;
26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2001
tentang Pengurusan Hutan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2001 Nomor 2 Seri C) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2003 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19
Tahun 2001 tentang Pengurusan Hutan (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 8 Seri E);
27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2002 Nomor 2 Seri E);
28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2004 Nomor 2 Seri C,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8);
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Sempadan Sumber Air (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005 Nomor 16 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Nomor 19);
30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2006 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 21);
31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2006
tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2006 Nomor 8 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27);
32. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri B, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46);
33. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 1 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 68);
34. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 7 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 73);
35. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Barat Tahun 2009 2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 22
Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
86);
36. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Pengurusan Hutan Mangrove dan Hutan Pantai (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 6 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 99);

Halaman 317

37. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2011


tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 10 Seri
E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 103);
38. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 19 Seri E, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 111);
39. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2011
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 20 Seri E, Tambahan Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 112);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
Dan
GUBERNUR JAWA BARAT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Definisi
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat.
2. Pemerintahan
Daerah
adalah
penyelenggaraan
urusan
pemerintahan oleh pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat.
4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
5. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa
Barat.
6. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di
Jawa Barat.

Halaman 318

7. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di Jawa Barat.


8. Badan adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Jawa Barat.
9. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Jawa Barat.
10. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
11. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan
kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan
hidup.
12. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri
iklim, tanah, air, flora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia
dengan alam yang menggambarkan integritas sistem alam dan
lingkungan hidup.
13. Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan dan pengawasan.
14. Penaatan Hukum Lingkungan adalah upaya untuk mendorong
masyarakat, pelaku usaha/kegiatan, Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Kabupaten/Kota mentaati peraturan perundangundangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
15. Penegakan Hukum Lingkungan adalah upaya untuk mencapai
ketaatan terhadap hukum lingkungan, melalui pengawasan dan
penerapan sanksi.
16. Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup adalah rangkaian upaya untuk
memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
17. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku
mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
18. Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan orang yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat
fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup, sehingga melampaui
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
19. Kerusakan Lingkungan Hidup adalah perubahan langsung dan/atau
tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan
hidup, yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
20. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disebut KLHS
adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.

Halaman 319

21. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan


untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antarkeduanya.
22. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan
untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk
atau dimasukkan ke dalamnya.
23. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan
bagi
proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
24. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup, yang
diperlukan
bagi
proses
pengambilan
keputusan
tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
25. Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumberdaya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
26. Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung
atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan
perubahan komposisi atmosfir secara global dan perubahan
variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat
dibandingkan.
27. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
28. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut B3 adalah
zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain.
29. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengandung B3.
30. Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan,
penyimpanan,
pengumpulan,
pengangkutan,
pemanfaatan,
pengolahan, dan/atau penimbunan limbah B3.
31. Organisasi Lingkungan Hidup adalah kelompok orang yang
terorganisasi dan terbentuk atas kehendak sendiri yang tujuan dan
kegiatannya berkaitan dengan lingkungan hidup.
32. Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk
menilai ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
33. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut RPPLH adalah perencanaan tertulis yang
memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu.

Halaman 320

34. Hukum Lingkungan adalah serangkaian norma yang mengatur


kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain.
35. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan diantara dua pihak
atau lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi dan/atau telah
berdampak pada lingkungan hidup.
36. Masyarakat Hukum Adat adalah komunitas antropologis yang
bersifat homogen dan secara berkelanjutan mendiami suatu wilayah
tertentu, mempunyai hubungan historis dan mistis dengan sejarah
masa lampau mereka, merasa dirinya dan dipandang oleh pihak luar
sebagai berasal dari satu nenek moyang yang sama, serta
mempunyai identitas dan budaya yang khas, yang ingin dipelihara
dan dilestarikan untuk kurun sejarah selanjutnya, serta tidak
mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan sistem politik
yang ada.
Bagian Kedua
Asas
Pasal 2
Pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan
dilaksanakan berdasarkan asas :
a. tanggungjawab Daerah;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. kesejahteraan sosial;
e. keterpaduan;
f.

manfaat;

g. kehatian-hatian;
h. keadilan;
i.

ekoregion;

j.

keanekaragaman hayati;

k. pencemar membayar;
l.

partisipatif; dan

m. kearifan lokal.
Bagian Ketiga
Tujuan
Pasal 3
Pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan
bertujuan untuk :
a. mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dalam rangka pembangunan masyarakat Jawa Barat
seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;

Halaman 321

b. menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha/kegiatan


untuk mentaati Hukum Lingkungan dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
c. mencegah dan menanggulangi perilaku masyarakat dan pelaku
usaha/kegiatan terhadap tindakan atau kegiatan yang berdampak
negatif pada kelestarian lingkungan hidup;
d. membina dan meningkatkan kemampuan, keahlian, dan
keterampilan aparat Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam upaya perlindungan lingkungan hidup; dan
e. mendukung, membina dan mengawasi upaya-upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Bagian Keempat
Kedudukan
Pasal 4
Pengaturan mengenai pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan
Hukum Lingkungan berkedudukan sebagai :
a. acuan dalam
pembangunan;

penetapan

kebijakan

di

bidang

perencanaan

b. pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan; dan


c. pedoman bagi Kabupaten/Kota dalam penetapan Peraturan Daerah
dan/atau kebijakan di bidang lingkungan hidup.
Bagian Kelima
Ruang Lingkup
Pasal 5
Pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan
meliputi:
a. pengelolaan, terdiri atas :
1. perencanaan;
2. pemanfaatan;
3. pengendalian;
4. pemeliharaan; dan
5. pengawasan.
b. penaatan hukum.
BAB II
KEWENANGAN
Pasal 6
Dalam pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan,
Pemerintah Daerah berwenang :

Halaman 322

a. mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran


dan/atau kerusakan lingkungan hidup lintas Kabupaten/Kota;
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, Peraturan Daerah, dan Peraturan Bupati/Walikota;
c. mengkoordinasikan dan memfasilitasi kerjasama dan penyelesaian
perselisihan antar Kabupaten/Kota serta penyelesaian sengketa;
d. mengembangkan dan melaksanakan kerjasama dan kemitraan;
e. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kegiatan;
f. melaksanakan standar pelayanan minimal;
g. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat provinsi;
h. mengembangkan dan mensosialisasikan pemanfaatan teknologi
ramah lingkungan;
i.

memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;

j.

menyelenggarakan inventarisasi sumberdaya alam dan emisi gas


rumah kaca pada tingkat provinsi;

k. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;


l.

menetapkan
provinsi;

dan

melaksanakan

kebijakan

mengenai

RPPLH

m. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi;


n. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan
UKL-UPL;
o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat provinsi;
p. pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 skala provinsi;
q. penerbitan izin pengumpulan limbah B3 skala provinsi dan sumber
limbah lintas Kabupaten/Kota, kecuali minyak pelumas/oli bekas;
r. pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat pencemaran limbah B3
pada skala provinsi;
s. penerbitan rekomendasi izin pengumpulan limbah B3 skala nasional;
t. pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat limbah B3 skala
provinsi;
u. pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3
skala provinsi;
v. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan
dan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup;
w. menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan
masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum
adat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup pada tingkat provinsi; dan
x. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat
provinsi.

Halaman 323

BAB III
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Bagian Kesatu
Perencanaan
Paragraf 1
Umum
Pasal 7
Pemerintah Daerah melaksanakan perencanaan lingkungan hidup
berupa proses penyusunan RPPLH, yang meliputi kegiatan :
a.

penetapan ekoregion tingkat provinsi;

b.

inventarisasi, pengumpulan data dan informasi; dan

c.

penyusunan RPPLH.
Paragraf 2
Penetapan Ekoregion Tingkat Provinsi
Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan penetapan wilayah ekoregion


tingkat provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a,
dengan pertimbangan :
a. karakteristik bentang alam;
b. daerah aliran sungai;
c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g. kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.
(2) Wilayah ekoregion tingkat provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada Lampiran, sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dalam Peraturan Daerah ini.
Paragraf 3
Inventarisasi, Pengumpulan Data dan Informasi
Pasal 9
(1) Inventarisasi, pengumpulan data dan informasi dilakukan di setiap
wilayah ekoregion tingkat provinsi untuk memperoleh data dan
informasi mengenai sumberdaya alam, yang meliputi :
a. potensi dan ketersediaan;
b. jenis yang dimanfaatkan;
c. bentuk penguasaan;
d. pengetahuan pengelolaan;

Halaman 324

e. bentuk kerusakan; dan


f. konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.
(2) Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion tingkat
provinsi dilakukan untuk menentukan daya dukung dan daya
tampung serta cadangan sumberdaya alam.
Paragraf 4
Penyusunan RPPLH
Pasal 10
(1) RPPLH provinsi disusun berdasarkan :
a. RPPLH nasional;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan
c. inventarisasi tingkat ekoregion.
(2) Penyusunan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dengan memperhatikan :
a. keragaman karakter dan fungsi ekologis;
b. sebaran penduduk;
c. sebaran potensi sumberdaya alam;
d. kearifan lokal; dan
e. perubahan iklim.
(3) RPPLH paling kurang memuat rencana tentang :
a. kerangka hukum pengelolaan lingkungan hidup;
b. valuasi ekonomi sumberdaya alam;
c. pemanfaatan lahan kaitannya dengan tata ruang dan kualitas
lingkungan hidup;
d. pengelolaan sumberdaya air permukaan;
e. pengelolaan sumberdaya air tanah dan hidrogeologi;
f.

pengelolaan sumberdaya hutan, perkebunan dan pertanian;

g. pengelolaan keanekaragaman hayati;


h. pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir;
i.

pengelolaan sumberdaya pertambangan mineral, batubara serta


minyak dan gas;

j.

rumusan strategi pengelolaan kualitas air;

k. rumusan strategi pengelolaan kualitas udara;


l.

rumusan strategi pengelolaan sampah;

m. rumusan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;


n. analisis pertumbuhan penduduk dan perubahan kehidupan sosial
yang berdampak terhadap lingkungan hidup;
o. rumusan strategi kemampuan laboratorium dalam menunjang
program pemantauan lingkungan; dan
p. pengembangan sistem informasi lingkungan.

