Amdal Pasir Laut PDF
Amdal Pasir Laut PDF
Amdal Pasir Laut PDF
PENYUSUNAN
ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN
( AMDAL )
KATA PENGANTAR
Drs.H.M.Solihin
Daftar isi
PENDAHULUAN
1. UMUM
Halaman 1
Penggunaan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup. Sebagai konsekuensinya, kebijakan, rencana, dan/atau program
pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban melakukan pelestarian lingkungan
hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Undang-Undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mewajibkan
Pemerintah dan pemerintah daerah untuk membuat kajian lingkungan hidup
strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
kebijakan, rencana, dan/atau program. Dengan perkataan lain, hasil KLHS harus
dijadikan dasar bagi kebijakan, rencana dan/atau program pembangunan dalam
suatu wilayah.
Apabila hasil KLHS menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui, kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib
diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan
yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak
diperbolehkan lagi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup dan
mengubah gaya hidup manusia. Pemakaian produk berbasis kimia telah
meningkatkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun. Hal itu menuntut
dikembangkannya sistem pembuangan yang aman dengan risiko yang kecil bagi
lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
Di samping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat,
industrialisasi juga menimbulkan dampak, antara lain, dihasilkannya limbah
bahan berbahaya dan beracun, yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan
hidup dapat mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lain.
Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya
perlu dilindungi dan dikelola dengan baik. Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia harus bebas dari buangan limbah bahan berbahaya dan beracun dari
luar wilayah Indonesia.
Halaman 2
Halaman 3
hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap
pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan.
Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan UndangUndang ini adalah adanya
penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang ini tentang prinsip-prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola
pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan
instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek
transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur:
a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;
b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;
c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;
d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup
strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrument ekonomi lingkungan
hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, anggaran
berbasis lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen
lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian;
f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;
g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan
global;
h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi,
dan akses keadilan serta penguatan hakhak masyarakat dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup;
i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang lebih efektif dan responsif; dan
k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik
pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
Undang-Undang ini memberikan kewenangan yang luas kepada Menteri untuk
melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta melakukan koordinasi dengan instansi lain.
Melalui UndangUndang ini juga, Pemerintah memberi kewenangan yang sangat
luas kepada pemerintah daerah dalam melakukan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di daerah masing-masing yang tidak diatur dalam Undang-
Halaman 4
Halaman 5
Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan dasar
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
Pasal 25
Dokumen amdal memuat:
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
1.3 Alasan AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan, yaitu:
a. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian
b. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri
Komponen AMDAL terdiri dari
1. PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)
2. KA (Kerangka Acuan)
3. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
5. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan)
1.4 Beberapa peran AMDAL, yaitu:
1. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan. Apabila dampak lingkungan
yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataannya, ini dapat saja
terjadi kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik
proyeknya sesuai AMDAL
2. Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek. Bagian AMDAL yang
diharapkan oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya adalah sejauh mana
keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama sumber
daya yang diperlukan proyek tersebut seperti air, energi, manusia, dan
ancaman alam sekitar.
3. AMDAL sebagai dokumen penting. Laporan AMDAL merupakan dokumen
penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada
waktu penelitian proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa setelah
proyek dibangun.
Halaman 6
Halaman 7
d.
e.
Halaman 8
Halaman 9
paling banyak tiga miliar rupiah. (Pasal 111 ayat (2) UU No. 32 tahun 2009)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP menjelaskan:
Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 40
(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan.
(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.
(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin lingkungan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN
2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan.
2. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut
Halaman 10
Halaman 11
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Halaman 12
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Halaman 13
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
Halaman 14
36.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Apabila perbaikan yang harus dilakukan pemrakarsa/konsultan hanya
bersifat korektif dan bukan substantif maka koreksi hanya dilakukan oleh
Sekretariat KPA;
Bila penyempurnaan draft dokumen KA-Andal telah dinyatakan layak
untuk dibahas di tingkat Komisi maka Sekretariat KPA menjadualkan dan
mengundang Pemrakarsa, konsultan, anggota Komisi Penilai Amdal
(termasuk unsur wakil masyarakat terkena dampak dan LSM serta tenaga
ahli bila diperlukan);
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen Andal,
RKL & RPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Komisi pembahasan
penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL yang dihadiri Pemrakarsa,
konsultan, anggota Komisi Penilai Amdal (termasuk unsur wakil
masyarakat terkena dampak dan LSM serta tenaga ahli bila diperlukan);
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Risalah rapat disampaikan kepada Pemrakarsa/Konsultan melalui
surat resmi maksimal 4 (empat) hari setelah rapat;
Atas dasar berita acara dan risalah rapat, Pemrakarsa dibantu konsultan
berkewajiban memperbaiki dokumen 14 (empat belas) hari kerja sejak
risalah diterima;
Pemrakarsa mengajukan permohonan pembahasan dokumen perbaikan
Andal, RKL & RPL kepada Sekretariat KPA dilengkapi dengan draft
dokumen Andal, RKL & RPL hasil perbaikan;
Sekretariat KPA menjadualkan dan mengundang Pemrakarsa, konsultan,
Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila diperlukan;
Pemrakarsa dibantu konsultan memperbanyak draft dokumen Andal,
RKL & RPL sesuai jumlah undangan peserta rapat;
Tim Teknis KPA Provinsi Jawa Barat melaksanakan rapat Teknis
pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL yang dihadiri
Pemrakarsa, Konsultan, Tim Teknis, Instansi tertentu dan tenaga ahli bila
diperlukan;
Sekretariat KPA Provinsi Jawa Barat membuat Berita Acara dan Risalah
hasil rapat pembahasan penilaian draft dokumen Andal, RKL & RPL;
Apabila perbaikan yang harus dilakukan pemrakarsa/konsultan hanya
bersifat korektif dan bukan substantif maka koreksi hanya dilakukan oleh
Sekretariat KPA;
Bila penyempurnaan draft dokumen Andal, RKL & RPL telah selesai dan
diserahkan ke secretariat KPA, maka Sekretariat membuat draft surat
rekomendasi kelayakan/ketidaklayakan lingkungan (SKKLH) diajukan ke
Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat selaku Ketua KPA Provinsi Jawa
Barat;
Halaman 15
52.
53.
54.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Halaman 16
12.
13.
14.
15.
16.
17.
1.
2.
3.
4.
5.
Halaman 17
Halaman 18
Halaman 19
Halaman 20
II
4.
Halaman 21
A.
B.
III LAIN-LAIN
A. MEKANISME PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN HIDUP
B. PERUBAHAN KEPEMILIKAN DAN IZIN LINGKUNGAN
C. KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN LINGKUNGAN
1.
Permohonan
tertulis
Penanggung Jawab
Usaha/Kegiatan
Persyaratan
1. Dokumen Amdal atau
formulir UKL-UPL;
2. Dokumen pendirian
usaha dan/atau kegiatan,
dan
3. Profil usaha dan/atau
kegiatan
Menteri
Gubernur
Bupati/
Walikota
2.
Halaman 22
Menteri
Gubernur
Bupati/
Walikota
Sumber:
Pasal 45-46
PP 27/2012 Izin
Lingkungan
3.
3 hari: UKL-UPL
Pengumuman
Multimedia & Papan Pengumuman
Paling lama 5
(lima) hari
kerja terhitung
Paling lama 2
(Tiga) hari
kerja terhitung
sejak dokumen
persyaratan
administratif serta
sejak dokumen
persyaratan
administratif serta
UKL-UPL yang
dimohonkan
dinyatakan lengkap
Masyarakat
UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri
4.
Halaman 23
Menteri
Gubernur
Bupati/
Walikota
Sumber:
Pasal 45-46
PP 27/2012 Izin
Lingkungan
3 hari: UKL-UPL
Pengumuman
Multimedia & Papan Pengumuman
Paling lama 5
(lima) hari
kerja terhitung
Paling lama 2
(Tiga) hari
kerja terhitung
sejak dokumen
persyaratan
administratif serta
sejak dokumen
persyaratan
administratif serta
UKL-UPL yang
dimohonkan
dinyatakan lengkap
Masyarakat
Halaman 24
memenuhi kriteri:
(1) adanya perubahan dalam penggunaan alat-alat produksi yang
berpengaruh terhadap lingkungan hidup;
(2) penambahan kapasitas produksi;
(3) perubahan spesifikasi teknik yang mempengaruhi lingkungan;
(4) perubahan sarana usaha;
(5) perluasan lahan dan bangunan usaha;
(6) perubahan waktu atau durasi operasi usaha;
(7) kegiatan didalam kawasan yang belum tercakup didalam izin
lingkungan kawasan;
(8) terjadinya kebijakan pemerintah yang ditujukan dalam rangka
peningkatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
dan/atau
(9) terjadi perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar akibat
peristiwa alam atau karena akibat lain sebelum dan pada waktu
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan;
(10) Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko terhadap lingkungan
berdasarkan hasil kajian analisis risiko lingkungan hidup dan/atau
audit lingkungan hidup yang diwajibkan; dan/atau
(11) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka
waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya
7. MEKANISME PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN HIDUP
Penanggung
Jawab Usaha
dan/atau Kegiatan
Wajib UKL-UPL
Penerbitan perubahan
rekomendasi UKL-UPL dilakukan
melalui penyusunan dan
pemeriksaan UKL-UPL baru.
Penerbitan perubahan
izin dilakukan bersamaan
dengan penerbitan
perubahan keputusan
kelayakan lingkungan
hidup atau rekomendasi
UKL-UPL
Perubahan
IZIN
LINGKUNGAN
Halaman 25
Halaman 26
DIAGRAM
ALIR
PENERBITAN
BAGI USAHA/KEGIATAN WAJIB AMDAL
MULAI PENYUSUNAN
LINGKUNGAN
Pemrakarsa
AMDAL
IZIN
SAMPAI
LINGKUNGAN
PENERBITAN
IZIN
BLHD
BPPT
BLHD
Komisi Penilai
AMDAL/BPLHD
Penilaian ANDAL,
RKL-RPL
Rekomendasi Komisi
(Draft SKKLH)
Pemeriksaan
Kelengkapan
Berkas
75 HK
Pengumuman
Penerbitan SKKLH
& Ijin Lingkungan
Izin Lingkungan
diterima
Pengumuman
Izin Lingkungan
Catatan : SKKLH : Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (Layak atau Tidak Layak)
Halaman 27
DIAGRAM
ALIR
PENERBITAN
IZIN
BAGI USAHA/KEGIATAN WAJIB UKL UPL
LINGKUNGAN
Pemrakarsa
Komisi Penilai
AMDAL/BPLHD
Permohonan
Pemeriksaan UKL/UPL
& Izin Lingkungan
BPPT
BLHD
Pencatatan
administrasi
Pemeriksaan
UKL-UPL
Rekomendasi
UKL-UPL
Pemeriksaan
Kelengkapan
Berkas
259
Pengumuman
Penerbitan Ijin
Lingkungan
Izin Lingkungan
diterima
Pengumuman
Izin Lingkungan
Halaman 28
Nomor
:
Lampiran :
Prihal
:
Kepada Yth
Gubernur Jawa Barat
u.p.
Kepala
BPMPT
Provinsi Jawa Barat
di
Bandung
3. Nomor
Telp/HP
4. Alamat e-mail
B. Keterangan tentang Perusahaan
1. Nama
Perusahaan
2. Alamat
Perusahaan
3. Lokasi
Usaha/Kegiata
n
4. Nomor
Telp/Fax.
5. Alamat e-mail
6. Nomor
/
Tanggal Akte
Pendirian
7. NPWP
8. Izin-izin yang Jenis Izin
No. Persetujuan
diperoleh
1).
Fatwa :
Halaman 29
Rencana
dan
Pengarahan
Lokasi
2).Izin Lokasi
3).
Dokumen
Lingkungan
(Amdal,
UKL
UPL)
4). IMB
5). SIUP
6). HO
:
:
:
:
:
Halaman 30
No
4.
5.
Tata ruang
i PUU berbasis LH
Baku mutu LH c
Kriteria baku
kerusakan LH d
AMDAL
UKL-UPL
Perizinan
Instrumen
ekonomi LH
Anggaran
berbasis LH
k Analisis risiko LH
l
Lingkungan
Audit LH
m Instrumen lain
sesuai kebutuhan
Halaman 32
Pengambil Keputusan
Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
Izin Lingkungan
Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta Penerbitan SKKL &Izin Lingkungan
Pemrakarsa
1
Pengumuman
dan
Konsultasi
Publik
2
Penyusunan
Kerangka
Acuan )KA(
SPT dari
Pengumuman =
10 hari Kerja
3
Pengajuan
Penilaian
Kerangka
Acuan
Penyusunan 7
ANDAL dan
RKL-RPL
8
Pengajuan Permohonan Izin
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan
RKL-RPL
Satu surat
permohonan
Catatan :Waktu penilaian dak termasuk
waktu perbaikan dokumen oleh
10
pemrakarsa
4
Penilaian
KA oleh
Sekretariat
KPA
Penilaian
KA oleh
Tim Teknis
6
Penerbitan
Persetujuan
KA oleh Ketua
KPA
Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
Sekretariat
KPA
11
Penilaian
ANDAL &
RKL oleh
Tim Teknis
Pengumuman Permohonan
Izin Lingkungan
15
14a
Pengumuman Izin
Lingkungan
Penerbitan :
1. Keputusan
Kelayakan
Lingkungan ;dan
2. izin Lingkungan
Layak
Lingkungan
10 hari
kerja
12
Penilaian
ANDAL &
RKL-RPL
oleh KPA
Rekomendasi
KPA
13
14b
Keputusan
Ketidaklayakan LH
Tidak Layak
Lingkungan
Halaman 33
Rencana
Umum
Studi
Kelayakan
Disain
Rinci
Pra Kontruksi
dan Konstruksi
Operasi
KA 1
ANDAL 2
RKL-RPL 3
Dokumen AMDAL
AMDAL
Prakiraan = Besaran & sifat
penting dampak untuk setiap
DPH
DAMPAK
POTENSIAL
RENCANA
KEGIATAN
DAMPAK
POTENSIAL
KOMPONEN KEGIATAN
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
IDENTIFIKASI
DAMPAK
POTENSIAL
DAMPAK
POTENSIAL
EVALUASI
DAMPAK
POTENSIAL
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
DAMPAK
PENTING
P+
PRAKIRAAN
DAN
EVALUASI
DAMPAK
RONA
LINGKUNGAN
DAMPAK
POTENSIAL
HIPOTETIK 2
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK 3
E
DAMPAK
POTENSIAL
Surat Persetujuan KA
PELINGKUPAN
Dokumen
KERANGKA ACUAN) KA(
RENCANA
PENGELOLAAN DAMPAK
LINGKUNGAN
DAMPAK
PENTING
D
KOMPONEN LINGKUNGAN
PENILAIAN
KELAYAKAN
LINGKUNGAN
HIPOTETIK 1
DAMPAK
POTENSIAL
P-
TP+
Dampak Pen ng
Dampak
lingkungan
lainnya
Dokumen
ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN) ANDAL(
PERENCANAAN
PENGENDALIAN
Dokumen
RKL-RPL
Halaman 34
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
1.2 .Tujuan dan Manfaat
1.3 .Peraturan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Pelaksana Studi )pemrakarsa &tim penyusun
dok Amdal ,tenaga ahli dan asisten penyusun(
Muatan ANDAL
dalam Peraturan MENLH No. 8Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Amdal
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
1.2 .Tujuan dan Manfaat
1.3 .Peraturan
BAB II RENCANA USAHA/KEGIATAN
2.1 .Identitas pemrakrasa dan penyusun Amdal
2.2 .Uraian rencana usaha/kegiatan
2.3 .Alternatif-alternatif yang dikaji dalam Andal
2.4 .Keterkaitan rencana usaha/kegiatan dengan kegiatan
lain disekitarnya
BAB III RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL
BAB IV RUANG LINGKUP STUDI
4.1 .Dampak penting yang ditelaah;
4.2 .Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
BAB VI EVALUASI DAMPAK PENTING
6.1 .Telaahan terhadap dampak penting;
6.2 .Pemilihan alternatif terbaik;
6.3 .Telaahan sebagai dasar pengelolaan;
6.4 .Rekomendasi penilaian kelayakan LH
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PELINGKUPAN
Status studi amdal ,Deskripsi rencana usaha
dan/atau kegiatan fokus pada kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan
beserta alternatif ,termasuk pengelolaan LH
yang sudah ada/tersedia;
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal
)environmental setting :(Komponen lingkungan
terkena dampak dan usaha/kegiatan disekitar
lokasi rencana usaha/kegiatan beserta dampak
lingkungannya;
Hasil pelibatan masyarakat
Dampak penting hipotetik (DPH)
Batas wilayah studi dan batas waktu kajian
METODE STUDI
Metode pengumpulan dan analisi data;
Metode prakiraan dampak penting dan
Metode evaluasi secara holitistik terhadap
dampak lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Halaman 35
RKL
PERNYATAAN PELAKSANAAN
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PENDEKATAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB III RENCANA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
3.1 .Dampak penting dan sumber dampak penting
3.2 .Tolok ukur dampak
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RKL
BAB I PENDAHULUAN
PERNYATAAN PELAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Komponen
Rencana
Kegiatan
Komponen
Lingkungan
Hidup
Pelingkupan (KA)
Dampak
Potensial
Dampak
Pen ng
DPH
Prakiraan
Kegiatan
Lain
disekitarnya
Evaluasi
Dampak
Potensial
Saran ,Pendapat
danTanggapan
)SPT (
Masyarakat
Dampak
Tidak
Pen ng
DTPH
Tidak
Dikelola dan
Dipantau
Tidak
Dikelola dan
Dipantau
Evaluasi
Holis k
Arahan
RKL-RPL
Dikelola dan
Dipantau
keterangan
Dikelola dan
Dipantau
Penekanan Dalam
Revisi Pedoman
Penyusunan dan
Penilaian Amdal
Halaman 36
Dampak Penting
Lingkungan Hidup
Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
LH dikecualikandari kewajiban memiliki Amdal apabila:
1
lokasi rencana
usaha dan/atau
kegiatannya berada
di kawasan yang
telah memiliki Amdal
kawasan
UKL/UPL
usaha dan/atau
kegiatannya
dilakukan dalam
rangka tanggap
darurat bencana
1 terkena dampak;
2 Pemerhati lingkungan hidup
3 Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal
10 HARI ]SPT
Pengumuman[
Pemrakarsa
1 Pengumuman
2 Konsultasi Publik
Pengikutsertaan
masyarakat dilakukan
sebelum penyusunan
dokumen kerangka
acuan
Halaman 37
Penyusun dari
Pemrakarsa
sendiri
Menyusun Dokumen
Amdal
Pihak Lain:
DILARANG!
PNS di Instansi Lingkungan Hidup
)Pusat ,Provinsi dan
Kabupaten/Kota ,(Kecuali
ber ndak sebagai pemrakarsa
2 Penyusun
Perorangan
3 Penyusun yang
tergabung
dalam LPJP
Persyaratan Penting!
Penyusunan dokumen
Amdal wajib memiliki
sertikat kompetensi
penyusun Amdal
11.
22.
Uji kompetensi
Konsep Muatan
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup )SKKL(
Keputusan kelayakan paling sedikit memuat:
1) Dasar pertimbangan kelayakan lingkungan ;
2) Peraturan perundangan dan kronologi penilaian yang menjadi dasar
pertimbangan keputusan ;
3) Pernyataan penetapan kelayakan lingkungan;
4) Lingkup rencana kegiatan ;
5) Kewajiban pemrakarsa;
6) Kewajiban pihak lain ;
7) Jumlah dan jenis izin PPLHnya;
8) Jumlah dan jenis perizinan lainnya (bila ada);
9) Masa berlakunya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan hidup yang
menyatakan bahwa Keputusan Kelayakan dimaksud berlaku
sepanjang tidak ada perubahan atas rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dideskripsikan dalam dokumen amdal ;dan
10) Tanggal penetapan mulai berlakunya Surat Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup.
Sumber :Draft Revisi Permenlh No .05/2008
Halaman 38
2)
3)
4)
UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri
Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri ,gubernur ,atau bupa /walikota bersamaan
dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL
Sumber :Pasal 47 PP 27/2012 Izin Lingkungan
Halaman 39
Mengingat :
Memperha kan:
Menetapkan :
KESATU :
Dst
KETIGABELAS :
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 201. . 2
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
Ttd
BALTASAR KAMBUAYA
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas
Inar Ichsana Ishak
Keputusan Menteri ini disampaikan kepada Yth:.
1.
Penyusunan UKL-UPL
Tahap Perencanaan
1
Rencana
Umum
Studi
Kelayakan
3
Disain
Rinci
4
Konstruksi
5
Operasi
33.
44.
Formulir UKL-UPL
Halaman 42
Penyusunan UKL-UPL
Pasal 15 PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
Penyusunan
UKL-UPL
Pengisian
Formulir UKL-UPL
Formulir
UKL-UPL ,
BUKAN
Mini Dokumen
Amdal
Matrik/Tabel
Peta
)Jika diperlukan(
dan/atau kegiatan)
Catatan:Terkait dengan
program pengelolaan dan
pemantauan lingkungn
hidup ,juga harus
dicantumkan jumlah dan
jenis izin PPLH
Formulir UKL-UPL
Halaman 43
Proses Penyusunan dan Pemeriksaan UKL-UPL serta Penerbi tan SKKL & Izin Lingkungan
Pemrakarsa
Penyusunan
UKL-UPL
Pemrakarsa
Pemeriksaan UKL/UPL
Catatan: Jangka waktu
Pemeriksaan Teknis UKLUPL :14 Hari Kerja ,
termasuk pengumuman
permohonan izin lingkungan
DAN
tidak termasuk perbaikan /
penyempurnaan
Penerbitan Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL &
Izin Lingkungan
Pengumuman Izin Lingkungan
Pemeriksaan
UKL-UPL dan
Penerbitan
Rekomendasi
UKL-UPL dapat
dilakukan oleh:
a. Pejabat yang
ditunjuk oleh
Menteri;
b. Kepala
Instansi LH
Provinsi ;atau
c. Kepala
Instansi LH
Kab/Kota.
Pasal 40 PP 27/2012
Pemeriksaan
Teknis
UKL-UPL
Sumber :Pasal 38 PP 27/2012
Izin Lingkungan
Menerbitkan
Rekomendasi
UKL-UPL
Muatan Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL
1. Dasar pertimbangan dikeluarkannya
1 persetujuan UKL-UPL;
2.
2
3.
3
1.
4 jumlah dan jenis izin PPLH yang
diwajibkan( Jika wajib memiliki izin
PPLH)
Halaman 44
2)
3)
4)
5)
Kewajiban pemrakarsa
6)
7)
8)
9)
10)
Halaman 45
UKL-UPL
Rekomendasi dari Menteri
Laporan
Perubahan
Perubahan
Pengelolaan &
Pemantauan
Lingkungan
Perubahan
Kepemilikan
Perubahan yang
Berpengaruh
terhadap LH
9)Kriteria(
Amdal
Baru
Adendum
Andal &
RKL-RPL
UKLUPL
Baru
c
d
Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan ,
apabila usaha dan/atau kegiatan yang telah
memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan
Halaman 47
8.
9.
Alat-alat Produksi
Kapasitas Produksi
Spesikasi teknik
Sarana Usaha dan/atau
kegiatan
Perluasan Lahan dan
Bangunan
Waktu dan Durasi Operasi
Usaha dan/atau Kegiatan
dalam Kawasan yang belum
dilingkup
Perubahan Kebijakan
Pemerintah
Perubahan LH yang
mendasar akibat peristiwa
alam atau akibat lain
Kata kunci B
ERPENGARUH
Hanya
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan
yang BERPENGARUHterhadap lingkungan
yang wajib mengajukan perubahan izin
lingkungan.
Kriteria
Perubahan
yang lebih
detail
b
Adendum
Andal &
RKL-RPL
AMDAL
BARU
Denisi;
Besaran/
Skala
dll
UKL-UPL
BARU
MENTERI
GUBERNUR
Bupati/Walikota
Permohonan
Perubahan
Izin
Lingkungan
Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan
Penerbitan
Perubahan
Izin
Lingkungan
Rencana Perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan
Perubahan SKKL
atau Rekomendasi
UKL-UPL
Amdal
Baru
Kriteria
Detail
Assessment
Adendum
Andal &
RKL-RPL
UKLUPL
Baru
Halaman 49
Pemrakarsa
Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan
Masyarakat/Publik
Pelaporan:
Buku
File elektronik i.e .CD
Buku Laporan atau
sistem informasi
elektronik i.e .Website
Pasal 68 UU 32/2009 :setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban (a)
memberikan informasi yang terkait dengan PPLH secara benar ,akurat ,terbuka dan tepat waktu...
Pasal 65 ayat) 2 (UU 32/2009 :setiap orang berhak mendapatkan.... akses informasi... atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat
Halaman 50
Sanksi Administratif
Pasal 53 :Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan) :a (menatiapersyaratan dan kewajiban yang dimuat dalam
izin lingkungan) ,b (membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan dan
kewajiban dalam izin lingkungankepada Menteri ,gubernur ,atau bupati/walikota ;dan ) c (Menyediakan dana
penjamin untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup se suai ketentuan PUU .Laporan disampaikan secara
berkala setiap 6 (enam) bulan
Halaman 51
PP No 27 .Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan
Proposal Kegiatan
Wajib AMDAL
Pengumuman &
konsultasi masyarakat
Penyusunan KA-ANDAL
Pemeriksaan Administrasi
Penilaian KA-ANDAL
Wajib UKL/UPL
Permohonan
Pemeriksaan UKL/UPL
Pemeriksaan Administrasi
Pemeriksaan Administrasi
Pemeriksaan Administrasi
Pengumuman
Penilaian ANDAL & RKL-RPL
Tidak
Layak
SKKLH
Pemeriksaan UKL/UPL
Rekomendasi UKL-UPL
Halaman 52
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Wajib AMDAL
IZIN
LINGKUNGAN
Wajib Memiliki
Usaha
dan/atau
Kegiatan
Wajib UKL/UPL
Permohonan &
Penerbitan Izin
Lingkungan
Izin
Lingkungan
Sumber :Pasal 2 PP 27/2012 Izin Lingkungan
46
Halaman 53
Penyusunan UKL-UPL
Tahap Perencanaan
1
Rencana
Umum
Studi
Kelayakan
3
Disain
Rinci
4
Konstruksi
5
Operasi
33.
44.
Formulir UKL-UPL
Halaman 54
PB 4
Halaman 55
BEBERAPA ISTILAH
Amdal:
AnalisisMengenai
MengenaiDampak
DampakLingkungan
Lingkungan
Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
Analisis
suatuanalisis
analisismengenai
mengenaidampak
dampak
suatu
analisis
mengenai
dampak
suatu
lingkungandari
darisuatu
suatuproyek
proyekyang
yang
lingkungan
dari
suatu
proyek
yang
lingkungan
meliputievaluasi
evaluasidan
danpendugaan
pendugaan
meliputi
evaluasi
dan
pendugaan
meliputi
dampakproyek
proyekterhadap
terhadaplingkungan
lingkungan,,,
dampak
proyek
terhadap
lingkungan
dampak
yangterdiri
terdiridari
dari:::PIL
PIL,KA
,KA,Andal
,Andal,RKL
,RKL
yang
terdiri
dari
PIL
,KA
,Andal
,RKL
yang
danRPL
RPL
dan
RPL
dan
Impact :
Halaman 56
PIL:
PEL:
SEL:
RKL:
Halaman 57
AMDAL
KA-ANDAL
ANDAL
RKL
Memuat arahan untuk pengelolaan dampak
penting ,disusun berdasarkan hasil studi Andal ,
merupakan bagian dari laporan Studi Amdal
RPL
Memuat berbagai rencana pemantauan
terhadap berbagai komponen lingkungan yang
telah dikelola akibat terkena dampak suatu
kegiatan
Halaman 58
ASPEK :
FISIK KIMIA
EKOLOGI /BIOLOGI
Halaman 59
1. PEMRAKARSA
2. PELAKSANA
3. PEJABAT PEMERINTAH
4 .PERENCANA REGIONAL
6 .POLITIKUS
Masyarakat pemerhati
KEGUNAAN AMDAL
1 .PEMERINTAH
Sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan
lingkungan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
Halaman 60
2 .MASYARAKAT
Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk berpartisipasi.
Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi
dan manfaat serta kerugian akibat adanya suatu
kegiatan.
3 .PEMRAKARSA
Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan
yang akan dihadapi pada masa yang akan datang
Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan
sasaran proyek.
Halaman 61
PROSEDUR AMDAL
Proses penapisan )screening (wajib AMDAL
Proses seleksi apakah suatu kegiatan wajib AMDAL atau tidak
Proses Pengumuman dan Konsultasi Masyarakat
Pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya
selama waktu yang ditentukan dalam peraturan Keputusan
Kepala BAPEDAL No.8/2000 ,menanggapi masukan,konsultasi
pada masyarakat sebelum menyusun KA-ANDAL
Halaman 62
Halaman 63
Identitas pemrakarsa
Rencana Usaha dan/atau kegiatan
Dampak Lingkungan yang akan terjadi
Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
Tanda tangan dan cap
Halaman 64
d .Kegiatan pertanian
Contoh :pencetakan sawah ,peternakan ,perikanan )kolam ,air deras ,(
perkebunan.
e .Kegiatan industri
Contoh :pendirian pabrik pupuk ,semen ,tapioka ,mobil,
kertas ,baja ,makanan ternak. ,
f .Kegiatan transportasi
Contoh :pembuatan jalan baru seperti jalan tol dan jalan layang,
pembuatan pelabuhan baik udara ,ferry ,perikanan ,dan
sebagainya.
h. Kegiatan pariwisata
Contoh :pembuatan tempat rekreasi ,lapangan golf ,
taman hiburan ,dll
Halaman 65
Halaman 66
belum jelas dengan negara lain, berlokasi di wilayah ruang lautan, atau berlokasi
di lintas batas negara.
Unsur pemerintah yang lain yang memiliki kepentingan dan warga atau
masyarakat yang kena dampak diusahakan terwakili pada Komisi Penilai ini.
Susunan keanggotaan dan kinerja Komisi Penilai AMDAL diatur dalam
keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sedangkan keanggotaan pada
Komisi Penilai AMDAL di tingkat kota/kabupaten dan provinsi yang
menetapkan adalah bupati/walikota dan gubernur. Yang membantu Komisi
Penilai yaitu tim teknis yang tugasnya memberi pertimbangan teknis atas
komponen dokumen AMDAL. Berikut ini adalah Tim teknis tersebut yang
terdiri atas:
Instansi yang mempunyai tugas untuk mengendalikan lingkungan.
Instansi teknis yang menguasai atau membidangi kegiatan maupun usaha
yang terkait.
Instansi yang berlatar belakang bidang ilmu yang ada kaitannya.
