Makalah 1 Rotary Encoder Taufik Albari
Makalah 1 Rotary Encoder Taufik Albari
Makalah 1 Rotary Encoder Taufik Albari
b)
Gambar 2 a) gelombang pulsa yang dihasilkan oleh incremental
rotary encoder
2 b) bentuk fisik dalam incremental rotary encoder
b. Tipe Absolute
Enkoder ini merupakan enkoder yang bekerja dengan menghasilkan
kombinasi biner di setiap derajat yang ditentukan. Jumlah kombinasi deret biner
yang dihasilkan atau disebut sebagai resolusi akan berbanding terbalik terhadap
ukuran sudut yang ditetapkan dari resolusinya. Semakin besar resolusinya, sudut
per resolusinya pun akan kecil sekali, sehingga dapat dikembangkan untuk sensor
pada alat yang membutuhkan sudut sangat akurat sekali. Untuk tipe ini umumnya
terdapat 3 jenis deret biner yang dihasilkan, yaitu BCD, Biner, dan Greycode.
a)
b)
Gambar 3 a) gelombang pulsa yang dihasilkan oleh absolute rotary
encoder
Enkoder jenis ini terbilang enkoder jenis lama, yang cara kerjanya adalah
dengan melakukan kontak secara mekanik antara pin sensor dengan kode piringan
yang terpasang. Piringan ini memiliki serangkaian lingkaran konsentris atau jalur
dimana strip metal tipis disana menyatu dengan sensornya, sehingga di setiap
derajat enkoder terdefinisikan dengan output pulsa elektrik dari sensornya.
kaset pada tape recorder, sistem pengendali gerakan robot tangan, dan masih
banyak lagi.
kontinyu. Dari perbedaan fasanya, cara mengetahui arah putar enkoder ini adalah
membandingkan output A dan B, dimana kondisi output A adalah output utama,
output B yang berbeda fasa 90 derajat akan menentukan arah putar enkoder
tersebut.
clockwise
Counter clockwise
Gambar 8 gelombang pulsa yang dihasilkan enkoder pada 2 arah, clockwise dan
counter clockwise
Pada contoh grafik gelombang pulsa dari enkoder ini, dapat dilihat saat
kondisi putarannya clockwise, output B fasanya bergeser ke kiri sebesar 90 derajat
dari output A. Kemudian dapat dilihat bahwa setiap output A dalam kondisi high,
output B juga dalam keadaan high. Sebaliknya untuk arah putar couter clockwise,
saat output A dalam keadaan high, output B masih dalam keadaan low. Dari
perbadaan kombinasi logika tersebut dapat ditentukan perbedaan arah putar
enkoder inkremental ini. Untuk membacanya ke sistem mikrokontrol, output
enkoder ini dapat diolah menggunakan port interupsi agar output yang kemudian
dibaca di mikrokontrol fokus dan sesuai terhadap deret pulsa yang dihasilkan dari
putaran rotary encoder tersebut.
Ada saat dimana pada putaran awal enkoder adalah tidak pada posisi 0
derajat, sehingga hal ini menyebabkan kita tidak mengetahui posisi derajat
enkoder saat mati. Akan tetapi hal ini bisa diatasi dengan membaca output Z yang
menghasilkan pulsa 1 kali setiap mencapai 1 revolusi pada putaran enkoder. posisi
output Z pada sensor piringan enkoder tidak berubah, sehingga setiap output Z
pada enkoder menghasilkan 1 kali pulsa, maka kita dapat memanfaatkan kondisi
tersebut sebagai kondisi 0 derajat. Selebihnya untuk mengatur pendeteksian
derajat yang ditempuh dapat dikombinasikan kerjanya dengan memanfaatkan 3
sinyal ouput utama pada enkoder ini.
7. Daftar Pustaka
http://irtfweb.ifa.hawaii.edu/~tcs3/tcs3/0306_conceptual_design/Docs/05_Encode
rs/encoder_primer.pdf
http://machinedesign.com/sensors/basics-rotary-encoders-overview-and-newtechnologies-0
http://www.electronics-tutorials.ws/io/io_2.html
http://www.robotroom.com/Counter5.html
http://www.tapeheads.net/showthread.php?t=40217