Halaman 325

(4) RPPLH menjadi dasar penyusunan dan dimuat dalam Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Pasal 11
(1) RPPLH ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
(2) RPPLH dapat ditinjau kembali paling lambat 5 (lima) tahun 1 (satu)
kali.
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 12
(1) Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan berdasarkan RPPLH.
(2) Selain berdasarkan RPPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilaksanakan berdasarkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan
memperhatikan :
a. keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;
b. keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan
c. keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Gubernur menetapkan daya dukung dan daya tampung lingkungan
provinsi dan ekoregion tingkat provinsi.
(4) Bupati/Walikota menetapkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dan ekoregion tingkat Kabupaten/Kota, dengan terlebih
dahulu berkoordinasi kepada Gubernur.
Bagian Ketiga
Pengendalian
Paragraf 1
Umum
Pasal 13
(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.
(3) Pemerintah
Daerah
lingkungan, meliputi :

melaksanakan

pengendalian

dampak

a. pengendalian pencemaran air;


b. pengendalian pencemaran udara;

Halaman 326

c. pengelolaan limbah B3;


d. pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut;
e. pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat
kebakaran hutan dan/atau lahan;
f.

pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan akibat


kegiatan pertambangan;

g. pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk


kegiatan produksi biomassa; dan
h. penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
bencana.
(4) Setiap pelaku usaha yang melaksanakan kegiatan usaha di Daerah,
wajib melaksanakan pengendalian sesuai dengan kewenangan,
peran, dan tanggungjawab masing-masing, dengan ketentuan
melaporkan pelaksanaannya kepada Badan.
Pasal 14
(1) Pengendalian pencemaran air meliputi pengaturan
pencegahan, penanggulangan serta pemulihan.

tentang

(2) Gubernur menetapkan kelas air dan baku mutu air lintas
Kabupaten/Kota, yang didasarkan pada hasil pengkajian, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Gubernur dapat menetapkan baku mutu air lebih ketat dari kriteria
mutu air untuk kelas yang ditetapkan dan tambahan parameter dari
yang ada dalam kriteria mutu air berdasarkan hasil pengkajian kelas
air dan kriteria mutu air, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Pemantauan kualitas air pada sumber air dan sumber pencemaran
dilakukan secara sinergi oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Gubernur dapat menetapkan :
a. baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan dengan
ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah yang
ditetapkan Menteri; dan/atau
b. tambahan parameter di luar parameter dari baku mutu air limbah
yang telah ditetapkan Menteri, dengan persetujuan Menteri.
(6) Gubernur wajib menggunakan hasil penetapan daya tampung
beban pencemaran dalam menetapkan baku mutu air limbah dan
penambahan parameter.
Pasal 15
(1) Pengendalian pencemaran udara meliputi :
a. pengendalian pencemaran udara ambien; dan
b. pengendalian gangguan lain pada media udara.
(2) Pengendalian pencemaran udara ambien dan gangguan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui kegiatan :

Halaman 327

a. pencegahan pencemaran udara;


b. penanggulangan pencemaran udara; dan
c. pemulihan mutu udara.
Pasal 16
(1) Pengelolaan limbah B3 ditujukan untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar.
(2) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
(3) Dalam hal penghasil limbah B3 tidak mampu melakukan sendiri
pengelolaan limbah B3, maka pengelolaannya diserahkan kepada
pihak lain.
(4) Setiap kegiatan pengumpulan limbah B3 skala provinsi kecuali
minyak pelumas/oli bekas, wajib mendapat izin dari Gubernur.
(5) Gubernur wajib mencantumkan persyaratan lingkungan hidup yang
harus dipenuhi oleh setiap kegiatan pengumpulan limbah B3 skala
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
Pasal 17
(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi turunnya mutu pesisir
dan laut dan/atau rusaknya sumberdaya pesisir dan laut.
(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan pesisir dan laut
didasarkan pada baku mutu air laut, kriteria baku kerusakan pesisir
dan laut serta status mutu laut.
(3) Gubernur menetapkan kriteria baku kerusakan dan status mutu
laut, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 18
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah akibat kebakaran
hutan dan/atau lahan bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan
tanah akibat kebakaran hutan dan/atau lahan.
Pasal 19
(1) Pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
kegiatan pertambangan dilakukan sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur.
(2) Gubernur dapat menetapkan kriteria kerusakan lingkungan dan
batu mutu limbah akibat kegiatan pertambangan.
(3) Gubernur melakukan pemantauan terhadap pencemaran dan
kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan.

Halaman 328

Pasal 20
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk produksi
biomassa bertujuan mencegah terjadinya kerusakan tanah yang dapat
mengganggu kegiatan produksi biomassa.
Pasal 21
Penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
bencana bertujuan untuk mengembalikan kelestarian fungsi lingkungan
pascabencana.
Pasal 22
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup, terdiri atas :
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. Amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
k. analisis risiko lingkungan hidup; dan
l. audit lingkungan hidup.
Pasal 23
(1) KLHS wajib dilaksanakan dalam penyusunan dan evaluasi :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), RPJPD dan
RPJMD; dan
b. kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
(2) Penyelenggaraan KLHS untuk RTRWP, RPJPD, RPJMD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyusunan KLHS untuk kebijakan rencana dan program yang
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat diprakarsai oleh Badan,
pemrakarsa program atau organisasi lain yang berkepentingan.
(4) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibahas dan
diverifikasi oleh forum yang dikoordinasikan oleh Badan.

Halaman 329

(5) Hasil pembahasan dan verifikasi KLHS sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) dipublikasikan secara luas dan menjadi dasar bagi
Gubernur dalam penetapan keputusan.
(6) Dengan mempertimbangkan luasnya dampak dan adanya alternatif
atas
suatu proyek, sebelum memberikan persetujuan atau
rekomendasi, Gubernur dapat menetapkan agar suatu proyek yang
telah disertai Amdal dikaji ulang dengan KLHS.
(7) KLHS dikecualikan terhadap :
a. penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program
menanggulangi keadaan darurat bencana; atau

untuk

b. penyusunan atau evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program


yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 24
(1) Dalam pelaksanaan KLHS, Pemerintah Daerah wajib melibatkan
masyarakat dan para pemangku kepentingan, meliputi :
a. perseorangan dan/atau kelompok masyarakat yang mempunyai
informasi dan keahlian; dan
b. perseorangan dan/atau kelompok masyarakat yang terkena
dampak penerapan kebijakan, rencana dan/atau program.
(2) Pelibatan masyarakat dan para pemangku kepentingan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memperoleh
informasi, saran, pertimbangan dan/atau pendapat dalam :
a. perumusan lingkup KLHS, identifikasi pemangku kepentingan,
serta identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan, yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup;
b. pelaksanaan kajian pengaruh kebijakan, rencana dan/atau
program atau rancangannya terhadap kondisi lingkungan hidup;
c. perumusan alternatif bagi penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program atau rancangannya; dan
d. penyusunan rekomendasi perbaikan
dan/atau program atau rancangannya.

kebijakan,

rencana

(3) Pelibatan masyarakat dan para pemangku kepentingan


dilaksanakan melalui dialog, diskusi, konsultasi publik dan/atau
secara tertulis.
Pasal 25
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah
wajib didasarkan pada KLHS.
(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.

Halaman 330

Pasal 26
(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup, diukur dari
baku mutu lingkungan hidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan
g.baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(3) Setiap orang dilarang membuang limbah ke media lingkungan hidup,
kecuali :
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b.mendapat izin Gubernur sesuai dengan kewenangannya,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
(1) Untuk menentukan
terjadinya
kerusakan lingkungan hidup,
ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku
kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.
(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem, meliputi :
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan;
d. kriteria baku kerusakan mangrove;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
g.kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada
parameter, meliputi :
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.

Halaman 331

Pasal 28
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup, wajib memiliki Amdal.
(2) Pemerintah Daerah berwenang melaksanakan :
a.

penilaian Amdal bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang


mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup di
Daerah, sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah;

b.

pembinaan dan pengawasan terhadap penilaian Amdal di


Kabupaten/Kota; dan

c.

pengawasan terhadap pengelolaan RKL/RPL bagi jenis usaha


dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal dalam wilayah
provinsi dalam rangka uji petik.

(3) Dokumen Amdal disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan


masyarakat, berdasarkan prinsip pemberian informasi yang
transparan dan lengkap, serta diberitahukan sebelum kegiatan
dilaksanakan.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi :
a.

yang terkena dampak;

b.

pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

c.

yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses


Amdal.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Amdal berikut tatacara penyusunannya,
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
(1) Gubernur membentuk Komisi Penilai Amdal.
(2) Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menilai
dokumen Amdal untuk usaha dan/atau kegiatan yang :
a. bersifat strategis provinsi; dan/atau
b. berlokasi di :
1. lintas wilayah Kabupaten/Kota; dan/atau
2. wilayah laut antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas)
mil laut, diukur dari garis pantai ke arah laut lepas, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Komisi Penilai Amdal menyampaikan hasil penilaian akhir dokumen
Andal dan RKL-RPL yang dituangkan dalam rekomendasi hasil
penilaian Amdal kepada Gubernur.
(4) Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota yang akan diterbitkan
lisensinya harus terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari
Kepala Badan.

Halaman 332

Pasal 30
(1) Berdasarkan rekomendasi Komisi Penilai Amdal, Gubernur
menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup.
(2) Gubernur dapat mendelegasikan penetapan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Kepala Badan.
Pasal 31
(1) Pembinaan teknis dan pengawasan terhadap Komisi Amdal
Kabupaten/Kota dan konsultan Amdal dilaksanakan oleh Badan,
sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
(2) Rekomendasi dan keputusan kelayakan lingkungan hidup yang
diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota disampaikan kepada
Gubernur dengan tembusan disampaikan kepada Badan.
(3) Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan berkewajiban menyampaikan
pelaporan pelaksanaan RKL-RPL kepada Badan setiap 6 (enam)
bulan.
(4) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakan
pengawasan terhadap implementasi RKL-RPL bagi jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal di Daerah.
Pasal 32
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib Amdal, wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL.
(2) Gubernur menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL sesuai kewenangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di :
a. lintas wilayah Kabupaten/Kota; dan/atau
b. wilayah laut antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil
laut, diukur dari garis pantai ke arah laut lepas, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan rekomendasi UKL-UPL
dilakukan oleh Badan, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan UKL-UPL di Daerah.
(5) Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan
disampaikan kepada Badan.
Pasal 33
(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan dengan kriteria wajib Amdal
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Halaman 333

(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.
(4) Jangka waktu izin usaha sama dengan jangka waktu izin lingkungan.
(5) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL.
(6) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pada Pasal 33 ayat
(1) dapat dibatalkan apabila :
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tidak memenuhi syarat sebagaimana tercantum
dalam Keputusan Komisi Penilai Amdal tentang kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan.
(7) Dalam hal izin lingkungan dicabut, maka izin usaha dan/atau
kegiatan dibatalkan.
(8) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan
permohonan perubahan izin lingkungan.
(9) Gubernur melimpahkan kewenangan penerbitan izin lingkungan
kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat.
(10) Tatacara pencabutan dan pembatalan izin lingkungan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah
Daerah mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi
lingkungan hidup, meliputi :
a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;
b. pendanaan lingkungan hidup; dan
c. insentif dan/atau disinsentif.
(2) Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional
bruto yang mencakup penyusutan sumberdaya alam dan
kerusakan lingkungan hidup;
c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah;
dan

Halaman 334

d. internalisasi biaya lingkungan hidup.