TUGAS TIM TEKNIS KOMISI PENILAI AMDAL
Tim teknis mempunyai tugas, antara lain:
1. Menilai secara teknis dan melakukan kendali mutu atas KA, Andal, dan
RKL-RPL beserta perbaikannya melalui:
1.1
Uji tahap proyek;
Uji tahap proyek yang dimaksudkan adalah bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan masih berada pada tahap
perencanaan (studi kelayakan atau DED). Dalam hal amdal disusun
pada tahap DED maka memiliki konsekuensi bahwa informasi
mengenai deskripsi kegiatan harus lebih rinci dan RKL-RPLnya
lebih implementatif. serta lokasinya harus sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah (RTRW) setempat yang berlaku dan sudah
ditetapkan.
1.2
Uji kualitas dokumen;
1.2.1 Uji Konsistensi
Uji konsistensi secara umum adalah menilai konsistensi penyusunan
dokumen Amdal maupun pelaksanaan kajian Amdalnya. Secara
rinci, uji konsistensi meliputi:
1) konsistensi antara dampak penting hipotetik dari hasil
pelingkupan (termasuk parameter yang akan dikaji) dengan
metode studi yang akan digunakan;
2) konsistensi antara dampak penting hipotetik (termasuk
parameter yang dikaji) dengan metode prakiraan dampak, rona
lingkungan awal, prakiraan besaran dampak, sifat penting
dampak, evaluasi secara holistik serta rencana pengelolaan dan
Halaman 67
Halaman 68
1.3
2.
3.
Halaman 69
Halaman 70
Uji Administratif
Antara lain:
Dalam K.A. Andal
Perijinan yang diperlukan (sesuai dg R.K.)
Surat Keputusan/Dok yg dipersyaratkan utk ijin Lokasi
Peta terkait
Halaman 71
Tata ruang
Tata guna lahan
Rencana lokasi
Topografi, Geologi
Batas Wilayah Studi
Rencana Lokasi Pengambilan Sampel
Riwayat Hidup (CV) Penyusun AMDAL
Dan lain-lain (tergantung RK dan Aturan KPA)
Halaman 72
Aspek Kedalaman
Pada Metode Prakiraan Besar dan Penting Dampak
Metode yg digunakan apakah menggunakan formal/analogi?
Apakah ada simulasi pemodelan ?
Skala Kualitas Lingkungan apakah ada Referensi Baku ?
Kepentingan Dampak apakah komprehensif ?
Dan lain-lain
Sistematika K.A. ANDAL
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan & Manfaat
1.3 Peraturan
2. Ruang Lingkup
2.1 Lingkup R.K. & Alternatif
2.2 Lingkup RLA
2.3 Pelingkupan
2.4 Proses
2.5 Hasil: Dampak Hipotetis, Batas Wilayah
3. Metode Studi
3.1 Pengumpulan & Analisis Data
3.2 Prakiraan Dampak Penting
3.3 Evaluasi Dampak Penting
4. Pelaksana Studi
4.1 Pemrakarsa
4.2 Penyusun
4.3 Biaya studi (% tase distribusi)
4.4 Waktu studi
5. DAFTAR PUSTAKA
6. LAMPIRAN:
6.1 Perijinan terkait, penjelasan rinci proses pelingkupan, pengumuman studi
AMDAL, butir-butir penting hasil konsultasi dan diskusi dengan pihakpihak yang terlibat (masyarakat berkepentingan) dan pengolahan data
hasil konsultasi, foto-foto rona lingkungan hidup.
6.2 CV personil penyusun AMDAL dan surat pernyataan bahwa personil
tersebut benar-benar melakukan penyusunan dan ditandatangani di atas
materai, serta copy sertifikat pelatihan AMDAL.
6.3 Peta (Lokasi, BWS, Rencana Pengambilan sampel)
Halaman 73
Halaman 74
3.2
4.1.
4.1
4.2
5.
5.1
5.2
5.3
6.
6.1
6.2
6.3
6.4
7.
8.
8.1
8.2
8.3
Halaman 75
Halaman 76
Halaman 77
TEKNIK
PENILAIAN
DOKUMEN AMDAL
Halaman 78
I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan instrumen
pengendalian dampak lingkungan yang tergolong tertua di Indonesia (1982).
Bahkan hingga saat ini AMDAL masih dikenal meluas di berbagai lapisan dan
golongan masyarakat.
Instrumen ini dengan cepat dikenal karena
disosialisasikan secara aktif melalui jalur pendidikan non-formal (Kursus Dasar,
Penyusun dan Penilai AMDAL) maupun secara tidak langsung melalui jalur
penilaian dokumen AMDAL. Dibentuknya Komisi Pusat dan Daerah untuk
penilaian AMDAL, dan adanya persyaratan-persyaratan perijinan yang terkait
dengan AMDAL, secara tidak langsung telah mendorong banyaknya pihak,
khususnya aparatur pemerintah, yang mengenal istilah AMDAL.
Namun setelah lebih 15 tahun AMDAL berjalan di Indonesia (terhitung sejak
pertama kalinya ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang AMDAL, yakni
PP Nomor 29 Tahun 1986), banyak pihak merasa bahwa AMDAL belum
menjadi instrumen yang efektif untuk pengendalian (terutama pencegahan)
dampak lingkungan. Bahkan akhirnya AMDAL banyak dipandang sebagai
cost center ketimbang sebagai kontributor untuk cost saving.
Salah satu faktor yang turut andil dalam hal tersebut adalah rendahnya mutu
penilaian dokumen AMDAL. Mutu penilaian dokumen AMDAL boleh dikatakan
dipengaruhi oleh empat faktor, yakni: (a) kompetensi teknis anggota Komisi
Penilai AMDAL; (b) integritas anggota Komisi Penilai; (c) tersedianya panduan
penilaian dokumen AMDAL; (d) akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL.
Dari empat faktor tersebut integritas penilai merupakan faktor moral yang sulit
dioperasionalkan ketika menempatkan seseorang untuk duduk di dalam
keanggotaan Komisi Penilai AMDAL. Namun demikian, faktor ini dapat efektif
dikontrol dan ditegakkan melalui tiga faktor yang lainnya, yakni peningkatan
terus menerus kompetensi teknis anggota, tersedianya panduan, prosedur dan
kriteria penilaian dokumen AMDAL yang efektif untuk digunakan, dan
akuntabilitas proses penilaian AMDAL. Tiga faktor ini merupakan faktor yang
dapat terus ditingkatkan, dikembangkan dan difasilitasi oleh pemerintah agar
mutu penilaian AMDAL meningkat secara bertahap.
Berlatar-belakang dari konsideran tersebut, studi ini diselenggarakan dengan
maksud untuk meningkatkan mutu penilaian AMDAL melalui pembuatan
prosedur dan kriteria penilaian dokumen AMDAL.
2.
Tujuan
Tujuan studi ini adalah dihasilkannya seperangkat kriteria dan teknik penilaian
dokumen AMDAL, sebagai pelengkap terhadap Kepmen LH Nomor 2 Tahun
2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL.
Adapun hasil
pekerjaannya adalah laporan tentang kriteria dan teknik penilaian dokumen
AMDAL.
Halaman 79
1.
Prinsip Pengujian
Mengingat kriteria dan teknik pengujian ini akan digunakan oleh berbagai
kalangan secara meluas, maka kriteria dan teknik uji yang dihasilkan dalam
studi ini harus memenuhi beberapa prinsip tertentu. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
2.
1)
Prinsip Praktis
Mengingat banyak pihak yang telah mengetahui AMDAL dan pernah
mengikuti Kursus AMDAL, maka Pedoman ini disusun dengan sangat
mempertimbangkan unsur kepraktisan untuk para penggunanya (kalangan
pakar, akademisi, aparatur pemerintah, konsultan, kalangan LSM dan
masyarakat).
2)
3)
Prinsip Akuntabel
Mengingat hasil penilaian dokumen AMDAL harus dapat dipertanggungjawabkan dihadapan publik, maka akuntabilitas menjadi prinsip penting
yang dikembangkan dalam panduan penilaian ini.
Siapapun yang
menggunakan panduan ini akan dapat mempertanggungkan hasil
penilaiannya karena Panduan ini dikembangkan secara praktis, logis dan
sistematis.
Halaman 80
Enam kriteria uji tersebut pada dasarnya terkelompok atas tiga aspek, yakni Uji
Administratif, Uji Fase Kegiatan Proyek dan Uji Mutu. Uji Mutu, yang terdiri
atas 4 macam uji, merupakan pilar utama penilaian dokumen AMDAL.
Enam kriteria uji tersebut secara sengaja disusun berjenjang (hierarkis),
dengan maksud sekaligus menunjukkan teknik penilaian yang digunakan.
Pengujian dimulai dari Uji Administratif kemudian ke tahap Uji Fase Kegiatan
Proyek dan selanjutnya tahap Uji Mutu. Uji Mutu juga diawali dari Uji
Konsistensi kemudian secara bertahap naik ke tahap Uji Keharusan, Uji
Relevansi dan hingga kemudian Uji Kedalaman. Jadi pengujian dimulai dari
taraf yang amat mudah (Uji Administratif) hingga ke taraf uji yang memerlukan
kompetensi keilmuan tertentu (Uji Kedalaman). Pada Gambar 2 dilustrasikan
jenjang uji dimaksud
Uji Administratif
umum,
mudah
spesifik,
spesialis
3.
Persyaratan Pengguna
Ada beberapa hal persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pengguna agar
Pedoman penilaian dokumen AMDAL ini dapat berdaya-guna tinggi, yakni:
1)
2)
3)
4)
Jenjang penilaian yang tertinggi, yakni Uji Relevansi dan Uji Kedalaman,
harus dilakukan oleh Penilai yang berkompeten di bidang keilmuan
Halaman 81
4.
2)
3)
4)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Halaman 82
1.1.
Latar Belakang
Kelengkapan administrasi merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyusunan dokumen AMDAL. Oleh karena itu pemeriksaan
terhadap kelengkapan administrasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
memeriksa kandungan isi dokumen. Dokumen AMDAL dengan demikian
dinyatakan siap dan layak untuk dinilai kandungan isinya apabila telah
memenuhi persyaratan administrasi. Apabila persyaratan administrasi belum
lengkap, maka pemrakarsa harus melengkapinya sesuai dengan peraturanperundangan yang digariskan oleh instansi yang berwenang.
1.2.
1.3.
Bahan Uji
A. Landasan Hukum
B. Prosedur Uji
1. Periksa apakah dokumen KA telah dilengkapi dengan persyaratan
administrasi, antara lain:
a. Dokumen perijinan yang diperlukan sesuai dengan rencana
usaha/kegiatan.
b. Surat keputusan atau dokumen-dokumen lain yang dipersyaratkan
untuk izin lokasi sesuai dengan peruntukannya.
c. Peta-peta terkait, seperti antara lain: peta tata ruang, tata guna tanah,
peta wilayah studi, peta rencana lokasi, peta geologi, peta topografi,
dan lain-lain.
Halaman 83
Halaman 84
2.1.
2.2.
2.3.
Latar Belakang
Bahan Uji
A. Landasan Hukum
Halaman 85
B. Prosedur Uji
1. Periksa pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan dari dokumen KA dan ANDAL,
apakah proyek tengah berada pada tahap studi kelayakan atau tidak.
Sebagai indikasi bahwa proyek tengah berada pada tahap studi
kelayakan adalah:
a. Pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan dipaparkan alternatif kegiatan
proyek yang berupa:
Alternatif lokasi proyek (misal alternatif lokasi kegiatan, atau
alternatif jalur pipa, atau alternatif jalan penghubung, atau
alternatif lokasi fasilitas pendukung kegiatan), dan/atau
Alternatif teknologi proses yang digunakan, atau alternatif
kapasitas produksi, dan/atau
Alternatif bahan baku yang digunakan, atau alternatif lain dari
rencana usaha/kegiatan yang akan dilakukan.
b. Pada Bab Rencana Usaha/Kegiatan alternatif-alternatif tersebut
disajikan dalam bentuk uraian/deskripsi, dan/atau dengan dukungan
tabel, atau peta atau diagram.
Halaman 86
3. Uji Mutu:
Aspek Konsistensi
3.1.
Latar Belakang
3.2.
3.3.
Bahan Uji
A. Landasan Hukum
B. Prosedur Uji
Uji Konsistensi berikut ini terutama ditujukan untuk menilai mutu dokumen
ANDAL. Ada dua jenis konsistensi yang dinilai. Pertama, konsistensi isi kajian
antara dokumen ANDAL dan KA. Kedua, konsistensi isi kajian antar Bab dalam
dokumen ANDAL
1. Bandingkan komponen dampak penting yang tercantum di dalam dokumen
KA dengan yang tercantum di dalam dokumen ANDAL.
2. Bandingkan komponen dampak penting yang tercantum di dalam Bab
Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak dari dokumen ANDAL.
Uji konsistensi dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Ambil dokumen KA yang telah disetujui dan bandingkan dengan
dokumen ANDAL yang tengah saudara nilai dalam hal komponen
dampak penting yang ditelaah, dengan cara:
2) Buat format penilaian konsistensi seperti pada contoh Tabel 1.
3) Pada kolom 1 Tabel, cantumkan daftar komponen atau parameter
lingkungan hidup yang menurut hasil pelingkupan diidentifikasi
berpotensi terkena dampak penting. Daftar komponen atau
Halaman 87
Halaman 88
3. Bila proyek berada pada tahap studi kelayakan, maka uji konsistensi
dilakukan dengan pendekatan serupa. Sebagai ilustrasi, lihat Tabel 2.
Halaman 89
Dokumen ANDAL
Komponen atau
parameter lingkungan
yang diidentifikasi
berpotensi terkena
dampak penting
Komponen atau
parameter lingkungan
yang berpotensi terkena
dampak penting.
Tercantum dalam Bab
Metode Studi
Komponen atau
parameter dampak
lingkungan yang
diprakirakan besar
dampak dan sifat
penting dampak.
Komponen atau
parameter dampak
lingkungan yang
dievaluasi untuk
keperluan kelayakan
lingkungan.
(Kolom 1)
(kolom 2)
(kolom 3)
(kolom 4)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kualitas udara
Kualitas air laut
Arus laut
Vegetasi darat
Vegetasi pantai
Satwa langka
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10. Hak ulayat
11. Interaksi sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kualitas udara
Kualitas air laut
Arus laut
Vegetasi darat
Vegetasi pantai
Satwa langka
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10.Hak ulayat
11.Interaksi sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kualitas udara
Kualitas air laut
Arus laut
Vegetasi darat
Vegetasi pantai
Satwa langka
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10. Hak ulayat
11. Interaksi sosial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bentang alam
Kualitas air laut
Arus laut
Sedimentasi
Vegetasi pantai
Biota sungai
Biota laut
Kesempatan
kerja
9. Perekonomian
lokal
10. Hak ulayat
11. Interaksi sosial
12. Pendapatan
Dipetik dari Bab
Evaluasi Dampak
Lingkungan, ANDAL
Contoh:
Kesimpulan: dokumen ANDAL harus diperbaiki, karena:
Dokumen ANDAL disusun konsisten dengan dokumen KA
hanya sampai pada Bab Prakiraan Dampak Lingkungan
(lihat kolom 1, 2 dan 3).
Evaluasi kelayakan lingkungan yang termuat pada Bab
Evaluasi Dampak Lingkungan, tidak dilakukan berdasarkan
komponen dampak penting lingkungan yang identik dengan
yang dianalisis pada Bab Prakiraan Dampak (ada 4
komponen lingkungan yang berbeda)
Halaman 90
Tabel 2. Contoh Uji Konsistensi Proyek berada pada Tahap Studi Kelayakan
Dokumen KA
Dokumen ANDAL
(Kolom 1)
(kolom 2)
(kolom 3)
(kolom 4)
Evaluasi holistik:
Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Vegetasi darat
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
11. Interaksi sosial
Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Vegetasi darat
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
11. Interaksi sosial
Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Produksi padi
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
11. Konflik sosial
Alternatif Lokasi 1
1. Kualitas air sungai
2. Populasi ikan
3. Produksi padi
4. Kesempatan kerja
5. .............. dst
15. Konflik sosial
&
&
&
vs
Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas air sungai
2. Transportasi
sungai
3. Satwa langka
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
13. Sikap thd proyek
Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas air sungai
2. Transportasi
sungai
3. Satwa langka
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
13. Sikap thd proyek
Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas udara
2. Transportasi
sungai
3. Tangkapan ikan
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
13. Sikap thd proyek
Alternatif Lokasi 2
1. Kualitas udara
2. Sarana angkutan
3. Tangkapan ikan
4. Kesempatan kerja
5. ..........dst
17. Sikap thd proyek
Contoh:
Kesimpulan: dokumen ANDAL harus diperbaiki, karena:
Bab Prakiraan Dampak dan Bab Evaluasi Dampak (ANDAL)
disusun tidak konsisten dengan dokumen KA (lihat jenis &
jumlah dampak penting di kolom 1, 3 dan 4).
Evaluasi kelayakan lingkungan yang termuat pada Bab
Evaluasi Dampak Lingkungan, tidak dilakukan berdasarkan
komponen dampak penting lingkungan yang identik dengan
yang dianalisis pada Bab Prakiraan Dampak (ada banyak
komponen lingkungan yang berbeda, bandingkan kolom 3
dan 4)
Halaman 91
4. Uji Mutu:
Aspek Keharusan
4.1.
4.2.
Latar Belakang
Prakiraan besar dampak dan sifat penting dampak merupakan salah satu
kajian yang harus dilakukan dalam penyusunan ANDAL. Kajian ini dimuat
dalam Bab Prakiraan Dampak Lingkungan.
Halaman 92
b. Tidak dilakukan telaahan sifat penting dari besar dampak yang timbul
dengan menggunakan KepKa Bapedal No. 056/1994 sebagai acuan.
Catatan:
Telaahan sifat penting dilakukan untuk setiap komponen dampak
penting lingkungan hipotetik.
Halaman 93
5. Uji Mutu:
Aspek Relevansi
5.1.
5.2.
5.3.
Latar Belakang
Bahan Uji
A. Landasan Hukum
B. Prosedur Uji
1. Periksa pada Bab Evaluasi Dampak Penting dalam dokumen ANDAL,
apakah hasil evaluasi memuat arahan dampak lingkungan penting yang
harus dikelola.
2. Periksa pada dokumen RKL, apakah program pengelolaan lingkungan
yang dimuat dalam Bab Rencana Pengelolaan Lingkungan, berciri:
a. Relevan dengan yang direkomendasikan oleh dokumen ANDAL
(termuat dalam Bab Evaluasi Dampak Lingkungan).
Halaman 94
program
apabila
Halaman 95
6. Uji Mutu:
Aspek Kedalaman
6.1.
6.2.
6.3.
Latar Belakang
Dalam Studi ANDAL, kondisi rona lingkungan hidup, kajian prakiraan besar
dampak, sifat penting dampak dan evaluasi dampak lingkungan harus
dilakukan dengan menggunakan metode yang sahih, reliabel dan dapat
dipertanggung-jawabkan (akuntabel).
Bahan Uji
A. Landasan Hukum
Halaman 96
B. Prosedur Uji
1. Periksa apakah di dalam penyusunan ANDAL digunakan metode yang
sahih untuk:
a. Mengumpulkan dan menganalisis data (untuk keperluan Bab Rona
Lingkungan Hidup, ANDAL).
b. Memprakirakan besar dampak yang akan timbul (untuk keperluan Bab
Prakiraan Dampak, ANDAL)
Catatan:
Untuk diketahui, pemeriksaan terhadap kesahihan metode-metode
tersebut harus dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi
di bidang tersebut.
Dokumen ANDAL dengan demikian perlu diperbaiki, bila salah satu kondisi
di bawah ini terjadi:
a. Metode yang digunakan untuk pengumpulan dan analisis data
komponen lingkungan tertentu ternyata tidak sahih.
b. Metode yang digunakan untuk prakiraan besar dampak komponen
lingkungan tertentu ternyata tidak sahih.
2. Periksa apakah dalam Bab Evaluasi Dampak Lingkungan, ANDAL,
digunakan metode yang sahih untuk keperluan evaluasi dampak
lingkungan secara holistik.
Untuk proyek yang tengah berada pada studi kelayakan, sebagaimana
disyaratkan oleh peraturan perundangan yang berlaku, maka periksa
sejauh mana digunakan metode yang sahih untuk mengevaluasi alternatif
kegiatan yang paling layak dari segi lingkungan.
Dokumen ANDAL dengan demikian perlu diperbaiki, bila metode evaluasi
dampak lingkungan yang digunakan ternyata tidak sahih atau tidak dapat
diterima secara ilmiah.
Catatan
Halaman 97
Mengingat:
Halaman 99
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
33. Instrumen ekonomi lingkungan hidup adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong Pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap
orang ke arah pelestarian fungsi lingkungan hidup.
34. Ancaman serius adalah ancaman yang berdampak luas terhadap lingkungan
hidup dan menimbulkan keresahan masyarakat.
35. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL
dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
36. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi
teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan.
37. Pemerintah pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
38. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.
39. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu
Asas
Pasal 2
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan
asas:
1. tanggung jawab negara;
2. kelestarian dan keberlanjutan;
3. keserasian dan keseimbangan; d. keterpaduan;
4. manfaat;
5. kehati-hatian;
6. keadilan;
7. ekoregion;
8. keanekaragaman hayati;
9. pencemar membayar;
10. partisipatif;
11. kearifan lokal;
12. tata kelola pemerintahan yang baik; dan n. otonomi daerah.
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
Halaman 102
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 4
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum.
BAB III
PERENCANAAN
Pasal 5
Perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
melalui tahapan:
a. inventarisasi lingkungan hidup;
b. penetapan wilayah ekoregion; dan
c. penyusunan RPPLH.
Bagian Kesatu
Inventarisasi Lingkungan Hidup
Pasal 6
(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a terdiri atas inventarisasi lingkungan hidup:
a. tingkat nasional;
b. tingkat pulau/kepulauan; dan c. tingkat wilayah ekoregion
(2) Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk memperoleh data dan
informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi:
Halaman 103
a.
b.
c.
d.
e
f
Bagian Kedua
Penetapan Wilayah Ekoregion
Pasal 7
(1) Inventarisasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (1) huruf a dan huruf b menjadi
dasar
dalam
penetapan
wilayah ekoregion dan dilaksanakan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan instansi terkait.
(2) Penetapan wilayah ekoregion sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan:
a. karakteristik bentang alam;
b. daerah aliran sungai;
c. iklim;
d. flora dan fauna;
e. sosial budaya;
f. ekonomi;
g kelembagaan masyarakat; dan
h. hasil inventarisasi lingkungan hidup.
Pasal 8
Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat wilayah ekoregion sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c dilakukan untuk menentukan daya
dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam.
Bagian Ketiga Penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Pasal 9
(1) RPPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c terdiri atas:
a. RPPLH nasional;
b. RPPLH provinsi; dan
c. RPPLH kabupaten/kota.
(2) RPPLH nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf
a
disusun berdasarkan inventarisasi nasional.
(3) RPPLH provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun
berdasarkan:
a. RPPLH nasional;
b. inventarisasi tingkat pulau/kepulauan; dan c. inventarisasi tingkat
ekoregion.
(4) RPPLH
kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Halaman 104
c. keselamatan,
mutu
hidup,
dan kesejahteraan masyarakat.
(3) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh:
a. Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
nasional dan pulau/kepulauan;
b. gubernur untuk daya dukung dan daya tampung
lingkungan
hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota; atau
c. bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam peraturan pemerintah.
BAB V
PENGENDALIAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
(1) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.
(3) Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan
sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.
Bagian Kedua
Pencegahan
Pasal 14
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas:
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
Halaman 106
(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan
bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui,
a. kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut
wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan
b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
Pasal 18
(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan
dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan KLHS
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 2
Tata Ruang
Pasal 19
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
keselamatan
masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada
KLHS.
(2) Perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
Paragraf 3
Baku Mutu Lingkungan Hidup
Pasal 20
(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku
mutu lingkungan hidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidup meliputi:
a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan
g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
(3) Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah
ke
media
lingkungan hidup dengan persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf c, huruf d, dan huruf g diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Halaman 108
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai baku mutu lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf e, dan huruf f diatur dalam peraturan
menteri.
Paragraf 4
Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Pasal 21
(1) Untuk menentukan terjadinya kerusakan lingkungan hidup, ditetapkan
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku
kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.
(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan;
d. kriteria baku kerusakan mangrove;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. kriteria baku kerusakan gambut;
g. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
h. kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada
paramater antara lain:
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.
(5) KetentuaN lebih lanjut mengenai kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Paragraf 5
Amdal
Pasal 22
(1) Setiap usaha berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki amdal.
(2) Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria:
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
Halaman 109
Pasal 23
(1) Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan amdal terdiri atas:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial
dapat
menimbulkan pencemaran
dan/atau
kerusakan lingkungan
hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya;
d. d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi
lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan
budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan
mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau
perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan/atau
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi
dengan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 24
Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 merupakan dasar
penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.
Pasal 25
Dokumen amdal memuat:
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
Halaman 110
e.
f.
Pasal 26
(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh
pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian
informasi yang
transparan
dan
lengkap
serta diberitahukan
sebelum kegiatan dilaksanakan.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. yang terkena dampak;
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat
mengajukan
keberatan terhadap dokumen amdal.
Pasal 27
Dalam menyusun dokumen amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) dapat meminta bantuan kepada pihak lain.
Pasal 28
(1) Penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dan
Pasal 27 wajib
memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal.
(2) Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penguasaan metodologi penyusunan amdal;
b. kemampuan melakukan pelingkupan, prakiraan, dan evaluasi dampak
serta pengambilan keputusan; dan
c. Kemampuan menyusun rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup.
(3) Sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi penyusun amdal
yang ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi dan
kriteria
kompetensi
penyusun amdal diatur dengan peraturan Menteri.
Pasal 29
(1) Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(3) Persyaratan dan tatacara lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Halaman 111
Pasal 30
(1) Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 terdiri atas wakil dari unsur:
a. instansi lingkungan hidup;
b. instansi teknis terkait;
c. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan jenis usaha
dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
d. pakar di bidang pengetahuan yang terkait dengan dampak yang
timbul dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang sedang dikaji;
e. wakil dari masyarakat yang berpotensi terkena dampak; dan
f. organisasi lingkungan hidup.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Komisi Penilai Amdal dibantu oleh tim
teknis yang terdiri atas pakar independen yang melakukan kajian teknis dan
sekretariat yang dibentuk untuk itu.
(3) Pakar independen dan sekretariat sebagaimana
dimaksud pada ayat
(3) ditetapkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 31
Berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai Amdal, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan hidup sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 32
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah membantu penyusunan amdal bagi
usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi lemah yang
berdampak
penting terhadap lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
fasilitasi, biaya, dan/atau penyusunan amdal.
(3) Kriteria mengenai usaha dan/atau kegiatan golongan ekonomi
lemah
diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 33
Ketentuan lebih lanjut mengenai amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
sampai dengan Pasal 32 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Paragraf 6
UKL-UPL
Pasal 34
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) wajib
memiliki UKL-UPL.
(2) Gubernur atau bupati/walikota menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.
Halaman 112
Pasal 35
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
(2) Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria:
a. Tidak termasuk dalam kategori berdampak penting
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1); dan
b. kegiatan usaha mikro dan kecil.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan surat pernyataan
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup diatur dengan
peraturan Menteri.
Paragraf 7
Perizinan
Pasal 36
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKLUPL wajib memiliki izin lingkungan.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud panda ayat (1) wajib
mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(4) Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 37
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila
permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4) dapat
dibatalkan apabila:
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana
tercantum
dalam keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 38
Halaman 113
Halaman 117
(3) Pencadangan
sumber
daya
alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan sumber daya alam yang tidak dapat dikelola
dalam jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c meliputi:
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan asam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai konservasi dan pencadangan sumber daya
alam serta pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VII
PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN
LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BERACUN
SERTA
Bagian Kesatu
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
Pasal 58
(1) Setiap orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, menghasilkan,
mengangkut,
mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, membuang, mengolah,
dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan B3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pasal 59
(1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.
(2) Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah
kedaluwarsa, pengelolaannya
mengikuti
ketentuan pengelolaan
limbah B3.
(3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
(4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban
yang harus dipatuhi pengelola limbah B3 dalam izin.
(6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur
dalam
Peraturan Pemerintah.
Halaman 119
Bagian Ketiga
Dumpin
Pasal 60
Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin.
Pasal 61
(1) Dumping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 hanya dapat
dilakukan dengan izin
dari
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Dumping sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
di lokasi yang telah ditentukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
dumping
limbah atau bahan diatur
dalam
Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
SISTEM INFORMASI
Pasal 62
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengembangkan
sistem
informasi lingkungan
hidup
untuk
mendukung pelaksanaan dan
pengembangan kebijakan perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan
hidup.
(2) Sistem
informasi
lingkungan
hidup dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi dan wajib
dipublikasikan
kepada masyarakat.
(3) Sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit memuat informasi
mengenai status lingkungan hidup, peta rawan lingkungan hidup, dan
informasi lingkungan hidup lain.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi lingkungan hidup
diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB IX
TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 63
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah
bertugas dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan nasional;
b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria;
c. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH
nasional;
d. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai KLHS;
e. menetapkan
dan
melaksanakan kebijakan mengenai amdal
dan UKL-UPL;
f. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan
emisi gas rumah kaca;
Halaman 120
g.
h.
e.
Pasal 67
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 68
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Bagian Ketiga
Larangan
Pasal 69
(1) Setiap orang dilarang:
a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran
dan/atau
perusakan lingkungan hidup;
b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
perundangundangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara
Kesatuan
Republik Indonesia;
e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;
f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin
lingkungan;
h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun
amdal; dan/atau
j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan
dengan sungguh- sungguh kearifan lokal di daerah masing- masing.
BAB XI
PERAN MASYARAKAT
Pasal 70
(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang
sama dan
seluasluasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Halaman 124
Halaman 125
Pasal 74
(1) Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
71 ayat (3) berwenang:
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang
diperlukan;
d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret;
f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel;
h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau
j. menghentikan pelanggaran tertentu.
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas
lingkungan
hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri
sipil.
(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi
pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup.
Pasal 75
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan pejabat pengawas
lingkungan hidup dan tata cara pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 71 ayat (3), Pasal 73, dan Pasal 74 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 76
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.
(2) Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin lingkungan.
Pasal 77
Menteri dapat menerapkan sanksi administratif terhadap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan jika Pemerintah menganggap pemerintah daerah secara
sengaja tidak menerapkan sanksi administratif terhadap pelanggaran yang serius
di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Halaman 126
Pasal 78
Sanksi administrative sebagaiman dimaksud dalam Pasal 76 tidak membebaskan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan
pidana.
Pasal 79
Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan huruf
d dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak
melaksanakan paksaan pemerintah.
Pasal 80
(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf
b berupa:
a. penghentian Sementara kegiatan produksi;
b. pemindahan sarana produksi;
c. penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
d. pembongkaran;
e. penyitaan terhadap barang atau alat yang
berpotensi
menimbulkan pelanggaran;
f. penghentian Sementara seluruh kegiatan; atau
g. tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran
dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului
teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:
a. ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup;
b. dampak yang lebih besar dan lebih luas
jika
tidak
segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau
c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera
dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya.
Pasal 81
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelaksanaan
sanksi paksaan pemerintah.
Pasal 82
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang untuk memaksa
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pemulihan
lingkungan hidup akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
yang dilakukannya.
(2) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota berwenang
atau
dapat
menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup
akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
Halaman 127
dilakukannya atas
kegiatan.
beban
Pasal 83
Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
BAB XIII
PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 84
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan.
(2) Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka
rela oleh para pihak yang bersengketa.
(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh
apabila upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 85
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan
untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif
terhadap
lingkungan hidup.
(2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak
pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
(3) Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat
digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
Pasal 86
(1) Masyarakat dapat membentak jasa lembaga penyedia penyelesaian
sengketa lingkungan hidup yang bersifat bebas dan tidak berepihak.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memfasilitasi pembentukan
lembaga penyedia jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak.
Halaman 128
Pasal 90
(1) Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang
bertanggung
jawab
di bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi
dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan
kerugian lingkungan hidup.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Paragraf 5
Hak Gugat Masyarakat
Pasal 91
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok
untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat
apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau
peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan
anggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf 6
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Pasal 92
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan
dan
pengelolaan
lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3) Organisasi
lingkungan
hidup
dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan didalam anggarandasarnya bahwa Organisasi tersebut
didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah
melaksanakan
kegiatan
nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.
Paragraf 7
Gugatan Administratif
Pasal 93
(1) Setiap orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha
Halaman 130
negara apabila:
a. badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan
kepada usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak
dilengkapi dengan dokumen amdal;
b. Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin
lingkungan
kepada kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi
dengan dokumen UKL- UPL; dan/atau
c. badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.
(2) Tata cara pengajuan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara
mengacu pada Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.
BAB XIV
PENYIDIKAN DAN PEMBUKTIAN
Bagian Kesatu
Penyidikan
Pasal 94
(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat
pegawai negeri sipil
tertentu di lingkungan instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di
bidang
perlindungan
dan pengelolaan lingkungan
hidup
diberi wewenang sebagai
penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana lingkungan hidup.
(2) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan
atau
keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap setiap orang yang diduga melakukan
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari setiap orang berkenaan
dengan peristiwatindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidangperlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
e. melakukan pemeriksaandi
tempat tertentu yang diduga terdapat
bahan bukti, pembukuan,catatan, dan dokumen lain;
f. melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran
yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
g. Meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup;
h. menghentikan penyidikan;
Halaman 131
(3)
(4)
(5)
(6)
Pasal 95
(1) Dalam rangka penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana
lingkungan hidup, dapat dilakukan penegakan hukum terpadu antara
penyidik pegawai negeri sipil, kepolisian,
dan
kejaksaan
di
bawah koordinasi Menteri.
(2) Ketentuan lebihlanjut mengenai peleksanaan penegakan hukum terpadu
diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Pembuktian
Pasal 96
Alat bukti yang sah dalam tuntutan tindak pidana lingkungan hidup terdiri
atas:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa; dan/atau
f. alat bukti lain, termasuk alat bukti yang diatur dala peraturan perundangundangan.
Halaman 132
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 97
Tindak pidana dalam undang-undang ini merupakan kejahatan.
Pasal 98
i.
setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air,
baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
ii.
Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah)
dan
paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).
iii.
Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Pasal 99
(1) Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air
laut,
atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan
paling banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
(3) Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
orang luka berat atau mati, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp9.000.000.000,00 (sembilan miliar rupiah).
Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Halaman 133
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
rupiah).
Pasal 107
Setiap orang yang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
perundangundangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Pasal 108
Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp3.000.000.000,00
(tiga
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 109
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 110
Setiap orang yang menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi
penyusun amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf i,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Pasal 111
(1) Pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan
tanpa dilengkapi
dengan amdal atau UKL-UPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00
(tiga
miliar rupiah).
(2) Pejabat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan izin
usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin
lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Halaman 135
Pasal 112
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan
terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan
perundang- undangan dan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 113
Setiap orang yang
memberikan
informasi palsu,
menyesatkan,
menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan
yang tidak benar yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan
penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf j
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 114
Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang tidak melaksanakan
paksaan pemerintah dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 115
Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau
menggagalkan pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dan/atau
pejabat penyidik pegawai negeri sipil dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Pasal 116
(1) Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh,
untuk,
atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan
kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut
atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak
pidana tersebut.
(2) Apabila tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
panda ayat (1) dilakukan oleh orang, yang berdasarkan hubungan kerja
atau berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja
badan usaha, sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau
pemimpin dalam tindak pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak
pidana tersebut dilakukan
secara sendiri atau bersama- sama.
Halaman 136
Pasal 117
Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman
pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan
sepertiga.
Pasal 118
Terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1)
huruf a, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh
pengurus yang berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan selaku pelaku fungsional.
Pasal 119
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap
badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:
a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;
c. perbaikan akibat tindak pidana;
d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau
e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
Pasal 120
(1) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, jaksa berkoordinasi dengan
instansi yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup untuk melaksanakan eksekusi.
(2) Dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
huruf e, Pemerintah berwenang untuk mengelola badan usaha
yang dijatuhi sanksi penempatan di bawah pengampuan untuk
melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 121
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 2
(dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen
amdal
wajib
menyelesaikan audit lingkungan hidup.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 2
(dua) tahun, setiap usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL wajib membuat
dokumen pengelolaan lingkungan hidup.
Halaman 137
Pasal 122
(1) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 1
(satu) tahun, setiap penyusun
amdal
wajib
memiliki sertifikat
kompetensi penyusun amdal.
(2) Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, dalam waktu paling lama 1
(satu) tahun, setiap auditor lingkungan hidup wajib memiliki sertifikat
kompetensi auditor lingkungan hidup.
Pasal 123
Segala izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang telah dikeluarkan oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
diintegrasikan ke dalam izin lingkungan paling lama 1 (satu) tahun sejak
Undang-Undang ini ditetapkan.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 124
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
Undang-Undang ini.
Pasal 125
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 126
Peraturan pelaksanaan yang diamanatkan dalam Undang-Undang ini
ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang- Undang ini
diberlakukan.
Pasal 127
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2009
Halaman 138
HAK
ASASI
MANUSIA
REPUBLIK
ttd
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009 NOMOR
140
Halaman 139
Mengingat
Menetapkan
Halaman 140
(2)
(1)
(2)
Bagian Kedua
Penyusunan Dokumen Amdal
Pasal 4
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(2)
(3)
Halaman 142
(4)
(1)
Pemrakarsa,
dalam
menyusun
dokumen
Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, mengikutsertakan
masyarakat:
a. yang terkena dampak;
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal.
(2)
dimaksud
(4)
(5)
(6)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tata
cara
pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan Amdal
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 10
(1)
(2)
(3)
(1)
penyedia
jasa
Halaman 143
(2)
(3)
(4)
Pendidikan
dan
pelatihan
penyusunan
Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diselenggarakan
oleh lembaga pelatihan kompetensi di bidang Amdal.
(5)
(6)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
b.
c.
dalam
b.
Halaman 144
Bagian Ketiga
Penyusunan UKL-UPL
Pasal 14
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan UKLUPL diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 17
Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat
menyusun
petunjuk
teknis
penyusunan
UKL-UPL
berdasarkan pedoman penyusunan UKL-UPL yang diatur
dengan Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16.
Pasal 18
Dalam hal:
a.
b.
(2)
Halaman 145
BAB III
PENILAIAN AMDAL DAN PEMERIKSAAN UKL-UPL
Bagian Kesatu
Kerangka Acuan
Pasal 20
(1)
(2)
sebagaimana
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
Halaman 146
Pasal 24
Dalam hal hasil penilaian tim teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 ayat (4) atau Pasal 22 ayat (3) menyatakan
Kerangka Acuan dapat disepakati, Komisi Penilai Amdal
menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan.
Pasal 25
(1)
(1)
(2)
(3)
Halaman 147
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(2)
(3)
Halaman 148
Pasal 31
(2)
(1)
Pemrakarsa
sesuai
Menteri, untuk
berlokasi:
Usaha
dan/atau
Kegiatan
yang
Halaman 149
Republik
c.
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan UKL-UPL dan
penerbitan Rekomendasi UKL-UPL diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB IV
PERMOHONAN DAN PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN
Bagian Kesatu
Permohonan Izin Lingkungan
Pasal 42
(1)
(2)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Halaman 152
Pasal 49
(1)
(2)
(1)
(2)
sebagaimana
Halaman 153
(2)
Dalam
hal
terjadi
perubahan
pengelolaan
dan
pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (2) huruf b, penanggung jawab
Usaha dan/atau Kegiatan menyampaikan laporan
perubahan
kepada
Menteri,
gubernur,
atau
bupati/walikota.
(3)
Halaman 154
Bagian Ketiga
Kewajiban Pemegang Izin Lingkungan
Pasal 53
(1)
b.
c.
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
2.
3.
4.
Republik
Halaman 155
(5)
1.
2.
3.
(6)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
kabupaten/kota
dan
yang
pengelolaan
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang provinsi;
2.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup provinsi;
3.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal
provinsi;
4.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang pertanahan provinsi;
5.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang pertahanan provinsi;
6.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang kesehatan provinsi;
7.
instansi
Pusat
dan/atau
membidangi Usaha dan/atau
bersangkutan;
daerah
Kegiatan
yang
yang
Halaman 157
8.
9.
wakil
pemerintah
bersangkutan;
kabupaten/kota
yang
kabupaten/kota,
1.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang
kabupaten/kota;
2.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota;
3.
instansi
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal
kabupaten/kota;
4.
instansi
yang
pemerintahan
kabupaten/kota;
menyelenggarakan
urusan
di
bidang
pertanahan
5.
instansi
yang
pemerintahan
kabupaten/kota;
menyelenggarakan
urusan
di
bidang
pertahanan
6.
instansi
yang
pemerintahan
kabupaten/kota;
menyelenggarakan
urusan
di
bidang
kesehatan
7.
8.
9.
Halaman 158
Pasal 57
(1)
(2)
(1)
(2)
b.
(1)
(2)
(1)
(2)
Halaman 159
Pasal 62
Anggota Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 dan anggota tim teknis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 60 dilarang melakukan penilaian terhadap
dokumen Amdal yang disusunnya.
Pasal 63
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja Komisi Penilai
Amdal Pusat, Komisi Penilai Amdal provinsi, dan Komisi
Penilai Amdal kabupaten/kota diatur dengan Peraturan
Menteri.
BAB VI
PEMBINAAN DAN EVALUASI KINERJA
Bagian Kesatu
Pembinaan terhadap Penatalaksanaan Amdal dan UKL-UPL
Pasal 64
(1)
(2)
Instansi
lingkungan
pembinaan terhadap:
hidup
provinsi
melakukan
pada
ayat
(1)
norma,
standar,
prosedur,
dan/atau
Pasal 65
(1)
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
membantu
penyusunan Amdal atau UKL-UPL bagi Usaha dan/atau
Kegiatan golongan ekonomi lemah yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup.
(2)
(3)
Halaman 160
Bagian Kedua
Evaluasi Kinerja
Pasal 66
(1)
(2)
(3)
Amdal
provinsi
dan
Dana kegiatan:
a. penilaian Amdal yang dilakukan oleh komisi Penilai
Amdal, tim teknis, dan sekretariat Komisi Penilai
Amdal; atau
b. pemeriksaan UKL-UPL yang dilakukan oleh instansi
lingkungan
hidup
pusat,
provinsi,
atau
kabupaten/kota
dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Halaman 161
(2)
Jasa penilaian dokumen Amdal dan pemeriksaan UKLUPL yang dilakukan oleh Komisi Penilai Amdal dan tim
teknis dibebankan kepada Pemrakarsa sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 70
(2)
b.
c.
d.
e.
Halaman 162
Pasal 74
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3838) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 75
Peraturan Pemerintah
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Februari 2012
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 23 Februari 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 48
Halaman 163
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 27 TAHUN 2012
TENTANG
IZIN LINGKUNGAN
I. UMUM
Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus
diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 ayat (4) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan
sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia
saat ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
pengunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijak.
Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga
pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah
lingkungan (environmentally sound).
Proses pembangunan yang
diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan
datang.
Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk Usaha
dan/atau Kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap
lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut
dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian
dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini
mungkin.
Perangkat atau instrumen yang dapat digunakan untuk
melakukan hal tersebut adalah Amdal dan UKL-UPL. Pasal 22 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap Usaha dan/atau Kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal.
Amdal tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek biogeofisik dan kimia
saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan
masyarakat. Sedangkan untuk setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup diwajibkan untuk memiliki UKL-UPL. Pelaksanaan Amdal dan UKLUPL harus lebih sederhana dan bermutu, serta menuntut profesionalisme,
akuntabilitas, dan integritas semua pihak terkait, agar instrumen ini dapat
digunakan sebagai perangkat pengambilan keputusan yang efektif.
Halaman 164
Halaman 165
Oleh
Nomor
:
:
Menimbang :
a.
bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan hidup sebagai upaya sadar dan berencana mengelola
sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan kesejaht eraan dan mutu hidup,
perlu dijaga keserasian antar berbagai usaha dan/atau kegiatan;
b.
c.
d.
e.
Mengingat
1.
2.
Halaman 166
M E M U T U S K A N:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN HIDUP
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup) AMDAL (adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan;
2. Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang
sangat
me ndasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau
kegiatan ;
3. Kerangka acuan adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan ;
4. Analisis dampak lingkungan hidup) ANDAL (adalah telaahan secara
cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan;
5. Rencana pengelolaan lingkungan hidup) RKL (adalah upaya penanganan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
6. Rencana pemantauan lingkungan hidup) RPL (adalah upaya pemantauan
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting
akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
7. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggun g jawab
atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan;
8. Instansi yang berwenang adalah instansi yang berwenang memberikan
keputusan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan;
9. Instansi yang bertanggung jawab adalah instansi yang ber wenang
memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup dengan pengertian
bahwa kewenangan di tingkat pusat berada pada Kepala instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan di tingkat daerah berada
pada Gubernur;
10. Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan adalah instansi yang
membina secara teknis usaha dan/atau kegiatan dimaksud;
11. Komisi penilai adalah komisi yang bertugas menilai dokumen analisis
mengenai dampak lingkungan dengan pengertian di tingkat pusat oleh
komisis penilai pusat dan di tingkat daerah oleh komisi penilai daerah;
12. Menteri adalah Menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup;
13. Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan adalah instansi
yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan;
14. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atau Gubernur
Kepala Daerah Istimewa atau Gubernur Kepala daerah Khusus Ibukota
Jakarta;
Halaman 167
Pasal2
(1) Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian kegiatan
studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan.
(2) Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup digunakan sebagai
bahan perencanaan pembangunan wilayah.
(3) Penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat
dilakukan melalui pendekatan studi terhadap usaha dan/atau kegiatan
tunggal ,terpadu atau kegiatan dalam kawasan.
Pasal3
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tak
terbaharui;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan ,pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup ,serta
kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam ,lingkungan buatan ,serta lingkungan sosial dan budaya ;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi
pelestarian kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlin dungan
cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan ,jenis hewan ,dan jenis jasad
renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
h. penerpan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup;
i. kegiatan yang mempunyai resiko tinggi ,dan atau mempengaruhi
pertahan negara.
(2) Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
yang wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup
ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar dan memperhatikan saran
dan pendapat Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait.
(3) Jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(2)dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam) 5 lima (tahu n.
(4) Bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
yang pembinaannya berada pada instansi yang membidang i usaha
dan/atau kegiatan.
Halaman 168
(5) Pejabat dari instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan wajib mencantumkan upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup dalam izin melakukan
usaha dan/atau kegiatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan kewajiban upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada yat (5) ditetapkan oleh instansi yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan setelah mempertimbangkan
masukan dari instansi yang bertanggung jawab.
Pasal 4
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang
sudah dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan tidak diwajibkan
membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup lagi.
(2) Usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup
dan perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan
hidup kawasan.
Pasal5
(1)
(2)
Pasal6
(1) Analisis mengenai dampak lingkunga hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) tidak perlu dibuat bagi rencana usaha dan/atau
kegiatan untuk menanggulangi suatu keadaan darurat.
(2) Menteri lain dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang membidangi usaha dan/aytau kegiatan yang bersangkutan
menetapkan telah terjadinya suatu keadaan darurat.
Halaman 169
Pasal7
(1) Analisis mengenai damapk lingkungan hidup merupakan syarat yang
harus
dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
(2) Pemohon izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pemrakarsa kepada pejabat yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
wajib melampirkan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha
dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) yang
diberikan instansi yang bertanggung jawab.
(3) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat(2)
mencantumkan syarat dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam
rencana pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup
sebagai ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
diterbitkannya .
(4) Kententuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh
pemrakarsa ,dalam menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
BAB II
KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI
DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
Pasal8
(1) Komisi penilai dibentuk:
a. di tingkat pusat : oleh Menteri;
b. di tingkat daerah : oleh Gubernur.
(2) Komisi penilai sebagaiman dimaksud pada ayat
a) di tingkat pusat berkedudukan di
mengendalikan dampak lingkungan.
b) di tingkat daerah berkedudukan di
mengendalikan dampak lingkungan Daerah
(3)
: (1)
instansi
yang
ditugasi
instansi yang
Tingkat I.
ditugasi
(6)
(7)
(8)
Pasal9
(1) Komisi penilai pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf
a terdiri atas unsur-unsur instansi yang ditugasi mengelola lingkungan
hidup ,instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan,
Departemen Dalam Negeri ,instansi yang ditugasi bidang kesehatan,
instansi yang ditugasi bidang pertahanan keamanan ,instansi yang
ditugasi bidang penanaman modal ,instansi yang ditugasi bidang
pertanahan ,instansi yang ditugasi bidang ilmu pengetahuan ,depatemen
dan/atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang membidangi usaha
dan/atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang terkait ,wakil
Propinsi
Daerah
Tingkat
I
yang
bersangkutan
,Wakil
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan ,ahli
dibidang lingkungan hidup ,ahli dibidang yang berkaitan ,organisasi
lingkungan hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang
dikaji ,wakil masyarakat terkena dampak ,serta anggota lain yang
dipandang perlu .
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota komisi penilai pusat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal10
(1) Komisi peilai daerah sebagaimana dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b terdiri
atas unsur-unsur : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I,
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan ,instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan Daerah Tingkat I ,instansi
yang ditugasi bidang penanaman modal daerah ,instansi yang ditugasi
bidang pertanahan di daerah ,instansi yang ditugasi bidang pertahanan
keamanan daerah ,instansi yang ditugasi bidang kesehatan Daerah
Tingkat I ,wakil instansi pusat dan/atau daerah yang membidangi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan ,wakil instansi terkait di Propinsi
Daerah Tingkat I ,wakil Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang
bersangkutan ,pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi daerah
yang bersangkutan ,ahli di bidang lingkungan hidup ,ahli dibidang yang
berkaitan ,organisasi lingkungan hidup di daerah ,organisasi lingkungan
hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang dikaji ,warga
masyarakat yang terkena dampak ,serta anggota lain yang dipandang
perlu.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota komisi penilai daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.
Halaman 171
Pasal11
(1) Komisi penilai pusat berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak
lingkungan hidup bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi
kriteria :
a.
usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis dan/atau menyangkut
ketahanan dan keamanan negara;
b.
usaha dan/atau kegiatan yang lokasinya meliputi lebih dari satu
wilayah propinsi daerah tingkat I;
c.
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan
negara lain;
d.
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di wilayah ruang lautan ;
e.
usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi di lintas batas negara
kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain.
(2) Komisi penilai daerah berwenang menilai analisis mengenai dampak
lingkungan hidup bagi jenis-jenis usaha dan/atau kegiatan yang diluar
kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat.(1)
Pasal12
(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (4) terdiri atas para
ahli dari instansi teknis yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan dan instansi yang ditugasi mengendalikan dampak
lingkungan ,serta ahli lain dengan bidang ilmu yang terkait.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota tim teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri untuk
komisi penilai pusat ,dan oleh Gubernur untuk komisi penilai daerah
tingkat I .
Pasal13
Dalam melaksanakan tugasnya ,komisi penilai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat ,(1) wajib memperhatikan kebijaksanaan nasional pengelolaan
lingkungan hidup ,rencana pengembangan wilayah ,rencana tata ruang
wilayah dan kepentingan pertahan -an keamanan.
BAB III
TATA LAKSANA
Bagian Pertama
Kerangka Acuan
Pasal14
(1) Kerangka acuan sebagai dasar pembuatan analisis dampak lingkungan
hidup disusun oleh pemrakarsa.
(2)
Pasal15
(1)
(2)
Bagian Kedua
Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup
Pasal17
(1)
(2)
Pasal18
(1) Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup ,diajukan oleh
pemrakarsa kepada:
a .di tingkat pusat : Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan melalui komisi penilai pusat;
b. di tingkat daerah : Gubernur melalui komisi penilai daerah
tingkat I.
(2) Komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat1) (wajib memberikan
tanda bukti penerimaan kepada pemrakarsa dengan menuliskan hari dan
tanggal diterimanya analisis dampak lingkungan hidup ,rencana
pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat.(1)
Pasal19
(1) Analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup dinilai:
a. di tingkat pusat : oleh komisi penilai pusat;
b. di tingkat daerah : oleh komisi penilai daerah
( 2) Instansi yang bertanggung jawab menerbitkan keputusan kelayakan
lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan berdasarkan hasil
penilaian analisis dampak lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat.(1)
(3) Dalam keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) wajib dicantumkan dasar pertimbangan dikeluarkannya
keputusan itu ,dan pertimbangan terhadap saran ,pendapat ,dan
tanggapan yang diajukan oleh warga masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat.(1)
Pasal20
(1)
(2)
Halaman 174
Pasal21
(1)
(2)
(3)
Pasal22
(1)
(2)
Bagian Ketiga
Kadaluwarsa dan batalnya keputusan hasil Analisis Dampak
Lingkungan Hidup ,Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Pasal25
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
menjadi batal atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini apabila
pemrakarsa memindahkan lokasi usaha dan/atau kegiatan.
(2) Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/atau kegiatan di
lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) pemrakarsa wajib
membuat analisis mengenai mengenai dampak lingkungan hidup baru
seseuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
Pasal26
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan
menjadi batal atas kekuatan Peraturan Pemerintah ini apabila
pemrakarsa mengubah desain dan/atau proses dan/atau kapasitas
dan/atau bahan baku dan/atau bahan penolong.
(2) Apabila pemrakarsa hendak melaksanakan usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat ,(1) maka pemrakarsa wajib
Halaman 176
(2)
Pasal 28
Instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan melakukan
pembinaan teknis terhadap komisi penilai pusat dan daerah.
Instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan melakukan
pembinaan teknis pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari izin.
Pasal29
Pasal30
Kualikasi penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup dengan
pemberian lisensi/sertikasi dan peraturannya ditetapkan oleh Kepala
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal31
Penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi usaha dan/atau
kegiatan golongan ekonomi lemah dibantu pemerintah ,dan ditetapkan lebih
lanjut oleh Menteri setelah memperhatikan saran dan pendapat instansi yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Halaman 177
BAB V
PENGAWASAN
Pasal32
(1)
(2)
BAB VI
KETERBUKAAN INFORMASI DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal33
Halaman 178
Pasal34
(1) Waraga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses
penyusunan kerangka acuan ,penlaian kerangka acuan ,analisis dampak
lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup dan renacana
pemantauan lingkungan hidup
(2) Bentuk dan tata cara keterlibatan warga masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan.
Pasal35
(1)
(2)
Biaya pelaksanaan kegiatan komisi penilai dan tim teknis analisis mengenai
dampak lingkungan hidup dibebankan:
a. di tingkat pusat : pada anggaran instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan;
b. di tingkat daerah ; pada anggaran instansi yang ditugasi mengendalikan
dampak lingkungan daerah tingkat I.
Pasal37
Biaya penyusunan dan penilaian kerangka acuan ,analisis dampak lingkungan
hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan
lingkungan hidup di bebankan kepada pemrakarsa.
Pasal38
(1) Biaya pembinaan teknis dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) dibebankan pada anggaran
instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.
(2) Biaya pengumuman yang dilakukan oleh instansi yang betanggung
jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) dibebankan pada
anggaran instansi yang bertanggung jawab.
(3) Biaya pembinaan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup
dan rencana pemantauan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal28
ayat (2) dibebankan pada anggaran instansi yang
membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Halaman 179
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal39
Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup suatu usaha dan/atau
kegiatan yang pada saat diberlakukannya Peraturan Pemerintah ini:
a. sedang dalam proses penilaian oleh komisi penilai analisis mengenai
dampak lingkungan hidup yang bersangkutan ;atau
b. sudah diajukan kepada instansi yang membidangi usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan ,tetap dinilai oleh komisi penilai instansi
yang bersangkutan ,dan harus selesai paling lambat) 6 enam (bulan sejak
Peraturan Pemerintah ini berlaku secara efektif.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal40
Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini semua peraturan perundangundangan tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang telah
ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti
berdasarkan Peratauran Pemerintah ini.
Pasal41
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini ,maka Peraturan Pemerintah
Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
)Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor ,84 Tambahan lembaran Negara
Nomor (3538 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 42
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku efektif) 18 delapan belas (bulan sejak
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya ,memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Mei1999
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Mei1999
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
AKBAR TANDJUNG
Halaman 180
I .UMUM
Pembangunan yang dilakukan oleh Bangsa Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat .Proses pelaksanaan
pembangunan di satu pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk
yang besar dengan tingkat pertambahan yang tinggi ,tetapi dilain pihak
ketersediaan sumber daya alam bersifat terbatas .Kegiatan pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan meningkatkan permintaan atas
sumber daya alam ,sehingga timbul tekanan terhadap sumber daya alam.
Oleh karena itu ,pendayagunaan sumber daya alam untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan
harus disertai dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup .Dengan
demikian ,pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan adalah pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup .
Terlestarikannya fungsi lingkungan hidup yang merupakan tujuan
pengelolaan
lingkungan
hidup
menjadi
tumpuan
terlanjutkannya
pembangunan berkelanjutan .Oleh karena itu ,sejak awal perencanaan usaha
dan/atau kegiatan sudah harus diperkirakan perubahan rona lingkungan
hidup akibat pembentukan suatu kondisi lingkungan hidup yang baru ,baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan ,yang timbul sebagai akibat
diselenggarakannya usaha dan/atau kegiatan pembangunan .Pasal15
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup menetapkan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
Dengan dimasukkannya analisis mengenai dampak lingkungan hidup ke
dalam proses perencanaan suatu usaha dan/atau kegiatan ,maka pengambil
keputusan akan memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam
mengenai berbagai aspek usaha dan/atau kegiatan tersebut ,sehingga dapat
diambil keputusan optimal dari berbagai alternatif yang tersedia. Analisis
mengenai dampak lingkungan hidup merupakan salah satu alat bagi
pengambil keputusan untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin
ditimbulkan oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup guna mempersiapkan langkah untuk menanggulangi
dampak negatif dan mengembangkan dampak positif.
Halaman 181
Angka(2)
Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna dari arti
dampak penting.
Halaman 182
Pasal2
Ayat(1)
Studi kelayakan pada umumnya meliputi analisis dari aspek teknis
dan aspek ekonomis-nansial .Dengan ayat ini ,maka studi kelayakan
bagi usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup meliputi komponen analisis teknis ,
analisis ekonomis-nansial ,dan analisis mengenai dampak lingkungan
hidup .Oleh karena itu ,analisis mengenai dampak lingkungan hidup
sudah harus disusun dan mendapatkan keputusan dari instansi yang
bertanggung jawab sebelum kegiatan konstruksi usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan dilaksanakan.
Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup dapat digunakan
sebagai masukan bagi penyusunan kebijaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup ,di samping dapat digunakan sebagai masukan bagi
perencanaan pembangunan wilayah.
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup khususnya dokumen
rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
lingkungan hidup juga merupakan dasar dalam sistem manajemen
lingkungan) Environmental Management System (usaha dan/atau
kegiatan.
Ayat(2)
Karena analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan
bagian dari studi kelayakan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berlokasi pada ekosistem tertentu ,maka hasil analisis mengenai
dampak lingkungan hidup tersebut sangat penting untuk dijadikan
sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Ayat(3)
Usaha dan/atau kegiatan tunggal adalah hanya satu jenis usaha
dan/atau kegiatan yang kewenangan pembinaannya di bawah satu
instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan.
Halaman 183
Pasal3
Ayat(1)
Usaha dan/atau kegiatan yang dimaksud dalam ayat ini merupakan
kategori usaha dan/atau kegiatan yang berdasarkan pengalaman dan
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
potensi menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup .Dengan demikian penyebutan kategori usaha dan/atau
kegiatan tersebut tidak bersifat limitatif dan dapat berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .Penyebutan
tersebut bersifat alternatif ,sebagai contoh seperti usaha dan/atau
kegiatan:
a. pembuatan jalan ,bendungan ,jalan kereta api dan pembukaan
hutan;
b. kegiatan pertambangan dan eksploitasi hutan;
c. pemanfaatan tanah yang tidak diikuti dengan usaha konservasi
dan penggunaan energi yang tidak diikuti dengan teknologi yang
dapat mengesienkan pemakaiannya;
d. kegiatan yang menimbulkan perubahan atau pergeseran struktur
tata nilai ,pandangan dan/atau cara hidup masyarakat setempat;
e. kegiatan yang proses dan hasilnya menimbulkan pencemaran,
kerusakan kawasan konservasi alam ,atau pencemaran benda
cagar budaya;
f. introduksi suatu jenis tumbuh-tumbuhan baru atau jasad renik
)mikro organisme (yang dapat menimbulkan jenis penyakit baru
terhadap tanaman ,introduksi suatu jenis hewan baru dapat
mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada;
g. penggunaan bahan hayati dan non hayati mencakup pula
pengertian pengubahan;
h. penerapan teknologi yang dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan.
Halaman 184
Ayat(3)
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang .Oleh karena itu ,
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan hidup ,yang mendasarkan diri pada ilmu
pengetahuan dan teknologi ,perlu ditinjau kembali.
Pasal5
Ayat(1)
Kriteria yang menentukan adanya dampak besar dan penting dalam
ayat ini ditetapkan berdasarkan tingkat ilmu pengetahuan dan
teknologi yang ada .Oleh karena itu kriteria ini dapat berubah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ,sehingga
tidak bersifat limitatif.
Pasal6
Ayat(1)
Yang dimaksud dengan keadaan darurat adalah keadaan atau kondisi
yang sedemikian rupa ,sehingga mengharuskan dilaksanakannya
tindakan segera yang mengandung resiko terhadap lingkungan hidup
demi kepentingan umum ,misalnya pertahanan negara atau
penanggulangan bencana alam .Keadaan darurat ini tidak sama
dengan keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam Undangundang keadaan darurat.
Ayat(2)
Keadaan darurat yang tidak memerlukan analisis mengenai dampak
lingkungan hidup ,misalnya pembangunan bendungan/dam untuk
menahan bencana lahar ,ditetapkan oleh menteri yang membidangi
usaha dan/atau kegiatan dimaksud.