(3) Instrumen pendanaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. dana jaminan pemulihan lingkungan hidup;
b. dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan
pemulihan lingkungan hidup; dan
c. dana amanah/bantuan untuk konservasi.
(4) Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, diterapkan dalam bentuk :
a. pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan;
b. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan hidup;
c. pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang
ramah lingkungan;
d. pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah
dan/atau emisi;
e. pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup;
f. pengembangan asuransi lingkungan hidup;
g. pengembangan sistem label ramah lingkungan; dan
h. sistem penghargaan kinerja
pengelolaan lingkungan hidup.

di

bidang

perlindungan

dan

Pasal 35
Setiap penyusunan ketentuan peraturan perundang-undangan di Daerah
wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup serta prinsip
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 36
(1) Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota mengalokasikan anggaran yang memadai untuk
membiayai :
a. kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum
Lingkungan;
b. program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup; dan
c. pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah
mengalami pencemaran dan/atau kerusakan.
(2) Gubernur memberikan insentif kepada Kabupaten/Kota yang
memiliki kinerja pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum
Lingkungan yang baik.
Pasal 37
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap
ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia, wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.

Halaman 335

(2) Analisis risiko lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat


(1), meliputi :
a. pengkajian risiko;
b. pengelolaan risiko; dan/atau
c. komunikasi risiko.
Pasal 38
(1) Pemerintah Daerah mendorong penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup dalam rangka
meningkatkan kinerja lingkungan hidup.
(2) Pelaksanaan audit lingkungan hidup terhadap kegiatan tertentu yang
berisiko tinggi dilakukan secara berkala, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Paragraf 3
Penanggulangan
Pasal 39
(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, wajib melakukan penanggulangan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
(2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan :
a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup kepada masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Paragraf 4
Pemulihan
Pasal 40
(1) Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup, wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan
hidup.
(2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan dengan tahapan :
a. penghentian
pencemar;

sumber

pencemaran

dan

pembersihan

unsur

b. remediasi;
c. rehabilitasi;

Halaman 336

d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(3) Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup yang disimpan di Bank
Pemerintah/Daerah
yang
ditunjuk
oleh
Gubernur
atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
(4) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi
lingkungan hidup dengan menggunakan dana penjaminan.
Bagian Keempat
Pemeliharaan
Pasal 41
(1) Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya :
a. konservasi sumberdaya alam;
b. pencadangan sumberdaya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi atmosfer
(2) Konservasi sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi kegiatan :
a. perlindungan sumberdaya alam;
b. pengawetan sumberdaya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam.
(3) Pencadangan sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat dikelola
dalam jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi :
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan asam.
Pasal 42
(1) Pemerintah Daerah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD)
Perubahan Iklim untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan menjadi dasar dengan mempertimbangkan perubahan
iklim telah terintegrasi dalam pembangunan wilayah, kebijakan,
rencana, dan/atau program.
(2) Penyusunan RAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dengan memperhatikan KLHS, RTRWP, RPJPD dan
RPJMD, dengan mempertimbangkan karakteristik, potensi dan
kewenangan Daerah.

Halaman 337

(3) RAD Perubahan Iklim sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


adalah dokumen rencana aksi mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim dari berbagai bidang yang terkait, sebagai bahan:
a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program
terhadap emisi karbon di Daerah;
b. perumusan upaya adaptasi melalui penyempurnaan kebijakan,
rencana, dan/atau program; dan
c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan kebijakan, rencana,
dan/atau program, yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan dengan mempertimbangkan adanya perubahan
iklim.
(4) Badan menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAD-GRK), yang merupakan dokumen rencana kerja
pelaksanaan berbagai kegiatan, yang secara langsung dan tidak
langsung dapat menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan
target pembangunan Daerah.
(5) Gubernur menetapkan target penurunan emisi gas rumah
berbagai bidang menjadi landasan bagi Pemerintah
masyarakat dan pelaku usaha untuk melaksanakan
kegiatan mitigasi, yang secara langsung maupun tidak
menurunkan emisi gas rumah kaca.

kaca dari
Daerah,
berbagai
langsung

(6) Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan


penurunan emisi gas rumah kaca sebagaimana dimaksud pada
ayat (5).
(7) Dalam rangka pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Pemerintah Daerah bersamasama dengan masyarakat dan pelaku usaha melaksanakan
inventarisasi gas rumah kaca.
BAB IV
LABORATORIUM LINGKUNGAN
Pasal 43
(1) Pengujian parameter kualitas lingkungan untuk mendukung
pengelolaan lingkungan hidup bagi penyedia dan pengguna jasa,
dilakukan oleh laboratorium lingkungan.
(2) Untuk memperoleh pengakuan sebagai laboratorium lingkungan,
laboratorium wajib memiliki :
a. sertifikat akreditasi sebagai laboratorium pengujian dengan
lingkup parameter kualitas lingkungan, yang diterbitkan oleh
lembaga akreditasi yang berwenang; dan
b. identitas registrasi yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan
Hidup.
(3) Gubernur dapat menunjuk laboratorium
pengelolaan lingkungan hidup di wilayahnya.

lingkungan

untuk

(4) Dalam melaksanakan penunjukan laboratorium lingkungan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Gubernur melimpahkan
kewenangannya kepada Kepala Badan.

Halaman 338

(5) Badan melakukan pembinaan kepada laboratorium lingkungan yang


berada di wilayahnya.
(6) Dalam hal laboratorium lingkungan melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan
penaatan Hukum Lingkungan, Kepala Badan dapat mencabut
penunjukan dan melaporkannya ke Kementerian Lingkungan Hidup.
BAB V
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Pasal 44
Kerjasama dilakukan dalam pengembangan sistem informasi,
penyuluhan, penyusunan Amdal bagi usaha dan/atau kegiatan usaha
mikro dan kecil, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Pasal 45
(1) Kemitraan dilakukan dengan kelompok masyarakat di Daerah,
organisasi lingkungan hidup, asosiasi pengusaha atau profesi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, dan/atau pihak lain dalam upaya
penaatan Hukum Lingkungan.
(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dalam bentuk kerjasama jangka panjang dan/atau pelaksanaan
kegiatan berdasarkan komitmen bersama.
BAB VI
KELEMBAGAAN
Pasal 46
(1) Dalam rangka memfasilitasi penaatan dan penegakan Hukum
Lingkungan, dibentuk Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) di
lingkungan Badan.
(2) Pembentukan UPTB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur, sesuai kewenangan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VII
PERANSERTA MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Dunia Usaha
Pasal 47
Peranserta dunia usaha dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
penaatan Hukum Lingkungan adalah sebagai berikut :
a. memberikan kontribusi terhadap pengelolaan lingkungan hidup di
Daerah;
b. bermitra usaha dengan Pemerintah dan/atau masyarakat setempat
dalam pengelolaan lingkungan hidup di Daerah;

Halaman 339

c. meningkatkan nilai ekonomis wilayah yang berfungsi ekologis; dan


d. menerapkan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan
(corporate social responsibility).
Bagian Kedua
Masyarakat
Pasal 48
Peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
penaatan Hukum Lingkungan adalah sebagai berikut :
a. memberikan kontribusi terhadap pengelolaan lingkungan hidup di
Daerah;
b. menjadi pelaku dalam pengelolaan lingkungan hidup di Daerah;
c. menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan hidup; dan
d. melaksanakan pemantauan dan pengawasan dalam rangka
peningkatan kualitas lingkungan hidup.
BAB VIII
PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT
Bagian Kesatu
Kriteria
Pasal 49
(1) Kriteria objektif masyarakat hukum adat, meliputi :
a. merupakan
homogen;

komunitas

antropologis

yang

relatif

bersifat

b. mendiami dan mempunyai keterkaitan sejarah, baik lahiriah


maupun rohaniah, dengan wilayah leluhur (homeland) tertentu;
c. adanya identitas dan budaya yang khas, serta sistem sosial dan
hukum yang bersifat tradisional, yang secara sungguh-sungguh
diupayakan untuk dilestarikan; dan
d. tidak mempunyai posisi yang dominan dalam struktur dan
sistem politik.
(2) Kriteria subjektif masyarakat hukum adat, meliputi :
a. identifikasi diri sebagai suatu komunitas antropologis dan
mempunyai keinginan yang kuat untuk secara aktif memelihara
identitas diri; dan
b. dipandang oleh pihak di luar komunitas antropologis tersebut
sebagai komunitas yang terpisah.
Bagian Kedua
Hak
Pasal 50
Hak-hak masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49, meliputi :

Halaman 340

a. hak perseorangan, yaitu hak warga masyarakat hukum adat yang


sama dengan Warga Negara Indonesia lainnya;
b. hak kolektif sebagai masyarakat hukum adat, yaitu hak kolektif
untuk memelihara eksistensi dan identitas kulturalnya maupun
untuk membangun dan mengembangkan potensi warganya untuk
mencapai kesejahteraan yang lebih baik, terutama hak atas tanah
ulayat; dan
c. hak atas pembangunan, yang terdiri atas :
1. hak untuk menentukan nasib sendiri (rights of internal self
determination);
2. hak atas pangan, kesehatan, habitat, dan keamanan ekonomi
(rights to food, health, habitat, and economic security);
3. hak minoritas dan masyarakat hukum adat (rights of minorities
and indigenous peoples);
4. hak atas tanah (rights to land);
5. hak atas persamaan (rights to equality);
6. hak atas perlindungan lingkungan (rights to environmental
protection); dan
7. hak atas penegakan hukum yang adil (rights to the rule of law).
Bagian Ketiga
Perlindungan
Pasal 51
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan
perlindungan terhadap masyarakat hukum adat, dari :
a. setiap tindakan yang mempunyai tujuan atau akibat yang mencabut
masyarakat hukum adat dan integritasnya sebagai masyarakat
yang khas, atau dari identitas dan nilai-nilai budayanya;
b. setiap tindakan yang mempunyai tujuan atau akibat yang
merampas tanah, wilayah, atau sumberdaya yang dimiliki/dikuasai
masyarakat hukum adat;
c. setiap bentuk pemindahan penduduk yang mempunyai tujuan atau
akibat yang melanggar atau mengancam hak-hak masyarakat
hukum adat;
d. setiap bentuk asimilasi atau pencampuran oleh budaya atau cara
hidup yang lain, yang dipaksakan kepada masyarakat hukum adat
melalui mekanisme legislasi, administratif, ataupun tindakan
lainnya; dan/atau
e. setiap bentuk propaganda yang diarahkan kepada masyarakat
hukum adat, mencakup hak sipil, hak politik, serta hak ekonomi,
sosial dan budaya.