Pasal7
Ayat(1)
Untuk melakukan suatu usaha dan/atau kegiatan terdapat satu izin
yang bersifat dominan ,tanpa izin tersebut seseorang tidak dapat
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang dimaksud .Misalnya izin
usaha industri di bidang perindustrian ,kuasa pertambangan di bidang
pertambangan ,izin penambangan daerah di bidang penambangan
bahan galian golongan C ,izin hak pengusahaan hutan di bidang
kehutanan ,izin hak guna usaha pertanian di bidang pertanian.
Sedangkan keputusan kelayakan lingkungan hidup adalah persyaratan
yang diwajibkan untuk dapat menerbitkan izin melakukan usaha
dan/atau kegiatan.
Ayat(2)
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan bagian dari
proses perizinan melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Izin merupakan suatu instrumen yuridis preventif .Oleh karena itu,
keputusan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan hasil penilaian
analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup ,sebagaimana telah
diterbitkan oleh instansi yang bertanggung jawab wajib dilampirkan
pada permohonan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Halaman 185
Pasal10
Ayat(1)
Wakil dari instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan
hidup di komisi penilai daerah dapat berarti wakil dari instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan wilayah dengan maksud
agar terdapat keterpaduan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup ,khususnya pengendalian dampak lingkungan hidup dengan
kebijaksanaan dan program pengendalian dampak lingkungan hidup
di daerah .Pengangkatan para ahli dari pusat studi lingkungan hidup
perguruan tinggi sebagai anggota komisi penilai daerah adalah untuk
memantapkan kualitas hasil kajian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup dalam penilaian analisis mengenai dampak
lingkungan hidup .Adanya wakil yang ditunjuk dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah ,dan instansi yang ditugasi di
bidang pertanahan di daerah dimaksudkan untuk menjamin
keterpaduan pengelolaan lingkungan hidup secara lintas sektor yang
ada di daerah .Adapun wakil yang ditunjuk dari bidang kesehatan di
daerah dikarenakan pada akhirnya dampak semua kegiatan selalu
berakhir pada aspek kesehatan .
Duduknya wakil organisasi lingkungan hidup dalam komisi penilai
merupakan aktualisasi hak warga masyarakat untuk berperan dalam
proses pengambilan keputusan .
Organisasi lingkungan hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau
kegiatan yang dikaji adalah lembaga swadaya masyarakat.
Duduknya wakil masyarakat terkena dampak suatu usaha dan/atau
kegiatan diharapkan dapat memberikan masukan tentang aspirasi
masyarakat yang terkena dampak akibat dari usaha dan/atau
kegiatan tersebut.
Duduknya wakil instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan
yang bersangkutan adalah untuk memberikan penilaian secara teknis
usaha dan/atau kegiatan yang dinilai.
Pasal11
Ayat(1)
Huruf (a)
Usaha dan/atau kegiatan bersifat strategis dan/atau kegiatan yang
menyangkut ketahanan dan keamanan negara misalnya:
pembangkit listrik tenaga nuklir ,pembangkit listrik tenaga air,
pembangkit listrik tenaga uap/panas bumi ,eksploitasi minyak dan
gas ,kilang minyak ,penambangan uranium ,industri petrokimia,
industri pesawat terbang ,industri kapal ,industri senjata ,industri
bahan peledak ,industri baja ,industri alat-alat berat ,industri
telekomunikasi
,pembangunan
bendungan
,bandar
udara,
pelabuhan dan rencana usaha dan/atau kegiatan lainnya yang
menurut instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan
dianggap strategis.
Halaman 186
Pasal14
Ayat(1)
Kerangka acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan hidup
merupakan pegangan yang diperlukan dalam penyusunan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup .Berdasarkan hasil pelingkupan,
yaitu proses pemusatan studi pada hal-hal penting yang berkaitan
dengan dampak besar dan penting ,kerangka acuan terutama
memuat komponen-komponen aspek usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
serta komponen-komponen parameter lingkungan hidup yang akan
terkena dampak besar dan penting .
Pasal16
Ayat(2)
Penetapan jangka waktu selama) 75 tujuh puluh lima (hari kerja
dimaksudkan untuk memberikan kepastian kepada pemrakarsa.
Jangka waktu selama) 75 tujuh puluh lima (hari kerja ini meliputi
proses penyampaian dokumen kerangka acuan ke instansi yang
bertanggung jawab melalui komisi penilai ,penilaian secara teknis,
konsultasi dengan warga masyarakat yang berkepentingan ,penilaian
oleh komisi penilai ,sampai ditetapkannya keputusan.
Ayat(4)
Menolak untuk memberikan keputusan atas kerangka acuan adalah
untuk melindungi kepentingan umum.
Kerangka acuan merupakan dasar bagi penyusunan analisis dampak
lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan
rencana pemantauan lingkungan hidup .Kerangka acuan yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah akan menghasilkan
analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan lingkungan
hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang baik pula,
demikian pula sebaliknya .Sedangkan kewajiban untuk membuat
analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi usaha dan/atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting adalah untuk
melindungi fungsi lingkungan hidup .Perlindungan fungsi lingkungan
hidup merupakan kepentingan umum.
Halaman 187
Pasal24
Ayat(1)
Sejalan dengan cepatnya pengembangan pembangunan wilayah,
dalam jangka waktu) 3 tiga (tahun kemungkinan besar telah terjadi
perubahan rona lingkungan hidup ,sehingga rona lingkungan hidup
yang semula dipakai sebagai dasar penyusunan analisis mengenai
dampak lingkungan hidup tidak cocok lagi digunakan untuk
memprakirakan dampak lingkungan hidup rencana usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan.
Pasal26
Ayat(1)
Perubahan desain dan/atau proses dan/atau kapasitas dan/atau
bahan baku dan/atau bahan penolong bagi usaha dan/atau kegiatan
akan menimbulkan dampak besar dan penting yang berbeda .Oleh
karena itu ,keputusan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan hasil
penilaian analisis dampak lingkungan hidup ,rencana pengelolaan
lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang
telah diterbitkan menjadi batal.
Terjadinya perubahan lingkungan hidup secara mendasar berarti
hilangnya atau berubahnya rona lingkungan hidup awal yang menjadi
dasar penyusunan analisis dampak lingkungan hidup. Keadaan ini
menimbulkan konsekuensi batalnya keputusan kelayakan lingkungan
hidup berdasarkan hasil penilaian analisis dampak lingkungan hidup,
rencana pengelolaan lingkungan hidup ,dan rencana pemantauan
lingkungan hidup.
Pasal31
Bantuan yang dimaksud untuk golongan ekonomi lemah dapat berupa
biaya penyusun analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau tenaga
ahli untuk penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau
bantuan lainnya .Bantuan diberikan oleh instansi yang membidangi usaha
dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Pasal33
Ayat(1)
Pengumuman merupakan hak setiap orang atas informasi lingkungan
hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
Ayat(2)
Pengumuman oleh instansi yang bertanggung jawab dapat dilakukan ,
misalnya ,melalui media cetak dan/atau media elektronik.
Sedangkan pengumuman oleh pemrakarsa dapat dilakukan dengan
memasang papan pengumuman di lokasi akan diselenggarakannya
usaha dan/atau kegiatan.
Halaman 189
Ayat(4)
Saran ,pendapat dan tanggapan secara tertulis diperlukan agar
terdokumentasi.
Ayat(5)
Semua saran dan pendapat yang diajukan oleh warga masyarakat
harus tercermin dalam penyusunan kerangka acuan ,dikaji dalam
analisis dampak lingkungan hidup dan diberikan alternatif
pemecahannya dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
rencana pemantauan lingkungan hidup.
Ayat(6)
Dalam pengumuman akan diselenggarakannya usaha dan/atau
kegiatan diberitahukan sekurang-kurangnya ,antara lain : tentang apa
yang akan dihasilkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan ,jenis dan volume limbah yang dihasilkan serta cara
penanganannya ,kemungkinan dampak lingkungan hidup yang akan
ditimbulkan.
Pasal37
Biaya penyusunan dan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
hidup antara lain mencakup biaya untuk mendatangkan wakil-wakil
masyarakat dan para ahli yang terlibat dalam penilaian mengenai analisis
dampak lingkungan hidup ,menjadi tanggungan pemrakarsa.
Halaman 190
Halaman 191
Halaman 192
Halaman 193
Halaman 194
Halaman 195
Halaman 196
Mengingat:
Menetapkan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut
Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan.
2. Kerangka Acuan yang selanjutnya disingkat KA adalah ruang lingkup
kajian analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil
pelingkupan.
Halaman 197
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan memberikan pedoman mengenai:
a. penyelenggaraan KPA;
b. penatalaksanaan penilaian Amdal dan penerbitan Izin Lingkungan;
c. penatalaksanaan pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan
Lingkungan;
Izin
Halaman 198
d.
penatalaksanaan SPPL;
pendanaan penilaian Amdal, pemeriksaan UKL-UPL, dan penerbitan
Izin Lingkungan.
BAB II
KPA
Bagian Kesatu
Pembentukan Susunan Keanggotaan dan Tugas KPA, Sekretariat, dan Tim
Teknis
Pasal 3
(1) Dokumen Amdal dinilai oleh KPA yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
(2) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. KPA pusat yang dibentuk oleh Menteri;
b. KPA provinsi yang dibentuk oleh gubernur; atau
c. KPA kabupaten/kota yang dibentuk oleh bupati/walikota.
(3) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki lisensi dari
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(4) Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diterbitkan berdasarkan
persyaratan dan tata cara lisensi yang diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 4
(1) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
(2) Ketua dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b berasal dari:
a. Instansi Lingkungan Hidup Pusat, untuk KPA pusat;
b. Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, untuk KPA provinsi; dan
c. Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota, untuk KPA
kabupaten/kota.
(3) Ketua KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat oleh:
a. pejabat setingkat eselon I yang membidangi Amdal di Instansi
Lingkungan Hidup Pusat, untuk KPA pusat;
b. pejabat setingkat eselon II di Instansi Lingkungan Hidup Provinsi,
untuk KPA provinsi; atau
c. pejabat setingkat eselon II di Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota, untuk KPA kabupaten/kota.
(4) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dijabat oleh:
a. pejabat setingkat eselon II yang membidangi Amdal di Instansi
Lingkungan Hidup Pusat, untuk KPA pusat;
b. pejabat setingkat eselon III yang membidangi Amdal di Instansi
Lingkungan Hidup Provinsi, untuk KPA provinsi; atau
c. pejabat setingkat eselon III yang membidangi Amdal di Instansi
Halaman 199
Halaman 200
Pasal 7
(1) Sekretariat KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
berkedudukan di:
a. unit kerja eselon II yang membidangi Amdal di Instansi Lingkungan
Hidup Pusat, untuk sekretariat KPA pusat;
b. unit kerja eselon III yang membidangi Amdal di Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi, untuk sekretariat KPA provinsi;
c. unit kerja eselon III yang membidangi Amdal di Instansi Lingkungan
Hidup Kabupaten/Kota, untuk sekretariat KPA kabupaten/kota.
(2) Sekretariat KPA terdiri atas:
a. Kepala sekretariat KPA yang dijabat oleh pejabat setingkat eselon III
ex-officio pada Instansi Lingkungan Hidup Pusat dan pejabat setingkat
eselon IV ex-officio pada Instansi Lingkungan Hidup Provinsi dan
Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota; dan
b. anggota sekretariat KPA yang terdiri atas staf pada instansi lingkungan
hidup.
(3) Anggota sekretariat KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dapat melibatkan staf pada unit kerja yang membidangi pelayanan publik.
(4) Kepala sekretariat KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
bertanggung jawab kepada ketua KPA.
Pasal 8
Persyaratan dan kriteria keanggotan KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
sampai dengan Pasal 7 diatur dalam Peraturan Menteri mengenai persyaratan
dan tata cara lisensi KPA.
Bagian Kedua
Tugas KPA, Tim Teknis, dan Sekretariat
Pasal 9
(1) KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) mempunyai tugas
memberikan rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
kewenangannya berdasarkan hasil penilaian terhadap kajian yang
tercantum dalam Andal dan RKL-RPL.
(2) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a mempunyai
tugas melakukan dan menyampaikan hasil penilaian aspek teknis dan
kualitas KA, Andal, dan RKL-RPL kepada KPA.
(3) Sekretariat KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
mempunyai tugas menyelenggarakan proses kesekretariatan serta
melakukan penilaian administrasi atas dokumen Amdal dan permohonan
Izin Lingkungan.
Halaman 201
(4) Perincian tugas KPA, tim teknis, dan sekretariat KPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Kewenangan Penilaian Amdal
Pasal 10
(1) KPA pusat menilai KA, Andal, dan RKL-RPL untuk jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
dan/atau
b. sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, Lampiran IV, dan
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini apabila berlokasi di:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sedang dalam
sengketa dengan negara lain;
3. wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas; dan/atau
4. lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara
lain.
(2) KPA provinsi berwenang menilai KA, Andal, dan RKL-RPL bagi jenis
rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan
Menteri ini; dan/atau
b. sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan Lampiran V Peraturan
Menteri ini apabila berlokasi di:
1. lebih dari satu wilayah kabupaten/kota;
2. lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan.
(3) KPA kabupaten/kota berwenang menilai KA, Andal, dan RKL-RPL bagi
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan
Menteri ini;
b. berlokasi di wilayah kabupaten/kota;
c. di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga) dari wilayah laut
kewenangan provinsi; dan/atau
d. tidak bersifat strategis sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
Peraturan Menteri ini.
(4) Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. wajib memiliki Amdal yang karena lokasinya berada di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung; dan
Halaman 202
b. di luar yang tercantum dalam Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV,
dan Lampiran V Peraturan Menteri ini, kewenangan penilaian Amdal
dilakukan oleh KPA berdasarkan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, ayat (2) huruf b, dan ayat (3) huruf b.
Pasal 11
(1) Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang penyusunan Amdalnya
menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan serta kewenangan
penilaiannya berada di:
a. KPA pusat, KPA provinsi, dan KPA kabupaten/kota;
b. KPA pusat dan KPA provinsi; atau
c. KPA pusat dan KPA kabupaten/kota,
Penilaian Amdalnya dilakukan oleh KPA pusat.
(2) Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan yang penyusunan Amdalnya:
a. menggunakan pendekatan terpadu atau kawasan; dan
b. kewenangan penilaiannya berada di KPA provinsi dan KPA
kabupaten/kota,
penilaian Amdalnya dilakukan KPA Provinsi.
BAB III
TATA LAKSANA PENILAIAN DOKUMEN AMDAL DAN PENERBITAN
IZIN LINGKUNGAN
Pasal 12
(1) Dokumen Amdal dinilai oleh KPA:
a. sesuai kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal
11; dan
b. yang memiliki lisensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3).
(2) Penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan tahapan:
a. penerimaan dan penilaian KA secara administratif;
b. penilaian KA secara teknis;
c. persetujuan KA;
d. penerimaan dan penilaian permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan
RKL-RPL secara administratif;
e. penilaian Andal dan RKL-RPL secara teknis;
f. penilaian kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
a. hidup berdasarkan Andal dan RKL-RPL;
g. penyampaian rekomendasi hasil penilaian kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup.
(3) Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran
VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Halaman 203
Pasal 13
(1) Jangka waktu penilaian KA sampai dengan diterbitkannya surat
persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf c, dilakukan paling lama 30 (tigapuluh) hari kerja terhitung
sejak KA diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
(2) Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL sampai dengan
disampaikannya hasil rekomendasi penilaian kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
ayat (2) huruf d sampai dengan huruf g, dilakukan paling lama 75
(tujuhpuluh lima) hari kerja terhitung sejak Andal dan RKL-RPL diterima
dan dinyatakan lengkap secara administrasi.
Pasal 14
(1) Berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf d sampai dengan huruf g, Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai kewenangannya menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan, jika
rencanausaha dan/atau kegiatan dinyatakan layak lingkungan hidup;
atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup, jika rencana usaha
dan/ataukegiatan dinyatakan tidak layak lingkungan hidup.
(2) Penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan secara bersamaan dengan penerbitan keputusan kelayakan
lingkungan hidup.
Pasal 15
Keputusan kelayakan lingkungan hidup atau keputusan ketidaklayakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ditetapkan dengan
kriteria, antara lain:
a. rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sertasumber daya alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan;
c. kepentingan pertahanan keamanan;
d. prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan
pasca operasi usaha dan/atau kegiatan;
e. hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi
sehinggadiketahui perimbangan dampak penting yang bersifat positif
dengan yang bersifat negatif;
f. kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab
dalam menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan
dari usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dengan pendekatan
teknologi, sosial, dan kelembagaan;
Halaman 204
g.
h.
i.
j.
Pasal 16
(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf a, paling sedikit memuat:
a. tanggal penetapan lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. rencana pengelolaan dan pemantauan dampak yang akan dilakukan
oleh pemrakarsa dan pihak lain;
d. pernyataan penetapan kelayakan lingkungan;
e. dasar pertimbangan kelayakan lingkungan;
f. jumlah dan jenis Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang diperlukan; dan
g. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.
(2) Keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 huruf b, paling sedikit memuat:
a. lingkup rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. ringkasan dampak yang diperkirakan timbul;
c. rencana pengelolaan dan pemantauan dampak yang akan dilakukan
oleh pemrakarsa dan pihak lain;
d. pernyataan penetapan ketidaklayakan lingkungan;
e. dasar pertimbangan ketidaklayakan lingkungan; dan
f. tanggal penetapan Surat Keputusan Ketidaklayakan Lingkungan
Hidup.
Pasal 17
(1) Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a
paling sedikit memuat:
a. dasar diterbitkannya Izin Lingkungan, berupa surat keputusan
kelayakan lingkungan;
b. identitas pemegang Izin Lingkungan sesuai dengan akta notaris,
meliputi:
Halaman 205
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pasal 18
(1) KPA provinsi yang tidak memiliki lisensi, penilaian dokumen Amdal yang
menjadi kewenangannya dilakukan oleh KPA pusat.
(2) Penilaian dokumen Amdal oleh KPA pusat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diselenggarakan di wilayah provinsi yang bersangkutan.
(3) KPA pusat dalam penyelenggaraan penilaian dokumen Amdal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melibatkan wakil dari instansi
lingkungan hidup dan instansi lain yang terkait dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan dokumen Amdalnya dari pemerintah
provinsi yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), gubernur menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 19
(1) KPA Kabupaten/kota yang tidak memiliki lisensi, penilaian
a. dokumen Amdal yang menjadi kewenangannya dilakukan
b. oleh KPA provinsi.
(2) Penilaian dokumen Amdal oleh KPA provinsi sebagaimana
a. dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan di wilayah
b. kabupaten/kota yang bersangkutan.
(3) KPA provinsi dalam penyelenggaraan penilaian dokumen
a. Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
b. melibatkan wakil dari instansi lingkungan hidup dan
c. instansi lain yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan
d. yang diajukan dokumen Amdalnya dari pemerintah kabupaten/kota
yang bersangkutan.
(4) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bupati/walikota menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 20
Tata cara pengajuan dan penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 dan Pasal 19 dilakukan sesuai dengan Lampiran VII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Halaman 207
Pasal 21
(1) Provinsi hasil pemekaran yang belum memiliki KPA provinsi berlisensi,
penilaian dokumen Amdal yang menjadi kewenangannya dilakukan oleh
KPA provinsi induk.
(2) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), gubernur provinsi hasil pemekaran menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.
Pasal 22
(1) Kabupaten/kota hasil pemekaran yang belum memiliki KPA
kabupaten/kota berlisensi, penilaian dokumen Amdal yang menjadi
kewenangannya dilakukan oleh KPA kabupaten/kota induk.
(2) Berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bupati/walikota kabupaten/kota hasil pemekaran menerbitkan:
a. keputusan kelayakan lingkungan hidup dan Izin Lingkungan; atau
b. keputusan ketidaklayakan lingkungan hidup.
BAB IV
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN PENERBITAN IZIN
LINGKUNGAN
Pasal 23
Formulir UKL-UPL yang telah diisi oleh pemrakarsa diperiksa oleh:
a. Menteri, untuk usaha dan/atau yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. di wilayah Negara Republik Indonesia yang sedang dalam sengketa
dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (duabelas) mil laut diukur dari garis pantai
ke arah laut lepas; dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain;
b. gubernur, untuk usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
2. di lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (duabelas) mil dari garis pantai ke arah
laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan; atau
c. bupati/walikota, apabila usaha dan/atau kegiatan berlokasi pada 1 (satu)
wilayah kabupaten/kota dan/atau di wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per
tiga) dari wilayah laut kewenangan provinsi.
Pasal 24
(1) Pemeriksaan UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan
dengan tahapan:
a. penerimaan dan pemeriksaan administrasi permohonan Izin
Lingkungan dan UKL-UPL;
Halaman 208
f.
b.
c.
d.
e.
f.
Halaman 211
g.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
Proses penilaian dokumen Amdal dan pemeriksan UKL-UPL yang sedang
berlangsung sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini tetap dilakukan sesuai
dengan pedoman dan peraturan yang berlaku sebelumnya sampai
diterbitkannya:
a. Keputusan Kelayakan Lingkungan dan Izin Lingkungannya; atau
b. Rekomendasi Persetujuan UKL-UPL dan Izin Lingkungannya.
Pasal 33
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan kelayakan
lingkungan hidup dan Izin Lingkungan yang diterbitkan oleh gubernur atau
bupati/walikota berdasarkan hasil penilaian dokumen Amdal yang
diselenggarakan oleh KPA provinsi bagi KPA kabupaten/kota yang belum
memiliki lisensi atau lisensinya dicabut sebelum diterbitkannya Peraturan
Menteri ini, dinyatakan sah dan tetap berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2008 tentang
Tata Kerja Komisi Penilai Amdal;
b. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009
tentang Pedoman Penilaian Dokumen Amdal; dan
Halaman 214
c.
Pasal 35
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Oktober 2013
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Oktober 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1256
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Hukum dan Humas,
Halaman 215
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
Halaman 216
Halaman 217
Dalam hal terdapat anggota sekretariat yang berasal dari unit kerja yang
membidangi pelayanan publik, tugas penerimaan dokumen Amdal atau
permohonan Izin Lingkungan dapat dilakukan oleh unit kerja yang
membidangi pelayanan publik.
Halaman 218
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA LAKSANA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN
DOKUMEN
LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN
Jenis Kegiatan
Pembangunan pangkalan Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Laut.
Pembangunan pangkalan Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Udara.
Pembangunan pusat latihan tempur.
B. BIDANG PERHUBUNGAN
No.
1.
2.
Jenis Kegiatan
Pembangunan pelabuhan utama atau pelabuhan pengumpul
dengan dilengkapi salah satu fasilitas berikut:
a. dermaga dengan bentuk konstruksi sheet pile atau open
pile;
b. dermaga dengan konstruksi masif;
c. penahan gelombang atau talud dan/atau pemecah
gelombang (break water); dan
d. fasilitas terapung (floating facility).
Pembangunan bandar udara internasional untuk fixed wing
beserta fasilitasnya.
Jenis Kegiatan
Pembangunan dan pengoperasian bandar antariksa.
Pembangunan fasilitas peluncuran roket di darat dan
tujuan lainnya.
Pembangunan fasilitas pembuatan propelan roket.
Pabrik roket.
Pembangunan fasilitas uji static dan fasilitas peluncuran
roket.
D. BIDANG PERINDUSTRIAN
No.
1.
2.
3.
Jenis Kegiatan
Industri propelan.
Industri amunisi.
Industri bahan peledak.
1
Halaman 219
2.
3.
Jenis Kegiatan
Mineral dan batubara, yaitu:
a. eksploitasi atau operasi produksi mineral logam dan
mineral bukan logam atau mineral batuan dan batubara
yang berlokasi di kawasan hutan lindung;
b. pengolahan dan pemurnian mineral radioaktif;
c. eksploitasi atau operasi produksi mineral radioaktif;
d. Melakukan penempatan tailing di bawah laut.
Minyak dan gas bumi, yaitu:
a. eksploitasi minyak dan gas bumi serta pengembangan
produksi di darat dan di laut;
b. pipanisasi minyak bumi, gas bumi, dan bahan bakar
minyak di laut;
c. pembangunan kilang:
1) Liquefied Petroleum Gas (LPG);
2) Liquefied Natural Gas (LNG); dan
3) minyak bumi.
d. terminal regasifikasi LNG darat atau laut.
e. kilang minyak pelumas (termasuk fasilitas penunjang).
f. pengembangan lapangan Coal Bed Methane (CBM) atau
gas metana batubara pada tahap eksploitasi dan
pengembangan produksi yang mencakup:
a. pemboran sumur produksi;
b. pembangunan fasilitas produksi dan fasilitas
pendukung;
c. kegiatan operasi produksi; dan
d. pasca operasi.
Energi baru dan terbarukan, yaitu:
Panas bumi tahap eksploitasi yang berlokasi di dalam
kawasan hutan lindung yang diperbolehkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.
3.
4.
Jenis Kegiatan
Pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, yang
meliputi:
a. reaktor daya; dan
b. reaktor non daya.
Pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non
reaktor, yang meliputi kegiatan:
a. pengayaan bahan nuklir, konversi bahan nuklir,
dan/atau permurnian bahan nuklir;
b. pengolahan ulang bahan bakar nuklir bekas;
c. penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas; dan
d. penyimpanan lestari.
Pembangunan dan pengoperasian instalasi pengelolaan
limbah radioaktif, yang meliputi kegiatan konstruksi dan
operasi tahap pengolahan limbah radioaktif tingkat rendah
dan sedang dan penyimpanan atau disposal limbah
radioaktif tingkat rendah dan sedang.
Produksi radioisotop.
2
Halaman 220
Jenis Kegiatan
Industri jasa pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun yang melakukan kombinasi 2 (dua) atau lebih
kegiatan meliputi:
a. pemanfaatan;
b. pengolahan; dan/atau
c. penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun.
2. Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun:
a. pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun secara
termal menggunakan insinerator, kecuali mengolah
limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan
sendiri dan berasal dari 1 (satu) lokasi kegiatan;
b. pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun secara
biologis yaitu composting, biopile, landfarming, bioventing,
biosparging, bioslurping, alternate electron acceptors,
dan/atau fitoremediasi, sebagai kegiatan utama yaitu
jasa pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. injeksi dan/atau reinjeksi limbah bahan berbahaya dan
beracun ke dalam formasi.
3.
Penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun dengan
landfill kelas 1, kelas 2, dan/atau kelas 3.
Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
3
Halaman 221
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG MERUPAKAN KEWENANGAN GUBERNUR YANG PENILAIAN AMDALNYA
DILAKUKAN OLEH KPA PROVINSI
A. BIDANG KEHUTANAN
Jenis Kegiatan
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan, yaitu:
1. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dari Hutan Alam (HA)
2. Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (UPHHK) dari Hutan Tanaman
(HT)
B. BIDANG PERHUBUNGAN
No.
Jenis Kegiatan
1. Pembangunan pelabuhan:
a. pengumpan regional; atau
b. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang berada dalam
Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan
Kepentingan (DLKp) pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul,
atau pelabuhan pengumpan regional;
yang dilengkapi salah satu fasilitas berikut:
a. dermaga dengan bentuk konstruksi sheet pile atau open pile;
b. dermaga dengan konstruksi masif;
c. penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah gelombang (break
water); atau
d. fasilitas terapung (floating facility).
2. Pembangunan bandar udara domestik atau bandar udara pengumpul
(hub) untuk fixed wing beserta fasilitasnya.
C. BIDANG PERINDUSTRIAN
No.
1.
2.
Jenis Kegiatan
Industri pulp atau industri pulp dan kertas yang terintegrasi dengan
hutan tanaman industri.
Industri petrokimia hulu.
1
Halaman 222
BALTHASAR KAMBUAYA
2
Halaman 223
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
No.
3.
Jenis Kegiatan
b. pembangunan:
1) PLTD, PLTG, PLTU, atau PLTGU;
2) PLTP di luar kawasan hutan lindung;
3) PLT Sampah (PLTSa) dengan proses methane harvesting;
4) pembangkit listrik dari jenis lain antara lain PLT Surya,
Angin, Biomassa atau gambut, atau PLT Bayu.
c. Pembangunan PLTA dengan aliran langsung.
energi baru dan terbarukan yaitu:
a. Panas bumi tahap eksploitasi yang berlokasi di luar kawasan
hutan lindung.
b. Pembangunan kilang biofuel.
Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
2
Halaman 225
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
1
Halaman 226
No.
Jenis Kegiatan
3.
Pengerukan perairan yaitu:
a. pengerukan perairan dengan capital dredging;
b. pengerukan perairan sungai dan/atau laut dengan capital
dredging yang memotong batu, yang bukan termasuk material
karang; dan
c. penempatan hasil keruk di laut.
E. BIDANG PERINDUSTRIAN
Jenis Kegiatan
Kegiatan industri yang tercantum dalam huruf H, angka 8 pada Lampiran
I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012
tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
F. BIDANG PEKERJAAN UMUM
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jenis Kegiatan
Daerah Irigasi:
a. pembangunan baru;
b. peningkatan; dan
c. pencetakan sawah.
Pengembangan rawa yaitu reklamasi rawa untuk kepentingan
irigasi.
Pembangunan pengaman pantai dan perbaikan muara sungai.
Normalisasi sungai yaitu termasuk sodetan dan pembuatan kanal
banjir.
Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran yang
membutuhkan pengadaan lahan yaitu di luar rumija.
a. pembangunan subway atau underpass, terowongan atau tunnel,
dan jalan layang atau flyover;
b. pembangunan jembatan.
Persampahan yaitu:
a. pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
domestik pembuangan dengan sistem controlled landfill atau
sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya;
b. TPA di daerah pasang surut;
c. pembangunan transfer station;
d. pembangunan instalasi pengolahan sampah terpadu;
e. pengolahan menggunakan insinerator; dan
f. composting plant.
Air limbah domestik yaitu:
a. pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT),
termasuk fasilitas penunjangnya;
b. pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah
domestik termasuk fasilitas penunjangnya; dan
c. pembangunan sistem perpipaan air limbah.
Pembangunan saluran drainase primer dan/atau sekunder di
permukiman.
Jaringan air bersih di kota besar atau metropolitan:
a. pembangunan jaringan distribusi; dan
b. pembangunan jaringan transmisi.
2
Halaman 227
BIDANG PARIWISATA
No.
1.
2.
3.
Jenis Kegiatan
Kawasan pariwisata.
Taman rekreasi.
Lapangan golf yaitu tidak termasuk driving range.
Catatan:
1. Penyusunan daftar rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
Amdal tersebut di atas berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup.
2. Daftar rencana usaha dan/atau kegiatan di atas akan berubah sesuai
perubahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
3
Halaman 228
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
1
Halaman 229
D. PERSETUJUAN KA
1. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menyatakan KA dapat disepakati,
ketua KPA menerbitkan persetujuan KA.
2. Surat persetujuan KA beserta KA disampaikan oleh ketua KPA kepada
pemrakarsa ditembuskan kepada anggota KPA.
3. Masyarakat dapat memiliki akses terhadap surat persetujuan KA
beserta KA.
E. TIDAK BERLAKUNYA KA
1. KA yang telah diberikan persetujuan dinyatakan tidak berlaku apabila
pemrakarsa tidak menyusun Andal dan RKL-RPL dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun terhitung sejak diterbitkannya persetujuan KA.
2. Dalam hal KA dinyatakan tidak berlaku, pemrakarsa wajib mengajukan
kembali KA untuk dinilai oleh Tim Teknis
3. Proses penilaian yang dilakukan oleh tim teknis diawali dengan
pembahasan kondisi rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana
kegiatan setelah 3 (tiga) tahun.
4. Dalam hal hasil pembahasan yang dilakukan oleh tim teknis
menyatakan bahwa kondisi rona lingkungan hidup awal dan deskripsi
rencana kegiatan telah berubah, pemrakarsa wajib menyusun KA baru.
5. Dalam hal kondisi rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana
kegiatan dinyatakan tidak berubah, Ketua KPA menerbitkan
persetujuan KA kembali.
F. PENERIMAAN DAN PENILAIAN PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN, ANDAL,
DAN RKL-RPL SECARA ADMINISTRATIF
1. Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan:
a. KA yang telah diterbitkan persetujuannya; atau
b. konsep KA, dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin
Lingkungan telah terlampaui dan ketua KPA belum menerbitkan
persetujuan KA.
2. Permohonan Izin Lingkungan, penilaian Andal, dan RKL-RPL diajukan
oleh pemrakarsa (penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan) secara
tertulis dalam satu surat permohonan kepada:
a. Menteri melalui sekretariat KPA pusat untuk KA yang telah disetujui
oleh KPA pusat;
b. gubernur melalui sekretariat KPA provinsi untuk KA yang telah
disetujui oleh KPA provinsi; dan
c. bupati/walikota melalui sekretariat KPA kabupaten/kota untuk KA
yang telah disetujui oleh KPA kabupaten/kota.
3. Dalam surat permohonan Izin Lingkungan, penilaian Andal, dan RKLRPL, dilengkapi dengan:
a. KA yang telah disetujui dan Andal dan RKL-RPL yang telah disusun
b. dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan; dan
c. profil usaha dan/atau kegiatan.
4. Sekretariat KPA memberikan tanda bukti penerimaan permohonan Izin
Lingkungan dan Andal dan RKL-RPL yang akan dinilai kepada
pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan tanggal penerimaan
permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL.
5. Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan Izin
Lingkungan yang meliputi:
a. verifikasi dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan;
4
Halaman 232
f.
9
Halaman 237
10
Halaman 238
Durasi
penerimaan
SPT: 10 hari
Penyusunan
Kerangka Acuan
(KA)
pemrakarsa wajib
menyusun KA baru
berubah
Pengajuan Penilaian
KA
Kepada:
1. Menteri melalui
secretariat KPA Pusat
2. Gubernur melalui
secretariat KPA Prov
3. Bupati/walikota melalui
secretariat KPA Kab/Kota
sesuai kewenangannya
Sekretariat:
1. Memberikan
tanda bukti
penerimaan
2. Melakukan uji
administrasi
Keleng
kapan
kondisi rona
lingkungan
hidup awal
dan deskripsi
rencana
kegiatan
Tidak
berubah
KA yang telah
diperbaiki dapat terus
dilanjutkan untuk
dinilai oleh tim teknis
tim teknis
pembahasan kondisi
rona lingkungan
hidup awal dan
deskripsi rencana
kegiatan setelah 3
(tiga) tahun.
Tidak
Setelah 3 tahun,
pemrakarsa
mengajukan kembali
perbaikan KA dinilai
oleh tim teknis
Ya
Sekretariat
memberikan
pernyataan
kelengkapan
administrasi
Sekretariat
memberikan
pernyataan
ketidaklengkapan
administrasi
KA dinyatakan tidak
berlaku
Lebih dari 3
Tahun
Sekretariat
menyiapkan
rapat tim teknis
Dikembalikan ke
pemrakarsa untuk
diperbaiki
Tim teknis
melakukan
penilaian
mandiri
(melalui uji
tahap proyek
dan uji kualitas
dokumen)
Sekretariat
mendokumentasikan
dan menyimpulkan
hasil penilaian
mandiri sebagai
bahan rapat tim
teknis
Penyampaian
Kembali
Perbaikan KA
Kurang
dari 3
Tahun
dibahas dalam
rapat tim teknis
kembali untuk
melakukan
verifikasi
kebenaran/kesesua
ian kembali untuk
memastikan bahwa
seluruh perbaikan
yang dicantumkan
dalam dokumen
telah lengkap,
benar dan sesuai.
Sekretariat
menyampaikan
perbaikan KA kepada
setiap anggota tim
teknis
KA
Perlu
diperbaiki
Dinyatakan
tidak dapat
diterima
Dapat
diterima
Ketua KPA
menerbitkan
persetujuan KA
Pemrakarsa
Menyusun
Andal, RKLRPL
Dinyatakan
dapat diterima
Perbaikan
KA
Pengajuan Permohonan
Izin Lingkungan dan
Penilaian Andal, RKLRPL
11
Halaman 239
Sekretariat:
1. Memberikan tanda
bukti penerimaan
2. Melakukan uji
administrasi.
Tidak
Keleng
kapan
Ya
Sekretariat memberikan
pernyataan
ketidaklengkapan
administrasi
Sekretariat memberikan
pernyataan kelengkapan
administrasi
Dikembalikan ke
pemrakarsa untuk
diperbaiki
Lebih
dari 3
Tahun
Kurang dari 3
Tahun
Sekretariat
menyampaikan
perbaikan dokumen
Andal, RKL-RPL
kepada setiap anggota
tim teknis
Sekretariat menyiapkan
rapat tim teknis
Sekretariat
mendokumentasikan
dan menyimpulkan
hasil penilaian mandiri
sebagai bahan rapat tim
teknis
Dinyatakan
tidak dapat
diterima
Dokumen
Perbaikan
Andal, RKLRPL
Dinyatakan dapat
diterima
Andal, RKL-RPL
yang telah selesai
dinilai oleh tim
teknis disampaikan
kepada sekretariat
KPA
Perlu
diperbaiki
Andal,
RKL-RPL
Sekretariat
menyiapkan rapat
KPA
Sekretaris KPA
merumuskan
rekomendasi hasil
penilaian akhir
terhadap Andal,
RKL-RPL
Dapat
diterima
Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan
tidak Dapat
Dilaksanakan
Penyampaian
Kembali
Andal, RKLRPL
rekomendasi
hasil penilaian
akhir
Tidak
layak
Layak
Menteri, gubernur,
bupati/walikota sesuai
kewenangannya
menerbitkan:
a. keputusan kelayakan
lingkungan hidup dan
b. izin lingkungan
catatan: Izin lingkungan
diterbitkan bersamaan
dengan diterbitkannya
keputusan kelayakan
lingkungan hidup
12
Halaman 240
KA atau Andal
dan RKL-RPL
Uji Administrasi
[gunakan format
dalam panduan 01
dan panduan 02)
Sesuai
persyaratan
administrasi
Tidak
Ya
Tidak
Ditolak
Ya
Usaha dan/atau
kegiatan sedang
dan/atau telah
dilakukan konstruksi
dan/atau operasi
dan/atau pasca operasi?
Ya
Ditolak
Tidak
Uji Kualitas
[gunakan
panduan 04]
1.
2.
3.
4.
Lakukan
Lakukan
Lakukan
Lakukan
uji
uji
uji
uji
Dokumen sesuai
dengan persyaratan
kualitas dokumen
Amdal?
konsistensi
keharusan
kedalaman
relevansi
Tidak
Masukan
untuk
perbaikan
dokumen
Ya
Ya
Rencana usaha
dan/atau kegiatan
disepakati KA-nya
atau layak
lingkungan hidup?
Tidak
Ditolak
13
Halaman 241
Keterangan Skema:
Dalam hal suatu KA atau Andal dan RKL-RPL tidak sesuai dengan persyaratan
administrasi, maka dokumen tersebut wajib dikembalikan kepada pemrakarsa
untuk dilengkapi dan terhadap dokumen tersebut tidak dapat dilanjutkan
proses penilaian dokumennya dalam rapat tim teknis atau rapat KPA.
Dokumen yang memenuhi persyaratan administrasi selanjutnya dapat
dilanjutkan untuk dilakukan penilaian dalam rapat tim teknis atau rapat KPA.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana
tata ruang, maka dokumen KA tidak dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan.
Di samping itu, penyusun dokumen Amdal melakukan analisis spasial
kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan peta indikatif
penundaan izin baru (PIPIB) yang tercantum dalam Intruksi Presiden Nomor 6
Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, atau peraturan
perubahannya maupun terbitnya ketentuan baru yang mengatur mengenai hal
ini.
Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut berada dalam PIPIB, kecuali
untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang dikecualikan seperti yang tercantum
dalam Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut, maka KA tersebut tidak dapat diproses lebih lanjut.
Untuk mengetahui bahwa dokumen Amdal yang dinilai adalah valid dan
representatif maka dapat digunakan tiga uji sebagai berikut:
1. Uji administrasi dokumen Amdal
Dokumen Amdal yang diajukan pemrakarsa harus memenuhi persyaratan
administrasi sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku.
2. Uji tahap proyek
Uji tahap proyek yang dimaksudkan adalah bahwa rencana usaha
dan/atau kegiatan yang diajukan masih berada pada tahap perencanaan
(studi kelayakan atau DED). Dalam hal amdal disusun pada tahap DED
maka memiliki konsekuensi bahwa informasi mengenai deskripsi kegiatan
harus lebih rinci dan RKL-RPLnya lebih implementatif. serta lokasinya
harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) setempat yang
berlaku dan sudah ditetapkan.
3. Uji kualitas dokumen Amdal meliputi:
a. Uji Konsistensi
Uji konsistensi secara umum adalah menilai konsistensi penyusunan
dokumen Amdal maupun pelaksanaan kajian Amdalnya. Secara rinci,
uji konsistensi meliputi:
1) konsistensi antara dampak penting hipotetik dari hasil pelingkupan
(termasuk parameter yang akan dikaji) dengan metode studi yang
akan digunakan;
2) konsistensi antara dampak penting hipotetik (termasuk parameter
yang dikaji) dengan metode prakiraan dampak, rona lingkungan
awal, prakiraan besaran dampak, sifat penting dampak, evaluasi
secara holistik serta rencana pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup; dan
3) konsistensi dampak lingkungan (termasuk parameternya) yang akan
dikelola yang tertera pada KA dan Andal dengan yang tertera dalam
RKL-RPL.
14
Halaman 242
b. Uji Keharusan
Uji keharusan secara umum dimaksudkan untuk menilai bahwa suatu
dokumen Amdal telah memenuhi aspek-aspek yang harus ada dalam
suatu dokumen Amdal, Secara rinci dokumen amdal wajib berisi:
1) proses pelingkupan, dengan hasil berupa dampak penting hipotetik,
batas wilayah studi dan batas waktu kajian yang dilengkapi dengan
metode studi;
2) dampak penting, prakiraan besaran dampak dan prakiraan sifat
penting dampak;
3) evaluasi holistik termasuk penentuan kelayakan lingkungan hidup;
dan
4) dampak yang dikelola dan dipantau dan rencana pengelolaan dan
pemantauan dampak dimaksud.
c. Uji kedalaman
Uji kedalaman yang dimaksudkan adalah menilai bahwa penyusunan
amdal dilakukan dengan menggunakan data dan metodologi yang sahih
serta sesuai dengan kaidah ilmiah dalam pelaksanaan dan perumusan
hasil studi Amdal. Uji kedalaman dilakukan oleh seseorang dengan
keahlian di bidang tertentu.
d. Uji relevansi
Uji relevansi dilakukan untuk memastikan:
1) kesesuaian antara arahan upaya pengelolaan lingkungan hidup
dengan dampak lingkungan yang timbul;
2) kesesuaian antara arahan upaya pemantauan lingkungan hidup
dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan dampak
lingkungan yang timbul;
3) kesesuaian antara bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan
bentuk pemantauan lingkungan dengan dampak lingkungan yang
timbul;
4) kesesuaian antara lokasi pengelolaan dengan lokasi timbulnya
dampak;
5) kesesuaian antara periode pengelolaan dengan waktu terjadinya
dampak; dan
6) ketepatan institusi yang melakukan pengawasan dan institusi yang
menerima laporan, dengan dampak lingkungan yang dikelola dan
dipantau.
Berikut ini adalah beberapa panduan yang dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk melakukan:
1. uji administrasi KA (panduan 01);
2. uji administrasi Permohonan Izin Lingkungan, Andal, dan RKL-RPL
(panduan 02);
3. uji tahap proyek (panduan 03);
4. uji kualitas dokumen Amdal (panduan 04); dan
5. panduan penilaian amdal rinci (panduan 05).
Catatan:
Panduan 05 merupakan alat bantu tambahan dalam melakukan uji kedalaman
yang merupakan bagian dari uji kualitas dokumen Amdal.
A. PANDUAN UJI ADMINISTRASI KA (PANDUAN 01)
Sekretariat KPA melakukan uji administrasi KA berdasarkan format uji
administrasi sebagaimana tercantum di bawah ini.
15
Halaman 243
No.
Kelengkapan Administrasi
1.
2.
3.
Catatan:
Registrasi penyusun
Amdal perorangan hanya
dapat dilakukan jika
perubahan Peraturan
Menteri Lingkungan
Hidup nomor 07 Tahun
2010 tentang Sertifikasi
Kompetensi Penyusun
Dokumen Amdal dan
Persyaratan Lembaga
Pelataihan Kompetensi
Ada
Keterangan
16
Halaman 244
No.
Kelengkapan Administrasi
perorangan.
4.
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
Penyusun Dokumen
Amdal telah diterbitkan
5.
6.
7.
No.
Kelengkapan Administrasi
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
9.
No.
Kelengkapan Administrasi
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
Catatan:
Foto-foto ini tidak wajib
dilampirkan, namun dapat
disertakan sesuai dengan
kebutuhan.
B. PANDUAN UJI ADMINISTRASI PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN, ANDAL
DAN RKL-RPL (PANDUAN 02)
Sekretariat KPA melakukan uji administrasi permohonan Izin Lingkungan,
Andal, dan RKL-RPL berdasarkan format uji administrasi sebagaimana
tercantum di bawah ini.
Berdasarkan hasil uji administrasi, sekretariat KPA memberikan
pernyataan tertulis mengenai:
1. kelengkapan administrasi, jika semua persyaratan kelengkapan
administrasi telah terpenuhi; dan
2. ketidaklengkapan administrasi, jika ada salah satu persyaratan
kelengkapan administrasi tidak terpenuhi.
No.
Kelengkapan Administrasi
1.
2.
Dokumen Andal
a. Data dan informasi rinci mengenai
rona lingkungan hidup, antara
lain berupa tabel, data, grafik, foto
rona lingkungan hidup, jika
diperlukan.
b. Ringkasan dasar-dasar teori,
asumsi-asumsi yang digunakan,
tata cara, rincian proses, dan hasil
perhitungan yang digunakan
dalam prakiraan dampak.
c. Ringkasan dasar-dasar teori,
asumsi-asumsi yang digunakan,
tata cara, rincian proses dan hasil
perhitungan yang digunakan
dalam evaluasi secara holistik
terhadap dampak lingkungan.
d. Data dan informasi lain yang
dianggap perlu dan relevan
(persyaratan kelengkapan
Ada
Tidak
ada
Keterangan
19
Halaman 247
No.
Kelengkapan Administrasi
e.
3.
Ada
Tidak
ada
Keterangan
RKL-RPL
a. Muatan RKL-RPL sudah sesuai
pedoman penyusunan.
Muatan tersebut adalah:
1) pendahuluan;
2) rencana pengelolaan
lingkungan hidup;
3) rencana pemantauan
lingkungan hidup;
4) jumlah dan jenis izin PPLH
yang dibutuhkan;
5) pernyataan dan komitmen
pemrakarsa untuk
melaksanakan ketentuan yang
tercantum dalam RKL-RPL;
6) daftar pustaka; dan
7) lampiran.
b. Matriks atau Tabel Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
1) dampak lingkungan;
2) sumber dampak;
3) indikator keberhasilan
pengelolaan lingkungan hidup;
4) bentuk pengelolaan
lingkungan hidup;
5) lokasi pengelolaan lingkungan
hidup;
6) periode pengelolaan
lingkungan hidup; dan
7) institusi pengelolaan
lingkungan hidup.
c. Peta pengelolaan lingkungan
hidup.
d. Matriks atau Tabel Rencana
Pemantauan Lingkungan Hidup
memuat elemen-elemen:
20
Halaman 248
No.
Kelengkapan Administrasi
e.
Ada
Tidak
ada
Keterangan
1.
2.
Ya
Tidak
Keterangan
Tim Teknis wajib menilai
kesesuaian lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan
denan rencana tata ruang
dan kesesuaian dengan
peta indikatif penundaan
izin baru (PIPIB) yang
tercantum dalam Intruksi
Presiden Nomor 10 Tahun
2011 tentang Penundaan
Pemberian Izin Baru dan
Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Alam Primer
dan Lahan Gambut, atau
peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal ini.
Catatan:
Apabila usaha dan/atau
kegiatan yang diajukan
untuk dinilai dokumen
Amdalnya telah dilakukan
pra konstruksi,
konstruksi, operasi
dan/atau pasca operasi,
maka usaha dan/atau
21
Halaman 249
No.
Ya
Tidak
Keterangan
22
Halaman 250
Secara ringkas, keempat uji di atas dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa form sebagai berikut:
Format Panduan Uji Kualitas Dokumen Amdal
Kerangka Acuan (KA)
No
Dampak
Penting
Hipotetik
Metode
Analisa Data
Metode
Prakiraan
Besaran
Dampak
Penting
Metode
Prakiraan Sifat
Penting
Dampak
Metode
Evaluasi
Secara
Holistik
Rona
Lingkungan
Awal
Besaran
Sifat
Penting
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
.....................
.....................
...................
......................
......................
.................
....................
....................
...............
......................
......................
.................
.......................
.......................
...............
....................
....................
...............
......................
......................
.................
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
.....................
.....................
...................
......................
......................
.................
....................
....................
..............
......................
......................
.................
.......................
.......................
...............
.....................
.....................
...................
......................
......................
.................
....................
....................
...............
......................
......................
.................
Catatan:
Catatan:
Catatan:
.....................
.....................
...................
......................
......................
.................
....................
....................
..............
(DPH beserta
parameternya)
Metode
Pengumpulan
Data
(1)
(2)
1.
2.
RKL
RPL
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
....................
....................
...............
..................
..................
............
.........................
.........................
...........
....................
....................
..............
......................
......................
.................
.........................
.........................
...........
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
....................
....................
.............
......................
......................
.................
....................
....................
.............
..................
..................
...........
.........................
.........................
...........
....................
....................
............
......................
......................
.................
.........................
.........................
...........
.......................
.......................
...............
....................
....................
...............
......................
......................
.................
....................
....................
...............
..................
..................
............
.........................
.........................
...........
....................
....................
..............
......................
......................
.................
.........................
.........................
...........
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
......................
......................
.................
.......................
.......................
...............
....................
....................
.............
......................
......................
.................
....................
....................
.............
..................
..................
...........
.........................
.........................
...........
....................
....................
............
......................
......................
.................
.........................
.........................
...........
.
.
.
dst.
23
Halaman 251
Keterangan:
1. Kolom (2)
a. Dipetik dari bagian dampak penting hipotetik dalam dokumen KA atau
pada kolom pelingkupan pada matrik proses pelingkupan.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi metode studi yang digunakan (metode pengumpulan dan
analisis data, metode prakiraan besaran dampak, metode prakiraan
sifat penting dampak dan metode evaluasi dampak.
2. Kolom (3)
a. Metode pengumpulan data diisi dengan data primer atau sekunder.
b. Dipetik dari Bagian Metode Studi Sub Bagian Metode Pengumpulan dan
Analisis Data pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode pengumpulan data yang digunakan
dengan dampak penting hipotetik (DPH) yang akan diprakirakan.
3. Kolom (4)
a. Standar lab, kualitatif, atau kuantitatif
b. Dipetik dari bagian metode studi sub bagian metode pengumpulan dan
analisis data pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode analisis data yang digunakan dengan
DPH yang akan diprakirakan.
4. Kolom (5)
a. Perhitungan, matematis, modelling, Penilaian Ahli, atau Literatur
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan dampak penting pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode prakiraan besaran dampak yang
digunakan dengan DPH yang akan diprakirakan.
5. Kolom (6)
a. Dapat menggunakan kriteria dampak penting pada UU Nomor 32
Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
Pasal 22 Ayat (2) atau Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Nomor 056 Tahun 1994 atau revisinya.
b. Dipetik dari sub bagian metode prakiraan sifat penting pada KA.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi dan kedalaman metode prakiraan sifat penting dampak yang
digunakan dengan DPH yang akan diprakirakan.
6. Kolom (7)
a. Dipetik dari sub bagian metode studi sub bagian metode evaluasi secara
holistik pada KA.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
relevansi, dan kedalaman metode evaluasi secara holistik yang
digunakan.
7. Kolom (8)
a. Uraian mengenai rona lingkungan hidup secara rinci dan mendalam di
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Dapat dipetik dari bagian deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal.
c. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai keabsahan,
kemutakhiran dan relevansi data dan informasi mengenai rona
lingkungan hidup awal.
8. Kolom (9)
a. Dipetik dari bagian prakiraan dampak pada dokumen Andal.
b. Catatan diisi dengan catatan atau komentar mengenai apakah analisis
yang disampaikan dalam bagian ini telah memastikan prakiraan
besaran dampak menggunakan metode prakiraan besaran dampak
24
Halaman 252
25
Halaman 253
No
(1)
1.
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
(2)
Penurunan
kualitas air
sungai akibat
pembuangan
limbah cair
dari industri
kelapa sawit
Metode
Pengumpulan
Data
(3)
a. SNI
6989.57:200
8 (untuk
parameter
kualitas air
sungai untuk
parameter:
1) BOD5
2) COD
3) TSS
4) Minyak
dan Lemak
5) pH
b. Data
sekunder
atau primer
untuk data
terkait
sungai:
1) Panjang,
lebar, dan
kedalaman
2) Kecepatan
arus
3) Debit
4) dll.
c. Data
sekunder
dari hasil
studi
kelayakan
teknis untuk
data volume
limbah cair
kelapa sawit
yang akan
dibuang ke
sungai
Prakiraan Dampak
Rona
Lingkungan
Awal
(8)
a. Kualitas
air sungai
untuk
parameter:
1) BOD5,
[4,1
ppm]
2) COD,
[32
ppm]
3) TSS,
[299
ppm]
4) Minyak
dan
Lemak,
[nihil]
5) pH [6,6]
b. Data
terkait
sungai
Data fisik
sungai
tidak ada
c. Volume
limbah
cair kelapa
sawit yang
akan
dibuang ke
sungai
Data
proyeksi
volume
limbah
cair tidak
ada
Besaran
(9)
Dalam
prakiraan
besaran
dampak
disampaikan
perubahan
kualitas air
sungai:
1) BOD5,[4,1
5,7
ppm]
2) COD, [152
174
ppm]
3) TSS, [299
313
ppm]
4) Minyak
dan
Lemak,
[nihil
0,07 ppm]
5) pH [6,6
6,6]
Sifat
Penting
(10)
Dalam
dokumen
hanya
disebutkan
dampak
bersifat
penting,
tanpa ada
penjelasan
dan
justifikasi
dasar
penetapan
pentingnya
dampak
tersebut
Evaluasi
Dampak Secara
Holistik
(11)
Evaluasi
dampak
menggunakan
matrik Leopold
yang
dimodifikasi,
tetapi tidak
dijelaskan
sumber angkaangka indeks
yang digunakan
dalam matrik
tersebut. Dalam
dokumen hanya
diberikan
penjelasan
bahwa besaran
dampak dibagi
menjadi:
kecil = 1,
sedang = 3,
besar = 5,
tidak penting =
1
penting sedang
= 3, dan
sangat penting =
5.
RKL
RPL
(12)
Pengelolaan
limbah cair
operasi
pabrik
pengolahan
kelapa sawit
akan
dilakukan
dengan IPAL
(instalasi
pengolahan
air limbah)
sesuai
dengan baku
mutu
pengelolaan
limbah cair
untuk
industri
kelapa sawit
(13)
Pemantauan
akan
dilakukan di
hulu dan di
hilir titik
pembuangan
air limbah
dan pada
outlet
pembuangan
limbah cair di
sungai untuk
parameter:
1) BOD5,
2) COD,
3) TSS,
4) Minyak dan
Lemak,
5) pH
Pemantauan
dilakukan
sebulan 1
(satu) kali.
Peta dan titik
pemantauan
terlampir.
26
Halaman 254
No
2.
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Metode
Pengumpulan
Data
Catatan:
Catatan:
Penurunan
kualitas
udara
ambient
akibat
pembakaran
cangkang
kosong dari
industri
kelapa sawit
Tidak
disebutkan
parameter atau
data yang
dikumpulkan,
dan metode
pengumpulan
data untuk
kualitas udara
ambien untuk
parameter:
1) debu;
2) Sox;
3) Nox.
Tidak
disebutkan
parameter
atau data
yang
dianalisis,
dan metode
analisis data
Metode
Gaussian
untuk
memprediksi
persebaran
emisi
6 kriteria
dampak
penting
Prakiraan Dampak
Rona
Lingkungan
Awal
Catatan:
Prakiraan
besaran
dampak tidak
menggunakan
prinsip
prakiraan
besaran
dampak, yaitu
membandingk
an perubahan
kualitas
lingkungan
dengan dan
tanpa proyek
(with vs
without
project).
Besaran
Catatan:
Sifat
Penting
Catatan:
Evaluasi
Dampak Secara
Holistik
Catatan:
RKL
Catatan:
RPL
Catatan:
Dalam
dokumen
tidak
disebutkan
parameter
biologis yang
dipantau,
sedangkan ini
penting untuk
memantau
perubahan
kualitas air
sungai
Matrik
Leopold yang
dimodifikasi
Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
27
Halaman 255
No
Dampak
Penting
Hipotetik
(DPH)
Metode
Pengumpulan
Data
Prakiraan Dampak
Rona
Lingkungan
Awal
Besaran
Sifat
Penting
Evaluasi
Dampak Secara
Holistik
RKL
RPL
Catatan:
Catatan:
pengumpulan
data terkait
angin:
1) Arah angin;
2) Kecepatan
angin;
3) Kelembaban;
4) dll
Tidak
dijelaskan
parameter atau
data yang akan
dikumpulkan,
sumber data,
dan metode
pengumpulan
data Kecepatan
dan konsentrasi
pencemar yang
akan
diemisikan dari
pembakaran
cangkang
kosong dari
industri kelapa
sawit
Catatan:
Dalam
dokumen
tidak jelas
paramater
emisi akibat
pembakaran
cangkang
kosong
Catatan:
Parameter dan
data tersebut di
atas tidak
termaktub
dalam dokumen
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
Catatan:
28
Halaman 256
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah dokumen KA
terdiri atas muatan
dokumen sesuai dengan
Lampiran I Peraturan
Menteri LH Nomor 16
Tahun 2012?
Keterangan
Ya
Tidak
(terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Pelingkupan
c. Metode Studi
d. Daftar Pustaka
e. Lampiran)
2.
Ya
Tidak
(Perhatikan bahwa
informasi mengenai latar
belakang ini wajib berisi
uraian tentang:
a. Justifikasi
dilaksanakannya
rencana usaha
dan/atau kegiatan,
termasuk penjelasan
mengenai
persetujuan prinsip
yang menyatakan
bahwa jenis usaha
kegiatan tersebut
secara prinsip dapat
dilakukan dari pihak
yang berwenang.
Bukti formal atas
persetujuan prinsip
tersebut wajib
29
Halaman 257
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
No.
Keterangan
dilampirkan;
b. alasan mengapa
rencana usaha
dan/atau kegiatan
ini wajib memiliki
Amdal dan
pendekatan studi
yang digunakan
(tunggal, terpadu,
atau kawasan); dan
c.
3.
alasan mengapa
rencana usaha
dan/atau kegiatan
ini dinilai oleh KPA
Pusat, Provinsi, atau
Kabupaten/Kota)
Ya
Tidak
(Perhatikan bahwa
informasi mengenai
tujuan ini wajib berisi
uraian tentang:
a. uraian umum
maupun rinci
mengenai tujuan
dilaksanakannya
rencana usaha
dan/atau kegiatan;
dan
b. justifikasi manfaat
dari rencana
kegiatan kepada
masyarakat sekitar
dan peranannya
terhadap
pembangunan
nasional dan daerah)
4.
Ya
Tidak
Rincian Bagian a. Pemrakarsa
Ya
Tidak
Rincian Bagian b. Pelaksana
Studi Amdal
a. Adakah deskripsi rinci
pelaksana studi amdal?
Ya
Tidak
b. Apakah terdapat keterangan
yang menjelasakan bahwa
penyusunan amdal
dilakukan sendiri oleh
Catatan:
a. Pada bagian b
dalam muatan ini
perlu
dicantumkan
lebih dulu
pernyataan
apakah
penyusunan
dokumen amdal
dilakukan sendiri
oleh pemrakarsa
atau meminta
bantuan kepada
pihak lain.
b. Apabila
pemrakarsa
30
Halaman 258
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
sebagai pelaksana
studi amdal yang
terdiri dari tim
penyusun dokumen
amdal, tenaga ahli
dan asisten
penyusun dokumen
amdal.
Keterangan
meminta bantuan
kepada pihak lain,
harus
dicantumkan
apakah penyusun
amdal perorangan
atau yang
tergabung dalam
lembaga penyedia
jasa penyusunan
dokumen amdal.
31
Halaman 259
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
Ya
Tidak
Rincian Bagian b. Kesesuaian
dengan rencana tata ruang
a. Adakah analisis spasial
yang menguraikan secara
singkat dan menyimpulkan
kesesuaian tapak proyek
dengan tata ruang?
(apakah seluruh tapak
proyek sesuai dengan tata
ruang, atau ada sebagian
yang tidak sesuai, atau
seluruhnya tidak sesuai)
Ya
Tidak
(catatan: Dalam hal masih
ada hambatan atau keraguraguan terkait informasi
kesesuaian dengan RTRW,
maka pemrakarsa dapat
32
Halaman 260
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
yang diperlukan
dalam kajian amdal.
b. Kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
dengan rencana tata
ruang sesuai
ketentuan peraturan
perundangan.
c. Deskripsi rencana
usaha dan/atau
kegiatan dengan
fokus kepada
komponenkomponen kegiatan
yang berpotensi
menyebabkan
dampak lingkungan
berdasarkan tahapan
kegiatan, termasuk
alternatifnya (jika
terdapat alternatifalternatif terhadap
rencana usaha
dan/atau kegiatan)
dan pengelolaan
lingkungan hidup
yang sudah
disiapkan/direncana
kan sejak awal
sebagai bagian dari
rencana kegiatan
(terintegrasi dalam
desain rencana
usaha dan/atau
kegiatan).