Halaman 341

BAB IX
SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 52
(1) Badan melakukan pengembangan sistem informasi lingkungan
hidup, dalam rangka publikasi sistem informasi lingkungan hidup.
(2) Sistem informasi lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi serta wajib dipublikasikan kepada masyarakat.
(3) Sistem informasi lingkungan hidup, terdiri dari :
a. status lingkungan hidup;
b. peta rawan lingkungan hidup; dan
c. informasi lingkungan hidup lain, meliputi :
1. dokumen Amdal;
2. laporan dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup;
3. peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
pada tingkat nasional dan provinsi; dan
4. kebijakan lingkungan hidup Pemerintah Daerah.
Pasal 53
(1) Untuk mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup skala
provinsi, Badan berkoordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah
dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya air, pertambangan, kehutanan, tata ruang, dan
perencanaan pembangunan Daerah.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa permintaan
dan klarifikasi informasi lingkungan hidup.
Pasal 54
(1) Badan wajib melakukan pemutakhiran data informasi lingkungan
hidup paling sedikit 1 (satu) kali setahun.
(2) Koordinasi pemutakhiran data informasi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu
tertentu.
Pasal 55
(1) Dalam hal terdapat informasi lingkungan hidup yang tidak atau belum
dipublikasikan dalam sistem informasi lingkungan hidup, setiap orang
berhak untuk mengajukan permohonan informasi kepada pejabat
pengelola informasi dan data di lingkungan Badan.
(2) Badan dapat menolak permohonan informasi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila termasuk jenis
informasi publik yang dikecualikan.
(3) Dalam hal informasi lingkungan hidup yang diminta tidak diberikan
oleh Badan, pemohon dapat mengajukan gugatan melalui
penyelesaian sengketa informasi publik.

Halaman 342

BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 56
Pembiayaan yang diperlukan untuk pengelolaan lingkungan hidup dan
penaatan Hukum Lingkungan, dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat; dan
b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.
BAB XI
PEMBINAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 57
Kegiatan pembinaan meliputi :
a. sosialisasi;
b. bantuan teknis;
c. pendidikan dan pelatihan; dan
d. pendidikan lingkungan hidup.
Bagian Kedua
Sosialisasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 58
Sosialisasi informasi lingkungan hidup dilaksanakan melalui kegiatan:
a. publikasi sistem informasi;
b. penyuluhan; dan
c. konsultasi.
Paragraf 2
Publikasi Sistem Informasi
Pasal 59
(1) Kepala Badan menyusun dan menetapkan rencana kebutuhan
publikasi informasi lingkungan hidup, yang mencakup :
a. rencana kebutuhan publikasi sistem informasi lingkungan hidup;
b. rencana kebutuhan penyuluhan;
c. rencana alokasi anggaran; dan
d. rencana alokasi sumberdaya manusia.
(2) Publikasi sistem informasi lingkungan hidup dilakukan melalui media
yang mudah diakses masyarakat.

Halaman 343

Paragraf 3
Penyuluhan
Pasal 60
(1) Penyuluhan lingkungan hidup dilakukan kepada kelompok
masyarakat, pelaku usaha dan/atau kegiatan di Kabupaten/Kota.
(2) Penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan
pada wilayah yang memiliki potensi besar terjadi pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup paling sedikit 1 (satu) kali
dalam setahun di Kabupaten/Kota.
Pasal 61
(1) Kepala Badan mengembangkan dan menyusun materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi lokal, dan kelompok sasaran penyuluhan.
(2) Ruang lingkup materi penyuluhan menggambarkan :
a. kondisi lingkungan hidup di Daerah;
b. permasalahan lingkungan hidup di wilayah kelompok sasaran;
c. mekanisme perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d. hak-hak setiap orang, masyarakat, termasuk masyarakat hukum
adat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
e. kebijakan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam bidang lingkungan hidup.
Paragraf 4
Konsultasi
Pasal 62
Badan memberikan konsultasi atas permintaan penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan dan masyarakat umum.
Bagian Ketiga
Bantuan Teknis
Pasal 63
(1) Bantuan teknis oleh Pemerintah Daerah diberikan kepada :
a. Kabupaten/Kota, di bidang program dan kegiatan; dan
b. pelaku usaha dan/atau usaha mikro dan kecil yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup, dalam penyusunan Amdal.
(2) Bantuan teknis kepada Kabupaten/Kota di bidang program dan
kegiatan, dilakukan pada tahap :
a. perencanaan, berupa :
1. bantuan informasi; dan/atau
2. konsultasi penyusunan program dan kegiatan.
b. pelaksanaan, berupa :
1. bantuan sumberdaya manusia; dan/atau
2. bantuan keuangan.
c. evaluasi, berupa fasilitasi evaluasi program dan kegiatan.

Halaman 344

Pasal 64
(1) Pemerintah Daerah membantu penyusunan Amdal bagi kegiatan
usaha mikro dan kecil yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup.
(2) Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa fasilitasi, biaya dan/atau penyusunan Amdal.
(3) Kriteria mengenai kegiatan usaha mikro dan kecil diatur dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 65
(1) Pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup diselenggarakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang meliputi :
a. pendidikan dan pelatihan teknis; dan
b. pendidikan dan pelatihan fungsional.
(2) Pemerintah Daerah menyusun dan mengembangkan materi ajar
tambahan dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan lingkungan
hidup, yang wajib diberikan pada setiap jenis pendidikan dan
pelatihan lingkungan hidup, meliputi :
a. permasalahan lingkungan hidup di Daerah;
b. pokok-pokok Hukum Lingkungan; dan
c. kearifan lokal di Daerah.
(3) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
diidentifikasi dari praktik pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan
Hukum Lingkungan di Daerah.
Bagian Kelima
Pendidikan Lingkungan Hidup
Pasal 66
(1) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup,
akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(2) Pendidikan lingkungan hidup dilaksanakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal dan jalur informal.
(3) Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap kondisi
lingkungan hidup dalam rangka mengembangkan cipta, rasa, karsa
dan karya untuk memelihara, memperbaiki dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup sekolah dan lingkungan sekitar,
pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan sebagai muatan lokal pada
pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di
Daerah.

Halaman 345

BAB XII
PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 67
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, meliputi :
a. pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3;
b. pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah B3;
c. pengawasan peaksanaan sistem tanggap darurat;
d. pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3;
e. pengawasan terhadap penilaian Amdal di Kabupaten/Kota;
f. pengawasan terhadap pengelolaan UKL-UPL bagi jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal dalam rangka uji
petik;
g. pengawasan terhadap pelaksanaan rekomendasi UKL-UPL yang
dilakukan oleh Kabupaten/Kota;
h. pengawasan pengendalian pencemaran air;
i. pengawasan pelaksanaan pemberian izin pembuangan limbah
cair;
j. pengawasan baku mutu emisi udara sumber tidak bergerak,
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dan
penetapan baku tingkat kebisingan dan getaran sumber tidak
bergerak dan baku tingkat kebisingan kendaraan bermotor lama;
k. pengawasan terhadap penaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran udara;
l. pengawasan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan oleh Kabupaten/Kota;
m.pengawasan atas pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
dan/atau lahan yang berdampak atau diperkirakan dapat
berdampak skala provinsi; dan
n. pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah
akibat kegiatan yang berdampak atau diperkirakan dapat
berdampak skala provinsi.
(2) Gubernur
dan
Bupati/Walikota
dapat
mendelegasikan
kewenangannya
dalam
melakukan
pengawasan
kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Gubernur dan Bupati/Walikota
menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang merupakan
pejabat fungsional.
(4) Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap izin lingkungan.

Halaman 346

Pasal 68
Badan berkewajiban :
a. menyusun dan menetapkan kebijakan pengawasan terhadap pelaku
usaha dan/atau kegiatan, serta Kabupaten/Kota;
b. menjamin ketersediaan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup untuk
melakukan pengawasan di Daerah;
c. memfasilitasi ketersediaan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
Kabupaten/Kota;
d. melakukan pemantauan, evaluasi hasil pengawasan dan kinerja
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup;
e. menindaklanjuti hasil pengawasan oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup; dan
f. mengkoordinasikan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Bagian Kedua
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Pasal 69
(1) Gubernur menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang
merupakan pejabat fungsional di lingkungan Badan.
(2) PNS yang akan diangkat menjadi Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. telah lulus Diklat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup;
b. memahami permasalahan lingkungan hidup di Daerah; dan
c. memenuhi persyaratan lain.
(3) Dalam melakukan pengawasan, Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup berwenang melakukan tindakan-tindakan tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(4) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup melaksanakan pengawasan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Badan.
(5) Pelaksanaan pengawasan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi :
a. pemantauan secara berkala kelengkapan perizinan dan
persyaratan lingkungan hidup, serta pelaksanaan usaha dan/atau
kegiatan;
b. pemantauan secara berkala terhadap pelaksanaan kebijakan,
Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, program
dan kegiatan Kabupaten/Kota;
c. pelaksanaan tindakan-tindakan pengawasan sesuai dengan
kewenangan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup;
d. pelaporan hasil pengawasan kepada Kepala Badan; dan
e. kegiatan-kegiatan lain berdasarkan peraturan perundangundangan.
Pasal 70
(1) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup berwenang :
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;

Halaman 347

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang


diperlukan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret;
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;
h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup dapat melakukan koordinasi dengan PPNS.
(3) Penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi
pelaksanaan tugas Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup.
Bagian Ketiga
Pengawasan Masyarakat
Pasal 71
(1) Masyarakat berhak melakukan pengawasan sosial, berupa :
a. pemantauan terhadap dampak lingkungan hidup akibat
pelaksanaan usaha dan/atau kegiatan, serta program dan
kegiatan
Pemerintah
Daerah
dan/atau
Pemerintah
Kabupaten/Kota;
b. pemantauan pelaksanaan kebijakan, Peraturan Daerah dan
Peraturan Gubernur; dan
c. bentuk pengawasan sosial lainnya, sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Masyarakat berhak menindaklanjuti hasil pengawasan sosial melalui
mekanisme keberatan, pemberian saran, atau pengaduan, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Badan wajib membentuk unit dan/atau tata cara pengelolaan
keberatan, saran dan pengaduan masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai unit dan/atau tata cara pengelolaan
keberatan, saran, dan pengaduan diatur dalam Peraturan Gubernur,
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
Pasal 72
(1) Gubernur menerapkan sanksi administratif kepada :
a. penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan, jika dalam
pengawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah;