Keterangan
33
Halaman 261
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
Ya
Tidak
Rincian bagian a Komponen
Lingkungan Terkena Dampak:
a. Apakah informasi mengenai
komponen lingkungan
34
Halaman 262
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
(Perhatikan bahwa
informasi mengenai
Deskripsi rona
lingkungan hidup awal
ini wajib berisi uraian
tentang:
a. Komponen
lingkungan terkena
dampak
(komponen/features
lingkungan yang ada
disekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
serta kondisi
lingkungannya)
b. Usaha dan/atau
kegiatan yang ada di
sekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang diusulkan
beserta dampak yang
ditimbulkannya
terhadap lingkungan
hidup)
Keterangan
35
Halaman 263
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
b. Apakah terdapat
permasalahan tumpang
tindih lahan dengan
kegiatan-kegiatan lain yang
sudah ada di lokasi rencana
kegiatan?
Ya
Tidak
(catatan: dalam hal terdapat
permasalahan tumpang
tindih lahan, sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu
di luar mekanisme amdal,
sebelum proses amdal dapat
dilanjutkan)
7.
Ya
Tidak
Rincian bagian analisis hasil
pelibatan masyarakat:
a. Apakah dalam bagian ini
terdapat uraian hasil proses
pelibatan masyarakat yang
diperlukan dalam proses
pelingkupan?
Ya
Tidak
(Perlu diingat bahwa saran,
pendapat dan tanggapan
yang diterima dari
masyarakat harus diolah
sebelum digunakan sebagai
input proses pelingkupan)
b. Apakah dilampirkan pula
Bukti pengumuman dan
hasil pelaksanaan
konsultasi publik?
Ya
Tidak
c. Apakah bukti pengumuman
dan hasil konsultasi publik
telah sesuai dengan
ketentuan yang diatur
dalam PERMENLH 17/2012
tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat
dalam Amdal dan Izin
Lingkungan?
Ya
Tidak
d. Apakah terdapat
kesimpulan mengenai hal
kunci (keypoints) yang
harus menjadi perhatian
bagi pengambil keputusan,
yaitu informasi apa yang
dibutuhkan oleh pengambil
keputusan terkait dengan
hasil pelibatan masyarakat?
36
Halaman 264
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
Ya
Tidak
(catatan:
beberapa contoh
kesimpulan hal kunci ini
antara lain:
1) Informasi deskriptif
tentang keadaan
lingkungan sekitar (ada
hutan bakau atau
banyak pabrik
membuang limbah ke
sungai X).
2) Nilai-nilai lokal terkait
dengan rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
3) Kebiasaan adat
setempat terkait dengan
rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
4) Aspirasi masyarakat
terkait dengan rencana
usaha dan/atau
kegiatan yang
diusulkan, antara lain
kekhawatiran tentang
perubahan lingkungan
yang mungkin terjadi
(jangan sampai kita
kekurangan air atau
tidak senang adanya
tenaga kerja dari luar);
dan harapan tentang
perbaikan lingkungan
atau kesejahteraan
akibat adanya rencana
kegiatan (minta
disediakan air bersih
atau minta pemuda
setempat
diperkerjakan))
8.
Ya
Tidak
Rincian bagian proses
penentuan DPH:
a. Apakah terdapat proses
identifikasi dampak
potensial beserta uraian
analisisnya?
Ya
Tidak
b. Apakah terdapat hasil
identifikasi dampak
potensial berupa daftar
dampak potensial?
Ya
Tidak
c. Apakah seluruh dampak
37
Halaman 265
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
38
Halaman 266
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
9.
Ya
Tidak
Rincian bagian proses
penentuan batas wilayah studi:
a. Apakah dalam bagian ini
disampaikan mengenai
proses penentuan batas
terluar dari hasil tumpang
susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis,
sosial dan administratif
setelah mempertimbangkan
kendala teknis yang
dihadapi?
Ya
Tidak
b. Apakah dalam bagian ini
disajikan penentuan
masing-masing batas
wilayah (proyek, ekologis,
sosial dan administratif)
yang dilengkapi dengan
justifikasi ilmiah yang kuat?
Ya
Tidak
c. Apakah bagian ini juga
dilengkapi dengan peta
batas wilayah studi yang
merupakan hasil tumpang
susun (overlay) dari batas
wilayah proyek, ekologis,
sosial dan administratif?
Ya
Tidak
Halaman 267
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
Ya
Tidak
(catatan: contoh tabel ringkasan
proses pelingkupan terdapat
pada Lampiran I PERMENLH
16/2012)
Halaman 268
No.
11.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah dalam muatan
Metode Studi telah
disajikan penjelasan dan
informasi mengenai:
a. Metode
pengumpulan dan
analisis data yang
akan digunakan
b. Metode prakiraan
dampak penting
yang akan
digunakan
c. Metode evaluasi
secara holistik
terhadap dampak
lingkungan?
Keterangan
Ya
Tidak
Rincian bagian metode
pengumpulan dan analisis data:
a. Apakah pada bagian ini
telah dicantumkan secara
jelas metode yang
digunakan dalam proses
pengumpulan data berikut
dengan jenis peralatan,
instrumen, dan tingkat
ketelitian alat yang
digunakan dalam
pengumpulan data?
Ya
Tidak
b. Apakah pada bagian ini
telah diuraikan metode yang
digunakan untuk
menganalisis data hasil
pengukuran dengan
mencantumkan jenis
peralatan, instrumen, dan
rumus yang digunakan
dalam proses analisis data?
Ya
Tidak
(catatan: metode pengumpulan
dan analisis data wajib
disajikan untuk setiap DPH
yang akan dikaji dalam Andal)
c. Apakah pada bagian ini
menjelaskan jumlah dan
lokasi pengambilan sampel?
Ya
Tidak
d. Apakah pada bagian ini
menjelaskan alasan
Penetapan Titik Sampling?
Ya
Tidak
e. Apakah pada bagian ini
disampaikan peta titik
sampling yang di-overlaykan dengan batas wilayah
studi (batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, batas
administrasi)?
Ya
Tidak
f.
Halaman 269
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
digunakan?
Ya
Tidak
g. Apakah Parameter yang
dikumpulkan dan dianalisis
datanya sesuai dengan
dampak penting hipotetik?
Ya
Tidak
h. Apakah Metode/alat yang
digunakan sesuai dengan
parameter yang dianalisis?
Ya
Tidak
Rincian bagian Metode
prakiraan dampak penting yang
akan digunakan:
a. Apakah pada bagian ini
telah diuraikan metode
prakiraan dampak penting
yang digunakan untuk
memprakirakan besaran
dan sifat penting dampak
dalam studi Andal untuk
masing-masing DPH?
Ya
Tidak
b. Untuk prakiraan dampak
dengan menggunakan
metode kuantitatif, apakah
Benar dapat digunakan
untuk DPH yang dapat
dikuantifikasikan?
Ya
Tidak
c. Apabila menggunakan
metode analogi, apakah
menjelaskan kegiatan yang
dianalogikan dan lokasi
kegiatan tersebut?
Ya
Tidak
d. Terkait angka 3 di atas,
apakah kegiatan dan lokasi
tersebut dapat
dianalogikan?
Ya
Tidak
e. Apabila menggunakan
metode penilaian ahli,
apakah tenaga ahli tersebut
sesuai dengan keahliannya?
Ya
Tidak
f.
Halaman 270
No.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Keterangan
a. KEPKABAPEDAL
056/1994;
b. UU 32/2009;
c. PP 27/2012; atau
d. Kriteria lain?
Ya
Tidak
g. Terkait dengan nomor 6 di
atas, apabila menggunakan
kriteria lain, apakah
menjelaskan kriterianya?
Ya
Tidak
Rincian bagian Metode evaluasi
secara holistik terhadap
dampak lingkungan
a. Apakah pada bagian ini
telah diuraikan metode yang
akan digunakan dalam
studi Andal untuk
mengevaluasi keterkaitan
dan interaksi dampak
lingkungan yang
diprakirakan timbul
(seluruh dampak penting
hipotetik) secara
keseluruhan dalam rangka:
a) penentuan karakteristik
dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan
secara total terhadap
lingkungan hidup; dan
b) menentukan kelayakan
atau ketidaklayakan
lingkungan hidup?
Ya
Tidak
b. Jika pada bagian ini
disampaikan akan
digunakan metode matriks
evaluasi holistik, apakah
disampaikan nama metode
dan cara penggunaan
metodenya (Leopold, Lohani
Than, Fisher Davis, dll)?
Ya
Tidak
c. Jika pada bagian ini
disampaikan bahwa akan
digunakan metode evaluasi
holistik berupa matriks
evaluasi, Apakah telah
dijelaskan pula indeks skala
kualitas lingkungan untuk
masing-masing komponen
lingkungan (termasuk tiap
parameter)?
Ya
Tidak
d. Terkait dengan angka 3 di
atas, Apakah telah
Halaman 271
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
No.
Keterangan
Ya
Tidak
(catatan: contoh tabel ringkasan
proses metode studi terdapat
pada Lampiran I Permen LH
16/2012)
13.
Ya
Tidak
14.
Ya
Tidak
15.
Apakah penulisan
muatan Daftar Pustaka
sesuai dengan kaidah
penulisan kepustakaan
ilmiah yang mutakhir?
Ya
Tidak
16.
Ya
Tidak
b.
copy sertifikat
kompetensi
penyusun Amdal;
Ya
Tidak
c.
Ya
Tidak
Halaman 272
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
No.
d.
Keputusan
Pembentukan Tim
Pelaksana Studi
Amdal, untuk
dokumen amdal
yang disusun oleh
tim penyusun
perorangan;
Ya
Tidak
e.
biodata singkat
personil penyusun
Amdal;
Ya
Tidak
f.
surat pernyataan
bahwa personil
tersebut benarbenar melakukan
penyusunan dan
ditandatangani di
atas materai;
Ya
Tidak
g.
Ya
Tidak
h.
Ya
Tidak
i.
Ya
Tidak
j.
Bukti pengumuman
studi Amdal;
Ya
Tidak
k.
Butir-butir penting
hasil pelibatan
masyarakat yang
antara lain dapat
berupa:
1) hasil konsultasi
publik;
2) diskusi dengan
pihak-pihak
Ya
Tidak
Keterangan
Halaman 273
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
No.
Keterangan
yang terlibat;
dan
3) pengolahan data
hasil konsultasi
publik; dan
l.
Ya
Tidak
Halaman 274
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah dokumen Andal
terdiri atas muatan
dokumen sesuai dengan
Lampiran II Peraturan
Menteri LH Nomor 16
Tahun 2012?
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
(terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Deskripsi Rinci Rona
Lingkungan Hidup
Awal
c. Prakiraan Dampak
Penting
d. Evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan
e. Daftar Pustaka
f. Lampiran)
2.
Ya
Tidak
3.
Ya
Tidak
Catatan:
perlu diingat bahwa
uraian ini disampaikan
dengan mengacu pada
proses pelingkupan yang
tercantum dalam
dokumen KA
4.
Ya
Tidak
Halaman 275
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
6.
Ya
Tidak
Catatan:
a. Uraian rona lingkungan
hidup awal pada dasarnya
memuat data dan informasi
dalam wilayah studi yang
relevan dengan dampak
penting yang akan dikaji
dan proses pengambilan
keputusan atas rencana
usaha dan/atau kegiatan
yang diusulkan.
b. Data dan informasi rinci
terkait dengan rona
lingkungan hidup dimaksud
Halaman 276
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
(komponen/features
lingkungan yang ada
disekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
serta kondisi
lingkungannya); dan
b. Usaha dan/atau
kegiatan yang ada di
sekitar lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang diusulkan
beserta dampak yang
ditimbulkannya
terhadap lingkungan
hidup?
7.
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Halaman 277
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
d. komponen kesehatan
masyarakat, seperti
perubahan tingkat
kesehatan
masyarakat
8.
9.
10.
Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan
memperhatikan
penggunaan data runtun
Ya
Tidak
Catatan:
a. Pada bagian ini penyusun
dokumen Amdal juga harus
menguraikan kondisi
kualitatif dan kuantitatif
berbagai sumberdaya alam
yang ada di wilayah studi
rencana usaha dan/atau
kegiatan, baik yang sudah
atau yang akan
dimanfaatkan maupun yang
masih dalam bentuk
potensi.
b. Penyajian kondisi sumber
daya alam ini perlu
dikemukakan dalam peta
dan/atau label dengan skala
memadai dan bila perlu
harus dilengkapi dengan
diagram, gambar, grafik
atau foto sesuai dengan
kebutuhan.
Ya
Tidak
Catatan:
a. dalam bagian ini, penyusun
dokumen Amdal
menguraikan hasil
prakiraan secara cermat
mengenai besaran dan sifat
penting dampak untuk
setiap dampak penting
hipotetik (DPH) yang dikaji.
b. Perhitungan dan analisis
prakiraan dampak penting
hipotetik tersebut
menggunakan metode
prakiraan dampak yang
tercantum dan disetujui
dalam kerangka acuan.
c. Ringkasan dasar-dasar
teori, asumsi-asumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan hasil
perhitungan-perhitungan
yang digunakan dalam
prakiraan dampak, dapat
dilampirkan sebagai bukti.
Ya
Tidak
Halaman 278
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan
cermat mengenai
besaran dampak penting
dari aspek biogeofisikkimia, sosial, ekonomi,
budaya, tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pascaoperasi usaha
dan/atau kegiatan
sesuai dengan jenis
rencana usaha dan/atau
kegiatannya?
Ya
Tidak
12.
Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan cara:
a. menganalisis
perbedaan antara
kondisi kualitas
lingkungan hidup
yang diprakirakan
dengan adanya
usaha dan/atau
kegiatan, dan kondisi
kualitas lingkungan
hidup yang
diprakirakan tanpa
adanya usaha
dan/atau kegiatan;
b. dalam batas waktu
kajian yang telah
ditetapkan; dan
c. dengan
menggunakan
metode prakiraan
dampak yang
disetujui dalam KA?
Ya
Tidak
13.
Apakah prakiraan
dampak penting telah
dilakukan dengan telah
memperhatikan dampak
yang bersifat langsung
dan/atau tidak
langsung?
Ya
Tidak
Catatan:
Dampak langsung adalah
dampak yang ditimbulkan
secara langsung oleh adanya
usaha dan/atau
kegiatan,sedangkan dampak
tidak langsung adalah dampak
yang timbul sebagai akibat
berubahnya suatu komponen
lingkungan hidup dan/atau
usaha atau kegiatan primer
oleh adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan
Halaman 279
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
a. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
b. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi;
c. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturutturut terhadap
komponen geofisikkimia dan biologi;
d. kegiatan
menimbulkan
dampak penting yang
bersifat langsung
pada komponen
geofisik-kimia-biologi,
kemudian
menimbulkan
rangkaian dampak
lanjutan berturutturut terhadap
komponen biologi,
sosial, ekonomi,
budaya dan
kesehatan
masyarakat;
e. dampak penting
berlangsung saling
berantai di antara
komponen sosial,
ekonomi, budaya dan
kesehatan
masyarakat dan
geofisik-kimia dan
biologi itu sendiri;
f. dampak penting pada
huruf a sampai
dengan huruf e yang
telah diutarakan
selanjutnya
menimbulkan
dampak balik pada
Halaman 280
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
rencana usaha
dan/atau kegiatan.
14.
Apakah prakiraan
dampak penting
dilakukan untuk
masing-masing
alternatif, apabila
rencana usaha dan/atau
kegiatan masih berada
pada tahap pemilihan
alternatif komponen
rencana usaha dan/atau
kegiatan?
Ya
Tidak
(beberapa contoh
alternatif yang mungkin
ada misalnya: alternatif
lokasi, penggunaan alatalat produksi, kapasitas,
spesifikasi teknik,
sarana usaha dan/atau
kegiatan, tata letak
bangunan, waktu dan
durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya)
15.
Apakah prakiraan
dampak penting
dilakukan dengan
mengutamakan
penggunaan metodemetode formal secara
matematis, terutama
untuk dampak-dampak
penting hipotetik yang
dapat dikuantifikasikan?
Ya
Tidak
Apakah yang
diprakirakan dampaknya
konsisten dengan
Dampak Penting
Hipotetik (termasuk
sumber dampaknya)?
Ya
Tidak
17.
Ya
Tidak
Halaman 281
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
19.
Ya
Tidak
Halaman 282
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
Catatan:
Telahaan dimaksud
dilakukan dengan cara
meninjau dari
ketersediaan opsi
pengelolaan terbaik (best
available technology),
kemampuan pemrakarsa
Halaman 283
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
Catatan:
Perlu diingat bahwa arahan
pengelolaan dilakukan terhadap
seluruh komponen kegiatan
yang menimbulkan dampak,
baik komponen kegiatan yang
paling banyak memberikan
dampak turunan (dampak yang
bersifat strategis) maupun
komponen kegiatan yang tidak
banyak memberikan dampak
turunan. Arahan pemantauan
dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk
digunakan sebagai indikator
untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan
(trendline) dan tingkat kritis
(critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.
22.
Ya
Tidak
23.
Ya
Tidak
Catatan:
a. Perlu diingat bahwa
penyusun amdal
Halaman 284
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
harus:
1) Menyimpulkan
kesesuaian tapak
proyek dengan
tata ruang
apakah seluruh
tapak proyek
sesuai dengan
tata ruang, atau
ada sebagian
yang tidak
sesuai, atau
seluruhnya tidak
sesuai
(Dalam hal masih
ada hambatan
atau keraguraguan terkait
informasi
kesesuaian
dengan RTRW,
maka
pemrakarsa
dapat meminta
bukti
formal/fatwa dari
instansi yang
bertanggung
jawab di bidang
penataan ruang
seperti BKPTRN
atau BKPRD.
Bukti-bukti yang
mendukung
kesesuaian
dengan tata
ruang wajib
dilampirkan);
2) Menyimpulkan
berdasarkan
analisis spasial
mengenai
kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau
kegiatan dengan
peta indikatif
penundaan izin
baru (PIPIB) yang
tercantum dalam
Inpres Nomor 10
Tahun 2011,
atau peraturan
revisinya
maupun
terbitnya
ketentuan baru
yang mengatur
mengenai hal ini
24.
b.
Keterangan
Ya
Tidak
Halaman 285
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
n lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa kebijakan di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam (PPLH dan SDA)
yang diatur dalam
peraturan perundangundangan?
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
a.
Catatan:
Perlu diingat bahwa
kebijakan di bidang
PPLH dan SDA sangat
banyak, variatif dan
spesifik. Sehingga setiap
anggota KPA maupun
tim teknis memiliki
peran penting untuk
melakukan telahaan
mengenai benar tidaknya
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan
adalah diperbolehkan
berdasarkan seluruh
ketentuan peraturan
perundang-undangan
mengenai PPLH dan SDA
b.
Sebagai contoh:
1) Dalam PP 24 tahun
2010 Penggunaaan
Kawasan Hutan, telah
diatur bahwa hanya
ada 12 kegiatan yang
dibolehkan di kawasan
hutan lindung;
2) Dalam PP 28 tahun
2011 tentang Kawasan
Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian
Alam, terdapat
beberapa kegiatan
yang dibolehkan
dilakukan di kawasan
tersebut;
3) Dalam UU 26/2007
tentang Penataan
Ruang dan Keppres 32
Tahun 1990 telah
diatur bahwa suatu
area hanya dapat
dikatakan sebagai
kawasan lindung jika
memenuhi kriteria dan
telah ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan
perundangan;
4) Berbagai peraturan
perundangan lainnya
yang mengatur caracara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
Apakah seluruh kajian
dalam Andal dan RKL-RPL
menunjukkan bahwa
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan
adalah tidak bertentangan
dengan kebijakan di
bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam (PPLH dan SDA) yang
diatur dalam peraturan
perundang-undangan? ;
Halaman 286
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
Catatan:
1) Dalam PP 38/2011
tentang Sungai, telah
diatur berbagai
ketentuan mengenai
tata cara perizinan
untuk melakukan
pengambilan barang
tambang di sungai;
pemanfaatan ruas
bekas sungai dan lain
sebagainya;
2) Berbagai peraturan
perundangan lainnya
yang mengatur caracara memanfaatkan
sumber daya alam dan
melakukan
perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup.
25.
Ya
Tidak
Pertanyaaan rincian nomor 25:
Apakah rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diusulkan tidak menggangu
kepentingan pertahanan dan
keamanan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan?
Ya
Tidak
Catatan:
Perlu diingat bahwa informasi
mengenai hal ini harus hadir
dari anggota KPA yang
merupakan wakil dari instansi
yang bertanggung jawab
terhadap pertahanan dan
keamanan negara, sebagai
contoh:
Terdapat beberapa wilayah laut
NKRI yang merupakan zona
latihan militer, atau zona lain
terkait kepentingan pertahanan
dan keamanan negara
26.
Ya
Tidak
Pertanyaaan rincian nomor 26:
a. Apakah setiap dampak yang
diprakirakan telah
menyajikan prakiraan
besaran dan sifat
pentingnya?
Halaman 287
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
cermat mengenai
besaran dan sifat
penting dampak dari
aspek biogeofisik kimia,
sosial, ekonomi, budaya,
tata ruang, dan
kesehatan masyarakat
pada tahap
prakonstruksi,
konstruksi, operasi, dan
pasca operasi Usaha
dan/atau Kegiatan?
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
Sebagai contoh:
atau
27.
Ya
Tidak
Pertanyaaan rincian nomor 27:
Apakah hasil evaluasi holistik
digunakan sebagai salah satu
acuan dalam menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan
lingkungan?
Ya
Tidak
Halaman 288
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
No.
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
DAMPAK
POSITIF
1.
Peningkata
n
pendapatan
dari
kesempata
n bekerja
pada tahap
konstruksi
2.
Dst..
ARAHAN
PENGELOL
AAN DAN
PEMANTAU
AN
DAMPAK
POSITIF
Mempriorit
askan
warga lokal
dalam
proses
rekrutmen
tenaga
kerja pada
tahap
konstruksi
DAMPAK
NEGATIF
Penurun
an
kualitas
air
sungai
akibat air
limbah
tambang
untuk
paramete
r pH, Fe,
Mn dan
TSS
ARAHAN
PENGELOL
AAN DAN
PEMANTAU
AN
DAMPAK
NEGATIF
Membuat
kolam
pengendap
an
Dengan daftar
perimbangan ini dapat
diketahui apakah arahan
pengelolaan untuk
masing-masing dampak
adalah tepat sasaran,
seperti contoh di atas,
KPA dapat:
a. Mengetahui
bauran/komposisi
dampak positif dan
dampak negatif yang
ditimbulkan dari
rencana usaha
dan/atau kegiatan,
beserta arahan
pengelolaan dan
pemantauannya
sehingga dapat
disimpulkan apakah
rencana usaha
dan/atau kegiatan
yang dinilai adalah
layak lingkungan
atau tidak; dan
b. mengklarifikasi
efektifitas arahan
pengelolaan dan
pemantauan, sebagai
contoh: apakah
Halaman 289
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
hanya dengan
membuat kolam
pengendapan benarbenar dapat
mengendalikan
dampak berupa
memburuknya
kualitas air untuk
parameter pH, Fe,
Mn dan TSS atau
tidak.
28.
29.
Ya
Tidak
Catatan:
Sebagai contoh, untuk rencana
kegiatan pembangunan dan
pengoperasian bendungan,
pasti akan timbul dampak
berupa erosi dan sedimentasi
yang nantinya akan
berpengaruh terhadap masa
layan/umur bendungan itu
sendiri.
Halaman 290
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Catatan:
Jika terjadi gangguan yang
tidak bisa dielakkan, maka
pemrakarsa dan KPA juga dapat
merumuskan bentuk RKL yang
kreatif dan tepat sasaran untuk
mengendalikan dampak
gangguan tersebut.
Sebagai contoh lain:
Perubahan alur pelayaran yang
diusulkan, karena alur awal
akan melewati batu karang
yang suci bagi masyarakat.
Halaman 291
No.
30.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
Apakah terdapat analisis
mengenai kesimpulan
kelayakan/
ketidaklayakan
lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau
kegiatan terhadap
kriteria kelayakan
lingkungan hidup
berupa Rencana usaha
dan/atau kegiatan tidak
akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu
entitas ekologis yang
merupakan:
1. entitas dan/atau
spesies kunci (key
species);
2. memiliki nilai penting
secara ekologis
(ecological
importance);
3. memiliki nilai penting
secara ekonomi
(economic importance);
dan/atau
4. memiliki nilai penting
secara ilmiah
(scientific importance)?
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
Catatan:
Sebagai contoh, jalur migrasi
elang yang memiliki fungsi
ekologis penting dapat dijadikan
pertimbangan utama untuk
menentukan kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan,
atau direkomendasikan untuk
mengubah desain rencana
kegiatan atau dirumuskan RKLRPL yang tepat untuk tetap
mengakomodir migrasi spesies
yang memiliki arti penting
secara ekologis tersebut.
Contoh lain:
Ya
Tidak
Catatan:
Kriteria ini dimaksudkan untuk
memberikan ruang penilaian
bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan yang dinilai harus
tidak memberikan gangguan
terhadap kegiatan yang telah
ada di lokasi maupun di sekitar
tapak proyek, sebagai contoh:
Halaman 292
No.
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang
telah ada di sekitar
rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan?
32.
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
33.
Ya
Tidak
(catatan: contoh tabel ringkasan
analisis dampak terdapat pada
Lampiran II PERMENLH
16/2012)
34.
Ya
Tidak
35.
Ya
Tidak
36.
Apakah penulisan
muatan Daftar Pustaka
sesuai dengan kaidah
penulisan kepustakaan
ilmiah yang mutakhir?
Ya
Tidak
37.
Ya
Tidak
65
Halaman 293
Hal yang
Dinilai/Diperiksa
No.
b.
c.
d.
e.
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
atau Pernyataan
Kelengkapan
Administrasi
Dokumen Kerangka
Acuan.
Data dan informasi
rinci mengenai rona
lingkungan hidup,
antara lain berupa
tabel, data, grafik,
foto rona lingkungan
hidup, jika
diperlukan.
Ringkasan dasardasar teori, asumsiasumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitunganperhitungan yang
digunakan dalam
prakiraan dampak.
Ringkasan dasardasar teori, asumsiasumsi yang
digunakan, tata cara,
rincian proses dan
hasil perhitunganperhitungan yang
digunakan dalam
evaluasi secara
holistik terhadap
dampak lingkungan.
Data dan informasi
lain yang dianggap
perlu atau relevan
66
Halaman 294
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
1.
Ya
Tidak
2.
Ya
Tidak
Keterangan
67
Halaman 295
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
NO.
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
3) melakukan
pelatihan bagi
karyawannya di
bidang
pengelolaan
lingkungan
hidup)
3.
Ya
Tidak
4.
Apakah matriks/tabel
Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL)
yang disampaikan telah
mencakup elemenelemen sebagai berikut:
a. Dampak
lingkungan
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
b. Sumber dampak
(dampak penting
dan dampak
lingkungan hidup
lainnya).
c. Indikator
keberhasilan
pengelolaan
lingkungan hidup.
Ya
Tidak
d.
e.
f.
g.
5.
(catatan:
a. contoh matriks/tabel
Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup terdapat
pada Lampiran III
PERMENLH 16/2012
b. referensi rinci mengenai
cara menyusun
matriks/tabel RKL terdapat
pada Lampiran III
PERMENLH 16/2012))
Bentuk
Pengelolaan
lingkungan hidup.
Lokasi pengelolaan
lingkungan hidup.
Periode
pengelolaan
lingkungan hidup.
Institusi
pengelolaan
lingkungan hidup
(PLH)?
Ya
Tidak
68
Halaman 296
NO.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
Ya
Tidak
7.
Ya
Tidak
8.
Apakah sumber
dampaknya
konsisten/relevan
dengan penjelasan
sebelumnya pada KA
dan Andal?
Ya
Tidak
9.
Ya
Tidak
(catatan: contoh indikator
keberhasilan terdapat pada
lampiran III PERMENLH
16/2012)
10.
Apakah Indikator
keberhasilan
pengelolaan lingkungan
hidup
konsisten/relevan
dengan dampak dan
sumber dampaknya?
Ya
Tidak
11.
Ya
Tidak
(catatan: beberapa contoh
bentuk pengelolaan yang dapat
menjadi referensi terdapat pada
lampiran III PERMENLH
16/2012)
69
Halaman 297
NO.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
12.
Apakah Bentuk
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
relevan dengan dampak
dan sumber
dampaknya?
Ya
Tidak
13.
Ya
Tidak
Keterangan
14.
Apakah Lokasi
pengelolaan lingkungan
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
Ya
Tidak
15.
Ya
Tidak
(catatan: uraian ini harus
memperhatikan sifat dampak
penting dan dampak
lingkungan lainnya yang
dikelola (lama berlangsung,
sifat kumulatif, dan berbalik
tidaknya dampak))
16.
Apakah Periode
pengelolaan lingkungan
hidup relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
Ya
Tidak
17.
Ya
Tidak
70
Halaman 298
NO.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
18.
Apakah Institusi
pengelolaan lingkungan
hidup (PLH) relevan
dengan dampak,
sumber dampak dan
bentuk
pengelolaannya?
Ya
Tidak
19.
Ya
Tidak
20.
Apakah matriks/tabel
Rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup
(matriks/tabel RKL)
yang disampaikan telah
mencakup elemenelemen sebagai berikut:
a. Dampak yang
dipantau, yang
terdiri dari: jenis
dampak yang
terjadi, komponen
lingkungan yang
terkena dampak,
dan
indikator/parameter
yang dipantau dan
sumber dampak.
b. Bentuk
pemantauan
lingkungan hidup
yang terdiri dari
metode
pengumpulan dan
analisis data, lokasi
pemantauan, waktu
dan frekuensi
pemantauan.
c. Institusi pemantau
lingkungan hidup,
yang terdiri dari
pelaksana
pemantauan,
pengawas
pemantauan dan
penerima laporan
pemantauan?
Ya
Tidak
21.
Keterangan
Ya
Tidak
71
Halaman 299
NO.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
lingkungan hidup
yang dipantau.
b. Indikator/
parameter
pemantauan.
c. Sumber dampak
lingkungan?
22.
Ya
Tidak
23.
Apakah sumber
dampaknya
konsisten/relevan
penjelasan sebelumnya
pada KA dan Andal?
Ya
Tidak
24.
Ya
Tidak
Catatan:
Bentuk Pemantauan
dimaksud mencakup
elemen-elemen:
a. Metode
pengumpulan dan
analisis data (Perlu
diperhatikan bahwa
metode
pengumpulan dan
analisis data sejauh
mungkin konsisten
dengan metode yang
digunakan disaat
penyusunan Andal);
b. Lokasi pemantauan
lingkungan hidup
(Perlu diperhatikan
bahwa pada bagian
ini perlu didukung
dengan gambaran
lokasi pemantauan
yang tepat disertai
dengan peta lokasi
pemantauan
berskala yang
72
Halaman 300
NO.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
memadai dan
menunjukkan
lokasi pemantauan
dimaksud)
c. Waktu dan
frekuensi
pemantauan (Perlu
diperhatikan bahwa
pada bagian ini
perlu diuraikan
tentang jangka
waktu atau lama
periode pemantauan
berikut dengan
frekuensinya per
satuan waktu)
25.
Ya
Tidak
26.
Ya
Tidak
(Catatan: institusi pemantau
lingkungan hidup yang perlu
diutarakan meliputi:
a. Pelaksana pemantauan
lingkungan hidup;
b. Pengawas pemantauan
lingkungan hidup
c. Penerima laporan hasil
pemantauan lingkungan
hidup)
27.
Apakah Institusi
pemantauan
lingkungan hidup (PLH)
relevan dengan
dampak, sumber
dampak dan bentuk
pengelolaannya?
Ya
Tidak
28.
Ya
Tidak
Catatan:
Bagian ini hanya dapat diisi
dalam hal rencana usaha
dan/atau kegiatan yang
diajukan memerlukan izin PPLH
73
Halaman 301
NO.
Hal Yang
Dinilai/Diperiksa
Hasil Penilaian/Pemeriksaan
Keterangan
pengelolaan lingkungan
hidup?
29.
Ya
Tidak
30.
Ya
Tidak
31.
Catatan:
Bahan-bahan pustaka tersebut
agar ditulis dengan berpedoman
pada tata cara penulisan
pustaka.
Ya
Tidak
74
Halaman 302
LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
TATA CARA PENGAJUAN DAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL
A. BAGI KPA PROVINSI YANG TIDAK BERLISENSI
Pengajuan penilaian
Amdal sesuai
kewenangannya ke KPA
provinsi
Disampaikan kepada
KPA pusat untuk
dinilai
Dilakukan penilaian
Amdal oleh KPA pusat
Rekomendasi penilaian
dari KPA pusat
Gubernur menertibkan:
a. SK kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
hidup.
b. Izin Lingkungan atau tidak
menerbitkan Izin Lingkungan.
Berdasarkan rekomendasi penilaian
dari KPA pusat
1
Halaman 303
KPA kabupaten/kota
yang tidak memiliki
lisensi atau lisensinya
dicabut
Disampaikan kepada
KPA provinsi untuk
dinilai
Dilakukan penilaian
Amdal oleh KPA
Rekomendasi penilaian
dari KPA provinsi
Bupati/walikota menertibkan:
a. SK kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan
hidup.
b. Izin Lingkungan atau tidak
menerbitkan Izin Lingkungan.
Berdasarkan rekomendasi penilaian
dari KPA provinsi
2
Halaman 304
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 08 TAHUN 2013
TENTANG
TATA
LAKSANA
PENILAIAN
DAN
PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN
HIDUP
SERTA
PENERBITAN
IZIN
LINGKUNGAN
TAHAPAN PEMERIKSAAN UKL-UPL DAN PENILAIAN PERMOHONAN IZIN
LINGKUNGAN
A. UMUM
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan, proses Izin Lingkungan juga diintegrasikan dalam proses
pemeriksaan UKL-UPL. Pemeriksaan UKL-UPL dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. penerimaan
dan
pemeriksaan
administrasi
permohonan
Izin
Lingkungan dan UKL-UPL;
2. pemeriksaan substansi UKL-UPL.
B. PENERIMAAN DAN PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERMOHONAN IZIN
LINGKUNGAN DAN UKL-UPL
1. Permohonan
Izin
Lingkungan
diajukan
oleh
pemrakarsa
(penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan) secara tertulis dengan
dilampirkan dengan formulir UKL-UPL yang telah diisi oleh pemrakarsa,
dokumen pendirian usaha dan/atau kegiatan, profil usaha dan/atau
kegiatan kepada:
a. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk usaha dan/atau
kegiatan yang diperiksa oleh Menteri;
b. gubernur melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi untuk
usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh gubernur; atau
c. bupati/walikota melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa
oleh bupati/walikota.
2. Formulir UKL-UPL wajib disampaikan dalam bentuk cetakan (hardcopy)
dan file elektronik (softcopy).
3. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota memberikan tanda
bukti penerimaan permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKL-UPL
yang akan diperiksa kepada pemrakarsa, dilengkapi dengan hari dan
tanggal penerimaan permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKLUPL.
4. Pejabat yang ditunjuk, kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau
kepala Instansi Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota melakukan uji
administrasi terhadap permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKLUPL yang telah diisi.
5. Uji administrasi dilakukan berdasarkan panduan uji administrasi
Permohonan Izin Lingkungan dan UKL-UPL (panduan 01).
6. Berdasarkan hasil uji administrasi tersebut, pejabat yang ditunjuk,
kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, atau kepala Instansi
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota memberikan pernyataan tertulis
1
Halaman 305
3
Halaman 307
pemrakarsa
memperbaiki
isian formulir
UKL-UPL
Dikembalikan
kepada
pemrakarsa
untuk
diperbaiki
Diajukan kembali ke
instansi pemeriksa
1.
2.
memberikan
pernyataan
ketidaklengkapan
adiministrasi
Instansi Pemeriksa:
memberikan tanda bukti
penerimaan
melakukan uji
administrasi
Tidak
Kelengkapan
Ya
memberikan
pernyataan
kelengkapan
adiministrasi
pemrakarsa
memperbaiki isian
formulir UKL-UPL
Tidak
Dikembalikan
kepada pemrakarsa
untuk diperbaiki
Ya
Substansi UKL-UPL
dapat disetujui
Penerbitan
Rekomendasi
Persetujuan
UKL-UPL dan
Izin Lingkungan
Ya
Substansi
sesuai
dengan
kriteria
Tidak
Penerbitan
Rekomendasi
Penolakkan
UKL-UPL
4
Halaman 308
PANDUAN 01:
PANDUAN UJI ADMINISTRASI PERMOHONAN IZIN LINGKUNGAN DAN UKLUPL
Uji administrasi permohonan Izin Lingkungan dan formulir UKL-UPL
dilakukan oleh:
a. Menteri melalui pejabat yang ditunjuk untuk untuk usaha dan/atau
kegiatan yang diperiksa oleh Menteri;
b. gubernur melalui kepala instansi lingkungan hidup provinsi untuk usaha
dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh gubernur; dan
c. bupati/walikota melalui kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota
untuk usaha dan/atau kegiatan yang diperiksa oleh bupati/walikota.
berdasarkan format uji administrasi sebagaimana tercantum di bawah ini,
Berdasarkan pemeriksaan kelengkapan permohonan izin lingkungan tersebut,
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri, kepala instansi lingkungan hidup provinsi,
kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota memberikan pernyataan
tertulis mengenai:
a. kelengkapan
administrasi,
jika
semua
persyaratan
kelengkapan
administrasi telah terpenuhi; atau
b. Ketidaklengkapan administrasi, jika ada salah satu persyaratan
kelengkapan administrasi tidak terpenuhi.
No.
Kelengkapan Administrasi
Formulir UKL-UPL
1. Periksa ada tidaknya bukti
formal bahwa rencana lokasi
usaha dan/atau kegiatan telah
sesuai dengan rencana tata
ruang yang berlaku
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
Halaman 309
No.
Kelengkapan Administrasi
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
Perencanaan
Tata Ruang
Nasional
(BKPTRN), atau
instansi lain
yang
bertanggung
jawab di bidang
penataan
ruang);
dan/atau
c. referensi bukti
lainnya)
Halaman 310
No.
Kelengkapan Administrasi
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
Halaman 311
No.
Kelengkapan Administrasi
Ada
Tidak
Ada
Keterangan
PANDUAN 02:
PANDUAN PEMERIKSAAN SUBSTANSI FORMULIR UKL-UPL
Berdasarkan pemeriksaan substansi formulir UKL-UPL, pejabat yang ditunjuk
oleh Menteri, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, kepala instansi
lingkungan hidup kabupaten/kota membuat rangkuman hasil pemeriksaan
substansi formulir UKL-UPL dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum di bawah ini:
No.
Kriteria Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL
1.
2.
Kebijakan di bidang
perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam
peraturan perundangundangan.
3.
Kepentingan pertahanan
keamanan.
4.
kemampuan pemrakarsa
yang bertanggung jawab
dalam menanggulanggi
dampak negatif yang akan
Hasil
Pemeriksaan
Keterangan
Pemeriksa UKL-UPL
wajib menilai
kesesuaian lokasi
rencana usaha
dan/atau kegiatan
denan rencana tata
ruang dan kesesuaian
dengan peta indikatif
penundaan izin baru
(PIPIB) yang tercantum
dalam Inpres Nomor 6
Tahun 2013, atau
peraturan revisinya
maupun terbitnya
ketentuan baru yang
mengatur tentang hal
ini.
Halaman 312
No.
Kriteria Rekomendasi
Persetujuan UKL-UPL
Hasil
Pemeriksaan
Keterangan
6.
7.
8.
Halaman 313
RANCANGAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA BARAT,
Menimbang : a. bahwa perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan dan
pengawasan merupakan komponen penting dalam pengelolaan
lingkungan hidup, agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan
hidup di Jawa Barat yang disebabkan oleh perilaku masyarakat dan
pelaku usaha dan/atau kegiatan yang cenderung tidak mentaati
Hukum Lingkungan;
Mengingat
Halaman 314
Halaman 315
Halaman 316
Halaman 317
Halaman 318
Halaman 319
Halaman 320
manfaat;
g. kehatian-hatian;
h. keadilan;
i.
ekoregion;
j.
keanekaragaman hayati;
k. pencemar membayar;
l.
partisipatif; dan
m. kearifan lokal.
Bagian Ketiga
Tujuan
Pasal 3
Pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan
bertujuan untuk :
a. mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan dalam rangka pembangunan masyarakat Jawa Barat
seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;
Halaman 321
penetapan
kebijakan
di
bidang
perencanaan
Halaman 322
j.
menetapkan
provinsi;
dan
melaksanakan
kebijakan
mengenai
RPPLH
Halaman 323
BAB III
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Bagian Kesatu
Perencanaan
Paragraf 1
Umum
Pasal 7
Pemerintah Daerah melaksanakan perencanaan lingkungan hidup
berupa proses penyusunan RPPLH, yang meliputi kegiatan :
a.
b.
c.
penyusunan RPPLH.
Paragraf 2
Penetapan Ekoregion Tingkat Provinsi
Pasal 8
Halaman 324
j.
Halaman 325
melaksanakan
pengendalian
dampak
Halaman 326
tentang
(2) Gubernur menetapkan kelas air dan baku mutu air lintas
Kabupaten/Kota, yang didasarkan pada hasil pengkajian, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Gubernur dapat menetapkan baku mutu air lebih ketat dari kriteria
mutu air untuk kelas yang ditetapkan dan tambahan parameter dari
yang ada dalam kriteria mutu air berdasarkan hasil pengkajian kelas
air dan kriteria mutu air, sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
(4) Pemantauan kualitas air pada sumber air dan sumber pencemaran
dilakukan secara sinergi oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Gubernur dapat menetapkan :
a. baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan dengan
ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah yang
ditetapkan Menteri; dan/atau
b. tambahan parameter di luar parameter dari baku mutu air limbah
yang telah ditetapkan Menteri, dengan persetujuan Menteri.
(6) Gubernur wajib menggunakan hasil penetapan daya tampung
beban pencemaran dalam menetapkan baku mutu air limbah dan
penambahan parameter.
Pasal 15
(1) Pengendalian pencemaran udara meliputi :
a. pengendalian pencemaran udara ambien; dan
b. pengendalian gangguan lain pada media udara.
(2) Pengendalian pencemaran udara ambien dan gangguan lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui kegiatan :
Halaman 327
Halaman 328
Pasal 20
Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan tanah untuk produksi
biomassa bertujuan mencegah terjadinya kerusakan tanah yang dapat
mengganggu kegiatan produksi biomassa.
Pasal 21
Penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat
bencana bertujuan untuk mengembalikan kelestarian fungsi lingkungan
pascabencana.
Pasal 22
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup, terdiri atas :
a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup;
e. Amdal;
f. UKL-UPL;
g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup;
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
j. anggaran berbasis lingkungan hidup;
k. analisis risiko lingkungan hidup; dan
l. audit lingkungan hidup.
Pasal 23
(1) KLHS wajib dilaksanakan dalam penyusunan dan evaluasi :
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), RPJPD dan
RPJMD; dan
b. kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup sesuai
dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
(2) Penyelenggaraan KLHS untuk RTRWP, RPJPD, RPJMD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyusunan KLHS untuk kebijakan rencana dan program yang
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, dapat diprakarsai oleh Badan,
pemrakarsa program atau organisasi lain yang berkepentingan.
(4) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibahas dan
diverifikasi oleh forum yang dikoordinasikan oleh Badan.
Halaman 329
untuk
kebijakan,
rencana
Halaman 330
Pasal 26
(1) Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup, diukur dari
baku mutu lingkungan hidup.
(2) Baku mutu lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi :
a. baku mutu air;
b. baku mutu air limbah;
c. baku mutu air laut;
d. baku mutu udara ambien;
e. baku mutu emisi;
f. baku mutu gangguan; dan
g.baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(3) Setiap orang dilarang membuang limbah ke media lingkungan hidup,
kecuali :
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b.mendapat izin Gubernur sesuai dengan kewenangannya,
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
(1) Untuk menentukan
terjadinya
kerusakan lingkungan hidup,
ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
(2) Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup meliputi kriteria baku
kerusakan ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan
iklim.
(3) Kriteria baku kerusakan ekosistem, meliputi :
a. kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa;
b. kriteria baku kerusakan terumbu karang;
c. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan;
d. kriteria baku kerusakan mangrove;
e. kriteria baku kerusakan padang lamun;
f. kriteria baku kerusakan karst; dan/atau
g.kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada
parameter, meliputi :
a. kenaikan temperatur;
b. kenaikan muka air laut;
c. badai; dan/atau
d. kekeringan.
Halaman 331
Pasal 28
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup, wajib memiliki Amdal.
(2) Pemerintah Daerah berwenang melaksanakan :
a.
b.
c.
b.
c.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Amdal berikut tatacara penyusunannya,
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29
(1) Gubernur membentuk Komisi Penilai Amdal.
(2) Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menilai
dokumen Amdal untuk usaha dan/atau kegiatan yang :
a. bersifat strategis provinsi; dan/atau
b. berlokasi di :
1. lintas wilayah Kabupaten/Kota; dan/atau
2. wilayah laut antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas)
mil laut, diukur dari garis pantai ke arah laut lepas, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Komisi Penilai Amdal menyampaikan hasil penilaian akhir dokumen
Andal dan RKL-RPL yang dituangkan dalam rekomendasi hasil
penilaian Amdal kepada Gubernur.
(4) Komisi Penilai Amdal Kabupaten/Kota yang akan diterbitkan
lisensinya harus terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari
Kepala Badan.
Halaman 332
Pasal 30
(1) Berdasarkan rekomendasi Komisi Penilai Amdal, Gubernur
menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
hidup.
(2) Gubernur dapat mendelegasikan penetapan keputusan kelayakan
atau ketidaklayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada Kepala Badan.
Pasal 31
(1) Pembinaan teknis dan pengawasan terhadap Komisi Amdal
Kabupaten/Kota dan konsultan Amdal dilaksanakan oleh Badan,
sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
(2) Rekomendasi dan keputusan kelayakan lingkungan hidup yang
diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota disampaikan kepada
Gubernur dengan tembusan disampaikan kepada Badan.
(3) Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan berkewajiban menyampaikan
pelaporan pelaksanaan RKL-RPL kepada Badan setiap 6 (enam)
bulan.
(4) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakan
pengawasan terhadap implementasi RKL-RPL bagi jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal di Daerah.
Pasal 32
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib Amdal, wajib memiliki UKL-UPL atau SPPL.
(2) Gubernur menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL sesuai kewenangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di :
a. lintas wilayah Kabupaten/Kota; dan/atau
b. wilayah laut antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil
laut, diukur dari garis pantai ke arah laut lepas, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pemeriksaan UKL-UPL dan penerbitan rekomendasi UKL-UPL
dilakukan oleh Badan, sesuai kewenangan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan UKL-UPL di Daerah.
(5) Rekomendasi UKL-UPL yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan
disampaikan kepada Badan.
Pasal 33
(1) Setiap pelaku usaha dan/atau kegiatan dengan kriteria wajib Amdal
atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Halaman 333
(2) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangan berdasarkan
keputusan kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.
(3) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan.
(4) Jangka waktu izin usaha sama dengan jangka waktu izin lingkungan.
(5) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL.
(6) Izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pada Pasal 33 ayat
(1) dapat dibatalkan apabila :
a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung
cacat hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi;
b. penerbitannya tidak memenuhi syarat sebagaimana tercantum
dalam Keputusan Komisi Penilai Amdal tentang kelayakan
lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL; atau
c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal atau UKL-UPL
tidak dilaksanakan oleh penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan.
(7) Dalam hal izin lingkungan dicabut, maka izin usaha dan/atau
kegiatan dibatalkan.
(8) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan wajib mengajukan
permohonan perubahan izin lingkungan.
(9) Gubernur melimpahkan kewenangan penerbitan izin lingkungan
kepada Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat.
(10) Tatacara pencabutan dan pembatalan izin lingkungan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1) Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah
Daerah mengembangkan dan menerapkan instrumen ekonomi
lingkungan hidup, meliputi :
a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi;
b. pendanaan lingkungan hidup; dan
c. insentif dan/atau disinsentif.
(2) Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup;
b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional
bruto yang mencakup penyusutan sumberdaya alam dan
kerusakan lingkungan hidup;
c. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antardaerah;
dan
Halaman 334
di
bidang
perlindungan
dan
Pasal 35
Setiap penyusunan ketentuan peraturan perundang-undangan di Daerah
wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup serta prinsip
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 36
(1) Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota mengalokasikan anggaran yang memadai untuk
membiayai :
a. kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum
Lingkungan;
b. program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup; dan
c. pemulihan kondisi lingkungan hidup yang kualitasnya telah
mengalami pencemaran dan/atau kerusakan.
(2) Gubernur memberikan insentif kepada Kabupaten/Kota yang
memiliki kinerja pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum
Lingkungan yang baik.
Pasal 37
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap
ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan
manusia, wajib melakukan analisis risiko lingkungan hidup.
Halaman 335
sumber
pencemaran
dan
pembersihan
unsur
b. remediasi;
c. rehabilitasi;
Halaman 336
d. restorasi; dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(3) Pemegang izin lingkungan wajib menyediakan dana penjaminan
untuk pemulihan fungsi lingkungan hidup yang disimpan di Bank
Pemerintah/Daerah
yang
ditunjuk
oleh
Gubernur
atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
(4) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan pemulihan fungsi
lingkungan hidup dengan menggunakan dana penjaminan.
Bagian Keempat
Pemeliharaan
Pasal 41
(1) Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya :
a. konservasi sumberdaya alam;
b. pencadangan sumberdaya alam; dan/atau
c. pelestarian fungsi atmosfer
(2) Konservasi sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi kegiatan :
a. perlindungan sumberdaya alam;
b. pengawetan sumberdaya alam; dan
c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam.
(3) Pencadangan sumberdaya alam sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat dikelola
dalam jangka waktu tertentu.
(4) Pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, meliputi :
a. upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;
b. upaya perlindungan lapisan ozon; dan
c. upaya perlindungan terhadap hujan asam.
Pasal 42
(1) Pemerintah Daerah menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD)
Perubahan Iklim untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan menjadi dasar dengan mempertimbangkan perubahan
iklim telah terintegrasi dalam pembangunan wilayah, kebijakan,
rencana, dan/atau program.
(2) Penyusunan RAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan dengan memperhatikan KLHS, RTRWP, RPJPD dan
RPJMD, dengan mempertimbangkan karakteristik, potensi dan
kewenangan Daerah.
Halaman 337
kaca dari
Daerah,
berbagai
langsung
lingkungan
untuk
Halaman 338
Halaman 339
komunitas
antropologis
yang
relatif
bersifat
Halaman 340
Halaman 341
BAB IX
SISTEM INFORMASI LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 52
(1) Badan melakukan pengembangan sistem informasi lingkungan
hidup, dalam rangka publikasi sistem informasi lingkungan hidup.
(2) Sistem informasi lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi serta wajib dipublikasikan kepada masyarakat.
(3) Sistem informasi lingkungan hidup, terdiri dari :
a. status lingkungan hidup;
b. peta rawan lingkungan hidup; dan
c. informasi lingkungan hidup lain, meliputi :
1. dokumen Amdal;
2. laporan dan evaluasi hasil pemantauan lingkungan hidup;
3. peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
pada tingkat nasional dan provinsi; dan
4. kebijakan lingkungan hidup Pemerintah Daerah.
Pasal 53
(1) Untuk mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup skala
provinsi, Badan berkoordinasi dengan Organisasi Perangkat Daerah
dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan pengelolaan
sumberdaya air, pertambangan, kehutanan, tata ruang, dan
perencanaan pembangunan Daerah.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa permintaan
dan klarifikasi informasi lingkungan hidup.
Pasal 54
(1) Badan wajib melakukan pemutakhiran data informasi lingkungan
hidup paling sedikit 1 (satu) kali setahun.
(2) Koordinasi pemutakhiran data informasi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu
tertentu.
Pasal 55
(1) Dalam hal terdapat informasi lingkungan hidup yang tidak atau belum
dipublikasikan dalam sistem informasi lingkungan hidup, setiap orang
berhak untuk mengajukan permohonan informasi kepada pejabat
pengelola informasi dan data di lingkungan Badan.
(2) Badan dapat menolak permohonan informasi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila termasuk jenis
informasi publik yang dikecualikan.
(3) Dalam hal informasi lingkungan hidup yang diminta tidak diberikan
oleh Badan, pemohon dapat mengajukan gugatan melalui
penyelesaian sengketa informasi publik.
Halaman 342
BAB X
PEMBIAYAAN
Pasal 56
Pembiayaan yang diperlukan untuk pengelolaan lingkungan hidup dan
penaatan Hukum Lingkungan, dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat; dan
b. sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat.
BAB XI
PEMBINAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 57
Kegiatan pembinaan meliputi :
a. sosialisasi;
b. bantuan teknis;
c. pendidikan dan pelatihan; dan
d. pendidikan lingkungan hidup.
Bagian Kedua
Sosialisasi
Paragraf 1
Umum
Pasal 58
Sosialisasi informasi lingkungan hidup dilaksanakan melalui kegiatan:
a. publikasi sistem informasi;
b. penyuluhan; dan
c. konsultasi.
Paragraf 2
Publikasi Sistem Informasi
Pasal 59
(1) Kepala Badan menyusun dan menetapkan rencana kebutuhan
publikasi informasi lingkungan hidup, yang mencakup :
a. rencana kebutuhan publikasi sistem informasi lingkungan hidup;
b. rencana kebutuhan penyuluhan;
c. rencana alokasi anggaran; dan
d. rencana alokasi sumberdaya manusia.
(2) Publikasi sistem informasi lingkungan hidup dilakukan melalui media
yang mudah diakses masyarakat.
Halaman 343
Paragraf 3
Penyuluhan
Pasal 60
(1) Penyuluhan lingkungan hidup dilakukan kepada kelompok
masyarakat, pelaku usaha dan/atau kegiatan di Kabupaten/Kota.
(2) Penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan
pada wilayah yang memiliki potensi besar terjadi pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup paling sedikit 1 (satu) kali
dalam setahun di Kabupaten/Kota.
Pasal 61
(1) Kepala Badan mengembangkan dan menyusun materi penyuluhan
sesuai dengan kondisi lokal, dan kelompok sasaran penyuluhan.
(2) Ruang lingkup materi penyuluhan menggambarkan :
a. kondisi lingkungan hidup di Daerah;
b. permasalahan lingkungan hidup di wilayah kelompok sasaran;
c. mekanisme perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d. hak-hak setiap orang, masyarakat, termasuk masyarakat hukum
adat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
e. kebijakan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam bidang lingkungan hidup.
Paragraf 4
Konsultasi
Pasal 62
Badan memberikan konsultasi atas permintaan penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan dan masyarakat umum.
Bagian Ketiga
Bantuan Teknis
Pasal 63
(1) Bantuan teknis oleh Pemerintah Daerah diberikan kepada :
a. Kabupaten/Kota, di bidang program dan kegiatan; dan
b. pelaku usaha dan/atau usaha mikro dan kecil yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup, dalam penyusunan Amdal.
(2) Bantuan teknis kepada Kabupaten/Kota di bidang program dan
kegiatan, dilakukan pada tahap :
a. perencanaan, berupa :
1. bantuan informasi; dan/atau
2. konsultasi penyusunan program dan kegiatan.
b. pelaksanaan, berupa :
1. bantuan sumberdaya manusia; dan/atau
2. bantuan keuangan.
c. evaluasi, berupa fasilitasi evaluasi program dan kegiatan.
Halaman 344
Pasal 64
(1) Pemerintah Daerah membantu penyusunan Amdal bagi kegiatan
usaha mikro dan kecil yang berdampak penting terhadap lingkungan
hidup.
(2) Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa fasilitasi, biaya dan/atau penyusunan Amdal.
(3) Kriteria mengenai kegiatan usaha mikro dan kecil diatur dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 65
(1) Pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup diselenggarakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang meliputi :
a. pendidikan dan pelatihan teknis; dan
b. pendidikan dan pelatihan fungsional.
(2) Pemerintah Daerah menyusun dan mengembangkan materi ajar
tambahan dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan lingkungan
hidup, yang wajib diberikan pada setiap jenis pendidikan dan
pelatihan lingkungan hidup, meliputi :
a. permasalahan lingkungan hidup di Daerah;
b. pokok-pokok Hukum Lingkungan; dan
c. kearifan lokal di Daerah.
(3) Kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
diidentifikasi dari praktik pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan
Hukum Lingkungan di Daerah.
Bagian Kelima
Pendidikan Lingkungan Hidup
Pasal 66
(1) Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup,
akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam
memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
(2) Pendidikan lingkungan hidup dilaksanakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal dan jalur informal.
(3) Untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap kondisi
lingkungan hidup dalam rangka mengembangkan cipta, rasa, karsa
dan karya untuk memelihara, memperbaiki dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup sekolah dan lingkungan sekitar,
pengelolaan lingkungan hidup ditetapkan sebagai muatan lokal pada
pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di
Daerah.
Halaman 345
BAB XII
PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Pasal 67
(1) Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, meliputi :
a. pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3;
b. pengawasan pemulihan akibat pencemaran limbah B3;
c. pengawasan peaksanaan sistem tanggap darurat;
d. pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3;
e. pengawasan terhadap penilaian Amdal di Kabupaten/Kota;
f. pengawasan terhadap pengelolaan UKL-UPL bagi jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi Amdal dalam rangka uji
petik;
g. pengawasan terhadap pelaksanaan rekomendasi UKL-UPL yang
dilakukan oleh Kabupaten/Kota;
h. pengawasan pengendalian pencemaran air;
i. pengawasan pelaksanaan pemberian izin pembuangan limbah
cair;
j. pengawasan baku mutu emisi udara sumber tidak bergerak,
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dan
penetapan baku tingkat kebisingan dan getaran sumber tidak
bergerak dan baku tingkat kebisingan kendaraan bermotor lama;
k. pengawasan terhadap penaatan penanggungjawab usaha
dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan pencemaran udara;
l. pengawasan terhadap kegiatan pengendalian pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan oleh Kabupaten/Kota;
m.pengawasan atas pengendalian kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan
dan/atau lahan yang berdampak atau diperkirakan dapat
berdampak skala provinsi; dan
n. pengawasan atas pengendalian kerusakan lahan dan/atau tanah
akibat kegiatan yang berdampak atau diperkirakan dapat
berdampak skala provinsi.
(2) Gubernur
dan
Bupati/Walikota
dapat
mendelegasikan
kewenangannya
dalam
melakukan
pengawasan
kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Gubernur dan Bupati/Walikota
menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang merupakan
pejabat fungsional.
(4) Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap izin lingkungan.
Halaman 346
Pasal 68
Badan berkewajiban :
a. menyusun dan menetapkan kebijakan pengawasan terhadap pelaku
usaha dan/atau kegiatan, serta Kabupaten/Kota;
b. menjamin ketersediaan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup untuk
melakukan pengawasan di Daerah;
c. memfasilitasi ketersediaan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di
Kabupaten/Kota;
d. melakukan pemantauan, evaluasi hasil pengawasan dan kinerja
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup;
e. menindaklanjuti hasil pengawasan oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup; dan
f. mengkoordinasikan pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Bagian Kedua
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Pasal 69
(1) Gubernur menetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang
merupakan pejabat fungsional di lingkungan Badan.
(2) PNS yang akan diangkat menjadi Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. telah lulus Diklat Fungsional Pengawas Lingkungan Hidup;
b. memahami permasalahan lingkungan hidup di Daerah; dan
c. memenuhi persyaratan lain.
(3) Dalam melakukan pengawasan, Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup berwenang melakukan tindakan-tindakan tertentu berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
(4) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup melaksanakan pengawasan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Badan.
(5) Pelaksanaan pengawasan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi :
a. pemantauan secara berkala kelengkapan perizinan dan
persyaratan lingkungan hidup, serta pelaksanaan usaha dan/atau
kegiatan;
b. pemantauan secara berkala terhadap pelaksanaan kebijakan,
Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, program
dan kegiatan Kabupaten/Kota;
c. pelaksanaan tindakan-tindakan pengawasan sesuai dengan
kewenangan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup;
d. pelaporan hasil pengawasan kepada Kepala Badan; dan
e. kegiatan-kegiatan lain berdasarkan peraturan perundangundangan.
Pasal 70
(1) Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup berwenang :
a. melakukan pemantauan;
b. meminta keterangan;
Halaman 347
Halaman 348
Halaman 349
Pasal 76
(1) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, wajib
menerbitkan keputusan penghentian sementara usaha dan/atau
kegiatan, dalam hal sanksi administratif yang diberikan berupa
pembekuan izin lingkungan.
(2) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya, wajib
menerbitkan keputusan pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan,
dalam hal sanksi administratif yang diberikan berupa pencabutan izin
lingkungan.
Pasal 77
Gubernur menyampaikan informasi atas tindakan Organisasi Perangkat
Daerah Kabupaten/Kota yang secara sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius, kepada Bupati/Walikota
yang bersangkutan.
Bagian Kedua
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan
Pasal 78
(1) Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai :
pengadilan
Halaman 350
b. mediasi.
(2) Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan atas dasar atau tanpa permintaan Kabupaten/Kota
yang berselisih.
Pasal 81
(1) Badan melakukan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian sengketa
lingkungan hidup yang terkait dengan perizinan dan persyaratan
lingkungan hidup skala provinsi.
(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa menjalin
komunikasi dengan pihak-pihak yang bersengketa.
(3) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam
bentuk mediasi.
Pasal 82
(1) Dalam hal para pihak memutuskan untuk menempuh penyelesaian
sengketa di luar pengadilan, Kepala Badan dapat bertindak sebagai
mediator.