Halaman 348

b. penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan, yang izin lingkungan


hidupnya diterbitkan oleh Bupati/Walikota tetapi instansi yang
bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup di Kabupaten/Kota
tidak menerapkan sanksi administratif; dan
c. penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang telah diberikan
sanksi administratif oleh instansi yang bertanggungjawab di
bidang lingkungan hidup di Kabupaten/Kota, tetapi tidak
dilaksanakan dan Kabupaten/Kota yang bersangkutan tidak
menindaklanjuti penerapan sanksi administratif yang telah
ditetapkan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari hasil
kerja pejabat pengawas lingkungan hidup dan informasi masyarakat.
Pasal 73
Kepala Badan menugaskan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup untuk
memverifikasi kebenaran informasi pelanggaran izin lingkungan yang
berasal dari masyarakat baik langsung maupun tidak langsung melalui
Pos Pengaduan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup.
Pasal 74
(1) Berdasarkan hasil pengawasan Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, Kepala Badan
memberikan sanksi administratif, yang terdiri dari :
a. teguran tertulis;
b. paksaan Pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.
(2) Penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), tidak membebaskan penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan
dari tanggungjawab pemulihan dan sanksi pidana.
Pasal 75
(1) Penerapan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan
izin lingkungan dilakukan apabila penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan tidak melaksanakan paksaan Pemerintah.
(2) Bentuk-bentuk paksaan Pemerintah diberikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.
(3) Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak
melaksanakan paksaan Pemerintah dapat dikenai denda atas setiap
keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan Pemerintah.
(4) Besaran denda keterlambatan pelaksanaan sanksi paksaan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh
Gubernur berdasarkan usulan Kepala Badan.

Halaman 349

Pasal 76
(1) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, wajib
menerbitkan keputusan penghentian sementara usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal sanksi administratif yang diberikan berupa
pembekuan izin lingkungan.
(2) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, wajib
menerbitkan keputusan pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan,
dalam hal sanksi administratif yang diberikan berupa pencabutan izin
lingkungan.
Pasal 77
Gubernur menyampaikan informasi atas tindakan Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten/Kota yang secara sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius, kepada Bupati/Walikota
yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 78
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai :

pengadilan

a. bentuk dan besarnya ganti rugi;


b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya
pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap
tindak pidana lingkungan hidup.
Pasal 79
(1) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi penyelesaian
perselisihan kewenangan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dan sengketa lingkungan hidup.
(2) Koordinasi dan fasilitasi penyelesaian perselisihan antar
Kabupaten/Kota serta penyelesaian sengketa koordinasi dan
fasilitasi penyelesaian perselisihan antar Kabupaten/Kota, serta
penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilimpahkan pelaksanaannya kepada Kepala Badan.
Pasal 80
(1) Kepala Badan dan/atau pejabat yang ditunjuk melaksanakan
koordinasi dan fasilitasi penyelesaian perselisihan kewenangan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dalam bentuk :
a. tindakan pemanggilan; atau

Halaman 350

b. mediasi.
(2) Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan atas dasar atau tanpa permintaan Kabupaten/Kota
yang berselisih.
Pasal 81
(1) Badan melakukan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian sengketa
lingkungan hidup yang terkait dengan perizinan dan persyaratan
lingkungan hidup skala provinsi.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa menjalin
komunikasi dengan pihak-pihak yang bersengketa.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam
bentuk mediasi.
Pasal 82
(1) Dalam hal para pihak memutuskan untuk menempuh penyelesaian
sengketa di luar pengadilan, Kepala Badan dapat bertindak sebagai
mediator.
(2) Apabila hasil mediasi tidak dapat diterima, salah satu atau kedua
belah pihak yang bersengketa dapat menempuh cara penyelesaian
sengketa lingkungan hidup lainnya, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Penegakan Hukum Lingkungan di Dalam Pengadilan
Paragraf 1
Hak Gugat Pemerintah Daerah
Pasal 83
(1) Pemerintah Daerah memiliki hak mengajukan gugatan ganti rugi dan
tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala
Badan.
Pasal 84
(1) Pertimbangan untuk menggunakan hak gugat Pemerintah Daerah
didasarkan pada hasil verifikasi lapangan oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup.
(2) Hak gugat Pemerintah Daerah hanya digunakan apabila hasil
verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menunjukkan telah terjadi kerugian lingkungan hidup.
(3) Dalam hal hak gugat Pemerintah Daerah digunakan, Badan
menunjuk kuasa hukum sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

Halaman 351

(4) Biaya yang timbul dalam penggunaan hak gugat Pemerintah Daerah,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Jawa Barat.
Paragraf 2
Hak Gugat Masyarakat
Pasal 85
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok (class
action) untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
(2) Gugatan perwakilan kelompok (class action) dapat diajukan apabila
terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis
tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Pasal 86
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3) Organisasi lingkungan hidup yang dapat mengajukan gugatan harus
memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya, paling singkat selama 2 (dua) tahun.
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 87
Setiap orang dan/atau pelaku usaha dilarang :
a. membuang limbah B3 ke media lingkungan hidup tanpa melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya;
b. mengumpulkan limbah B3 tanpa izin;

Halaman 352

c. membuang limbah ke media lingkungan hidup tanpa memenuhi baku


mutu lingkungan hidup;
d. membuang limbah ke media lingkungan hidup tanpa izin;
e. melakukan usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup, tanpa memiliki dan/atau melaksanakan :
1. Amdal atau UKL-UPL;
2. izin lingkungan;
3. penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup; dan
4. pemulihan fungsi lingkungan hidup.
Bagian Kelima
Penegakan Hukum Terpadu
Pasal 88
(1) Dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana
lingkungan hidup, dibentuk Tim Penegakan Hukum Lingkungan
Terpadu, yang keanggotaannya terdiri dari unsur Pemerintah
Daerah, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Kepolisian Daerah Jawa
Barat, dan Kepolisian Daerah Metro Jaya.
(2) Pembentukan Tim Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bersama Gubernur Jawa Barat, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa
Barat, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat, dan Kepala Kepolisian
Daerah Metro Jaya.
Bagian Keenam
Penyidikan
Pasal 89
(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia (Penyidik
Polri), Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya di
bidang lingkungan hidup, diberi wewenang khusus sebagai Penyidik,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang
adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian
dan melakukan pemeriksaan;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda
pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa
tersangka atau saksi;

sebagai

Halaman 353

g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan


dengan pemeriksaan perkara;
h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk
dari Penyidik Polri bahwa tidak terdapat cukup bukti atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana, dan
selanjutnya melalui Penyidik Polri memberitahukan hal tersebut
kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; dan
i.

mengadakan tindakan lain


dipertanggungjawabkan.

menurut

hukum

yang

dapat

(3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan


dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik
Polri.
Bagian Ketujuh
Ketentuan Pidana
Pasal 90
(1) Setiap orang dan/atau badan usaha yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 huruf c,
d dan e, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
(3) Dalam hal tindak pidana di bidang pengelolaan lingkungan hidup
diancam dengan hukuman pidana yang lebih tinggi dari ketentuan
ayat (1), maka dikenakan ancaman pidana sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penerimaan Daerah dan disetorkan ke Kas Negara.

merupakan

BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 91
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, seluruh Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan yang
telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.
Pasal 92
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a. kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di Daerah yang telah
dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dapat terus
dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup;
b. kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah ada dan
berdampak pada penurunan fungsi lingkungan hidup, harus
melakukan rekayasa teknik dan/atau rekayasa vegetatif untuk
memulihkan fungsi lingkungan hidup;

Halaman 354

c. perizinan berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang


telah diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini namun
belum dilaksanakan, harus disesuaikan dengan Peraturan Daerah
ini.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 93
Peraturan pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah ditetapkan
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 94
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan dengan Peraturan
Gubernur.
Pasal 95
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daeran ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat.
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 20 Januari 2012
GUBERNUR JAWA BARAT,
ttd

AHMAD HERYAWAN

Diundangkan di Bandung
pada tanggal 24 Januari 2012
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
JAWA BARAT,
ttd

LEX LAKSAMANA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI E.


Disalin Sesuai Dengan Aslinya
Kepala Biro Hukum Dan HAM
ttd
Yessi Esmiralda, SH.,MH
NIP.19560531 197603 2 002

Halaman 355

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN
I. UMUM
Jawa Barat sebagai provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar dan terpadat
di lndonesia, memiliki permasalahan lingkungan hidup yang kompleks. Permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi di Provinsi Jawa Barat meliputi degradasi sumberdaya
alam, permasalahan pencemaran, bencana alam, permasalahan kawasan pesisir dan
pantai. Inkonsistensi rencana tata ruang wilayah, permasalahan sosial kependudukan,
tumpang-tindih peraturan perundang-undangan terhadap perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, terbatasnya sarana dan prasarana pemantauan
lingkungan, serta lemahnya fungsi pengendalian.
Permasalahan dimaksud, meskipun sebagian kecil disebabkan oleh struktur
geologis yang kompleks, sebagian besar disebabkan oleh perilaku masyarakat yang
masih belum sepenuhnya menataati ketentuan-ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan, ditambah dengan penegakan hukum yang lemah serta
lemahnya penaatan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu rendahnya
kepedulian dan kapasitas pelaku usaha/kegiatan dalam menerapkan praktik-praktik
usaha/kegiatan yang berwawasan lingkungan, kurangnya kapasitas Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakukan program penaatan
lingkungan yang efektif, masih banyak masyarakat yang belum memiliki pengetahuan,
pemahaman, kesadaran, kepedulian dan sikap yang mencerminkan penaatan
terhadap Hukum Lingkungan, serta masih kurangnya fungsi kontrol dari masyarakat
terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pelaku usaha/kegiatan maupun oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah memiliki sejumlah tugas dan
wewenang dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, salah
satunya adalah penaatan dan penegakan Hukum Lingkungan. Sebagaimana dipahami,
bahwa penegakan hukum yang dipersepsikan dalam berbagai peraturan perundangundangan, termasuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, merupakan tindakan-tindakan yang bersifat
represif dalam hal terjadi pelanggaran hukum. Namun demikian, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
secara tersirat juga memberikan tugas dan wewenang kepada Pemerintah Daerah
untuk melakukan penegakan hukum dalam arti penaatan, yaitu rangkaian
tindakan/kegiatan yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yaitu pembinaan, pencegahan dan
pengawasan.
Materi muatan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini mencakup pelaksanaan
ketentuan bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan serta
penegakan Hukum Lingkungan sesuai dengan tugas dan wewenang Pemerintah
Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, disamping bentuk lain dalam ruang lingkup
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan serta penegakan Hukum Lingkungan