(2) Apabila hasil mediasi tidak dapat diterima, salah satu atau kedua
belah pihak yang bersengketa dapat menempuh cara penyelesaian
sengketa lingkungan hidup lainnya, sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Penegakan Hukum Lingkungan di Dalam Pengadilan
Paragraf 1
Hak Gugat Pemerintah Daerah
Pasal 83
(1) Pemerintah Daerah memiliki hak mengajukan gugatan ganti rugi dan
tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala
Badan.
Pasal 84
(1) Pertimbangan untuk menggunakan hak gugat Pemerintah Daerah
didasarkan pada hasil verifikasi lapangan oleh Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup.
(2) Hak gugat Pemerintah Daerah hanya digunakan apabila hasil
verifikasi lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
menunjukkan telah terjadi kerugian lingkungan hidup.
(3) Dalam hal hak gugat Pemerintah Daerah digunakan, Badan
menunjuk kuasa hukum sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.
Halaman 351
(4) Biaya yang timbul dalam penggunaan hak gugat Pemerintah Daerah,
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi Jawa Barat.
Paragraf 2
Hak Gugat Masyarakat
Pasal 85
(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok (class
action) untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan
masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
(2) Gugatan perwakilan kelompok (class action) dapat diajukan apabila
terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis
tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup
Pasal 86
(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak
mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan
tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3) Organisasi lingkungan hidup yang dapat mengajukan gugatan harus
memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya, paling singkat selama 2 (dua) tahun.
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 87
Setiap orang dan/atau pelaku usaha dilarang :
a. membuang limbah B3 ke media lingkungan hidup tanpa melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya;
b. mengumpulkan limbah B3 tanpa izin;
Halaman 352
sebagai
Halaman 353
menurut
hukum
yang
dapat
merupakan
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 91
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, seluruh Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan yang
telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.
Pasal 92
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :
a. kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di Daerah yang telah
dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dapat terus
dilaksanakan sepanjang tidak mengganggu fungsi lingkungan hidup;
b. kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang telah ada dan
berdampak pada penurunan fungsi lingkungan hidup, harus
melakukan rekayasa teknik dan/atau rekayasa vegetatif untuk
memulihkan fungsi lingkungan hidup;
Halaman 354
AHMAD HERYAWAN
Diundangkan di Bandung
pada tanggal 24 Januari 2012
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI
JAWA BARAT,
ttd
LEX LAKSAMANA
Halaman 355
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
NOMOR 1 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN
I. UMUM
Jawa Barat sebagai provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar dan terpadat
di lndonesia, memiliki permasalahan lingkungan hidup yang kompleks. Permasalahan
lingkungan hidup yang terjadi di Provinsi Jawa Barat meliputi degradasi sumberdaya
alam, permasalahan pencemaran, bencana alam, permasalahan kawasan pesisir dan
pantai. Inkonsistensi rencana tata ruang wilayah, permasalahan sosial kependudukan,
tumpang-tindih peraturan perundang-undangan terhadap perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, terbatasnya sarana dan prasarana pemantauan
lingkungan, serta lemahnya fungsi pengendalian.
Permasalahan dimaksud, meskipun sebagian kecil disebabkan oleh struktur
geologis yang kompleks, sebagian besar disebabkan oleh perilaku masyarakat yang
masih belum sepenuhnya menataati ketentuan-ketentuan peraturan perundangundangan di bidang lingkungan, ditambah dengan penegakan hukum yang lemah serta
lemahnya penaatan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu rendahnya
kepedulian dan kapasitas pelaku usaha/kegiatan dalam menerapkan praktik-praktik
usaha/kegiatan yang berwawasan lingkungan, kurangnya kapasitas Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melakukan program penaatan
lingkungan yang efektif, masih banyak masyarakat yang belum memiliki pengetahuan,
pemahaman, kesadaran, kepedulian dan sikap yang mencerminkan penaatan
terhadap Hukum Lingkungan, serta masih kurangnya fungsi kontrol dari masyarakat
terhadap upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pelaku usaha/kegiatan maupun oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah memiliki sejumlah tugas dan
wewenang dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, salah
satunya adalah penaatan dan penegakan Hukum Lingkungan. Sebagaimana dipahami,
bahwa penegakan hukum yang dipersepsikan dalam berbagai peraturan perundangundangan, termasuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, merupakan tindakan-tindakan yang bersifat
represif dalam hal terjadi pelanggaran hukum. Namun demikian, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
secara tersirat juga memberikan tugas dan wewenang kepada Pemerintah Daerah
untuk melakukan penegakan hukum dalam arti penaatan, yaitu rangkaian
tindakan/kegiatan yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yaitu pembinaan, pencegahan dan
pengawasan.
Materi muatan yang diatur dalam Peraturan Daerah ini mencakup pelaksanaan
ketentuan bentuk-bentuk pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan serta
penegakan Hukum Lingkungan sesuai dengan tugas dan wewenang Pemerintah
Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, disamping bentuk lain dalam ruang lingkup
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan serta penegakan Hukum Lingkungan
Halaman 356
yang dirasakan perlu diatur sesuai dengan permasalahan lingkungan hidup yang
dihadapi, dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan Hukum Lingkungan yang
berlaku secara nasional.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 :
Istilah-istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah
tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal-pasal
dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 2 :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan asas tanggungjawab Daerah adalah :
a. Daerah menjamin pemanfaatan sumberdaya alam akan memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup
masyarakat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan;
b. Daerah menjamin hak masyarakat atas lingkungan hidup yang baik
dan sehat; dan
c. Daerah mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumberdaya
alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan asas kelestarian dan keberlanjutan adalah
bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggungjawab terhadap
generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi
dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan
memperbaiki kualitas lingkungan hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan asas keserasian dan keseimbangan adalah
bahwa pemanfaatan lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai
aspek, seperti kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan
serta pelestarian ekosistem.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan asas kesejahteraan sosial adalah pemanfaatan
lingkungan hidup harus memperhatikan aspek sosial demi perwujudan
kesejahteraan masyarakat.
Huruf e :
Yang dimaksud dengan asas keterpaduan adalah bahwa pengelolaan
lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan dilakukan dengan
memadukan berbagai unsur atau mensinergikan berbagai komponen
terkait.
Halaman 357
Huruf f :
Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa segala usaha
dan/atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
potensi sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan harkat manusia selaras dengan
lingkungannya.
Huruf g :
Yang dimaksud dengan asas kehati-hatian adalah bahwa
ketidakpastian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan karena
keterbatasan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
merupakan alasan untuk menunda langkah-langkah meminimalisasi atau
menghindari ancaman terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Huruf h :
Yang dimaksud dengan asas keadilan adalah bahwa perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara
proporsional bagi masyarakat, baik lintas wilayah, lintas generasi,
maupun lintas gender.
Huruf i :
Yang dimaksud dengan asas ekoregion adalah bahwa perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik
sumberdaya alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat
setempat, dan kearifan lokal.
HUruf j :
Yang dimaksud dengan asas keanekaragaman hayati adalah bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan
upaya terpadu untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan
keberlanjutan sumber daya alam hayati, yang terdiri atas sumberdaya
alam nabati dan sumberdaya alam hewani, yang bersama dengan unsur
nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.
Huruf k :
Yang dimaksud dengan asas pencemar membayar adalah bahwa
setiap
penanggungjawab
yang
usaha
dan/atau
kegiatannya
menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, wajib
menanggung biaya pemulihan lingkungan.
Huruf l :
Yang dimaksud dengan asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota
masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Halaman 358
Huruf m :
Yang dimaksud dengan asas kearifan lokal adalah bahwa dalam
pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan Hukum Lingkungan harus
memperhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat.
Pasal 6 :
Kewenangan Pemerintah Daerah ini merupakan kewenangan yang diberikan
oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemrintahan Daerah Kabupaten/Kota, serta peraturan perundang-undangan
teknis di bidang lingkungan hidup.
Pasal 8 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan ekoregion tingkat provinsi adalah pembagian
pembagian 4 (empat) ekoregion tingkat provinsi didasarkan pada
kesamaan kondisi bentang alam (fisiografi) dan fungsi DAS, yaitu :
a. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Cidurian Citarum :
Terdiri dari 9 (sembilan) DAS, yaitu DAS Ciberang, Cidurian,
Cimanceuri, Cisadane, Ciliwung, Sunter, Cakung, Bekasi dan Citarum.
Unit DAS ini merupakan gabungan dari sebagian DAS sungai yang
mengalir ke utara. Kecuali Sungai Citarum, sungai-sungainya
mempunyai hulu sungai lebih pendek dibandingkan dengan hilir
sungainya, dengan peran fisiografi rangkaian gunungapi lebih dominan
dibandingkan perbukitan lipatan dalam mengontrol tata air (fungsi
hidroorologi) di bagian hulu DAS. Unit DAS ini mempunyai peran
sebagai penyedia air bagi berbagai kegiatan di Kawasan
Jabodetabekjur dan Bandung Raya.
b. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Cilamaya Cipanas:
Terdiri dari 6 (enam) DAS, yaitu DAS Pagadungan, Cilamaya, Ciasem,
Cipunagara, Kali Beji dan Cipanas yang mengalir ke utara. Semua
DAS merupakan DAS kecil dengan bagian hulu sungai lebih pendek
dari bagian hilir sungai, dengan peran fisiografi rangkaian gunungapi
sama dominan dengan perbukitan lipatan dalam mengontrol tata air
(fungsi hidroorologi) di bagian hulu DAS. Unit DAS Cilamaya
Cipanas mempunyai fungsi sebagai penyedia air bagi berbagai
kegiatan di Kabupaten Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang dan
Indramayu.
c. Ekoregion tingkat provinsi : DAS Cimanuk Cisanggarung:
Terdiri dari 6 (enam) DAS, yaitu DAS Cimanuk, Cimanggis, Ciwaringin,
Kalibunder, Bangkaderes, dan Singgarung yang mengalir ke utara.
Semua sungai di unit DAS ini mempunyai bagian hulu lebih panjang
dari bagian hilirnya. Semua DAS termasuk DAS kecil, kecuali DAS
Cimanuk dan DAS Cisanggarung yang tergolong luas. Peran fisiografi
rangkaian gunungapi lebih dominan dibanding perbukitan lipatan dalam
mengontrol tata air (fungsi hidroorologi) di bagian hulu DAS. Unit DAS
Cimanuk Cisanggarung mempunyai fungsi sebagai penyedia air
berbagai keperluan di Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka,
Indramayu, Cirebon dan Kuningan, serta di Kota Cirebon.
Halaman 359
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman 360
Halaman 361
Ayat (2) :
Kegiatan pengendalian pencemaran udara ambien dan gangguan lain
dilakukan melalui :
a.
b.
c.
d.
e.
Halaman 362
Ayat (2) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan baku mutu air adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada, dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya di dalam air.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan baku mutu air limbah adalah ukuran batas
atau kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke media air.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan baku mutu air laut adalah ukuran batas atau
kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
di dalam air laut.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan baku mutu udara ambien adalah ukuran
batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang seharusnya
ada, dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam udara ambien.
Huruf e :
Yang dimaksud dengan baku mutu emisi adalah ukuran batas atau
kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke media udara.
Huruf f :
Yang dimaksud dengan baku mutu gangguan adalah ukuran batas
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya yang meliputi unsur
getaran, kebisingan, dan kebauan.
Ayat (3) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan produksi biomassa adalah bentuk-bentuk
pemanfaatan sumberdaya tanah untuk menghasilkan biomassa.
Yang dimaksud dengan kriteria baku kerusakan tanah untuk
produksi biomassa adalah ukuran batas perubahan sifat dasar
tanah yang dapat ditenggang berkaitan dengan kegiatan produksi
biomassa.
Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa mencakup
lahan pertanian atau lahan budidaya dan hutan.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan kriteria baku kerusakan terumbu karang
adalah ukuran batas perubahan fisik dan/atau hayati terumbu
karang yang dapat ditenggang.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan/atau lahan adalah
pengaruh perubahan pada lingkungan hidup berupa kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan yang diakibatkan oleh suatu
usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 28 :
Ayat (1) :
Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria :
a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan;
b. luas wilayah penyebaran dampak;
c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena
dampak;
e. sifat kumulatif dampak;
f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Ayat (3) :
Pelibatan masyarakat dilaksanakan dalam proses pengumuman dan
konsultasi publik dalam rangka menjaring saran dan tanggapan.
Halaman 363
Ayat (3) :
Yang dimaksud dengan analisis dampak lingkungan hidup (Andal)
adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar
dan penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Ayat (3) :
Rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) adalah upaya
penanganan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari rencana usaha dan/atau kegiatan.
Rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) adalah upaya
pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar
dan penting akibat rencana usaha dan/atau kegiatan;
Pasal 32 :
Ayat (1) :
Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib
dilengkapi dengan Amdal, terdiri atas :
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumberdaya alam, baik yang terbarukan maupun yang
tidak terbarukan;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumberdaya alam dalam
pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengauhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi
pertahanan negara; dan
i. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Karakteristik kewenangan provinsi sesuai ketentuan otonomi Daerah di
batasi pada lintas wilayah Kabupaten/Kota serta khusus untuk provinsi
yang memiliki wilayah laut, maka kewenangannya di wilayah laut
terbatas antara 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur
dari garis pantai ke arah laut lepas.
Ayat (3) :
Termasuk dalam pengertian izin usaha dan/atau kegiatan, yaitu izin
operasi dan izin konstruksi.
Ayat (4) :
Ketentuan ini merupakan upaya harmonisasi antara masa berlakunya
izin usaha yang disesuaikan dengan masa berlaku izin lingkungan,
karena izin lingkungan merupakan persyaratan mutlak untuk
memperoleh izin usaha.
Ayat (5) :
Amdal atau UKL-UPL merupakan syarat mutlak dalam izin lingkungan,
sehingga permohonan izin lingkungan yang tidak dilengkapi dengan
Amdal atau UKL-UPL, wajib ditolak.
Ayat (6) :
Selain ketentuan pembatalan izin lingkungan yang diatur dalam ayat ini,
izin lingkungan dapat dibatalkan melalui putusan pengadilan tata usaha
negara.
Ayat (7) :
Ketentuan ini menegaskan ketentuan ayat (4), dimana masa berlaku izin
lingkungan identik dengan masa berlaku izin usaha.
Halaman 364
Ayat (8) :
Perubahan dapat terjadi karena peralihan kepemilikan,perubahan
teknologi, penambahan atau pengurangan kapasitas produksi atau
berpindahnya lokasi usaha dan/atau kegiatan.
Ayat (9) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari komitmen Pemerintah Daerah
untuk melakukan reformasi di bidang perizinan melalui peningkatan
peran Badan Pelayanan Perijinan Terpadu.
Pasal 34 :
Ayat (1) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan instrumen ekonomi dalam perencanaan
pembangunan adalah upaya internalisasi aspek lingkungan hidup
ke dalam perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan dan
kegiatan ekonomi.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pendanaan lingkungan adalah suatu
sistem dan mekanisme penghimpunan dan pengelolaan dana yang
digunakan bagi pembiayaan upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Pendanaan lingkungan berasal dari berbagai
sumber, misalnya pungutan, hibah, dan lainnya.
Huruf c :
Insentif merupakan upaya memberikan dorongan atau daya tarik
secara moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun
Pemerintah dan Pemerintah Daerah agar melakukan kegiatan yang
berdampak positif pada cadangan sumberdaya alam dan kualitas
fungsi lingkungan hidup.
Disinsentif merupakan pengenaan beban atau ancaman secara
moneter dan/atau nonmoneter kepada setiap orang ataupun
Pemerintah dan Pemerintah Daerah agar mengurangi kegiatan
yang berdampak negatif pada cadangan sumberdaya alam dan
kualitas fungsi lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan neraca sumber daya alam adalah
gambaran mengenai cadangan sumberdaya alam dan
perubahannya, baik dalam satuan fisik maupun dalam nilai
moneter.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan produk domestik bruto adalah nilai semua
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode
tertentu.
Yang dimaksud dengan produk domestik regional bruto adalah
nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah
pada periode tertentu.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan mekanisme kompensasi/imbal jasa
lingkungan hidup antardaerah adalah cara-cara kompensasi/imbal
yang dilakukan oleh orang, masyarakat, dan/atau Pemerintah
Daerah sebagai pemanfaat jasa lingkungan hidup kepada penyedia
jasa lingkungan hidup.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan internalisasi biaya lingkungan hidup
adalah memasukkan biaya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup dalam perhitungan biaya produksi atau biaya
suatu usaha dan/atau kegiatan.
Halaman 366
Ayat (3) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan dana jaminan pemulihan lingkungan
hidup adalah dana yang disiapkan oleh pelaku usaha dan/atau
kegiatan untuk pemulihan kualitas lingkungan hidup yang rusak
karena kegiatannya.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan dana penanggulangan adalah dana yang
digunakan untuk menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang timbul akibat suatu usaha dan/atau
kegiatan.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan dana amanah/bantuan adalah dana yang
berasal dari sumber hibah dan donasi untuk kepentingan
konservasi lingkungan hidup.
Ayat (4) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa ramah
lingkungan hidup adalah pengadaaan yang memprioritaskan
barang dan jasa yang berlabel ramah lingkungan hidup.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pajak lingkungan hidup adalah pungutan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap setiap orang
yang memanfaatkan sumberdaya alam, seperti pajak pengambilan
air bawah tanah, pajak bahan bakar minyak, dan pajak sarang
burung walet.
Yang dimaksud dengan retribusi lingkungan hidup adalah
pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap setiap
orang yang memanfaatkan sarana yang disiapkan pemerintah
daerah seperti retribusi pengolahan air limbah.
Yang dimaksud dengan subsidi lingkungan hidup adalah
kemudahan atau pengurangan beban yang diberikan kepada setiap
orang yang kegiatannya berdampak memperbaiki fungsi
lingkungan hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan sistem lembaga keuangan ramah
lingkungan hidup adalah sistem lembaga keuangan yang
menerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam kebijakan pembiayaan dan praktik sistem lembaga
keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank.
Yang dimaksud dengan pasar modal ramah lingkungan hidup
adalah pasar modal yang menerapkan persyaratan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan yang masuk
pasar modal atau perusahaan terbuka, seperti penerapan
persyaratan audit lingkungan hidup bagi perusahaan yang akan
menjual saham di pasar modal.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan perdagangan izin pembuangan limbah
dan/atau emisi adalah jual beli kuota limbah dan/atau emisi yang
diizinkan
untuk
dibuang
ke
media
lingkungan
hidup
antarpenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Halaman 367
Huruf e :
Yang dimaksud dengan pembayaran jasa lingkungan hidup
adalah pembayaran/imbal yang diberikan oleh pemanfaat jasa
lingkungan hidup kepada penyedia jasa lingkungan hidup.
Huruf f :
Yang dimaksud dengan asuransi lingkungan hidup adalah
asuransi yang memberikan perlindungan pada saat terjadi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Huruf g :
Yang dimaksud dengan sistem label ramah lingkungan hidup
adalah pemberian tanda atau label kepada produk-produk yang
ramah lingkungan hidup.
Pasal 36 :
Ayat (1) :
Huruf a :
Cukup jelas
Huruf b :
Cukup jelas
Huruf c :
Pembiayaan untuk pemulihan kondisi lingkungan yang kualitasnya
telah mengalami pencemaran dan/atau kerusakan yang diakibatkan
oleh bencana atau keadaan force majeure, dapat dilakukan oleh
Pemerintah Daerah, sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah.
Pasal 37 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan analisis risiko lingkungan adalah prosedur
yang antara lain digunakan untuk mengkaji pelepasan dan peredaran
produk rekayasa genetik dan pembersihan (clean up) limbah B3.
Ayat (2) :
Huruf a :
Dalam ketentuan ini pengkajian risiko meliputi seluruh proses
mulai dari identifikasi bahaya, penaksiran besarnya konsekuensi
atau akibat, dan penaksiran kemungkinan munculnya dampak yang
tidak diinginkan, baik terhadap keamanan dan kesehatan manusia
maupun lingkungan hidup.
Pasal 38 :
Huruf b
Dalam ketentuan ini pengelolaan risiko meliputi evaluasi risiko
atau seleksi risiko yang memerlukan pengelolaan, identifikasi
pilihan pengelolaan risiko, pemilihan tindakan untuk pengelolaan,
dan pengimplementasian tindakan yang dipilih.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan komunikasi risiko adalah proses interaktif
dari pertukaran informasi dan pendapat di antara individu,
kelompok, dan institusi yang berkenaan dengan risiko.
Ayat (1) :
Audit lingkungan hidup merupakan kewenangan Pemerintah, namun
demikian dalam kerangka pengelolaan lingkungan hidup dan penaatan
Hukum Lingkungan, Pemerintah Daerah mendorong penanggungjawab
usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup.
Pasal 39 :
Ayat (1) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari asas pencemar membayar
(polluter pays principle).
Halaman 368
Pasal 40 :
Ayat (1) :
Ketentuan ini merupakan aktualisasi dari asas pencemar membayar
(polluter pays principle).
Ayat (2) :
Huruf b :
Yang dimaksud dengan remediasi adalah upaya pemulihan
pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu lingkungan
hidup.
Huruf c :
Yang dimaksud dengan rehabilitasi adalah upaya pemulihan
untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan hidup
termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan
perlindungan, dan memperbaiki ekosistem.
Huruf d :
Yang dimaksud dengan restorasi adalah upaya pemulihan untuk
menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya berfungsi
kembali sebagaimana semula.
Pasal 41 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan pemeliharaan lingkungan hidup adalah upaya
yang dilakukan untuk menjaga pelestarian fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya penurunan atau kerusakan lingkungan hidup yang
disebabkan oleh perbuatan manusia.
Huruf a :
Konservasi sumberdaya alam meliputi, antara lain, konservasi
sumberdaya air, ekosistem hutan, ekosistem pesisir dan laut,
energi, ekosistem lahan gambut, dan ekosistem karst.
Huruf b :
Pencadangan sumberdaya alam meliputi sumber daya alam yang
dapat dikelola dalam jangka panjang dan waktu tertentu sesuai
dengan kebutuhan.
Untuk melaksanakan pencadangan sumberdaya alam, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau Pemerintah Kabupaten/Kota dan
perseorangan dapat membangun :
1. taman keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan;
2. ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari luasan
pulau/kepulauan; dan/atau
3. menanam dan memelihara pohon di luar kawasan hutan,
khususnya tanaman langka.
Huruf b :
Yang dimaksud dengan pengawetan sumberdaya alam adalah
upaya untuk menjaga keutuhan dan keaslian sumberdaya alam
beserta ekosistemnya.
Ayat (4) :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan mitigasi perubahan iklim adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam upaya menurunkan tingkat emisi gas
rumah kaca sebagai bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan
iklim.
Yang dimaksud dengan adaptasi perubahan iklim adalah upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyesuaikan diri
terhadap perubahan iklim, termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim
ekstrim sehingga potensi kerusakan akibat perubahan iklim berkurang,
peluang yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dapat dimanfaatkan, dan
konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim dapat diatasi.
Halaman 369
Pasal 42 :
Ayat (4) :
Ketentuan ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Bali Action Plan
pada The Conferences of Parties (COP) ke - 13 United Nations
Frameworks Convention on Climate Change (UNFCCC) dan hasil
COP - 15 di Copenhagen dan COP - 16 di Cancun serta memenuhi
komitmen Pemerintah Indonesia dalam pertemuan G-20 di Pittsburg
untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha
sendiri dan mencapai 41% jika mendapat bantuan internasional pada
tahun 2020 dari kondisi tanpa adanya rencana aksi (bussines as
usual/BAU), maka perlu disusun langkah-langkah untuk menurunkan
emisi gas rumah kaca.
Ayat (5) :
Gas rumah kaca adalah gas yang terkandung dalam atmosfer, baik
alami maupun antropogenik, yang menyerap dan memancarkan kembali
radiasi inframerah.
Emisi gas rumah kaca adalah lepasnya gas rumah kaca ke atmosfer
pada suatu area tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Ayat (6) :
Cukup jelas
Ayat (7) :
Inventarisasi gas rumah kaca adalah kegiatan untuk memperoleh data
dan informasi mengenai tingkat, status, dan kecenderungan perubahan
emisi gas rumah kaca secara berkala dari berbagai sumber emisi
(source) dan penyerapnya (sink) termasuk simpanan karbon (carbon
stock).
Pasal 43 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan laboratorium lingkungan adalah laboratorium
yang mempunyai sertifikat akreditasi laboratorium pengujian parameter
kualitas lingkungan dan mempunyai identitas registrasi.
Yang dimaksud dengan ruang lingkup pengujian laboratorium lingkungan
adalah untuk kegiatan pemantauan kualitas lingkungan, pemeriksaan
status penaatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan lingkungan hidup, penyidikan kasus lingkungan serta kajian
dan evaluasi baku mutu lingkungan. Hal ini untuk menjamin akuntabilitas
jasa pengujian parameter kualitas lingkungan serta kepastian hukum bagi
penyedia dan pengguna jasa.
Ayat (2) :
Laboratorium lingkungan merupakan laboratorium yang mempunyai
kemampuan dan kewenangan melaksanakan pengujian parameter
kualitas lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu
laboratorium yang telah memiliki sertifikasi akreditasi dari lembaga
akreditasi yang berwenang serta telah memiliki identitas registrasi dari
Kementerian Lingkungan Hidup.
Ayat (5) :
Pembinaan laboratorium yang dilakukan terkait dengan upaya
peningkatan kapasitas laboratorium di Daerah agar dapat memenuhi
persyaratan sebagai laboratorium lingkungan.
Pasal 46 :
Ayat (1) :
Pembentukan UPTB dimungkinkan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Organisasi
Perangkat Daerah.
Halaman 370
Pasal 49 :
Ayat (1) :
Data masyarakat hukum adat di Jawa Barat meliputi :
a. Kampung Cikondang, terletak di wilayah Desa Lamajang Kecamatan
Pangalengan Kabupaten Bandung;
b. Kampung Kuta, terletak di Dusun Kuta Desa Karangpaninggal
Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis;
c. Kampung Mahmud, terletak di wilayah Desa Mekar Rahayu
Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung;
d. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, terletak di wilayah
Sukamulya Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten
Sukabumi;
e. Kampung Dukuh, terletak di Desa Cijambe Kecamatan Cikelet
Kabupaten Garut;
f. Kampung Naga, terletak di Desa Neglasari Kecamatan Salawu
Kabupaten Tasiikmalaya;
g. Kampung Pulo, terletak di wilayah Desa Cangkuang Kecematan
Leles Kabupaten Garut; dan
h. Kampung Urug, terletak di wilayah Desa Kiarapandak Kecamatan
Sukajaya Kabupaten Bogor.
Pasal 50 :
Huruf c :
Hak atas pembangunan merupakan bagian dari hak yang diatur dalam
Deklarasi PBB tentang Hak atas Pembangunan Tahun 1986 dan
Konvensi Ilo Tahun 1989 tentang Kelompok Minoritas dan Masyarakat
Hukum Adat di Negara-negara Merdeka.
Pasal 52 :
Ayat (1) :
Sistem Informasi Lingkungan Hidup memuat antara lain, keragaman
karakter ekologis, sebaran penduduk, sebaran potensi sumberdaya
alam, dan kearifan lokal.
Pasal 56 :
Huruf b :
Termasuk dalam pengertian sumber lainnya yang sah dan tidak
mengikat adalah APBN, APBD Kabupaten/Kota, pendanaan dari dunia
usaha baik dalam bentuk tanggungjawab sosial dan lingkungan
perusahaan (corporate social responsibility) dan pendaaan perusahaan
lainnya, maupun dana dari masyarakat.
Pasal 66 :
Ayat (1) :
Cukup jelas
Ayat (2) :
Yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pendidikan formal diselenggarakan dengan berstatus negeri atau
swasta.
Yang dimaksud dengan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang, dengan hasil pendidikan dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
Yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai standar
nasional pendidikan.
Halaman 371
Pasal 71 :
Ayat (3) :
Unit dan/atau tata cara pengelolaan keberatan, saran dan pengaduan
masyarakat dibentuk oleh Badan sebagai bentuk transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 73 :
Pos Pengaduan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup di bentuk
berdasarkan Keputusan Gubernur dan ditempatkan pada Badan.
Ayat (2) :
Sanksi administratif dapat diterapkan bersamaan dengan kegiatan
pemulihan dan penerapan sanksi pidana.
Pasal 77 :
Ketentuan ini dimaksudkan agar penaatan dan penegakan Hukum Lingkungan
dapat dilakukan secara sinergis oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pasal 78 :
Ayat (2) :
Tindak pidana lingkungan hidup tidak dapat diselesaikan melalui
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.
Pasal 79 :
Ayat (1) :
Penyelesaian perselisihan kewenangan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup antar Kabupaten/Kota diproses sesuai dengan
ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan antar Daerah, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 80 :
Ayat (2) :
Koordinasi, fasilitasi dan mediasi yang dilakukan oleh Badan bisa
bersifat aktif tanpa adanya permintaan Kabupaten/Kota yang
besengketa, maupun atas dasar permintaan.
Pasal 82 :
Ayat (2) :
Yang dimaksud dengan cara penyelesaian sengketa lingkungan hidup
lainnya adalah penyelesaian sengketa melalui pengadilan.
Pasal 83 :
Ayat (1) :
Yang dimaksud dengan kerugian lingkungan hidup adalah kerugian yang
timbul akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
bukan merupakanhal milik privat.
Tindakan
tertentu
merupakan
tindakan
pencegahan
dan
penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta pemulihan
fungsi lingkungan hidup guna menjamin tidak akan terjadi atau
terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Ayat (2) :
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya organisasi lingkungan
hidup yang mengambil keuntungan untuk kepentingan di luar pelestarian
fungsi lingkungan hidup dari ganti rugi yang diperolehnya.
Halaman 372
Ayat (3) :
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari adanya gugatan dari
organisasi lingkungan hidup yang tidak jelas statusnya.
Pasal 88 :
Ayat (1) :
Tim Penegakan Hukum Lingkungan Terpadu merupakan tim yang
dibentuk untuk melaksanakan penegakan Hukum Lingkungan dengan
melibatkan aparatur penegak hukum di Daerah.
Pasal 90 :
Ayat (3) :
Ketentuan ini mengisyaratkan bahwa penaatan dan penegakan Hukum
Lingkungan tidak mendikotomikan peraturan perundang-undangan di
tingkat pusat dan Daerah. Dengan demikian, apabila tindak pidana yang
dilakukan berdampak luas, maka penerapan hukumnya dapat dikenakan
ancaman pidana sesuai undang-undang substantif.
Pasal 93 :
Hal ini dimaksudkan agar tidak terdapat rentang waktu yang cukup panjang
antara berlakunya Peraturan Daerah dengan petunjuk pelaksanaannya, yang
bisa berakibat pada tdak efektifnya Peraturan Daerah.
Pasal 94 :
Kedudukan Peraturan Gubernur merupakan mandatory dari Peraturan
Daerah.
Halaman 373
DAN
Peta Ekoregion
Tingkat Provinsi
AHMAD HERYAWAN
Halaman 374