Halaman 356

yang dirasakan perlu diatur sesuai dengan permasalahan lingkungan hidup yang
dihadapi, dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan Hukum Lingkungan yang
berlaku secara nasional.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 :
Istilah-istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah
tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal-pasal
dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 2 :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan asas tanggungjawab Daerah adalah :
a. Daerah menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup
masyarakat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan;
b. Daerah menjamin hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat; dan
c. Daerah mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumberdaya
alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan asas kelestarian dan keberlanjutan adalah
bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggungjawab terhadap
generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi
dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan
memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan asas keserasian dan keseimbangan adalah
bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai
aspek, seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan
serta pelestarian ekosistem.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan asas kesejahteraan sosial adalah pemanfaatan
lingkungan hidup harus memperhatikan aspek sosial demi perwujudan
kesejahteraan masyarakat.
Huruf e :
Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah bahwa pengelolaan
lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan dilakukan dengan
memadukan berbagai unsur atau mensinergikan berbagai komponen
terkait.

Halaman 357

Huruf f :
Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa segala usaha
dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan
lingkungannya.
Huruf g :
Yang dimaksud dengan asas kehati-hatian adalah bahwa
ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena
keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau
menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Huruf h :
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi masyarakat, baik lintas wilayah, lintas generasi,
maupun lintas gender.

Huruf i :
Yang dimaksud dengan asas ekoregion adalah bahwa perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik
sumberdaya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat
setempat, dan kearifan lokal.
HUruf j :
Yang dimaksud dengan asas keanekaragaman hayati adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan
upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan
keberlanjutan sumber daya alam hayati, yang terdiri atas sumberdaya
alam nabati dan sumberdaya alam hewani, yang bersama dengan unsur
nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Huruf k :
Yang dimaksud dengan asas pencemar membayar adalah bahwa
setiap
penanggungjawab
yang
usaha
dan/atau
kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.
Huruf l :
Yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota
masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Halaman 358

Huruf m :
Yang dimaksud dengan asas kearifan lokal adalah bahwa dalam
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
Pasal 6 :
Kewenangan Pemerintah Daerah ini merupakan kewenangan yang diberikan
oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemrintahan Daerah Kabupaten/Kota, serta peraturan perundang-undangan
teknis di bidang lingkungan hidup.
Pasal 8 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan ekoregion tingkat provinsi adalah pembagian
pembagian 4 (empat) ekoregion tingkat provinsi didasarkan pada
kesamaan kondisi bentang alam (fisiografi) dan fungsi DAS, yaitu :
a. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Cidurian Citarum :
Terdiri dari 9 (sembilan) DAS, yaitu DAS Ciberang, Cidurian,
Cimanceuri, Cisadane, Ciliwung, Sunter, Cakung, Bekasi dan Citarum.
Unit DAS ini merupakan gabungan dari sebagian DAS sungai yang
mengalir ke utara. Kecuali Sungai Citarum, sungai-sungainya
mempunyai hulu sungai lebih pendek dibandingkan dengan hilir
sungainya, dengan peran fisiografi rangkaian gunungapi lebih dominan
dibandingkan perbukitan lipatan dalam mengontrol tata air (fungsi
hidroorologi) di bagian hulu DAS. Unit DAS ini mempunyai peran
sebagai penyedia air bagi berbagai kegiatan di Kawasan
Jabodetabekjur dan Bandung Raya.
b. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Cilamaya Cipanas:
Terdiri dari 6 (enam) DAS, yaitu DAS Pagadungan, Cilamaya, Ciasem,
Cipunagara, Kali Beji dan Cipanas yang mengalir ke utara. Semua
DAS merupakan DAS kecil dengan bagian hulu sungai lebih pendek
dari bagian hilir sungai, dengan peran fisiografi rangkaian gunungapi
sama dominan dengan perbukitan lipatan dalam mengontrol tata air
(fungsi hidroorologi) di bagian hulu DAS. Unit DAS Cilamaya
Cipanas mempunyai fungsi sebagai penyedia air bagi berbagai
kegiatan di Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang dan
Indramayu.
c. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Cimanuk Cisanggarung:
Terdiri dari 6 (enam) DAS, yaitu DAS Cimanuk, Cimanggis, Ciwaringin,
Kalibunder, Bangkaderes, dan Singgarung yang mengalir ke utara.
Semua sungai di unit DAS ini mempunyai bagian hulu lebih panjang
dari bagian hilirnya. Semua DAS termasuk DAS kecil, kecuali DAS
Cimanuk dan DAS Cisanggarung yang tergolong luas. Peran fisiografi
rangkaian gunungapi lebih dominan dibanding perbukitan lipatan dalam
mengontrol tata air (fungsi hidroorologi) di bagian hulu DAS. Unit DAS
Cimanuk Cisanggarung mempunyai fungsi sebagai penyedia air
berbagai keperluan di Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka,
Indramayu, Cirebon dan Kuningan, serta di Kota Cirebon.

Halaman 359

d. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Citanduy Cimandiri:


Unit DAS Citanduy Cimandiri mencakup semua DAS sungai di Jawa
Barat yang mengalir ke selatan, terdiri dari 20 (dua puluh) DAS, yaitu
DAS Citanduy, Cijulang, Cimedang, Ciwulan, Cipatujah, Cikaengan,
Cisanggiri, Cipalebuh, Cikondang, Cilaki, Cipandak, Ciujung, Cisadea,
Cisokan, Cibuni, Cikaso, Ciletuh, Cimandiri, Citepus dan Cibareno.
Semua DAS tergolong DAS kecil dengan bagian hulu lebih panjang dari
bagian hilir, kecuali DAS Citanduy yang tergolong besar, dengan
bagian hulu lebih lebih pendek dari bagian hilir. Peran fisiografi
Perbukitan Sesar lebih dominan dibanding rangkaian gunungapi dalam
mengontrol tata air (fungsi hidroorologi) di bagian hulu semua DAS.
Unit DAS Citanduy Cimandiri di berperan sebagai penyedia air untuk
berbagai kegiatan di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur
dan Sukabumi, serta di Kota Banjar, Tasikmalaya dan Sukabumi.
Sumberdaya air permukaan di Unit DAS Citanduy Cimandiri tergolong
belum banyak dimanfaatkan.
Ekoregion tingkat Provinsi Jawa Barat dibagi dalam 17 (tujuh belas)
Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota, yaitu 5 (lima) Ekoregion tingkat
Kabupaten/Kota dari wilayah Ekoregion tingkat provinsi DAS CidurianCitarum, 3 (tiga) Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota dari wilayah
ekoregion tingkat provinsi DAS Cipanas Cilamaya, 5 (lima) ekoregion
tingkat Kabupaten/Kota dari wilayah ekoregion tingkat provinsi DAS
Cimanuk Cisanggarung dan 4 (empat) ekoregion tingkat
Kabupaten/Kota dari wilayah ekoregion tingkat provinsi DAS Citanduy Cimandiri.
Wilayah ekoregion tingkat Kabupaten/Kota, terdiri dari :
1.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pedataran Alluvial Cidurian Citarum;

2.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Perbukitan Sedimen Cidurian Citarum;

3.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Rangkaian Gunungapi Cidurian


Citarum;

4.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Cekungan Antar Gunung


Cidurian Citarum;

5.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pegunungan Sedimen Cidurian


Citarum;

6.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pedataran Alluvial Cilamaya


Cipanas;

7.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Perbukitan Sedimen Cilamaya


Cipanas;

8.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Rangkaian Gunungapi Cilaaya


Cipanas

9.

Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pedataran Alluvial Cimanuk


Cisanggarung;

10. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Perbukitan Sedimen Cimanuk


Cisanggarung;
11. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Rangkaian Gunungapi Cimanuk
Cisanggarung;
12. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Cekungan Antar Gunung
Cimanuk Cisanggarung;
13. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pegunungan Sedimen Cimanuk
Cisanggarung;
14. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Rangkaian Gunungapi Citanduy
Cimandiri;

Halaman 360

15. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Cekungan Antar Gunung


Citanduy- Cimadiri;
16. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pegunungan Sedimen Citanduy
Cimandiri;
17. Ekoregion tingkat Kabupaten/Kota Pedataran Alluvial Citanduy
Cimandiri.
Ayat (2) :
Huruf d :
Yang dimaksud dengan kearifan lokal termasuk hak ulayat yang
diakui masyarakat.
Huruf f :
Pencemaran lingkungan akibat pertambangan timbul sebagai akibat
dari penggunaan zat kimia dalam proses pertambangan, kerusakan
yang terjadi sebagai akibat dari tidak dilakukannya reklamasi atau
tidak diterapkannya good mining practices.
Pasal 14 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan pengendalian pencemaran air adalah upaya
pencegahan, penanggulangan pencemaran dan pemulihan kualitas air
untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
Ayat (2) :
Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Pembagian kelas ini didasarkan
pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu air, dan kemungkinan
kegunaannya. Tingkatan mutu air kelas satu merupakan tingkatan yang
terbaik. Secara relatif, tingkatan mutu air kelas satu lebih baik dari kelas
dua, dan selanjutnya.
Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan
kegunaannya bagi suatu peruntukan air (designated beneficial water
uses). Air baku air minum adalah air yang dapat diolah menjadi air yang
layak sebagai air minum dengan mengolah secara sederhana dengan
cara difiltrasi, disinfeksi, dan dididihkan.
Klasifikasi mutu air merupakan pendekatan untuk menetapkan kriteria
mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar untuk penetapan baku
mutu air. Setiap kelas air mempersyaratkan mutu air yang dinilai masih
layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu.
Ayat (4) :
Yang dimaksud dengan sumber air adalah wadah air yang terdapat di
atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini
akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara.
Sinergitas pemantauan kualitas air pada sumber air dan sumber
pencemaran dapat dituangkan dalam kesepakatan bersama antara
Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten/Kota dan lembaga terkait
lainnya.
Pasal 15 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan udara ambien adalah udara bebas di permukaan
bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.

Halaman 361

Ayat (2) :
Kegiatan pengendalian pencemaran udara ambien dan gangguan lain
dilakukan melalui :
a.
b.
c.
d.
e.

pengembangan mekanisme pembangunan bersih;


pengembangan dan penerapan teknologi ramah lingkungan;
pengembangan dan penerapan produksi bersih;
pengembangan energi alternatif;
penerapan insentif bagi kegiatan yang berhasil melaksanakan reduksi
emisi;
f. mendorong penghapusan bahan bakar yang mengandung bahan
timbal;
g. pengembangan ruang terbuka hijau;
h. pengembangan mitigasi pencemaran udara;
i. pengelolaan sistem transportasi perkotaan terpadu; dan
j. pengikutsertaan aspek pengelolaan kualitas udara dalam perencanaan
tata ruang.
Pasal 16 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan pengelolaan limbah B3 adalah pengelolaan
seluruh jenis limbah B3 berdasarkan karakteristiknya yang bersifat mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
dan bersifat korosi. Limbah medis yang salah satunya bersifat infeksius
termasuk kategori limbah B3 dengan kode limbah D227, berasal dari
kegiatan pelayanan kesehatan dan terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Ayat (3) :
Kegiatan pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang
mencakup
reduksi,
penyimpanan,
pengumpulan,
pemanfaatan,
pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil
pengolahan. Dalam hal penghasil limbah B3 tidak mampu melakukan
sendiri pengelolaan limbah B3, maka pengelolaannya diserahkan kepada
pihak lain yang telah mendapatkan izin dari instansi yang berwenang.
Dengan demikian, maka mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak
dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh
pengolah limbah B3 dapat diawasi. Perjalanan limbah B3 dikendalikan
dengan sistem manifes berupa dokumen limbah B3. Dengan sistem
manifes dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa
yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan
tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan
Ayat (4) :
Pengaturan limbah medis harus dibedakan dengan limbah B3 pada
umumnya karena karakteristiknya yang sangat spesifik, terutama untuk
pengaturan tata cara penyimpanan dan pengumpulan sesuai dengan
kewenangan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
Pasal 23 :
Ayat (1) :
Huruf b :
Yang dimaksud dengan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup
meliputi :
1. perubahan iklim;
2. kerusakan,
kemerosotan,
dan/atau
kepunahan
keanekaragaman hayati;
3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir,
longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;
4. penurunan mutu dan kelimpahan sumberdaya alam;
5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan
7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
manusia.

Halaman 362

Ayat (2) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada, dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan baku mutu air limbah adalah ukuran batas
atau kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke media air.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan baku mutu air laut adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
di dalam air laut.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan baku mutu udara ambien adalah ukuran
batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang seharusnya
ada, dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam udara ambien.
Huruf e :
Yang dimaksud dengan baku mutu emisi adalah ukuran batas atau
kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke media udara.
Huruf f :
Yang dimaksud dengan baku mutu gangguan adalah ukuran batas
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya yang meliputi unsur
getaran, kebisingan, dan kebauan.
Ayat (3) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan produksi biomassa adalah bentuk-bentuk
pemanfaatan sumberdaya tanah untuk menghasilkan biomassa.
Yang dimaksud dengan kriteria baku kerusakan tanah untuk
produksi biomassa adalah ukuran batas perubahan sifat dasar
tanah yang dapat ditenggang berkaitan dengan kegiatan produksi
biomassa.
Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa mencakup
lahan pertanian atau lahan budidaya dan hutan.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan kriteria baku kerusakan terumbu karang
adalah ukuran batas perubahan fisik dan/atau hayati terumbu
karang yang dapat ditenggang.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan adalah
pengaruh perubahan pada lingkungan hidup berupa kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 28 :
Ayat (1) :
Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria :
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Ayat (3) :
Pelibatan masyarakat dilaksanakan dalam proses pengumuman dan
konsultasi publik dalam rangka menjaring saran dan tanggapan.

Halaman 363

Ayat (3) :
Yang dimaksud dengan analisis dampak lingkungan hidup (Andal)
adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar
dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Ayat (3) :
Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya
penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar
dan penting akibat rencana usaha dan/atau kegiatan;
Pasal 32 :
Ayat (1) :
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan Amdal, terdiri atas :
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumberdaya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumberdaya alam dalam
pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengauhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Karakteristik kewenangan provinsi sesuai ketentuan otonomi Daerah di
batasi pada lintas wilayah Kabupaten/Kota serta khusus untuk provinsi
yang memiliki wilayah laut, maka kewenangannya di wilayah laut
terbatas antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur
dari garis pantai ke arah laut lepas.
Ayat (3) :
Termasuk dalam pengertian izin usaha dan/atau kegiatan, yaitu izin
operasi dan izin konstruksi.
Ayat (4) :
Ketentuan ini merupakan upaya harmonisasi antara masa berlakunya
izin usaha yang disesuaikan dengan masa berlaku izin lingkungan,
karena izin lingkungan merupakan persyaratan mutlak untuk
memperoleh izin usaha.
Ayat (5) :
Amdal atau UKL-UPL merupakan syarat mutlak dalam izin lingkungan,
sehingga permohonan izin lingkungan yang tidak dilengkapi dengan
Amdal atau UKL-UPL, wajib ditolak.
Ayat (6) :
Selain ketentuan pembatalan izin lingkungan yang diatur dalam ayat ini,
izin lingkungan dapat dibatalkan melalui putusan pengadilan tata usaha
negara.
Ayat (7) :
Ketentuan ini menegaskan ketentuan ayat (4), dimana masa berlaku izin
lingkungan identik dengan masa berlaku izin usaha.

Halaman 364

Ayat (8) :
Perubahan dapat terjadi karena peralihan kepemilikan,perubahan
teknologi, penambahan atau pengurangan kapasitas produksi atau
berpindahnya lokasi usaha dan/atau kegiatan.
Ayat (9) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari komitmen Pemerintah Daerah
untuk melakukan reformasi di bidang perizinan melalui peningkatan
peran Badan Pelayanan Perijinan Terpadu.
Pasal 34 :
Ayat (1) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan instrumen ekonomi dalam perencanaan
pembangunan adalah upaya internalisasi aspek lingkungan hidup
ke dalam perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan dan
kegiatan ekonomi.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pendanaan lingkungan adalah suatu
sistem dan mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang
digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal dari berbagai
sumber, misalnya pungutan, hibah, dan lainnya.
Huruf c :
Insentif merupakan upaya memberikan dorongan atau daya tarik
secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun
Pemerintah dan Pemerintah Daerah agar melakukan kegiatan yang
berdampak positif pada cadangan sumberdaya alam dan kualitas
fungsi lingkungan hidup.
Disinsentif merupakan pengenaan beban atau ancaman secara
moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun
Pemerintah dan Pemerintah Daerah agar mengurangi kegiatan
yang berdampak negatif pada cadangan sumberdaya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan neraca sumber daya alam adalah
gambaran mengenai cadangan sumberdaya alam dan
perubahannya, baik dalam satuan fisik maupun dalam nilai
moneter.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan produk domestik bruto adalah nilai semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu.
Yang dimaksud dengan produk domestik regional bruto adalah
nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah
pada periode tertentu.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan mekanisme kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup antardaerah adalah cara-cara kompensasi/imbal
yang dilakukan oleh orang, masyarakat, dan/atau Pemerintah
Daerah sebagai pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia
jasa lingkungan hidup.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan internalisasi biaya lingkungan hidup
adalah memasukkan biaya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dalam perhitungan biaya produksi atau biaya
suatu usaha dan/atau kegiatan.

Halaman 366

Ayat (3) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan dana jaminan pemulihan lingkungan
hidup adalah dana yang disiapkan oleh pelaku usaha dan/atau
kegiatan untuk pemulihan kualitas lingkungan hidup yang rusak
karena kegiatannya.

Huruf b :
Yang dimaksud dengan dana penanggulangan adalah dana yang
digunakan untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang timbul akibat suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan dana amanah/bantuan adalah dana yang
berasal dari sumber hibah dan donasi untuk kepentingan
konservasi lingkungan hidup.
Ayat (4) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa ramah
lingkungan hidup adalah pengadaaan yang memprioritaskan
barang dan jasa yang berlabel ramah lingkungan hidup.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pajak lingkungan hidup adalah pungutan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap setiap orang
yang memanfaatkan sumberdaya alam, seperti pajak pengambilan
air bawah tanah, pajak bahan bakar minyak, dan pajak sarang
burung walet.
Yang dimaksud dengan retribusi lingkungan hidup adalah
pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap setiap
orang yang memanfaatkan sarana yang disiapkan pemerintah
daerah seperti retribusi pengolahan air limbah.
Yang dimaksud dengan subsidi lingkungan hidup adalah
kemudahan atau pengurangan beban yang diberikan kepada setiap
orang yang kegiatannya berdampak memperbaiki fungsi
lingkungan hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan sistem lembaga keuangan ramah
lingkungan hidup adalah sistem lembaga keuangan yang
menerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam kebijakan pembiayaan dan praktik sistem lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank.
Yang dimaksud dengan pasar modal ramah lingkungan hidup
adalah pasar modal yang menerapkan persyaratan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan yang masuk
pasar modal atau perusahaan terbuka, seperti penerapan
persyaratan audit lingkungan hidup bagi perusahaan yang akan
menjual saham di pasar modal.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan perdagangan izin pembuangan limbah
dan/atau emisi adalah jual beli kuota limbah dan/atau emisi yang
diizinkan
untuk
dibuang
ke
media
lingkungan
hidup
antarpenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

Halaman 367

Huruf e :
Yang dimaksud dengan pembayaran jasa lingkungan hidup
adalah pembayaran/imbal yang diberikan oleh pemanfaat jasa
lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan hidup.

Huruf f :
Yang dimaksud dengan asuransi lingkungan hidup adalah
asuransi yang memberikan perlindungan pada saat terjadi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Huruf g :
Yang dimaksud dengan sistem label ramah lingkungan hidup
adalah pemberian tanda atau label kepada produk-produk yang
ramah lingkungan hidup.
Pasal 36 :
Ayat (1) :
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
Huruf c :
Pembiayaan untuk pemulihan kondisi lingkungan yang kualitasnya
telah mengalami pencemaran dan/atau kerusakan yang diakibatkan
oleh bencana atau keadaan force majeure, dapat dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah.
Pasal 37 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan analisis risiko lingkungan adalah prosedur
yang antara lain digunakan untuk mengkaji pelepasan dan peredaran
produk rekayasa genetik dan pembersihan (clean up) limbah B3.
Ayat (2) :
Huruf a :
Dalam ketentuan ini pengkajian risiko meliputi seluruh proses
mulai dari identifikasi bahaya, penaksiran besarnya konsekuensi
atau akibat, dan penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang
tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan manusia
maupun lingkungan hidup.

Pasal 38 :

Huruf b
Dalam ketentuan ini pengelolaan risiko meliputi evaluasi risiko
atau seleksi risiko yang memerlukan pengelolaan, identifikasi
pilihan pengelolaan risiko, pemilihan tindakan untuk pengelolaan,
dan pengimplementasian tindakan yang dipilih.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan komunikasi risiko adalah proses interaktif
dari pertukaran informasi dan pendapat di antara individu,
kelompok, dan institusi yang berkenaan dengan risiko.

Ayat (1) :
Audit lingkungan hidup merupakan kewenangan Pemerintah, namun
demikian dalam kerangka pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan
Hukum Lingkungan, Pemerintah Daerah mendorong penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup.
Pasal 39 :
Ayat (1) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari asas pencemar membayar
(polluter pays principle).

Halaman 368

Pasal 40 :
Ayat (1) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari asas pencemar membayar
(polluter pays principle).
Ayat (2) :
Huruf b :
Yang dimaksud dengan remediasi adalah upaya pemulihan
pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan
hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya pemulihan
untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup
termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan, dan memperbaiki ekosistem.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan restorasi adalah upaya pemulihan untuk
menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi
kembali sebagaimana semula.
Pasal 41 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan pemeliharaan lingkungan hidup adalah upaya
yang dilakukan untuk menjaga pelestarian fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya penurunan atau kerusakan lingkungan hidup yang
disebabkan oleh perbuatan manusia.
Huruf a :
Konservasi sumberdaya alam meliputi, antara lain, konservasi
sumberdaya air, ekosistem hutan, ekosistem pesisir dan laut,
energi, ekosistem lahan gambut, dan ekosistem karst.
Huruf b :
Pencadangan sumberdaya alam meliputi sumber daya alam yang
dapat dikelola dalam jangka panjang dan waktu tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
Untuk melaksanakan pencadangan sumberdaya alam, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan
perseorangan dapat membangun :
1. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan;
2. ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari luasan
pulau/kepulauan; dan/atau
3. menanam dan memelihara pohon di luar kawasan hutan,
khususnya tanaman langka.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pengawetan sumberdaya alam adalah
upaya untuk menjaga keutuhan dan keaslian sumberdaya alam
beserta ekosistemnya.
Ayat (4) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan mitigasi perubahan iklim adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi gas
rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan
iklim.
Yang dimaksud dengan adaptasi perubahan iklim adalah upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim
ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang,
peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan
konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.

Halaman 369

Pasal 42 :
Ayat (4) :
Ketentuan ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Bali Action Plan
pada The Conferences of Parties (COP) ke - 13 United Nations
Frameworks Convention on Climate Change (UNFCCC) dan hasil
COP - 15 di Copenhagen dan COP - 16 di Cancun serta memenuhi
komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg
untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha
sendiri dan mencapai 41% jika mendapat bantuan internasional pada
tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi (bussines as
usual/BAU), maka perlu disusun langkah-langkah untuk menurunkan
emisi gas rumah kaca.
Ayat (5) :
Gas rumah kaca adalah gas yang terkandung dalam atmosfer, baik
alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali
radiasi inframerah.
Emisi gas rumah kaca adalah lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer
pada suatu area tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Ayat (6) :
Cukup jelas
Ayat (7) :
Inventarisasi gas rumah kaca adalah kegiatan untuk memperoleh data
dan informasi mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan
emisi gas rumah kaca secara berkala dari berbagai sumber emisi
(source) dan penyerapnya (sink) termasuk simpanan karbon (carbon
stock).
Pasal 43 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan laboratorium lingkungan adalah laboratorium
yang mempunyai sertifikat akreditasi laboratorium pengujian parameter
kualitas lingkungan dan mempunyai identitas registrasi.
Yang dimaksud dengan ruang lingkup pengujian laboratorium lingkungan
adalah untuk kegiatan pemantauan kualitas lingkungan, pemeriksaan
status penaatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup, penyidikan kasus lingkungan serta kajian
dan evaluasi baku mutu lingkungan. Hal ini untuk menjamin akuntabilitas
jasa pengujian parameter kualitas lingkungan serta kepastian hukum bagi
penyedia dan pengguna jasa.
Ayat (2) :
Laboratorium lingkungan merupakan laboratorium yang mempunyai
kemampuan dan kewenangan melaksanakan pengujian parameter
kualitas lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu
laboratorium yang telah memiliki sertifikasi akreditasi dari lembaga
akreditasi yang berwenang serta telah memiliki identitas registrasi dari
Kementerian Lingkungan Hidup.
Ayat (5) :
Pembinaan laboratorium yang dilakukan terkait dengan upaya
peningkatan kapasitas laboratorium di Daerah agar dapat memenuhi
persyaratan sebagai laboratorium lingkungan.
Pasal 46 :
Ayat (1) :
Pembentukan UPTB dimungkinkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah.

Halaman 370

Pasal 49 :
Ayat (1) :
Data masyarakat hukum adat di Jawa Barat meliputi :
a. Kampung Cikondang, terletak di wilayah Desa Lamajang Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung;
b. Kampung Kuta, terletak di Dusun Kuta Desa Karangpaninggal
Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis;
c. Kampung Mahmud, terletak di wilayah Desa Mekar Rahayu
Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung;
d. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, terletak di wilayah
Sukamulya Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten
Sukabumi;
e. Kampung Dukuh, terletak di Desa Cijambe Kecamatan Cikelet
Kabupaten Garut;
f. Kampung Naga, terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu
Kabupaten Tasiikmalaya;
g. Kampung Pulo, terletak di wilayah Desa Cangkuang Kecematan
Leles Kabupaten Garut; dan
h. Kampung Urug, terletak di wilayah Desa Kiarapandak Kecamatan
Sukajaya Kabupaten Bogor.
Pasal 50 :
Huruf c :
Hak atas pembangunan merupakan bagian dari hak yang diatur dalam
Deklarasi PBB tentang Hak atas Pembangunan Tahun 1986 dan
Konvensi Ilo Tahun 1989 tentang Kelompok Minoritas dan Masyarakat
Hukum Adat di Negara-negara Merdeka.
Pasal 52 :
Ayat (1) :
Sistem Informasi Lingkungan Hidup memuat antara lain, keragaman
karakter ekologis, sebaran penduduk, sebaran potensi sumberdaya
alam, dan kearifan lokal.
Pasal 56 :
Huruf b :
Termasuk dalam pengertian sumber lainnya yang sah dan tidak
mengikat adalah APBN, APBD Kabupaten/Kota, pendanaan dari dunia
usaha baik dalam bentuk tanggungjawab sosial dan lingkungan
perusahaan (corporate social responsibility) dan pendaaan perusahaan
lainnya, maupun dana dari masyarakat.
Pasal 66 :
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal diselenggarakan dengan berstatus negeri atau
swasta.
Yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, dengan hasil pendidikan dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai standar
nasional pendidikan.

Halaman 371

Pasal 71 :
Ayat (3) :
Unit dan/atau tata cara pengelolaan keberatan, saran dan pengaduan
masyarakat dibentuk oleh Badan sebagai bentuk transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 73 :
Pos Pengaduan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup di bentuk
berdasarkan Keputusan Gubernur dan ditempatkan pada Badan.
Ayat (2) :
Sanksi administratif dapat diterapkan bersamaan dengan kegiatan
pemulihan dan penerapan sanksi pidana.
Pasal 77 :
Ketentuan ini dimaksudkan agar penaatan dan penegakan Hukum Lingkungan
dapat dilakukan secara sinergis oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pasal 78 :
Ayat (2) :
Tindak pidana lingkungan hidup tidak dapat diselesaikan melalui
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Pasal 79 :
Ayat (1) :
Penyelesaian perselisihan kewenangan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup antar Kabupaten/Kota diproses sesuai dengan
ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan antar Daerah, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 80 :
Ayat (2) :
Koordinasi, fasilitasi dan mediasi yang dilakukan oleh Badan bisa
bersifat aktif tanpa adanya permintaan Kabupaten/Kota yang
besengketa, maupun atas dasar permintaan.
Pasal 82 :
Ayat (2) :
Yang dimaksud dengan cara penyelesaian sengketa lingkungan hidup
lainnya adalah penyelesaian sengketa melalui pengadilan.
Pasal 83 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan kerugian lingkungan hidup adalah kerugian yang
timbul akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
bukan merupakanhal milik privat.
Tindakan
tertentu
merupakan
tindakan
pencegahan
dan
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta pemulihan
fungsi lingkungan hidup guna menjamin tidak akan terjadi atau
terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya organisasi lingkungan
hidup yang mengambil keuntungan untuk kepentingan di luar pelestarian
fungsi lingkungan hidup dari ganti rugi yang diperolehnya.

Halaman 372

Ayat (3) :
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari adanya gugatan dari
organisasi lingkungan hidup yang tidak jelas statusnya.
Pasal 88 :
Ayat (1) :
Tim Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu merupakan tim yang
dibentuk untuk melaksanakan penegakan Hukum Lingkungan dengan
melibatkan aparatur penegak hukum di Daerah.
Pasal 90 :
Ayat (3) :
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa penaatan dan penegakan Hukum
Lingkungan tidak mendikotomikan peraturan perundang-undangan di
tingkat pusat dan Daerah. Dengan demikian, apabila tindak pidana yang
dilakukan berdampak luas, maka penerapan hukumnya dapat dikenakan
ancaman pidana sesuai undang-undang substantif.
Pasal 93 :
Hal ini dimaksudkan agar tidak terdapat rentang waktu yang cukup panjang
antara berlakunya Peraturan Daerah dengan petunjuk pelaksanaannya, yang
bisa berakibat pada tdak efektifnya Peraturan Daerah.
Pasal 94 :
Kedudukan Peraturan Gubernur merupakan mandatory dari Peraturan
Daerah.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 115.

Halaman 373

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


NOMOR
: 1 TAHUN 2012
TANGGAL : 20 JANUARI 2012
TENTANG : PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP
PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN.

DAN

WILAYAH EKOREGION TINGKAT PROVINSI

Peta Ekoregion
Tingkat Provinsi

GUBERNUR JAWA BARAT,

AHMAD HERYAWAN

Halaman 374

Anda mungkin juga menyukai